Skripsi
OLEH :
HASAN BASRI
09C10404023
ABSTRAK
Skripsi
OLEH
HASAN BASRI
09C10404023
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
NIM : 09C10404023
Fakultas : Pertanian
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 20 Februari 2014 dan
Dengan ini saya menyatakan sesungguhnya bahwa di dalam skripsi yang saya
susun ini dengan tema “Analisis Rantai Pemasaran dan Besar Marjin
Pemasaran Ikan Asin Pada Tiap Pelaku Pemasaran Di Desa Padang Rubek
Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya “ tidak terdapat bagian atau
satu kesatuan yang utuh dari skripsi, tesis, disertasi, buku atau bentuk lain yang
saya kutip dari karya orang lain tanpa saya sebutkan sumbernya yang dipandang
sebagai tindakan penjiplakan. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya
ilmiah atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain yang
dijadikan seolah – olah karya saya sendiri. Apabila ternyata terdapat dalam skripsi
saya bagian – bagian yang memenuhi unsur penjiplakan, maka saya menyatakan
kesediaan untuk dibatalkan sebagian atau seluruh hak keserjanaan saya.
HASAN BASRI
09C10404023
PERSEMBAHAN
Wassalam
Hasan Basri
RIWAYAT PENULIS
Hasan Basri, Lahir di Desa Gunong Sapek Kecamatan Tadu Raya Kabupaten
Nagan Raya pada tanggal 06 November 1989 dari pasangan Bapak Saki dan Ibu
Tistawani dan merupakan anak ke 2 (dua) dari 6 (enam) bersaudara. Jenis kelamin
penulis laki - laki dan beragama Islam. Status penulis belum menikah.
Riwayat Pendidikan : Lulus sekolah dasar di SD Negeri Tadu Ateuh Tahun 2002,
kemudian melanjutkan sekolah ke SMP Negeri 7 Kuala dan lulus pada Tahun
Negeri I Kuala dan lulus pada Tahun 2009. Pada Tahun 2009, penulis menjadi
pernah menjadi anggota pramuka di Universitas Teuku Umar Tahun 2012 dan
Oleh
Hasan Basri (1) Rahmat Pramulya, STP. MM (2) Dahnil Muljadi, SP(2)
ABSTRAK
1)
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar
2)
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar
1
I. PENDAHULUAN
mempunyai potensi berkembang yang besar dan melibatkan banyak pihak. Untuk
itu, pembangunan kelautan dan perikanan perlu didukung oleh semua komponen
Ekosistem perairan pesisir dan laut Aceh sangat strategis dan sesuai untuk
kehidupan berbagai jenis biota serta kegiatan usaha perikanan tangkap dan
berfungsi antara lain sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai jenis biota laut
sektor yang mengalami kerusakan paling parah akibat bencana Tsunami dan
gempa bumi pada tahun 2004. Hal tersebut dilandasi karena perikanan provinsi
Aceh memiliki beragam potensi yang ditunjang oleh ekosistem, perangkat sosial
secara optimal.
1
2
Aceh memiliki organisasi Panglima Laut level Provinsi sampai Kecamatan, Badan
berbagai lembaga ekonomi koperasi yang selalu siap membantu para nelayan
untuk memasarkan produksi mereka pada pasar lokal, regional, nasional bahkan
yang sangat beraneka ragam serta dapat dimanfaatkan untuk pembangunan dan
assessment) di Aceh rata-rata per tahunnya adalah 423.410 ton. Potensi ini terdiri
dari potensi rata-rata di perairan teritorial dan perairan kepulauan sebesar 220.090
ton per tahun dan di ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) sebesar 203.320 ton per
tahun. Potensi lestari atau maximum sustainable yield (MSY) di perairan teritorial
dan kepulauan Aceh sebesar 110.045 ton per tahun dan Total Allowable Catch
(TAC) di perairan ZEE sebesar 80 % atau 162.656 ton per tahun. Berarti total
potensi lestari seluruhnya rata-rata mencapai 272.701 ton per tahun dengan
tingkat pemanfaatan baru mencapai 37,60 % atau 102.555 ton per tahun atau
Fakta lain yang bersumber dari Laporan Dinas Kelautan dan Perikanan
ikan sebanyak 35 Kg per tahun per kapita. Jumlah ini melebihi konsumsi ikan
Nasional dimana permintaannya hanya 20,15 Kg per tahun per kapita. Rasio
2
3
penawaran ikan di Aceh adalah 138.612 ton per tahun, lebih besar dari pada rasio
permintaannya yang hanya sebesar 96.118 ton per tahun (BPS Aceh, 2011).
Sehingga dapat dikatakan bahwa produksi ikan Aceh surplus dan dapat
bahwa rata-rata harga ikan di Aceh relatif lebih tinggi harganya dibandingkan
dengan daerah di luar. Kabupaten Nagan Raya merupakan sebuah daerah pesisir
potensi di bidang kelautan. Selain mempunyai potensi wisata bahari, tentu saja
memberi keuntungan lain bagi daerah ini, yaitu terbukanya lapangan usaha
penangkapan ikan.
perikanan laut Kabupaten Nagan Raya rata-rata 12.000 ton per tahun yang
diusahakan oleh sekitar 10.560 nelayan. Hasil ini sebagian besar dikonsumsi
penduduk lokal. Hanya sekitar sepertiga yang diserap konsumen lain setelah
dikirim ke Medan. Seperti wilayah Indonesia lainnya, iklim wilayah pantai Barat
Indonesia seperti di Kabupaten Nagan Raya dipengaruhi oleh angin Muson yang
Musim barat adalah Angin yang datang dari arah barat dengan kecepatan
kencang sampai amat kencang, sedangkan musim timur adalah angin yang datang
dari arah timur. Musim barat terjadi pada bulan Mei sampai bulan Juli.
peralihan antara musim barat ke musim timur. Bulan November sampai bulan
3
4
musim peralihan dari timur ke barat yang terjadi antara bulan Februari sampai
bulan April.
Nagan Raya merupakan salah satu desa penghasil ikan asin. Pengolahan ikan
segar menjadi ikan asin di Desa Padang Rubek Kecamatan Kuala Pesisir
bertujuan agar masa simpannya menjadi lebih lama dan juga menambah nilai
ekonomis serta menghindari tingkat kerugian ketika ikan hasil tangkapan nelayan
membludak. Hal tersebut menyebabkan daerah ini dikenal luas sebagai produsen
sangat terkait dengan pemasaran. Hal ini ditujukan untuk memperpendek saluran
diterima nelayan dari harga akhir yang dibayar konsumen, maka analisa share
nelayan, margin pemasaran dan profit margin merupakan hal yang penting untuk
uraian di atas peneliti merasa tertarik melakukan suatu penelitian untuk mengkaji
“Analisis Rantai Pemasaran dan Besar Marjin Pemasaran Ikan Asin Pada
4
5
2. Berapakah besaran share pengolah ikan asin, margin dan profit margin pada
2. Menentukan besaran share pengolah ikan asin, margin dan profit margin pada
setiap lembaga pemasaran ikan asin di Desa Padang Rubek Kecamatan Kuala
5
6
6
7
Rantai pemasaran adalah suatu proses sosial dan melalui proses itu individu
produk dan nilai dengan individu dan kelompok lain. Dengan mengkaji rantai
pemasaran kita dapat mengetahui efektivitas pemasaran yang tercapai pada setiap
mata rantai pemasaran/tataniaga adalah salah satu jalan membantu petani untuk
yang terbesar dan resiko pemasaran yang terkecil bagi produsen. Menurut Kotler,
1. Arus fisik (physical flow). Saluran pemasaran ini mengisahkan gerakan nyata
dari produk fisik, mulai dari bahan mentahnya sampai kepada konsumen
Pengangkutan
Konsumen
7
8
2. Arus hak milik (title flow). Saluran pemasaran ini merincikan peralihan hak
milik dari badan pemasaran yang satu ke yang lain, seperti pada gambar 2
berikut ini.
Pedagang
Konsumen
5. Arus tempat (place flow). Saluran pemasaran ini bertujuan dari aliran arus fisik
dan hak milik yaitu perpindahan produk dari lokasi produsen sampai ke lokasi
konsumen, seperti pada gambar 5 berikut ini.
Konsumen
8
9
Dilihat dari jenis pekerjaan, elemen yang terlibat dalam sektor perikanan
tangkap di NAD menurut kajian KEHATI dalam Sulistiono dan Nugroho (2007)
terdiri dari nelayan (pawang laot, awak boat/ aneuk pukat), mugee (penjual ikan),
Konsep dari analisa rantai nilai dapat diaplikasikan pada rantai pasokan
dan jaringan distribusi. Campuran dari produk dan pelayanan pada konsumen
akan memberikan faktor ekonomi yang berbeda, seperti manajemen analisa rantai
nilai. Menurut Porter (1996) pihak produsen akan menginteraksikan nilai rantai
nilai sangat dibutuhkan untuk menganalisa share, margin dan profit margin.
Analysis. Analisa ini bisa memberikan informasi mata rantai industri mana yang
paling bernilai dari sebuah manajemen rantai pasok. Selain itu value chain
analysis juga memberikan informasi tentang titik kritis dari masing-masing bagian
rantai pasokan itu. Berdasarkan dua analisis itu bisa disusun sebuah Gampong
industri yang lengkap. Idealnya langkah seperti inilah yang dilakukan pemerintah
Menurut Indrajit (2003) manajemen supply chain yaitu suatu sistem mata
9
10
persoalan logistik. Dalam konsep baru ini masalah logistik dilihat sebagai masalah
tataniaga yang efisien, dapat digunakan empat macam indikator yaitu margin
terkuat di antara sekian banyak unsur perangsang produksi. Hal ini dikarenakan
harga yang berkembang di pasar adalah pedoman para petani dalam cara
usahanya.
konsumsi. Sebagai bahan mentah akan dibeli oleh pabrik atau usaha pengolahan
untuk diolah menjadi barang jadi, misalnya ikan kaleng, tepung ikan, ikan asin dll.
Sebagai barang konsumsi akan dibeli oleh konsumen akhir seperti rumah tangga,
diketahui share nelayan, margin dan profit margin pada setiap pelaku pemasaran
yang terkait. Dengan menghitung margin setiap lembaga tentunya akan diketahui
10
11
komponen biaya apa saja yang akan dikeluarkan dan berapa jumlahnya sehingga
efektivitas pemasaran akan tercapai pada setiap pelaku pemasaran ikan asin.
dijumpai bahwa saluran tata niaga hasil-hasil perikanan cukup panjang. Keadaan
ini merupakan akibat logis dari sifat-sifat produksi ikan yang cepat membusuk
untuk memindahkan barang atau jasa dari sektor produksi ke sektor konsumsi.
Jalur tataniaga tersebut dmulai dari nelayan yang menjual ikan hasil tangkapannya
ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Di TPI, ikan tersebut dibeli oleh pedagang
besar atau pengolah atau pengusaha coldstorage. Di daerah nelayan yang jauh dari
pengumpul ini yang menjualnya ke TPI atau ada yang langsung menjualnya ke
pedagang besar atau kepada pengusaha coldstorage atau kepada pengolah ikan.
keterikatan. Para pengolah ikan asin akan menjual produknya ke pedagang besar
ikan olahan dan selanjutnya mereka akan memperdagangkan ikan tersebut antar
daerah.
11
12
pedagang perantara yang dilalui oleh orang niaga tersebut sejak dari produsen
Dalam kondisi persaingan efisiensi yang ketat seperti pada era otonomisasi
daerah, pengelola daerah perlu berhati-hati dalam pemilihan produk unggulan dan
penciptaan kondisi usaha yang tepat. Beberapa prinsip dasar ekonomi perlu
(sustainability). Optimal berarti daya saing di pasar bisa lebih unggul dari produk
daerah lain atau negara lain. Berkelanjutan berarti ada usaha yang kontinyu di
Konsep city marketing menggariskan optimisasi dari sisi produk, harga, promosi
dan distribusi sesuai yang dikenal dengan bauran pemasaran atau marketing mix.
bagus. Oleh karena itu, mereka sangat tergantung kepada pedagang perantara
yang memang lebih menguasai akses pasar ada dasarnya, lengkapnya informasi
12
13
informasi pasar harus menggambarkan data yang cukup lengkap tentang aspek
sosial, budaya, hukum, keamanan, ketertiban dan potensi ekonomi dari suatu
Informasi pasar juga penting diketahui oleh pelaku pemasaran hasil olahan
konsumen, serta adanya mata rantai distribusi yang panjang berarti bahwa seorang
pedagang atau nelayan di daerah produksi akan sulit untuk mengetahui keadaan
konsumen pada saat tertentu, jenis-jenis ikan apa saja yang diminta, kemampuan
tidak tahu berapa jumlah ikan yang sudah ditangkap, dimana, jenis-jenis ikan apa
sangat menghambat kelancaran distribusi ikan dan hasil olahan ikan. Distribusi
terlambat berarti ongkos simpan semakin besar, atau disalurkan ke tempat lain
yang pasarannya sudah jenuh atau ke tempat dimana ikan tidak diminta, atau
diminta dengan harga murah. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu ada satu
13
14
Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang
daging ikan yang biasanya membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan di
suhu kamar untuk jangka waktu berbulan-bulan, walaupun biasanya harus ditutup
rapat. Pengolah ikan merupakan orang atau kelompok orang yang melakukan
usaha mengolah ikan segar, produk setengah jadi maupun produk jadi. Usaha-
bertujuan untuk mengawetkan ikan mentah atau setengah matang dengan cara
mengurangi kadar air melalui pengeringan dan penambahan garam atau bahan
diolah secara sederhana dan umumnya dilakukan pada skala industri rumah
tangga. Jenis olahan yang termasuk produk olahan tradisional ini adalah ikan
kering atau ikan asin kering, ikan pindang, ikan asap, serta produk fermentasi
14
15
15
16
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni s/d November 2013 dan
berlokasi di Desa Padang Rubek Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya
Provinsi Aceh.
Untuk memperkuat dan melengkapi data primer maka diperlukan juga data
penelitian ini.
sampel hanya 50 persen dari jumlah populasi yaitu 22 orang dan sudah tidak
16
17
asin dan menentukan besaran share nelayan, margin dan profit margin pada setiap
Periode data yang dianalisis adalah rata-rata nilai per hari pada musim timur,
1. Hasil produksi ikan asin adalah produksi rata-rata ikan segar yang diasinkan
yang akan dijual kepada konsumen yang dinyatakan dalam satuan Kg/hari.
harga pembelian dan penjualan rata-rata ikan asin pada tiap-tiap lembaga
17
18
4. Biaya pemasaran yaitu jumlah biaya yang dikeluarkan tiap lembaga pemasaran
ikan baik segar ataupun olahan dalam melaksanakan kegiatan usahanya yang
terdiri atas biaya variabel (variable cost) dan biaya tetap (fixed cost), dihitung
dalam Rp/Kg/hari.
5. Pendapatan adalah selisih antara nilai hasil penjualan dengan total biaya yang
6. Rantai pemasaran adalah banyaknya mata rantai atau lembaga pemasaran yang
dilalui dalam penyampaian ikan segar atau olahan dari nelayan (produsen) ke
dengan harga yang dibayar oleh konsumen ikan baik segar maupun olahan
8. Profit margin adalah keuntungan bersih per Kg ikan yang dihitung dari selisih
antara harga beli dengan harga jual di setiap pelaku pemasaran ikan yang
terlibat baik segar ataupun olahan dikurangi biaya pemasaran, dihitung dalam
Rp/Kg.
9. Share nelayan yaitu bagian atau proporsi yang diterima nelayan dari harga
18
19
1. Analisa Pendapatan
Biaya ini didapat dari menjumlahkan biaya tetap dan biaya variabel. Untuk
TP = TH x JUP....................................................................(Dumairy, 2004)
melihat tingkat keuntungan yang diperoleh pada pemasaran ikan asin dengan
menggunakan rumus:
19
20
sebagai berikut.
PM = MP - BP ………..................(Azzaino, 2005)
20
21
Kabupaten Nagan Raya dengan luas wilayah Kecamatan Kuala Pesisir ± 267,39
Km2 yang terdiri dari 17 desa dan 3 Kemukiman. Adapun batas – batas
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat dan Samudera Hindia
tanah 5,5 – 7. Sedangkan curah hujan pada umumnya merata sepanjang tahun
dengan curah hujan rata-rata 298,6 – 473,6 mm/tahun dengan jumlah hari per
Iklim merupakan salah satu faktor alam yang sangat berperan untuk
21
22
kurang lebih 15.852 Jiwa, yang terdiri dari laki – laki berjumlah 7.244 jiwa dan
per tahun. Penduduk daerah tersebut melakukan berbagai aktifitas usaha dalam
perikanan.
22
23
kerusakan parah akibat bencana gempa dan tsunami di Tahun 2004. Selain
merenggut korban jiwa yang tidak sedikit, bencana tersebut juga telah
kecamatan tersebut seperti rusaknya TPI (Tempat Pendaratan Ikan) dan tempat
sektor perikanan terus diupayakan baik melalui usaha dari masyarakat pribadi atau
kelompok, maupun bantuan dari sejumlah lembaga (baik yang sudah maupun
23
24
Sebagian besar sarana yang ada merupakan bantuan dari beberapa NGO. Namun
demikian ada beberapa sarana yang pemanfaatannya masih kurang optimal seperti
TPI. Rincian jumlah sarana dan prasarana dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini.
kegiatan perikanan Desa Padang Rubek baik umum, swasta dan masyarakat sipil.
Sebagai contoh Dinas Kelautan dan Perikanan yang mempunyai peran serta
seluruh pelaku perikanan. Tanggung jawab ini telah berjalan dengan baik namun
berupa Cool Box, pelatihan pengolahan ikan asin dan lainnya. Contoh intervensi
lain yang dilakukan adalah dalam bentuk pendirian koperasi simpan pinjam
bernama koperasi Makmu Jaya Padang Rubek oleh NGO ECHO (European
24
25
Aktivitas perikanan di Desa Padang Rubek tergolong tinggi. Hhal ini dapat
dilihat dari dan beragamnya pemangku kepentingan perikanan di desa ini. Pelaku
ikan baik dari segi jumlah maupun kualitasnya. Pelaku pada penangkapan dan
laki-laki. Sementara kaum wanita berperan sebagai pengolah dan sering juga
tidak cepat membusuk. Untuk menambah pasokan ikan di Padang Rubek, maka
25
26
didatangkan juga pasokan ikan dari luar Kecamatan Kuala Pesisir, serta dari
penelitian ini adalah gambaran keadaan atau ciri-ciri lembaga pemasaran yang
menjalankan usaha mengolah ikan segar menjadi ikan asin meliputi umur,
dijalankannya.
Desa Padang Rubek rata-rata berumur 34 tahun. Tingkat umur adalah usia hidup
26
27
produktivitas kerjanya. Umur 34 tahun merupakan usia yang sangat produktif dan
dapat mencerminkan semakin optimalnya kinerja para pengolah ikan asin dalam
teknologi dan informasi oleh pengolah sekaligus pedagang ikan asin. Rata-rata
tingkat pendidikan pengolah ikan asin di Desa Padang Rubek adalah 9 tahun.
masih kurang baik dan dapat terjadi kesulitan untuk mengadopsi hal-hal yang baru
Adapun bantuan yang telah diberikan pada pengolah ikan asin oleh
lembaga pendonor yang ada di Desa Padang Rubek adalah dalam bentuk
lebih besar.
dapat disimpulkan bahwa biaya hidup yang harus ditanggung oleh pengolah ikan
27
28
hidup sehari-hari. Nilai guna produksi yang telah dilakukan pengolah ikan asin
pada pemasaran ikan asin mencakup nilai guna bentuk, waktu, tempat dan
tempat dan waktunya untuk membeli ikan pada nelayan yang melaut atau toke
bangku lalu dibawa ke tempat pengolahan untuk diolah menjadi ikan asin. Status
mereka adalah pemilik ikan hasil olahan tersebut sebelum dibeli konsumen akhir
Fungsi pemasaran yang telah dilakukan oleh pengolah ikan asin pada
a. Fungsi pembelian, yaitu pengolah sekaligus pedagang ikan asin membeli ikan
pada nelayan yang melaut atau toke bangku untuk kemudian diolah
b. Fungsi penjualan, yaitu pengolah sekaligus pedagang ikan asin menjual ikan
konsumen.
e. Fungsi pemasaran lain yang dilakukan pengolah sekaligus pedagang ikan asin
adalah standarisasi harga, dimana harga ikan asin ditetapkan oleh pengolah
sekaligus pedagang ikan asin berdasarkan harga beli dari nelayan yang melaut
atau toke bangku serta prediksi keuntungan yang mereka peroleh dari harga
28
29
bertanggung jawab sepenuhnya pada kualitas dan kuantitas ikan asin sebelum
dibeli konsumen
g. Fungsi informasi pasar dimana pengolah sekaligus pedagang ikan asin bertugas
untuk memberikan informasi harga dan tempat dimana ikan asin dapat dibeli
oleh konsumen.
tangkapan nelayan di laut dan yang sudah diolah menjadi ikan asin. Adapun
29
30
Padang Rubek berumur 41 tahun. Tingkat umur adalah usia hidup pedagang
Atas), dapat diartikan bahwa daya serap pedagang pengumpul terhadap informasi
pasar sudah baik sehingga tidak terlalu kesulitan dalam mencari peluang dan
lebih besar.
dapat disimpulkan bahwa biaya hidup yang harus ditanggung oleh pedagang
30
31
Walaupun nelayan khusus pada hari Jum’at tidak melaut, namun pedagang
pengumpul biasanya memiliki stok ikan asin dari hari sebelumnya untuk dijual
pemasaran ikan asin mencakup nilai guna waktu, tempat dan kepemilikan. Hal
waktunya untuk membeli ikan yang telah diolah tersebut sebelum hasil olahan itu
a. Fungsi pembelian, yakni pedagang pengumpul membeli ikan asin dari nelayan
standarisasi harga, yakni harga ikan asin ditetapkan oleh pedagang pengumpul
berdasarkan harga pembelian dari nelayan atau pengolah, kualitas ikan dan
sepenuhnya pada kualitas dan kuantitas ikan asin sebelum dibeli oleh lembaga
pemasaran selanjutnya
31
32
memberikan informasi harga dan tempat dimana ikan dapat dibeli oleh
membeli ikan asin dari pedagang pengumpul yang ada di desa-desa. Karakteristik
32
33
lebih besar.
orang, dapat disimpulkan bahwa biaya hidup yang harus ditanggung oleh
berdagang setiap hari namun untuk pembelian dari pedagang pengumpul yang ada
di Desa Padang Rubek Kecamatan Kuala Pesisir satu minggu sekali tapi kalau
pada pemasaran ikan asin mencakup nilai guna waktu, tempat dan kepemilikan.
tempat dan waktunya untuk membeli ikan asin sebelum dijual ketempat lain oleh
pedagang pengumpul.
33
34
adalah standarisasi harga, dimana harga ikan asin ditetapkan oleh pedagang
di Desa Padang Rubek, kualitas ikan dan prediksi keuntungan dari perkiraan
permintaan konsumen
bertanggung jawab sepenuhnya pada kualitas dan kuantitas ikan asin sebelum
memberikan informasi harga dan tempat dimana ikan dapat dibeli oleh
Karakteristik pedagang grosir ikan asin dalam penelitian ini adalah ciri-ciri
lembaga pemasaran perikanan yang menjalankan usaha dalam membeli ikan asin
dari pedagang pengumpul yang ada di desa dan kecamatan. Adapun karakteristik
pedagang grosir ikan asin meliputi umur, pendidikan, pengalaman kerja dan
34
35
grosir ikan asin di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.
Berdasarkan Tabel 9 di atas, dapat dilihat bahwa pedagang grosir ikan asin
berumur 39 tahun. Tingkat umur adalah usia hidup pedagang grosir ikan asin yang
tahun merupakan usia produktif yang mencerminkan semakin optimal kinerja para
pendidikan pedagang grosir ikan asin adalah 12 tahun dan digolongkan telah
tamat SMA (Sekolah Menengah Atas), dapat diartikan bahwa daya serap
pedagang grosir ikan asin terhadap perkembangan informasi sudah baik sehingga
sehingga dapat dikatakan bahwa pedagang grosir ikan asin telah berpengalaman
lebih besar.
dapat disimpulkan bahwa biaya hidup yang harus ditanggung oleh pedagang
35
36
grosir ikan asin tidak terlalu tinggi sehingga pendapatan keluarga dapat
setiap hari.
Fungsi pemasaran yang telah dilakukan oleh pedagang grosir ikan asin
a. Fungsi pembelian, yakni pedagang grosir ikan asin membeli ikan asin dari
b. Fungsi penjualan, yaitu pedagang grosir ikan asin menjual ikan asin tersebut
c. Fungsi pemasaran lain yang dilakukan oleh pedagang grosir ikan asin adalah
standarisasi harga, dimana harga ikan asin ditetapkan oleh pedagang grosir
ikan asin berdasarkan harga pembelian dari pengumpul yang ada di kecamatan,
jawab sepenuhnya pada kualitas dan kuantitas ikan asin sebelum dibeli oleh
e. Fungsi informasi pasar dimana pedagang grosir ikan asin bertugas untuk
memberikan informasi harga dan tempat dimana ikan dapat dibeli oleh
lembaga pemasaran perikanan yang menjalankan usaha dalam membeli ikan asin
36
37
berumur 45 tahun. Tingkat umur adalah usia hidup pedagang pengecer yang
pendidikan pedagang pengecer adalah 9 tahun dan digolongkan telah tamat SLTP,
hal ini dapat diartikan bahwa daya serap pedagang pengecer terhadap
disimpulkan bahwa biaya hidup yang harus ditanggung oleh pedagang pengecer
37
38
a. Fungsi pembelian, yakni pedagang pengecer membeli ikan asin dari pedagang
grosir
b. Fungsi penjualan, yaitu pedagang pengecer menjual ikan asin tersebut kepada
konsumen akhir
standarisasi harga, dimana harga ikan asin ditetapkan oleh pedagang pengecer
berdasarkan harga pembelian dari pedagang grosir, kualitas ikan dan prediksi
sepenuhnya pada kualitas dan kuantitas ikan asin sebelum dibeli oleh
konsumen akhir.
kegiatan untuk menyalurkan atau menyampaikan ikan asin mulai dari nelayan
38
39
Dalam penelitian ini rantai pemasaran dimulai dari penjualan ikan segar
oleh nelayan kepada toke bangku. Nelayan umumnya menjual hasil tangkapan
ikan mereka pada toke bangku dengan alasan harga jual yang lebih baik dan tidak
sempat menjual ikan secara langsung dikarenakan telah letih melaut. Perolehan
hasil tangkapan ikan sangat mempengaruhi upah yang akan diterima oleh nelayan.
Semakin banyak ikan yang ditangkap maka semakin besar juga upah yang mereka
terima. Hubungan para nelayan dengan toke bangku sangat erat karena mereka
juga sering meminjam uang pada toke bangku bila kekurangan modal melaut.
Jenis ikan asin yang diperjual belikan di lokasi penelitian adalah ikan
kakap hitam, kakap merah, tenggeri, talang-talang, gurita, tersan dan gerapu.
Adapun jenis ikan yang diperdagangkan pada tiap tipe saluran adalah sebagai
berikut.
Tipe saluran I : Jenis ikan asin yang diperdagangkan pada saluran ini adalah
kakap merah, tenggeri, talang-talang, gurita, tersan dan
gerapu.
Tipe saluran II : Jenis ikan asin yang diperdagangkan pada saluran ini adalah
ikan kakap merah dan kakap merah
Tipe saluran III : Jenis ikan asin yang diperdagangkan pada saluran ini adalah
ikan kakap merah dan gerapu
39
40
kakap merah dan ikan yang telah diasinkan di daerah penelitian terdapat 3 tipe
P.Grosir
P. Pengecer
Konsumen
Konsumen
40
41
Konsumen
Gambar 8. Tipe III : Rantai Pemasaran Ikan Asin
Pengolah Ikan
Pedagang Pengumpul
Gambar 9. Rantai Pemasaran Ikan Asin di Kec Kuala Pesisir Kab Nagan Raya
Adapun jenis dan harga jual ikan asin pada tiap tipe saluran pemasaran
ikan asin di Desa Padang Rubek Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya
41
42
Tabel 11. Harga Jual Ikan Segar Jenis Kakap Merah dan Ikan Asin Pada Tiap
Saluran Pemasaran
Saluran Pemasaran Harga Jual
Harga jual ikan asin pada tingkat nelayan atau
Pengolah Ikan Asin
pengolah Rp 65.000/kg
Pedagang Pengumpul Harga jual asin pada tingkat pedagang
Tingkat Desa pengumpul desa Rp 70.000/kg
Pedagang Pengumpul Harga jual ikan asin pada tingkat pedagang
Tingkat Kecamatan pengumpul kecamatan Rp 77.000/kg
Harga jual pada tingkat pedagang grosir Rp
Pedagang Grosir
85.000/kg
Harga jual asin pada tingkat pedagang pengecer
Pedagan Pengecer
Rp 95.000/kg
Sumber : Data Primer (Diolah), Tahun 2013
Berdasarkan tabel 11 di atas, maka jenis ikan asin yang diperjual belikan
1. Nelayan, yaitu perannya hanya sebatas mencari ikan di laut dan menjualnya ke
2. Toke bangku, yaitu perannya sebagai pedagang yang menampung ikan segar
42
43
yang menampung produk dari pedagang pengumpul yang ada di desa dan
6. Pedagang grosir, yaitu perannya sebagai pedagang yang menjual berbagai jenis
ikan asin dalam skala banyak kepada konsumennya dan keberadaanya di pasar
langsung ke konsumen akhir dan keberadaannya di kios – kios kecil yang ada
Pedagang Pengecer
Gambar 10. Rantai Pembayaran Ikan Asin Tiap – Tiap Lembaga Pemasaran
43
44
Rantai tempat (place flow); yaitu perpindahan produk dari lokasi produsen
(nelayan) mencari ikan segar di laut sampai produk tersebut berada di tangan
konsumen.
Pedagang Pengumpul di
Desa Padang Rubek
Pedagang Kabupaten
Gambar 11. Rantai Tempat Pada Pemasaran Ikan Asin di Daerah Penelitian
Bahan baku dalam pengolahan ikan asin adalah berbagai ikan segar. Jenis
ikan yang diasinkan adalah ikan kakap hitam, kakap merah, tenggeri, talang-
44
45
talang, gurita, tersan dan gerapu. Pada saat musim timur biasanya pengolah ikan
asin membeli bahan baku berbagai jenis ikan hasil tangkapan nelayan Desa
Di musim timur tersebut, pengolah dan ikan asin dapat mengolah berbagai
jenis ikan laut per harinya. Ikan segar 80 Kg dapat menghasilkan 40 Kg ikan asin.
Sedangkan pada musim barat, produksi ikan asin relatif sedikit. Pada musim barat,
umumnya nelayan yang mengolah ikan asin di Desa Padang Rubek berasal dari
ikan sungai.
Namun demikian, jika kondisi jumlah dan harga bahan baku ikan laut yang
didatangkan oleh toke bangku maupun pedagang pengumpul dari daerah lain pada
maka pengolah ikan asin tetap mengolah ikan tersebut dan menjualnya pada
konsumen walaupun harganya mungkin akan lebih mahal dari harga musim timur.
Hal ini dikarenakan sangat banyak konsumen yang menggemari ikan asin
terutama ikan kakap merah yang rasanya lebih gurih dibandingkan ikan lainnya.
Pada saat musim barat, pengolah ikan asin di Desa Padang Rubek biasanya
pengolah ikan asin terutama ikan jenis kakap merah segar yang dibelinya dari toke
bangku yang didatangkan dari dari Kabupaten Aceh Barat (Meureubo, Johan
Pahlawan dan Samatiga) maupun dari dalam Kabupaten Aceh Jaya yakni
Dalam kegiatan pengolahan ikan asin tenaga kerja merupakan salah satu
faktor produksi penting yang sangat berperan untuk kemajuan usaha ini. Hal ini
45
46
tenaga mekanis tetapi masih menggunakan tenaga kerja manusia seutuhnya. Hal
yang menarik dalam analisa tenaga kerja pengolahan ikan asin adalah usaha ini
menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dan kegiatan pengolahan ikan asin di
hubungan kekerabatan yang dekat, misalnya saja anak yang sudah menikah
kemudian membuka usaha pengolahan ikan asin sendiri untuk mandiri dari orang
tua yang sudah lebih dahulu menggeluti usaha ini belasan tahun lamanya. Namun
tak jarang pula jika kekurangan persediaan ikan asin jenis tertentu, para pengolah
ikan asin di Desa Padang Rubek merekomendasikan pembeli yang datang untuk
saling membantu untuk kemajuan usaha ini. Secara bergiliran mereka membagi
tugas per harinya untuk mengolah, mulai dari menyiangi sampai penjemuran ikan
serta menjaga kedai untuk melayani pembeli yang datang. Rata-rata setiap
pengolah ikan asin di Desa Padang Rubek mengolah 80 Kg ikan segar per
harinya. Jenis ikan yang mereka olah untuk diasini adalah ikan talang-talang,
kerapu, tenggiri, kakap, cumi-cumi, gurita, sursan dan lain-lain. Untuk melakukan
kegiatan tersebut per hari sedikitnya dibutuhkan tenaga kerja 3 orang anggota
keluarga untuk melakukan proses pengolah ikan asin tersebut. Umumnya proses
46
47
Tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga ini yang berguna dalam
proses pengolahan maupun pemasaran ikan asin tentu saja memberikan nilai
tambah dan keuntungan dari usaha tersebut. Namun demikian, tenaga kerja dalam
keluarga tersebut tetap dihitung karena termasuk biaya variabel yang dikeluarkan
dalam pengolahan dan pemasaran ikan olahan serta digolongkan pada biaya tidak
Adapun proses pengolahan ikan segar menjadi ikan asin adalah sebagai
berikut :
Ikan yang masih segar dibusukkan dengan cara didiamkan tanpa dibubuhi
Setelah ikan mengalami proses pembusukan, maka ikan disiangi dengan tujuan
membuang kotoran dan isi perutnya. Lalu ikan dibelah menjadi dua bagian.
Ikan dimasukkan kembali ke dalam ember dan dicuci dengan air beberapa kali
hingga bersih.
Ikan yang telah bersih tersebut dimasukkan ke dalam ember yang berisi air
Setelah proses perendaman selesai, tiriskan air yang melekat pada ikan hingga
kering lalu ikan dilumuri garam. Untuk menghasilkan 1 Kg ikan asin yang
berkualitas baik dan dapat disimpan lama diperlukan garam sebanyak 0,2 Kg.
Ikan yang telah dilumuri garam lalu dijemur hingga kering selama 2 hari
47
48
Jika ikan asin diproduksi pada saat cuaca hujan, maka ikan asin cukup diangin-
Ikan asin yang diproduksi siap dijual pada konsumen dengan cara penjajaan
digantung untuk tujuan menjaga kekeringan ikan asin agar tidak merubah
tekstur, warna, bau dan cita rasa dari ikan tersebut. Agar ikan asin tidak
Agar tidak menimbulkan bau yang menyengat, pada saat konsumen membeli
ikan asin tersebut, pedagang ikan asin membubuhkan sedikit kopi pada ikan
Di daerah penelitian, ikan asin yang berkualitas baik dapat disimpan lama dan
diterima. Biaya produksi yang dimaksud di sini adalah seluruh biaya yang
dikeluarkan oleh pengolah ikan asin, baik biaya investasi maupun biaya
a. Biaya tetap adalah semua biaya-biaya yang dikeluarkan tidak habis dalam
48
49
b. Biaya Variabel adalah biaya-biaya yang habis dipakai dalam sekali proses
Total biaya produksi dari pengolahan ikan asin dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
TBP = BT + BV
Untuk lebih jelasnya semua biaya-biaya yang dikeluarkan (biaya tetap dan
biaya variabel) pengolah ikan asin per produksi dapat dilihat pada Lampiran 4.
Berdasarkan Lampiran 4, biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh pengolah ikan
asin pertama kali merintis usahanya relatif besar yaitu mencapai Rp 780.000,-
Namun jika di rata–ratakan, maka biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh
pengolah untuk sekali produksi ikan asin (80 kg) adalah Rp 20.000,- sedangkan
jumlah produksi harga jual dan harga beli konsumen. Pendapatan dapat
49
50
TP = TH x JUP
segar menghasilkan 40 kg ikan asin dengan harga jual Rp 65.000,-/kg. Maka total
Untuk melihat pendapatan (laba) yang diterima oleh pengolah ikan asin dengan
P = TP – TBP
karena telah mengeluarkan korbanan dan memberikan nilai tambah yang besar
pada ikan segar. Keuntungan ini belum termasuk keuntungan dengan mengolah
jenis - jenis ikan yang lain. Hal ini membuktikan bahwa usaha ikan asin patut
50
51
pemahaman tentang kondisi usaha berfungsi secara baik atau tidak. Keragaan
pasar dapat dilihat dari : (1) Harga dan penyebarannya di tingkat produsen dan
konsumen, (2) Margin pemasaran dan penyebarannya pada setiap pasar. Harga,
margin dan fisherman’s share tiap saluran pemasaran dijelaskan sebagai berikut :
Pada tipe saluran I, lembaga pemasaran yang terlibat terdiri dari pengolah
kecamatan, pedagang grosir dan pedagang pengecer. Pengolah ikan asin kakap
merah membeli bahan baku dari toke bangku seharga Rp 16.000,-/Kg lalu
mengolahnya menjadi 0,25 Kg ikan asin kakap merah dengan harga jual pada
pedagang pengumpul tingkat desa sebesar Rp 65.000,- Harga beli oleh pedagang
grosir sebesar Rp 77.000,-/Kg, dan harga beli oleh pedagang pengecer sebesar Rp
85.000,-/Kg. Adapun rincian harga, margin, dan fisherman’s share dapat dilihat
51
52
Tabel 12. Distribusi Margin Ikan Kakap Merah Pada Tipe Saluran I
Lembaga Pemasaran Tipe Saluran I (Rp/Kg)
Pengolah Ikan Asin
- Harga Beli 16.000
- Harga Jual 65.000
- Margin 49.000
Pedagang Pengumpul Desa
- Harga Beli 65.000
- Harga Jual 70.000
- Margin 5.000
Pedagang Pengumpul Kecamatan
- Harga Beli 70.000
- Harga Jual 77.000
- Margin 7.000
Pedagang Grosir
- Harga Beli 77.000
- Harga Jual 85.000
- Margin 8.000
Pedagang Pengecer
- Harga Beli 85.000
- Harga Jual 95.000
- Margin 10.000
Konsumen
- Harga Beli 95.000
Total Marjin 83.000
Farmer’s Share (%) 68,42
Sumber : Data Primer (Diolah), Tahun 2013
Dalam tipe saluran pemasaran ini, lembaga pengolahan ikan asin kakap
Sedangkan bagian diterima pengolah ikan asin (fisherman’s share) pada tipe
52
53
Pada tipe saluran II, lembaga pemasaran yang terlibat adalah pengolah
ikan asin, pedagang pengumpul tingkat desa, dan pedagang grosir. Harga beli ikan
segar oleh pengolah ikan asin sebesar Rp 16.000,- setelah melalui proses
margin, dan fisherman’s share dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini.
Tabel 13. Distribusi Margin Ikan Kakap Merah Pada Tipe Saluran II
Lembaga Pemasaran Tipe Saluran II (Rp/Kg)
Pengolah Ikan Asin
- Harga Beli 16.000
- Harga Jual 65.000
- Margin 49.000
Pedagang Pengumpul Desa
- Harga Beli 65.000
- Harga Jual 70.000
- Margin 5.000
Pedagang Grosir
- Harga Beli 70.000
- Harga Jual 85.000
- Margin 15.000
Konsumen
- Harga Beli 85.000
Total Marjin 73.000
Farmer’s Share (%) 76,47
Sumber : Data Primer (Diolah), Tahun 2013
Dalam tipe saluran pemasaran ini, lembaga pengolahan ikan asin kakap
53
54
4.6.3. Harga, margin pemasaran dan fisherman’s share pada saluran III
Pada tipe saluran III, lembaga pemasaran yang terlibat adalah pengolah
ikan asin, pedagang pengumpul tingkat desa, dan pedagang pengecer. Harga beli
ikan segar oleh pengolah ikan asin sebesar Rp 16.000,- setelah melalui proses
harga, margin, dan fisherman’s share dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini.
Tabel 14. Distribusi Margin Ikan Kakap Merah Pada Tipe Saluran III
Lembaga Pemasaran Tipe Saluran III (Rp/Kg)
Pengolah Ikan Asin
- Harga Beli 16.000
- Harga Jual 65.000
- Margin 49.000
Pedagang Pengumpul Desa
- Harga Beli 65.000
- Harga Jual 70.000
- Margin 5.000
Pedagang Pengecer
- Harga Beli 70.000
- Harga Jual 95.000
- Margin 25.000
Konsumen
- Harga Beli 95.000
Total Marjin 83.000
Farmer’s Share (%) 68,42
Sumber : Data Primer (Diolah), Tahun 2013
Dalam tipe saluran pemasaran ini, lembaga pengolahan ikan asin kakap
54
55
persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu
Tabel 15. Fisherman’s Share Tiap Tipe Saluran Pemasaran Ikan Asin
Tipe Saluran Pemasaran Fisherman’s Share (%)
Tipe Saluran I 68,42
Tipe Saluran II 76,47
Tipe Saluran III 68,42
Sumber : Data Primer (Diolah), Tahun 2013
fisherman’s share terdapat pada tipe I dan III. Bagian yang diterima pengolah
ikan asin (fisherman’s share) terbesar terdapat pada saluran II yaitu sebesar 76,47
persen sehingga saluran II relatif efisien dari saluran pemasaran lainnya. Pada
informasi pasar pada saluran I relatif lebih mudah dan tujuan pasarnya juga tidak
Rubek Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya ini ditujukan untuk
dalam kegiatan pemasaran ikan asin jenis kakap merah di daerah penelitian.
55
56
Margin pemasaran yang dimaksud adalah selisih harga yang diterima oleh
konsumen akhir dengan harga yang diterima pengolah ikan asin. Untuk
Secara keselurahan, total jumlah marjin pada tingkat pengolah ikan asin
yang dimaksud adalah akumulasi keuntungan yang diterima dari selisih antara
harga beli dengan harga jual di setiap pelaku pemasaran ikan asin yang telah
diolahan dihitung dalam Rp/ Kg/ hari. Untuk mengetahui margin keuntungan ikan
asin berdasarkan berbagai tipe saluran pemasaran dapat dilihat pada lampiran 5.
Berdasarkan lampiran 5, rasio /c yang diperoleh pada semua tipe saluran
pemasaran berbeda - beda. Hal ini berarti apabila biaya yang dikeluarkan lembaga
lebih besar dari satu unit maka keuntungan yang diperoleh lembaga akan lebih
besar dari satu unit biaya tersebut. Total keuntungan (Rp/Kg) pada tiap – tiap
56
57
Sedangkan rata – rata rasio /c pada tiap – tiap lembaga pemasaran yaitu
Pengolah Ikan Asin sebesar 1,82 persen, Pedagang Pengumpul Desa sebesar 0,85
57
58
5.1. Kesimpulan
1. Rantai pemasaran ikan asin di Desa Padang Rubek Kecamatan Kuala Pesisir
Kabupaten Nagan Raya terdiri dari tiga tipe rantai pemasaran. Semakin pendek
rantai pemasaran, maka akan semakin besar keuntungan yang di dapatkan oleh
Pada saluran pemasaran II besaran margin share pengolahan ikan asin sebesar
ikan asin (fisherman’s share) sebesar 76,47 persen. Pada saluran pemasaran III
58
59
5.2. Saran
pengolahan dan pemasaran ikan asin kakap merah maka pengembangan usaha
ini perlu mendapat perhatian baik dari pihak pemerintah, swasta, maupun pihak
pengolah ikan asin kakap merah agar skala usaha dan jangkauan pasar menjadi
lebih luas.
59
60
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2003. Ada Apa dengan Ikan Asap. Jakarta
(http://www.brkp.dkp.go.id.)
60
61
61