Anda di halaman 1dari 24

Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 85-108 85

ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN BERKELANJUTAN


DI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA BERBASIS
PENDEKATAN BIOEKONOMI

Maria Yanti Akoit, SE., ME, dan Mardit N Nalle, SP., MSi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Timor
Fakultas Pertanian Universitas Timor

ABSTRACT
In a study of sustainable management of fishery resources in the waters of the North Insana the District
of Wini aims to determine the optimal effort (E*), the optimum yield (Y*) and sustainable economic
benefits (π*) using descriptive methods and techniques of analysis with quantitative analysis through
bioeconomic approach of Gordon-Schaefer with CYP technique (Clark, Yoshimoto and Pooley). Through
bioeconomic approach it is known that the exploitation status of small pelagic fisheries. Time series data
used are the result of catching the small pelagic fish paying fishing gear, gill nets, trolleys and fishing
rods. The results showed that the rate of utilization of small pelagic fish resources at the District of North
Insana Wini waters conditions biological in the underfishing and economic conditions in the condition
underexploited.

Keywords: Small pelagic fish; Bioeconomy; Gordon-Schaefer; Fisheries Sustainable; Wini Waters

PENDAHULUAN sehingga sumberdaya perikanan dapat


dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Dewasa ini, wilayah pesisir adalah Perairan Wini merupakan salah satu
primadona. Wilayah pesisir adalah surga daerah perikanan yang penting di Kabupaten
bagi masyarakat karena memberi peluang Timor Tengah Utara (TTU) dan memiliki
kesejahteraan ekonomi, sosial, dan potensi yang cukup tinggi.Hal ini didukung
psikologis. Orang mulai beralih ke laut, oleh kondisi perairan yang berbatasan
karena laut kaya dengan segala dengan Selat Ombai dan ditunjukkan dengan
keanekaragaman hayati dan ekosistemnya beragam alat tangkap dan armada
yang apabila dimanfaatkan dan dikelola penangkapan yang digunakan untuk
secara baik dan profesional dapat menangkap berbagai jenis ikan termasuk
memberikan dampak bagi kesejahteraan jenis ikan pelagiskecil.
manusia. Fenomena diatas berdampak pada Luas areal perairan Wini 3.500 ha, yang
pertumbuhan dan perkembangan jumlah baru dimanfaatkan 355 ha atau hanya sebesar
penduduk di wilayah pesisir yang semakin 10,14% (Dinas Kelautan dan Perikanan
pesat. Pemanfaatan sumberdaya pesisir yang Kabupaten TTU, 2012). Sentra-sentra atau
tidak terkendali disebabkan oleh persaingan penghasil utama produk perikanan tangkap
dalam memenuhi kebutuhan hidup, di perairan Wini terletak di Kecamatan
disamping itu juga kegiatan penangkapan Insana Utara diantaranya terdapat di
ikan yang dilakukan oleh manusia tanpa Kelurahan Humusu C, Dusun Banuru,
memperhatikan kaidah-kaidah kelestarian Dusun Temkuna, dan Desa Oesoko. Hasil
dan berkelanjutan (Wahyudin, 2007). Hal ini tangkapan ikan yang banyak dihasilkan di
merupakan ancaman bagi keberlangsungan perairan Wini adalah ikan pelagis kecil
sumberdaya perikanan di masa yang akan dengan rata-rata produksi periode tahun
datang, maka diperlukan strategi 2002-2012 sebanyak 26.542,21 ton atau
penanggulangan kerusakan ekosistem sebesar 62,73% dari total produksi (Dinas
dengan memperhatikan aspek ekonomi, Kelautan dan Perikanan Kabupaten TTU,
aspek lingkungan, dan aspek manajemen 2012). Hal ini dapat dilihat pada lampiran
(Gambar 1) perkembangan produksi

Maria Yanti Akoit, SE., ME, dan Mardit N Nalle, SP., MSi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan …
86 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 85-108
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

perikanan laut dan darat di perairan Wini daerah memang terdapat keuntungan, tetapi
Kecamatan Insana Utara. juga sekaligus menjadi beban dan tanggung
Gambar 1, memperlihatkan bahwa hasil jawab daerah dalam pengendalian dan
tangkapan ikan yang paling banyak pengelolaan perikanan berdasarkan pada
dihasilkan di perairan Wini adalah jenis ikan dua aspek, yaitu aspek biologi dan aspek
pelagis kecil dan harganya relatif murah, ekonomi. Pendekatan aspek biologi
sehingga diduga kontribusinya terhadap umumnya berdasarkan asumsi konsep
pemenuhan kebutuhan protein dari ikan bagi produksi kuadratik yang dikembangkan oleh
masyarakat sangat tinggi.Seiring dengan Verhulst (1838) yang kemudian diterapkan
meningkatnya kebutuhan akan ikan pelagis untuk perikanan oleh Schaefer (1957),
kecil ini, maka kelestariannya perlu dijaga dengan berdasarkan perhitungan Maximum
agar dapat dimanfaatkan oleh generasi yang Sustainable Yield (MSY), untuk
akan datang. Jika potensi perikanan pelagis mengendalikan upaya tangkap yang lestari.
kecil di perairan Wini dieksploitasi secara Sementara titik tolak pendekatan
terus-menerus melampaui batas titik ekonomi pengelolaan perikanan berdasarkan
Maximum Sustainable Yield (MSY), maka akan model yang dikembangkan oleh Gordon
terjadi eksploitasi atau pemanfaatan yang (1954). Di sinilah model pendekatan ekonomi
berlebihan (overfishing) sehingga perikanan dengan menggunakan metode
mengakibatkan kelangkaan sumberdaya ikan surplus produksi lebih dikenal dengan teori
pelagis kecil. Kelangkaan ini akan Gordon-Schaefer.
menurunkan produksi yang mengakibatkan
penerimaan dan pendapatan nelayan rendah
KAJIAN BIOLOGIS
sehingga berdampak pula pada kerugian
ekonomi atau mengakibatkan hilangnya Perilaku produksi perikanan berbeda
rente ekonomi ( ). Disamping itu juga, dapat dengan komoditi lainnya, karena
mengakibatkan economic overfishing, dimana sumberdaya ikan masih dianggap sebagai
faktor produksi (modal dan tenaga kerja) yang bersifat akses terbuka sehingga setiap
lebih besar dari hasil tangkapan (produksi). individu atau kelompok bebas mengakses
Paper ini ini mencoba mengulas mengenai sumberdaya tersebut (Hartwick &
seberapa besar tingkat optimalisasi Olewiler,1998). Selain itu sumberdaya
sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan perikanan juga dianggap sebagai milik
Wini Kecamatan Insana Utara dengan bersama. Sebagai sumberdaya milik bersama
memperhatikan aspek biologi dan aspek maka batas-batas tanggung jawab setiap
ekonomi, agar sumberdaya ikan pelagis kecil orang yang ada dalam industri perikanan
dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. untuk melakukan kontrol atau pengelolaan
sumberdaya menjadi tidak jelas sehingga
akan menyebabkan tangkap lebih
TINJAUAN REFERENSI
(overfishing).
Kajian pustaka yang mendukung Untuk memahami teori Gordon-
penelitian ini diawali dengan pengkajian Schaefer maka terlebih dahulu perlu
beberapa teori yang relevan dengan topik dikemukakan konsep dasar biologi.
penelitian. Kajian teori dimaksudkan sebagai Dimisalkan bahwa pada suatu
landasan penelitian. daerah tertentu tidak ada penangkapan ikan
atau sebelum pemanenan dilakukan, maka
PENDEKATAN BIOEKONOMI laju netto biomassa ikan adalah :
PENGELOLAAN PERIKANAN
Dalam konteks pemanfaatan (1)
sumberdaya kelautan dan perikanan oleh

Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan … Maria Yanti Akoit, SE., ME, dan Mardit N Nalle, SP., MSi
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 85-108 87
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

dengan X(t) : stok ikan atau jumlah ikan pada memiliki daya dukung tertentu (carrying
tahun ke-t atau merupakan fungsi dari capasity), yaitu jumlah populasi maksimum
ukuran biomassa, ⁄ : melihat yang dapat ditampung oleh lingkungan.
perubahan atau pertumbuhan stok ikan Gambar 2, dapat dilihat bahwa laju
terhadap waktu, dan F(X) : pertumbuhan pertumbuhan netto bisa didapat
dari stok ikan dengan waktu yang pendek dengan suatu populasi yang kecil atau
(instantaneous growth). Fungsi ini juga dapat populasi yang besar. Pada , angka
diartikan sebagai fungsi pertumbuhan kelahiran jauh lebih besar daripada angka
biologis dari perikanan (biological growth kematian karena populasinya kecil dan
function). Hal ini mengindikasikan laju persediaan pangan melimpah. Stok itu kecil,
pertumbuhan netto untuk masing-masing walaupun angka kelahiran netto atas
stok atau biomassa ikan (X) dalam waktu kematian merupakan proporsi besar dari
yang pendek untuk ukuran pertumbuhan stok ikan. Pada , angka kelahiran sedikit
alamiah populasi. F(X) biasanya lebih besar daripada angka kematian, dan
digambarkan sebagai fungsi logistik, yang ukuran rata-rata populasi cukup besar.
menghasilkan suatu bentuk parabola ketika Semakin dekat jumlah populasi dan akhirnya
F(X) diplotkan terhadap X yang dimulai dari sama dengan nol.
ukuran stok sama dengan nol. Fungsi logistik
diilustrasikan dalam gambar 2 dan dapat
dinyatakan dalam bentuk matematis sebagai
berikut :

1 (2)

dengan r : dalam istilah biologi


perikanan disebut intrinsict instantaneous
growth rate yaitu pertumbuhan alami (natalis
dikurangi mortalitas) atau yang sering
disebut pertumbuhan tercepat yang dimiliki Gambar 2. Kurva Pertumbuhan Logistik
oleh suatu jenis ikan, k : kapasitas daya Sumber : Hartwick & Olewiler, 1998

dukung lingkungan (carrying capacity) yaitu


jumlah populasi maximum yang dapat Gambar 2, juga terlihat bahwa dalam
ditampung oleh lingkungan. Dalam kondisi kondisi keseimbangan, nilai stok ikan, X,
ideal, laju pertumbuhan ikan dapat terjadi yaitu tidak ada pertumbuhan populasi atau
secara eksponensial, namun karena biomassa ikan artinya aliran, ⁄
keterbatasan daya dukung lingkungan maka , sama dengan nol. Dengan mengamati
ada titik maximum dimana laju gambar 2, terlihat bahwa ada dua nilai
pertumbuhan akan mengalami penurunan (harga) yang mungkin untuk X dimana tidak
atau berhenti. Pada titik maximum ini ada pertumbuhan biomassa. Jika X sama
disebut carrying capacity. Fungsi dengan nol, tidak ada ikan dan dengan
pertumbuhan logistik dapat digambarkan demikian tidak terjadi pertambahan atau
dalam kurva pada Gambar 2. pertumbuhan. Bila kurva pertumbuhan
Persamaan (2) dan gambar 2 terlihat memotong sumbu X di titik k yang terlihat
pada awalnya tingkat pertumbuhan dalam persamaan (2), k sama dengan daya
meningkat dengan berkembangnya dukung lingkungan. Jadi, dengan kata lain
persediaan. Pertumbuhan mencapai titik bahwa kondisi keseimbangan terjadi bila
maksimum, namun kemudian menurun. Hal tingkat populasi akan sama dengan daya
ini terjadi karena lingkungan alamiah dukung lingkungan atau spesies tersebut
akan berada dalam suatu keseimbangan bila

Maria Yanti Akoit, SE., ME, dan Mardit N Nalle, SP., MSi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan …
88 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 85-108
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

X = k. Sementara titik adalah tingkat


pertumbuhan maksimum akan dicapai pada . . (4)
kondisi setengah dari daya dukung yaitu
(1/2k), dimana titik ini adalah ukuran stok dengan Y(t) : hasil tangkapan atau
ikan yang berkorespondensi dengan hasil panenan pada tahun ke-t, E : upaya
tangkapan maximum berkelanjutan. Jika penangkapan (fishing effort) seperti ABK,
populasi ikan menurun hingga level ini, jumlah armada, atau jumlah trip, atau jumlah
maka stok ikan akan tumbuh pada hasil hari melaut, atau jenis alat tangkap, dan q :
potensial maximumnya, F*(X). Tingkat di koefisien daya tangkap.
mana pertumbuhan mencapai titik Dengan demikian karena adanya
maksimum ini disebut sebagai Maximum aktivitas penangkapan atau produksi
Sustainable Yield (MSY). terhadap stok ikan seiring dengan waktu,
maka perubahan netto ukuran stok yang
dieksploitasi dapat digambarkan sebagai
FUNGSI PRODUKSI PERIKANAN
berikut :
Tingkat Maximum Sustainable Yield
yang ditunjukkan pada kurva pertumbuhan ⁄ (5)
logistik (gambar 2) diasumsikan belum
mengalami eksploitasi atau belum Dampak dari upaya penangkapan
diproduksi oleh manusia. Untuk terlihat pada gambar 3 berikut ini:
memproduksi ikan yang berasal dari alam,
maka diperlukan faktor-faktor produksi,
dalam literatur perikanan disebut upaya
penangkapan (E). Definisi umum yang dipakai
untuk upaya penangkapan adalah indeks
dari berbagai input seperti tenaga kerja
(ABK), kapal penangkapan, alat tangkap, dan
sebagainya. Dengan pengertian tersebut
maka produksi (Y) atau aktivitas
penangkapan ikan diasumsikan sebagai
fungsi dari upaya penangkapan (E) dan
stok/biomasa ikan (X). Secara matematis hal
ini dapat ditulis:
Gambar 3. Pengaruh Tangkap Terhadap Stok
Sumber : Hartwick & Olewiler, 1998
, (3)
Akibat dari aktivitas penangkapan
Fungsi produksi perikanan terhadap stok biomassa ikan akan
diturunkan dengan mengikuti dua asumsi berdampak seperti berikut: pada saat hasil
(Kar & Chakraborty, 2009) dengan : hasil tangkapan sebesar Y1 maka akan
tangkapan per unit upaya penangkapan menyebabkan punahnya ikan karena jumlah
(CPUE) tergantung pada tingkat kepadatan tangkapan sebesar Y1 selalu lebih besar dari
stok ikan, dan Kepadatan stok ikan pada laju pertumbuhan stok ikan, F(X) atau
berbanding lurus dengan kelimpahan atau X. dengan kata lain bahwa Y1 mewakili suatu
Bila dilaksanakan kegiatan tingkat pemanenan yang berada di atas
penangkapan, maka hasil tangkapan [Y(t)] fungsi pertumbuhan biologis, F(X). Ini berarti
akan tergantung pada X, tingkat upaya bahwa jumlah tangkapan jauh lebih besar
penangkapan (E) dan koefisien daya tangkap daripada jumlah ikan yang lahir. Akan tetapi
(q), sehingga fungsi produksi perikanan dengan jelas bahwa tidak ada populasi ikan
dapat digambarkan dengan persamaan : yang sanggup bertahan hidup untuk jangka

Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan … Maria Yanti Akoit, SE., ME, dan Mardit N Nalle, SP., MSi
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 85-108 89
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

waktu yang panjang jika jumlah yang persamaan (6) kalau dipecahkan secara
dipanen lebih besar daripada jumlah ikan matematik akan diperoleh laju pertumbuhan
yang lahir dan pertumbuhan anggota biomassa atau nilai X, dan tingkat effort (E).
populasi yang ada. Oleh karena itu, populasi
tersebut akan berkurang hingga nol jika . (7)
tingkat pemanenan ini dipertahankan dari
satu musim ke musim berikutnya. Kemudian
dan 1 (8)
pada saat hasil tangkapan menjadi Y2 akan
memberikan hasil tangkapan maximum
berkelanjutan dari perikanan, dimana terlihat Dengan mensubsitusikan laju
bahwa Y2 menyinggung F(X) pada tingkat pertumbuhan biomassa (nilai X) ke dalam
populasi sama dengan XMSY. Pada kondisi ini persamaan (6) akan diperoleh hasil
pertumbuhan stok persis sama dengan laju tangkapan berkelanjutan atau produksi
panenan, maka tidak akan terjadi perubahan berkelanjutan, sebagai berikut :
ukuran stok ikan seiring dengan waktu.
Kondisi ini disebut keseimbangan bionomik . (9)
lestari (steady-state equilibrium). Gambar 3,
juga terlihat bahwa pada hasil tangkapan Persamaan tersebut merupakan
sebesar Y3 menghasilkan dua keseimbangan, persamaan kuadratik dalam upaya
X’ dan X’’, namun hanya X’’ yang penangkapan E, sedangkan parameter yang
merupakan keseimbangan yang stabil. Ini lain yaitu q, k dan r adalah konstanta. Untuk
berarti bahwa untuk setiap stok ikan di mendapatkan nilai tangkapan dan upaya
sebelah kanan X’ jika hasil tangkapan sama penangkapan yang berkelanjutan dapat
dengan Y3, maka stok akan mencapai X’’. dilakukan dengan membagi kedua sisi
Untuk setiap ukuran stok yang berada di persamaan produksi berkelanjutan dengan
sebelah kiri X’ dengan Y3, maka spesies akan variabel input (E) sehingga diperoleh
punah. persamaan linier yang disederhanakan dalam
bentuk :
FUNGSI PERIKANAN BERKELANJUTAN

Fungsi produksi perikanan Gordon-


Schaefer dikembangkan berdasarkan
produksi yang berkelanjutan di mana
(10)
pertumbuhan logistik biomasa ikan dalam
kondisi keseimbangan dalam jangka panjang
dengan U : hasil tangkapan atau produksi
atau ⁄ 0. Dalam kondisi
per satuan input atau disebut juga CPUE
keseimbangan, produksi akan sama dengan
(catch per unit effort), di mana :
pertumbuhan biologi (biological growth),
sehingga persamaannya akan menjadi:
(11)

. . 1 (6) ²
dan (12)

dengan q : koefisien kemampuan alat


Dengan meregresikan persamaan
tangkap, E : upaya penangkapan (fishing
(10) yaitu meregresikan variabel U dengan E,
effort), r : koefisien laju pertumbuhan alami
maka akan didapat koefisien dan . Ketika
ikan, X : stok ikan, dan k : koefisien daya
koefisien dan diperoleh dari hasil regresi
dukung lingkungan sehingga fungsi
tersebut, maka nilai MSY dapat diperoleh,
produksi perikanan berkelanjutan pada

Maria Yanti Akoit, SE., ME, dan Mardit N Nalle, SP., MSi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan …
90 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 85-108
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

karena MSY tak lain adalah tingkat input Selisih antara penerimaan total (total
pada : revenue) dari ekstraksi sumberdaya ikan
dengan total biaya penangkapan (total cost)
(13) disebut keuntungan lestari (berkelanjutan),
sehingga keuntungan ( ) lestari dari
Sehingga produksi pada tingkat MSY adalah : pemanfaatan sumberdaya ikan dapat
didefinisikan sebagai berikut :

(14)
(17)

KAJIAN EKONOMI
Analisis fungsi produksi lestari
perikanan tangkap hanya dapat
menentukan tingkat pemanfaatan
maksimum secara lestari berdasarkan
estimasi parameter biologi sehingga belum
mampu menentukan tingkat pemanfaatan
maksimum secara ekonomi. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut Gordon
mengembangkan model Schaefer dengan
cara memasukkan faktor harga yang disebut Gambar 4. Kurva Keseimbangan
dengan model bio-ekonomik dengan Bioekonomi Schaefer-Gordon
Sumber : Fauzi, 2006
menggunakan harga tetap. Dengan
demikian model ini disusun dari model
Menurut Fauzi (2006), apabila setiap
parameter biologi, biaya penangkapan, dan
tingkat upaya lebih rendah dari upaya
harga ikan.
penangkapan pada akses terbuka atau open
Berdasarkan asumsi bahwa harga
access (EOA), penerimaan total akan melebihi
ikan per ton (p) dan biaya penangkapan per
biaya total sehingga perilaku perikanan akan
unit upaya adalah tetap dihitung
lebih banyak tertarik untuk menangkap ikan.
berdasarkan harga riil, dan biaya total
Dalam kondisi akses terbuka tanpa
didefinisikan linier terhadap input maka
dikendalikan, hal ini akan menyebabkan
total penerimaan nelayan dari usaha
banyak pelaku baru masuk dalam industri
penangkapan ikan adalah :
perikanan. Sebaliknya pada tingkat upaya
lebih tinggi daripada biaya total banyak
. (15)
pelaku keluar dari industri perikanan.
Pada zona akses terbuka
Total biaya penangkapan dihitung dengan
keseimbangan terjadi pada titik C di mana
persamaan :
selisisih total revenue dengan total cost adalah
nol. Dengan kata lain, keseimbangan pada
. (16)
zona akses terbuka akan terjadi jika seluruh
rente ekonomi telah terkuras habis sehingga
dengan TR : penerimaan total (total revenue)
tidak ada lagi insentif untuk entry dan exit,
dari ekstraksi sumberdaya ikan, TC :
serta tidak ada perubahan pada tingkat
total biaya penangkapan (total cost), E :
upaya yang sudah ada. Kondisi ini identik
upaya penangkapan, Y : jumlah produksi
dengan ketidakadaan hak kepemilikan
ikan, p : harga output atau ikan (survei
(property rights) pada sumberdaya atau lebih
pada pasar lokal), dan c : biaya upaya
tepatnya ketiadaan hak kepemilikan yang
penangkapan rata-rata (Rp) per tahun.
dikuatkan secara hukum (Fauzi, 2006).

Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan … Maria Yanti Akoit, SE., ME, dan Mardit N Nalle, SP., MSi
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 85-108 91
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

Rente ekonomi maksimal terjadi Eviews4 dengan data-data yang bersumber


pada titik B. Titik inilah yang disebut sebagai dari berbagai instansi terkait dari tahun 2002-
Maximum Economic Yield (MEY), yaitu tingkat 2012. Data time series didapatkan dari
penangkapan maksimum yang dapat berbagai sumber hasil tangkapan ikan
menghasilkan keuntungan terbesar secara pelagis kecil di perairan Wini Kecamatan
ekonomi, dan merupakan tingkat upaya Insana Utara dari tahun 2002 sampai dengan
optimal secara sosial (Fauzi, 2006). Kalau 2012 dari alat tangkap payang/lampara,
tingkat upaya pada keseimbangan zona akses jaring insang (Gill Net), bagan(Rakit Kelong)
terbuka dibandingkan dengan tingkat upaya dan pancing tonda (head line): (1) Dinas
optimal secara sosial, terlihat bahwa pada Perikanan Kabupaten TTU, (2) Statistik
zona akses terbuka tingkat upaya yang Perikanan BPS Kabupaten TTU, (3) UPT
dibutuhkan jauh lebih besar daripada tingkat Kelautan dan Perikanan Kecamatan Insana
upaya optimal secara sosial, sementara rente Utara, dan (4) Pelabuhan Perikanan Wini
ekonomi yang diperoleh lebih kecil. Dari Kecamatan Insana Utara. Masing-masing
sudut pandang ekonomi, keseimbangan pada data tersebut saling melengkapi satu dengan
zona akses terbuka menimbulkan terjadinya yang lainnya. Selanjutnya menyusun data
alokasi sumberdaya alam yang tidak tepat produksi dan upaya dalam bentuk time series
karena kelebihan faktor produksi (tenaga dengan melakukan standarisasi alat tangkap,
kerja, modal) tersebut dapat dialokasikan karena nilai koefisien masing-masing alat
untuk kegiatan ekonomi lainnya yang lebih tangkap berbeda. Alat tangkap payang
produktif (Fauzi, 2006). Selain itu pada dijadikan sebagai standar (acuan), karena alat
keseimbangan zona akses terbuka terlihat tangkap payang digunakan paling banyak
bahwa upaya yang dibutuhkan untuk oleh nelayan di perairan Wini. Rumus yang
mencapai hasil tangkapan yang maksimum digunakan dalam perhitungan nilai faktor
jauh lebih besar dari upaya pada titik MSY. daya tangkap atau Fishing Power Index (FPI)
Sebaliknya upaya optimal secara sosial lebih adalah:
kecil dari upaya pada tingkat MSY.
Gordon dalam Fauzi (2005) (1)
berpendapat bahwa, jika input dapat
dikendalikan pada tingkat E = E*, manfaat
dengan FPIi : nilai faktor daya tangkap atau
ekonomi akan diperoleh secara maksimum
Fishing Power Index (FPI) pada tahun ke-i,
yaitu sebesar garis AB. Secara matematik hal
CPUEi : Catch Per Unit Effort (CPUE) alat
ini bisa diturunkan sebagai berikut :
tangkap i pada tahun ke-i, dan CPUEpyg :
Catch Per Unit Effort (CPUE) alat tangkap
2 0 (18) payang.
Pendekatan biologi dalam pengelolaan
Sehingga diperoleh tingkat input E atau sumberdaya ikan pelagis kecil menggunakan
upaya penangkapan yang optimal sebesar: Surplus Production Method (Metode Surplus
Produksi). Metode ini digunakan untuk

(19) menghitung potensi lestari (MSY) dan upaya
(tingkat pemanfaatan) optimum dengan cara
menganalisa hubungan upaya penangkapan
(E) dengan hasil tangkapan per satuan upaya
METODE
(CPUE). Data yang diperlukan berupa data
Analisis spasial kawasan penangkapan hasil tangkapan (catch) tiap jenis ikan pelagis
ikan (fishing ground) alat tangkap kecil, dan upaya penangkapan (effort) berupa
payang/lampara, jaring insang, bagan dan lama trip penangkapan tiap jenis alat
pancing tonda, menggunakan software tangkap. Pengolahan data melalui

Maria Yanti Akoit, SE., ME, dan Mardit N Nalle, SP., MSi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan …
92 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 85-108
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

pendekatan Schaefer (1945), dihitung dengan kemampuan armada penangkapan dan


menggunakan Eviews.4 dan alat bantu kondisi oceanografis.
program Excel. Perkembangan hasil tangkapan (catch),
Kemudian olah data menggunakan upaya penangkapan (effort) dan hasil
software Eviews.4 dan Excel menggunakan tangkapan per unit upaya (catch per unit
Model CYP (Clark, Yoshimoto dan Pooley) effort) dapat dilihat pada Tabel 2.
dengan meregresikan data time series antara
produksi dan upaya untuk mencari nilai-nilai Tabel 6. Perkembangan Catch, Effort dan
koefisien daya tangkap (q), koefisien CPUE
pertumbuhan alami ikan (r) dan daya
dukung lingkungan perairan (k), dengan
persamaan (Ami et al. 2005) sebagai berikut:

ln
(2)

dengan U : produksi per unit upaya/CPUE,


Ln(Ut+1) : sebagai variabel terikat (Y), nilai Ln
CPUE tahun t+1, Ln(Ut) : sebagai variabel
bebas 1 (X1), nilai Ln CPUE tahun t, (Et+Et+1) :
sebagai variabel bebas 2 (X2), jumlah upaya 1. Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Kecil
tahun t ditambah t+1, r : koefisien Perkembangan hasil tangkapan ikan
pertumbuhan alami ikan, q: koefisien daya pelagis kecil di perairan Wini Kecamatan
tangkap, dan k : koefisien daya dukung Insana Utara dapat dilihat pada grafik 4 di
lingkungan perairan bawah ini.
Setelah nilai koefisien r, q, dan k diketahui,
selanjutnya melakukan perhitungan tingkat
optimisasi pemanfaatan sumberdaya ikan
pelagis kecil dari berbagai rezim pengelolaan
ikan pelagis kecil. Model analisis bioekonomi
berbagai rezim pengelolaan sumberdaya ikan
pelagis kecil disajikan pada Tabel 1.

HASIL DAN ANALISIS


Grafik 4. Hasil Tangkapan Ikan Pelagis
HASIL TANGKAPAN (CATCH), UPAYA Kecil di Perairan Wini Kecamatan Insana
PENANGKAPAN (EFFORT), DAN Utara Tahun 2002 – 2012
PRODUKTIVITAS (CPUE)
Produksi dipengaruhi oleh besarnya Grafik 4,terlihat bahwa produksi ikan
tingkat upaya pemanfaatan terhadap target pelagis kecil di perairan Wini Kecamatan
produksi itu sendiri. Semakin besar target Insana Utara dalam kurun waktu 2002–2012
produksi tersebut, maka tingkat berfluktuasi. Hasil tangkapan (produksi)
pengupayaan terhadap target tersebut juga pada tahun 2002 sebesar 3382 ton. Pada
diintensifkan. Dalam perikanan, hal tahun 2003–2007 hasil tangkapan ikan pelagis
semacam ini tidak selalu memberikan hasil kecil mengalami peningkatan yaitu dari
positif karena banyak faktor yang sebesar 3482 ton di tahun 2003 menjadi 3581
mempengaruhi, terutama keberadaan ton di tahun 2004. Kemudian produksi
sumberdaya perikanan itu sendiri, menurun sebesar 3562 ton di tahun 2005 dan

Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan … Maria Yanti Akoit, SE., ME, dan Mardit N Nalle, SP., MSi
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 85-108 93
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

pada tahun 2006 meningkat menjadi 3595 tertinggi pada tahun 2007 sebanyak 3344 trip.
ton. Peningkatan produksi ini juga terjadi Peningkatan upaya penangkapan terjadi
pada tahun 2007 sebesar 3673 ton dan pada pada tahun 2002-2003, dan 2005-2007, diikuti
tahun 2008 turun menjadi 3616 ton. Pada dengan peningkatan produksi. Kemudian
tahun 2009 produksi mengalami peningkatan pada tahun 2008 dan 2009 terjadi penurunan
yakni sebesar 3463 ton. Kemudian pada upaya penangkapan tetapi tidak dibarengi
tahun 2010–2012 mengalami peningkatan dengan peningkatan produksi. Hal ini
yakni dari sebesar 3485 ton di tahun 2010 mengindikasikan bahwa penambahan effort
menjadi sebesar 3608 ton di tahun 2011 dan yang merupakan salah satu alternatif untuk
pada tahun 2012 meningkat menjadi sebesar meningkatkan produksi tidak menunjukkan
3709 ton. korelasi positif. Selanjutnya pada tahun 2010
Peningkatan produksi ini sebagian ada terlihat bahwa upaya penangkapan
yang diikuti oleh penurunan effort dan ada mengalami peningkatan dan dibarengi
yang juga diikuti dengan kenaikan effort yang dengan peningkatan produksi. Kemudian
terjadi pada beberapa tahun. Hal ini pada tahun 2011 upaya penangkapan
disebabkan oleh musim, keadaan cuaca, mengalami penurunan sebanyak 3115 trip
teknologi penangkapan dan ketersediaan dan diikuti dengan peningkatan produksi
ikan di perairan Wini Kecamatan Insana (dapat dilihat tabel 4.8) dan upaya
Utara. penangkapan pada tahun 2012 mengalami
kenaikan sebesar 3150 trip dan diikuti
2. Upaya Penangkapan Ikan Pelagis Kecil dengan kenaikan produksi.
Upaya penangkapan (effort) ikan pelagis
kecil di perairan Wini Kecamatan Insana 3. Hasil Tangkapan Per Unit Upaya
Utara, berupa ikan tembang, nipi, terbang, Penangkapan (CPUE) Ikan Pelagis Kecil
kembung, teri, julung-julung, selar dan alu- Hasil tangkapan per upaya penangkapan
alu tahun 2002–2012 juga berfluktuasi (CPUE) sepanjang tahun 2002–2012 juga
dengan kecendrungan menurun. Upaya berfluktuasi yang menunjukkan
penangkapan yang terendah tahun 2004 kecenderungan yang mendatar. Nilai CPUE
sebanyak 546 trip, sedangkan yang tertinggi digunakan untuk mengetahui
pada tahun 2007 sebanyak 3344 trip. kecenderungan produktivitas suatu alat
Perkembangan upaya penangkapan ikan tangkap dalam kurun waktu tertentu. CPUE
pelagis kecil dapat dilihat pada grafik 5. dipengaruhi oleh tingkat pemanfaatan
(produksi) dan tingkat upaya yang
diterapkan.
Grafik 6, menunjukkan bahwa dari tahun
2002 sampai tahun 2003 nilai CPUE
mengalami penurunan yang disebabkan
upaya penangkapan (trip) mengalami
peningkatan, kemudian pada tahun 2004
nilai CPUE mengalami peningkatan
sebanyak 6,5614 ton/trip dimana upaya
penangkapan (trip) mengalami penurunan
Grafik 5. Upaya Penangkapan Ikan Pelagis
dan dapat dilihat bahwa nilai CPUE paling
Kecil di Perairan Wini Kecamatan Insana
Utara Tahun 2002 – 2012 tinggi berada pada tahun 2004. Selanjutnya
pada tahun 2005–2007 CPUE mengalami
Grafik 5, terlihat bahwa upaya penurunan dan memperlihatkan
penangkapan terendah terjadi pada tahun kecenderungan yang mendatar. Hal ini
2004 sebanyak 546 trip, sedangkan yang disebabkan upaya penangkapan (trip)
mengalami kenaikan. Sedangkan pada tahun

Maria Yanti Akoit, SE., ME, dan Mardit N Nalle, SP., MSi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan …
94 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 85-108
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

2008 nilai CPUE naik menjadi 1,1619


ton/trip. Selanjutnya pada tahun 2009-2010
nilai CPUE turunmenjadi1,1171ton/trip di
tahun 2009 menjadi 1, 0845 ton/trip pada
tahun 2011,dan pada tahun 2011-2012 nilai
CPUE mengalami kenaikan masing-masing
1,1581 ton/trip dan 1,1773 ton/trip.
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat
bahwa nilai CPUE mengalami fluktuasi ini
terjadi karena periode tahun tersebut terjadi Grafik 7 Hubungan CPUE dengan Upaya
penambahan dan pengurangan jumlah hasil Penangkapan Ikan Pelagis Kecil di Perairan
penangkapan (effort). Wini Kecamatan Insana Utara Tahun 2002 –
Gulland (1984) mengatakan bahwa pada 2012
awal penangkapan terjadi peningkatan nilai
CPUE karena bertambahnya effort dan Pada grafik 7, dapat diketahui bahwa
selanjutnya akan terjadi penurunan nilai korelasi antara CPUE dengan effort
CPUE. Hal ini disebabkan meningkatnya menunjukkan hubungan yang negatif
kompetisi antar alat tangkap yang beroperasi dengan model CPUE =7,092 – 0,001E yaitu
dimana kapasitas sumberdaya yang terbatas semakin tinggi upaya penangkapan maka
dan cenderung mengalami penurunan akibat semakin rendah nilai CPUE. Hal ini
densitas penangkapan yang terus menerus. mengindikasikan bahwa dengan
bertambahnya effort, maka produktivitas alat
tangkap juga akan menurun dimana setiap
penambahan effort sebesar satuan effort (trip),
maka akan menurunkan nilai CPUE ikan
pelagis kecilsebesar 0,001 satuan CPUE
(ton/trip). Berdasarkan hal ini, tercermin
perlunya perhatian mengenai pengendalian
effort atau effort yang terkontrol sehingga
pemanfaatan sumberdaya perikanan dapat
berkelanjutan.
Grafik 6. Hasil tangkapan Per Upaya
Penangkapan Ikan Pelagis Kecil di Perairan
Wini Kecamatan Insana Utara Tahun 2002 – PENDUGAAN STATUS DAN POTENSI
2012 IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN
WINI KECAMATAN INSANA UTARA
Hubungan antara nilai CPUE dengan Untuk melakukan suatu pendugaan stok
upaya penangkapan (effort) perlu diketahui maka diperlukan suatu model yang
korelasinya, sehingga dapat diketahui dinamakan dengan model surplus produksi.
kecenderungan produktivitas alat tangkap Model produksi surplus merupakan
ikan pelagis kecil yang dicerminkan oleh hubungan antara produksi yang dihasilkan
nilai CPUE. Korelasi antara nilai CPUE secara optimum tanpa mengganggu
dengan effort dapat dilihat pada grafik 7 kelestarian sumberdaya dengan sejumlah
berikut ini. effort yang digunakan. Data yang
dipergunakan dalam menggunakan model
ini adalah hasil tangkapan (catch) dan upaya
penangkapan (effort). Data yang digunakan
adalah data sekunder dari Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten TTU tahun 2002–
2012.

Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan … Maria Yanti Akoit, SE., ME, dan Mardit N Nalle, SP., MSi
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 85-108 95
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

Pendugaan status ikan pelagis kecil perikanan dalam keadaan maximum


dilakukan dengan menggunakan model sustainable yield (MSY). Sedangkan tingkat
Schaefer. Model Schaefer menerapkan model pemanfaatan lebih dari 112,5% berarti
berimbang (Equilibrium State Model) dimana kondisi perikanan mengalami over fishing,
dengan model Schaefer dapat diketahui nilai sebaliknya jika kurang dari 87,5% maka
intercept (α) dan slope (β) yang digunakan kondisi perikanan underfishing. Dengan
untuk menduga nilai Y dan E pada saat MEY adanya ketentuan tersebut maka tingkat
(Maximum Economic Yield). Dari analisis pemanfaatan yang mencapai 29,49% dapat
biologi dapat ditentukan nilai EMSY dan YMSY dikatakan perikanan pelagis kecil di perairan
di perairan Wini Kecamatan Insana Utara Wini Kecamatan Insana Utara dalam kondisi
tersaji pada gambar berikut ini: under fishing.
Tingkat eksploitasi (TE) adalah
perbandingan alat tangkap (E) tahun terakhir
dengan alat tangkap optimum (EMSY) yang
mampu menjaga kondisi perikanan pelagis
kecil yang berkesinambungan. Dari
perbandingan antara effort di tahun terakhir
yaitu tahun 2012, dengan EMSY, maka
didapatkan tingkat eksploitasi yaitu
mencapai 88,73% (lampiran 5). Hal ini
menunjukkan bahwa perairan Wini masih
Grafik 8. Hubungan antara Effort (Trip) dalam kondisi seimbang lestari. Meskipun
dengan CPUE demikian kebijakan dalam pengelolaan
perikanan juga sangat diperlukan supaya
Dari hasil regresi linear pada (lanjutan sumberdaya yang ada tetap berkelanjutan di
lampiran 4), diperoleh effort optimum (EMSY) masa yang akan datang. Dari kedua
sebesar 3550 trip. Berdasarkan nilai EMSY, pendekatan tersebut dapat disimpulkan
dilakukan perhitungan secara matematis bahwa pada tingkat pemanfaatan masih
untuk mengetahui hasil tangkapan yang under fishing, sedangkan pada tingkat
diperoleh pada kondisi MSY (YMSY) yaitu eksploitasi berada pada kondisi berimbang
sebesar 12.574,12 ton dan produktivitas lestari.Setelah melakukan uji stasionary dan
optimum (UMSY) sebesar 3,54 ton/trip. uji kointegrasi data, selanjutnya
Setelah diketahui hasil analisis regresi linear menggunakan model CYP (Clark, Yoshimoto
dari ketiga model tersebut, maka dapat dan Pooley) dengan meregresikan data time
diketahui tingkat eksploitasi dan tingkat series antara produksi dan upaya untuk
pemanfaatan pada wilayah perairan tersebut. mencari nilai-nilai koefisien daya tangkap (q),
Tingkat pemanfaatan yaitu dengan cara koefisien pertumbuhan alami ikan (r) dan
membandingkan jumlah produksi tahun koefisien daya dukung lingkungan (k). Untuk
terakhir dengan jumlah produksi optimum jelasnya nilai catch per unit effort (CPUE)
(YMSY) yang mampu mempertahankan model Schaefer dengan persamaannya
kondisi ikan pelagis kecil dalam keadaan sebagai berikut :
lestari. Dari perhitungan dengan
menggunakan kedua model tersebut maka 2 2
ln
diperoleh tingkat pemanfaatan (TP) ikan 2 2
pelagis kecil tahun 2012 mencapai 29,49%
2
(dapat dilihat pada lampiran 6). Dalam
tingkat pemanfaatan ini terdapat ketentuan, Ln(Ut+1) = sebagai variabel terikat (Y), nilai Ln CPUE
apabila nilai tingkat pemanfaatan berada tahun t+1;
sekitar 87,5% sampai 112%, maka kondisi

Maria Yanti Akoit, SE., ME, dan Mardit N Nalle, SP., MSi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan …
96 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 85-108
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

Ln(Ut) = sebagai variabel bebas 1 (X1), nilai Ln CPUE UJI STATISTIK


tahun t;
(Et+Et+1) = sebagai variabel bebas 2 (X2), jumlah upaya 1) Uji F
tahun t ditambah t+1; Berdasarkan hasil analisis regresi
r = koefisien pertumbuhan alami ikan;
diperoleh nilai Fhitung untuk sumberdaya ikan
q = koefisien daya tangkap;
k = koefisien daya dukung lingkungan perairan
pelagis kecil sebesar 42,24633. Selanjutnya
nilai Fhitung dibandingkan dengan nilai Ftabel
Tabel 7. Nilai Catch Per Unit Effort (CPUE) (2,9) = 4,26 pada taraf signifikansi α = 5%,
Model Schaefer sehingga diperoleh hasil bahwa nilai Fhitung>
Ftabel yaitu (42,24633> 4,26). Nilai Fhitung>
Ftabel, hal ini mengandung pengertian bahwa
persamaan regresi untuk sumberdaya
perikanan tangkap (sumberdaya ikan pelagis
kecil) bisa digunakan untuk melakukan
prediksi dan estimasi.

2) Uji t
Menggunakan analisis regresi diperoleh
thitung untuk variabel X1 sebesar 6,770.
Selanjutnya nilai thitung dibandingkan dengan
Tabel 7, dapat diketahui tingkat upaya nilai ttabel (2,9) = 2,262 pada taraf signifikansi
yang dilakukan oleh nelayan di perairan α = 5%, sehingga diperoleh hasil bahwa nilai
Wini Kecamatan Insana Utara. Pada tahun thitung > ttabel yaitu (6,770 > 2,262), atau dari
2002 tingkat effort sebanyak 2307,37 hasil analisis tersebut ternyata nilai
trip/tahun, dan tahun 2012 tingkat effort probabilitas signifikansi lebih kecil dari taraf
sebanyak 3150 trip/tahun. Data tingkat nyata α = 5% yaitu (0,0003 < 0,05), sehingga
upaya ini merupakan dasar dalam dapat disimpulkan bahwa variabel bebas
melakukan perhitungan model Clark, (X1) berpengaruh secara signifikan terhadap
Yoshimoto dan Pooley (CYP) melalui analisis produkstivitas hasil tangkapan (Y).
regresi dengan menggunakan software Hal ini juga terjadi pada variabel X2,
Eviews4 dan hasil analisis regresi berganda dimana dari hasil analisis regresi diperoleh
dapat dilihat pada table berikut ini : thitung untuk variabel X2 sebesar 9,689.
Selanjutnya nilai thitung dibandingkan dengan
Tabel 8. Hasil Analisis Regresi Linear nilai ttabel (2,9) = 2,262 pada taraf signifikansi
Berganda α = 5%, sehingga diperoleh hasil bahwa nilai
thitung> ttabel yaitu (9,689> 2,262), atau dari
hasil analisis tersebut ternyata diperoleh nilai
probabilitas signifikansi lebih kecil dari taraf
nyata α = 5% yaitu (0,0000 < 0,05), sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel bebas
(X2) berpengaruh secara signifikan terhadap
produkstivitas hasil tangkapan (Y).

3) Koefisien Determinasi
Berdasarkan hasil analisis regresi
diperoleh nilai R2 = 0,931029 atau 93,10%, hal
ini mengindikasikan bahwa variabel
independen dalam persamaan memiliki
pengaruh dan keterkaitan yang sangat kuat

Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan … Maria Yanti Akoit, SE., ME, dan Mardit N Nalle, SP., MSi
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 85-108 97
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

terhadap variabel dependen. Sedangkan lingkungan (k). Nilai parameter biologi


sisanya sebesar 6,90% dipegaruhi oleh faktor sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan
lain yang tidak dimasukkan dalam model. Wini Kecamatan Insana Utara dapat dilihat
Setelah dilakukan uji statistik, pada tabel 9 berikut ini :
selanjutnya menghitung nilai-nilai koefisien
daya tangkap (q), koefisien pertumbuhan Tabel 9. Parameter Biologi Sumberdaya
alami ikan (r) dan koefisien daya dukung Ikan Pelagis Kecil di Perairan Wini
lingkungan (k). Nilai catch per unit effort Kecamatan Insana Utara
(CPUE) total menunjukkan besaran produksi
per unit upaya penangkapan (jumlah trip),
dengan menggunakan analisis regresi
berganda diperoleh nilai α = 3,865220 ; β = -
0,874436 ; dan γ = -0,000576, sehingga Tabel 8, diketahui nilai-nilai (α, β, γ)
persamaan regresi menjadi : Y = 3,865220 – dapat diduga tingkat pertumbuhan alami (r)
0,874436X1 – 0,000576X2. Hal ini dapat ikan pelagis kecil sebesar 0,134 yang artinya
diartikan bahwa peningkatan aktivitas rata-rata laju pertumbuhan biologi
penangkapan (effort) akan menurunkan sumberdaya perikanan pelagis kecil di
produktivitas hasil tangkapan (CPUE), perairan Wini Kecamatan Insana Utara
semakin meningkat tingkat upaya yang sebesar 0,134% pada periode 2002-2012.
dilakukan oleh nelayan maka akan semakin Koefisien kemampuan tangkap (q) sebesar
banyak jumlah ikan yang tertangkap, 0,0001543 artinya proporsi stok ikan pelagis
sehingga akan mengurangi jumlah kecil yang dapat ditangkap oleh satu unit alat
sumberdaya perikanan jika tidak diimbangi tangkap sebesar 0,0001543 ton dan daya
dengan tingkat mortalitas dari ikan itu dukung lingkungan (k) perairan adalah
sendiri. 2.462.076,68 artinya perairan Wini memiliki
Dari hasil analisis dapat diketahui kapasitas sebesar 2.462.076,68 ton terhadap
bahwa hubungan antara catch per unit effort sumberdaya ikan pelagis kecil.
dengan effort (trip), maka semakin besar effort
maka CPUE semakin berkurang, artinya ASPEK EKONOMI PERIKANAN PELAGIS
bahwa catch per unit effort (CPUE) berbanding KECIL DI PERAIRAN WINI
lurus dengan effort, dimana dengan setiap KECAMATAN INSANA UTARA
penambahan effort maka makin rendah hasil 1. Biaya Penangkapan
tangkapan per unit usaha (CPUE). Biaya Penangkapan yang digunakan
Hubungan besarnya hasil tangkapan nelayan terdiri dari biaya tetap (fixed cost)
dengan upaya penangkapan dengan model dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap
Schaefer sebagai berikut : α = 3,865220 ; β = - yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
0,874436 ; dan γ = -0,000576, sehingga seluruh biaya yang dikeluarkan dalam
persamaan menjadi: Y=3,865220–0,874436X1 jumlah yang tetap untuk sekali melakukan
– 0,000576X2. Berdasarkan persamaan ini operasional. Biaya ini meliputi biaya
maka dapat dijelaskan bahwa setiap penyusutan kapal, penyusutan alat tangkap,
penambahan penangkapan sebesar 1 satuan penyusutan mesin, dan biaya perawatan.
effort (trip) maka akan terjadi pengurangan Dalam aspek ekonomi yang
CPUE sebesar 0,000576 satuan CPUE diperhitungkan adalah faktor harga dan
(Ton/Trip). Setelah diketahui nilai α = biaya. Dalam asumsi Gordon-Schaefer bahwa
3,865220 ; β = -0,874436 ; dan γ = -0,000576, hanya faktor penangkapan yang
dan melalui perhitungan matematik maka diperhitungkan, sehingga biaya
dapat dicari nilai-nilai koefisien daya penangkapan yang dimaksudkan adalah
tangkap (q), koefisien pertumbuhan alami total pengeluaran rata-rata unit penangkapan
ikan (r) dan koefisien daya dukung

Maria Yanti Akoit, SE., ME, dan Mardit N Nalle, SP., MSi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan …
98 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 85-108
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

ikan, meliputi biaya operasional per tahun Tabel 11. Jumlah Biaya Operasional Tahun
per unit alat tangkap standar payang dan 2002-2012 (dalam harga riil)
biaya penyusutan per trip penangkapan.
Jumlah biaya tetap (perawatan) per
tahun dilihat pada tabel 10. Biaya tetap telah
diubah menjadi harga riil yang
perhitungannya dapat dilihat pada lampiran
7.
Tabel 10. Jumlah Biaya Tetap (Perawatan)
Usaha Penangkapan Ikan Pelagis
Kecil Tahun 2002-2012 (dalam
harga riil)
Biaya penangkapan dalam kajian
bioekonomi Gordon-Schaefer didasarkan atas
asumsi bahwa hanya faktor penangkapan
yang diperhitungkan, sehingga biaya
penangkapan dapat didefinisikan sebagai
biaya operasional per tahun per trip alat
tangkap standart payang. Biaya operasional
ini didapatkan dari data sekunder tahun
2002-2012 yang selanjutnya diubah menjadi
harga riil berdasarkan indeks harga konsumen
(IHK) tahun 2002-2012. Dengan
menggunakan program Microsoft Exel,
diperoleh nilai TC dari perkalian antara total
Biaya variabel adalah semua biaya yang biaya penangkapan dengan effort standar
dikeluarkan dalam jumlah yang tidak tetap payang di perairan Wini Kecamatan Insana
setiap melakukan operasi penangkapan. Utara. Perhitungan hasil Total Cost (TC)
Biaya ini meliputi biaya bahan bakar, oli, es, dapat dilihat pada tabel 12.
biaya konsumsi dan upah ABK dari Berdasarkan analisis ekonomi,terlihat
pendapatan kotor, dan semua biaya ini bahwa biaya penangkapan ikan pelagis kecil
diperoleh dari penerimaan kotor hasil pada tahun 2012diperoleh rata-rata biaya
tangkapan. Jumlah biaya operasional per trip penangkapan 206.245.945.185,53, dan rata-
per kapal dapat dilihat pada (lampiran 7) dan rata biaya penangkapan (c) alat tangkap
biaya operasional pertahun dapat dilihat payang di perairan Wini Kecamatan Insana
pada tabel 11. Jumlah biaya operasional Utara selama tahun 2002-2012 diperoleh
selama 11 tahun ini telah diubah menjadi sebesar Rp.11.524.595,17. Dimana dalam satu
harga riil berdasarkan Indeks Harga bulan rata-rata nelayan melakukan
Konsumen (IHK) tahun 2002-2012. Tabel penangkapan sebanyak 15 hari atau ±180 hari
indeks harga konsumen (IHK) dan perhitungan setahun dan penangkapan ikan pelagis kecil
perubahan harga nominal menjadi harga riil di perairan Wini Kecamatan Insana Utara
dapat dilihat pada lampiran 8 dan 9. dilakukan sepanjang tahun.

Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan … Maria Yanti Akoit, SE., ME, dan Mardit N Nalle, SP., MSi
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 85-108 99
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

Tabel 12. Total Biaya (TC) yang dikeluarkan Tabel 13. Total Pendapatan yang diperoleh
Nelayan Payang Tahun 2002-2012 Nelayan Payang Tahun 2002-2012
di Perairan Wini Kecamatan
Insana Utara

TOTAL PENERIMAAN (TOTAL


REVENUE) DAN KEUNTUNGAN (Π) Selama tahun 2002-2007 diperoleh harga
Salah satu aspek ekonomi yang rata-rata ikan (p) dalam satuan ton sebesar
diperlukan dalam kajian bioekonomi adalah Rp.48.834.880,96. Harga ikan pelagis kecil ini
faktor harga. Variabel harga ini akan sangat berfluktuasi setiap tahunnya.
berpengaruh pada jumlah total penerimaan Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa total
yang diperoleh dalam aktivitas pendapatan yang diperoleh nelayan untuk
penangkapan. Pada musim puncak, hasil nilai terendah terdapat pada tahun 2004. Hal
tangkapan ikan lebih banyak dibandingkan ini disebabkan pada tahun 2004 produksi
musim paceklik sehingga penawaran meningkat sebesar 3581ton sedangkan harga
menjadi rendah, sedangkan pada saat musim jualnya hanya sebesar Rp.2.385.212
paceklik permintaan dan penawaran dibandingkan dengan yang lainnya. Hal
terhadap hasil tangkapan tinggi tetapi serupa juga terjadi pada penerimaan, dimana
produksinya lebih sedikit. total penerimaan terendah pada tahun 2004
Nilai produksi ini diperoleh dari laporan sebesar Rp.8,540,727,534.19 dan total
data statistik Dinas Kelautan dan Perikanan penerimaan tertinggi pada tahun 2010 yakni
Kabupaten TTU dan BPS Kabupaten TTU. sebesar Rp.1,140,216,303,670.10. Naik
Untuk harga tiap ton diperoleh dari nilai turunnya nilai ini dipengaruhi oleh besarnya
penerimaan rata-rata dibagi dengan produksi produksi (Q) dan harga (p).
rata-rata ikan pelagis kecil. Asumsi harga
yang digunakan dalam penelitian ini adalah ANALISA EKONOMI USAHA
harga riil, maka harga nominal diubah PENANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL
menjadi harga riil berdasarkan Indeks Harga
Pada dasarnya pengelolaan sumberdaya
Konsumen (IHK) tahun 2002-2012. Untuk
perikanan diharapkan dapat memberikan
perhitungan harga nominal menjadi harga
keuntungan bagi nelayan. Keuntungan
riil dapat dilihat pada lampiran 9. Harga ini
merupakan selisih dari penerimaan yang
sangat berpengaruh pada total penerimaan
diperoleh dari hasil tangkapan dengan total
pengusaha sumberdaya ikan pelagis kecil.
biaya yang dikeluarkan. Upaya penangkapan
Sedangkan pendapatan (TR) didapatkan dari
yang meningkat, maka biaya operasional
perkalian antara harga ikan/ton dengan
yang dikeluarkan juga bertambah besar
tingkat produksi dalam satuan ton (TR = P *
sehingga mempengaruhi penerimaan.
Q dengan Q = αE – βE2) yang dapat dilihat
Dengan adanya hal ini maka upaya
pada tabel 13.
penangkapan yang rendah dapat
meningkatkan penerimaan karena biaya
operasionalnya rendah. Keuntungan
diperoleh dari selisih antara total penerimaan
dengan total biaya penangkapan.

Maria Yanti Akoit, SE., ME, dan Mardit N Nalle, SP., MSi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan …
100 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 85-108
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

Keuntungan nelayan payang tahun 2002-2012


dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Keuntungan ( Nelayan payang


di Perairan Wini Kecamatan
Insana Utara Tahun 2002-2012

Gambar 9. Hubungan TR, TC pada Usaha


Penangkapan Ikan Pelagis Kecil dengan
Effort Standart Payang di Perairan Wini
Kecamatan Insana Utara

Optimalisasi ekonomi usaha Berdasarkan gambar di atas, terlihat


penangkapan ikan pelagis kecil diperoleh bahwa keuntungan pada tingkat MSY
dari perhitungan EMEY(jumlah alat tangkap sebesar Rp.161.448.828,32/trip/tahun.
saat keuntungan maksimum) dan nilai YMEY Sedangkan keuntungan pada tingkat MEY
(jumlah hasil tangkap saat keuntungan sebesar Rp.167.406.380,18/trip/tahun. Untuk
maksimum). Dari hasil perhitungan yang lebih jelasnya hasil perhitungan dapat dilihat
dilakukan didapatkan bahwa nilai EMEY pada lampiran 10.
sebanyak 3428 trip dan nilai YMEY sebesar Sedangkan untuk optimalisasi ekonomi,
12.560,19 ton. Untuk jelasnya dapat dilhat diperoleh nilai EMEY = 3428 trip dan nilai
pada lampiran 10. YMEY =12.560,19 ton (perhitungan dapat
Analisis usaha penangkapan ikan pelagis dilihat pada lampiran 12). Upaya
kecil didasarkan pada data menunjukkan penangkapan ini lebih kecil dari nilai EMSY
besarnya total penerimaan (TR) dan total (pada model Schaefer) yaitu sebesar 3550
biaya pengeluaran (TC), sehingga didapatkan trip. Begitu pula juga dengan besarnya
nilai keuntungan nelayan. Dari nilai tersebut produksi pada kondisi MEY nilainya jauh
dibuat grafik dengan menggunakan TR dan lebih kecil bila dibandingkan dengan jumlah
TC sebagai variabel Y dan banyaknya alat produksi lestari (MSY) yaitu sebesar
tangkap (trip) sebagai variabel X. Selanjutnya 12.574,12 ton.
dicari titik perpotongan garis antara total Usaha perikanan dikatakan under
revenue dan total cost, dimana grafik exploited secara ekonomis jika hasil
perpotongan tersebut sebagai tanda bahwa tangkapan menurun dari titik MEY yang
keuntungan yang diperoleh nelayan adalah disebabkan oleh kelebihan effort. Dengan
nol (OA). Bila keuntungan nelayan nol maka demikian usaha perikanan dapat
ini mengindikasikan bahwa nilai penerimaan dikembangkan lebih lanjut jika berada dalam
sama dengan besarnya biaya total yang kondisi under exploited dan akan memerlukan
dikeluarkan sehingga nelayan tidak pengelolaan lebih lanjut jika berada dalam
memperoleh keuntungan ataupun kerugian. kondisi over exploited.
Untuk jelasnya dapat dilihat pada grafikr 9, Jika dilihat dari data hasil penelitian
yaitu grafik keuntungan nelayan payang maka pada tahun 2012 perikanan pelagis
dengan banyaknya effort (trip) tertentu. kecil di perairan Wini Kecamatan Insana
Utara juga mengalami kondisi under exploited
secara ekonomis, dimana jumlah hasil
tangkapan sebesar 3708,53 ton berada
dibawah batas YMEY sebesar 12.560,19 ton.

Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan … Maria Yanti Akoit, SE., ME, dan Mardit N Nalle, SP., MSi
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 85-108 101
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

Keadaan ini disebabkan jumlah effort (trip)


dari alat tangkap payang tidak mengalami
peningkatan effort.

OPTIMALISASI BIOEKONOMI
PENGUSAHAAN SUMBERDAYA IKAN
PELAGIS KECIL BERBAGAI REZIM Tabel 15, memperlihatkan bahwa nilai
PENGELOLAAN
biomassa optimal pada rezim MEY lebih
Setelah nilai koefisien r, q, dan k besar dari pada rezim lainya, yaitu sebesar
diketahui, selanjutnya melakukan 1.231.803,06 ton. Hal ini dikarenakan pada
perhitungan tingkat optimisasi pemanfaatan rezim pengelolaan MEY, pengelolaan bersifat
sumberdaya ikan pelagis kecil dari berbagai sole owner (private) sehingga pertumbuhan
rezim pengelolaan ikan pelagis kecil. biomassa dapat dikendalikan oleh pemilik.
Perhitungan optimalisasi bioekonomi Pada pengelolaan sole owner bersifat
pengusahaan sumberdaya ikan pelagis kecil konservatif. Kondisi pengelolaan MSY
dapat dilihat pada lampiran 11. menghasilkan produksi yang paling
Perhitungan yang didasarkan pada nilai maksimum yaitu sebesar 82.479,568 ton,
maximum economic yield (MEY), diperoleh artinya hasil tangkapan tertinggi yang dapat
biomas sebesar 1.231.803,06 ton dengan ditangkap tanpa mengancam kelestarian
tingkat produksi sebesar 82.479,537 ton. sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan
Produksi ini dihasilkan melalui upaya Wini Kecamatan Insana Utara. Pada titik ini
optimal 433,949 trip/tahun. Secara teori, disebut titik Maximum Sustainable Yield
produksi maksimum pada tingkat MEY karena setelah titik ini produksi akan
tercapai sebelum tingkat produksi menurun kembali mencapai titik nol dengan
maksimum lestari (MSY). Pada kondisi tingkat upaya maksimum dan dapat dilihat
Maximum Sustainable Yield (MSY) diperoleh pada gambar 10, berikut ini :
biomassa sebesar 615.519,17 ton dengan
tingkat produksi 12.574,12 ton (model
Schaefer) dan upaya optimal 3.550 trip.
Dengan kata lain, jumlah upaya optimal
pada tingkat MEY berada dibawah jumlah
upaya optimal yang diperlukan untuk
menghasilkan produksi sebesar maksimum
lestari. Ini artinya, setiap upaya yang berada
pada tingkat MEY adalah lebih efisien
dibandingkan dengan upaya yang ada pada
Gambar 10. Pengelolaan Sole Owner
tingkat MSY. Sementara rente ekonomi (Maximum Sustainable Yield) Hasil
(keuntungan) yang dihasilkan pada tingkat tangkapan (Ton)
eksploitasi ini adalah maksimum, yang
berdasarkan perhitungan nilainya mencapai Pada open access (OA), effort yang
Rp.4.022.877.278.483,19,-. Untuk jelasnya diperlukan lebih besar dibandingkan pada
dapat dilihat pada lampiran 11. rezim MSY dan MEY. Besarnya tingkat
upaya penangkapan pada rezim pengelolaan
Tabel 15. Tingkat Biomass, Produksi, Upaya OA disebabkan oleh sifat dari rezim open
Optimal dan Keuntungan dari access di Indonesia, dimana setiap orang
Berbagai Rezim Pengelolaan
boleh melakukan kegiatan penangkapan di
Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil di
Perairan Wini perairan Indonesia. Kondisi berbeda terjadi
pada rezim pengelolaan yang bersifat akses

Maria Yanti Akoit, SE., ME, dan Mardit N Nalle, SP., MSi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan …
102 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 85-108
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

terbuka (open access), dimana pertambahan Keseimbangan bioekonomi merupakan


upaya tidak akan berhenti kecuali dicapainya konsep pengelolaan yang diperlukan untuk
titik yang dikenal sebagai keseimbangan memanfaatkan sumberdaya ikan pelagis kecil
akses terbuka (open access equilibrium). Pada yang ditangkap oleh nelayan payang di
titik ini, jumlah penerimaan dari eksploitasi perairan Wini Kecamatan Insana Utara.
sumberdaya ikan akan sama besarnya Dengan menggunakan model keseimbangan
dibandingkan dengan jumlah biaya yang ini, sumberdaya perikanan dapat terjaga
dikeluarkan untuk kegiatan eksploitasi kelestariannya, disamping itu juga
sumberdaya ikan (TR = TC). Dengan kata masyarakat di daerah pesisir khususnya
lain, rente ekonomi yang diperoleh pada nelayan payang tetap memperoleh
rezim pengelolaan seperti ini adalah sama keuntungan secara ekonomi dari penjualan
dengan nol. tangkapannya.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh Berdasarkan hasil analisis dengan model
bahwa pada rezim pengelolaan yang bersifat Schaefer, diperoleh bahwa hasil tangkapan
akses terbuka, nilai biomas sebesar 1.529,43 maksimum lestari (MSY) ikan pelagis kecil di
ton dengan jumlah upaya sebesar 867,90 trip, perairan Wini Kecamatan Insana Utara
dan dapat dilihat pada gambar 11 berikut ini: sebesar 12.574,12 ton dengan upaya (effort)
optimum sebesar 3.550 trip. Dari hasil
analisis tersebut menunjukkan bahwa pada
tahun 2012 sumberdaya ikan pelagis kecil di
perairan Wini Kecamatan Insana Utara
dalam kondisi underfishing, dengan jumlah
produksi sebesar 3708,53 ton berada dibawah
produksi lestari (MSY) sebesar 12.574,12 ton
dengan tingkat pemanfaatan sebesar 29,49%.
Jumlah upaya penangkapan yang
dioperasikan oleh nelayan payang di
Gambar 4.15. Hubungan Hasil Tangkapan
dengan Effort dari Berbagai Rezim perairan Wini tahun 2012 sebesar 3.150 trip
Pengelolaan berada dibawah effort optimum sebesar 3.550
trip.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh Hasil analisis bioekonomi berbagai rezim
rata-rata produksi aktual ikan pelagis kecil di pengelolaan sumberdaya ikan pelagis kecil
perairan Wini Kecamatan Insana Utara menunjukkan bahwa penangkapan ikan
adalah 3.559,47 ton dan tingkat produksi pelagis kecil di perairan Wini Kecamatan
yang dihasilkan pada kondisi MSY (YMSY) Insana Utara dalam kondisi underfishing,
adalah sebesar 82.479,568 ton, sedangkan dimana rata-rata produksi aktual adalah
jumlah effort aktual beroperasi dengan rata- sebesar 3.559,47 ton berada di bawah
rata 2.835,94 trip per tahun, dan upaya produksi lestari (MSY) sebesar 82.479,568 ton,
optimal (EMEY) 433,949 trip, maka hal ini sedangkan jumlah effort aktual beroperasi
menunjukkan bahwa pemanfaatan dengan rata-rata 2.835,94 trip pr tahun
sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan dengan effort optimal (EMEY) sebesar 433,949
Wini Kecamatan Insana Utara dalam kondisi trip.
underfishing. Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka
langkah strategi yang perlu dilakukan oleh
STRATEGI PENGELOLAAN nelayan payang yaitu :
SUMBERDAYA IKAN PELAGIS KECIL DI 1. Diperlukan penambahan effort sesuai
PERAIRAN WINI KECAMATAN INSANA dengan batas-batas MEY dan MSY;
UTARA
2. Meningkatkan tekonologi penangkapan,
seperti melalui peningkatan teknologi

Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan … Maria Yanti Akoit, SE., ME, dan Mardit N Nalle, SP., MSi
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 85-108 103
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

pada alat tangkap payang, program Maximum Sustainable Yield (UMSY) 3,94
motorisasi dan program pendidikan dan trip/ton. Tingkat pemanfaatan dalam
latihan tentang pengelolaan sumberdaya kondisi underfishing dan tingkat
ikan; eksploitasi dalam kondisi berimbang
3. Meningkatkan mutu hasil tangkapan lestari pada perairan Wini Kecamatan
nelayan. Insana Utara. Keuntungan yang
Sumberdaya ikan pelagis kecil di diperoleh sebesar Rp.573.143.340.523,26
perairan Wini Kecamatan Insana Utara per tahun.
dalam kondisi underfishing dengan analisis 4. Pada kondisi status secara ekonomi
baik model Schaefer maupun analisis diperoleh Effort Maximum Economic Yield
bioekonomi berbagai rezim pengelolaan, (EMEY) sebesar 3.428 trip, Maximum
walaupun demikian sumberdaya ikan Economic Yield (MEY) sebesar 12.560,19
pelagis kecil tetap harus ada upaya ton, dan keuntungan sebesar
pengelolaan baik oleh pemerintah, nelayan, Rp.573.869.071.242,22. Jika dibandingkan
LSM dan stakeholders lainnya dari aspek dengan tahun 2012 masih dalam kondisi
ekonomi, aspek lingkungan dan aspek under eksploited.
manajemen, sehingga sumberdaya ikan 5. Analisis bioekonomi berbagai rezim
pelagis kecil dapat dimanfaatkan secara pengelolaan sumberdaya ikan pelagis
berkelanjutan. kecil yang berdasarkan perhitungan nilai
maximum economic yield (MEY), diperoleh
biomas sebesar 1.231.803,06 ton dengan
SIMPULAN tingkat produksi (optimal yield) sebesar
82.479,537 ton. Produksi ini dihasilkan
Berdasarkan hasil analisis dan
melalui upaya optimal (optimal effort)
pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa
433,949 trip/tahun. Perhitungan
:
berdasarkan maximum sustainable yield
1. Hasil standarisasi dari empat jenis alat
(MSY) diperoleh biomas sebesar
tangkap yang digunakan untuk
1.231.083,34 ton dan optimal yield sebesar
menangkap ikan pelagis kecil yaitu
82.479,568 ton dengan optimal effort
payang, gill net, bagan dan pancing tonda
434,219 trip/tahun. Pada rezim open acces
yang dijadikan sebagai alat tangkap
(OA) diperoleh biomas sebesar 1.529,43
standar adalah payang. Alat tangkap
ton, optimal yield sebesar 204,82 ton,
payang setara dengan 0,7245 trip gill net,
optimal effort 867,90 trip/tahun dan
0,6337 trip bagan dan 0,7434 trip pancing
tingkat keuntungan yang diperoleh = 0.
tonda.
6. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan
2. Analisis surplus produksi dengan
pelagis kecil pada perairan Wini
menggunakan model Schaeferteknik CYP
Kecamatan Insana Utara dalam kondisi
diperoleh tingkat pertumbuhan alami (r)
underfishing, dimana rata-rata produksi
ikan pelagis kecil sebesar 0,134 periode
aktual ikan pelagis kecil adalah 3.559,47
2002-2012. Koefisien kemampuan
ton dan berada dibawah produksi
tangkap (q) sebesar 0,0001543ton dan
maksimu lestari (MSY) sebesar 82.479,568
daya dukung lingkungan (k) perairan
ton, sedangkan jumlah effort aktual
adalah 2.462.076,68ton.
beroperasi dengan rata-rata 2.835,94 trip
3. Pendugaan status secara biologi yang
per tahun, dan upaya optimal 433,949
menggunakan model Schaefer dengan
trip.
hasil tangkapan maksimum lestari
(MSY)sebesar 12.574,12 ton/tahun dan
Effort Maximum Sustainable Yield (EMSY)
yakni 3.550 trip/tahun dan Productivity

Maria Yanti Akoit, SE., ME, dan Mardit N Nalle, SP., MSi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan …
104 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 85-108
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

SARAN DAFTAR PUSTAKA


Dalam pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya ikan pelagis kecil diperlukan Anderson, L.G and JC. Seijo, (2010).
“Bioeconomic of Fisheries
strategi dan kebijakan sebagai berikut :
Management”. Wiley-Blackwell, Ltd.,
1. Dalam penelitian ini, peneliti mengalami Publication.
keterbatasan dalam pengambilan data
karena adanya data sekunder yang Badan Pusat Statistik Kabupaten TTU, TTU
terkadang tidak sesuai dengan kondisi Dalam Angka 2012. TTU.
lapangan, maka perlu adanya kajian
mengenai kevalidan data terhadap nilai Budiman. (2006). Analisis Sebaran Ikan
Demersal Sebagai Basis Pengelolaan
produksi dan jumlah armada yang
Sumberdaya Pesisir di Kabupaten
tercatat pada daerah tersebut, Kendal. (Thesis). Program Pasca
2. Mengevaluasi cara pengumpulan data Sarjana, Magister Manajemen
statistic yang sedang berlaku untuk Sumberdaya Pantai, Universitas
menetapkan cara dan materi Diponegoro Semarang. 114 hal
pengumpulan data yang dapat
Fauzi, A. (1998). The Management of
digunakan untuk pengkajian
Competing Multi Species Fisheries: A
sumberdaya perikanan,
Case of A Small Pelagic Fishery on The
3. Diperlukan penambahan effort sesuai North Coast of Central Java,
dengan batas-batas MEY dan MSY, (December).
meningkatkan tekonologi penangkapan,
seperti melalui peningkatan teknologi Fauzi A, Anna S, (2005). “Permodelan
pada alat tangkap payang, program Sumber Daya Perikanan dan Kelautan
untuk Analisis Kebijakan”. Jakarta: PT
motorisasi dan program pendidikan dan
Gramedia Pustaka Utama.
latihan tentang pengelolaan sumberdaya
ikan dan meningkatkan mutu hasil Fauzi A, (2006). “Ekonomi Sumber Daya
tangkapan nelayan. Alam dan Lingkungan. Teori dan
4. Pengembangan kerja sama antara Aplikasi”. Jakarta: PT Gramedia
Pemerintah, nelayan LSM, Perguruan Pustaka utama
Tinggi, stakeholders lainnya dalam
Fauzi A, (2010). “Ekonomi Perikanan. Teori,
pengelolaan sumberdaya ikan pelagis
Kebijakan dan Pengelolaan”. Jakarta:
kecil. PT Gramedia Pustaka Utama.
5. Pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis
kecil dalam kondisi underfishing, Gordon, H. S. (1954). The Economic Theory
walaupun demikian perlu adanya of a Common-Property Resource : The
pengendalian (controlling), pemantauan Fishery Author ( s ): H . Scott Gordon
Source : The Journal of Political
(monitoring) dan pengawasan
Economy , Vol . 62 , No . 2 ( Apr ., 1954
(surveillance) serta penegakkan hukum
), pp . 124-142 Published by : The
(enforcement) dengan sanksi yang cukup University of Chicago Press Stable
menjerakan bagi pelanggarnya URL : http://w, 62(2), 124–142.
(deterrence-sanction) dalam pemanfaatan
sumberdaya perikanan. Gujarati, D, (2010). “Dasar-dasar
6. Perlu adanya Fishery Information System Ekonometrika”. Buku 1, Edisi ke-5.
Salemba Empat Jakarta: McGraw-Hill.
(FIS) perikanan tangkap sebagai dasar
kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan Hartwick J.M and Nancy D. Olewiler, (1998).
sumberdaya ikan pelagis kecil. “The Economics of Natural Resource
Use”. Second Edition. Addison-
Wesley.

Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan … Maria Yanti Akoit, SE., ME, dan Mardit N Nalle, SP., MSi
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 85-108 105
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

Kar, T. K. Ã., & Matsuda, H. (2008). A


bioeconomic model of a single-species
fishery with a marine reserve, 86, 171–
180. doi:10.1016/j.jenvman.2006.12.001

Kar, T. K., & Chakraborty, K. (2009).


Bioeconomic analysis of Maryland ’ s
Chesapeake Bay oyster fishery with
reference to the optimal utilization and
management of the resource,
International Journal of Engineering,
Science and Technology,1(1), 172–189.

Nurhayati, A. (2013). Analisis Potensi Lestari


Perikanan Tangkap di Kawasan
Pangandaran. Jurnal Akuatika, IV(2),
195–209.

Purwanto., (1989). Bioekonomi Penangkapan


Ikan : Model Dinamik, Jurnal Oseana,
Volume XIV, Nomor 3: 93-100.

Riduwan. (2006). Rumus dan Data dalam


Aplikasi Statistika untuk Penelitian:
Administrasi Pendidikan-Bisnis-
Pemerintahan-Sosial-Kebijakan-
Ekonomi-hukum-Manajemen-
Kesehatan. Cetakan ke-1. Bandung: CV
Alfabeta

Sugiyono., (2010). Statistika untuk Penelitian.


Penerbit Alfabeta Bandung

UU No. 45. (2009). Undang-Undang RI


Nomor 45 Tahun 2009 Tentang
Perikanan.

Wahyudin, Y. (1992). Alokasi Optimum


Sumberdaya Perikanan di Perairan
Teluk Palabuhanratu: Sumberdaya
Ikan Demersl". Bogor: Institut
Pertanian Bogor, Sekolah Pasca
Sarjana, Program Studi Ekonomi
Sumberdaya Kelautan Tropika. 168 hal

Wahyudi, (2007). “ Analisis Faktor Produksi


Perikanan Tangkap yang
Berkelanjutan di Perairan Kabupaten
Belitung”. (Thesis). Pasca Sarjana
Fakultas Ekonomi, Magister Ekonomi
Pembangunan dan Perencanaan,
Universitas Padjajaran Bandung.

Maria Yanti Akoit, SE., ME, dan Mardit N Nalle, SP., MSi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan …
106 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 85-108
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

Tabel 1. Model Analisis Bioekonomi Berbagai Rezim Pengelolaan Sumberdaya


Ikan Pelagis Kecil
Kondisi
Variabel
MEY MSY Open Access

Biomassa (x) 1
2 2
Catch (y) 1 1 1
4 4
Effort (E) 1 1
2 2
Rente pqKE 1
Ekonomi (

Tabel 1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Industri Basis Tahun 2000 = 100
Kategori Jumlah Pos Tarif Btbmi 2007 %
A 3.337** 33,2
B3 1.895 21,7
B5 533 6,1
B7 550 6,3
B10 794* 9,1
B15 170 1,9
P 897 10,3
X (exclusion list) 561*** 6,4
Total 8.733 100
Sumber: Presentasi IJ-EPA Bea dan Cukai
Keterangan: * signifikan pada taraf 10%
** signifikan pada taraf 5%
*** signifikan pada taraf 1%

 3,000.00

 2,500.00

 2,000.00

 1,500.00

 1,000.00

 500.00

 ‐
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Pelagis Kecil Pelagis Besar
Demersal Perikanan Darat
Perikanan Laut Perikanan Darat

Gambar 1. Perkembangan Perikanan Laut dan Darat di Perairan Wini Kecamatan Insana
Utara.
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten TTU, diolah

Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan … Maria Yanti Akoit, SE., ME, dan Mardit N Nalle, SP., MSi
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 85-108 107
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

50.00% 70.00%
60.00%
40.00%
50.00%
30.00% 40.00%
20.00% 30.00%
20.00%
10.00%
10.00%
0.00% 0.00%
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

PCM (LHS) EXPSHARE IMPRAT EFISIENSI

Gambar 1. PCM, Pangsa Ekspor, Rasio Impor, dan Efisiensi Industri Manufaktur Indonesia
Sumber: BPS Indonesia, diolah

Maria Yanti Akoit, SE., ME, dan Mardit N Nalle, SP., MSi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan …
108 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 85-108
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan … Maria Yanti Akoit, SE., ME, dan Mardit N Nalle, SP., MSi

Anda mungkin juga menyukai