Anda di halaman 1dari 12

Prosiding Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan dalam Rangka Memperingati Hari Ikan Nasional (HARKANNAS) Tahun 2021

ISBN: 978-602-72784-5-5
© 2022 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

ANALISIS DINAMIKA POPULASI IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI


WPP 573 YANG DIDARATKAN DI TPI PONDOKDADAP, SENDANGBIRU,
MALANG, JAWA TIMUR

Rovifah Mawarida1*, Agus Tumulyadi2, Daduk Setyohadi3

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Jln.
Veteran, Malang, 65145, Jawa Timur, Indonesia

*e-mail : mawarida21smada@student.ub.ac.id

Abstrak

Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) termasuk dalam kategori ikan pelagis besar yang termasuk kedalam
spesies yang bermigrasi luas dan menyesuaikan dengan kondisi perairan seperti suhu permukaan laut,
oksigen yang mencukupi dan ketersediaan mangsa. Perlu adanya pemahaman tentang aspek dinamika
populasi ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) untuk dapat melakukan pengelolaan perikanan berkelanjutan.
Aplikasi FISAT II biasa digunakan untuk menduga parameter pertumbuhan, mortalitas total, dan pola
rekrutmen. Dalam aplikasi FISAT terdapat metode Bhattacharya yang berguna untuk memisahkan kohort.
Metode Bhattacharya adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk memisahkan data sebaran
frekuensi panjang ke dalam bentuk distribusi normal, selain itu dapat digunakan untuk menentukan
kelompok umur ikan. Parameter pertumbuhan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) yang didaratkan di
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) PPP Pondokdadap, Sendangbiru memiliki nilai L∞ = 63 cm, K = 0,25 per
tahun dan t0 = -0,55 tahun. Puncak rekrutmen ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) terjadi pada bulan
Agustus dengan nilai 16,54%. Nilai mortalitas total (Z) sebesar 1,13 per tahun, mortalitas alami (M) sebesar
0,47 per tahun dan mortalitas penangkapan (F) sebesar 0,66 per tahun. Laju Exploitasi dinilai telah melebihi
batas atau overexploited dengan nilai 0,59 per tahun. Analisis Length at First Capture (Lc) pada ikan
cakalang (Katsuwonus pelamis) yang didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) PPP Pondokdadap,
Sendangbiru yaitu 37,80 cm dan umur saat pertama kali tertangkap yaitu 3,11 tahun.

Kata kunci: Bhattacharya, Eksploitasi, FISAT, Ikan Cakalang, Laju Pertumbuhan, Mortalitas

Abstract

Skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) is included in the category of large pelagic fish which is a species that
migrates widely and adapts to water conditions such as sea surface temperature, sufficient oxygen and
availability of prey. There needs to be an understanding of the skipjack (Katsuwonus pelamis) population
dynamics to be able to carry out sustainable fisheries management. The FISAT II application is commonly
used to estimate growth parameters, total mortality, and recruitment patterns. In the FISAT application there
is the Bhattacharya method which is useful for separating cohorts. The Bhattacharya method is one of the
methods that can be used to separate the length frequency distribution data into a normal distribution, besides
that it can be used to determine the age group of fish. The growth parameter of skipjack tuna (Katsuwonus
pelamis) has a value of L∞ = 63 cm, K = 0.25 per year and t0 = -0.55 years. The peak of recruitment of
skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) occurred in August with a value of 16.54%. The total mortality value
(Z) is 1.13 per year, natural mortality (M) is 0.47 per year and fishing mortality (F) is 0.66 per year.
Exploitation rate is considered to have exceeded the limit or overexploited with a value of 0.59 per year.
Analysis of Length at First Capture (Lc) on skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) which landed at the PPP
Pondokdadap Fish Auction Place, Sendangbiru, was 37,80 cm and the age when first caught was 3,11 years.

Key words: Bhattacharya, Exploitation, FISAT, Growth rate, Mortality, Skipjack Tuna

PENDAHULUAN memberikan kontribusi untuk perekonomian


Indonesia. Indonesia selaku salah satu anggota
Di wilayah lautan Indonesia terdapat potensi dari FAO, dalam pengelolaan perikanan juga
ekonomi kelautan yang cukup besar serta wajib berpedoman pada CCRF (Code of
beragam. Setidaknya 13 sektor yang terdapat di Conduct for Responsible Fisheries) yang
lautan, dapat dikembangkan dan dapat menekankan pentingnya susunan rencana

1
Prosiding Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan dalam Rangka Memperingati Hari Ikan Nasional (HARKANNAS) Tahun 2021
ISBN: 978-602-72784-5-5
© 2022 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

pengelolaan perikanan wilayah supaya tidak maupun berat dalam rentang waktu tertentu.
terjadi eksploitasi. Berbeda dengan pertumbuhan pada populasi
Sebagian besar masyarakat yang tinggal yang diartikan sebagai penambahan jumlah.
disekitar wilayah WPP 573 bermata Pertumbuhan dapat dipengaruhi oleh faktor
pencaharian nelayan, khususnya nelayan internal dan juga faktor eksternal. Faktor
perikanan tangkap. Hasil tangkapan yang internal meruakan faktor yang sulit dikontrol
diperoleh dari perairan WPP 573 dinominasi seperti sex, umur, parasit dan penyakit. Faktor
oleh ikan pelagis baik kecil maupun besar [1]. luar yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
Komoditas utama dari ikan pelagis besar adalah adalah suhu perairan dan makanan. Ikan yang
Tuna Tongkol Cakalang (TTC). Untuk total berada pada perairan tropik dan 4 musim akan
hasil tangkapan ikan cakalang saja pada tahun memiliki laju pertumbuhan yang berbeda akibat
2017 yang ditangkap di perairan Samudra perbedaan suhu. Pertumbuhan ikan di perairan
Hindia mencapai 524.282 ton [2]. tropik lebih terpengaruh oleh ketersediaan
Sendangbiru adalah salah satu tempat makanan dari pada suhu perairan.
pendaratan ikan pelagis besar maupaun pelagis
kecil yang tertangkap di perairan Samudra METODE PENELITIAN
Hindia atau WPP 573 dan menjadi tempat
pendaratan bagi nelayan yang asli berasal dari Penelitian yang membahas tentang analisis
Sendangbiru maupun dari Sinjai, Sulawesi dinamika populasi ikan cakalang (Katsuwonus
Selatan. Alat tangkap yang digunakan oleh pelamis) ini dilakukan di Tempat Pelelangan
nelayan untuk menangkap ikan pelagis besar Ikan (TPI) PPP Pondokdadap, Sendangbiru,
adalah pancing ulur, rawai dan pancing tonda. Malang.
Nelayan pancing atau biasa disebut nelayan Metode yang digunakan dalam pengambilan
kapal sekoci biasanya melakukan trip sekitar 7- data pada penelitian ini adalah simple random
14 hari atau lebih. Pelabuhan Perikanan Pantai sampling. Dimana sampel akan diambil secara
(PPP) Pondokdadap Sendangbiru merupakan acak. Metode simple random sampling
salah satu pelabuhan pendaratan ikan merupakan teknik pengambilan sampel secara
khususnya Tuna Tongkol Cakalang (TTC) acak sederhana. Setiap anggota dari suatu
terbesar di Malang Jawa Timur. Menurut Badan populasi memiliki kesempatan yang sama untuk
Pusat Statistik Kabupaten Malang, pada tahun terambil kedalam suatu sampel [6].
2016 total jumlah hasil tangkapan dari Pengamatan morfologi ikan bertujuan untuk
perikanan laut mencapai 11.318,93 ton. Hasil mendapatkan informasi tentang bentuk tubuh
tangkapan tersebut didominasi oleh ikan pelagis dari ikan yang diamati. Proses ini dilakukan
kecil dan ikan pelagis besar. Untuk hasil dengan mengamati karakteristik dari warna,
tangkapan tertinggi adalah ikan cakalang bentuk dan lain-lain. Hasil pengamatan
dengan total hasil tangkapan yang didapat kemudian dicatat pada form yang telah
sebesar 3.169,65 ton [2]. disiapkan sebelumnya. Sampel yang digunakan
Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) termasuk cukup 2-3 saja, karena itu sudah cukup
dalam kategori ikan pelagis besar yang biasanya mewakili dari populasi.
ditangkap menggunakan alat tangkap pancing, Pengambilan data suhu permukaan laut dimulai
namun tak jarang juga ikan cakalang tertangkap dengan mengunduh file pada
oleh alat tangkap purse seine. Ikan ini termasuk http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/cms/ [7],
kedalam spesies yang bermigrasi luas dan setelah itu pilih data dan pilih level 3 browser
menyesuaikan dengan kondisi perairan seperti dikarenakan level 3 browser merupakan
suhu permukaan laut, oksigen yang mencukupi pembaruan dari data-data sebelumnya. Setelah
dan ketersediaan mangsa yang terdistribusi itu pilih “Aqua MODIS Sea Surface
merata di perairan Samudra Hindia serta Temperature (11μ daytime)” untuk
bermigrasi jarak jauh diperairan tropis maupu pengambilan data pada siang hari, dikarenakan
perairan sub-tropis [3]. Ikan cakalang pada siang hari cahaya matahari sangat optimal
(Katsuwonus pelamis) melakukan pemijahan dan sangat mempengaruhi suhu permukaan laut.
beberapa kali pada daerah dengan suhu Kemudian pilih 4km agar resolusi gambar
permukaan laut lebih tinggi dari 240C [4]. bagus. Kemudian klik SMI dan unduh data. File
Menurut Effendie (2002) [5], pertumbuhan yang diunduh masih berbentuk nc dan akan
merupakan bertambahnya ukuran panjang

2
Prosiding Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan dalam Rangka Memperingati Hari Ikan Nasional (HARKANNAS) Tahun 2021
ISBN: 978-602-72784-5-5
© 2022 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

diolah kembali menggunakan aplikasi SeaDAS K = Koefisien laju pertumbuhan (per


dan ArcGis tahun)
Aplikasi FiSAT II (Fisheries Stock Assesment t = Umur ikan (tahun)
Tools II) digunakan untuk mengestimasi t0 = Umur teoritis ikan pada saat panjang
parameter pertumbuhan nilai L∞ dan K pada sama dengan nol (tahun)
suatu stok ikan dengan cara input data sampel Pola rekrutmen biasa dicari menggunakan
per hari pada tiap bulan diaplikasi FISAT II dari aplikasi FISAT II. Dalam aplikasi tersebut
Ms. Excel yang kemudian diproses pada menu terdapat sub program recruitment pattern,
Assess dan pilih Direct fit of L/F Data lalu pilih dimana hanya membutuhkan data L∞, K dan
ELEFAN 1. Kemudian pilih Response Surface juga t0 yang sudah didapatkan sebelumnya. Dari
dan masukkan starting sample dari sampel 1. analisis tersebut akan menghasilkan grafik
Kemudian pilih Automatic Surface dan mengisi histogram dan juga akan memunculkan
parameter L∞ dan K yang telah didapatkan dari presentase rekrutmen dalam tiap bulannya.
analisis sebelumnya. Selanjutnya akan muncul Mortalitas total bisa didapatkan melalui aplikasi
beberapa baris berisi skor L∞ dan K dan pilih FISAT II pada sub program Length-converted
nilai yang ditandai dengan garis kuning. Lalu Catch Curve. Penghitungan mortalitas total
pilih K Scan untuk menganalisis nilai K dengan membutuhkan data L∞ dan K yang sudah
memasukkan nilai L∞ yang telah didapatkan didapatkan sebelumnya. Untuk menghitung
sebelumnya yang kemudian pilih compute mortalitas alami diperlukan data suhu yang
untuk memunculkan grafik. Setelah itu pilih dapat diunduh melalui Aqua Modis. Setelah
Plot VBGF Curve, kemudian akan muncul mendapatkan nilai T, dilakukan perhitungan
jendela baru dan centang pada Plot the VBGF mortalitas alami dengan mengguanakan rumus
Curve. Pilih Plot VBGF dan buka Graph dari Pauly yang telah direvisi (1983) sebagai
(Output) untuk mengetahui hasil laju berikut:
pertumbuhan dari ikan yang dianalisis.
Setelah mendapatkan nilai L∞ dan K dari 𝑀
FISAT II, kemudian mencari nilai t0 yaitu umur = 0.8𝑒 (−0,0066 – 0,279∗𝑙𝑛 𝐿∞ + 0,06543∗𝑙𝑛 𝐾 + 0,4634∗𝑙𝑛 𝑇)
teoritis saat panjang ikan 0 (tahun). Perhitungan
Keterangan:
t0 dapat dilakukan menggunakan rumus dari
M = Mortalitas alami
Pauly (1983) [8], sebagai berikut:
L∞ = Panjang maksimal yang dapat dicapai
ikan ketika tidak terjadi kematian (cm)
𝐿𝑜𝑔 (−𝑡0)
K = Koefisien laju pertumbuhan (per
= −0,3922 – 0,2752 (𝐿𝑜𝑔 𝐿∞)– 1,038 (𝐿𝑜𝑔 𝐾)
tahun)
Keterangan: T = Rata-rata suhu permukaan laut di
t0 = Umur teoritis ikan pada saat panjang daerah penangkapan tahun tersebut (0C)
sama dengan nol (tahun) Setelah mendapatkan nilai mortalitas alami dan
L∞ = Panjang maksimal yang dapat dicapai mortalitas total, selanjutnya dapat dihitung
ikan ketika tidak terjadi kematian (cm) untuk mortalitas penangkapan deng rumus
K = Koefisien laju pertumbuhan (per sebagai berikut:
tahun)
Setelah mendapatkan nilai dari L∞, K 𝐹 = 𝑍– 𝑀
dan t0, maka dapat dilakukan perhitungan nilai
Keterangan:
laju pertumbuhan ikan cakalang (Katsuwonus
F = Mortalitas penangkapan
pelamis) menggunakan persamaan dari Von
Z = Mortalitas total
Bertalanffy dan Beverton Holt (1956) , sebagai
M = Mortalitas alami
berikut:
Nilai laju eksploitasi bisa didapatkan dengan
perhitungan menggunakan rumus dari Pauly
𝐿𝑡 = 𝐿∞ (1 − 𝑒 −𝐾 (𝑡−𝑡0) )
(1983) [8]
𝐹
Keterangan: 𝐸 = 𝐹+𝑀
Lt = Panjang ikan ketika umur t (cm) Kemudian rumus tersebut dapat diturunkan
L∞ = Panjang maksimal yang dapat dicapai sehingga didapatkan rumus
ikan ketika tidak terjadi kematian (cm)

3
Prosiding Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan dalam Rangka Memperingati Hari Ikan Nasional (HARKANNAS) Tahun 2021
ISBN: 978-602-72784-5-5
© 2022 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

𝐹
𝐸=
𝑍
Keterangan:
E = Nilai eksploitasi
F = Nilai mortalitas penangkapan
Z = Nilai mortalitas total
Menurut Gulland (1971) dalam (Pauly, 1983)
[8], nilai E yang telah dihitung sebelumnya
dapat disimpulkan sebagai berikut:
E > 0,5; status perikanan overexploited
E = 0,5; status perikanan optimal / Maksimum
Sustainebel Yield (MSY)
E < 0,5; status perikanan underexploited
Perhitungan nilai Length First Capture (Lc) Gambar 1. Peta TPI Pondokdadap, Sendangbiru,
Malang
dapat diperoleh dengan cara memplotkan
frekuensi ikan yang tertangkap dengan panjang
Armada Penangkapan Ikan
cagaknya [9]. Hasil tersebut kemudian dapat
dihitung menggunakan metode dari (Sparre &
Armada penangkapan yang ada di Sendangbiru
Venema, 1999) [10].
1 meliputi kapal sekoci, purse seine, dan jukung
𝑆𝐿 = 𝑎+𝑒𝑥𝑝(𝑎−𝑏𝐿) (Gambar 2). Tercatat, pada tahun 2020 armada
Untuk menentukan nilai Lc maka perlu kapal yang terdaftar berjumlah 763 unit, namun
melakukan regresi untuk mendapatkan nilai a ada beberapa kapal yang sudah tidak beroperasi.
(intercept) dan b (eksponen) dengn rumus Jumlah tersebut dapat dipresentasekan yaitu
𝑎 kapal sekoci lokal sebesar 46%, kapal sekoci
𝐿𝑐 =
𝑏 andon sebesar 21%, kapal purse seine sebesar
Keterangan : 11% dan kapal jukung sebesar 22%. Dapat
Lc = Panjang Pertama kali ikan tertangkap dilihat bahwa armada kapal di Sendangbiru
L = panjang cagak ikan (Cm) didominasi oleh kapal sekoci lokal.
a = Bilangan konstanta atau intercept
b = Eksponen atau sudut tangesial Armada Kapal Penangkapan Ikan
Tahun 2020
HASIL DAN PEMBAHASAN 400 353
300
Keadaan Umum Lokasi Penelitian 158 166
200
86
100
Lokasi penelitian dan pengambilan data 0
dilaksanakan di dusun Sendangbiru, Desa Sekoci Sekoci Purse Jukung
Tambakrejo. Kecamatan Sumbermanjing Lokal Andon Seine
Wetan, Kabupaten Malang Selatan, Provinsi Gambar 2. Armada Kapal Penangkapan Ikan Tahun
Jawa Timur (Gambar 1). Sendangbiru berada 2020
pada koordinat 80 26’ - 80 30’ Lintang Selatan
dan 1120 38’ - 1120 43’ Bujur Timur. Data Produksi Ikan Cakalang (Katsuwonus
pelamis)

Berdasarkan data yang didapat dari UPT PPP


Pondokdadap, volume produksi ikan cakalang
(Katsuwonus pelamis) dari tahun 2016 hingga
tahun 2020 sebesar 12.887.135 kg dengan rata-
rata sebesar 2.577.427 kg. Dari data produksi
2016 hingga 2020 nilai terendah ada pada tahun
2016 yaitu sebesar 497.987 kg dan nilai
tertinggi pada tahun 2018 yaitu sebesar
3.721.654 kg (Gambar 3). Data tersebut

4
Prosiding Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan dalam Rangka Memperingati Hari Ikan Nasional (HARKANNAS) Tahun 2021
ISBN: 978-602-72784-5-5
© 2022 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

diperoleh dari pencatatan harian hasil Deskripsi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)
tangkapan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)
yang didaratkan di TPI (Tempat Pelelangan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) yang
Ikan) Sendangbiru. didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
PPP Pondokdadap, didapatkan ciri morfologi
secara umum (Gambar 5) yang dimiliki oleh
Volume Produksi Ikan Cakalang
ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) yaitu
4000000
3541021 3721654 memiliki bentuk tubuh torpedo atau bulat
3500000 2802910
Jumlah (Kg)

3000000 2323563 memanjang. Ikan cakalang (Katsuwonus


2500000 pelamis) memiliki bentuk mulut superior dan
2000000
1500000 497987
1000000 memiliki gigi canin yang menandakan bahwa
500000
0 ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) adalah
2016 2017 2018 2019 2020 ikan karnivora. Ikan cakalang (Katsuwonus
Tahun pelamis) memiliki sirip dada (pectoral) yang
pendek dan memiliki dua sirip dorsal yang
terpisah. Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)
Gambar 3. Volume Produksi Ikan Cakalang memiliki bentuk ekor lunate atau seperti bulan
(Katsuwonus pelamis) sabit dan memiliki beberapa pasang finlet
didekat ekornya. Ciri khusus yang hanya
Suhu Permukaan Laut dimiliki ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)
adalah memiliki garis horizontal dibagian perut.
Suhu permukaan laut sangat mempengaruhi Di Sendangbiru, ikan cakalang (Katsuwonus
pertumbuhan ikan. Menurut Shabrina et al. pelamis) biasa disebut ikan belereng.
(2017) [11], faktor luar yang mempengaruhi
pertumbuhan ikan yaitu suhu dan makanan.
Faktor yang mempengaruhi perubahan suhu
yaitu intensitas cahaya matahari, arus
permukaan, penguapan, curah hujan, kecepatan
angin, suhu udara. Menurut Gunarso (1996)
dalam Tambengi & Sulistio (2019) [12], suhu
permukaan laut yang cocok sebagai tempat
hidup ikan cakalang ada pada rentang 26 –
320C. Gambar 5. Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)
Pada tahun 2021, rata-rata suhu permukaan laut Yang Didaratkan Di TPI Sendangbiru
di Samudra Hindia (WPP 573) adalah 28,820C.
Data pada tahun 2021 diambil dari bulan Januari Sebaran Frekuensi Panjang
hingga Mei. Hal tersebut dikarenakan data suhu
pada ocean color belum diperbaruhi. Suhu Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran
tertinggi pada tahun 2021 ada ada bulan Maret panjang ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)
yaitu 28,70C (Gambar 4). yang dilakukan di Tempat Pelelangan Ikan
30 (TPI) PPP Pondokdadap, terdapat sampel
29,5 sebanyak 1.062 ekor. Dalam pembuatan grafik
sebaran frekuensi panjang, ditetapkan interval
Suhu (0C)

29
28,5 kelas yaitu 1 cm dan juga menentukan nilai
28 tengah untuk mengetahui jumlah panjang ikan
27,5 pada tiap kelas. Untuk ukuran panjang ikan
27 yang didapatkan yaitu 25 – 63 cm, maka interval
Januari februari Maret April Mei kelasnya mulai dari 25,5 – 62,5 cm. Setelah itu
Bulan melakukan pemisahan kohort atau puncak umur
dengan metode Bhattacharya yang terdapat
Gambar 4. Suhu Permukaan Laut (SPL) Tahun pada program FISAT II.
2021 Pada bulan Februari 2021, didapatkan sampel
sebanyak 203 ekor dengan range 25 – 55 cm.
Data pada bulan Februari 2021 hanya memiliki

5
Prosiding Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan dalam Rangka Memperingati Hari Ikan Nasional (HARKANNAS) Tahun 2021
ISBN: 978-602-72784-5-5
© 2022 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

1 kohort dengan puncak pada ukuran 32,5 cm.


Diketahui pada kohort tersebut memiliki
kisaran panjang yaitu 27,5 – 38,5 cm dengan
mean 33,10 cm.

Gambar 9. Sebaran Frekuensi Panjang Bulan Mei


2021

Pada bulan Juni 2021, didapatkan sampel


Gambar 6. Sebaran Frekuensi Panjang Bulan sebanyak 131 ekor dengan range 29 – 57 cm.
Februari 2021 Data pada bulan Juni 2021 hanya memiliki 1
kohort dengan puncak pada ukuran 39,5 cm.
Pada bulan Maret 2021, didapatkan sampel Diketahui pada kohort tersebut memiliki
sebanyak 264 ekor dengan range 26 – 52 cm. kisaran panjang yaitu 35,5 – 43,5 cm dengan
Data pada bulan Maret 2021 hanya memiliki 1 mean 39,43 cm.
kohort dengan punccak pada ukuran 35,5 cm.
Diketahui pada kohort tersebut memiliki
kisaran panjang yaitu 31,5 – 40,5 cm dengan
36,05 cm.

Gambar 10. Sebaran Frekuensi Panjang Bulan Juni


2021

Laju Pertumbuhan
Gambar 7. Sebaran Frekuensi Panjang Bulan Maret
2021 Berdasarkan dari perhitungan menggunakan
aplikasi FISAT II untuk ikan cakalang
Pada bulan April 2021, didapatkan sampel (Katsuwonus pelamis) yang didaratkan di
sebanyak 258 ekor dengan range 29 – 52 cm. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) PPP
Data pada bulan April 2021 hanya memiliki 1 Pondokdadap Sendangbiru pada tahun 2021
kohort dengan puncak pada ukuran 40,5 cm. memiliki nilai panjang asimtot (L∞) sebesar 63
Diketahui pada kohort tersebut memiliki cm dan memiliki nilai koefisien pertumbuhan
kisaran panjang yaitu 37,5 – 44,5 cm dengan (K) sebesar 0,25 per tahun. Dalam menentukan
mean 40,83 cm. umur teoritis (t0) menggunakan rumus Pauly
(1983) dan didapatkan hasil untuk ikan
cakalang (Katsuwonus pelamis) sebesar -0,55
tahun. Dari hasil yang telah didapat,
menjelaskan bahwa ikan cakalang (Katsuwonus
pelamis) dapat mencapai panjang 63 cm ketika
tidak terjadi kematian akibat penangkapan.
Gambar 8. Sebaran Frekuensi Panjang Bulan April Menurut Sparre & Venema (1999) [10], ikan
2021 yang memiliki nilai K yang kecil termasuk
dalam ikan yang berumur panjang atau
Pada bulan Mei 2021, didapatkan sampel membutuhkan waktu lama untuk mencapai
sebanyak 206 ekor dengan range 38 – 63 cm. panjang asimtot (L∞). Pada perhitungan yang
Data pada bulan Mei 2021 memiliki 2 kohort dilakukan melalui aplikasi FISAT II,
dengan puncak yang pertama pada ukuran 43,5 didapatkan grafik VBGF (Gambar 11) yang
cm dan pada puncak kedua pada ukuran 51,5 menunjukkan bahwa ikan cakalang
cm. Diketahui pada kohort pertama memiliki (Katsuwonus pelamis) masih dapat terus
kisraan panjang yaitu 38,5 – 48,5 cm dengan tumbuh sampai panjang asimtotiknya yaitu 63
mean 44,18 cm dan pada kohort kedua memiliki cm.
kisaran panjang yaitu 50,5 – 54,5 cm dengan
mean 51,68 cm.

6
Prosiding Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan dalam Rangka Memperingati Hari Ikan Nasional (HARKANNAS) Tahun 2021
ISBN: 978-602-72784-5-5
© 2022 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

sehingga didapatkan hasil untuk ikan cakalang


(Katsuwonus pelamis) yaitu Lt = 63 (1 – e -0,25
(t+0,55)
). Dari perhitungan yang telah dilakukan,
diduga saat t = 0, panjang ikan cakalang
(Katsuwonus pelamis) yaitu 8,04 cm. Pada
kurva pertumbuhan, dapat dilihat (Gambar 12)
bahwa pertumbuhan ikan cakalang
(Katsuwonus pelamis) pada tahun 2021 sangat
Gambar 11. Plot VBGF Ikan Cakalang cepat saat berumur 0-11 tahun dan saat umur
(Katsuwonus pelamis) Tahun 2021 ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) lebih dari
11 tahun, pertumbuhannya melambat dan
Setelah mendapatkan nilai L∞ dan K, kemudian cenderung konstan pada panjang asimtotiknya
menentukan kurva pertumbuhan. Pembuatan yaitu pada ukuran 63 cm.
kurva pertumbuhan menggunakan persamaan
Von Bertalanffy dan Beverton Holt (1965)

Laju Pertumbuhan 2021


70
60
50
Panjang (Cm)

40
30
20
10
0
-5,00 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00
Umur (tahun)

Gambar 12. Kurva Laju Pertumbuhan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Tahun 2021

Penelitian (Zedta et al., 2018) [13], ikan cakalang sebesar -0.50 tahun. Berikut
menyebutkan bahwa di perairan Samudra perbandingan laju pertumbuhan pada daerah
Hindia (WPP 573) ikan cakalang (Katsuwonus penelitian lain yang telah dilakukan:
pelamis) dapat mencapai panjang asimtot (L∞)
hingga 67,2 cm dengan koefisien pertumbuhan
(K) sebesar 0,27 per tahun dan umur teoritis (t0)

Tabel 1. Perbandingan Laju Pertumbuhan Dengan Area/Penelitian Lain


No. Area/penelitian Lain L∞ K t0 Sumber
1. Samudra Hindia (WPP 67,20 0,27 -0.50 [13]
573)
2. Samudra Hindia (WPP 73,5 0,22 -0,59 [13]
572)
3. Perairan Utara (Barat 84,78 0,22 -3,50 [14]
Aceh)
4. Teluk Tomini 50,2 0,58 -0,04 [15]
5. Samudra Pasifik (Utara 101,85 0,41 -0,28 [16]
Papua)
6. Laut Flores Timur 100 0,4 [17]
7. Laut Flores Barat 106 0,4 [17]

7
Prosiding Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan dalam Rangka Memperingati Hari Ikan Nasional (HARKANNAS) Tahun 2021
ISBN: 978-602-72784-5-5
© 2022 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

No. Area/penelitian Lain L∞ K t0 Sumber


8. Samudra Hindia (WPP 64,6 0,28 -0,48 (Aditya & Arryanto, 2018)
573) (belum dipublikasikan)
9. Samudra Hindia (WPP 67,8 0,34 -0,39 (Sri Murti, 2019)
573) (belum dipublikasikan)
10. Samudra Hindia (WPP 63 0,25 -0,55 (Penelitian Pribadi, 2021)
573)

Pola Rekrutmen Gambar 13. Pola Rekrutmen Ikan Cakalang


(Katsuwonus pelamis) Tahun 2021
Perhitungan pola rekrutmen dilakukan
menggunakan aplikasi FISAT II dengan sub Hasil dari penelitian ini tidak jauh berbeda jika
program Recruitment Pattern dan dibandingkan dengan penelitian lain. Secara
membutuhkan nilai L∞, K dan t0 yang sudah umum, pola rekrutmen ikan cakalang
didapatkan sebelumnya. Berdasarkan analisis (Katsuwonus pelamis) tidak jauh berbeda dari
yang telah dilakukan, diketahui bahwa ikan tahun ke tahun. Pemijahan ikan biasanya
cakalang (Katsuwonus pelamis) mengalami dipengaruhi oleh pergantian musim. Perbedaan
rekrutmen hampir tiap bulannya walaupun puncak rekrutmen ikan cakalang (Katsuwonus
dengan jumlah yang tidak terlalu banyak. pelamis) bisa disebabkan oleh perbedaan
Berdasarkan grafik (Gambar 18) yang telah kecepatan pertumbuhan ikan dari waktu ke
dibuat, puncak rekrutmen ikan cakalang waktu. Berikut perbandingan puncak rekrutmen
(Katsuwonus pelamis) terjadi pada bulan pada area/penelitian lain yang telah dilakukan:
Agustus (Gambar 13) dengan nilai 16,54%.

Tabel 2. Perbandingan Pola Rekrutmen Dengan Area/Penelitian Lain


No. Area/Penelitian Lain Bulan Rekrutmen (%) Sumber
1. Samudera Hindia April & 10,42 & 20,06 [3]
Agustus
2. Samudera Hindia April & 17,5 & 16,3 [13]
(WPP 573) Mei
3. Samudera Hindia Maret & 24,5 & 10 [13]
(WPP 572) September
4. Laut Manado Januari & 6,7 & 19 [18]
Juli
5. Samudera Hindia Agustus 16,31 (Aditya & Arryanto, 2018)
(WPP 573) (belum dipublikasikan)
6. Samudera Hindia Maret 20,83 (Sri Murti, 2019)
(WPP 573) (belum dipublikasikan)
7. Samudera Hindia Agustus 16,56 (Penelitian Pribadi, 2021)
(WPP 573)

8
Prosiding Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan dalam Rangka Memperingati Hari Ikan Nasional (HARKANNAS) Tahun 2021
ISBN: 978-602-72784-5-5
© 2022 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Laju Mortalitas dikalikan dengan 0,8 dikarenakan analisis


terhadap ikan tropis dapat terjadi bias, yaitu
Mortalitas merupakan kematian yang terjadi kebiasaan ikan yang bergerombol sehingga
pada suatu populasi. Mortalitas menyebabkan nilainya akan turun 20% menjadi 0,47 per
penurunan stok pada suatu populasi. Mortalitas tahun. Kemudian mencari nilai mortalitas
dibagi menjadi dua yaitu mortalitas alami (M) penangkapan (F) dengan mengurangkan nilai
dan mortalitas penangkapan (F). Total dari mortalitas total (Z) dengan mortalitas alami (M)
kedua mortalitas tersebut biasa disebut dengan dan didapatkan nilai sebesar 0,66 per tahun.
mortalitas total (Z). Mortalitas alami merupakan Penelitian (Zedta et al., 2018) [13], menyatakan
kematian yang disebabkan oleh predator, bahwa ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) di
kelimpahan makanan, parasit dan lain-lain. Samudra Hindia (WPP 573) memiliki nilai
Mortalitas penangkapan merupakan kematian mortalitas total (Z) sebesar 1,02, mortalitas
yang diakibatkan dari suatu kegiatan alami (M) sebesar 0,59 dan mortalitas
penangkapan ikan. Dalam menganalisis nilai penangkapan (F) sebesar 0,43. Perbedaan nilai
mortalitas total (Z), menggunakan aplikasi mortalitas terutama pada mortalitas
FISAT II dan didapatkan hasil untuk tahun 2021 penangkapan diakibatkan oleh banyaknya
sebesar 1,13 per tahun. Kemudian mencari nilai kegiatan penangkapan yang berbeda pada tiap
mortalitas alami (M) dengan rumus Pauly wilayah dan pada waktu yang berbeda. Berikut
(1983) dan dengan menambahkan nilai rata-rata perbandingan nilai mortalitas pada
suhu per tahun yaitu sebesar 28,820C sehigga area/penelitian lain yang telah dilakukan:
didapatkan nilai sebesar 0,59 per tahun.
Menurut (Pauly, 1983) [8], nilai tersebut harus

Tabel 3. Perbandingan Laju Mortalitas Dengan Area/Penelitian Lain


No. Area/Penelitian Lain Z M F Sumber
1. Samudra Hindia 2,99 1,44 1,55 [3]
2. Samudra Hindia (WPP 1,02 0,59 0,43 [13]
573)
3. Samudra Hindia (WPP 0,70 0,49 0,21 [13]
572)
4. Perairan Utara (Barat 2,96 0,50 2,56 [14]
Aceh)
5. Samudra Pasifik (Utara 1,22 0,60 0,62 [16]
Papua)
6. Samudra Hindia (WPP 0,87 0,5 0,37 (Aditya & Arryanto, 2018)
573) (belum dipublikasikan)
7. Samudra Hindia (WPP 2,4 0,56 1,84 (Sri Murti, 2019)
573) (belum dipublikasikan)
8. Samudra Hindia (WPP 1,13 0,47 0,66 (Penelitian Pribadi, 2021)
573)

Laju Eksploitasi sumber dayanya underexploited atau masih


belum tereksploitasi dengan maksimal. Dari
Analisis laju eksploitasi (E) digunakan untuk nilai yang telah didapatkan menandakan bahwa
mengetahui status pemanfaatan sumber daya tingkat pemanfaatan ikan cakalang
suatu perairan. Rumus yang digunakan untuk (Katsuwonus pelamis) di Samudra Hindia
menghitung laju eksploitasi (E) adalah E = F/Z khususnya WPP 573 pada tahun 2021 telah
sehingga didapatkan nilai laju eksploitasi pada melebihi batas atau overexploited.
tahun 2021 sebesar 0,59 per tahun. Menurut Tingkat pemanfaatan sumber daya ikan
Gulland (1971) dalam (Pauly, 1983) [8] nilai cakalang (Katsuwonus pelamis) di Samudra
optium untuk laju eksploitasi yaitu 0,5. Nilai Hindia (WPP 573) berada pada tingkat
laju eksploitasi yang lebih dari 0,5 menandakan underexploited yaitu bernilai 0,42 [13]. Berikut
bahwa status pemanfaatan sumber dayanya perbandingan tingkat pemanfaatan pada
overexploited atau berlebih sedangkan jika area/penelitian lain yang telah dilakukan:
nilainya dibawah 0,5 maka status pemanfaatan

9
Prosiding Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan dalam Rangka Memperingati Hari Ikan Nasional (HARKANNAS) Tahun 2021
ISBN: 978-602-72784-5-5
© 2022 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Tabel 4. Perbandingan Laju Eksploitasi Dengan Area/Penelitian Lain


No. Area/Penelitian Lain E Sumber
1. Samudra Hindia 0,52 [3]
2. Samudra Hindia (WPP 573) 0,42 [13]
3. Samudra Hindia (WPP 572) 0,30 [13]
4. Samudra Pasifik (Utara 0,46 [16]
Papua)
5. Perairan Utara (Barat Aceh) 0.83 [14]
6. Samudra Hindia (WPP 573) 0,42 (Aditya & Arryanto, 2018)
(belum dipublikasikan)
7. Samudra Hindia (WPP 573) 0,77 (Sri Murti, 2019)
(belum dipublikasikan)
8. Samudra Hindia (WPP 573) 0,59 (Penelitian Pribadi, 2021)

Length at First Capture (Lc) akan terganggu dan juga menghambat


rekrutmen ikan. Lc untuk ikan cakalang
Lc merupakan ukuran panjang ikan saat 50% (Katsuwonus pelamis) yang didaratkan di
ikan pertama kali tertangkap. Analisis Lc Tempat Pelelangan Ikan (TPI) PPP
digunakan untuk mengetahui pada umur berapa Pondokdadap pada tahun 2021 adalah sebesar
ikan pertama kali tertangkap. Analisis Lc juga 37,80 cm dengan umur ikan (t) saat panjang
bisa digunakan untuk melihat apakah ikan yang ikan 37,80 atau saat Lc, dan didapatkan hasil
tertangkap sudah pernah matang gonad atau 3,11 tahun.
belum. Nilai Lc yang baik ketika lebih besar Penelitian (Restiangsih et al., 2020) [9],
dari Lm (ukuran pertama kali matang gonad). menyatakan bahwa nilai Lc ikan cakalang
Menurut Froese & Pauly (2011) dalam Nurdin (Katsuwonus pelamis) yang ditangkap
& Panggabean (2018) [19], Lm cakalang menggunakan pancing tonda pada Samudra
sebesar 40 cmFL dengan kisaran antara 40 – 45 Hindia Selatan Jawa dan Nusa Tenggara sebesar
cmFL. Ketika nilai Lc<Lm menandakan bahwa 41,6 cm. Berikut perbandingan nilai Lc pada
ikan yang tertangkap belum pernah matang area/penelitian lain yang telah dilakukan:
gonad (immature) hal itu menandakan bahwa
kegiatan penangkapan kurang baik dikarenakan
dapat menyebabkan pertumbuhan stok ikan

Tabel 5. Perbandingan Length at First Capture (Lc) dengan Area/Penelitian Lain


No. Area/Penelitian Lain Lc Sumber
1. Samudra Hindia Selatan Jawa dan 41,6 [9]
Nusa Tenggara
2. Laut Flores 48,8 [20]
3. Sulawesi Tenggara 47,9 [21]
4. Perairan Pelabuhanratu 40 [19]
5. Samudra Pasifik (Utara Papua) 40,1 [16]
6. Tulehu, Ambon 41,7 [22]
7. Samudra Hindia (WPP 573) 31,34 (Aditya & Arryanto, 2018)
(belum dipublikasikan)
8. Samudra Hindia (WPP 573) 30,23 (Sri Murti, 2019)
(belum dipublikasikan)
9. Samudra Hindia (WPP 573) 37,8 (Penelitian Pribadi, 2021)

KESIMPULAN Tempat Pelelangan Ikan (TPI) PPP


Pondokdadap, Sendangbiru memiliki nilai L∞ =
Penelitian analisis dinamika populasi ikan 63 cm, K = 0,25 per tahun dan t0 = -0,55 tahun
cakalang di TPI Pondokdadap Sendangbiru, Analisis pola rekrutmen pada ikan cakalang
Malang diperoleh hasil: (Katsuwonus pelamis) didapatkan bahwa puncak
Parameter pertumbuhan ikan cakalang rekrutmen ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)
(Katsuwonus pelamis) yang didaratkan di terjadi pada bulan Agustus dengan nilai 16,54%.

10
Prosiding Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan dalam Rangka Memperingati Hari Ikan Nasional (HARKANNAS) Tahun 2021
ISBN: 978-602-72784-5-5
© 2022 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Analisis laju mortalitas pada ikan cakalang SAMUDERA HINDIA BAGIAN TIMUR.
(Katsuwonus pelamis) memiliki nilai mortalitas BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap,
total (Z) sebesar 1,13 per tahun, mortalitas alami 7(2), 87.
(M) sebesar 0,47 per tahun dan mortalitas https://doi.org/10.15578/bawal.7.2.2015.87
penangkapan (F) sebesar 0,66 per tahun. -94
Analisis laju eksploitasi pada ikan cakalang
(Katsuwonus pelamis) memiliki nilai 0,59 per [5] Effendie, I. (2002). Biologi Perikanan.
tahun. Hal tersebut menandakan bahwa
eksploitasi ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) [6] Beddu, S., Mukarramah, S., & Lestahulu, V.
di WPP 573 sudah melebihi batas atau (2015). Hubungan Status Gizi dan Usia
overexploited. Menarche Dengan Dismenore Primer pada
Analisis Length at First Capture (Lc) pada ikan Remaja Putri. SEAJOM: The Southeast Asia
cakalang (Katsuwonus pelamis) yaitu 37,80 cm Journal of Midwifery, 1(1), 16–21.
dan umur saat pertama kali tertangkap yaitu 3,11 https://doi.org/10.36749/seajom.v1i1.53
tahun.
[7] http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/cms/,
UCAPAN TERIMA KASIH
[8] Pauly, D. (1983). Some Simple Methods For
Terima kasih kepada bapak Ir. Agus Tumulyadi, The Assessment Of Tropical Fish Stocks
MP dan bapak Dr. Ir. Daduk Setyohadi, MP (Issue 234).
selaku dosen pembimbing artikel ilmiah ini
sehingga artikel ilmiah ini dapat terselesaikan [9] Restiangsih, Y. H., Sisco, A., & Nurdin, E.
dengan baik. Terima kasih juga kepada seluruh (2020). DI PERAIRAN SAMUDRA HINDIA
pihak yang telibat dalam penyelesaian penelitian SELATAN JAWA DAN NUSA TENGGARA
ini. SPAWNING ESTIMATION OF SKIPJACK
TUNA ( Katsuwonus pelamis ) IN THE
DAFTAR PUSTAKA INDIAN OCEAN SOUTH OF JAVA AND
[1] Ma’mun, A., Priatna, A., Hidayat, T., & NUSA TENGGARA. 12(April), 1–10.
Nurulludin, N. (2017). Distribusi Dan
Potensi Sumber Daya Ikan Pelagis Di [10] Sparre, P., & Venema, S. C. (1999).
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis.
Republik Indonesia 573 (Wpp Nri 573)
Samudera Hindia. Jurnal Penelitian [11] Shabrina, N. N., Sunarto, & Hamdani, H.
Perikanan Indonesia, 23(1), 47. (2017). Penentuan Daerah Penangkapan
Ikan Tongkol Berdasarkan Pendekatan
[2] Agustina, M., Jatmiko, I., & Sulistyaningsih, Distribusi Suhu Permukaan Laut dan Hasil
dan R. K. (2020). Ulur Tuna Di Perairan Tangkapan Ikan di Perairan Utara
Sendang Biru Catch Composition and Indramayu Jawa Barat. Kelautan, Jurnal
Fishing Ground of Tuna Handline. 25, 241– Perikanan Dan, VIII(1), 139–145.
251.
[12] Tambengi, C. F. J., & Sulistio, E. M. A.
[3] Rochman, F., Nugraha, B., & Wujdi, A. (2019). Identifikasi Wilayah Potensial
(2015). PENDUGAAN PARAMETER Sebaran Ikan Cakalang Berbasis Data Citra
POPULASI IKAN CAKALANG Satelit AQUA MODIS Guna Mendukung
(Katsuwonus pelamis, Linnaeus, 1758) DI Peningkatan Kualitas Tangkapan Ikan Di
SAMUDERA HINDIA SELATAN JAWA. Indonesia ( Studi Kasus : Laut Nusa
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap, Tenggara Timur ) Identification of Potential
7(2), 77. Areas for the Distribution o. 357–365.
https://doi.org/10.15578/bawal.7.2.2015.77
-85 [13] Zedta, R. R., Rintar PT, P. A., & Novianto,
D. N. (2018). ESTIMASI PARAMETER
[4] Jatmiko, I., Hartaty, H., & Bahtiar, A. POPULASI IKAN CAKALANG
(2015). BIOLOGI REPRODUKSI IKAN (Katsuwonus pelamis, Linnaeus, 1758) DI
CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI PERAIRAN SAMUDRA HINDIA. BAWAL
Widya Riset Perikanan Tangkap, 9(3), 163.

11
Prosiding Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan dalam Rangka Memperingati Hari Ikan Nasional (HARKANNAS) Tahun 2021
ISBN: 978-602-72784-5-5
© 2022 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

https://doi.org/10.15578/bawal.9.3.2017.16 EKSPLOITASI IKAN TONGKOL ABU-


3-173 ABU, Thunnus tonggol (Bleeker, 1851) DI
PERAIRAN LAUT JAWA. 10(2), 111–120.
[14] Damora, A., Fazilla, F., Perdana, A. W.,
Rahmah, A., Aprilla, R. M., & Salmarika, S. [21] Diningrum, T. D. B., Triyono, H., & Jabbar,
(2021). Population dynamics of skipjack M. A. (2019). Aspek Biologi Cakalang (
tuna (Katsuwonus pelamis) in the northern Katsuwonus pelamis , Linnaeus 1758 ) di
and western waters of Aceh. IOP Sulawesi Tenggara. 13(2), 139–147.
Conference Series: Earth and
Environmental Science, 674(1), 0–8. [22] Nugraha, B., Mardlijah, S., & Rahmat, E.
https://doi.org/10.1088/1755- (2010). Komposisi Ukuran Cakalang
1315/674/1/012089 (Katsuwonus pelamis) Hasil Tangkapan
Huhate Yang Didaratkan Di Tulehu,
[15] Adam, N., Nursinar, S., & Fachrussyah, Z. Ambon. BAWAL Widya Riset Perikanan
C. (2017). Parameter Dinamika Populasi Tangkap, 3(3), 199–207.
Cakalang yang Didaratkan di PPI Tenda https://doi.org/10.15578/bawal.2.1.2008.45
1.2Novita. Jurnal Ilmiah Perikanan Dan -50
Kelautan., 5(3), 78–83.
http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/nike/artic
le/view/5285/1875

[16] Hidayat, T., Noegroho, T., & Wagiyo, K.


(2017). STRUKTUR UKURAN DAN
BEBERAPA PARAMETER POPULASI
IKAN CAKALANG ( Katsuwonus pelamis
Linnaeus , 1758 ) DI SAMUDERA PASIFIK
UTARA PAPUA. 9(2), 113–121.

[17] Mallawa, A., Amir, F., & Zainuddin, M.


(2014). Keragaan Biologi Populasi Ikan
Cakalang (Katsuwonus pelamis) yang
Tertangkap dengan Purse Seine Pada Musim
Timur di Perairan Laut Flores. Jurnal
IPTEKS PSP, 1(2), 129–145.

[18] Toatubun, N., Wenno, J., & Labaro, I. L.


(2016). Struktur populasi ikan cakalang
hasil tangkapan pukat cincin yang
didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai
Tumumpa Kota Manado. Jurnal Ilmu Dan
Teknologi Perikanan Tangkap, 2(2), 73–77.
https://doi.org/10.35800/jitpt.2.2.2015.9234

[19] Nurdin, E., & Panggabean, A. S. (2018).


MUSIM PENANGKAPAN DAN
STRUKTUR UKURAN CAKALANG (
Katsuwonus pelamis Linnaeus , 1758 ) DI
SEKITAR RUMPON DI PERAIRAN
PALABUHANRATU FISHING SEASON
AND SIZE STRUCTURE OF SKIPJACK
TUNA ( Katsuwonus pelamis Linnaeus ,
1758 ) AROUND FADs. 23, 299–308.

[20] Restiangsih, Y. H., & Hidayat, T. (2018).


ANALISIS PERTUMBUHAN DAN LAJU

12

Anda mungkin juga menyukai