Anda di halaman 1dari 7

Journal of Marine and Coastal Science Vol.

8 (2) – June 2019

Penentuan CCP (Critical Control Point) pada Proses Pembekuan Whole Round
Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscoguttatus) di PT. Alam Jaya Surabaya.

Determination of The CCP (Critical Control Point) on The Production Whole


Round Tiger Grouper (Ephinephelus fuscoguttatus) in PT. Alam Jaya
Surabaya, East Java.

Ike Febriana1 dan Prayogo1*

1Departemen Manajemen dan Kesehatan Ikan, Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Keluatan, Universitas
Airlangga, Surabaya, Indonesia

Koresponding: Prayogo, 1Departemen Manajemen dan Kesehatan Ikan, Budidaya Perairan Fakultas Perikanan
dan Keluatan, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia

E-mail: prayogo@fpk.unair.ac.id

Abstrak
Ikan kerapu (Epinephelus sp.) merupakan komoditas ikan karang yang saat ini dimanfaatkan dalam
skala yang cukup besar. Dari jenis-jenis ikan kerapu, ikan kerapu macan memiliki kelebihan
dibandingkan ikan kerapu jenis lain. Ikan ini bernilai ekonomis tinggi karena mempunyai daging yang
lezat, bergizi tinggi dan mengandung asam lemak tak jenuh.Hazard Analysis and Critical Control
Point (HACCP) adalah suatu pendekatan sistematis untuk manajemen keamanan pangan
berdasarkan prinsip-prinsip yang ada yang bertujuan untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya yang
cenderung terjadi pada setiap langkah rantai makanan. Salah satu prinsip HACCP adalah
menentukan CCP dengan menggunakan Diagram Pohon Keputusan CCP (Decision Tree). Praktek
Kerja Lapang ini dilaksanakan di PT. Alam Jaya, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya, Provinsi Jawa
Timur pada tanggal 18 Januari–26 Februari 2016. Metode kerja yang digunakan dalam Praktek Kerja
Lapang ini adalah metode deskriptif dengan pengambilan data meliputi data primer dan data
sekunder. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan partisipasi aktif.
Penentuan CCP berdasarkan adanya bahaya pada proses yang tidak bisa dihilangkan pada proses
selanjutnya. Penetapan CCP berdasarkan pengamatan dari setiap proses produksi diketahui bahwa
proses penerimaan bahan baku dan metal detektor merupakan CCP.

Kata Kunci: Penentuan CCP, Ikan Kerapu Macan, dan Teknik Pembekuan

Abstract
Grouper (Epinephelus sp.) is a reef fish commodity that are currently utilized in a large enough scale.
Of the types of grouper, tiger grouper has advantages compared to other types. This fish hight
economic value because it has a delicious meat, nutritious and contain unsaturated fatty acids.
Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) is a systematic approach to food safety
management based on the principles there that aims to identify the hazards that tend to occur at
every step of the food chain. One of the principles of HACCP is to determine the CCP using Decision
Tree Diagram CCP (Decision Tree). Field Work Practice was conducted at PT. Alam Jaya, District
Rungkut, Surabaya City, East Java Province on 18 January to 26 February , 2016. The working
method that used in Field Work Practice is descriptive method with data collection included primary
data and secondary data. Data is collected by observation, interview and active participation. CCP
determination based on the presence of danger in a process that can not be removed in the next
process. Determination of CCP based on the observation of every production process is known that
the process of receiving raw materials and metal detectors are CCP.

Keywords: Determination CCP, Tiger Grouper and Freezing technique.

73
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 8 (2) – June 2019

segar dilakukan sejak ikan ditangkap


1. Pendahuluan
sampai diterima konsumen (Murniyati &
Indonesia merupakan negara maritim Sunarman 2000). Menurut Supardi dan
yang mempunyai potensi besar dalam Sukamto (1999) pembusukan ikan oleh
perikanan baik perikanan air tawar, air bakteri dan fungi dapat dihambat dengan
payau, maupun air laut. Saat ini sektor penyimpanan ikan pada suhu 0°C atau
kelautan dan perikanan dapat dijadikan lebih rendah lagi. Menurut Junianto
sebagai salah satu pilar dalam pemulihan (2003), kesegaran ikan tidak dapat diting-
krisis ekonomi yang dialami bangsa katkan tetapi hanya dapat dipertahankan.
Indonesia. Hazard Analysis and Critical Control
Ikan kerapu (Epinephelus sp.) Point (HACCP) adalah suatu pendekatan
merupakan komoditas ikan karang yang sistematis untuk manajemen keamanan
saat ini dimanfaatkan dalam skala yang pangan berdasarkan prinsip-prinsip yang
cukup besar. Dari jenis-jenis ikan kerapu, ada yang bertujuan untuk mengidentifikasi
ikan kerapu macan memiliki kelebihan bahaya-bahaya yang cenderung terjadi
dibandingkan ikan kerapu jenis lain. Ikan pada setiap langkah rantai makanan dan
ini bernilai ekonomis tinggi karena menempatkan sistem pengendalian yang
mempunyai daging yang lezat, bergizi akan mencegah bahaya-bahaya tersebut
tinggi dan mengandung asam lemak tak terjadi (Mortimore and Wallace, 2001).
jenuh. Produksi kerapu di Indonesia Selanjutnya menetapkan Critical Control
sebagian besar berasal dari penangkapan Point (CCP) dengan menggunakan
langsung di laut. Diagram Pohon Keputusan CCP (CCP
Di Indonesia 58.905 ton produksi ikan Decision Tree) dan menentukan Critical
kerapu hanya sekitar 7.500 ton (13%) Limit (CL) untuk mengendalikan setiap
yang berasal dari budidaya (Subianto, CCP.
2005). Perdagangan kerapu Indonesia
2. Material dan Metode
berkembangan dengan pesat pada
pertengahan tahun 1990-an dengan
Material
jumlah ekspor sebesar 300 ton pada
Praktek Kerja Lapang ini
tahun 1989 menjadi 3.800 ton pada tahun
dilaksanakan di PT Alam Jaya,
1995. Besarnya tingkat permintaan ikan
Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya,
konsumsi terutama ikan kerapu disebab-
Provinsi Jawa Timur. Metode kerja yang
kan adanya permintaan pasar luar negeri
digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini
terhadap ikan karang.
adalah metode deskriptif dengan
Ikan merupakan bahan pangan yang
pengambilan data meliputi data primer
mudah rusak, terutama ikan segar
dan data sekunder. Pengambilan data
(Hadiwiyoto, 1993). Penanganan ikan

74
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 8 (2) – June 2019

dilakukan dengan cara observasi, Perusahaan ini berdiri pada tanggal 18


wawancara dan partisipasi aktif. Oktober tahun 1998. Awalnya masih
dalam badan hukum bentuk Unit Usaha
Metode
(UD). Namun dalam perkembangannya,
Metode pengumpulan data yang perusahaan mengalami kemajuan pesat
diambil dalam Praktek Kerja Lapang ini sehingga pihak manajemen mengem-
berupa data primer maupun data bangkan status badan hukum perusahaan
sekunder. Pengumpulan data primer berganti menjadi sebuah Perseroan
dilakukan dengan cara observasi, wawan- Terbatas (PT) pada tanggal 18 November
cara dan partisipasi langsung. Data yang 2001 dengan nama PT. Alam Jaya.
diambil meliputi letak geografis dan Komoditas utama dari PT. Alam
keadaan umum perusahaan, data sarana Jaya adalah ikan kakap merah (Lutjanus
dan prasarana pada perusahaan data sp.). Produk lain yang diolah selain kakap
jenis bahan baku dan beratikan yang merah antara lain bekutak (sotong) (Sepia
digunakan, data alur proses produksi sp.), gurita (Octopus sp.), ikan layur
whole round ikan kerapu macan, data (Trichiurus spp.), ikan bandeng (Chanos
tentang suhu dan waktu yang digunakan chanos), ikan kerapu macan (Ephine-
dalam penyimpanan, data keluar phelus fuscoguttatus) dan ikan betet
masuknya produk pada penyimpanan, (Scarus sp.). Berbagai produk yang
data informasi dan label, kemasan primer dihasilkan meliputi frozen fillet, frozen
dan sekunder yang digunakan pada steak, frozen portion cut, frozen whole
produk PT Alam Jaya yang siap round (ikan utuh), frozen whole gutted
dipasarkan. Data sekunder adalah data (utuh tanpa isi perut), frozen whole gill
yang diperoleh secara tidak langsung dari gutted (utuh tanpa insang dan isi perut),
sumbernya dan serta dilaporkan oleh frozen whole gutted scale (utuh tanpa sisik
orang di luar Praktek Kerja Lapang itu dan isi perut), frozen whole gill gutted
sendiri. Data sekunder yang digunakan scaled off (utuh tanpa insang, isi perut,
dalam penelitian ini adalah data internal dan sisik), frozen headless, frozen beak
perusahaan antara lain yaitu nama dan off dan whole scale off.
jumlah karyawan yang dijadikan
Proses Produksi Ikan Kerapu Macan
responden serta profil, misi dan struktur
(Ephinephelus fuscoguttatus)
organisasi perusahaan.
a. Penerimaan Bahan Baku
3. Hasil dan Pembahasan Bahan baku ikan kerapu macan
yang didatangkan berasal dari Probo-
PT Alam Jaya merupakan perusa-
linggo, Pati dan Jepara. Bahan baku ini
haan yang bergerak pada bidang
didatangkan secara keseluruhan seba-
perikanan khususnya pembekuan ikan.

75
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 8 (2) – June 2019

nyak 1-3 ton. Bahan baku yang datang e. Penyusunan Ikan dalam Long Pan
tidak langsung diproses semua sekaligus, Setelah dilakukan pencucian I, ikan
akan tetapi secara bertahap sesuai disusun dalam long pan yang dilapisi
dengan jumlah permintaan. dengan plastik. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Moeljanto (1992), bahwa ikan
b. Sortasi
yang telah ditimbang disusun di atas pan
Setelah ikan masuk dalam stasiun
yang telah dilapisi plastik. Fungsi pe-
penerimaan, ikan di sortasi. Sortasi
lapisan dengan plastik yaitu untuk
dilakukan secara cermat, cepat dan tepat.
mencegah adanya kontaminasi dari long
Tujuan sortasi adalah untuk memisahkan
pan ke ikan, karena pan terbuat dari
ikan berdasarkan jenis ikan (spesies),
aluminium sehingga berpotensi adanya
kualitas ikan (grade) dan ukuran ikan
karat serta menghindari daging ikan
(size). Sortasi dilakukan dengan cara
menempel pada long pan saat dibekukan
memisahkan ikan berdasarkan kriteria first
yang dapat merusak ikan. Ikan disusun
grade, second grade, below grade dan
dengan arah berlawanan supaya tidak
reject.
saling menempel saat didinginkan.
c. Penimbangan I
f. Pembekuan
Beberapa ikan yang telah
Proses pembekuan di PT. Alam Jaya
dikelompokkan dalam satu keranjang
menggunakan Air Blast Freezer (ABF)
dengan berat yang sama, kemudian ditim-
yang menggunakan amoniak sebagai
bang untuk mengetahui berat totalnya.
bahan pendingin. Pembekuaan dengan
Setelah ditimbang, keranjang tersebut
Air Blast Freezer (ABF) yaitu metode
akan diberi tanda dengan pemberian label
pembekuan dengan cara menghembus-
nama suplier dan berat totalnya yang
kan atau mengalirkan udara dingin ke
ditulis di atas kertas dengan mengguna-
arah produk. Pembekuan bertujuan untuk
kan alat tulis.
mendapatkan produk dengan suhu pusat
d. Pencucian I
maksimal -18˚C (BSN, 2006).
Pencucian I dilakukan dalam keran-
g. Metal Detector
jang. Ikan dalam keranjang dibersihkan
Pendeteksian logam sudah lama tidak
menggunakan air bersih dan dingin.
diterapkan oleh PT Alam Jaya karena
Wibowo (1995) menjelaskan bahwa
efisiensi waktu. Pendeteksian logam
pencucian bertujuan untuk menghilangkan
bertujuan untuk mendeteksi keberadaan
kotoran, sisik dan lendir. Pencucian dila-
fragmen logam pada produk. Pendetek-
kukan dengan cepat, cermat dan saniter
sian logam dengan cara melewatkan
serta mempertahankan suhu ikan tetap
produk ke alat metal detector sebelum
maksimal 5˚C berdasarkan SNI 01-2693-
dikemas, apabila ada kandungan logam
3-2006 (BSN, 2006).

76
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 8 (2) – June 2019

berat pada produk maka alat metal Ikan yang sudah disortasi ditimbang
detector akan berhenti secara otomatis, per keranjang seberat 18,5 kg,
Selain itu, produk yang kurang beku juga penimbangan menggunakan timbangan
dapat tidak lolos pada alat metal detector. digital. Penimbangan dilakukan sesuai
Hal ini disebabkan alat metal detector dengan spesifikasi produk. Penimbangan
hanya dapat mendeteksi benda kering II ini bertujuan untuk menimbang berat per
sehingga apabila benda basah (produk kemasan produk.
yang kurang beku) dilewatkan, konveyor
k. Pengemasan dan Pemberian Label
pada metal detector secara otomatis akan (Packing dan Labeling)
berhenti.
Produk ikan kerapu macan whole
h. Sortasi II round yang sudah di-glazing, dikemas
Sortasi II bertujuan memisahkan degan menggunakan kemasan primer dan
ukuran produk ikan sehingga saat kemasan sekunder, untuk kemasan primer
dipacking ukurannya seragam. Sortasi II menggunakan plastik berbahan LDPE
dilakukan secara hati-hati oleh para (Low Density Polyethylen) yang aman
pegawai packaging terkadang untuk untuk produk makanan. Hal ini sesuai
meminimalisir kontaminasi para pegawai dengan pernyataan Hendrasty (2013),
menyemprotkan tangan dengan alkohol bahwa LDPE (Low Density Polyethylen)
70%, jika ada produk dari ABF saat sortasi merupakan plastik yang paling banyak
tersisa beberapa ikan maka akan digunakan dalam industri pengemas
ditambahkan dengan produk MCO makanan karena sifatnya yang aman.
(Master Carton Over) yang sudah Dalam satu master carton ikan berisi 20
disimpan di-coldstorage. kg, ikan dibungkus satu-persatu sehingga
tidak menempel satu dengan yang
i. Glazing
lainnya. Menurut spesifikasi size dalam
Proses glazing dilakukan untuk
satu master carton untuk size 2000-3000
mencegah dehidrasi pada produk. Proses
gram berisi 7-8 ekor ikan, size 3000-4000
glazing dilakukan di bak stainless steel
gram berisi 5-6 ekor ikan dan size 4000-
panjang dengan cara mencelupkan ikan
5000 gram berisi 4-5 ekor ikan.
ke bak stainless steel yang berisi air pdam
dan flake ice, suhu pada bak glazing l. Penyimpanan dalam Coldstorage
o
harus mencapai 1 C, suhu selalu dikontrol Produk yang sudah dikemas dalam
oleh Quality Control, proses glazing master carton kemudian disimpan pada
berlangsung selama ± 5 menit hingga coldstorage, pemindahan barang menggu-
berat ikan dapat bertambah ± 10% dari nakan kereta / troli. Produk disim-pan
berat awal. sementara didalam cold storage hingga
ada pesanan atau kuota pesanan
j. Penimbangan II

77
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 8 (2) – June 2019

terpenuhi dari pembeli. PT Alam Jaya macan ada pada dua proses yaitu
memilki dua ruang cold storage masing- penerimaan bahan baku dan metal
masing berkapasitas 350 ton dengan suhu detector.
-30oC. Bahaya yang terkandung pada tahap
penerimaan bahan baku adalah bahaya
m. Stuffing
biologi berupa pertumbuhan bakteri
Stuffing merupakan penyusunan
patogen (Salmonella, Vibrio cholera dan
produk yang siap untuk dikirim ke buyer
E.coli). Moeljanto (1992), menyatakan
kedalam kontainer yang telah didinginkan
bakteri pembusuk hidup pada suhu antara
(precolling) sebelumnya. Kontainer yang
0-30ºC, dengan suhu optimal bila suhu
dilakukan untuk pengiriman berkapasitas
diturunkan dengan cepat dibawah 0ºC,
27 ton dengan suhu -20oC untuk menjaga
maka proses pembusukan dapat terham-
suhu produk saat pengiriman. Kontainer
bat. Sehingga bahan baku yang
dilengkapi insulator dan bahan pendingin
didatangkan selalu dilakukan pemambah-
yang berasal dari freon, freon dialirkan
an es untuk menjaga rantai dingin untuk
melalui energi listrik yang terpasang
menghambat terjadinya tumbuhnya bak-
dalam kontainer.
teri pembusuk pada ikan. Selanjutnya
Penentuan CCP (Critical Control Point) adanya bahaya kimia yaitu logam berat

Titik-titik pengendalian kritis adalah (Cd, Pb dan Hg), sehingga bahaya ini

tahap-tahap dalam suatu proses produksi signifikan dan termasuk CCP. Hal ini

yang mengandung bahaya nyata,yang dikarenakan apabila bahan baku mengan-

apabila tahap-tahap tersebut tidak diken- dung logam berat maka tidak dapat diatasi

dalikan sebagaimana mestinya akan dengan penerapan GMP ataupun SSOP

menyebabkan produknya tidak aman yang benar dan harus di-reject. Cara

dikonsumsi, mutunya tidak layak atau pengawasan mutu yang dilakukan meliputi

terjadi penipuan secara ekonomis terha- pengecekan surat jaminan mutu supplier

dap konsumen (Dirjen Perikanan, 2000). terkait daerah penangkapan bahan baku

Proses pembekuan ikan kerapu dan pengujian eksternal yang dilakukan di

macan di PT. Alam Jaya memiliki CCP LPPMHP Surabaya.

atau titik kendali kritis yang sudah Selanjutnya Metal Detector pada

ditentukan. Penerapan CCP atau titik tahap ini potensi bahaya yang mungkin

kendali kritis ini bertujuan untuk menjamin terjadi adalah serpihan logam pada

keselamatan konsumen dalam meng- produk. Bahaya yang timbul karena

konsumsi produk beku yang dihasilkan. serpihan logam tergolong dalam kategori

Penerapan CCP atau titik kendali kritis bahaya kimia dan tidak dapat diatasi

pada proses pembekuan ikan kerapu dengan penerapan GMP ataupun SSOP
yang benar. Pengawasan yang dilakukan

78
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 8 (2) – June 2019

pada bahaya ini adalah dengan Jakarta: Badan Karantina Ikan,


Pengendalian Mutu dan Keamanan
melakukan pengecekan terhadap setiap
Hasil Perikanan. Kementerian
produk yang dihasilkan dengan cara Kelautan dan Perikanan.
melewatkan produk pada mesin metal
Direktorat Jenderal Perikanan. (2000).
detector, dengan spesifikasi mendeteksi Pedoman penerapan program
manajemen mutu terpadu (PMMT)
keberadaan fragmen logam seperti
berdasarkan konsep HACCP, Modul
pancing, koin dan lain-lain. Bila ditemukan II: penerapan pada industri hasil
perikanan. Jakarta: Direktorat Usaha
10% dari produk dengan kandungan
dan Pengolahan Hasil, Dirjen
fragment metal melebihi batas maka akan Perikanan.
dilakukan thawing kemudian dicek kembali
Hadiwiyoto, S. (1993). Teknologi pengo-
dan melakukan kalibrasi lalu pengecekan lahan hasil. perikanan. Yogyakarta:
Penerbit Liberty.
mesin sebelum digunakan sehingga dapat
mengetahui keakuratan mesin. Hal ini Hendrasty, H.K. (2013). Pengemasan dan
penyimpanan bahan pangan.
sesuai Saragih (2013), metal detector
Yogyakarta: Graha Ilmu
perlu dilakukan kalibrasi setiap sejam
Jumanto. (2003). Teknik penanganan
sekali oleh pengawas QC untuk
ikan. Jakarta: Penebar Swadaya.
mewaspadai ketidakakuratan mesin metal
Moeljanto. (1992). Pengawetan dan
detector. Apabila terjadi kesalahan pada
pengolahan hasil perikanan. Pene-
mesin maka proses akan dihentikan bar Swadaya. Jakarta.
kemudian dilakukan perbaikan pada
Mortimore, S., & Wallace, C. (Eds).
mesin oleh bagian teknisi. Bahaya ini (2001). Food industry briefing series:
HACCP. New Jersey: Blackwell
tergolong bahaya signifikan atau termasuk
Publishing Ltd.
CCP. Apabila produk mengandung
Murniyati & Sunarman. (2000). Pendingin-
fragmen logam maka akan di-reject dan
an, pembekuan dan pengawetan
tidak dikirim. ikan. Yogyakarta: Kanisius.

Supardi, & Sukamto. (1999). Mikrobiologi


4. Kesimpulan
dalam pengolahan dan. keamanan
produk pangan. Bandung: Penerbit
Penentuan CCP atau titik kendali Alumni.
kritis pada proses pembekuan ikan kerapu
Wibowo. (1995). Industri pengasapan
macan di PT. Alam Jaya terletak pada ikan. Jakarta: Penerbit Swadaya.
proses penerimaan bahan baku dan metal
detector.

Daftar Pustaka

Badan Standarisasi Nasional. (2006). SNI


01-2693.3-2006. Bagian 3:
Penanganan dan pengolahan.

79
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS

Anda mungkin juga menyukai