Anda di halaman 1dari 8

RESUME JURNAL INTERNASIONAL

Kematangan Gonad dan Potensi Produksi Ikan Swanggi (Priacanthus tayenus


Richardson, 1846) di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi.

Ikan swanggi (Priacanthus tayenus) merupakan salah satu jenis ikan demersal yang bernilai
ekonomis tinggi dan banyak ditemukan diperairan Indonesia. Salah satu informasi biologi
yang penting dalam pengelolaan ikan swanggi adalah informasi reproduksi. Reproduksi
merupakan penghubung dalam siklus hidup ikan, yang bertujuan untuk menjamin
keberlangsungan hidup suatu spesies Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aspek tingkat
kematangan gonad dan potensi ikan swanggi sebagai dasar dalam pengelolahan yang
berkelanjutan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga September 2017. Pengambilan sampel
ikan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, Sukabumi dari hasil
tangkapan nelayan di Teluk Palabuhanratu. Jumlah ikan swanggi contoh yang diamati
sebanyak 726 ekor. Data yang diukur diantaranya adalah panjang total ikan, berat ikan, berat
gonad, dan jenis gonad. Data analisis yang digunakan untuk pengkajian dalam penelitian ini
antara lain, nisbah kelamin, indeks kematangan gonad, fekunditas, diameter telur, dan faktor
kondisi.
Nisbah kelamin ikan swanggi jantan dan betina yang tertangkap selama pengambilan
penelitian adalah 1:0,88. Apabila dibulatkan maka nisbah kelamin ikan swanggi di Perairan
Pelabuhanratu ini sebesar 1:1. Perbandingan nisbah kelamin yang sama antara jantan dan
betina disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya perubahan suhu perairan, ikan betina
mudah dimangsa predator, resiko alami, dan fase migrasi populasi induk ikan betina berbeda
dengan induk ikan jantan.
Analisis faktor kondisi, indeks kematangan gonad (IKG), dan tingkat kematangan gonad
(TKG) sangat berkaitan. Tingkat kematangan gonad (TKG) dapat digunakan untuk menduga
waktu pemijahan ikan. TKG V (matang gonad) ikan swanggi baik jantan dan betina paling
banyak ditemukan pada bulan Juli sampai Agustus. Diduga bahwa peluang puncak pemijahan
ikan swanggi di Teluk Palabuhanratu adalah bulan Agustus. Hal ini didukung oleh nilai IKG
dan faktor kondisi yang tinggi pada bulan Agustus. Ukuran pertama kali matang gonad pada
ikan swanggi jantan sebesar 271,92 mm dan ikan betina sebesar 245,10 mm.
Rata-rata fekunditas pada ikan swanggi sebesar 9.692 butir telur. Fekunditas yang dihasilkan
merupakan butir telur yang akan dikeluarkan saat proses pemijahan berlangsung. Kesuksesan
pemijahan juga ditentukan oleh diameter telur ikan yang diamati. Keberhasilan proses
pemijahan tergantung pada besar kecilnya diameter telur yang dihasilkan. Diameter telur ikan
swanggi TKG V berkisar antara 0,125 – 0,75 mm. Hasil analisis menunjukkan bahwa
distribusi diameter telur ikan swanggi memiliki lebih dari satu modus. Berdasarkan hasil
analisis tersebut dapat diketahui bahwa ikan swanggi tergolong ikan yang memijah secara
bertahap (partial spawner). Ikan-ikan yang tergolong partial spawner mempunyai tingkat
kegagalan reproduksi yang rendah, sehingga hal inilah yang menyebabkan fekunditas yang
dihasilkan tinggi.
Kesimpulan
Perbandingan nisbah kelamin ikan swanggi jantan dan betina yang didapat berdasarkan
penelitian sebesar 1:1. Puncak pemijahan ikan swanggi di Teluk Palabuhanratu selama
penelitian terjadi pada bulan Agustus dengan pola pemijahan partial spawner. Faktor kondisi
tertinggi terjadi pada bulan Agustus. Rata-rata potensi rekruitmen ikan swanggi di Teluk
Palabuhanratu sebanyak 9.692 butir telur. Ukuran pertama kali matang gonad ikan swanggi
jantan sebesar 271,92 mm dan ikan betina sebesar 245,10 mm. Berdasarkan hasil ini dapat
disimpulkan bahwa populasi ikan swanggi di Perairan Pelabuhanratu tergolong tinggi. Hal ini
dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengkaji strategi pengelolahan yang tepat terhadap ikan
swanggi tersebut agar dapat dimanfaatkan secara keberlanjutan.

Daftar Pustaka
Sadewi SP, Mashar A, Boer M. 2018. Kematangan gonad dan potensi produksi ikan swanggi
(Priacanthus tayenus Richardson, 1846) di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi. Jurnal
Pengelolaan Perikanan Tropis. 2(2): 45-53.

Nama : Risna Candra Rinanda


NIM : C24180017
RESUME JURNAL INTERNASIONAL

Biological characteristics on three demersal fish landed in Tegal, north coast of Central
Java, Indonesia.
Pentingnya memiliki pengetahuan mengenai fisiologis dari biodiversitas ikan di laut
termasuk karakteristik biologisnya dapat membantu dalam menjaga ekosistem dan
melakukan manajemen sumberdaya perikanan. Perkembangan penyebaran perikanan menjadi
masalah utama yang memiliki dampak ekologi terhadap biodiversitas laut. Laut Jawa
merupakan salah satu dari perairanlaut yang luas namun dangkal yang memiliki kedalaman
kurang dari 100 m yang memiliki kontribusi signifikan terhadap produksi ikan demersal
dianatara area manajemen perikanan di Indonesia.
Terdapat 3 ikan demersal dominan seperti Purple-spotted big eye (Priacanthus tayenus
Richardson , 1846) , Lattice monocle bream ( Scolopsis taenioptera , Cuvier 1830) serta
Goatfish ( Upeneus sulphureus, Cuvier 1829 ) memainkan peranan penting terhadap
pendaratan ikan demersal di bagian utara pesisir Jawa. Studi ini memiliki tujuan untuk
menjelaskan indeks diversitas serta karakteristik biologi pada ketiga spesies tersebut.
Sampling dilakukan di Pemancingan ikan Tegalsari yang berlokasi di kota Tegal,
bagian barat dari pesisir utara Jawa Tengah, Indonesia. Nilai karakteristik kematangan dan
pemijahan di observasi dengan metode konvensional. Perbedaan tingkat warna dan ukuran
persen rongga abdominal diisi oleh gonad yang digunakan untuk mengidentifikasi stage
kematangan ikan tersebut. Stage tersebut terbagi menjadi 5 yaitu beristirahat, berkembang,
matang, pemijahan serta sisaan yang diacu berdasarkan stage oleh King (1995).
Variasi bulanan dari kematangan terindikasi apabila nilai tertinggi proporsi belum
dewasanya spesimen Priacanthus tayenus ditemukan pada bulan November hingga Mei.
Sedangkan proporsi kematangan (sudah dewasa) dari spesimen Priacanthus tayenus terdapat
pada bulan maret hingga oktober dimana pada bulan november hingga januari, diketahui
reproduksi dari ikan swanggi (Priacanthus tayenus) tergolong rendah. Secara umum, spesies
ini memiliki 2 puncak dari musim untuk masa pemijahan. Hal ini berkaitan dengan tipe
pemijahan dari ikan tropis yang memiliki sesi regular pada beberapa periode. Observasi yang
dilakukan di bagian timur pesisir Malaysia peninsula, menyatakan jika Priacanthus tayenus
memijah sepanjang tahun, sementara di Hongkong, diketahui masa pemijahan untuk spesies
Priacanthus tayenus memiliki masa pemijahan yang singkat yaityu dari bulan juni ke juli.
Rata rata bulanan untuk Gonado-somatic index (GSI) menunjukan jika spesies
Priacanthus tayenus memiliki nilai trend berlawanan jika bulan Februari hingga April untuk
meningkat. Rata rata tertinggi GSI dari Priacanthus tayenus dijumpai pada bulan mei hingga
oktober. Berdasarkan threshold untuk membedakan musim reproduktif dan non-reproduktif,
terdapat suatu kemungkinan jika masa pemijahan yang intensif untuk spesies Priacanthus
tayenus terjadi pada bulan mei hingga Oktober. Sedangkan untuk musim yang menunjukan
rendahnya reproduksi spesies Priacanthus tayenus terjadi pada bulan Februari hingga April.
Untuk persentase distribusi dari ovari yang matang (tingkat 3 dan keatasnya) dalam hubungan
telah ter-plot-kan. Panjang minimum selama kematangan seksual untuk Priacanthus tayenus
adalah pada 19.4 cm.
Daftar Pustaka
King M. 1995. Fisheries Biology, Assesment and Management. Oxford (UK) : UK.
Nugroho D, Patria M.P, Supriatna J, Adrianto L. Biological characteristics on three demersal
fish landed in Tegal, north coast of Central Java, Indonesia. Biodiversitas. 17 (2) : 679 – 686.

Nama : Bungas Hillary Octaviani


NIM : C24180042
RESUME JURNAL INTERNASIONAL
Reproductie biology oh the red big eye (Priancanthus Macranthus cuvier,1829) in
palabuhanratu bay, Indonesia.

Priacanthids atau di kenal dengan red bigeyes merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomis
yang cukup penting dalam bidang perikanan di Indonesia dimana pada tahun 2015 dalam
jumlah produksinya tidak kurang dari 43.000 ton dengan harga RP 483 miliar. Ikan ini
wilayah distribusinya berada di Indo-Pasifik Barat, India Timur dan Utara Jepang, Australia
ke Utara dan Utara Jepang. Ikan ini sangat di minati oleh para konsumen kususnya konsumen
di wilayah asia termasuk Indonesia dimana biasanya di pasarkan dalam bentuk ikan segar,
kering dan asin. Karena banyaknya manfaat dari ikan jenis ini di perlukan untuk mempelajari
tentang biologi reproduksi spesies ini yang merupakan salah satu parameter penting untuk
memahami tentang bagai mana kehidupan ikan dan untuk produktifitas ikan yang
berkelanjutan.
Untuk mendapatkan data analisis yang cukup akurat spesimen ikan Priacanthids yang
di bedah sebanyak 419 dengan masing-masing ikan jantan sebanyak 243 dan betina 176.
Spesimen ini di peroleh dari hasil tangkapan nelayan lokal dimana ikan di kumpulkan secara
acaka dari hasil tangkapan dari Mei 2016 sampai April 2017 di pelabuhan nelayan Palabuhan
Ratu. Dari masing masing ikan tersebut gonadnya di pisahkan dari tubuh ikan dan di
awetkan. Data yang di peroleh dari hubungan panjang dan bobot ikan menunjukan bahwa tiap
jenis kelamin dari ikan Priacanthids adalah alometrik negative dimana panjang lebih dominan
di bandingkan dengan bobotnya. Kematangan gonad ikan Priacanthids baik ikan jantan
maupun ikan betina TKG-nya yang berada di stadium Iv dapat di temukan di setiap bulan dan
untuk musim pemijahan ikan Priacanthids terjadi pada bulan Juli/Agustus dan
Desember/Januari.
Rasio perbedaan kelamin jantan dan betina pada saat musim pemijahan Priacanthids
betina lebih mendominasi di bandingkan ikan jantan musim ini terjadi pada bulan Desember.
Fekunditas ikan Priacanthids bervariasi dalam kaitannya dengan kualitas (ukuran, kondisi),
makanan, stok dan lingkungannya. Panjang tubuh, bobot, dan besarat ovary berhubungan
dengan fekunditas dan kesuburan dengan berat. Penambahan panjang dan bobot ikan kan
memperbesar fekunditas dimana hubungan kesuburan dan berat ovary menunjukan
pertambahan fekunditas yang cukup. Swanggi tumbuh pada pola allometrik degatif dengan
rasuo jenis kelamin menunjukan jantan dan betina yang tertangkap di daerah karang atau
dasar perairan. Musim pemijahan terjadi pada bulan juni hingga juli dan bulan desember
hinggan januari dengan pola spawner ganda (Jabbar et al.2018).

Daftar pustaka:
Jabbar MA, Kamal MM, Boer M, Suman A, Suyasa IN.2018. Reproductie biology oh the red
big eye (Priancanthus Macranthus cuvier,1829) in palabuhanratu bay, Indonesia. Indonesian
Fisheries Research Journal.24(1): 11-22.
Nama: Muhammad Roihan Firdaus
NIM: C24180073

RESUME JURNAL INTERNASIONAL


BEBERAPA ASPEK BIOLOGI IKAN SWANGGI BERDASARKAN HASIL
TANGKAPAN YANG DIDARATKAN DI PPP MORODEMAK

Ikan Swanggi atau yang biasa dikenal dikalangan masyarakat yang


bermatapencaharian sebagai nelayan dengan nama ikan Camaul merupakan ikan yang biasa
hidup disekitar karang karang dan merupakan ikan demersal. Adapun ciri yang paling terlihat
dari ikan Swanggi ini adalah dari bentuk mata nya yang besar, warna tubuh nya yang merah
muda, dan pada sirip perut terdapat bintik berwarna ungu kehitam hitaman.
Pentingnya mengetahui informasi biologi terhadap ikan ini, salah satunya adalah dengan
mengetahui reproduksi dari ikan tersebut. Reproduksi sendiri merupakan penghubung dalam
siklus hidup ikan, yang memiliki tujuan untuk melangsungkan keturunan suatu spesies.
Tujuan penelitian ini dibuat adalah untuk mengetahui struktur ukuran tubuh hingga aspek
reproduksi yang terdiri dari TKG, IKG, ukuran pertama kali matang gonad, dan fekunditas.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil hasil yaitu ikan Swanggi
dengan kisaran panjang 174 – 190 mm paling banyak tertangkap, pertumbukan Ikan Swanggi
memiliki pertumbuhan yang bersifat allometrik negatif, sedangkan pada bulan maret dan april
baik ikan Swanggi yang berjenis kelamin jantan maupun yang berjenis 1 betina sebagian
besar belum matang gonad, dan hubungan fekunditas dengan berat lebih erat jika
dibandingkan dengan hubungan fekunditas dan panjang pada ikan Swanggi.

DAFTAR PUSTAKA
Anindhita GK, Saputra SW, Ghofar A. 2014. Beberapa aspek biologi ikan Swanggi
berdasarkan hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Morodemak. Diponegoro Journal Of
Maquares. 3(3) :144 – 152

Nama: Arya Tri Pandoyo


NIM: C24180049
RESUME JURNAL INTERNASIONAL
STUDI BIOLOGI REPRODUKTIF PRIACANTHUS HAMRUR (FORSSKAL) DARI
PANTAI BARAT LAUT DI INDIA

Priacanthus spp (Keluarga: Priacanthidae) umumnya dikenal sebagai "bullseye" telah muncul
sebagai sumber daya perikanan penting di daerah pantai barat laut yang diambil
menggunakan pukat. Priacanthus hamrur adalah salah satu spesies yang paling dominan
tertangkap di pantai Goa, Karnataka dan Karela. Dilihat dari kepentingan ekonomi,
pengetahuan tentang berbagai aspek biologinya dari sumber daya ini menjadi penting untuk
pengelolaannya yang berkelanjutan. Namun, perubahan yang mengkhawatirkan dalam
kondisi lingkungan dan eksploitasi berlebihan telah mempengaruhi stok dan biologi spesies,
khususnya ekosistem laut. Oleh karena itu diperlukannya pengetahuan lebih tentang aspek
biologi, salah satunya aspek reproduksi. Reproduksi merupakan suatu proses memperbanyak
keturunan agar tidak terjadi kepunahan. Salah satu organ reproduksi pada Priacanthus hamrur
adalah gonad. Gonad dari spesies Priacanthus hamrur adalah bilob, yang bersatu ditengah dan
terbuka melalui saluran umum di anus. Kematangan gonad dapat dibedakan menjadi 7 tahap
kematangan gonad. Pada tahap I, hanya satu batch ovum imatur dengan mode pada 0 hingga
0,05 mm diamati. Pada tahap II, diameter ova meningkat dengan mode bergeser ke 0,08 mm
karena perkembangan berlangsung; pada tahap III, diameter ovarium meningkat hingga 0,38
mm, pada tahap IV diameter meningkat menjadi sekitar 0,48 mm, diameter stage V ova
mencapai 0,48 mm dengan mode pada 0,38 mm. Pada tahap VI, ukuran sel telur meningkat
menjadi 0,68 mm dan pada tahap terakhir yaitu tahap ke VI ovarium menyusut, kosong dan
seperti kantong, dengan hanya sel-sel folikel kosong dan sel telur membusuk.
Sampel ikan Priacanthus hamrur diambil secara acak setiap bulan sehingga dari hasil
pengamatan rasio dan tingkat kematangan gonad dari tiap ikan berbeda-beda. Seperti pada
bulan November rasio antara ikan dengan jenis kelamin jantan dan betina sebesar 1:1,2
hingga 1:4,3 pada bulan Januari. Hingga dapat disimpulkan dari hasil analisis pada interval
bulan tersebut kenaikan ikan berjenis kelamin betina meningkan sebesar 5%. Fekunditas
diketahui bervariasi setiap tahun, Hubungan antara fekunditas dan pengukuran yang berbeda
telah ditetapkan. Fekunditas mengungkapkan hubungan yang lebih baik dengan berat
ovarium diikuti oleh panjang ovarium.

DAFTAR PUSTAKA
Saker Y, Chakraborty SK, Datta SN, Jaiswar AK. 2015. Studies on reproductive biology of
Priacanthus hamrur (Forsskal) from Northwest coast of India. Journal Indian Fish
Association. 42(1):59-67.
Nama: Dinar Munaaghooliyah
NIM: C24180050
RESUME JURNAL INTERNASIONAL
Reproductive Biology of the Big Eye Priacanthus macracanthus in the North-Eastern
Waters off Taiwan

DAFTAR PUSTAKA
Liu KM, Hung KY, Chen CT. 2001. Reproductive biology of the big eye Priacanthus
macracanthus in the north-eastern waters off Taiwan.

Nama: Alif Samudera Rusdi


NIM: C24180055

Anda mungkin juga menyukai