SKRIPSI
OLEH:
ABSTRAK
ABSTRACT
SKRIPSI
OLEH:
Skripsi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
pada
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
SWT, pemilik segala kesempurnaan, memiliki segala ilmu dan kekuatan yang tak
karunia selama ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Selawat dan salam
proses yang menjadi kesan dan pendewasaan diri. Semua ini tentunya tidak
lepas dengan adanya kemauan yang kuat dalam hati dan kedekatan kepada
Allah SWT.
M.Si. dan Ibunda Rosdaeni, S.Pd. tercinta yang telah menjadi orang tua yang
sangat sabar dalam menghadapi semua keluh kesah penulis, serta telah
memberikan dukungan, kasih sayang, perhatian dan doa yang tiada henti-
viii
hentinya bagi penulis terima kasih karena telah menjadi canda dan tawa, serta
penguat bagi penulis, penulis tidak mampu melangkah sejauh ini tanpa
bimbingan kedua orangtua tercinta. Untuk om dan tante Kaharuddin Bakti S.IP,
M.AP dan Arifah Zainuddin, S.P.,M.EnvSc yang telah menjadi orang tua ke 2
dukungan, perhatian, kasih sayang serta doa kepada penulis. Untuk Adik-adikku
mendukung dan memberi semangat selama ini semoga Allah SWT senantiasa
Dr. Ir. Sutinah Made, M.Si selaku pembimbing ketua dan Bapak Dr. Ir. Djumran
dan tenaga dalam membimbing dan memberikan petunjuk yang sangat berharga
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. St. Ir. Aisyah Fahrum, M. Si selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu
2. Bapak Dr. Ir. Gunarto Latama, M.Sc selaku Ketua Departemen Perikanan
3. Bapak Dr. Andi Adri Arief, S.Pi., M.Si selaku Ketua Program Studi Sosial
Hasanuddin.
ix
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Aris Baso, M.Si, Ibu Dr. Ir. Mardiana E. Fachry, M.Si,
dan Ibu Sri Suro Adhawati, SE., M.Si selaku penguji yang telah memberikan
pengetahuan baru dan masukan saran dan kritik yang sangat membangun.
5. Dosen dan Staf Dosen Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas
Hasanuddin.
Pataro Kecamatan Herlang beserta staf dan warga setempat, terima kasih
Ucapan terima kasih dan limpahan kasih sayang melalui skripsi ini penulis
sampaikan kepada mereka yang telah berperan serta dalam proses penelitian,
dan Hardianty Askar terima kasih atas segala dukungan, motivasi dan
saya sebutkan satu persatu terima kasih atas segala bentuk bantuan,
5. Untuk teman KKN ASEAN Batch 96 terkhusus Syafira Setia Budi terima
kasih atas bantuan dalam penulisan Abstrak Inggris dalam skripsi penulis.
yang tidak mungkin disebutkan satu per satu, terima kasih semuanya.
ini masih jauh dari kesempurnaan dan segala kritik serta saran membangun
banyak terima kasih dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
Makassar, 23 Februari
2018
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .......................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
Halaman
C. Metode Pengambilan Sampel ................................................................. 24
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 25
E. Sumber Data ........................................................................................... 26
F. Analisis Data ............................................................................................ 27
G. Konsep Operasional................................................................................ 34
A. Kesimpulan .............................................................................................. 80
B. Saran ....................................................................................................... 81
LAMPIRAN ....................................................................................................... 84
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
7. Matrik SWOT 34
17. Komponen Biaya Tetap Usaha Ikan Pindang (Satu Kali Produksi) 51
18. Pengeluaran Biaya Tidak Tetap (Variabel) Usaha Ikan Pindang Saat
Musim Non Paceklik (Satu Kali Produksi) 52
19. Pengeluaran Biaya Tidak Tetap (Variabel) Usaha Ikan Pindang saat
musim Non Paceklik (Februari-Juni) 53
xiv
Halaman
20. Pengeluaran Biaya Tidak Tetap (Variabel) Usaha Ikan Pindang Saat
Musim Paceklik (Satu Kali Produksi) 54
21. Pengeluaran Biaya Tidak Tetap (Variabel) Usaha Ikan Pindang saat
musim Paceklik (Juli-Januari) 55
35. IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) Usaha Mikro Ikan
Pindang di Kecamatan Herlang 76
36. EFAS (Eksternal Strategic Factors Analysis Summary) Usaha Mikro Ikan
Pindang di Kecamatan Herlang 78
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
3. Nilai Investasi 87
4. Penyusutan Investasi/Tahun 88
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pantai 128 km dan luas laut 204,83 km 2 yang berbatasan dengan laut flores dan
Kindang, Rilau Ale, Bulukumpa, Ujung Loe, Bontobahari, Bontotiro, Kajang dan
pada tahun 2012 sebesar 32.735 ton, tahun 2013 sebesar 33.094 ton, tahun
2014 sebesar 53.612 ton, tahun 2015 sebesar 52.870 ton, tahun 2016 sebesar
50.072. Peningkatan penangkapan terjadi pada tahun 2012 sampai tahun 2014,
kecuali pada tahun 2015 dan 2016 yang mengalami penurunan (DKP Kab.
Bulukumba, 2017).
Kecamatan Herlang hampir tiap tahun mengalami peningkatan yang cukup besar
dimana pada tahun 2012 sebesar 5.947 ton, tahun 2013 sebesar 6.037 ton,
tahun 2014 sebesar 9.780 ton, tahun 2015 sebesar 9.643 dan tahun 2016
sebesar 9.013 ton. Berdasarkan data tersebut terjadi peningkatan setiap tahun
2
dari tahun 2013 sampai tahun 2014, sedangkan pada tahun 2015 dan 2016
wadah. Adapun jenis ikan yang diolah dalam proses pemindangan ikan adalah
dari penentuan harga setiap kelompok usaha berkisar antara Rp 5.000,00 hingga
Rp 10.000,00 per ekor untuk harga pasar. Sedangkan harga rumah atau
membeli langsung dari tempat produksi yaitu Rp. 10.000,00 sebanyak 3 ekor.
Berdasarkan harga tersebut, dapat dilihat dan diamati bahwa harga ikan pindang
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga ikan segar. Hal inilah yang
ikan pindang, usaha ikan pindang ini masih tergolong agroindustri rumahan atau
menyebabkan ikan ini hanya mampu bertahan 2 sampai 3 hari. Dalam hal
3
ini masih dalam lingkup pasar-pasar yang ada di kabupaten bulukumba dan
menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Untuk itu, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan solusi yang tepat untuk pengembangan industri rumah tangga
ikan pindang sehingga usaha mikro ini dapat menjadi alternative untuk
Bulukumba”.
B. Rumusan Masalah
2. Berapa besar nilai tambah yang diperoleh setelah berubah ikan segar
C. Tujuan Penelitian
Pindang
D. Manfaat Penelitian
Bulukumba.
Phyllum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Percomorphi
Divisi : Perciformes
Familia : Carangidae
Genus : Decapterus
ukurannya dikelompokkan sebagai ikan pelagis kecil. Ikan ini yang tergolong
ada pula yang bisa mencapai 25 cm. Ciri khas yang sering dijumpai pada ikan
layang ialah terdapatnya sirip kecil ( finlet) di belakang sirip punggung dan sirip
dubur dan terdapat sisik berlingin yang tebal (lateral scute) pada bagian garis sisi
Warna tubuh ikan layang pada bagian punggungnya biru kehijauan dan
putih perak pada bagian perutnya. Bentuk tubuh memanjang dapat mencapai 30
cm, rata-rata panjang badan ikan layang pada umumnya adalah 20-25 cm dan
warna sirip-siripnya kuning kemerahan. Ikan layang memiliki dua sirip punggung,
selain sirip-sirip yang ada pada umumnya, ikan layang memiliki sirip tambahan
dua buah di belakang sirip punggung kedua dan satu buah di belakang sirip
dubur. Ikan layang memiliki finlet yang merupakan ciri khas dari genus
Decapterus (www.marinespesies.org).
B. Usaha Mikro
maupun industri kecil. Tergantung dari kesesuaian kriteria yang dimiliki oleh
Tahun 2008 adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/ atau badan
unit usaha dalam lingkup kecil dengan jumlah tenaga kerja antara satu sampai
7
(lima puluh juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha;
Usaha mikro yaitu kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil yang bersifat
tradisional dan informal, dalam arti belum terdaftar, belum tercatat, dan belum
C. Metode Pemindangan
bergaram selama waktu tertentu di dalam suatu wadah. Wadah itu digunakan
sebagai tempat ikan selama perebusan atau pemanasan dan sekaligus sebagai
mematikan sebagian besar bakteri pada ikan, terutama bakteri pembusuk dan
tekstur ikan berubah menjadi lebih kompak. Ikan pindang pun menjadi lezat dan
digunakan, jenis ikan, perlakuan atau bumbu yang ditambahkan, dan daerah
asal.
Ikan pindang yang baik harus memenuhi kriteria tertentu. Cara paling
mudah untuk menilai mutu ikan pindang dengan menilai mutu sensorisnya.
Minimal empat parameter sensoris yang perlu dinilai, yaitu rupa dan warna, bau,
rasa, dan tekstur. Adanya jamur dan lendir juga diamati. Untuk mendapatkan
mutu pindang yang tinggi, diperlukan cara pengolahan yang baik dan benar,
diikuti pengawasan mutu yang ketat, serta nilai higienis yang terpelihara.
Parameter Deskripsi
Rupa dan Warna Ikan utuh tidak patah, mulus, tidak terluka atau
lecet, bersih, tidak terdapat benda asing, tidak ada
endapan lemak, garam atau kotoran lain. Warna
spesifik untuk tiap jenis, cemerlang, tidak berjamur,
dan tidak berlendir.
Bau Bau spesifik pindang atau seperti bau ikan rebus,
gurih, segar. Tanpa bau tengik, masam, basi atau
busuk.
Rasa Gurih spesifik pindang, enak, tidak terlalu asin,
rasa asin merata, dan tidak ada rasa asin.
Tekstur Daging pindang kompak, padat, cukup kering dan
tidak berair atau tidak basah (kesat)
Sumber : Adawyah, 2014
Mutu ikan pindang yang dihasilkan saat ini masih belum memuaskan
karena cara pengolahan yang belum baik dan benar. Penampilan fisik kurang
menarik, banyak luka, terkelupas, daging retak, warna agak kecokelatan, berbau
larutan garam yang tidak bersih, mutu ikan kurang bagus, penggunaan larutan
perebus yang berulang kali sampai kental dan cokelat, serta berbau tidak sedap /
tengik, saitas dan higienitas yang diabaikan, dan sebagainya. Oleh karena itu,
Menurut Adawyah (2014), daya awet ikan pindang tergolong pendek. Ikan
pindang cue hanya bertahan 2-3 hari. Pindang garam biasanya lebih awet yaitu
sampai 2 minggu tanpa perubahan berarti. Kerusakan awal pada ika pindang
terlihat dengan mulai berlendir, lembek, dan lengket serta baunya pun jadi tidak
sedap.
perebusan ulang dalam larutan garam 15% sealam 10-15 meit setiap 2 harinya.
Namun dapat berpengaruh kurang baik , yaitu tekstur menjadi agak liat dan
kenyal atau sedikit keras, lebih asin, kenampakan kurang menarik, dan warna
agak gelap atau kecokelatan. Daya awet dapat diperpanjang dengan menyimpan
Cara lain yaitu dengan menggunakan kunyit atau asam pada waktu
ikan yang diolah dengan cara ditambahkan ke dalam larutan garam perebus.
2014).
11
dua alasan yang mendukung hal tersebut. Pertama, sektor pertanian primer
masa krisis, namun ketika situasi ekonomi membaik dan pendapatan masyarakat
sektor industri pengolahan non migas sangat potensial dalam menciptakan nilai
lapangan kerja.
Kehutanan, dan Perikanan memberi kontribusi terhadap PDRB atas dasar harga
tahun 2015 sekitar 42,94 persen. Tahun 2014 memberikan kontribusi terbesar
dalam kurun waktu tiga tahun terakhir yakni 45,08 persen. Kontribusi tersebut
terdiri dari Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian sebesar 30,18
persen, Kehutanan dan Penebangan Kayu 0,12 persen serta Perikanan 10,84
terjadi pada tahun 2011, sebesar 7,36 persen. Kemudian tahun 2012, 7,16
persen, disusul 7,13 pada tahun 2013, tahun 2014 sebesar 6,78 persen, 6,91
persen pada tahun 2015, dan 6,80 persen pada tahun 2016. Secara
adalah sebesar 5,43 persen, lebih kecil jika dibandingkan tahun sebelumnya
Sektor bisnis merupakan sektor yang sangat berperan bagi negara kita
sebagai negara yang sedang berkembang. Usaha rumah tangga (usaha kecil)
kalangan. Hal ini layak diterima usaha kecil karena peranannya yang sangat
Usaha mikro telah diakui sangat strategis dan penting tidak hanya bagi
dan pekerja
diversifikasi produk
d. Meningkatkan promosi
f. Meningkatka networking
Berdasarkan hasil penelitian Aris dkk. (2016) yang dilakukan pada industri
ikan pindang di Kecamatan Kajang, salah satu upaya pengembangan yang dapat
itu masyarakat perlu dibantu lewat penyedian bantuan permodalan dari lembaga
keuangaan mikro.
tenaga kerja sehingga multiplayer effect yang muncul akan semakin besar dan
Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah orientasi pasar. Orientasi pasar
kompetitif yang kuat. Hal itu terjadi karena usaha yang berorientasi pasar
E. Analisis Finansial
yang dikeluarkan adalah biaya tetap dan biaya variabel. Keuntungan adalah
dikurangi dengan total biaya produksi pada periode tertentu, sehingga untuk
1. Keuntungan
= TR-TC
2. Penerimaan
harga jual dan biasanya produksi berhubungan negatif dengan harga, artinya
16
harga akan turun ketika produksi berlebihan. Secara metematis dapat ditulis
TR = Q x P
harga per unit produksi yang bersangkutan, maka penerimaan total yang diterima
produsen akan semakin besar. Sebaliknya jika produk yang dihasilkan sedikit
dan harganya rendah maka penerimaan total yang diterima produsen semakin
3. Biaya
proses produksi yang dinyatakan dengan satuan uang, menurut harga pasar
yang berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Adapun dua
Biaya tetap adalah biaya yang timbul akibat penggunaan sumber daya
tetap dalam proses produksi. Sifat utama biaya tetap adalah jumlahnya tidak
Keseluruhan biaya tetap disebut Biaya Total (Total Fixed Cost, TFC).
tinggi rendahnya jumlah output yang akan dihasilkan. Semakin besar output atau
barang yang akan dihasilkan, maka akan semakin besar pula biaya variabel yang
akan dikeluarkan.
17
Prinsip analisis biaya yang sangat penting untuk diketahui para nelayan
taninya, tanpa mampu mengatur harga dan memberikan nilai pada komoditas
Variabel. Bentuk persamaan biaya total pada tingkat harga tertentu ialah
(Bangun, 2010) :
TC = FC + VC
nilai tambah yang diperoleh. Nilai tambah dapat dihitung dengan dua cara yaitu
nilai-nilai variabel output, input, harga output, tenaga kerja, hari orang kerja, upah
tenaga kerja, sumbangan input lainnya serta balas jasa dari masing-masing
18
faktor konversi yang menunjukkan banyaknya output yang dihasilkan dari satu
satuan input, faktor koefisien tenaga kerja, menunjukkan banyaknya tenaga kerja
yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input dan nilai produk yang
perubahan baik bentuk, tempat dan waktu akan menghasilkan nilai tambah.
pengurangan biaya bahan baku dan input lainnya terhadap nilai produk yang
dihasilkan (tidak termasuk tenaga kerja). Nilai tambah merupakan balas jasa bagi
dari
3. Prinsip nilai tambah menurut Hayami dapat digunakan untuk subsistem lain
1. Pendekatan rata-rata tidak tepat jika diterapkan pada unit usaha yang
apakah balas jasa terhadap pemilik faktor produksi sudah layak atau belum.
19
2. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk yang dihasilkan (%), menunjukkan
3. Balas jasa tenaga kerja (Rp), menunjukkan upah yang diterima tenaga kerja
langsung.
4. Bagian tenaga kerja dari nilai tambah yang dihasilkan (%), menunjukkan
dilihat dari segi pendapatan, perlu dilakukan analisis secara menyeluruh. Alat
yang akan dipakai adalah analisis SWOT secara sistematis untuk merumuskan
strategi yang tepat. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
(Rangkuti, 2015).
20
kembali apakah relevan dengan keadaan dan kodisi saat penilaian dan evaluasi
digunakan sebagai dasar untuk menyusun dan menetapkan strategi yang akan
ada. Strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan
diversifikasi (produk/pasar).
yaitu melakukan tidakan penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang leih
besar (defensive).
pencocokan yang mengembangkan empat tipe strategi yaitu SO, WO, ST dan
WT. Perencanaan usaha yang baik dengan metode SWOT dirangkum dalam
Herlang hampir tiap tahun mengalami peningkatan yang cukup besar dimana
22
pada tahun 2012 sebesar 5.947 ton, tahun 2013 sebesar 6.037 ton, tahun 2014
sebesar 9.780 ton, tahun 2015 sebesar 9.643 dan tahun 2016 sebesar 9.013.
Salah satu ikan yang melimpah adalah ikan layang (Decapterus ruselli), dengan
data hasil tangkapan pada tahun 2017 adalah sebesar 8.192 ton
pengolahan hasil perikanana. Salah satu usaha industri rumah tangga yang
tahun 2016 terkait Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan telah
memberi kontribusi terhadap PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 41,14
pindang.
Untuk mengetahui apakah usaha mikro ikan pindang ini layak untuk lebih
R/C ratio, dan BEP. Untuk mengetahui nilai tambah dari produk ikan pindang
tersebut, maka dianalisis output, input, harga, pendapatan, dan balas jasa
kelemahan, peluang maupun ancaman yang dihadapi oleh pelaku usaha mikro
usahanya.
sebagai berikut :
Potensi Sumberdaya
Perikanan
Usaha Mikro
Ikan Pindang
Kelayakan Nilai
Finansial Tambah
Strategi
Pengembangan
Kabupaten Bulukumba. Kelompok ini terdiri dari 4 yaitu Kelompok lion ikan
pindang, mandala ikan pindang, merpati ikan pindang, dan garuda pa’gantengan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2017 sampai Januari 2018.
B. Jenis Penelitian
tambah yang dapat menjawab tujuan penelitian. Interview adalah salah satu
dapat melengkapi data yang berkaitan dengan penelitian ini (Abdullah, 2015).
kelompok terdiri dari ketua, bendahara, dan 8 anggota, dengan jumlah 10 orang.
sampel. Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah ketua,
jika sampel homogen, maka jumlah sampel yang yang diperlukan sedikit saja,
bahkan cukup 1 saja, karena dalam populasi yang homogen mengambil sampel
banyak atau 1 saja hasil sama) sehingga jumlah sampel adalah 20 orang. Selain
2. Wawancara
4. Dokumentasi
E. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Data Primer
Data primer adalah data asli yang dikumpulkan pada saat penelitian di
lapangan (field research) dan kaji lanjut, yang diperoleh baik melalui observasi
daftar kusioner serta pihak-pihak lainnya yang mengetahui informasi dan data
yang dibutuhkan dalam memecahkan masalah yang dikaji dalam penelitian ini.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber atau
instansi terkait, seperti Dinas Perikanan dan Kelautan kabupaten, Badan Pusat
Statistik (BPS) Kabupaten serta instansi terkait lainnya. Selain itu, data sekunder
juga meliputi data yang diperoleh melalui telaah kepustakaan yang bersumber
F. Analisis Data
kelayakan finansial, sebagai berikut (Rahim dan hastuti, 2007, Bangun, 2010):
Biaya Produksi:
TC = TFC + TVC
Keterangan:
Penerimaan:
TR =PxQ
Keterangan:
Keuntungan:
π = TR – TC
Keterangan:
π = keuntungan
R/C ratio merupakan perbandingan antara penerimaan total dan biaya total,
yang menunjukkan nilai penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah yang
Keterangan:
TR = Total Revenue
TC = Total Cost
menggunakan rumus:
( )
⁄ ⁄
Keterangan:
Perhitungan BEP atas dasar unit rupiah dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus:
( )
⁄
Keterangan:
VC = Variabel Cost
TR = Total Revenue
30
Apabila produksi ikan pindang melebihi produksi pada saat titik impas maka
faktor SWOT, kita perlu mengetahui terlebih dahulu faktor strategi internal (IFAS)
dan faktor strategi eksternal (EFAS) dengan cara pemberian nilai dan bobot.
Skor
Faktor-faktor Strategis
Bobot Rating Pembobotan
Internal
(Bobot x Rating)
Kekuatan
Jumlah A B
Kelemahan
Jumlah C D
sebagai berikut :
Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling
jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,0. jumlah seluruh bobot harus
0,10 = rata-rata
Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan)
1 = dibawah rata--rata
2 = rata-rata
3 = diatas rata-rata
4 = sangat bagus
Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh
Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi usaha mikro ikan pindang. Nilai total ini menunjukkan
33
strategis internalnya.
Peluang
Jumlah A B
Ancaman
Jumlah C D
sebagai berikut :
mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan
pindang. Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total
berikut :
0,10 = rata-rata
34
Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan)
1 = dibawah rata--rata
2 = rata-rata
3 = diatas rata-rata
4 = sangat bagus
Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh
Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi usaha mikro ikan pindang. Nilai total ini menunjukkan
strategis eksternalnya.
yang tepat atas permasalahan yang diteliti maka digunakan matrik SWOT seperti
pada tabel 7.
35
G. Konsep Operasional
1. Usaha mikro (Industri rumah tangga) merupakan unit usaha dalam lingkup
kecil dengan jumlah tenaga kerja antara satu sampai empat orang
bersifat sederhana.
keuntungan.
36
produksi ikan pindang setelah dikurangi dengan total biaya produksi pada
5. Biaya total adalah jumlah dari biaya tetap ditambah dengan biaya variabel
6. Biaya Tetap (Fixed Cost) adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
8. Analisis break even point adalah suatu cara atau alat atau tekhnik yang
10. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
pindang tersebut.
lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin
14. Kelemahan adalah kekurangan atau keterbatasan dalam hal sumber daya
yang ada pada suatu usaha baik itu keterampilan atau kemampuan yang
15. Peluang adalah berbagai hal dan situasi yang menguntungkan bagi usaha
peluang.
A. Kondisi Geografis
berjarak kurang lebih 153 kilometer dari ibukota Propinsi Sulawesi Selatan
terletak antara 05020’ – 05040’ lintang selatan dan 119058’ – 120028’ bujur timur.
Teluk Bone, sebelah selatan dengan Laut Flores, dan sebelah barat dengan
Kabupaten Bantaeng.
persen dari luas wilayah Sulawesi Selatan yang meliputi 10 kecamatan yaitu
Gantarang, Ujung Bulu, Ujung Loe, Bonto Bahari, Bontotiro, Herlang, Kajang,
Bulukumpa, Rilau ale, dan Kindang serta terbagi ke dalam 27 kelurahan dan 109
desa.
Luas wilayah
8%
15% Karassing
9% Borong
Bonto Kamase
12%
15% Tanuntung
Singa
13%
Tugendong
13%
Pataro
15%
Gunturu
Sedangkan Desa Gunturu termasuk desa yang paling kecil jika dilihat dari luas
daratannya yakni hanya 5,83 Km² dengan persentase 8,47 % dari luas daratan
Kecamatan Herlang.
Desa Pataro berada pada daerah yang separuh daerahnya ada pada
daerah perbukitan dengan tinggi dari permukaan laut 100-200 M yang memiliki
luas 600 Hektar yang terbagi ke dalam 4 dusun, 8 RK, da 8 RT. Adapun batas-
B. Iklim
hampir sama dengan wilayah Indonesia pada umumnya, yaitu musim penghujan
40
dan musim kemarau. Musim penghujan biasanya terjadi pada bulan Desember
sampai dengan bulan Juni dengan curah hujan tertinggi pada bulan Mei yaitu
395 mm3 sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Juli sampai dengan
bulan November. Keadaan ini terus berlangsung setiap tahun yang diselingi
Suhu udara pada suatu tempat ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat
tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Secara umum
Kabupaten Bulukumba beriklim dengan suhu udara berkisar 25°- 30° C . Antara
yang jelas.
C. Kondisi Demografi
13.372 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
cukup merata dan dengan jumlah penduduk terbesar pada Kelurahan Bonto
Kamase yaitu 3865 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terendah berada di Desa
tangga dan kepadatan penduduk pada Kecamatan Herlang, dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 10. Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, Luas Desa, Dan Kepadatan
Penduduk Menurut Desa/Kelurahan Di Kecamatan Herlang
Rumah Luas Wilayah Jumlah Kepadatan Penduduk
No. Desa
Tangga (Km²) Penduduk (Jiwa/Km²)
1 Karassing 660 10,25 2516 245
2 Borong 677 8,05 2602 323
3 Bonto Kamase 1126 8,75 3865 442
4 Tanuntung 973 10,63 3046 287
5 Singa 904 9,00 3338 371
6 Tugendong 1084 10,28 3284 319
7 Pataro 682 6,00 2136 356
8 Gunturu 1105 5,83 3665 629
Jumlah 7211 68,79 24452 355
Sumber: BPS Kabupaten Bulukumba 2017
kepadatan paling tinggi yaitu 630 jiwa per km 2 kemudian diikuti Kelurahan Bonto
Kamase dengan kepadatan penduduk sebesar 442 jiwa per km 2, Desa Singa
dengan kepadatan sebesar 371 jiwa per km 2, Desa Pataro dengan kepadatan
penduduk sebesar 356 jiwa per km2, Desa Borong dengan kepadatan penduduk
sebesar 319 jiwa per km 2, dan Kelurahan Tanuntung dengan kepadatan sebesar
287 jiwa per km 2 serta Desa Karassing dengan kepadatan penduduk yang paling
D. Karakteristik Responden
tanggungan.
1. Umur Responden
seseorang untuk bekerja dapat diukur dari usianya. Umumnya seseorang yang
masih muda dan sehat memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat dibandingkan
dengan yang berumur tua. Seseorang yang lebih muda lebih cepat menerima
hal-hal yang baru, lebih berani mengambil resiko dan lebih dinamis. Sedangkan
seseorang yang relatif tua, mempunyai kapasitas pengelolaan yang matang dan
sudah mulai berkurang. Berikut klasifikasi tingkat umur responden dapat dilihat
jumlah responden terkecil berada pada kisaran usia 42-47 dan 48-53 tahun
hingga lansia yang tetap memiliki semangat dan produktivitas yang tinggi.
ataupun dari rekan sesama pengolah dan pedagang. Sehingga teknik mengenai
cara mengolah ikan pindang maupun berdagang lebih banyak diperoleh dari
informal.
2. Tingkat Pendidikan
produksi yaitu tenaga kerja agar dapat bekerja dengan produktif karena
akan lebih dinamis dan aktif dalam mencari informasi yang berhubungan
bagian yaitu : SD, SMP, SMA dan S1. Adapun karakteristik responden
diselesaikan paling tinggi sampai pada tingkat Strata 1 (S1). Jumlah responden
3. Tanggungan Keluarga
terkecil yaitu berkisar antar 5-6 orang sebanyak 2 responden dengan persentase
10%.
4. Pengalaman Usaha
pindang maka semakin lama pula pengalaman yang diperoleh sebagai pengolah
ikan pindang.
jumlah responden 11 orang atau 55%. Namun, disamping itu, dapat diketahui
bahwa usaha ikan pindang ini telah ada sejak lama yaitu selama 25 tahun.
46
baku ikan yang hanya dimasak untuk kebutuhan sehari-hari. Melihat banyaknya
minat masyarakat terhadap ikan pindang, maka banyak masyarakat yang mulai
peralatan yang masih sangat tradisional sehingga jumlah produksi masih sangat
terbatas.
yang mayoritas berprofesi sebagai pengolah ikan pindang, pada tahun 2014
dinas kelautan dan perikanan membentuk 2 kelompok yaitu kelompok lion ikan
pindang dan mandala ikan pindang. Kelompok ini dibentuk dengan tujuan agar
kelompok usaha yang sudah dibentuk, pemerintah melihat adanya dampak yang
terbentuknya lagi 2 kelompok pada tahun 2015 yaitu kelompok merpati ikan
pindang terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan oleh pelaku usaha. Kegiatan
tersebut meliputi pengadaan bahan baku, proses pengolahan ikan pindang, dan
pindang rata-rata 100 sampai 200 kg per hari, dengan ukuran ikan 4-5 ekor per
kg. Harga masing-masing jenis ikan berbeda-beda dan tergantung dari banyak
atau sedikitnya pasokan ikan. Untuk harga Ikan Layang (Decapterus ruselli) per
coolbox berfluktuasi dipengaruhi oleh musim, untuk musim ikan melimpah harga
Rp1.500.000,-. Untuk bahan baku tambahan seperti garam dan kunyit diperoleh
pindang juga berfluktuasi, hal ini dikarenakan lemahnya manajemen stock bahan
baku pada usaha mikro tersebut. Usaha mikro ini belum memiliki fasilitas
penyimpanan bahan baku yang modern seperti cold storage, tetapi hanya
baku ikan yang telah diperoleh dari tempat pelelangan harus segera diolah
menjadi ikan pindang. Dengan adanya cold storage dapat menjaga ketersediaan
bahan baku serta menjaga harga jual ikan pindang tidak mengalami peningkatan
peralatan yang sederhana dan masih bersifat manual. Penerapan aspek sanitasi
dan higienis dalam setiap tahapan proses produksi masih sangat minim dan
belum menjadi perhatian utama sehingga produk yang dihasilkan belum memiliki
48
Bahan baku yang telah diterima dilakukan sortasi terhadap jenis dan
ukuran ikan kemudian ikan dicuci beberapa kali menggunakan air bersih.
b. Penyusunan
dipengaruhi oleh tingkat kesegaran ikan sebagai bahan baku, mutu garam
plasmolisis dari sel mikroba dan dapat menyerap air dari bahan makanan dan
lingkungannya, sehingga aktivitas air dari bahan makanan akan rendah dan
c. Perebusan
jenis dan ukuran ikan. Semakin besar ukuran ikan maka semakin lama waktu
yang diperlukan untuk melakukan perebusan. Saat mulai mendidih, ikan yang
ada dalam loyang ditutupi menggunakan kayu yang telah dibuat sedemikian
berikut :
49
Penyortiran ikan
Pencucian ikan
Penyusunan ikan
Perebusan ikan
dengan kapasitas produksi yang masih terbatas yaitu 50 kg per hari. Seiring
saat ini mencapai 150 kg per hari, maka jangkauan pemasaran juga bertambah
pasar tradisional yang ada di hampir semua kecamatan yang ada di Kabupaten
sampai habis karena daya simpan pindang biasa tidak lama yaitu berkisar 1-2
50
hari. Biasanya pemasar sudah memiliki konsumen tetap di pasar yang membeli
produknya.
produk dengan kualitas dan harga yang hampir sama. Upaya promosi juga terus
pameran.
B. Analisis Finansial
ikan pindang yang telah dijalankan selama ini. Analisis usaha ini meliputi analisis
Ratio), dan analisis Break Even Point (BEP). Sebelum dilakukannya analisis
usaha, perlu diketahui terlebih dahulu diantaranya biaya investasi, biaya tetap,
biaya variabel, dan penerimaan usaha pengolahan ikan pindang pada tiap
kelompok usaha.
a. Biaya investasi
kompor, loyang, bak fiber, baskom, dan mobil. Besarnya biaya investasi
Tabel 15. Komponen Investasi Pengolah Setahun Penuh Usaha Ikan Pindang
Jenis Umur Persentase
No. Jumlah Biaya (Rp)
Investasi Teknis (%)
1. Kompor 5 Tahun 4 2.000.000 3,57
2. Loyang 3 Tahun 15 1.200.000 2,14
3. Bak Fiber 5 Tahun 2 4.000.000 7,14
4. Baskom 2 Tahun 5 200.000 0,36
5 Mobil 10 Tahun 1 48.600.000 86,79
Total Investasi 56.000.000 100,00
Sumber : Data primer setelah diolah, 2018
b. Biaya tetap
produksi karena biaya tersebut terus dikeluarkan, meskipun hasil produksi yang
diperoleh banyak ataupun sedikit. Jika produksi pengolahan ikan pindang tidak
bergantung kepada komponen investasi yang dimiliki. Besarnya biaya tetap yang
Komponen biaya tetap yang dimiliki oleh pengolah setahun penuh dalam
bak fiber, biaya penyusutan loyang, biaya penyusutan baskom, dan biaya
52
nantinya digunakan untuk membeli aktiva baru untuk menggantikan aktiva lama
yang sudah tidak produktif lagi. Untuk mendapatkan nilai penyusutan yaitu harga
beli dibagi dengan umur teknis/pemakaian. Komponen biaya tetap usaha ikan
Tabel 16. Komponen Biaya Tetap Usaha Ikan Pindang Setahun Penuh
No. Biaya Tetap Biaya (Rp) Persentase
1 Penyusutan Kompor 400.000 6,10
2 Penyusutan Loyang 400.000 6,10
3 Penyusutan Bak Fiber 800.000 12,20
4 Penyusutan Baskom 100.000 1,52
5 Penyusutan Mobil 4.860.000 74,08
Total Biaya Tetap 6.560.000 100
Sumber : Data primer setelah diolah, 2018
Total biaya tetap pengolah setahun penuh dalam usaha ikan pindang
Adapun komponen biaya tetap usaha ikan pindang per hari (dalam satu
Tabel 17. Komponen Biaya Tetap Usaha Ikan Pindang (Satu Kali Produksi)
Total biaya tetap pengolah setahun penuh dalam usaha ikan pindang
c. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang bila dikaitkan dengan volume secara
per unit akan selalu tetap meskipun volume produksi berubah-ubah, akan tetapi
secara total biaya tersebut jumlahnya akan berubah sesuai dengan proporsi
perubahan aktivitas. Jika produksi sedikit, biaya variabel sedikit dan demikian
pula sebaliknya. Yang termasuk biaya variabel dalam usaha pengolahan ikan
pindang adalah ikan, garam, kunyit, tabung gas, transportasi, dan upah tenaga
kerja. Tenaga kerja pada usaha mikro ikan pindang terdiri dari 2 orang yang
tidaknya ikan, sehingga biaya varibel usaha ikan pindang dapat dibagi menjadi
dua yaitu :
Musim non paceklik merupakan musim pada saat bahan baku utama
yaitu ikan layang lebih banyak (melimpah) dibandingkan dengan musim lainnya
dan umumnya terjadi Bulan Februari sampai dengan Bulan Juni sehingga sangat
Pengeluaran biaya tidak tetap (variabel) usaha ikan pindang saat musim non
paceklik dalam satu kali produks dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Pengeluaran Biaya Tidak Tetap (Variabel) Usaha Ikan Pindang Saat
Musim Non Paceklik (Satu Kali Produksi)
No. Biaya Variabel Biaya (Rp) Persentase (%)
1 Ikan 2.227.500 82,75
2 Garam 91.250 3,39
3 Kunyit 39.000 1,45
54
Rp2.691.950,00. Biaya ikan sebanyak 138 kg per hari (satu kali produksi)
dengan ukuran 4-5 ekor per kg, mempunyai nilai komponen tertinggi yaitu
Adapun pengeluaran biaya tidak tetap (variabel) usaha ikan pindang saat
Tabel 19. Pengeluaran Biaya Tidak Tetap (Variabel) Usaha Ikan Pindang Saat
Musim Non Paceklik (Februari-Juni)
No. Biaya Variabel Biaya (Rp) Persentase (%)
1 Ikan 230.875.000 81,62
2 Garam 9.262.500 3,27
3 Kunyit 3.956.250 1,40
4 Tabung Gas 4.526.250 1,60
5 Transportasi 9.250.000 3,27
6 Upah Tenaga Kerja 25.000.000 8,84
Total Biaya Variabel 282.870.000 100
Sumber : Data primer setelah diolah, 2018
setahun penuh terdiri dari biaya ikan, garam, kunyit, dan tabung gas dengan total
hari (satu kali produksi) dengan ukuran 4-5 ekor per kg, mempunyai nilai
varibel lainnya antara lain upah untuk 2 orang tenaga kerja sebesar
2. Musim Paceklik
kurang, dalam hal ini bahan baku ikan layang kurang dibandingkan musim lain
dan umumnya terjadi pada bulan juli hingga bulan januari. Pengeluaran biaya
tidak tetap (variabel) usaha ikan pindang dalam satu kali produksi pada musim
Tabel 20. Pengeluaran Biaya Tidak Tetap (Variabel) Usaha Ikan Pindang Saat
Musim Paceklik (Satu Kali Produksi)
No. Biaya Variabel Biaya (Rp) Persentase (%)
1 Ikan 1.870.500 83,00
2 Garam 53.000 2,35
3 Kunyit 23.250 1,03
4 Tabung Gas 17.000 0,75
5 Transportasi 90.000 4,00
6 Upah Tenaga Kerja 200.000 8,87
Total Biaya Variabel 2.253.750 100
Sumber : Data primer setelah diolah, 2018
Total keseluruhan biaya tidak tetap (variabel) dalam satu kali produksi
tertinggi adalah ikan dengan penggunaan dalam satu kali produksi sebanyak 73
Adapun pengeluaran biaya tidak tetap (variabel) usaha ikan pindang saat
Tabel 21. Pengeluaran Biaya Tidak Tetap (Variabel) Usaha Ikan Pindang Saat
Musim Paceklik (Juli-Januari)
No. Biaya Variabel Biaya (Rp) Persentase (%)
1 Ikan 265.125.000 80,96
2 Garam 7.630.000 2,33
3 Kunyit 3.333.750 1,02
4 Tabung Gas 3.421.250 1,05
5 Transportasi 12.950.000 3,95
6 Upah Tenaga Kerja 35.000.000 10,69
Total Biaya Variabel 327.460.000 100
Sumber : Data primer setelah diolah, 2018
setahun penuh pada musim paceklik lebih besar dibanding dengan musim non
demikian, jumlah bahan baku ikan lebih sedikit yaitu 73 kg per hari (dengan
ukuran 5-6 ekor per kg) dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan
harga pada saat musim non paceklik. Biaya ikan mempunyai nilai komponen
lainnya antara lain upah untuk 2 orang tenaga kerja sebesar Rp35.000.000,00,
d. Biaya Total
totalitas biaya biaya tetap ditambah biaya variabel. Adapun rata-rata total biaya
57
yang dikenakan dalam usaha mikro ikan pindang dalam satu kali produksi dapat
Tabel 22. Rata-Rata Total Biaya/Produksi Pada Usaha Mikro Ikan Pindang
Berdasarkan Tabel 22 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai total biaya dalam
satu kali produksi pada usaha mikro ikan pindang sebesar Rp2.494.716,00. Total
biaya yang tertinggi adalah pada musim non paceklik yaitu sebesar
Rp2.713.816,00.
Adapun rata-rata total biaya yang dikenakan dalam usaha mikro ikan
Tabel 23. Rata-Rata Total Biaya/Tahun Pada Usaha Mikro Ikan Pindang
Berdasarkan Tabel 23 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai total biaya dalam
satu tahun pada usaha mikro ikan pindang sebesar Rp613.730.000,00. Total
Rp329.160.000,00. Hal ini disebebkan oleh tingginya harga bahan baku ikan
dikali dengan harga yang berlaku pada saat itu.Jumlah produksi dan harga ikan
pindang setiap musim berbeda disebabkan oleh persediaan dan harga bahan
baku ikan layang yang berubah setiap musim. Umumnya setiap kelompok
pengolah ikan pindang menghasilkan produk pada musim non paceklik sebanyak
175 kg dan musim paceklik sebanyak 99 kg dalam satu kali produksi. Adapun
rata-rata nilai penerimaan pada usaha mikro ikan pindang dalam satu kali
usaha mikro ikan pindang dalam satu kali produksi sebesar Rp3.608.000,00.
Adapun penerimaan tertinggi pada musim non paceklik (ikan melimpah) yatitu
dan paceklik tidak terlalu besar dikarenakan tingginya harga jual ikan pindang
Adapun rata-rata nilai penerimaan pada usaha mikro ikan pindang dalam
disebabkan harga jual ikan pindang per kg saat musim paceklik lebih tinggi
dibanding musim non paceklik yaitu naik sebesar Rp12.000,00 per kg atau
64,70%. Kenaikan harga tersebut dikarenakan harga bahan baku pada musim
penerimaan. Untuk lebih jelasnya keuntungan rata-rata usaha mikro ikan pindang
Total
Total Biaya Keuntungan
No Musim Penerimaan
(Rp) (Rp)
(Rp)
1 Non Paceklik 3.850.000 2.713.816 1.136.184
2 Paceklik 3.366.000 2.275.616 1.090.384
Rata-Rata Total Keuntungan 1.113.284
Sumber : Data primer setelah diolah, 2018
usaha mikro ikan pindang dalam satu kali produksi adalah sebesar
Meski jumlah produksi pada musim paceklik lebih sedikit dan harga bahan baku
60
yang lebih mahal, namun keuntungan yang diperoleh tidak terlalu berbeda jauh
dengan musim non paceklik. Hal ini dikarenakan perbedaan harga ikan pindang
yang cukup tinggi pada musim paceklik dibandingkan musim non paceklik,
Total
Total Biaya Keuntungan
No Musim Penerimaan
(Rp) (Rp)
(Rp)
1 Non Paceklik 396.000.000 284.570.000 111.430.000
2 Paceklik 484.942.000 329.160.000 155.782.000
Total Keuntungan/Tahun 267.212.000
Sumber : Data primer setelah diolah, 2018
usaha mikro ikan pindang dalam satu tahun produksi adalah sebesar
Rp22.267.666,00.
seberapa besar biaya yang dikeluarkan dalam usaha mikro ikan pindang
Tabel 28. Analisis R/C Ratio Pada Usaha Mikro Ikan Pindang
No Komponen Nilai
dan total biaya usaha mikro ikan pindang maka diperoleh nilai R/C sebesar 1,44.
Nilai ini menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,44. Nilai R/C yang diperoleh lebih besar
Break Even Point atau titik impas dimana usaha tidak mengalami
keuntungan dan tidak mengalami kerugian. Break Even Point pada penelitian ini
dibagi menjadi 2 yaitu Break Even Point Unit dan Break Even Point Rupiah.
Analisis Break Even Point usaha mikro ikan pindang dapat dilihat pada tabel 29.
No Komponen Nilai
Break Even Point atas dasar unit pada usaha mikro ikan pindang adalah
354 kg. Nilai ini berarti usaha mikro ikan pindang dengan harga jual Rp28.000,00
Break Even Point atas dasar rupiah pada usaha mikro ikan pindang
adalah sebesar Rp10.030.581,00 yang berarti bahwa usaha mikro ikan pindang
adalah Rp880.942.000,00 yang berarti lebih besar dari hasil perhitungan Break
Even Point Rupiah yaitu sebesar Rp10.030.581,00. Hal ini menunjukkan bahwa
usaha mikro ikan pindang ini menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan,
karena memiliki selisih yang cukup besar antara harga yang ditetapkan dengan
tambah pada ikan tersebut. Dengan demikian harga jual pada produk hasil
olahan ikan yang berupa pindang akan menjadi lebih tinggi jika dibandingkan
input tenaga kerja dan sumbangan input lainnya. Dasar penghitungan nilai
yang dalam hal ini adalah 1 kg pindang selama periode produksi rata-rata satu
tahun (2017).
Dalam penelitian ini, bahan baku yang digunakan untuk pindang adalah
ikan yang paling dominan jumlahnya. Bahan baku yang dominan digunakan
adalah ikan Layang, dengan penggunaan rata-rata sebesar 150 kg per hari.
63
Rata-rata ukuran ikan layang yang digunakan adalah 5 ekor per kg. Hasil
perhitungan nilai tambah pengolahan pindang dapat dilihat pada Tabel 30.
Pendapatan
8 Harga Bahan Baku (Rp/kg) 21.000
9 Sumbangan input lain (Rp/Kg) 1.324
10 Nilai Produk (4x6) (Rp/Kg) 36.680
11 a. Nilai tambah (10-8-9) (Rp/kg) 14.356
b. Rasio nilai tambah (11.a/10) (%) 39,14
12 a. Imbalan tenaga kerja (5 x 7) (Rp/Kg) 6.000
b. Bagian tenaga kerja (12.a/11.a) (%) 41,79
13 a. Keuntungan (11.a - 12.a) 8.356
b. Tingkat Keuntungan (13.a/11.a) (%) 58,21
Balas Jasa Untuk Faktor Produksi
14 Margin (Rp/Kg) 15.680
a. Pendapatan tenaga kerja langsung ((12.a/ 14) x 38,27
100%)
b. Sumbangan input lain ((9/14) x 100%) 8,44
c. Keuntungan Perusahaan ((13.a/14) x 100%) 53,29
Sumber : Data primer setelah diolah, 2018
Pada pengolahan pindang, ikan layang yang diolah selama satu tahun
adalah 24.600 kg. Setiap penggunaan 1 kg bahan baku ikan layang akan
menghasilkan produk pindang layang sebanyak 1,31 kg. Dalam periode produksi
64
satu tahun, produksi ikan pindang sebanyak 32.263 kg atau rata-rata 105 kg
Harga bahan baku ikan layang rata-rata Rp21.000 per kg, sedangkan
harga produk pindang layang rata-rata Rp28.000 per kg. Harga bahan baku
Tenaga kerja yang dihitung adalah semua tenaga kerja yang berperan
langsung dalam proses produksi ikan pindang. Setiap proses produksi tenaga
kerja yang berperan sebanyak 2 orang (pasangan suami istri) yang merupakan
pemilik dari usaha mikro ikan pindang tersebut. Tenaga kerja melakukan
pekerjaan selama 5 jam per hari dan jumlah hari kerja pada pengolahan pindang
rata-rata 25 hari kerja dalam satu bulan. Jumlah hari orang kerja (HOK) dalam
pengolahan ikan pindang sebesar 1.500 HOK per tahun untuk mengolah ikan
dengan bahan baku yang digunakan dalam proses produksi. Jika masing-masing
nilai tenaga kerja dibagi dengan bahan baku yang digunakan maka diperoleh
nilai koefisien tenaga kerja sebesar 0,06. Artinya untuk mengolah 1 kg bahan
baku dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 0,06. Upah rata-rata tenaga kerja dalam
pengolahan ikan pindang yaitu sebesar Rp100.000 per hari atau Rp2.500.000
per bulan. Hal ini sudah sesuai dengan besarnya upah minimum regional (UMR)
sumbangan input lain pada pengolahan ikan pindang terdiri dari garam, kunyit,
tabung gas dan penyusutan peralatan. Total sumbangan input lain pada
65
per input bahan baku Rp1.324 per kg secara rinci dapat dilihat pada Tabel 31.
Nilai output diperoleh dari perkalian faktor konversi dengan harga output
Rp36.680 per kg, yang menunjukkan bahwa setiap mengolah 1 kg bahan baku
Nilai tambah merupakan selisih nilai output dengan harga bahan baku
dan
sumbangan input lain. Nilai tambah tersebut merupakan nilai tambah kotor
karena
perhitungan nilai tambah tersebut dapat diketahui rasio nilai tambah, yaitu
membagi nilai tambah dengan nilai output. Dengan kata lain rasio nilai tambah
merupakan persentase nilai tambah terhadap nilai output. Besarnya rasio nilai
tambah pada pengolahan ikan pindang adalah 39,14 %, artinya dari nilai output
kerja dengan upah tenaga kerja. Imbalan tenaga kerja adalah pendapatan yang
diperoleh tenaga kerja dari setiap pengolahan satu kilogram bahan baku.
Imbalan tenaga kerja yang diberikan pada setiap kilogram bahan baku yang
diolah menjadi ikan pindang adalah Rp6.000 per kg bahan baku sehingga bagian
nilai tambah dengan imbalan tenaga kerja sehingga dapat dikatakan sebagai
nilai tambah bersih karena sudah dikurangi dengan imbalan tenaga kerja. Nilai
diperoleh dari hasil pengurangan nilai output dengan harga bahan baku.
Kontribusi faktor-faktor produksi terdiri dari pendapatan untuk tenaga kerja, input
pada adalah Rp15.680 per kg. Marjin tersebut didistribusikan untuk masing-
masing faktor produksi yaitu 38,27% untuk tenaga kerja, 8,44% untuk
menunjukkan apakah usaha tersebut padat modal atau padat karja. Pada
D. Analisis SWOT
merumuskan strategi suatu usaha. Analisis ini didasarkan pada logika yang
(Threats).
dan kelemahan yang dimiliki kawasan. Hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan
merupakan bagian dari kawasan sehingga dapat diketahui secara pasti kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki oleh kawasan. Berdasarkan hal tersebut, kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki oleh usaha mikro ikan pindang di Kecamatan
a. Produksi
baku dalam usaha mikro ikan pindang dapat dikatakan melimpah. Hal ini
ditunjang oleh data dari Dinas Kelautan dan Perikanan, data hasil tangkapan
ikan layang (Decapterus ruselli) pada tahun 2017 adalah sebesar 8.192 ton.
Namun, meski bahan baku yang melimpah, namun karena pengolahan dan
b. Harga
Harga adalah satuan dari barang dan jasa yang mempunyai nilai. Dengan
yang dihasilkan dan dipasarkan. Harga yang ditawarkan untuk produk ikan
pindang ini terjangkau, baik dari kalangan bawah sampai kalangan atas. Hal ini
sesuai dengan hasil wawancara dengan responden bahwa harga ikan pindang
pada penetapan harga pada usaha ikan pindang sejenis, karena antara pengolah
yang satu dengan yang lain harganya berbeda. Kecendrungan bila terjadi
perbedaan harga, konsumen pasti akan membeli pada pengolah yang harga
dan jasa. Masyarakat pengolah ikan pindang memiliki tingkat ketekunan dan
keuletan yang tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari hasil produksi mencapai 137
kg per hari. Berbeda dengan faktor kekuatan, tidak adanya pelatihan bagi
69
d. Investasi
Dalam hal investasi, usaha pengolahan ini memiliki sarana dan fasilitas
yang cukup lengkap sehingga dapat digunakan secara optimal dalam proses
produksi. Di sisi lain, kelemahan yang dimiliki industri ini adalah sarana dan
dalam merawat peralatan yang ada. Misalnya saja, banyaknya loyang yang
bocor dan rusak serta kompor yang berkarat akibat tumpahan air garam saat
peluang dan ancaman yang dihadapi oleh kawasan. Data eksternal dikumpulkan
a. Permintaan
diketahui produksi ikan pindang setiap harinya mecapai 137 kg. Hal ini
adanya pengaruh musim terhadap bahan baku dapat menjadi ancaman bagi
tinggi.
b. Pemerintah
bantuan tersebut dapat menjadi peluang bagi pengolah ikan pindang untuk
meningkatkan produksi.
Pemanfaatan peralatan yang baik dan optimal menjadi peluang bagi usaha ini.
yang modern seperti vacum sealer agar bisa bertahan lama dan dapat bersaing
dengan produk yang ada di super market. Berbeda halnya dengan peluang,
ancaman yang dimiliki usaha pengolahan ini yaitu perkembangan IPTEK yang
d. Pasar
Pemasaran ikan pindang untuk luar kabupaten masih sangat sulit untuk
dikembangkan karena kemasan dan daya tahan ikan yang masih rendah. Hal ini
yang menjadi ancaman bagi usaha mikro ini untuk lebih memperluas jaringan
pasar.
eksternal yang menggambarka peluang dan ancaman usaha mikro ikan pindang
dan faktor kelemahan dan faktor eksternal yang terdiri dari faktor peluang dan
EKSTERNAL
73
datang.
motivasi kepada pengolah ikan pindang agar lebih tekun dan ulet dalam
mengelolah usaha.
usaha mikro ikan pindang adalah alat vacum sealer yang dapat
adalah :
sama dengan nelayan yang dijadikan sebagai supplier bahan baku untuk
diberikan agar tidak rentan rusak dan dapat digunakan dalam jangka
lama.
dengan cara mengatasi kelemahan yang dimiliki. Adapun strategi yang dapat
dilakukan yaitu:
pindang yang sudah lebih berkembang misalnya yang ada usaha ikan
dan Perindustrian, dapat dilihat bahwa adanya respon yang baik dari
dan fasilitas investasi yang masih sederhana dan digunakan secara terus
mengganti atau pun menambah sarana yang telah ada agar produksi
tetap berkelanjutan.
yang sama.
77
harus segera diatasi. Untuk mengatasi dapat diambil strategi sebagai berikut :
yang menarik dan higienis dapat memperluas jaringan pasar, baik pasar
melalui perhitungan Analisis SWOT agar diketahui secara pasti posisi organisasi
(Strengths) dan faktor kelemahan (weakness) dalam usaha mikro ikan pindang
kemudian disusun dalam suatu tabel IFAS (Internal Strategic Factors Analysis
Tabel 35. IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) Usaha Mikro Ikan
Pindang di Kecamatan Herlang
No Faktor Strategi Internal Bobot Rating BxR Keterangan
Kekuatan
Persediaan bahan baku yang
melimpah yang mencapai
8.192 ton per tahun sangat
1 Bahan baku melimpah 0,20 4 0,8 menunjang dalam produksi
ikan pindang
Kurangnya kesadaran
Sarana dan fasilitas
dalam merawat
4 investasi masih sederhana 0,10 3 0,3
mengakibatkan sarana dan
dan rentan rusak
fasilitas yang ada sangat
rentan rusak
Jumlah 0,45 1,25
Total 1,00 3,1
Sumber: Data primer setelah diolah, 2018
79
kekuatan dan kelemahan diperoleh nilai kekuatan sebesar 1,85 dan nilai
kelemahan sebesar 1,25 dengan jumlah total sebesar 3,1 skala (0-4) Ini
menunjukkan bahwa secara internal usaha mikro ikan pindang layak untuk
dapat dikembangkan.
kemudian disusun dalam suatu tabel EFAS (Eksternal Strategic Factors Analysis
Tabel 36. EFAS (Eksternal Strategic Factors Analysis Summary) usaha mikro
ikan pindang di Kecamatan Herlang
Peluang
Jumlah produksi ikan
pindang perhari
Permintaan konsumen menunjukkan tingginya
1 0,20 4 0,8
tinggi tingkat permintaan
Pemerintah khususnya
dinas terkait telah
Bantuan peralatan memberikan bantuan
2 0,15 4 0,6 berupa peralatan dalam
produksi dari pemerintah
meningkatkan jumlah
produksi
Pemanfaatn teknologi
dapat menunjang
Pemanfaatan teknologi
3 0,15 3 0,45 keberlanjutan dan
yang berkembang
peningkatan usaha
Teknologi yang
berkembang untuk
Perkembangan IPTEK sulit menunjang proses
2 diikuti karena 0,20 2 0,4 produksi sulit untuk diikuti
membutuhkan biaya tinggi karena faktor biaya yang
tinggi
peluang dan ancaman diperoleh nilai peluang sebesar 1,85 dan nilai
ancaman sebesar dengan 1,3 jumlah total sebesar 3,15 skala (0-4). Ini
81
layak dijalankan.
= (1,85 – 1,25)
= 0,6
= (1,85 – 1,3)
= 0,55
Hasil dari perhitungan diatas maka dapat digambarkan diagram seperti dibawah
ini :
O (Y)
X-Y
1 (0,6, 55)
W S (X)
-2 -1 1 2
-1
-2
Hasil dari nilai diagram diatas menyatakan bahwa nilai berada pada
kuadran I (positif, positif) yang artinya bahwa Ini menandakan sebuah kebijakan
yang kuat dan berpeluang. Kuadran I adalah Kondisi progresif yang artinya
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
Rp1.113.284,-
b. Nilai R/C sebesar 1,44 yang menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya
c. Break Even Point atas dasar unit adalah 354 kg berarti usaha mikro ikan
Break Even Point atas dasar rupiah adalah sebesar Rp 10.030.581 yang
berarti bahwa usaha mikro ikan pindang akan mengalami titik impas saat
2. Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan ikan pindang sebesar Rp14.356
per kg bahan baku, dengan rasio nilai tambah adalah 39,14 %, artinya dari
nilai output Rp36.680 per kg terdapat 39,14% nilai tambah dari output.
pengaruh musim.
Hasil dari nilai diagram menyatakan bahwa nilai berada pada kuadran I
(positif, positif) yang artinya adalah Kondisi progresif bahwa kebijakan yang
B. Saran
1. Permintaan pasar terhadap produk ikan pindang yang terus meningkat perlu
DAFTAR PUSTAKA
Total 4.617.500.000
Rata-Rata 230.875.000
92
b. Garam
Garam
Responden Jumlah/ Jumlah/ Jumlah/ Harga/kg Biaya/tahun
Hari (kg) Bulan (kg) Tahun (kg) (Rp) (Rp)
1 18 270 1.350 5.000 6.750.000
Total 185.250.000
Rata-Rata 9.262.500
93
c. Kunyit
Kunyit
Responden Jumlah/ Jumlah/ Jumlah/ Harga/kg Biaya/tahun
Hari (kg) Bulan (kg) Tahun (kg) (Rp) (Rp)
1 2 30 150 15.000 2.250.000
19 1 15 75 15.000 1.125.000
Total 79.125.000
Rata-Rata 3.956.250
94
d. Tabung
Tabung
Responden Jumlah/ Jumlah/
Jumlah/ Harga/kg Biaya/tahun
Bulan Tahun
Hari (unit) (Rp) (Rp)
(unit) (unit)
1 2 30 150 17.000 2.550.000
19 1 15 75 17.000 1.275.000
Total 90.525.000
Rata-Rata 4.526.250
95
e. Transportasi
Transportasi
Responden Biaya/ Hari Biaya/ Bulan Biaya/ Tahun
(Rp) (Rp) (Rp)
1 100.000 1.500.000 7.500.000
2 100.000 2.000.000 10.000.000
3 100.000 2.500.000 12.500.000
4 50.000 1.000.000 5.000.000
5 100.000 2.000.000 10.000.000
6 100.000 2.500.000 12.500.000
7 100.000 1.500.000 7.500.000
8 50.000 750.000 3.750.000
9 100.000 2.000.000 10.000.000
10 100.000 2.000.000 10.000.000
11 100.000 2.500.000 12.500.000
12 100.000 2.500.000 12.500.000
13 100.000 2.000.000 10.000.000
14 100.000 1.500.000 7.500.000
15 100.000 2.500.000 12.500.000
16 100.000 2.000.000 10.000.000
17 50.000 1.000.000 5.000.000
18 100.000 2.000.000 10.000.000
19 50.000 750.000 3.750.000
20 100.000 2.500.000 12.500.000
Total 185.000.000
Rata-Rata 9.250.000
96
Total 4.617.500.000
Rata-Rata 265.125.000
98
b. Garam
Garam
Responden Jumlah/ Jumlah/ Jumlah/ Harga/kg Biaya/tahun
Hari (kg) Bulan (kg) Tahun (kg) (Rp) (Rp)
1 5 75 525 5000 2.625.000
Total 152.600.000
Rata-Rata 7.630.000
99
c. Kunyit
Kunyit
Responden Jumlah/ Jumlah/ Jumlah/ Harga/kg Biaya/tahun
Hari (kg) Bulan (kg) Tahun (kg) (Rp) (Rp)
1 2 30 210 15000 3.150.000
Total 66.675.000
Rata-Rata 3.333.750
100
d. Tabung
Tabung
Responden Jumlah/ Jumlah/
Jumlah/ Harga/kg Biaya/tahun
Bulan Tahun
Hari (unit) (Rp) (Rp)
(unit) (unit)
1 1 15 105 17000 1.785.000
Total 68.425.000
Rata-Rata 3.421.250
101
e. Transportasi
Transportasi
Responden Biaya/ Hari Biaya/ Bulan Biaya/ Tahun
(Rp) (Rp) (Rp)
1 100.000 1.500.000 10.500.000
2 100.000 2.000.000 14.000.000
3 100.000 2.500.000 17.500.000
4 50.000 1.000.000 7.000.000
5 100.000 2.000.000 14.000.000
6 100.000 2.500.000 17.500.000
7 100.000 1.500.000 10.500.000
8 50.000 750.000 5.250.000
9 100.000 2.000.000 14.000.000
10 100.000 2.000.000 14.000.000
11 100.000 2.500.000 17.500.000
12 100.000 2.500.000 17.500.000
13 100.000 2.000.000 14.000.000
14 100.000 1.500.000 10.500.000
15 100.000 2.500.000 17.500.000
16 100.000 2.000.000 14.000.000
17 50.000 1.000.000 7.000.000
18 100.000 2.000.000 14.000.000
19 50.000 750.000 5.250.000
20 100.000 2.500.000 17.500.000
Total 259.000.000
Rata-Rata 12.950.000
102
Peralatan Investasi
Kompor
Loyang
Baskom
107
Bak Fiber
Mobil
108
Proses Produksi
Penyortiran Ikan
Pencucian Ikan
Suasana Diskusi Bersama Kelompok Usaha Ikan Pindang, Kepala Desa Pataro,
Dinas Kelautan dan Perikanan, serta Dinas Perdagangan dan Perindustrian
111
Responden (Suriyani)