Anda di halaman 1dari 9

Jurnal PENGELOLAAN

Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis PERIKANAN TROPIS


Journal of Tropical Fisheries Management
Volume 01– Nomor 01 – Desember 2017

Journal of Tropical Fisheries Management


Journal homepage : http://journal.ipb.ac.id/jurnalppt
ISSN - p: 2598 - 8603 ISSN - e: 2614 - 8641

Struktur Populasi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis, Linnaeus 1758):


Famili Scombridae: Perairan Pesisir Selatan Laut Jawa
(Population Structuce of (Katsuwonus pelamis, Linnaeus 1758) from Southern of Java Sea)

Aisya Intan Widya Satria1, Rahmat Kurnia2

ARTIKEL INFO ABSTRAK


Article History Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) bagian ikan pelagis besar yang ada
Received : 20 November 2017 di perairan Samudra Hindia-Selatan Jawa. Intensitas penangkapannya yang
Accepted : 24 Desember 2017
tinggi berpotensi memengaruhi dinamika populasi ikan cakalang. Perubahan
Kata kunci: dinamika populasi tersebut, dapat diketahui dengan melihat struktur ukuran
Panjang, Reproduksi, Cakalang, dan reproduksinya. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji kondisi struktur
Samudra Hindia, Cilacap ukuran dan reproduksi Ikan cakalang selama Desember 2014–Maret 2015.
Analisis data terdiri atas sebaran frekuensi panjang, cohort, hubungan panjang
Korespondensi Author berat, serta rasio kelamin dan fase kematangan gonad. Hasil penelitiaan
1
Departemen Manajemen Sumberdaya
diperoleh bahwa rasio kelamin jantan dan betina adalah 1:1,4 (tidak seimbang),
Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian tingkat kematangan gonad terjadi pada ukuran 388 mm. Rata-rata ukuran
Bogor matang gonad pada ukuran 439,40 mm dan dominan tertangkap pada ukuran
2
Bagian Manajemen Sumberdaya 349,5 mm. Ikan yang dominan tertangkap memiliki hubungan panjang berat
Perikanan, Departemen Manajemen yang bersifat isometrik didominasi ikan muda dan belum matang gonad
Sumberdaya Perairan, Fakultas (unmature). Untuk itu, diperlukan strategi pemanfatan yang memperhatikan
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut asas kehati-hatian (precautionary) dalam penangkapan di area dan musim
Pertanian Bogor. Email: yonvitr@
yahoo.com
penangkapan.

PENDAHULUAN berkisar 484.610 ton dengan persentase kenaikan


rata-rata dari tahun sebelumnya sebesar 0,75%.
Ikan cakalang termasuk kelompok ikan highly Peningkatan produksi cakalang berasal dari pusat-
migratory species yang distribusinya dari perairan pusat pendaratan di antaranya Pelabuhan Perikanan
tropis hingga perairan subtropis (Collette dan Samudra (PPS) Cilacap, Jawa Tengah. Kenaikan
Nauen 1983). Uktolseja et al. (1989) menyatakan yang positif menunjukkan permintaan pasar yang
bahwa penyebaran cakalang di perairan Indonesia, tinggi. Namun, kondisi ini dapat berdampak pada
meliputi Samudra Hindia (perairan Barat Sumatra, peningkatan eksploitasi yang dapat memengaruhi
Selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara), perairan kelestariannya. Agar dapat menjaga kelestariannya,
Indonesia bagian timur (Laut Sulawesi, Maluku, proses pemanfaatan harus dilakukan secara rasional
Arafuru, Banda, Flores, dan Selat Makassar) dan dengan mempertimbangkan prinsip kehati-hatian.
Samudra Pasifik. Untuk itu, indikator biologi dan dinamika populasi
Ikan cakalang termasuk komoditas ekspor dapat dipergunakan sebagai dasar pertimbangan
maupun sebagai bahan konsumsi dalam negeri pengelolaannya (Jamal et al. 2011; Rochman et al.
(Manik 2007). Berdasarkan data dari Ditjen 2015).
Perikanan Tangkap (2014), di Samudra Hindia Pengetahuan tentang biologi populasi
potensi sumberdaya ikan cakalang diduga ikan merupakan dasar dalam analisis stok ikan
Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis, Desember 2017, Volume 1 No.1

(Rochman et al. 2015). Informasi tersebut, kecil, sedang, dan besar. Ikan contoh yang diukur
sangat penting karena dapat digunakan sebagai datanya diambil secara acak dengan menggunakan
masukan dalam pengambilan keputusan terkait teknik penarikan contoh acak sederhana (PCAS).
perencanaan sumberdaya perikanan (Welcomme Pengukuran data panjang dilakukan semaksimal
2001). Pengetahuan dasar mengenai aspek biologi mungkin saat pendataan. Semakin banyak ikan
reproduksi merupakan salah satu aspek untuk yang diukur makin baik datanya. Sementara itu,
mendukung upaya pengelolaan sumberdaya data untuk mengetahui jumlah jantan dan betina
ikan (Jatmiko et al. 2015). Penelitian tentang diamati dari sampel ikan yang dibedah. Jumlah
biologi reproduksi ikan dapat memberi data dan ikan contoh yang dibedah untuk dianalisis
informasi penting mengenai frekuensi pemijahan, tingkat kematangan gonad dan TKG sebanyak
keberhasilan pemijahan, lama pemijahan, dan 32 ekor. Ikan contoh yang diukur panjang total dan
ukuran ikan ketika pertama kali mencapai ditimbang bobot basahnya di lokasi pelelangan
kematangan gonad (Mardlijah dan Patria 2012; sebanyak 822 ekor.
Karman et al. 2014; Jatmiko et al. 2015) termasuk Pengukuran panjang total ikan dimulai
waktu pemijahan (Ashida et al. 2010; Grande dari mulut terdepan hingga ujung ekor terakhir
et al. 2014; Ashida dan Horie 2015). menggunakan meteran (ketelitian 1 cm). Penim-
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bangan bobot basah total tubuh ikan menggunakan
status reproduksi, kelayakan ketertangkapan berda- timbangan digital (ketelitian 0,05 gram). Jenis
sarkan indikator biologi reproduksi di antaranya kelamin dan TKG dapat diketahui melalui
ukuran ikan, proporsi kelamin, serta kemampun pengamatan perkembangan gonad secara morfo-
reproduksi dari telur yang dihasilkan. Informasi logi setelah dilakukan pembedahan. Penentuan
ini akan diperlukan untuk memetakan status TKG berdasarkan morfologi mengacu pada
kondisi ikan yang menjadi tujuan penangkapan. klasifikasi Orange (1961).
Data sekunder diperoleh dari bagian statistik
METODOLOGI perikanan PPS Cilacap berupa data produksi
perikanan dan trip unit penangkapan setiap tahun
Lokasi Penelitian yang didaratkan di PPS Cilacap. Informasi lain
Penelitian dilakukan mulai dari Desember yang dikumpulkan, yaitu operasi penangkapan,
2014–Maret 2015 berlokasi di Pelabuhan Perika- daerah penangkapan, dan biaya operasi
nan Samudra Cilacap, Jawa Tengah. Penelitian penangkapan. Data tersebut, diperoleh melalui
dilaksanan di lapangan dengan mengumpulkan wawancara terhadap nelayan yang menangkap
data secara sekaligus dan setiap waktu pengamatan. ikan cakalang di PPS Cilacap.
Lokasi penelitian dapar dilihat pada Gambar 1.
Analisis Data
Rasio Kelamin
Rasio kelamin yaitu perbandingan antara
jenis kelamin ikan jantan dan betina yang ada di
perairan. Asumsi bahwa ikan yang tertangkap di
perairan adalah ikan dalam kondisi acak sehingga
tersebar merata menurut kelamin. Saat tertangkap,
kondisi ini juga tercermin dalam kondisi yang
sama sehingga dapat direpresentasikan dari pro-
ses pengamatan hasil pendaratan yang diacak.
Keseragaman sebaran rasio kelamin dilakukan
dengan uji Chi-Square (Steel dan Torrie 1980).
Konsep rasio adalah proporsi populasi tertentu
Gambar 1 Lokasi Penelitian PPS Cilacap, Jawa
terhadap total populasi (Walpole 1995) yang dapat
Tengah
dirumuskan sebagai berikut:
Prosedur n
p=
Pengumpulan Data N
Pengambilan ikan contoh mencakup ikan p adalah proporsi kelamin (jantan atau
cakalang yang ditangkap mulai dari berukuran betina), n adalah jumlah jenis ikan jantan (ind)

2
Aisya et al. (Population Structure of (Katsuwonus pelamis, Linnaeus 1758) from Southern of Java Sea)

atau betina (ind), dan N adalah jumlah total ..., G) maka fungsi objektif yang digunakan untuk
individu ikan jantan dan betina contoh (ind). Uji menduga {μj, σj, pj} adalah fungsi kemungkinan
khi-kuadrat (Chi-square), kemudian dilakukan maksimum (maximum likelihood function):
untuk mengetahui proporsi antara ikan betina dan N G
jantan dalam suatu populasi: L= ฀
Σ i=1 fi log฀
Σ i=1 p j qij
(oi –฀ ei ) dan

x2 = Σ
ei
χ² adalah nilai statistik khi-kuadrat untuk peubah
acak yang sebaran penarikan contohnya mengikuti yang merupakan fungsi kepekatan sebaran
sebaran khi-kuadrat, oi adalah sebaran ikan jantan normal dengan nilai tengah μj dan simpangan
dan betina yang diamati, serta ei adalah frekuensi baku σj, xi adalah titik tengah kelas panjang ke-i.
harapan ikan jantan dan betina. Fungsi objektif L ditentukan dengan cara mencari
turunan pertama L masing-masing terhadap μj,
Tingkat Kematangan Gonad
σj, dan pj sehingga diperoleh dugaan μj, σj, dan pj
Tingkat kematangan gonad (TKG) diamati yang akan digunakan untuk menduga parameter
secara morfologis dengan memperhatikan bentuk, pertumbuhan.
warna, dan ukuran gonad ikan contoh. Pengamatan
Hubungan Panjang dan Bobot
tingkat kematangan gonad didasarkan pada
standar penentuan tingkat kematangan gonad ikan Analisis hubungan panjang-bobot ikan
cakalang dari Orange 1961. cakalang dihitung menggunakan rumus yang
umum sebagai berikut (Effendie 2002):
Sebaran Frekuensi Panjang
dan Identifikasi Kelompok Umur W = aLb
Sebaran frekuensi panjang ditentukan dari W adalah bobot (gram), L adalah panjang
data panjang total ikan cakalang (K. pelamis). (mm), ɑ adalah konstanta dan b adalah penduga
Data panjang ikan cakalang dikelompokkan ke pola hubungan panjang-bobot. Interpretasi dari
dalam beberapa kelas panjang sehingga setiap hubungan panjang dan bobot dapat dilihat dari
kelas panjang ke-i memiliki frekuensi (fi). nilai konstanta b yaitu dengan hipotesis:
Identifikasi kelompok umur yang diduga dari
ukuran dilakukan dengan menganalisis frekuensi 1. H0 : b = 3, dikatakan hubungan isometrik
panjang melalui metode NORMSEP (Normal (pola pertumbuhan panjang sama dengan
Separation) (FISAT II, FAO-ICLARM Stock pola pertumbuhan bobot).
Assesment Tool). Sebaran frekuensi panjang 2. H1 : b ≠ 3, dikatakan memiliki hubungan
dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok allometrik (panjang dan berat tidak seimbang)
umur yang menyebar dengan nilai rata-rata Pola pertumbuhan allometrik ada dua
panjang dan simpangan baku pada masing-masing macam, yaitu allometrik positif (b>3) yang
kelompok umur (Gayanilo et al. 1994 in Fandri mengindikasikan bahwa pertumbuhan bobot lebih
2012). Apabila fi adalah frekuensi ikan dalam dominan dibandingkan dengan pertumbuhan
kelas panjang ke-i (i = 1, 2, ..., N), μj adalah rata- panjang dan allometrik negatif (b<3) yang berarti
rata panjang kelompok umur ke-j dan pj adalah bahwa pertumbuhan panjang lebih dominan
proporsi ikan dalam kelompok umur ke-j (j= 1, 2, dibandingkan dengan pertumbuhan bobotnya.

Tabel 1 Klasifikasi Tingkat Kematangan Gonad (TKG)


TKG Keadaan Gonad Deskripsi
I Immature Gonad memanjang, kecil hampir transparan
II Maturing Gonad membesar, berwarna pink-krem, butiran telur belum dapat terlihat dengan kasat
mata
III Mature Gonad berwarna krem kekuningan, butiran telur sudah dapat terlihat dengan mata biasa
IV Ripe Butiran telur membesar dan bewarna kuning jernih, dapat keluar dengan sedikit
penekanan pada bagian perut
V Spent Gonad mengecil, bewarna merah, dan banyak terdapat pembuluh darah
Sumber: Orange (1961)

3
Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis, Desember 2017, Volume 1 No.1

Selanjutnya untuk menguji hipotesis tersebut, tertangkap dari ikan jantan. hal ini dapat diduga
digunakan statistik uji sebagai berikut: karena aktivitas ikan betina tinggi pada saat
Bulan Desember. Aktivitas ini bisa berupa proses
t hitung = reproduksi (breeding) atau aktivitas pemijahan
Sb1 adalah simpangan baku dugaan b1 atau b (spawning). Hasil pengamatan selama bulan
yang dihitung dengan: Desember sampai Maret sebagian besar masih
belum matang gonad. Kemungkinan ini bisa juga
terjadi karena pemijaham umumnya terjadi pasa
kisaran suhu 28oC (Lahodey et al. 2008). Namun,
ikan jantan berukuran besar dari 388 mm sudah
Selanjutnya, nilai thit dibandingkan dengan
mencapai matang gonad dalam presentase kurang
nilai ttabel pada selang kepercayaan 95%.
dari 20%. Pola ikan jantan dan betina yang belum
Pengambilan keputusannya adalah jika thitung > ttabel
mencapai fase kematangan yang secara bersama
maka tolak hipotesis nol (H0) dan jika thitung < ttabel
mengindikasikan belum terjadinya proses
berarti terima hipotesis nol (Walpole 1995).
pemijahan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kematangan Gonad
Rasio Kelamin Tingkat kematangan gonad adalah tahap
Jumlah keseluruhan ikan cakalang yang tertentu perkembangan gonad ikan (Effendie
diamati jenis kelaminnya, yaitu 32 individu yang 2002). Pada Gambar 2 dan 3, disajikan grafik
terdiri atas 13 individu ikan betina dan 19 individu tingkat kematangan gonad (TKG) ikan cakalang
ikan jantan. Secara keseluruhan, perbandingan betina dan jantan pada setiap pengambilan contoh
antara ikan cakalang betina dan jantan yang berdasarkan selang kelas panjang ikan. Gambar
diamati pada penelitian ini sebesar 1:1,5 atau 2 dan Gambar 3 menunjukkan bahwa, baik ikan
40,625:59,375%. Pada hasil uji Chi-square cakalang betina maupun ikan cakalang jantan
dengan selang kepercayaan 95%, diperoleh hasil yang dominan tertangkap adalah TKG I dan TKG
perbandingan ikan cakalang betina dan jantan II. Pada penelitian ini, diambil 32 contoh gonad
dalam suatu populasi dalam keadaan yang tidak (13 ekor di antaranya ikan cakalang betina dan
seimbang. 19 ekor ikan cakalang jantan) yang diamati dan
Perbandingan ikan betina dan jantan -ikan hanya ditemukan 1 ekor ikan cakalang jantan yang
betina lebih banyak, agar bertujuan untuk mencapai TKG III dan IV, dan pada ikan cakalang
mempertahankan kelestarian populasi (Purwanto betina tidak ditemukannya TKG III dan TKG IV.
et al. 1986). Menurut Manik (2007) menyatakan Tingkat kematangan gonad tertinggi akan
hal yang menyebabkan rasio kelamin mungkin didapatkan paling banyak pada saat pemijahan
tidak seimbang adalah kurangnya ikan betina akan tiba (Effendie 2002). Koya et al. (2012)
pada suatu perairan karena akan memijah dan menjelaskan puncak musim pemijahan ikan
akibat kematian Hasil analisis rasio kelamin setiap cakalang di perairan Samudra Hindia mulai
bulannya dapat dilihat pada Tabel 2. dari bulan Desember hingga Maret. Pada saat
Rasio kelamin ikan cakalang dengan memijah, ikan cakalang akan bermigrasi jauh ke
perbanding 40:60 di mana populasi ikan jantan laut dalam sehingga peluang untuk tertangkapnya
lebih dominan. Bahkan pada waktu tertentu, ikan cakalang betina TKG III dan TKG IV sangat
ukuran yang tertangkap dominan ikan jantan. Pada kecil. Hasil penelitian Grande et al. (2014)
bulan Desember, rasio betina lebih banyak yang di bagian barat Samudra Hindia menyebutkan

Tabel 2 Rasio kelamin ikan cakalang


Perbandingan (%)
Waktu n
Betina Jantan
25 Desember 2014 11 54,55 45,45
27 Januari 2015 5 0,00 100,00
24 Februari 2015 7 42,86 57,14
24 Maret 2015 9 44,44 55,56
Total 32 40,625 59,375

4
Aisya et al. (Population Structure of (Katsuwonus pelamis, Linnaeus 1758) from Southern of Java Sea)

(TKG III) di perairan sekitar Pulau Seram Selatan


dan Pulau Nusa Laut berukuran 436 mm pada
jantan dan 428 pada betina. Karman et al. (2014)
menyebutkan bahwa ikan cakalang pertama kali
memijah di Laut Maluku adalah 430 cm.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian di
lokasi yang berbeda menunjukkan bahwa ikan
cakalang di Indonesia memijah pada ukuran
> 400 cm dan ada perbedaan ukuran pada setiap
perairan yang berbeda. Sementara di Pasifik
Gambar 2 Tingkat kematangan gonad ikan bagian barat, ikan cakalang memijah pada ukuran
cakalang betina 355 mm (Ashida et al. 2010), di Jepang ikan
cakalang memijah dengan ukuran yang lebih kecil
(405 mm jantan dan 376 mm betina) (Ashida dan
Orie 2015). Adanya perbedaan ukuran pertama
kali matang gonad ikan cakalang dipengaruhi
oleh ketersediaan makanan, suhu perairan, letak
lintang dan bujur, serta kecepatan pertumbuhan.
Perbedaan tempat pemijahan dapat menimbulkan
perbedaan musim pemijahan (Manik 2007; Ashida
et al. 2010; Ashida dan Orie 2015).
Ukuran ikan yang tertangkap mencapai 79%
adalah ikan yang belum dewasa (belum matang
Gambar 3 Tingkat kematangan gonad ikan
gonad). Sebanyak 21% sudah mencapai fase
cakalang jantan
kematangan dan reproduksi. Aktivitas penangkapan
bahwa pemijahan ikan cakalang terjadi selama bulan Desember hingga Maret cenderung
musim hujan (Januari–Februari) dan musim menangkap ikan yang masih tumbuh menuju
peralihan (Mei–Juli). Dengan demikian, Rocman populasi matang gonad. Aktivitas penangkapan
et al. (2015) menduga bahwa pola rekrutmen ikan ikan bergerombol di objek mengapung (FAD) juga
cakalang terjadi setiap tahun dengan puncaknya dapat berpengaruh pada ukuran hasil tangkapan
diduga pada bulan April sampai dengan Agustus. yang cenderung seragam (Robert et al 2014). Bila
Berdasarkan hasil perhitungan dengan kondisi ini sama dengan bulan lainnya, sangat
metode Sperman Karber (Udupa 1986), berpotensi mengganggu kelangsungan populasi
dugaan ukuran pertama kali matang gonad menjadi ikan dewasa sehingga proses regenerasi
(Lm) ikan cakalang jantan berada pada ukuran bisa terhambat. Namun demikian, pertumbuhan
430–471 mm, yaitu sebesar 439,40 mm. Namun yang cepat mencapai 0,8 per tahun (Evenson
untuk ikan cakalang betina, tidak ditemukannya 2015) juga berpotensi mempercepat ketersediaan
TKG III dan TKG IV sehingga tidak didapatkan ikan cakalang dibandingkan tropikal tuna lainnya.
hasil ukuran pertama kali matang gonad. Hasil Namun demikian, penangkap populasi dewasa
penelitian dari Jatmiko et al. (2015) menemukaan juga berdampak pada pengurangan ukuran dewasa
bahwa panjang pertama kali matang gonad ikan karena kemampuan recovery yang relatif lambat
cakalang di Samudra Hindia adalah 429 mm untuk skipjack tuna (Hallier 2015) dari kajian di
dengan kisaran antara 416–443 mm (Sampel Indian Ocean.
April hingga November). Grande et al. (2014)
Sebaran Frekuensi Panjang
menyebutkan bahwa ukuran pertama kali matang
dan Identifikasi Kelompok Umur
gonad (Lm) ikan cakalang betina di perairan
Samudra Hindia Barat diperkirakan sebesar Dari total contoh yang diamati sebanyak 822
399 mm. Hasil penelitian lainnya di lokasi berbeda ind ikan cakalang, sebaran frekuensi panjang ikan
antara lain Sumadhiharga dan Hukom (1987) cakalang menyebar dari selang kelas panjang
diperoleh nilai Lm di Laut Banda sebesar 418 mm 220 mm hingga 791 mm. Frekuensi tertinggi
untuk ikan cakalang betina dan 420 mm untuk terdapat pada selang kelas 324-375 mm. Apabila
ikan cakalang jantan. Manik (2007) mendapatkan dibandingkan dengan penelitian Rochman et
hasil cakalang terkecil yang sudah matang gonad al. (2015) di Selatan Jawa menemukan ukuran

5
Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis, Desember 2017, Volume 1 No.1

cakalang yang tertangkap adalah 200–650 mm. penyakit (Effendie 2002). Faktor luar yang utama
Hasil penelitian Jatmiko et al. (2015) di perairan memengaruhi petumbuhan ikan adalah suhu dan
timur Samudra Hindia panjang ikan cakalang total makanan (Manik 2007; Effendie 2002).
berkisar antara 350–680 mm. Anggraeni et al. Bedasarkan hasil tingkat kematangan gonad
(2015) menemukan panjang ikan cakalang total (Lm), diketahui bahwa jumlah ikan yang ukurannya
yang tertangkap pada perairan Samudra Hindia lebih kecil dari ukuran pertama kali matang gonad
Selatan Yogya bekisar antara 200–680 mm. Hasil sebanyak 657 ekor atau 79,93%. Hal ini karena
penelitian lainnya di Indonesia oleh Sumadhiharga persantase yang belum matang gonad lebih besar
dan Hukom (1987) menyatakan bahwa sebaran dari 50%. Kondisi ini menunjukkan bahwa telah
frekuensi panjang ikan cakalang di Laut Banda terjadi gejala recuitment overfishing stok ikan
yaitu 300–699 mm. Uktolseja (1987) menemukan cakalang di peraian selatan Jawa. Kondisi juga
frekuensi panjang ikan cakalang di perairan sebelah ditemukan di perairan Laut Maluku (Karmanu et
timur Sulawesi Tengah tersebar di antara 271–577 al. 2014).
mm. Suwartana (1986) yang meneliti di perairan Analisis kelompok umur dilakukan setelah
Maluku Tengah mendapatkan panjang baku mengetahui sebaran distribusi frekuensi panjang
berkisar antara 403–654 mm. Selanjutnya, Jamal total ikan contoh. Analisis sebaran frekuensi
et al. (2011) menemukan panjang ikan cakalang di panjang dapat digunakan untuk menduga umur
Perairan Teluk Boneadalah 315–429 mm. ikan dan kelompok umur ikan. Hal ini dikarenakan
Karman et al. (2014) menemukan panjang frekuensi panjang ikan tertentu menggambarkan
ikan cakalang total yang tertang kap di Laut umur yang sama dan cenderung membentuk
Maluku berkisar antara 260–720 mm. Menurut sebaran normal. Gambar 5 menyajikan hasil ana-
Jamal et al. (2011); Rochman et al. (2015); dan lisis pemisahan kelompok ukuran ikan cakalang
Ashida dan Orie (2015), menjelaskan bahwa jika menurut waktu pengamatan.
pada suatu perairan terdapat perbedaan ukuran Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa
dan jumlah ikan, hal tersebut mungkin disebabkan terjadi pergesaran modus ke arah kanan pada bulan
oleh perbedaan pola pertumbuhan, perbedaan Desember hingga Januari dan Februari hingga
ukuran pertama kali matang gonad, perbedaan Maret. Pergeseran ke arah kanan menunjukkan
masa hidup, dan adanya pemasukan jenis ikan pertumbuhan ikan cakalang. Metode yang
atau spesies baru pada suatu populasi ikan yang digunakan untuk analisis kelompok umur adalah
sudah ada. Spesies ikan yang sama dan hidup di metode NORMSEP melalui program FISAT
lokasi perairan yang berbeda akan mengalami II. Hasil analisis kelompok umur ikan cakalang
pertumbuhan yang berbeda karena adanya berupa panjang rata-rata dan indeks separasi yang
faktor dalam dan faktor luar yang memengaruhi disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan nilai
pertumbuhan ikan tersebut. Faktor dalam tersebut, indeks sparasi lebih dari 2 (>2) sehingga hasil
yaitu faktor yang umumnya sulit dikontrol, pemisahan kelompok umur ikan cakalang dapat
seperti keturunan, jenis kelamin, umur, serta diterima dan digunakan untuk analisis berikutnya.

Gambar 4 Sebaran frekuensi panjang total contoh

6
Aisya et al. (Population Structure of (Katsuwonus pelamis, Linnaeus 1758) from Southern of Java Sea)

Gambar 5 Pergeseran modus frekuensi panjang ikan cakalang

Menurut Spare dan Venema (1999), indeks pertumbuhan panjangnya. Pola pertumbuhan yang
separasi menggambarkan kualitas pemisahan dua sama terdapat pada ikan cakalang yang hidup di
kelompok umur yang berdekatan. perairan, Teluk Bone (Jamal et al. 2011), dan Laut
Maluku (Karman et al. 2015). Selain itu juga,
Tabel 3 Sebaran kelompok umur ikan cakalang terdapat pola pertumbuhan ikan cakalang yang
Waktu
Kelompok Panjang Rata
Indeks berbeda pada perairan di perairan sekitar Pulau
Pengambilan Separasi Seram Selatan dan Pulau Nusa Laut yang memiliki
Umur - rata Total
Contoh Total
pola pertumbuhan Allometrik Positif dengan nilai
25 Desember 2014 1 323,5 ± 35,62 N.A
b = 3,285 (Jantan) dan b = 3,355 (betina) (Manik
2 713,48 ± 60,17 8,059
2007) yang berarti bahwa pertumbuhan bobot
27 Januari 2015 1 387,18 ± 52,91 N.A
lebih dominan dibandingkan dengan pertumbuhan
2 469,42 ± 26,00 2,769
panjang. Hasil penelitian Anggareini et al. (2015)
3 651,11 ± 54,09 3,863
juga mendapatkan ikan cakalang di Selatan Jawa
24 Februari 2015 1 366,73 ± 28,70 N.A
dengan kategori allometrik positif (b = 3,29).
2 471,53 ± 75,33 2015
Berbedanya hasil analisis tersebut, diduga
24 maret 2015 1 302,42 ± 26,00 N.A karena diferensiasi kisaran panjang ikan yang
2 393,66 ± 50,95 2,372 dianalisis cukup besar. Selain itu juga, pengaruh
3 609,64 ± 26,00 5,614 faktor-faktor biologis dan ekologis dari masing
-masing perairan di mana ikan tersebut hidup.
Hubungan Panjang dan Bobot Menurut Manik (2007) dan Karman et al. (2015),
perbedaan pola pertumbuhan dipengaruhi oleh
Hubungan panjang bobot ikan cakalang dapat perbedaan musim dan tingkat kematangan
dilihat pada Gambar 6. Persamaan hubungan pan- gonad, serta aktivitas penangkapan. Aktivitas
jang bobot ikan cakalang adalah W= 0,00001L3,020 penangkapan yang cukup tinggi pada suatu
dengan koefisien determinasi 85,4% dan nilai daerah akan memengaruhi kehidupan dan
b sebesar 3,020. Selanjutnya, dilakukan uji t pertumbuhan populasi ikan. Selain itu, perbedaan
(α= 0,05) terhadap nilai b diperoleh pola pola pertumbuhan juga dapat disebabkan oleh
pertumbuhan ikan cakalang adalah isometrik perbedaan jumlah dan variasi ukuran ikan yang
yang berarti pertumbuhan bobot sama dengan diamati (Jamal et al. 2015).

7
Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis, Desember 2017, Volume 1 No.1

male skipjack tuna Katsuwonus pelamis


(Linnaeus) in the tropical western and
central Pacific Ocean. Fish Sci 76: 785–793
Ashida H, Masahiro H. 2015. Reproductive
condition, spawning season, batch fucun-
dity and spawning fraction of skipjack
tuna (Katsuwonus pelamis) caught around
Amami-Oshima, Kagoshima, Japan. Fish
Sci 81: 861–869.
Andrade HA, RO Campos. 2002. Allometry
Gambar 6 Hubungan panjang bobot ikan cakalang coefficient variations of the length–weight
relationship of skipjack tuna (Katsuwonus
Ikan cakalang yang tertangkap pada ukuran
pelamis) caught in the southwest South
di atas matang gonad yang lebih sedikit, namun
Atlantic. Fisheries Research, 55 : 307–312.
relatif lebih panjang dari yang tidak matang
Collette BB, CE Nauen. 1983. FAO species
gonad. Sebagian besar ikan yang berukuran besar
catalogue.Vol. 2. Scombrids of the world.
ditemukan pada bulan Januari serta bulan Maret
An annotated and illustrated catalogue
dalam populasi yang lebih sedikit. Kecilnya
of tunas, mackerels, bonitos and related
populasi yang berukuran dewasa menjadi indikator
species known to date. Food and Agriculture
bahwa ikan yang tertangkap relatif seragam. Ikan
organization of the United Nations (FAO)
cakalang memiliki karakter yang bergerombol
Fisheries Synopsis number 125, volume 2.
sejak kecil sampai dewasa sehingga ikan tumbuh
Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan
dan berkembang pada kondisi yang sama
Pustaka Nusatama. Yogyakarta (ID). 163
(dominan satu kohort). Akibatnya, akan memiliki
hal.
pertumbuhan yang seragam dan seimbang antara
Eveson JP, J Million, F Sardenne, Gaël Le Croizier.
panjang dan berat (nilai mendekati 3) yang
2015. Estimating growth of tropical tunas in
lebih rendah dari SKJ dari perairan Barat Daya
the Indian Ocean using tag-recapture data
Atlantik Selatan (Andrade dan Campos 2002).
and otolith-based age estimates. Fisheries
Kondisi ini juga mengindikasikan bahwa perairan
Research 163: 58–68.
tersebut memiliki daya dukung yang baik terhadap
Grandea M, H Murua, I Zudaire, N Go˜ni, N
pertumbuhan ikan cakalang.
Bodin. 2014. Reproductive timing and
KESIMPULAN reproductive capacity of the Skipjack Tuna
(Katsuwonus pelamis) in the western Indian
Ikan Cakalang (SKJ) di selatan Jawa umum- Ocean. Fisheries Research 156: 14–22.
nya adalah ikan yang relatif muda yang tertangkap, Hallier JP, A Fonteneau. 2015. Tuna aggregation
dengan kondisi yang sebagian besar belum matang and movement from tagging data: A tuna
gonad. Ikan yang mencapai populasi dewasa “hub” in the Indian Ocean. Fisheries
tercatat sangat rendah (21%) yang menjadi Research 163: 34–43.
indikator bahwa kondisi perairan termasuk baik Jamal M, MFA Sondita, J Haluan, B Wiryawan.
dan mendukung bagi perkembangan populasi 2011. Pemanfaatan Data Biologi
ikan cakalang. Namun dalam jangka panjang, Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)
harus tetap memperhatikan kehati-hatian dalam dalam Rangka Pengelolaan Perikanan
eksploitasinya. Bertanggung Jawab di Perairan Teluk Bone.
Jurnal Natur Indonesia 14(1) : 107–113.
DAFTAR PUSTAKA Jatmiko I, H Hartaty, A Bahtiar. 2015. Biologi
Anggraeni R, A Solichin, SWS Putra. 2015. Reproduksi Ikan Cakalang (Katsuwonus
Beberapa Aspek Biologi Ikan Cakalang pelamis) di Samudra Hindia Bagian Timur.
(Katsuwonus pelamis) dalam Kaitannya BAWAL 7(2): 87–94
untuk Pengelolaan Perikanan di PPP Sa-, Karman A, S Martasuganda, MFASondita, MS
deng Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta. Baskoro. 2014. Capture Fishery Biology of
Diponegoro Journal Of Maquares 4(3): Skipjack in Western and Southern Waters
230–239. of North Maluku Province. International
Ashida H, T Tanabe, K Satoh, A Fukui, S Tanaka, Journal of Sciences: Basic and Applied
N Suzuki. 2010. Reproductive biology of Research (IJSBAR) 16(1): 432–448.

8
Aisya et al. (Population Structure of (Katsuwonus pelamis, Linnaeus 1758) from Southern of Java Sea)

Koya KPS, KK Joshi, EM Abdussamad, P Rohit, social mechanisms? Journal of Theoretical


M Sivadas, S Kuriakose, S Ghosh, M Koya, Biology 359: 161–170.
HK Dhokia, D Prakasan, VAK Koya, M Spare P, SC, Venema. 1999. Introduksi pengkajian
Sebastine. 2012. Fishery, biology, and stock stok ikan tropis buku i-manual (edisi
structure of skipjack tuna, Katsuwonus terjemahan). Kerja sama Organisasi Pangan,
pelamis (Linnaeus, 1758) exploited from Perserikatan Bangsa-bangsa dengan Pusat
Indian waters. Indian Journal Fish 59(2): Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
39–47. Jakarta (ID). 438 hal.
Lahodey P, I Senina, R Murtugudde. 2008. Steel RGD, JH Torrie. 1980. Principles and
A spatial ecosystem and populations Procedure of Statistic: a Biological
dynamics model (SEAPODYM)-Modeling Approach. New York (NY): Mic Grow Hill
of tuna and tuna-like populations. Bool Company, Inc.
Oceanography 78: 304–318 Sumadhiharga K, FD Hukom. 1987. Hubungan
Manik Nurdin. 2007. Beberapa Aspek Biologi panjang berat, makanan dan reproduksi
Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)
di Perairan Sekitar Pulau Seram Selatan di Laut Banda. Makalah pada Kongres
dan Pulau Nusa Laut. Oseanologi dan Biologi Nasional VIII. Purwokerto.
Limnologi di Indonesia 33: 17–25. Suwartana A. 1986. Struktur populasi ikan
Mardlijah S, MP Patria. 2012. Biologi reproduksi cakalang (Katsuwonus pelamis) di Maluku
ikan madidihang (Thunnus albacares; Tengah. Jurnal Penelitian Perikanan Laut
Bonnatere 1788) di Teluk Tomini. J Lit 34: 99–109.
Perikanan Ind 4 (1) :27–34. Udupa KS. 1986. Statisticalmethod of estimating
Orange C J. 1961. Spawning of Yellowfin Tuna the size at first maturity in fishes. ICLARM,
and Skipjack in the Eastern Tropical Metro Manila. Fishbyte 4(2) 8–10.
Pacific, As Inferred From Studied of Gonad Uktolseja JCB. 1987. Estimated growth
Development. Bulletin Inter-American parameters and migration of skipjack tuna-
Tropical Tuna Commission 5(6): 459–496. Katsuwonus pelamis In: Balai Penelitian
Purwanto G, BW Osse, S Bustaman. 1986. Perikanan Laut. The Eastern Indonesian
Studi pendahuluan keadaan reproduksi Water Through Tagging Experiments.
dan perbandingan kelamin ikan cakalang Jakarta.
(Katsuwonus pelamis) di perairan sekitar Uktolseja JCB. 1989. The status of the Indonesian
Teluk Piru dan Elpaputih, Pulau Seram. tuna fisheries. Report of the 3rd Southeast
Jurnal Penilitian Perikanan Laut 34: 69–78. Asian Tuna Conference. Bali, Indonesia.
Rochman F, B Nugraha, A Wujdi. 2015. 22 – 24August, 1989. IPTPFAO: 66–81.
Pendugaan Parameter Populasi Ikan Walpole RS. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta
Cakalang (Katsuwonus pelamis, Linnaeus, (ID): PT Gramedia Pustaka Umum. 515
1758) di Samudra Hindia Selatan Jawa. hal.
BAWAL 7 (2) :77–85 Welcomme RL. 2001. Inland Fisheries: Ecology
Robert M, L Dagorn, JL Deneubourg. 2014. and Management. London Fishing News
The aggregation of tuna around floating Book. A Division of Blackwell Science:
objects: What could be the underlying 358p.

Anda mungkin juga menyukai