29
Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis, Desember 2020, Volume 4 Nomor 2
30
Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis, Desember 2020, Volume 4 Nomor 2
Tabel 1. Kriteria dan bobot indikator domain sumber daya ikan dalam EAFM
Metode
No. Indikator Kriteria Bobot
Pengambilan Data
1. Tren CPUE Data Sekunder 1 = menurun tajam (rerata turun > 25% per tahun) 40
2 = menurun sedikit (rerata turun <25% per tahun)
3 = stabil atau meningkat
2. Tren Ukuran Ikan Pengukuran 1 = trend ukuran rata-rata ikan yang ditangkap 20
Langsung, semakin kecil
Wawancara 2 = trend ukuran rata-rata ikan yang ditangkap
relatif tetap
3 = trend ukuran rata-rata ikan yang ditangkap
semakin besar
3. Proporsi Ikan Pengamatan 1 = banyak sekali (> 60%) 15
Yuwana (juvenil) Langsung 2 = banyak (30 - 60%)
yang Ditangkap 3 = sedikit (<30%)
4. Komposisi Spesies Pengamatan 1 = proporsi target lebih sedikit (< 15% dari total 10
Langsung, volume)
Wawancara 2 = proporsi target sama dengan non-target (16-
30% dari total volume)
3 = proporsi target lebih banyak (> 31 % dari total
volume)
5. Range Collapse Wawancara 1 = fishing ground semakin sulit, tergantung spesies 10
Sumber Daya Ikan target
2 = fishing ground relatif tetap, tergantung spesies
target
3 = fishing ground semakin mudah, tergantung
spesies target
6. Spesies ETP Wawancara 1 = spesies ETP yang tertangkap banyak (>20%) 5
(Endangered, 2 = spesies ETP yang tertangkap sedikit (<20%)
Threatned, and 3 = tidak ada spesies ETP yang tertangkap
Protected Species)
(Sumber: Modul NWG EAFM, 2014)
31
Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis, Desember 2020, Volume 4 Nomor 2
𝑛𝑖 rumus sebagai berikut:
Ks = x 100%
𝑁
Cat-I = Sat-i x Wat-i
Dimana: Ks adalah komposisi spesies hasil
tangkapan (%), ni adalah jumlah individu tiap Dimana: Cat-I adalah nilai indeks
spesies, N adalah jumlah individu seluruh spesies atribut/indikator ke-i, Sat-i adalah skor
ikan. atribut/indikator ke-i, Wat-I adalah Bobot
5. Range Collapse Sumber Daya Ikan atribut/indikator ke-i.
Penentuan mengenai range collapse dapat 3. Menghitung Nilai Komposit
dilihat berdasarkan kondisi daerah penangkapan Menurut NWG EAFM (2014) nilai komposit
ikan. Indikator yang paling mudah dalam dapat dihitung melalui rumus berikut:
menentukan range collapse adalah melihat apakah Nilai Komposit (NK) = (Cat-i / Cat-max) × 100
terjadi indikasi terhadap semakin sulitnya mencari Dimana: NK adalah nilai komposit, Cat-i
lokasi penangkapan ikan (fishing ground) dengan adalah nilai indeks total semua atribut/indikator ke-
wawancara kepada nelayan. I, Cat-max adalah nilai indeks total maksimum
6. Spesies ETP (Endangered, Threatned, and semua atribut/indikator ke-i.
Protected Species) Nilai komposit yang diperoleh kemudian
Pengamatan mengenai spesies ETP divisualisasikan dalam bentuk analisis model
(Endangered, Threatned, and Protected Species) bendera (flag model analysis) yang akan
dilakukan dengan mengamati langsung hasil menggambarkan kondisi dari hasil penilaian status
tangkapan nelayan di lapangan serta mendata dari domain sumber daya ikan sebagaimana yang tersaji
nelayan yang di wawancarai sebagai responden. pada Tabel 2.
Analisis Penilaian EAFM
Analisis penilaian dalam menentukan hasil HASIL DAN PEMBAHASAN
EAFM berdasarkan Modul NWG EAFM (2014)
terdiri dari tiga tahap sebagai berikut: Hasil
1. Menilai Setiap Indikator Pengamatan indikator domain sumber daya
Penilaian menggunakan skor likert ordinal ikan berdasarkan pendekatan ekosistem untuk
1,2,3 sesuai dengan kriteria penilaian masing- pengelolaan perikanan tongkol krai (Auxis thazard)
masing indikator. Kriteria penilaian telah 1. Tren CPUE
ditetapkan dengan mengacu pada Modul NWG Nilai CPUE diperoleh dari hasil perhitungan
EAFM (2014), sebagaimana tersaji pada Tabel 1. data statistik perikanan tangkap Desa Seraya Timur
2. Menghitung Nilai Indeks selama 3 tahun terakhir dengan cara membagi nilai
Nilai indeks diperoleh dengan cara catch dan effort per tiap tahunnya sebagaimana
mengalikan nilai skor dengan bobot setiap yang tersaji pada Tabel 3. Pendugaan tren CPUE
indikator. Menurut NWG EAFM (2014) nilai ditentukan berdasarkan nilai kenaikan atau
indeks indikator dapat dihitung menggunakan penurunan setiap tahunnya.
Tabel 3. Produksi hasil tangkapan ikan tongkol krai (Auxis thazard) yang didaratkan di Desa Seraya Timur
Tahun Catch (kg) Effort (trip) CPUE (kg/trip)
2017 42.069 2.296 18,323
2018 30.649 1.966 15,590
2019 29.407 1.761 16,699
(Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Karangasem, 2020)
32
Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis, Desember 2020, Volume 4 Nomor 2
Gambar 1. Tren CPUE ikan tongkol krai (Auxis thazard) yang didaratkan di Desa Seraya Timur tahun 2017-
2019
Gambar 2. Sebaran frekuensi ukuran panjang total ikan tongkol krai (Auxis thazard) yang didaratkan di Desa
Seraya Timur
Hasil pendugaan tren CPUE dari tahun 2017- 344 mm. Frekuensi panjang total ikan tongkol krai
2019 menggambarkan bahwa nilai hasil tangkapan (Auxis thazard) yang paling banyak ditemukan
per upaya untuk ikan tongkol krai (Auxis thazard) adalah pada sebaran panjang total 249-260 mm
yang didaratkan di Desa Seraya Timur memiliki sebesar 36,3 % dan untuk yang paling sedikit
tren yang menurun sebesar 7,80% per tahun. ditemukan adalah pada sebaran panjang total 333-
2. Tren Ukuran Ikan 344 mm sebesar 0,17% (Gambar 2). Hasil
Ukuran Ikan Tongkol yang diamati pada wawancara terhadap responden diketahui sebanyak
penelitian ini adalah ukuran panjang total dari jenis 89% nelayan mengatakan bahwa tren ukuran ikan
ikan tongkol krai (Auxis thazard). Hal tersebut relatif tetap dari tahun-tahun sebelumnya
dikarenakan ikan tongkol hasil tangkapan nelayan 3. Proporsi Ikan Yuwana (Juvenil) yang
di Desa Seraya Timur secara menyeluruh adalah Ditangkap
jenis ikan tongkol krai (Auxis thazard). Hasil Ukuran ikan tongkol krai (Auxis thazard) hasil
pengamatan menunjukkan sebaran frekuensi tangkapan yang didaratkan di Desa Seraya Timur
ukuran panjang total ikan tongkol krai (Auxis secara keseluruhan adalah termasuk ikan yang
thazard) di Desa Seraya Timur berkisar dari 225- tergolong yuwana, hal ini dikarenakan ukuran
30
Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis, Desember 2020, Volume 4 Nomor 2
pertama kali matang gonad untuk ikan tongkol krai 5. Range Collapse Sumber Daya Ikan
(Auxis thazard) di WPP-RI 573 atau Perairan Selat Daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Lombok menurut penelitian yang dilakukan oleh nelayan di Desa Seraya Timur meliputi wilayah
Jayanti (2020) adalah pada ukuran panjang total perairan Selat Lombok yang termasuk dalam WPP-
sebesar 348 mm. Persentase ikan tongkol krai RI 573 dan WPP-RI 713 (Gambar 5). Hasil
(Auxis thazard) yuwana yang tertangkap dan wawancara terhadap respoden diketahui bahwa
didaratkan di Desa Seraya Timur adalah sebesar sebanyak 75% nelayan responden menyatakan
100%. kondisi daerah penangkapan ikan (fishing ground)
4. Komposisi Spesies semakin sulit.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa hasil 6. Spesies ETP (Endangered, Threatened, and
tangkapan dengan menggunakan jaring insang Protected Species)
didominasi oleh tangkapan spesies target yaitu ikan Hasil dari pengamatan dan wawancara
tongkol krai (Auxis thazard) sebesar 98% dan diketahui terdapat beberapa spesies genting yang
untuk spesies non target yang tertangkap, termasuk dalam status Endangered (EN) yang
diantaranya ikan terbang (Hirundichthys perlu mendapat perhatian khusus karena tertangkap
oxycephalus) sebesar 1,3% dan ikan layang secara tidak sengaja (bycatch). Spesies yang
(Decapterus macarellus) sebesar 0,7%. Komposisi berstatus Endangered (EN) tersebut adalah penyu
hasil tangkapan pancing tonda juga didominasi hijau (Chelonia mydas) dan lumba-lumba
oleh tangkapan spesies target yaitu ikan tongkol (Delphinus sp.). Hasil wawancara diketahui bahwa
krai (A. thazard) sebesar 90,7%, terdapat juga ikan seluruh responden menyatakan untuk spesies ETP
tongkol spesies lain yang tertangkap yaitu ikan yang tertangkap tergolong sangat sedikit.
tongkol komo (Euthynnus affinis) sebesar 5,3%, Penilaian Status Domain Sumber Daya Ikan
namun ikan tongkol komo (E. affinis) tidak Berdasarkan Pendekatan Ekosistem untuk
termasuk spesies target dari nelayan karena jenis Pengelolaan Perikanan Tongkol Krai (Auxis
ini tidak selalu di dapatkan oleh nelayan. Hasil thazard).
tangkapan lainnya juga termasuk spesies non Hasil penilaian status domain sumber daya
target, yaitu cakalang (Katsuwonus pelamis) ikan berdasarkan pendekatan ekosistem untuk
sebesar 2,7% dan mahi-mahi (Coryphaena pengelolaan perikanan tongkol di Perairan Selat
hippurus) sebesar 1,3% (Gambar 4A dan 4B). Hasil Lombok yang didaratkan di Desa Seraya Timur
wawancara terhadap respoden juga diketahui dinilai dengan menggunakan metode pemberian
bahwa seluruh responden menyatakan bahwa skor likert ordinal 1,2,3 memperoleh hasil
komposisi spesies hasil tangkapan nelayan di Desa penilaian nilai komposit sebesar 61,67. Hasil
Seraya Timur didominasi oleh spesies target. penilaian status domain sumber daya ikan dapat
dilihat pada Tabel 4.
A B
0.7% 1.3%
1.3%
2.7%
5.3%
90.7%
98%
Gambar 4. (A) Komposisi spesies hasil tangkapan jaring insang yang didaratkan di Desa Seraya Timur (B)
Komposisi spesies hasil tangkapan pancing tonda yang didaratkan di Desa Seraya Timur
31
Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis, Desember 2020, Volume 4 Nomor 2
Gambar 5. Daerah penangkapan ikan nelayan di Desa Seraya Timur berdasarkan wawancara
32
Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis, Desember 2020, Volume 4 Nomor 2
Tabel 4. Penilaian status domain sumber daya ikan berdasarkan pendekatan ekosistem untuk pengelolaan
perikanan tongkol krai (Auxis thazard)
Indikator
Metode
Domain Skor per Nilai Nilai
Pengambilan Hasil Skor Total Bobot
Sumber Daya Kriteria Indeks Komposit
Data
Ikan
Menurun
sedikit
1* Data Sekunder 2 2 40 80 26,67
(Menurun
7,80%)
Pengukuran Relatif tetap
2
Langsung
2* 2 20 40 13,33
Relatif tetap
Wawancara 2
(89%)
Banyak sekali
Pengamatan
3* (Ikan Yuwana 1 1 15 15 5
Langsung
95,3%)
Proporsi target
lebih banyak
Pengamatan (Alat tangkap
3
Langsung jaring insang
4* 98%, pancing 3 10 30 10
tonda 90,7%)
Proporsi target
Wawancara lebih banyak 3
(100%)
Semakin sulit
5* Wawancara 1 1 10 10 3,33
(75%)
Spesies ETP
yang
6* Wawancara 2 2 5 10 3,33
tertangkap
sedikit (<20%)
Total Nilai Komposit 61,67
Ket: Indikator Domain Sumber Daya Ikan: 1*) Tren CPUE, 2*) Tren Ukuran Ikan 3*) Proporsi Ikan Yuwana (Juvenil) yang
Ditangkap, 4*) Komposisi Spesies, 5*) Range Collapse Sumber Daya Ikan, 6*) Spesies ETP (Endangered, Threatened, and
Protected Species).
Kisaran ukuran panjang ikan tongkol krai didaratkan di Desa Seraya Timur tidak jauh
(Auxis thazard) hasil tangkapan yang didaratkan di berbeda atau tergolong relatif tetap dari ukuran
Desa Seraya Timur pada penelitian ini memiliki pada penelitian sebelumnya. Hal ini juga diperkuat
ukuran panjang total minimal adalah 225 mm dan oleh hasil wawancara dengan nelayan responden,
panjang total maksimal adalah 335 mm dengan yang dimana sebanyak 89% responden menyatakan
ukuran panjang total rata-rata 252 mm. Frekuensi tren ukuran ikan tongkol krai (Auxis thazard) yang
sebaran ukuran panjang total yang paling banyak didaratkan di Desa Seraya Timur adalah relatif
tertangkap adalah 249-260 mm dengan persentase tetap dalam kurun waktu 5 tahun sebelumnya.
sebesar 36,3% dari 600 ekor ikan sampel yang Kondisi ini diduga disebabkan oleh tidak adanya
diamati. Ukuran panjang yang mendominasi perubahan ukuran mata jaring dari alat tangkap
tersebut diduga disebabkan oleh ukuran mata jaring yang digunakan oleh nelayan, sehingga tidak
insang yang berukuran 2-2,5 inch. Menurut terjadi perubahan yang signifikan terhadap hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh tangkapan ikan tongkol krai (Auxis thazard) yang
Sanjaya et. al. (2019) diketahui bahwa kisaran didapatkan.
ukuran panjang cagak ikan tongkol krai (Auxis Ukuran ikan tongkol krai (Auxis thazard)
thazard) hasil tangkapan di WPP-573 atau Perairan juga ditemukan pada penelitian dengan lokasi yang
Selat Lombok adalah 200-357 mm dan frekuensi berbeda, diantaranya penelitian Salmarika et al.
sebaran ukuran panjang cagak yang paling banyak (2019) yang dilakukan di Pelabuhan Perikanan
tertangkap adalah 247-263 mm. Kondisi ini Samudera (PPS) Lampulo, Aceh mendapatkan
menandakan bahwa ukuran panjang total ikan hasil ukuran panjang minimal adalah 22 cm dan
tongkol krai (Auxis thazard) hasil tangkapan yang panjang maksimal adalah 41 cm dengan ukuran
33
Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis, Desember 2020, Volume 4 Nomor 2
panjang rata-rata 34-35 cm. Penelitian Hertaty dan menunjukkan bahwa hasil tangkapan ikan tongkol
Setyadji (2016) yang dilakukan di Pelabuhan krai (Auxis thazard) didominasi oleh ikan yang
Perikanan Nusantara (PPN) Sibolga, Sumatra telah mencapai ukuran pertama kali matang gonad.
Utara mendapatkan hasil ukuran panjang minimal Hal ini dapat dipengaruhi oleh wilayah dan kondisi
adalah 19 cm dan panjang maksimal adalah 45 cm dari kegiatan penangkapan yang berbeda, pada
dengan ukuran panjang rata-rata 32,91 cm. Widodo penelitian di lokasi yang berbeda diketahui bahwa
et. al. (2012) juga melakukan penelitian serupa pola perikanan yang dilakukan adalah perikanan
yang dilakukan di Pelabuhan Perikanan Samudera skala besar yang berbasis pelabuhan perikanan,
(PPS) Cilacap, Jawa Tengah mendapatkan hasil sedangkan pada penelitian ini diketahui bahwa pola
ukuran panjang minimal adalah 25 cm dan panjang perikanan yang dilakukan masih dalam katagori
maksimal adalah 46 cm dengan ukuran panjang perikanan skala kecil yang berbasis perikanan
rata-rata 32,91 cm. Berdasarkan hasil pengukuran tradisional. Menurut Salas et al. (2004) perikanan
pada penelitian ini jika dibandingkan dengan skala kecil dicirikan dengan berbagai keterbatasan
penelitian di beberapa lokasi yang berbeda, terlihat diantaranya adalah keterbatasan waktu yang ada
perbedaan hasil pengukuran ikan tongkol krai untuk melaut, jenis kapal ataupun alat tangkap
(Auxis thazard) yang cukup jauh berbeda. Hal ini yang digunakan oleh para nelayan.
disebabkan oleh musim dan jangkauan wilayah Komposisi spesies dari kedua alat tangkap,
penangkapan yang berbeda, perbedaan alat dan yaitu jaring insang dan pancing tonda yang
armada tangkap yang digunakan, teknik digunakan oleh nelayan di Desa Seraya Timur
penangkapan yang dioperasikan, serta kondisi didominasi oleh spesies target dari kegiatan
parameter lingkungan perairan (parameter penangkapan dengan persentase masing-masing
oseanografi) yang berbeda. Juwarti (2003) juga sebesar 98% dan 90,7%. Kondisi serupa juga
menyatakan bahwa ukuran hasil tangkapan ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh
dipengaruhi oleh kondisi musim, daerah Salmarika et al. (2019) di Pelabuhan Perikanan
penangkapan, jenis alat tangkap, dan armada Samudera (PPS) Lampulo, Aceh dengan hasil
penangkapan yang digunakan. tangkapan yang didominasi oleh spesies target
Pengukuran panjang total ikan tongkol krai sebesar 99%. Menurut Adel (2017) jika hasil
(Auxis thazard) hasil tangkapan yang didaratkan di tangkapan dari suatu alat tangkap terdapat spesies
Desa Seraya Timur jika dibandingkan dengan target yang proporsinya lebih tinggi dibandingkan
ukuran pertama kali matang gonad, secara dengan ikan yang menjadi non target penangkapan,
keseluruhan ikan tongkol krai (Auxis thazard) yang menunjukkan bahwa alat tangkap tersebut selektif.
tertangkap masih tergolong yuwana. Hal ini Hasil pengamatan untuk indikator proporsi ikan
menandakan bahwa ikan tongkol krai (Auxis yuwana (juvenil) dan komposisi spesies
thazard) hasil tangkapan yang didaratkan di Desa menunjukkan bahwa alat tangkap yang digunakan
Seraya Timur didominasi oleh ikan yuwana. oleh nelayan di Desa Seraya Timur tergolong
Kondisi ini disebabkan oleh kurang sesuainya hanya selektif terhadap jenis hasil tangkapan,
ukuran mata jaring insang yang digunakan oleh namun tidak selektif untuk ukuran hasil tangkapan.
nelayan di Desa Seraya Timur. Menurut Wibowo Penyebab tertangkapnya spesies ETP ini
et al. (2008) ukuran spesies ikan yang tertangkap disebabkan karena tidak sengajanya spesies
pada suatu badan air dapat dipengaruhi oleh jenis tersebut tertangkap atau terperangkap saat nelayan
alat tangkap yang digunakan. Penelitian terhadap menggunakan jaring insang. Apabila kondisi ini
proporsi ikan tongkol krai (Auxis thazard) yuwana terjadi, nelayan akan berusaha untuk membebaskan
juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan spesies ETP yang tidak sengaja terperangkap
oleh Salmarika et al. (2019) di Pelabuhan tersebut pada alat tangkap yang digunakan. Hal ini
Perikanan Samudera (PPS) Lampulo, Aceh dengan menandakan bahwa nelayan di Desa Seraya Timur
hasil proporsi ikan yuwana yang tertangkap telah melakukan upaya konservasi terhadap spesies
sebanyak 38%. Penelitian oleh Sitanggang (2015) ETP yang tidak sengaja tertangkap. Namun jika
yang dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara spesies ETP yang tertangkap tersebut tidak dapat
(PPN) Sibolga, Sumatra Utara dengan hasil diselamatkan, maka spesies ETP tersebut akan
proporsi ikan yuwana yang tertangkap sebanyak dijadikan sebagai bahan konsumsi oleh
44% dan Penelitian oleh Widodo et al. (2012) yang masyarakat. Spesies ETP juga menjadi salah satu
dilakukan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) ancaman bagi nelayan, karena apabila tidak sengaja
Cilacap, Jawa Tengah dengan hasil proporsi ikan tertangkap, spesies ETP tersebut sering kali
yuwana yang tertangkap sebanyak 31,5%. Hasil merusak alat tangkap yang digunakan oleh nelayan.
penelitian di beberapa lokasi yang berbeda Penelitian mengenai tertangkapnya spesies ETP
34
Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis, Desember 2020, Volume 4 Nomor 2
yang disebabkan oleh aktivitas penangkapan juga memulihkan kondisi sumber daya ikan tongkol.
ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Selaras dengan hal tersebut, Jamal et al. (2014)
Salmarika et al. (2019) di Pelabuhan Perikanan juga menyatakan bahwa dengan mengendalikan
Samudera (PPS) Lampulo, Aceh yang mengatakan upaya penangkapan, waktu dan daerah
bahwa terdapat hasil tangkapan yang tergolong penangkapan serta pembatasan terhadap kuota atau
spesies ETP yaitu hiu tikus (Alopias pelagicus) jumlah hasil tangkapan diyakini dapat
yang tidak sengaja tertangkap. Berdasarkan meningkatkan tren CPUE dan juga memulihkan
PERMEN KP RI No. 26/2013 tentang Usaha kondisi range collapse dari suatu perairan.
Perikanan Tangkap di WPP-RI tercantum bahwa Pembentukan dan penerapan regulasi yang
beberapa spesies yang dilindungi berupa hiu, penyu mengatur ukuran minimal ikan tongkol yang boleh
laut, dan mamalia laut termasuk paus atau non-ikan ditangkap dan regulasi mengenai selektifitas alat
yang tertangkap secara tidak sengaja harus tangkap berupa penyesuaian ukuran mata jaring
dilakukan tindakan upaya konservasi berupa (mesh size) juga merupakan saran pengelolaan
melepaskan spesies yang tertangkap tersebut jika yang dapat disarankan. Hal ini bertujuan untuk
masih dalam keadaan hidup dan melakukan mencapai atau mempertahankan struktur umur atau
penanganan apabila spesies tersebut tertangkap struktur ukuran ikan dalam suatu stok pada perairan
dalam keadaan mati. tersebut. Penetepan regulasi mengenai selektifitas
Hasil penilaian keseluruhan indikator pada dari alat tangkap bertujuan untuk menyeleksi ikan
domain sumber daya ikan memperoleh nilai yang layak tangkap, sehingga hanya ikan yang
komposit sebesar 61,67. Menurut Modul NWG telah dewasa atau telah mengalami matang gonad
EAFM (2014) nilai tersebut termasuk dalam dengan ukuran tertentu saja yang dapat tertangkap.
kisaran 61-80 yang tergolong kriteria baik. Menurut Lindegren et al. (2013) melalui peraturan
Penilaian tersebut memberikan gambaran bahwa teknis yaitu penyesuaian ukuran gill net mesh dapat
status sumber daya perikanan tongkol krai (Auxis menghasilkan tangkapan yang berukuran layak
thazard) di Perairan Selat Lombok yang didaratkan tangkap. Tidak hanya dapat meningkatkan
di Desa Seraya Timur masih dalam kondisi baik, distribusi usia stok ikan, tetapi juga menghasilkan
ditandai dengan visualisasi model bendera keuntungan bersih jangka panjang untuk perikanan
berwarna hijau muda. Kondisi ini masih berpotensi gill net serta dapat menjadi rekomendasi
mengalami penurunan apabila tidak dilakukannya manajemen untuk menjamin pemeliharaan sumber
upaya perbaikan dan penerapan kebijakan dalam daya ikan. Salmarika et al. (2019) juga menyatakan
pengelolaan. Perlu kehati-hatian dari segi dengan mengatur dan menyesuaikan penggunaan
pemanfaatannya agar kondisi tersebut dapat alat tangkap diharapkan ukuran ikan yang
mengalami peningkatan dan terjaga tertangkap semakin besar dan dapat memberikan
keberlanjutannya mengingat hasil penilaian dari kesempatan ikan untuk tumbuh sehingga dapat
masing-masing indikator pada domain sumber meminimalisir ikan yuwana (juvenil) yang
daya ikan masih terdapat indikator yang berstatus tertangkap. Mengenai spesies ETP yang
buruk dan sedang. Penilaian status pada domain tertangkap, perlu adanya upaya edukasi kepada
sumber daya ikan terhadap perikanan tongkol masyarakat nelayan terkait spesies ETP dan
dengan pendekatan ekosistem juga pernah penanganannya beserta upaya konservasi yang
dilakukan oleh Salmarika et al. (2019) yang dapat dilakukan.
berbasis di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS)
Lampulo, Aceh dengan memperoleh nilai komposit KESIMPULAN
sebesar 53,33. Nilai tersebut termasuk dalam Penilaian status domain sumber daya ikan
kisaran 41-60 yang tergolong kriteria sedang yang berdasarkan pendekatan ekosistem untuk
ditandai dengan visualisasi model bendera pengelolaan perikanan tongkol di Perairan Selat
berwarna kuning. Lombok yang didaratkan di Desa Seraya Timur
Saran pengelolaan yang dapat disarankan termasuk dalam katagori baik dengan nilai
dari hasil penilaian status ini adalah perlu komposit sebesar 61,67, ditandai dengan
dilakukannya pengendalian terhadap upaya visualisasi model bendera berwarna hijau muda
penangkapan, penetapan jumlah tangkapan yang yang menandakan bahwa dalam pemanfaataan
diperbolehkan (JTB) serta berdasarkan musim sumber daya ikan tersebut harus tetap
penangkapan sehingga dengan demikian tren memperhatikan aspek keberlanjutannya sehingga
CPUE dapat meningkat dan terjadi keseimbangan kondisi ini tetap dapat dipertahankan menjadi lebih
antara ketersediaan stok dengan pemanfaatan baik.
sumber daya ikan tongkol yang diharapkan dapat
35
Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis, Desember 2020, Volume 4 Nomor 2
36
Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis, Desember 2020, Volume 4 Nomor 2
37