Anda di halaman 1dari 6

Journal of Marine and Coastal Science Vol.

8 (2) – June 2019

Penentuan Critical Control Points (CCP) pada Produk Frozen Shrimp Udang
Vannamei (Litopenaeus vannamei) di PT. Grahamakmur Ciptapratama,
Sidoarjo - Jawa Timur

DeterminationoOf Critical Control Points (CCP) in Frozen Vannamei Shrimp


Product (Litopenaeus vannamei) in PT. Grahamakmur Citapratama, Sidoarjo -
East Java

Luthfi Rachma1 Dita dan Sudarno1*

1Departemen Manajemen dan Kesehatan Ikan, Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Keluatan, Universitas
Airlangga, Surabaya, Indonesia

Koresponding: Sudarno, Departemen Manajemen dan Kesehatan Ikan, Budidaya Perairan Fakultas Perikanan
dan Keluatan, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia

E-mail: sudarno@fpk.unair.ac.id
Abstrak
Salah satu produk perikanan di Indonesia yaitu udang. Terdapat banyak produk turunan udang, ada
frozen, fresh ataupun jenis spesies udangnya. Bicara mengenai perdagangan Internasional Indonesia
salah satunya yaitu ekspor, Udang menjadi komoditi yang merajai ekspor perikanan, dengan nilai
yang disumbang sebesar US$ 1,280 juta, disusul tuna US$606 juta, ikan lainnya US$ 700 juta dan
hasil perikanan lainnya US$ 746 juta. Ekspor udang merupakan ekspor terbesar dalam
penyumbangannya secara value. Ekspor udang sendiri merambah ke berbagai negara di dunia.
Udang sendiri sudah ditetapkan untuk komoditi ekspor unggulan Indonesia. PT. Grahamakmur
Ciptapratama merupakan salah satu perusahaan cold storage sekaligus pengekspor udang yang
berada di Sidoarjo, Jawa Timur. Untuk menjaga kualitas udang yang akan diekspor, tentunya
memerlukan proses yang tepat serta teknologi yang mendukung. Diperlukan pula sumber daya
manusia yang mampu menangani dan memproses udang tersebut sesuai prosedur yang diterapkan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengetahui dan mengkaji mengenai proses
kegiatan pengolahan udang yang memperhatikan Critical Control Points (CCP). Dalam proses
produksi Frozen Shrimp Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di PT. Grahamakmur
Ciptapratama, Sidoarjo – Jawa Timur tersebut, bagian penerimaan bahan baku, cooking, dan metal
detector merupakan Critical Control Points (CCP) yang perlu dijaga dan diawasi dengan baik.
Perlunya kendali pada CCP bertujuan agar terciptanya keamanan pangan untuk konsumen.

Kata Kunci: Litopenaeus vannamei, Frozen Shrimp dan Critical Control Points (CCP) pemasaran.

Abstract
One of fishery products in Indonesia, namely shrimp. There are many products derived shrimp, there
are frozen, fresh or shrimp species. Talk about International trade Indonesia one of which is exports,
shrimp becomes a commodity which dominate the fishery exports, with the value of the donated
amount of US $ 1.280 million, followed by tuna US $ 606 million, other fish US $ 700 million and
fishery products other US $ 746 million. Exports of shrimp is the largest export value in
penyumbangannya basis. Shrimp exports alone expanded to various countries in the world. The
shrimp itself is set for Indonesia's main export commodity. PT. Grahamakmur Ciptapratama is one of
the cold storage company exporters of shrimp that were in Sidoarjo, East Java. To maintain the
quality of shrimp for export, certainly requires appropriate processes and technologies that support. It
is also necessary human resources able to handle and process the shrimp according to the
procedures applied. Based on the description above, the writer interested to know and assess the
process of shrimp processing activities were noticed Critical Control Points (CCP). In the production
process Frozen Vannamei Shrimp (Litopenaeus vannamei) in PT. Grahamakmur Ciptapratama,
Sidoarjo - East Java, part of the raw material receiving, cooking, and a metal detector is a Critical
Control Points (CCP), which needs to be maintained and monitored. The need for control of the CCP
aims for the creation of food safety for consumers.

Keywords: Litopenaeus vannamei, Frozen Shrimp dan Critical Control Points (CCP).

85
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 8 (2) – June 2019

menjadi komoditi yang merajai ekspor


1. Pendahuluan
perikanan, dengan nilai yang disumbang

Indonesia merupakan negara kepu- sebesar US$ 1,280 juta, disusul tuna

lauan yang terbesar di dunia. Indonesia US$606 juta, ikan lainnya US$ 700 juta

memiliki 17.500 pulau yang dikelilingi oleh dan hasil perikanan lainnya US$ 746 juta.

laut seluas 5,8 juta km2, terdiri dari 0,3 juta Ekspor udang merupakan ekspor terbesar

km 2 perairan teritorial, 2,8 juta km 2 dalam penyumbangannya secara value.

perairan pedalaman dan kepulauan, 2,7 Ekspor udang sendiri merambah ke

juta km 2 Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE). Di berbagai negara di dunia. Udang sendiri

dalam laut Indonesia tersebut memiliki sudah ditetapkan untuk komoditi ekspor

potensi besar menurut Kementrian Peri- unggulan Indonesia. (Damelia, 2015)

kanan dan Kelautan Republik Indonesia di PT Grahamakmur Ciptapratama

dalam laut Indonesia memiliki 8.500 merupakan salah satu perusahaan cold

spesies ikan, 555 spesies rumput laut dan storage sekaligus pengekspor udang yang

950 spesies biota terumbu karang. berada di Sidoarjo, Jawa Timur. Untuk

Produksi perikanan budidaya di Indonesia menjaga kualitas udang yang akan

mengalami peningkatan cukup pesat, diekspor, tentunya memerlukan proses

yaitu dari 47,3 juta ton menjadi 62,7 juta yang tepat serta teknologi yang

ton. Potensi perikanan budidaya ini akan mendukung. Diperlukan pula sumber daya

semakin besar, apabila memasukan po- manusia yang mampu menangani dan

tensi budidaya air tawar seperti kolam memproses udang tersebut sesuai

(541.100 ha), budidaya diperairan umum prosedur yang diterapkan. Berdasarkan

(158.125 ha) dan mina-padi (1,54 juta ha). uraian diatas, penulis tertarik untuk

Disamping itu, potensi perikanan budidaya mengetahui dan mengkaji mengenai

payau (tambak) mencapai 2,96 juta hektar proses kegiatan pengolahan udang yang

dan baru dimanfaatkan seluas 682.857 memperhatikan Critical Control Points

hektar (23,04%) serta potensi budidaya (CCP) di PT Grahamakmur Ciptapratama,

laut yang mencapai luasan 12,55 juta Sidoarjo, Jawa Timur.

hektar dengan tingkat pemanfaatan yang


2. Materi dan Metode
relatif masih rendah, yaitu sekitar 117.649
hektar atau 0,94 persen (Kementrian Material
Kelautan dan Perikanan, 2015)
Praktek Kerja Lapang ini
Salah satu produk perikanan di
dilaksanakan di PT. Grahamakmur
Indonesia yaitu udang. Terdapat banyak
Ciptapratama, Sidoarjo, Jawa Timur.
produk turunan udang, ada frozen, fresh
Pengumpulan data-data pada Praktek
ataupun jenis spesies udangnya. Udang
Kerja Lapang kali ini adalah dengan

86
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 8 (2) – June 2019

pengambilan data primer dan data perikanan, pustaka, laporan dari pihak
sekunder yang didapat dengan beberapa swasta, masyarakat dan pihak lain yang
metode dan cara pengamatan. berhubungan dengan proses pengolahan
udang dalam sistem cold storage di PT.
Metode
Grahamakmur Ciptapratama.
Metode kerja yang digunakan pada
pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini
3. Hasil dan Pembahasan
adalah dengan metode deskriptif, yaitu
suatu metode dalam meneliti status PT. Garahamakmur Ciptapratama
sekelompok manusia, suatu objek, suatu merupakan unit perusahaan yang ber-
set kondisi, suatu sistem pemikiran, gerak dalam bidang perikanan yang
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa didirikan oleh Bapak H. Saimi Saleh.
sekarang. Data-data yang terkumpul pada Perusahaan berdiri pada tanggal 20
Praktek Kerja Lapang kali ini adalah November 1990 yang awalnya mem-
dengan pengambilan data primer dan data produksi Teri Nasi di daerah Madura.
skunder yang didapat dengan beberapa Industri tersebut mengalami hambatan
metode dan cara pengamatan. Data dan akhirnya vakum selama dua tahun.
primer yang diambil meliputi sumber dan Tahun 2008, PT. Garahamakmur Cipta-
kuantitas raw material, kapasitas produksi, pratama mengalami perubahan pemilik
jenis produksi, kapasitas cold storage, saham dan mulai mendirikan industri
jenis dan jumlah unit mesin yang perikanan baru yang memproduksi udang
digunakan, serta data ekspor dan beku, serta telah berbekal Surat Izin
penjualan. Pada data observasi observasi Usaha Perdagangan (SIUP).
dilakukan terhadap berbagai hal yang Produk yang dihasilkan oleh PT.
berhubungan dengan proses pengolahan Grahamakmur Ciptapratama termasuk
udang dalam sistem cold storage. metode dalam barang setengah jadi, udang segar
survey yang menggunakan pertanyaan akan diolah menjadi udang beku dan
secara lisan kepada subyek penelitian. dijual ke perusahaan lain di luar negeri.
Wawancara akan dilakukan dengan cara Barang setengah jadi merupakan hasil
tanya-jawab dengan pegawai yang ada di dari proses bahan baku yang dapat
lokasi mengenai kegiatan di PT. langsung diproses di pabrik yang sama
Grahamakmur Ciptapratama tentang menjadi bahan jadi, tetapi dapat juga
proses pengolahan udang dalam sistem dijual kepada konsumen sebagai komo-
cold storage dan permasalahan apa saja ditas (Indrajit, 2011). Produk yang diha-
yang dihadapi dalam prosesnya. Data silkan perusahaan ini antara lain, PND
sekunder dapat diperoleh dari data (Peeled and Deveined) dan PDTO
dokumentasi, lembaga penelitian, dinas (Peeled Deveined Tail On).

87
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 8 (2) – June 2019

Penentuan Critical Control Points (CCP) dengan menggunakan Decision Tree atau
Pohon Keputusan. Meskipun memiliki
Langkah yang dilakukan dalam
bahan baku dan cara penentuan yang
pengendalian mutu yaitu dengan meng-
sama, akan tetapi di setiap unit peng-
analisis titik kendali atau Control Point
olahan tersebut memiliki perbedaan dalam
(CP) dan titik kendali kritis atau CCP.
penetapan CCP yang berlaku di
Control Point merupakan titik proses atau
perusahaannya.
titik kendali legal dengan cara pengen-
Dalam suatu jurnal, terdapat pemba-
dalian mutu untuk menentukan keamanan
hasan tentang penentuan CCP pada tiga
makanan, sedangkan CCP adalah tahap-
UPI, yaitu UPI pertama di Kota Semarang,
an dalam pelaksanaan hazard pada ke-
UPI kedua di Kota Semarang, dan UPI
amanan makanan yang harus dikenda-
ketiga di Kabupaten Cilacap. PT.
likan dimana merupakan titik-titik tempat
Grahamakmur Ciptapratama dan tiga UPI
penerapan kendali (National Seafood
tersebut sama-sama menetapkan proses
HACCP Alliance, 2011). Pada dasarnya
penerimaan bahan baku sebagai CCP.
CP dalam proses produksi udang beku
Akan tetapi, diluar penetapan proses
mencakup keseluruhan proses produksi,
penerimaan bahan baku sebagai CCP
pengendalian mutu dilakukan mulai dari
terdapat perbedaan yang signifikan.
menjaga suhu udang agar tetap dingin
Penentuan CCP pada UPI pertama, yaitu :
antara 3-5°C serta kebersihan dalam pro-
(1). Receiving raw material, (2). Tahapan
ses produksi. Pada setiap tahapan proses
final checking, (3). Tahapan final
produksi dilakukan pengecekan oleh QC
weighing, dan (4). Tahapan packing and
(Quality Control) yang meliputi cek size,
labeling. Penentuan CCP pada UPI
berat udang, kotoran, warna dan bau serta
kedua, yaitu : (1). Receiving raw material,
suhu udang. Sedangkan, CCP ditentukan
(2). Grading, (3). Weighing, dan (4).
dengan menganalisa bahaya yang mung-
Tahapan packing and labeling. Serta,
kin terjadi selama proses produksi di PT.
Penentuan CCP pada UPI ketiga, yaitu :
Grahamakmur Ciptapratama. Berdasarkan
(1). Receiving raw material, (2). Pre
analisa bahayanya, CCP pada proses
checking, (3). Tahapan final weighing, dan
produksi di PT. Grahamakmur Cipta-
(4). Tahapan packing and labeling.
pratama, yaitu penerimaan bahan baku,
cooking, dan metal detector.
Penerimaan Bahan Baku
Penentuan CCP pada PT. Graha-
Pada tahap bongkar bahan baku
makmur Ciptapratama memiliki kesamaan
udang yang berasal dari suppliers diterima
terhadap Unit Pengolahan Ikan (UPI)
oleh pihak pabrik. Sebelum udang segar
lainnya yang berdomisili di Indonesia.
dari kontainer dibongkar, ada tindakan
Persamaannya dalam menentukan CCP
awal yang dilakukan terlebih dahulu yaitu

88
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 8 (2) – June 2019

pengambilan sampel oleh bagian labo- (Raw Material Cook). Grade RMC pada
ratorium untuk uji antibiotik, uji TPC, udang diberikan jika udang berwarna
mikrobiologi dan uji kandungan formalin. kemerahan. Udang yang melalui proses
Pengambilan sampel pada masing masing Cooking termasuk produk ready to eat.
wadah dalam truk dilakukan secara acak. Oleh karena itu, tahapan ini menjadi salah
Apabila lolos maka proses dilanjutkan,jika satu yang termasuk CCP.
tidak udang dikembalikan kepada sup- CCP pada tahap ini, lebih kearah
pliers. Suhu udang dalam box ≤ 3°C untuk bahaya biologi yaitu bakteri patogen yang
menjaga kesegaran udang dan memi- dapat mengakibatkan dampak buruk bagi
nimalisasi kemunduran mutu. konsumen. Pencegahannya dapat dilaku-
Setelah dicek suhunya kemudian kan dengan mempertahankan suhu core
udang diproses secepat mungkin untuk udang dengan indikator mesin uap deng-
menghindari kerusakan fisik dengan lang- an suhu stabil 110-118oC.
kah awal mengambil beberapa sampel
Metal Detector
untuk mengetahui size dan juga meme-
riksa mutu udang seperti scarshell (bagian Metal detector merupakan alat untuk
kulit sobek), molting (bagian tubuh lunak), mendeteksi ada tidaknya fragmen logam
aroma dan warna. Selain itu juga ditim- pada suatu bahan. Pada tahapan ini,
bang berat udang untuk menentukan udang yang sudah dibekukan akan
harga beli udang dari suppliers. Setelah dilakukan penimbangan dan pengemasan
pemeriksaan udang selesai, maka udang sementara. Kemudian, dilakukan penge-
dibersihkan menggunakan air yang bersih cekan terhadap udang beku tersebut
dan sesuai spesifikasi, kemudian untuk dengan cara melewatkannya di metal
menjaga suhu udang ≤ 3°C ditambahkan detector.
hancuran es. CCP pada tahap ini, lebih ke arah
CCP pada tahap ini, lebih kearah bahaya fisik yaitu fragmen logam yang
bahaya kimia yaitu bahan baku udang dapat mengakibatkan dampak buruk bagi
harus bebas dari zat antibiotik. Pence- konsumen. Pencegahannya dapat dilaku-
gahannya dapat dilakukan dengan kan dengan melakukan kontrol sensitivitas
menggunakan bahan baku udang segar sebelum deteksi logam sebelum dan
dari suppliers yang bersertifikasi. selama penggunaan.

Cooking 4. Kesimpulan

Proses cooking di PT. Grahamakmur Proses pembekuan meliputi tahap:


Ciptapratama berlangsung, jika ada per- penerimaan bahan baku, pemotongan
mintaan dari buyer atau mendayagunakan kepala, grading dan sorting, pengupasan
bahan baku udang yang termasuk RMC

89
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 8 (2) – June 2019

kulit dan pembuangan usus, soaking, Heizer, J. & Render, B. (2001). Operations
management. New Jersey:
pembekuan dengan IQF, pengemasan
Pearson Education, Inc.
dan uji metal detector, serta penyimpanan
Herjanto, E. (2007). Manajemen operasi.
dalam cold storage atau pun langsung
Jakarta: PT Grasindo.
diekspor. Dalam proses produksi tersebut
Indrajit, R. E. & D. Richardus, D. (2011).
bagian penerimaan bahan baku, cooking,
Konsep manajemen supply chain:
dan metal detector merupakan Critical cara baru memandang mata
rantai penyediaan barang.
Control Points (CCP) yang perlu dijaga
Jakarta: Grasindo.
dan diawasi dengan baik. Perlunya ken-
Kementerian Kelautan dan Perikanan.
dali pada CCP bertujuan agar terciptanya
(2015). www.kkp.go.id. Diakses
keamanan pangan untuk konsumen. tanggal 25 November 2015

Kolbe, E. & Kramer, D. (2007). planning


Daftar Pustaka
for seafood freezing. Alaska:
Alaska Sea Grant.
Badan Standarisasi nasional (BSN).
(2007). SNI 01-2705-2005. National Seafood HACCP Alliance.
Udang beku. Jakarta: Dewan (2011). Hazard analysis critical
Standarisasi Nasional. control point training curriculum.
Florida: Florida Sea Grant.
Damelia, D. (2015). Peramalan nilai rupiah
terhadap US dollar untuk mem- Nazir, M. (2011). Metode penelitian.
persiapkan ekspor unggulan Bogor: Ghalia Indonesia.
Indonesia. Economics Develop-
ment Analysis Journal, 4(2). Norman, N. D. (2008). Teknologi penga-
wetan pangan. Jakarta: Univer-
Dressen, D.W. (1998). Hazard analysis sitas Indonesia Press.
and critical control point systems
as a preventive tool. JAVMA, Nuryani, A. G. B. (2006). Pengendalian
213: 1741- 1744 mutu penanganan udang beku
dengan konsep hazard analysis
Fardiaz, s. (1996). Aplikasi HACCP dalam critical control point (Studi kasus
industri pangan. Bogor: Jurusan di Kota Semarang dan Kabu-
Teknologi Pangan dan Gizi. paten Cilacap). Tesis. Semarang:
Institut Pertanian Bogor. Program Pascasarjana Univer-
sitas Diponegoro.
HACCP Manual. (2014). HACCP Manual
PT. Graha Makmur Cipta USDA. (2003). Shrimp nutrition in-
Pratama. Sidoarjo: PT. Graha formation. ww.healthzone.com.
Makmur Cipta Pratama. Diakses tanggal 25 November
2015
Hadiwiyoto, S. (1993). Teknologi pengo-
lahan hasil perikanan. Yogya- Winarno F.G., & Surono. (2002). HACCP
karta: CV Liberty. dan penerapannya dalam industri
pangan. Bogor: M-Brio Press.
Haliman, R. W & Adijaya, S. D. (2005).
Udang vannamei. Jakarta: Pene-
baran Swadaya

90
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS

Anda mungkin juga menyukai