Anda di halaman 1dari 76

6

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN


WORTEL (Daucus carrota L.)
(Kasus di Desa Kaduengang Kecamatan Cadasari
Kabupaten Pandeglang-Banten)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada


Jurusan Agribisnis

MHD RENDRA INDRO A


NIM : 4441080890

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015
ABSTRACT

Village kaduengang cadasari district in pandeglang is the center of the production


of carrots in pandeglang. One of the problems that need attention in developing
the production of carrots is ignorance farmers carrot marketing them are well, so
that an advantage in a can is not maximum.The purpose of research to know how
marketing outlets , marketing functions as well as marketing efficiency on each
carrot marketing outlets in the study areas.The method used in this research are
the survey and the research is deliberately ( purposive ) in the village of
kaduengang. The sampling technique used simple random sampling and snowball
sampling.Marketing efficiency value on channel 1: total marketing margin for,
Rp.3.000/kg the farmer’s share 50 of percent, as well as the benefits and costs of
Rp.19/kg. While on channel 2: total marketing margin of Rp.2000/kg, the
farmer’s share for 63,63 percent, as well as the benefits and costs of Rp.19/kg.
Key words: daucus carrota L., marketing, efficiency
RINGKASAN

MHD RENDRA INDRO A, 2015. ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN


WORTEL (Daucus carrota L.) (Kasus di Desa Kaduengang, Kecamatan
Cadasari, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten), dibimbing oleh Ahmad
Bukhari dan Setiawan Sariyoga.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana saluran pemasaran dari


Desa Kaduengan, mengetahui fungsi-fungsi pemasaran serta mengetahui efisiensi
pemasaran pada setiap saluran pemasaran wortel dari Desa Kaduengang. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dan lokasi penelitian
ditentukan secara sengaja (purposive) yaitu di Desa Kaduengang.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat dua jenis saluran pemasaran
wortel di Desa Kaduengan Kecamatan Cadasari Kabupaten Pandeglang, saluran
pemasaran wortel yang pertama : Produsen → Pedagang Pengumpul → Pedagang
Besar → Pedagang Pengecer → Konsumen, saluran pemasaran wortel yang
kedua : Produsen → Pedagang Besar → Pedagang Pengecer → Konsumen. Setiap
lembaga pemasaran melakukan fungsi – fungsi pemasaran yang berbeda, namun
pada umumnya semua lembaga melakukan fungsi pertukaran, fungsi pisik dan
fungsi fasilitas. Dengan hasil analisis saluran pemasaran wortel yang pertama
memiliki total keuntungan dan biaya sebesar Rp. 3,35, margin pemasaran sebesar
Rp. 3.000/kg, dan memiliki farmer’s share sebesar 50%. Sedangkan pada saluran
pemasaran wortel yang kedua : memiliki total keuntungan dan biaya sebesar Rp.
19, total margin pemasaran sebesar Rp. 2.000/kg, serta memiliki farmer’s share
sebesar 63,63%.
Dilihat dari hasil efisiensi teknis saluran pemasaran wortel yang pertama
adalah yang paling efisien artinya biaya pemasaran perkilogram perkilometer
untuk jarak paling jauh menggunakan biaya pemasaran paling murah yaitu
Rp.57,51 kg/km, dan efisiensi ekonomisnya sebesar 3,35. Sedangkan dilihat dari
efisiensi ekonomis saluran pemasaran wortel yang kedua yang paling efisien
karena keuntungan yang diperoleh memiliki nilai rasio yang tinggi 3,59 dan
efisiensi teknisnya sebesar Rp.75,58 kg/km. Saluran pemasaran wortel yang kedua
pertama adalah yang paling efisien jika dilihat dari analisis margin, farmer’s
share, rasio biaya dan keuntungan. Akan tetapi bagi petani/responden wortel
adalah pola saluran pertama yang efisien karena dapat mengurangi resiko
kerugian dalam proses pemasaran.
RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara, dilahirkan di Rangkas


Bitung pada tanggal 08 Agustus 1988 dari pasangan Bapak Rianto dan Ibu Iin R.
Penulis lulus dari Sekolah Dasar Negeri (SDN) 06 Medan pada tahun 2001,
kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kemala
Bhayangkari 2 Medan dan lulus pada tahun 2004. Tahun 2007 penulis lulus dari
Sekolah Menengah Kejuruan Negri (SMK) Negeri 2 Serang, dan kemudian
melanjutkan pendidikan di Universitas Negeri Sultan Ageng Tirtayasa
(UNTIRTA) Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian dengan diterima melalui jalur
SMUK pada tahun 2008.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan Rahmat dan Karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian dengan judul “Analisis
Efisiensi Pemasaran Wortel (Daucus carrota L.)” Kemudian tidak lupa shalawat
dan salam selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarga dan para sahabat-Nya sampai akhir zaman.
Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
(S1) pada Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini, diantaranya :
1. Ahmad Bukhari, SP.,M.Si selaku dosen pembimbing I yang selalu memberi
bimbingan dan masukan dalam menyelesaikan penelitian ini.
2. Setiawan Sariyoga, SP.,MP selaku dosen pembimbing II yang selalu memberi
bimbingan dan masukan dalam menyelesaikan penelitian ini.
3. Hj. Andjar Astuti, Ir.,M.Si selaku dosen penelaah yang telah meluangkan
waktu untuk mengarahkan, memberikan masukan dalam penyusunan skripsi
ini.
4. Nanang Krisdianto, ST.,M.Kom selaku dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan motivasi dan pengarahan selama Studi.
5. Dr. H. Suherna, SP.,M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian Untirta.
6. Asih Mulyaningsih, SP.,M.Si selaku Ketua Jurusan Agribisnis.
7. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis, yang telah meluangkan dan memberikan
ilmu-ilmu yang bermanfaat.
8. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan doa, moril dan materil,
kesabaran dan kasih sayang yang selalu menyertai, sehingga dapat
terselesaikannya penelitian ini.
9. Teman-teman yang selalu membantu dan memberikan motivasi dalam
penyusunan penelitian ini.

i
10. Semua pihak yang tidak bias disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penulisan penelitian ini.

Penulis menyadari kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan penelitian


ini, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan tugas ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga
penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan serta kepentingan
penelitian selanjutnya.

Serang, Januari 2015

MHD Rendra Indro A

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian dengan judul
“Analisis Efisiensi Pemasaran Wortel (Daucus carrota L.)” Kemudian tidak
lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarga dan para sahabat-Nya sampai akhir zaman.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Ahmad Bukhari, SP.,M.Si dan
Bapak Setiawan Sariyoga, SP.,MP selaku dosen pembimbing penyusunan skripsi,
Ibu Hj. Andjar Astuti, Ir.,M.Si selaku dosen penelaah yang telah meluangkan
waktu untuk mengarahkan, memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini,
Bapak Nanang Krisdianto, ST.,M.Kom selaku dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan motivasi dan pengarahan selama Studi, Bapak Dr. H. Suherna,
SP.,M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian Untirta, Ibu Asih Mulyaningsih,
SP.,M.Si selaku Ketua Jurusan Agribisnis, seluruh Dosen Jurusan Agribisnis,
yang telah meluangkan dan memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat, kedua Orang
Tua tercinta yang telah memberikan doa, moril dan materil, kesabaran dan kasih
sayang yang selalu menyertai, sehingga dapat terselesaikannya penelitian ini,
special terimakasih kepada Fitriana Ayu Puspitasari, yang telah memberikan
Support dan motivasi kepada penulis, teman-teman yang selalu membantu dan
memberikan semangat dalam penyusunan penelitian ini, semua pihak yang tidak
bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan penelitian ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Serang, Februari 2015

MHD Rendra Indro A

i
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN
ABSTRACT
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 6
1.5 Batasan Masalah .................................................................................... 6
1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Tanaman Wortel ................................................................... 8
2.2 Pemasaran ............................................................................................... 9
2.3 Efisiensi Pemasaran ................................................................................ 9
2.4 Margin Pemasaran .................................................................................. 11
2.5 Lembaga dan Saluran Pemasaran ........................................................... 12
2.5.1 Lembaga Pemasaran ...................................................................... 12
2.5.2 Saluran Pemasaran ......................................................................... 13
2.6 Farmer’s Share ....................................................................................... 14
2.7 Rasio Keuntungan dan Biaya ................................................................. 14
2.8 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 15
2.9 Kerangka Pemikiran............................................................................... 16

ii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ................................................................................... 18
3.2 Instrumen Penelitian ............................................................................... 18
3.3 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ......................................... 19
3.3.1 Metode Pengambilan Sampel ......................................................... 19
3.3.2 Definisi Operasional Variabel ........................................................ 20
3.4 Metode Analisis Data ............................................................................. 21
3.4.1 Analisis Margin Pemasaran............................................................ 21
3.4.2 Analisis Farmer’s Share ................................................................. 22
3.4.3 Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya ........................................... 22
3.4.4 Analisis Efisiensi Pemasaran ......................................................... 23
3.5 Waktu dan Tempat Penelitian................................................................. 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran umum Lokasi Penelitian ...................................................... 24
4.1.1 Letak Geografis............................................................................. 24
4.1.2 Keadaan Sosial Ekonomi Desa Kaduengang ................................ 24
4.2 Keadaan Umum Responden................................................................... 28
4.2.1 Keadaan Umum Responden Berdasarkan Umur............................ 28
4.2.2 Keadaan Umum Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan...... 29
4.2.3 Keadaan Umum Responden Berdasarkan Tingkat
Pengalaman Usahatani ................................................................... 30
4.2.4 Keadaan Umum Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan
Keluarga......................................................................................... 31
4.3 Rantai Pemasaran Wortel....................................................................... 31
4.4 Fungsi-Fungsi Pemasaran ...................................................................... 33
4.4.1 Petani/Produsen .............................................................................. 34
4.4.2 Pedagang Pengumpul (Pengepul) .................................................. 34
4.4.3 Pedagang Besar .............................................................................. 35
4.4.4 Pedagang Pengecer......................................................................... 35
4.5 Margin Pemasaran ................................................................................. 36
4.6 Farmer’s Share ....................................................................................... 38
4.7 Rasio Keuntungan dan Biaya ................................................................. 39
iii
4.8 Efisiensi Pemasaran Teknis dan Ekonomis ........................................... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 42
5.2 Saran ...................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Produksi Wortel di Provinsi Banten............................................................. 2


Tabel 2. Produksi Wortel di Kabupaten Pandeglang ................................................. 3
Tabel 3. Produksi Wortel di Kecamatan Cadasari ..................................................... 4
Tabel 4. Produksi Wortel di Desa Kaduenggang ....................................................... 4
Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Kaduengang .......... 25
Tabel 6. Keadaan Penduduk Desa Kaduengang Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 26
Tabel 7. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Kaduengang.. 27
Tabel 8. Keadaan Umum Responden Berdasarkan Umur di Desa Kaduengang ....... 29
Tabel 9. Keadaan Umum Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................... 29
Tabel 10. Keadaan Umum Responden Berdasarkan Tingkat Pengalaman Bertani ... 30
Tabel 11. Keadaan Umum Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga. 31
Tabel 12. Lembaga Pemasaran Yang Terlibat Dalam Pemasaran Wortel ................. 33
Tabel 13. Analisis Marjin Pemasaran Wortel di Desa Kaduengang .......................... 36
Tabel 14. Analisis Biaya Pemasaran Wortel di Desa Kaduengang ........................... 37
Tabel 15. Analisis Keuntungan Pemasaran Wortel di Desa Kaduengang ................. 38
Tabel 16. Farmer’s Share Pada Saluran Pemasaran Wortel di Desa Kaduengang .... 38
Tabel 17. Analisis Keuntungan dan Biaya Lembaga Pemasaran Wortel................... 39
Tabel 18. Analisis Efisiensi Pemasaran Wortel di Desa Kaduengang ....................... 41

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Saluran Pemasaran Konsumen ................................................................. 13


Gambar 2. Kerangka Pemikiran ................................................................................. 17
Gambar 3. Rantai Pemasaran Wortel di Desa Kaduengang....................................... 32

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Kuisioner Penelitian ................................................................................................... 46


Lampiran 1. Peta Administratif Kecamatan Cadasari................................................ 50
Lampiran 2. Data Responden Petani Wortel.............................................................. 51
Lampiran 3. Karakteristik Pedagang Responden ....................................................... 52
Lampiran 4. Analisis Margin Pemasaran dan Biaya Pemasaran ............................... 53
Lampiran 5. Analisis Keuntungan Pemasaran dan Farmer’s Share ........................... 55
Lampiran 6. Analisis Efisiensi Pemasaran ................................................................. 57
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian ......................................................................... 58

vii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki sumberdaya alam yang sangat besar dan beragam.
Kekayaan akan sumberdaya alam tersebut akan menjamin terjadinya arus
perdagangan antar wilayah. Keadaan ini akan memberikan jaminan bahwa
agribisnis hortikultura di Indonesia akan berkembang secara berkelanjutan,
berdaya saing, berbasis kerakyatan, dan terdesentralisasi, selama para pelaku
bisnis mampu mengenali selera konsumen di daerah lain. (Zulkarnain, 2009).
Pengembangan agribisnis hortikultura di Indonesia (meliputi buah-buahan,
sayuran, biofarmaka dan tanaman hias). Pengembangan sektor agribisnis
hortikultura di Indonesia harus dibagi menjadi dua aspek, yaitu aspek budidaya
tanaman dan aspek produk hortikultura. Aspek budidaya tanaman sepenuhnya
menjadi tanggung jawab petani, praktisi dan institusi pemerintah yang relevan.
Sementara aspek produk hortikultura selayaknya ditangani oleh para pengusaha
swasta/industri dan pemerintah daerah setempat (sesuai dengan semangat otonomi
daerah).
Pengembangan agribisnis hortikultura Indonesia menjadi efisien dengan
produk yang mampu bersaing di tingkat internasional, maka para pelaku bisnis
harus memiliki kapasitas untuk bekerja sama dan bertanggung jawab dari hulu,
tengah dan hilir yang berada dalam suatu manajemen terpadu. (Zulkarnain, 2009).
Permintaan produk hortikultura di Indonesia pada masa mendatang diperkirakan
akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan naiknya
konsumsi per kapita per tahun. Ditinjau dari potensi wilayah, sumberdaya alam
Indonesia memiliki potensi ketersediaan tanaman hortikultura yang beragam,
misalnya wortel. Di Indonesia budidaya wortel pada mulanya hanya
terkonsentrasi di Jawa Barat yaitu daerah Lembang dan Cipanas. Namun dalam
perkembangannya menyebar luas ke daerah-daerah sentra sayuran di Jawa dan
luar Jawa.
1

Prospek pengembangan budidaya wortel di Indonesia amat cerah. Selain


keadaan agroklimatologis wilayah nusantara cocok untuk wortel, juga akan
berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan petani, perbaikan gizi
masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan agribisnis, pengurangan
impor dan peningkatan ekspor. (Rahmawati Arsyad, 2012).
Provinsi Banten merupakan salah satu sentra produksi tanaman sayuran di
Indonesia, salah satu tanaman sayuran yaitu wortel. Provinsi Banten adalah daerah
penghasil wortel, berikut adalah perkembangan luas panen, produksi dan
produktivitas wortel, bisa dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Wortel di Provinsi Banten


Tahun 2009- 2013
Luas Panen Produksi Produktivitas
Tahun
(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
2009 4 180 4
2010 15 751 50,06
2011 28 453 16,17
2012 33 421 12,75
2013 29 291 10,03
Sumber: BPS Provinsi Banten 2013

Berdasarkan Tabel 1, menunjukan bahwa pada tahun 2009 produksi wortel


mengalami produksi yang cukup besar yaitu dengan produksi 180 ton dengan luas
lahan 4 ha, dan pada tahun 2010 produksi wortel di Provinsi Banten mengalami
kenaikan yaitu dengan produksi 751 ton dan luas lahan 15 ha. Kemudian pada
tahun 2011 produksi wortel mengalami penurunan dalam produksinya dari tahun
ke tahun sampai dengan tahun 2013 dengan produksi 291 ton dengan luas lahan
29 ha. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan produksi wortel di Provinsi
Banten semakin meningkat dari tiap tahunnya walaupun mengalami penurunan
yang signifikan di tahun 2013. Penurunan yang terjadi pada luas panen, produksi,
dan produktivitas wortel di Provinsi Banten tersebut di akibatkan oleh beberapa
faktor, seperti lahan yang semakin berkurang, iklim atau cuaca yang sering
berubah, serta dalam permintaan pasar yang masih belum bisa dipenuhi
kebutuhannya sehingga harga wortel menjadi fluktuatif.
Pengembangan wortel untuk wilayah Banten terdapat di Kabupaten
Pandeglang, daerah ini merupakan sentra produksi wortel di Provinsi Banten,
sehingga dengan adanya produksi wortel yang dihasilkan oleh Kabupaten
Pandeglang yang menjadi sentra produksi Provinsi Banten dapat menambah
wilayah untuk pembudidayaan wortel tersebut yang dapat dipasarkan keberbagai
daerah di wilayah Banten. Kabupaten Pandeglang adalah daerah penghasil wortel
di Provinsi Banten, berikut adalah perkembangan luas panen, produksi dan
produktivitas wortel di Kabupaten Pandeglang dapat di lihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Wortel di Kabupaten


Pandeglang dari Tahun 2009 - 2013
Luas Panen Produksi Produktivitas
Tahun
(Ha) (ton) (Ton/Ha)
2009 2 100 50
2010 11 631 37,36
2011 21 411 19,57
2012 31 397 12,80
2013 29 291 10,03
Sumber: BPS Provinsi Banten 2013

Berdasarkan Tabel 2, dapat terlihat bahwa produksiwortel di Kabupaten


Pandeglang pada tahun 2009 yaitu mencapai 100 ton/ha dengan luas lahan 2 Ha,
sedangkan pada tahun 2010 wortel mengalami kenaikan dengan produksi 631 ton
dan luas lahan 11 Ha, sedangkan pada tahun 2011-2013 produksi wortel
mengalami penurunan yang fluktuatif.
Kecamatan Cadasari adalah sentra produksi tanaman hortikultura yang ada
di Kabupaten Pandeglang, salah satunya adalah wortel. Kecamatan Cadasari
adalah penghasil wortel terbesar yang ada di Kabupaten Pandeglang, berikut
adalah luas panen, produksi dan produktivitas wortel di Kabupaten Pandeglang
tahun 2009-2013 bisa dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Wortel di Kecamatan
Cadasari Tahun 2009 - 2013
Luas Panen Produksi Produktivitas
Tahun
(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
2009 2 100 50
2010 11 631 57,36
2011 16 370 23,12
2012 31 397 12,80
2013 17 181 10,64
Sumber : BPS Provinsi Banten 2013

Berdasarkan pada Tabel 3, menunjukan bahwa produksi wortel tertinggi


pada Kecamatan Cadasari terjadi pada tahun 2010 dengan produksi sebesar 631
ton/ha dengan luas lahan 11 Ha , sedangkan produksi terendah terjadi pada tahun
2009 sebesar 100 ton/ha dengan luas lahan sebesar 2 Ha. Dilihat dari hasil
produksi wortel berdasarkan Tabel 3, dari tahun 2009 sampai 2013 setiap tahun
produksi wortel menunjukan angka yang berfluktuatif. Hal ini menunjukan bahwa
konsumsi wortel pada setiap tahunnya di Kecamatan Cadasari terus mengalami
peningkatan.
Desa Kaduenggang merupakan penghasil wortel di Kecamatan Cadasari,
sebagian besar penduduk Desa Kaduenggang mengusahakan tanaman wortel
sebagai salah satu mata pencaharian mereka. Dilihat dari keadaan tofografi desa
ini merupakan daerah dataran tinggi yang menjadi faktor pendukung untuk
berbisnis wortel. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Wortel di Desa


Kaduengang Tahun 2009 - 2013
Luas Panen Produksi Produktivitas
Tahun
(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
2009 1,5 30 20
2010 10 577 57,5
2011 16 370 23,12
2012 29 375 12,93
2013 17 181 10,64
Sumber : BPS Provinsi Banten 2013
Berdasarkan pada Tabel 4, menunjukkan bahwa produksi wortel tertinggi
di Desa Kaduengang yaitu pada tahun 2010 dengan produksi sebesar 577 ton/ha
dengan luas lahan 10 ha, sedangkan produksi terendah terjadi pada tahun 2009
sebesar 30 ton/ha dengan luas lahan sebesar 1,5 ha. Dilihat dari hasil produksi
wortel berdasarkan Tabel 4, dari tahun 2009 sampai 2013 setiap tahun produksi
wortel menunjukkan angka yang berfluktuaktif.
Desa Kaduengang Kecamatan Cadasari adalah sentra penghasil wortel di
Kabupaten Pandeglang. Keadaan tanah, ketinggian tempat, suhu serta curah hujan
menjadikan Desa Kaduengang berpeluang untuk berbisnis pada tanaman wortel.
Potensi tanaman wortel di Desa Kaduengang Kecamatan Cadasari memerlukan
informasi pasar dan identifikasi pasar untuk mengetahui kemana, bagaimana,
kapan dan kepada siapa produk akan dipasarkan. Oleh karena itu perlu
diperhatikan untuk menganalisis efisiensi pemasaran produksi wortel.
Pemasaran dapat dikatakan efisien apabila mampu menyampaikan hasil
dari produsen ke konsumen dengan biaya-biaya yang serendah-rendahnya, dan
mampu mengadakan pembagian yang adil dari seluruh harga yang dibayar
konsumen akhir dari semua pihak yang ikut serta didalam seluruh kegiatan
produksi dan pemasaran barang itu (Martodireso, 2002).
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat efisiensi saluran pemasaran wortel dan menghitung Farmer’s share yang
diterima petani serta margin pemasaran pada masing-masing lembaga pemasaran
yang terlibat dalam pemasaran wortel di tempat penelitian.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk saluran pemasaran wortel dari Desa Kaduenggang
Kecamatan Cadasari?
2. Berapa besarnya biaya, margin serta keuntungan yang diperoleh pada
setiap lembaga pemasaran wortel di Desa Kaduengang Kecamatan
Cadasari?
3. Bagaimana farmer’s share dan efisiensi pemasaran wortel untuk setiap
saluran pemasaran di Desa Kaduengang kecamatan Cadasari?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan uraian dari identifikasi masalah di atas, maka dapat diuraikan
tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Menganalisis bentuk saluran pemasaran wortel dari Desa Kaduengang
Kecamatan Cadasari.
2. Menganalisis besarnya biaya, margin dan keuntungan produsen di setiap
saluran pemasaran wortel di desa Kaduengang Kecamatan Cadasari.
3. Menganalisis farmer’s share dan efisiensi pemasaran wortel untuk setiap
saluran pemasaran di Desa Kaduengang Kecamatan Cadasari.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Pemerintah, diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan
pertimbangan untuk meningkatkan usahatani dalam memproduksi wortel
di Desa Kaduenggang Kecamatan Cadasari.
2. Petani wortel, penelitian ini diharapkan dapat membantu kelompok
pembudidaya wortel untuk terus dapat mengontrol dan meningkatkan
perkembangan usahatani wortel.
3. Pembaca, diharapkan hasil dari penelitian dapat menjadi masukan
sekaligus referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5 Batasan Masalah


Batasan masalah penelitian agar permasalahan tidak terlalu melebar dan
keluar dari konteks pembahasan, untuk itu penulis membatasi masalah mengenai
jenis saluran pemasaran, farmer’s share margin profit di setiap saluran
pemasaran, efisiensi pemasaran untuk setiap saluran pemasaran pada suatu kasus
yang berasal dari Desa Kaduenggang Kecamatan Cadasari, Kabupaten
Pandeglang sampai ke konsumen yang berada di pasar Pandeglang dan pasar
Ciomas.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan berisi rincian laporan tugas akhir, secara ringkas
menjelaskan bagian-bagian pada penelitian yang dilakukan, berikut penjelasannya
BAB I. PENDAHULUAN
Pendahuluan, berisi mengenai latar belakang diadakannya penelitian,
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, serta sistematika penulisan laporan tugas akhir.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka, berisi landasan awal dari penelitian ini menggunakan
berbagai studi literature yang mana membantu peneliti untuk menentukan metode
yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi Penelitian, berisi metodologi penelitian yang terdiri dari
tahapan-tahapan proses penelitian atau urutan-urutan langkah yang harus
dilakukan oleh peneliti dalam menjalankan penelitian agar dapat berjalan
sistematis, terstruktur dan terarah.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi pengumpulan dan pengolahan
data yang digunakan untuk bahan analisa dan interprestasi data. Membahas hasil
pengolahan data yang dilakukan untuk dianalisa dan diuraikan secara detail dan
sistematis dari hasil pencapaian pengolahan data yang dilakukan.
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan Saran menjelaskan tentang kesimpulan dan saran hasil
penelitian.
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Tanaman Wortel ( Daucus carrota L )


Wortel/carrots (Daucus carota L.) bukan tanaman asli Indonesia, berasal
dari negeri yang beriklim sedang (sub-tropis) yaitu berasal dari Asia Timur Dekat
dan Asia Tengah. Ditemukan tumbuh liar sekitar 6.500 tahun yang lalu. Rintisan
budidaya wortel pada mulanya terjadi di daerah sekitar Laut Tengah, menyebar
luas ke kawasan Eropa, Afrika, Asia dan akhirnya ke seluruh bagian dunia yang
telah terkenal daerah pertaniannya. Berdasarkan klasifikasi tumbuhan, taksonomi
tumbuhan wortel adalah sebagai berikut :
- Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
- Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
- Kelas : Angiospermae
- Subkelas : Dicotyledonae
- Ordo : Umbelliferales
- Famili : Umbelliferae (Apiaceae)
- Genus : Daucus
- Spesies : Daucus carrota L.
Di Indonesia budidaya wortel pada mulanya hanya terkonsentrasi di Jawa
Barat yaitu daerah Lembang dan Cipanas. Namun dalam perkembangannya
menyebar luas ke daerah-daerah sentra sayuran di Jawa dan Luar Jawa. Wortel
merupakan bahan pangan (sayuran) yang digemari dan dapat dijangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat. Tanaman wortel merupakan sayuran dataran tinggi,
tanaman wortel pada permulaan tumbuh menghendaki cuaca dingin dan lembab.
Wortel umunya ditanam di dataran tinggi pada ketinggian 1.000-1.200 m dpl.
Dapat pula ditanam di dataran medium (ketinggian lebih dari 500 m dpl.), namun
produksi dan kualitas kurang memuaskan.
1

2.2 Pemasaran
Kotler (2002), menyatakan bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial,
yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan
dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Produk tersebut
diciptakan untuk memuaskan kebutuhan atau keinginan manusia, sehingga terjadi
proses pertukan untuk mendapatkan produk yang diinginkan atau kebutuhan usaha
dari tangan produsen ke tangan konsumen. Konsep pemasaran berdiri diatas
empat pilar, yaitu: pasar sasaran, kebutuhan pelanggan, pemasaran terpadu, dan
kemampuan menghasilkan laba.
Pemasaran merupakan salah satu fungsi bisnis yang menghasilkan
penerimaan bagi produsen maupun konsumen. Said dan Intan (2004),
mendefinisikan pemasaran sebagai sejumlah kegiatan bisnis yang ditujukanuntuk
memberi kepusan dari barang atau jasa yang dipertukarkan kepada konsumen atau
pemakai dalam bidang pertanian, baik input maupun produk pertanian.
Limbong dan Sitorus (1987), pemasaran adalah suatu kegiatan yang terjadi
dalam proses mengalirkan barang dan jasa dari sentra konsumsi guna memenuhi
kebutuhan dan memberikan keuntungan bagi produsen. Konsep ini menunjukkan
bahwa peranan pemasaran sangat penting dalam rangka menigkatkan nilai guna
bentuk, nilai guna tempat dan nilai guna hak milik dari suatu barang dan jasa
secara umum serta komoditas pertanian.

2.3 Efisiensi Pemasaran


(Soekartawi 1989), efisiensi pemasaran adalah maksimisasi dari ratio input
dan output. Input berupa biaya-biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran
yang terlibat dalam memasarkan hasil pertanian. Sedangkan output adalah
kepuasan dari konsumen. Perubahan yang mengurangi biaya input tanpa
mengurangi kepuasan konsumen akan meningkatkan efisiensi sedangkan
perubahan yang mengurangi biaya input tetapi mengurangi kepuasan konsumen
akan menurunkan efisiensi pemasaran.
Proses distribusi produk pertanian dari titik produsen ketitik konsumen
yang terakhir perlu adanya saluran pemasaran yang baik, tataniaga yang baik
adalah tataniaga yang efisien baik dari segi teknis maupun dari segi ekonomis,
dimana fungsi pemasaran yang berjalan sebagai mana mestinya. Menurut Lengah.
Y (1981) pemasaran dapat dikatakan efisien apabila :
1. Bagi Petani (Produsen)
Tidak menemukan kesulitan dalam menjual hasil usahataninya. Artinya
secara teknik tidak mengalami kesulitan didalam memasarkan hasil
usahataninya. Secara ekonomis, hasil usahataninya dapat dijual dengan
waktu yang di kehendaki dengan memperoleh tingkat harga yang baik.
2. Bagi Pedagang
Mendapat kemudahan teknis di dalam melakukan pembelian,
penyimpanan, perlakuan hasil penjualan serta transportasi. Secara
ekonomis dapat menikmati keuntungan yang wajar dalam usahanya.
3. Bagi Konsumen
Mendapat kemudahan dalam membeli barang dan tempat, waktu, jumlah,
mutu dan harga yang tepat secara ekonommis kaedah barang yang dibeli
seimbang dengan uang yang dibayarkan.
Said dan Intan (2004), memamparkan bahwa tingkat produktifitas sistem
pemasaran ditentukan oleh tingkat efesiensi dan efektifitas seluruh kegiatan
fungsional sistem pemasaran tersebut, yang selanjutnya menetukan kinerja operasi
dan proses sistem. Efesiensi sistem pemasaran dapat dilihat dari terselanggaranya
integrasi vertikat dan integrasi horizontal yang kuat, terjadi pembagian yang adil
dari rasio nilai tambah yang tercipta dengan biaya yang dikeluarkan dalam
kegiatan produktif masing-masing pelaku. Sistem pemasaran tersebut sering juga
disebut sebagai saluran pemasran atau saluran distribusi.
Pemasaran yang efesien merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai dalam
suatu sistem pemasaran. Efisiensi pemasaran jika sistem tersebut dapat
memberikan kepuasan pada pihak-pihak yang terlibat yaitu produsen, lembaga-
lembaga pemasaran dan konsumen akhir. Kohl and Uhls (1990), menyatakan
efisiensi merupakan patokan yang paling sering digunakan dalam menilai kinerja
tataniaga. Kinerja tataniaga adalah bagaimana suatu sistem pemasaran dijalankan
dan apa yang diharapkan oleh lembaga-lembaga atau pihak-pihak yang terlibat di
dalamnya. Meningkatkan efisiensi adalah salah satu tujuan umum dari petani,
lembaga pemasaran, dan konsumen. Efisiensi yang tinggi mengambarkan kinerja
tataniaga yang baik sedangkan efisiensi yang rendah berarti sebaliknya.
Efisiensi sistem pemasaran pemasaran secara umum dapat dilihat dari dua
segi, yaitu teknis dan ekonomis. Efisiensi teknis yaitu menyangkut besarnya
volume atau jumlah produksi dipasaran dan sarana transportasi. Efisiensi
ekonomis yaitu semua yang dapat dilihat dari beberapa segi yaitu: a) Rasio profit
margin dengan biaya pemasaran, b) Keterpaduan pasar baik horizontal maupun
vertikal dan c) Informasi pasar.

2.4 Margin Pemasaran


Menurut Moehar Daniel (2004) mengemukakan pendapatnya tentang
margin pemasaran adalah selisih antara harga yang dibayarkan oleh konsumen
dengan harga yang di terima produsen. Margin pemasaran dapat dikatakan sebagai
salah satu indikator yang dianggap cukup berguna untuk mengukur suatu tingkat
efisiensi. Semakin panjang saluran pemasaran (semakin banyak lembaga
pemasaran yang terlibat) maka semakin besar marjin pemasaran.
Margin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan
konsumen dengan harga yang di terima petani. Komponen margin pemasaran ini
terdiri dari biaya-biaya yang di perlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk
melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang yang disebut biaya pemasaran
(Sudioyono, 2002).
Limbong dan Sitorus (1987), mendefisinikan marjin pemasaran sebagai
perbedaan harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima produsen,
dan dapat disebut sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan pemasaran
mulai dari produsen sampai kekonsumen akhir. Marjin pemasaran pada umumnya
dianalisis pada komoditi yang sama, jumlah yang sama dan pada pasar persaingan
sempurna. Menurut Azzaino (1982), marjin pemasaran adalah perbedaan harga
yang dibayar oleh konsumen akhir untuk suatu produk dan harga yang diterima
petani produsen untuk produk yang sama. Marjin pemasaran termasuk semua
biaya yang menggerakan produk tesebut, mulai dari petani sampai di pihak
kosumen. Sehingga konsep marjin pemasaran dapat dilihat menjelaskan bahwa
kegitan pemasaran merupakan suatu kegiatan dalam menciptakan tambahan nilai
(value added) baik nilai tempat, waktu, bentuk maupun hak milik melalui proses
keseimbangan supply dan demand oleh pedagang yang berfungsi sebagai
perantara antara petani (produsen) dengan konsumen akhir.

2.5 Lembaga dan Saluran Pemasaran


2.5.1 Lembaga Pemasaran
Muhammad Firdaus (2008) menyatakan sebagian besar produsen
menggunakan perantara pemasaran untuk memasarkan produknya, mereka
mencoba dan membangun suatu saluran distribusi. Saluran distribusi adalah
seperangkat atau sekelompok organisasi yang saling tergantung yang terlibat
dalam proses yang memungkinkan suatu produk atau jasa tersedia bagi
penggunaan atau konsumsi oleh konsumen. Banyaknya produsen tidak memiliki
cukup sumberdaya keuangan untuk melakukan pemasaran langsung. Pemasaran
langsung mengharuskan banyak produsen menjadi perantara bagi produk
produsen lain untuk mencapai penghematan distribusi massal. Produsen yang
mampu mendistribusikan saluran mereka sendiri seringkali memperoleh hasil
yang lebih besar dengan meningkatnya investasi mereka dalam bisni utamanya.
Penggunaan pedagang-perantara sangat memantapkan efesiensi mereka yang
superior dalam membuat tersedianya barang secara luas dan terjangkau oleh
pasaran sasaran, melalui hubungan, pengalaman, dan spesialisasi dan skala
operasinya. Perantara pemasaran memberikan kepada perusahaan lebih banyak
dibanding yang dapat dicapai oleh perusahaan dari usahanya sendiri.
Basu (2002) menyatakan definisi saluran pemasaran untuk suatu barang
adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut
dari produsen sampai kekonsumen atau pemakai industry. Adapun lembaga-
lembaga yang ikut ambil bagian dalam penyaluran barang adalah : Produsen,
Perantara (pedagang dan agen), Konsumen akhir atau pemakai industry.
Saluran pemasaran ini merupakan suatu struktur yang menggambarkan
alternatif saluran yang dipilih, dan menggambarkan situasi pemasaran yang
berbeda oleh berbagai macam perusahaan atau lembaga usaha. Apabila tujuan
perusahaan adalah memaksimalkan laba, pemilihan saluran pemasaran harus
didasarkan pada estimasi tingkat penghasilan yang dapat menutup investasi
kapitalnya. Jadi, keputusan tentang investasi perlu juga dipertimbangkan dalam
pemilihan saluran.
2.5.2 Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran adalah rute yang dilalui oleh produk pertanian ketika
produk bergerak dari farm gate yaitu petani produsen ke pengguna atau pemakai
terakhir. Produk pertanian yang berbeda akan mengikuti saluran pemasaran yang
berbeda pula. Umumnya saluran pemasaran terdiri atas sejumlah lembaga
pemasaran dan pelaku pendukung.
Bentuk saluran pemasaran konsumen disajikan pada Gambar 1 berikut ini :

Saluran 1
Produsen Konsumen

Saluran 2
Produsen Pengecer Konsumen

Saluran 3
Pedagang
Pr o d u Pengecer Konsumen
s a l besar
sen
u
Saluran 4
Produsen Agen Pengecer Konsumen

Saluran 5
Pedagang
Produsen Agen pengecer Konsumenn
Besar

Gambar 1. Saluran Pemasaran Konsumen

Saluran 1 Saluran terpendek, saluran paling sederhana untuk distribusi


barang-barang lansung kepada konsumen tanpa melalui atau melibatkan perantara.
Saluran 2 dalam saluran ini produsen menjual pada pengecer dalam jumlah yang
besar, tanpa menggunakan perantara. Saluran 3 mempunyai dua tingkat pedagang
perantara. Dalam pasar konsumen bentuk ini secara tipikal adalah pedagang besar
dan pengecer. Saluran 4 mempunyai dua tingkat pedagang perantara. Sebagai
contoh agen membeli pada produsen dan menjualnya kepada pengecer yang lebih
kecil, yang dari pada umumnya tidak dilayani oleh pedagang perantara besar.
Saluran distribusi dengan tingkat yang lebih banyak kadang-kadang juga
ditemukan, tetapi tidak begitu sering. Dari sudut pandangan produsen, makin
banyak jumlah tingkat, makin kecil pengendalian produsen dan makin banyak
tingkat, makin kompleks salurannya (Kotler: 2005).

2.6 Farmer’s Share


Farmer’s Share merupakan suatu analisis untuk menentukan efisiensi
pemasaran suatu komoditas selain margin pemasaran yang menunjukkan bagian
yang akan diperoleh petani. Farmer’s share adalah persentase harga yang diterima
oleh petani sebagai imbalan dari kegiatan usahatani yang dilakukannya dalam
menghasilkan produk (Kohls dan Uhls, 1990). Farmer’s Share diperoleh dengan
membandingkan harga yang dibayarkan konsumen akhir dan dinyatakan dalam
persentase (Limbong dan Sitorus, 1987). Farmer’s Share berhubungan negatif
dengan margin pemasaran, artinya semakin tinggi margin pemasaran maka
farmer’s share semakin rendah.

2.7 Rasio Keuntungan dan Biaya


Efisiensi pemasaran dapat dilihat dari rasio keuntungan terhadap biaya
pemasaran. Rasio keuntungan dan biaya pemasaran mendefinisikan besarnya
keuntungan yang diterima atas biaya pemasaran yang dikeluarkan. Dengan
demikian, semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan dan biaya, maka
secara teknis (operasional) sistem pemasaran akan semakin efisien (Limbong dan
Sitorus, 1987).
Semakin tinggi nilai R/C menunjukkan semakin besar penerimaan yang
diperoleh dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan.Nilai R/C yang semakin tinggi
maka tingkat efisiensi pendapatan pun semakin baik. Suatu usahatani dikatakan
layak dan menguntungkan apabila nilai R/C ratio lebih besar dari satu dan
sebaliknya suatu usahatani dikatakan belum menguntungkan atau tidak layak
apabila nilai R/C kurang dari satu.
2.8 Penelitian Terdahulu
Arifudin, Aisyah dan Budiman (2011), mengenai “Analisis margin dan
efisiensi pemasaran rumput laut di Desa Mandalle Kecamatan Mandalle
Kabupaten Pangkep”. Pola pemasarannya rumput laut di Desa Mandalle
Kecamatan Mandalle ada dua macam saluran yaitu pertama dari petani ke
pedagang pengumpul, kemudian ke pedagang besar dan terakhir ke eksportir.
Usaha rumput laut yang dilakukan di Desa Mandalle Kecamatan Mandalle
menunjukkan bahwa margin pada saluran I sama saja dengan margin saluran II
dan keuntungan yang diperoleh pada saluran I lebih kecil dari pada saluran II.
Saluran yang pendek (saluran II) lebih efisien dari pada saluran yang panjang
(saluran I).
Penelitian Sri Widiyanti (2008), mengenai “ANALISIS EFESIENSI
PEMASARAN TALAS” (kasus Di desa Taman Sari, kecamatan Taman Sari,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat)”, menjelaskan bahwa Pemasaran talas di Desa
Taman Sari sebagian besar masih di kuasai oleh pedagang pengumpul desa
(tengkulak). Hal tersebut disebbkan oleh berbagai keterbatasan yang dimiliki
petani, yaitu karena keterbatasan modal dan rendahnya tingkat pengetahuan petani
dalam proses pemasaran talas. Pada proses pemasaran talas di Desa Taman Sari,
melibatkan beberapa lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul desa
(tengkulak, pedagang pengumpul besar (bandar) dan pedagang pengecer.
Pemasaran talas di Desa Taman Sari, terbentuk tiga pola saluran
pemasaran. Pola saluran pemasaran.Pola saluran pemasaran 1 terdiri dari; Petani –
Pedagang Pengumpul Desa (tengkulak) – Pedagang Pengecer – Konsumen. Pola
saluran pemasaran 2 meliputi, Petani – Pedagang Pengumpul Desa (tengkulak) –
Pedagang Besar (bandar) – Pedagang Pengecer – Konsumen. Sedangkan pada
pola saluran pemasaran 3 meliputi; Petani – Pedangang Pengecer – Konsumen.
Berdasarkan lembaga pemasaran yang terlibat dalam terlibat dalam
kegiatan pemasaran, panjang pendeknya pola saluran pemasaran, fungsi-fungsi
pemasaran, struktur pasar yang terbentuk, perilaku pasar dan keragaan pasar,
maka sistem pemasaran talas yang efesien terjadi pada saluran pemasaran 2. Hal
ini dikatakan demikian karena dapat dilihat bahwa pola saluran 2 memiliki
volume pemasaran talas yang palig besar jika dibandingkan dengan pola saluran
pemasaran yang lain, dan telah cukup memberikan kepuasan pada pihak-pihak
yang terlibat, yaitu; petani, pedagang perantara (pedagang pengumpul desa,
pedagang besar dan pedagang pengecer) dan konsumen.

2.9 Kerangka Pemikiran


Penelitian pemasaran wortel membahas mengenai kegiatan saluran
pemasaran wortel di Desa Kaduengang Kecamatan Cadasari yang akan dinilai
dari kegiatan pemasaran wortel dari mulai produsen sampai ke konsumen akhir,
biaya pemasaran. margin pemasaran, keuntungan, farmer’s Share serta
menganalisis efisiensi pemasaran wortel.
Analisis struktur dan perilaku pasar dilakukan untuk menjelaskan tingkat
persaingan yang ada di dalam pasar dan melihat pengaruhnya dalam penentuan
harga juga kesepakatan atau kerjasama antara lembaga pemasaran yang terjadi di
dalam pasar. Margin pemasaran digunakan untuk melihat perbedaan harga yang
dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen yang
diakibatkan oleh struktur dan perilaku pasar yang terjadi. Farmer’s share
digunakan untuk membandingkan harga yang diterima produsen dengan harga
yang dibayarkan oleh konsumen akhir yang sering dinyatakan dalam persentase.
Wortel yang dihasilkan petani tidak dapat langsung dimanfaatkan oleh
konsumen untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk dapat sampai ke tangan
konsumen, wortel akan melalui serangkaian proses pemasaran. Seperti definisi
yang diungkapkan oleh The American Marketing Associtiation tentang pemasaran
sebagai suatu kegiatan usaha yang mengarahkan aliran barang dan jasa dari
produsen kepada konsumen. Terbentuknya saluran pemasaran yang baik dan
efisien tidak terlepas dari adanya peranan lembaga-lembaga pemasaran yang
terlibat didalamnya. Alur kerangka pemikiran analisis ini dapat dilihat pada
Gambar 2.
Produksi wortel di desa
Kaduengang Kecamatan
Cadasari

Bentuk Saluran Pemasaran


Wortel dari Desa
Kaduengang Kecamatan
Cadasari

- Biaya Pemasaran
- Margin Pemasaran
- Keuntungan
- Farmer’s Share

Efisiensi Pemasaran
Wortel Dari Desa
Kaduengang

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Efisiensi Pemasaran Wortel


18

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, yaitu
pengamatan langsung ke suatu daerah. Metode survey adalah metode yang
dilakukan untuk memperoleh informasi dan fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada
dan mencari keterangan-keterangan secara faktual di daerah tersebut. Tempat
penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), penelitian ini di lakukan di Desa
Kaduengang Kecamatan Cadasari, Kabupaten Pandeglang. Pengambilan sampel
menggunakan metode simple random sampling yaitu menentukan sample dengan
pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal.
Selanjutnya, untuk mengetahui rangkaian saluran pemasaran dari produsen hingga
ke konsumen menggunakan metode snowbowball sampling.
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah produsen dan pedagang
perantara yang terlibat dalam saluran pemasran wortel, yang dapat menjamin
penyampaian produk yang dihasilkan hingga sampai ke tangan konsumen akhir,
yaitu meliputi petani sebagai produsen wortel dan pedagang perantara.

3.2 Instrumen penelitian


Data yang di kumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil pengamatan langsung di lapangan
dan wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah
didiapkan sebelumnya kepada pihak – pihak yang terlibat langsung dengan
pemasaran wortel, yaitu ; petani responden dan pedagang responden (pedagang
pengumpul desa, pedagang besar dan pedagang pengecer). Data sekunder
diperoleh melalui literatur pada berbagai lembaga/instansi yang terkait
diantaranya Badan Pusat Statistik Banten, Badan Pusat Statistik Kabupaten
Pandeglang, Badan Penyuluhan Pertanian Kecamatan Cadasari, hasil peneliti
terdahulu, internet dan sumber sumber lainnya.
1

3.3 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data


Metode pengumpulan data yang dikumpulkan meliputi data primer dan
data sekunder. Data primer terdiri dari, (1) identitas responden (umur, jumlah
anggota keluarga, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, (2) Bentuk saluran
pemasaran wortel (lembaga yang dilalui dalam memasarkan wortel), (3) Margin
dan keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran (harga beli, harga jual dan
jumlah wortel yang dijual setiap lembaga pemasaran, biaya yang dikeluarkan
setiap lembaga), (4) Tingkat efisiensi pemasaran pada masing-masing lembaga
pemasaran (harga beli, harga jual (eceran) dan biaya yang dikelurkan.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari kantor-kantor atau
instansi yang terkait erat kaitannya dengan penelitian ini. Kantor-kantor yang
dijadikan sumber data adalah Dinas Badan Pusat Statistik, Kantor Kecamatan dan
Kantor Kabupaten/Kota setempat. Adapun jenis data sekunder yang dibutuhkan
adalah : keadaan umum wilayah, jumlah petani wortel, jumlah produksi wortel,
jumlah penduduk keseluruhan.
3.3.1 Metode Pengambilan Sampel
Penentuan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan metode simple
random sampling dan metode snowball sampling. serta menggunakan dua
kelompok yaitu petani responden dan pedagang responden. Menurut Suharsimi
Arikunto (2002) menyatakan, apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik
diambil semua atau pada populasi keseluruhan. Selanjutnya, jika jumlah
subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Penarikan
responden dilakukan secara sengaja (simple random sampling) dengan alasan
untuk memberi kemungkinan bagi tiap unsur untuk dipilih sebagai sampel, di
Desa Kaduengang terdapat terdapat 106 petani wortel, disini peneliti mengambil
25% dari jumlah petani dan menjadi 27 petani. Sedangkan penarikan responden
lembaga pemasaran dengan menggunakan metode snowball sampling, yaitu
dengan mengikuti alur pemasaran wortel dari petani sampai ke konsumen akhir.
Meliputi 3 pedagang besar, 4 pedagang pengumpul dan 4 pedagang pengecer.
3.3.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling
bergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan produk atau
jasa siapdigunakan atau dikonsumsi
2. Produsen adalah penghasil produk atau pihak yang menghasilkan
atau mengolah atau menyediakan jasa kepada konsumen, dalam hal
ini petani wortel.
3. Lembaga pemasaran wortel adalah badan atau perantara yang
melakukan fungsi pemasaran untuk mendistribusikan wortel dari
petani ke konsumen.
4. Pedagang pengumpul adalah orang atau lembaga secara langsung
berhubungan dengan petani yang melakukan transaksi jual beli
wortel dan berkedudukan di desa.
5. Pedagang besar adalah orang atau lembaga yang melakukan
transaksi jual beli wortel dari beberapa produsen atau pedagang
pengumpul kemudian menjualnya kepada pedagang pengecer.
6. Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli wortel dari
pedagang besar dan menjualnya secara eceran langsung kepada
konsumen.
7. Biaya pemasaran adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh lembaga
pemasaran untuk kegiatan yang berhubungan dengan pemasaran.
Biaya pemasaran wortel diukur dengan menjumlahkan seluruh biaya
pemasaran tiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran
pemasaran wortel dan dinyatakan dalam rupiah (Rp).
8. Rasio keuntungan dan biaya pemasaran adalah selisih antara harga
jual dengan harga beli dan biaya pemasaran yang diterima oleh suatu
lembaga pemasaran. Keuntungan pemasaran wortel diukur dengan
menjumlahkan keuntungan pemasaran yang diterima tiap lembaga
pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran wortel dan
dinyatakan dalam rupiah perkilogram (Rp/Kg).
9. Margin pemasaran adalah selisih antara harga yang dibayarkan oleh
konsumen akhir dengan harga yang diterima produsen yang
dinyatakan dalam rupiah perkilogram (Rp/Kg).
10. Farmer’s share adalah perbandingan antara harga yang diterima
petani wortel dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir
dan dinyatakan dalam persentase (%).
11. Efisiensi teknis berarti pengendalian fisik daripada produk yang
mencakup produsen, teknis dan besarnya (skala) operasi, dengan
tujuan penghematan fisik, seperti mengurangi kerusakan, mencegah
merosotnya mutu produk dan menhemat tenaga kerja. Dinyatakan
dalam rupiah perkilogram perkilometer (Rp/Kg/Km).
12. Efisiensi ekonomis berarti bahwa perusahaan atau industry dengan
teknik skill dan pengetahuan yang ada, dapat bekerja atas biaya
rendah dan memperoleh keuntungan (profit), dinyatakan dalam
rupiah perkilogram (Rp/Kg).

3.4 Metode Analisis Data


Pengolahan dan analisis data yang diperoleh dari data primer dan data
sekunder dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis secara kuantitatif
dilakukan dengan untuk menghitung keragaan pasar melalui margin pemasaran,
farmer’s share dan rasio keuntungan biaya. Analisis secara kualitatif dilakukan
dengan melihat lembaga dan saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran dan
permasalahan yang terjadi di lokasi penelitian. Berdasarkan hasil dari analisis
tersebut, kemudian diintepretasikan.
3.4.1 Analisis Margin Pemasaran
Analisis margin pemasaran digunakan untuk melihat tingkat efisiensi
wortel. Margin pemasaran merupakan perbedaan harga yang yang dibayar kepada
produsen dan harga yang dibayar konsumen (Saefudin dan Hanafiah 1986).
Perhitungan analisis margin pemasaran dilakukan untuk mengetahui perbedaan
harga per satuan di tingkat produsen atau tingkat konsumen yang terjadi pada
rantai pemasaran (Sudiyono 2001). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Mi = Pki – Ppi
Keterangan : Mi = Margin pemasaran pasar tingkat ke-i
Pki = Harga beli konsumen tingkat ke-i
Ppi = Harga jual produsen ke-i
Margin pemasaran dapat pula diperoleh dengan menjumlah biaya
pemasaran dan keuntungan setiap lembaga. Secara sistematis margin pemasaran
dapat ditulis sebagai berikut :
Mi = Ci +Πi
Keterangan : Ci = Biaya lembaga pemasaran ditingkat ke-i
Пi = Keuntungan lembaga di tingkat ke-i
3.4.2 Analisis Farmer’s Share
Analisis ini digunakan untuk membandingkan harga yang diterima
produsen atau petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir yang
biasa disebut dengan farmer’s share (Limbong dan Sitorus 1987). Farmer’s share
berhubungan negatif dengan marjin pemasaran, semakin tinggi marjin pemasaran
maka bagian yang akan diperoleh produsen atau petani semakin rendah. Secara
matematis farmer’s share dapat dirumuskan sebagai berikut :

FS = X 100%

Keterangan : FS = Farmer’s Share


Pf = Harga di tingkat petani
Pr = Harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir
3.4.3 Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya
Analisis ini digunakan untuk mengetahui penyebaran rasio keuntungan
dan biaya pada masing-masing lembaga pemasaran. Tingkat efisiensi sebuah
sistem pemasaran juga dapat dilihat dari rasio keuntungan terhadap biaya
pemasaran. Semakin meratanya rasio keuntungan terhadap pemasaran, maka
secara teknis (operasional) sistem pemasaran tersebut semakin efisien. Rasio
keuntungan dan biaya dalam Hanapi (2006) dirumuskan sebagai berikut:

Π/C =

Keterangan : KPi = Keuntungan lembaga pemasaran (Rp/kg)


BPi = Biaya pemasaran (Rp/kg)
Nilai П/C lebih dari satu (П/C > 1), maka usaha tersebut efisien dan
apabila П/C kurang dari satu (П/C < 1) maka kegiatan tersebut tidak efisien.
3.4.4 Analisis Efisiensi Pemasaran
Efisiensi sistem pemasaran pemasaran secara umum dapat dilihat dari dua
segi, yaitu teknis dan ekonomis. Efisiensi teknis yaitu menyangkut besarnya
volume atau jumlah produksi dipasaran dan sarana transportasi. Efisiensi
ekonomis yaitu semua yang dapat dilihat dari beberapa segi yaitu : a) Rasio profit
margin dengan biaya pemasaran, b) Keterpaduan pasar baik horizontal maupun
vertical dan c) Informasi pasar. Untuk mengetahui efisiensi pemasaran pada setiap
lembaga pemasaran yang terlibat digunakan rumus :
1. Untuk mengetahui efisiensi teknis digunakan rumus :

Et =

Efisiensi teknis berarti pengendalian fisik daripada produk yang


mencakup: prosedur, teknis dan besarnya (skala) operasi, dengan tujuan
penghematan fisik, seperti mengurangi kerusakan (waste), mencegah merosotnya
mutu produk, dan penghematan tenaga kerja, dinyatakan dalam (Rp/Kg/Km).
2. Untuk mengetahui efisiensi ekonomis digunakan rumus :

Ee =

Efisiensi ekonomis berarti bahwa perusahaan atau industry dengan teknik,


skil dengan pengetahuan yang ada dapat bekerja atas dasar biaya rendah dan
memperoleh keuntungan (Profit), dinyatakan dalam (Rp/Kg).

3.5 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan di Desa Kaduengang Kecamatan Cadasari,
Kabupaten Pandeglang. Penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu:
Tahap I : Pengajuan Judul dan Penyusunan Usulan Penelitian
Tahap II : Seminar Usulan Penelitian
Tahap III : Pelaksanaan Penelitian ke Lapangan dan Pengolahan Data
Tahap IV : Seminar Kolokium
Tahap V : Sidang Skripsi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


4.1.1 Letak Geografis
Desa Kaduengan merupakan bagian dari Kecamatan Cadasari Kabupaten
Pandeglang, dengan jarak 8 km dari pusat pemerintahan Kecamatan dan 12 km
dari Ibukota Kabupaten. Secara administrasi Desa Kaduengang termasuk kedalam
wilayah Kecamatan Cadasari, Desa ini terletak di lereng gunung karang dengan
ketinggian 700 dpl (diatas permukaan laut) mempunyai daratan atau kontur yang
bergelombang, Desa Cadasari termasuk daerah yang beriklim dingin dengan suhu
0
42 C, dengan curah hujan 2000 sampai 3000 mm/jam.
Luas wilayah Desa Kaduengang 271,96 Ha, Desa Kaduengang
mempunyai batas administratif sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Kabupaten Serang
- Sebelah Selatan : Desa Pasir Petey
- Sebelah Barat : Lereng Gunung Karang
- Sebelah Timur : Desa Kaduela
4.1.2 Keadaan Sosial Ekonomi Desa Kaduengang
Keadaan sosial ekonomi meliputi keadaan penduduk berdasarkan jenis
kelamin dan umur, keadaan penduduk berdasarkan pendidikan, keadaan penduduk
berdasarkan mata pencaharian, keadaan lembaga perekonomian, keadaan
pertanian dan sarana prasarana.
a) Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk di Desa Kaduengang, Kecamatan Cadasari, Kabupaten
Pandeglang tercatat pada tahun 2013 sebanyak 2.225 orang. Adapun jumlah
penduduk berdasarkan jenis kelamin, berikut rincian jumlah pendudukan
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Kaduengang
Tahun 2013
Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah Persentase
0–9 377 278 655 29,44
10 – 19 242 314 556 24,99
20 – 29 147 141 288 12,94
30 – 39 183 115 298 13,40
40 – 49 118 98 216 9,70
50 – 59 67 58 125 5,62
60 > 48 39 87 3,91
Total 1.182 1.043 2.225 100
Sumber : Monografi Desa Kaduengang Tahun 2013

Berdasarkan data diatas, maka dapat dihitung mengenai kepadatan


penduduk, rasio jenis kelamin (Sex Ratio) dan Man Land Ratio (MLR).
- Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per satuan unit wilayah.
Kepadatan penduduk di Desa Cimande adalah sebagai berikut :

Kepadatan Penduduk atau dibulatkan menjadi


2
821 jiwa/Km .
Desa Kaduengang memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.225 jiwa dengan
2
luas lahan 2,71 Km , sehingga menghasilkan angka kepadatan penduduk sebanyak
2 2
821 jiwa/km . Hal ini menunjukkan bahwa dalam setiap luas wilayah 1 Km
terdapat sebanyak 821 jiwa. Menurut Soewardi (1976) dalam Serra Puspita (2013)
2
jika jumlah penduduk kurang dari 500 orang per km maka termasuk kedalam
2
kategori renggang, jika jumlah penduduk antara 500 – 1000 orang per km maka
termasuk kategori sedang, dan jika jumlah penduduk lebih dari 1000 orang per
km2 maka termasuk kategori padat. Berdasarkan data dan hasil perhitungan
tersebut, Desa Kaduengang termasuk kedalam kategori sedang penduduk.
- Rasio Jenis Kelamin
Rasio jenis kelamin merupakan perbandingan banyaknya jumlah penduduk
laki-laki dengan banyaknya jumlah penduduk perempuan pada suatu daerah dan
waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki per 100
jumlah penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin untuk Desa Kaduengang adalah
sebagai berikut :
Sex Ratio 113,3 (dibulatkan menjadi 113 jiwa)

Dimana k = Konstanta, besarnya sama dengan 100.


Jumlah penduduk laki-laki di Desa Kaduengang sebanyak 1.182 jiwa dan
jumlah penduduk perempuan sebanyak 1.043 jiwa, sehingga menghasilkan angka
sex ratio sebesar 113 jiwa. Angka ini menunjukkan bahwa dalam setiap 100 jiwa
penduduk perempuan terdapat 113 jiwa penduduk laki-laki.
- Man Land Ratio (MLR)
Man Land Ratio (MLR) merupakan gambaran mengenai banyaknya
jumlah penduduk yang dapat dihidupi oleh 1 ha lahan pertanian di suatu wilayah
tertentu pada waktu tertentu. Man Land Ratio untuk Desa Cimande adalah sebagai
berikut :

MLR 14,35 orang/ha (dibulatkan menjadi 14 orang/ha)

Berdasarkan perhitungan diatas didapat angka beban tanggungan lahan


terhadap penduduk ( MLR ) sebesar 14 orang yang berarti bahwa setiap luas lahan
1 ha harus dapat menghidupi sebanyak 14 orang penduduk.
b) Tingkat Pendidikan Penduduk
Tingkat pendidikan penduduk suatu daerah merupakan salah satu aspek
terpenting dalam menunjang pembangunan, pengaruh faktor pendidikan dapat
terlihat dari aspek wawasan terhadap peluang-peluang yang dapat memberikan
dan mendukung kemajuan pembangunan daerah dan masyarakatnya. Untuk
mengetahui tingkat pendidikan di Desa Kaduengang dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Keadaan Penduduk Desa Kaduengang Berdasarkan Tingkat


Pendidikan Tahun 2013
No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Belum / Tidak Sekolah 265 11,91
2 Tamat SD 536 24,09
3 Tamat SMP 459 20,63
4 Tamat SMA 589 26,47
5 Tamat Akademik/Sederajat 376 16,90
Total 2.225 100
Sumber : Monografi Desa Kaduengang Tahun 2013
Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Desa
Kaduengang sebagian besar adalah berpendidikan SMA sebesar 26,47%
sedangkan yang terkecil yaitu belum atau tidak sekolah sebesar 11,91%.
c. Mata Pencaharian Penduduk
Mata pencaharian Penduduk Desa Kaduengang beraneka ragam yang
terdiri dari Pertanian, Wiraswasta, Pegawai Negeri Sipil, Pensiunan, Tukang,
Buruh. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa


Kaduengang Tahun 2013
No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Pertanian 794 70,40
2 Wiraswasta 77 6,83
3 Pegawai Negeri Sipil 8 0,71
4 Pensiunan 4 0,35
5 Tukang 13 1,15
6 Buruh 78 6,91
7 Lain-lain 154 13,65
Total 1128 100
Sumber : Monografi Desa Kaduengang Tahun 2013

Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui penghasilan utama penduduk yang


tebesar di Desa Kaduengang Kecamatan Cadasari Kabupaten Pandeglang adalah
mata pencaharian sektor pertanian, persentase menunjukkan hasil sebanyak
70,40% sementara pensiunan dan pegawai negeri sipil menunjukkan hasil yang
sangat rendah yaitu 0,35% dan 0,71%.
d. Keadaan Pertanian
c

e. Sarana dan Prasarana


Desa Kaduengang Kecamatan Cadasari Kabupaten Pandeglang memiliki
fasilitas administratif dan perekonomian, fasilitas itu adalah prasarana
perhubungan diantaranya jalan-jalan penghubung (jalan Kota – Desa masih dalam
keadaan rusak berat masih dalam tahap perbaikan), jembatan-jembatan.Sarana
dibidang perekonomian adalah (1) warung kelontong, (2) usaha perikanan (3)
bengkel, sementara fasilitas untuk menunjangkegiatan pertanian ini adalah adanya
bantuan untuk sektor pertanian serta sumber informasi.
Prasarana sosial yang ada di Desa Kaduengang diantaranya (1) sekolah-
sekolah (SD, SLTP) (2) masjid, (3) Lapangan, (4) posyandu, (5) karang taruna, (6)
PKK dan lainnya. Sarana angkutan yang digunakan sebagai angkutan penghubung
di Desa Kaduengang diantaranya (1) mobil, (2) sepeda motor. Sarana penerangan
dengan menggunakan pembangkit listrik pemerintah untuk rumah-rumah. Sarana
komunikasi yang digunakan masyarakat dalam berkomunikasi adalah telepon
genggam. Sarana informasi untuk masyarakat diantaranya adalah (1) televisi, (2)
pemancar radio.

4.2 Keadaan Umum Responden


Responden yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 27 orang petani
wortel. Karakteristik petani responden yang diperoleh melalui wawancara
tersebut, kemudian diolah secara deskriptif berdasarkan umur, tingkat pendidikan,
dan jumlah tangungan keluarga. Pengambilan data responden dilakukan di Desa
Kaduengang, Kecamatan Cadasari, Kabupaten Pandeglang - Banten.
4.2.1 Keadaan Umum Responden Berdasarkan Umur
Umur adalah salah satu satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan
benda atau makhluk baik yang hidup maupun mati. Berkaitan dengan kinerja
petani wortel dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok umur yaitu usia muda,
usia produktif dan usia lanjut. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Keadaan Umum Responden Berdasarkan Umur di Desa
Kaduengang Tahun 2014
Kelompok Umur ( Tahun ) Jumlah ( Orang ) Persentase ( % )
20 – 29 1 3,70
30 – 39 6 22,22
40 – 49 16 59,26
≥ 50 4 14,82
Total 27 100
Sumber: Analisis Data Primer 2014

Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa sebagian besar petani responden


tersebut berada struktur usia produktif yaitu sebesar 85,18%. Dikatakan usia
produktif adalah penduduk atau seseorang yang melaksanakan produksi dari segi
ekonomi, dimana segala kebutuhannya ditanggung mereka sendiri.
4.2.2 Keadaan Umum Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang petani maka semakin mudah
dalam menyerap dan menerima inovasi-inovasi atau teknologi baru, akan tetapi
sebaliknya apabila tingkat pendidikan seorang petani itu rendah maka akan
semakin sulit dalam menerima inovasi-inovasi atau teknologi baru. Tingkat
pendidikan petani responden wortel sangat beragam, mulai dari tidak sekolah,
sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas
(SMA), bahkan sampai ke perguruan tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 9.

Tabel 9. Keadaan Umum Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di


Desa Kaduengang Tahun 2014
Tingkat Pendidikan Jumlah ( Orang ) Persentase ( % )
SD 11 40,74
SMP 6 22,22
SMA 5 18,52
Tidak Sekolah 5 18,52
Total 27 100
Sumber: Analisis Data Primer 2014

Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa petani responden yang tamat SD


sebanyak 11 orang (40,74%), tamat SMP sebanyak 6 orang (22,22%), tamat SMA
sebanyak 5 orang (18,52%), dan tidak sekolah sebanyak 11 orang (40,74%). Hal
ini dapat dikatakan bahwa petani wortel belum dapat bisa dan mudah menerima
atau menyerap inovasi-inovasi atau teknologi baru, karena semakin tingginya
pendidikan seorang petani akan mudah menerima masukan dan inovasi baru,
sedangkan jika semakin tingginya angka tidak sekolah atau tidak menerima
pendidikan di sekolah maka sangat tidak mudah untuk bisa menerima atau
menyerap inovasi-inovasi atau teknologi baru dalam dunia pertanian. Namun
dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan teknis bertani wortel oleh penyuluh
tani yang terus diadakan oleh Dinas Pertanian dan BPP Kabupaten Pandeglang
maka dengan demikian petani dapat bertani wortel sesuai anjuran atau masukan
dari penyuluh atau pemberi inovasi sehingga dapat mengedepankan kualitas dan
kuantitas pada hasil panen.
4.2.3 Keadaan Umum Responden Berdasarkan Tingkat Pengalaman
Usahatani
Pengalaman usahatani wortel dari 27 petani responden berkisar 6-21 tahun.
Lamanya bertani akan menentukan tingkat pengalaman responden dalam
pengelolaan berusahatani. Pengalaman petani responden dapat dilihat pada Tabel.

Tabel 10. Keadaan Umum Responden Berdasarkan Tingkat Pengalaman


Bertani di Desa Kaduengang Tahun 2014
Pengalaman Usahatani Jumlah ( Orang ) Persentase ( % )
6-10 6 22,22
11-15 10 37,03
16-21 11 40,75
Total 27 100
Sumber : Analisis Data Primer 2014

Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa petani responden di Desa


Kaduengang umumnya sudah berpengalaman usahataninya antara 16-21 tahun
merupakan pengalaman yang terbanyak yaitu 11 orang atau 40,75%, sedangkan
yang terendah antara 6-10 tahun yaitu 6 orang atau 22,22%.
4.2.4 Keadaan Umum Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan
Keluarga
Rata-rata petani responden sudah berkeluarga, semakin banyak jumlah
tanggungan keluarga semakin baik, dikarenakan dapat meringankan beban tenaga
kerja dalam berusaha tani.Berikut data tanggungan keluarga petani pada Tabel 11.

Tabel 11. Keadaan Umum Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan


Keluarga di Desa Kaduengang Tahun 201
Jumlah Tanggungan Jumlah ( Orang ) Persentase ( % )
Keluarga
1-3 17 62,97
4-6 10 37,03
Total 27 100
Sumber: Analisis Data Primer 2014

Berdasarkan Tabel 12, dapat dilihat bahwa jumlah tanggungan keluarga


petani di Desa Kaduengang yang terbesar adalah 1-3 orang yaitu sebesar 17 orang
atau 62,97%. Sedangkan jumlah tanggungan keluarga yang terkecil adalah 4-6
orang yaitu sebesar 10 orang atau 37,03 %.

4.3 Rantai Pemasaran Wortel


Pemasaran merupakan kegiatan akhir dari penanganan pascapanen yang
dilakukan petani produsen terhadap konsumen. Lembaga-lembaga pemasaran
yang berperan dalam pendistribusian wortel di Desa Kaduengang dari petani
produsen hingga ke konsumen adalah pedagang pengumpul, pedagang besar, dan
pedagang pengecer.
Penyampaian produk hasil panen wortel dari petani produsen sampai ke
konsumen dapat melalui mata rantai yang panjang maupun mara rantai yang
pendek. Untuk mengetahui lebih lengkap rantai pemasaran wortel dapat disajikan
pada Gambar 3 dibawah ini :
Rantai Pemasaran I:

Petani Produsen Pedagang Pedagang Besar Pedagang Pengecer Kosumen


Pengumpul

Rantai Pemasaran II:

Petani Produsen Pedagang Besar Pedagang Pengecer Konsumen

Gambar 3. Rantai Pemasaran Wortel di Desa Kaduengang

Tipe pemasaran dengan mata rantai yang panjang akan melibatkan lebih
banyak lembaga pemasaran sehingga tidak efisien karena akan memperbesar
margin pemasaran (marketing margin). Margin pemasaran adalah selisih antara
harga yang dibayar konsumen (harga eceran) dengan harga yang diterima oleh
petani atau produsen. Keadaan demikian akan menjadi beban bagi konsumen
untuk meningkatkan daya belinya dan menyebabkan rendahnya harga pada tingkat
petani produsen. Hal ini jelas akan menurunkan pendapatan yang diterima oleh
petani produsen. Sebaliknya, dengan jalur rantai pemasaran yang pendek, dapat
meningkatkan daya beli pada konsumen pada harga yang layak dan meningkatkan
penerimaan petani produsen, karena dengan rantai pemasaran yang pendek, petani
produsen dapat menjual produknya secara lebih tinggi (Budi Samadi: 2007).
Kegiatan lembaga pemasaran dapat menguntungkan salah satu pihaknya.
Tanpa adanya lembaga pemasaran, hasil panen wortel dari petani produsen akan
sulit dipasarkan. Dengan adanya kerjasama antara lembaga pemasaran yang satu
dengan yang lainnya, dengan begitu hasil panen wortel dapat mudah tersalurkan
hingga sampai ke tangan konsumen.
Dibawah ini merupakan lembaga pemasaran yang terlibat dalam
pemasaran wortel di Desa Kaduengang. Mulai dari pedagang besar, pedagang
pengumpul dan pedagang pengecer. Untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Lembaga Pemasaran Yang Terlibat Dalam Pemasaran Wortel di
Desa KaduengangPada Tahun 2014
Lembaga Pemasaran Jumlah ( Orang ) Persentase ( % )
Pedagang Besar 3 27,28
Pedagang Pengumpul 4 36,36
Pedagang Pengecer 4 36,36
Total 11 100
Sumber : Analisis Data Primer 2014

Berdasarkan Tabel 12, dapat dilihat untuk tujuan pemasaran hasil panen
wortel dari petani di Desa Kaduenggang sangat beragam dengan tujuan ke
lembaga pemasaran yaitu petani produsen dengan penjualan wortel kepada
pedagang besar terdapat 3 orang petani atau 27,28%, petani produsen dengan
penjualan wortel kepada pedagang pengecer sebanyak 4 orang atau 36,36%, dan
petani produsen dengan penjualan wortel kepada pedagang pengumpul sebanyak 4
orang atau 36,36%. Untuk petani yang menjual hasil panen wortel ke pedagang
pengumpul dikarenakan mereka tidak mempunyai akses untuk menjualnya
langsung kepada pedagang besar dipasar Pandeglang, lalu pedagang pengumpul
menjualnya kepada pedagang besar, pedagang besar lalu menjualnya kembali ke
pedagang pengecer dan pedagang pengecer menjualnya kepada konsumen.

4.4 Fungsi-fungsi Pemasaran


Dalam kegiatannya, lembaga pemasaran menjalankan fungsi-fungsi
pemasaran untuk memperlancar proses penyampaian barang atau jasa. Pada
umumnya fungsi-fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh lembaga
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi
fasilitas.
Fungsi pertukaran meliputi kegiatan-kegiatan yang dapat mempelancar
perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pertukaran
berupa pembelian dan penjualan. Sedangkan fungsi fisik terdiri dari pengemasan,
pengangkutan dan penyimpanan. Fungsi fasilitas meliputi pembiayaan,
penanggungan resiko dan informasi pasar.
Fungsi pembiayaan merupakan kegunaan uang untuk berbagai aspek
pemasaran. Fungsi penanggungan resiko merupakan penerimaan kemungkinan
dari kerugian pemasaran produk yang terdiri dari atas resiko fisik dan resiko
harga. Resiko fisik terjadi akibat kerusakan produk sedangkan resiko harga terjadi
akibat perubahan nilai produk di pasar. Informasi pasar merupakan hal yang
diperlukan produsen dan lembaga-lembaga pemasaran untuk kondisi pasar, lokasi,
jenis mutu, waktu dan harga pasar. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat
dalam kegiatan pemasaran wortel di Desa Kaduengang, Kecamatan Kaduengang,
Kabupaten Pandeglang yaitu ;
4.4.1 Petani/Produsen
Petani wortel di Desa Kaduengang melakukan fungsi pertukaran, yaitu
kegiatan penjualan. Pada umumnya fungsi penjualan dilakukan oleh petani kepada
pedagang pengumpul (pengepul) dan ke pedagang besar. Selain melakukan fungsi
pertukaran, petani juga melakukan fungsi pengangkutan, yaitu dengan cara
mengangkut hasil panen wortel dari lokasi ke tempat petani. Pengangkutan sendiri
di gotong mengunakan karung, dimana dalam 1 karung terdapat 55 kg wortel.
Petani juga melakukan fungsi fasilitas, yaitu penanggulangan resiko, fungsi
pembiayaan dan informasi pasar. Fungsi penanggulangan resiko, yaitu resiko yang
dihadapi petani saat harga wortel berfluktuatif. Fungsi pembiayaan yang
dilakukan oleh petani adalah penyediaan modal untuk melakukan modal untuk
melakukan usahatani wortel berupa biaya produksi. Biaya produksi ini meliputi
penyewaan lahan, penyediaan benih, kebutuhan pupuk dan tenaga kerja.
Sedangkan informasi pasar dilakukan oleh petani dengan memperoleh informasi
tentang perkembangan harga jual yang dinginkan konsumen dari lembaga-
lembaga pemasaran yang terlihat (pedagang pengumpul, pedagang besar dan
pengecer).
4.4.2 Pedagang Pengumpul (pengepul)
Pedagang pengumpul (pengepul) pada umumnya melakukan hampir
semua fungsi pemasaran, yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas.
Fungsi perukaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul adalah fungsi
pembelian dan fungsi penjualan. Pedagang pengumpul melakukan fungsi
pembelian terhadap petani wortel dan selanjutnya melakukan fungsi penjualan
kepada pedagang besar. Fungsi fisiknya berupa fungsi pengangkutan, pedagang
pengumpul setelah membeli hasil wortel dari petani langsung diangkut memakai
mobil pick up kemudian dibawa ke pasar selanjutnya dijual ke pedagang besar.
Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang pengumpul, yaitu berupa
fungsi penanggungan resiko, pembiayaan, dan informasi pasar. Fungsi
penanggungan resiko, misalnya harga wortel yang berfluktuatif dan kondisi fisik
wortel yang rusak akibat pendistribusian. Fungsi pembiayaan meliputi, modal
pembelian wortel, membayar kuli bongkar muat dan biaya transportasi. Kualitas
wortel ini diminta sesuai permintaan oleh lembaga-lembaga pemasaran yang
terlibat. Fungsi informasi pasar meliputi informasi mengenai harga jual dan
permintaan pasar pada komoditi ini.
4.4.3 Pedagang Besar
Pedagang besar merupakan lembaga pemasaran yang kedua atau langsung
berhubungan dengan pedagang pengecer. Sama seperti pedagang pengumpul,
pedagang besar juga melakukan semua fungsi pemasaran. Dimana melakukan
fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran, meliputi
fungsi pembelian dan fungsi penjualan. Pedagang besar melakukan fungsi
pembelian terhadap pedagang pengumpul dan selanjutnya melakukan fungsi
penjualan kepada pedagang pengecer.
Fungsi fisik meliputi fungsi pengangkutan dangan menggunakan gerobak
angkut, sedangakan fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang besar yaitu
fungsi penanggungan resiko, fungsi pembiayaan, dan fungsi informasi pasar.
Fungsi penanggunagan resiko meliputi harga wortel yang berfluktuasi dan
kerusakan fisik wortel akibat kegiatan bongkar muat ataupun saat pendistribusian.
Fungsi pembiayaan yang dilakukan pedagang besar, yaitu biaya kuli (tenaga
kerja) dan fungsi informasi pasar meliputi informasi perkembangan harga wortel
di pasaran dan permintaan pasar yang diminta oleh konsumen.
4.4.4 Pedagang Pengecer
Pedagang pengecer merupakan lembaga pemasaran yang terakhir atau
langsung berhubungan dengan konsumen akhir. Sama seperti pedagang besar,
pedagang pengecer juga melakukan fungsi pemasaran. Dimana melakukan fungsi
pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran, meliputi fungsi
pembelian dan fungsi penjualan. Pedagang pengecer melakukan fungsi pembelian
terhadap pedagang besar dan selanjutnya melakukan fungsi penjualan kepada
konsumen akhir.

4.5 Margin Pemasaran


Margin pemasaran merupakan perbedaan harga atau selisih harga yang
dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima produsen. Marjin terdiri dari
dua komponen yaitu, biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran. Biaya
pemasaran adalah semua jenis biaya yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga
pemasaran, yaitu biaya transpotasi, biaya bongkar/muat, biaya akomodasi dan
penyusutan dan antara marjin pemasaran dengan biaya-biaya pemasaran. Untuk
mengetahui marjin pemasaran dapat dilihat dengan rumus sebagai berikut:
Mi = Pki – Ppi

Dimana: Mi = marjin pemasaran


Psi = harga penjualan ditingkat petani
Pbi = harga pembelian ditingkat konsumen akhir
Untuk mengetahui besarnya marjin yang diterima oleh masing-masing
lembaga pemasaran dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Analisis Marjin Pemasaran Wortel di Desa Kaduengang


Saluran Lembaga Pemasaran Wortel/panen
Harga Beli Harga Jual Margin
(Rp/kg) (Rp/kg) (Rp/kg)
1 Produsen - - -
Pengumpul (pengepul) 3000 4500 1500
Besar 4500 5500 1000
Pengecer 5500 6000 500
Total 3000
2 Produsen - - -
Besar 3500 4500 1000
Pengecer 4500 5500 1000
Total 2000
Sumber : Analisis Data Primer 2014

Berdasarkan Tabel 13, dapat di lihat pada saluran pemasaran 1 di dapat


marjin pemasaran sebesar Rp 3.000/kg, sedangkan pada saluran pemasaran 2 di
dapat marjin pemasaran sebesar Rp 2.000/kg.
Harga jual wortel pada masing-masing lembaga pemasaran berbeda-beda,
petani yang menjual hasil panen wortel kepada pedagang pengumpul dengan
harga Rp 3.000/kg. Sedangkan petani yang menjual hasil panen wortel ke
pedagang besar yaitu dengan harga Rp 3.500/kg.
Biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran wortel di
Desa Kaduengang Kecamatan Cadasari digunakan rumus:
Cp = M1 + M2 +M3 + M4
Dimana : Cp = biaya pemasaran
M1 = biaya transportasi
M2 = biaya karung
M3 = biaya pengangkutan
M4 = biaya bongkar/muat

Tabel 14. Analisis Biaya Pemasaran Wortel di Desa Kaduengang


Bongkar
Lembaga Transportasi Pengolahan Muat Retribusi Jumlah
Saluran Pemasaran (Rp/kg) (Rp/kg) (Rp/kg) (Rp/kg)
1 Produsen - 9.09 - - 0.09
Pengumpul
(pengepul) 500 - 50 20 570
Besar - - 50 20 70
Pengecer 50 50
Total 500 9.09 150 40 690.09
2 Produsen 400 9.09 - 20 429.09
Besar - - 50 - 50
Pengecer - - 50 - 50
Total 400 9.09 100 20 529.09
Sumber : Analisis Data Primer 2014

Berdasarkan Tabel 14, terlihat bahwa saluran pemasaran wortel yang


memiliki biaya pemasaran yang terbesar pada saluran 1, yaitu sebesar Rp
690,09/kg. Sedangkan pada saluran 2 memiliki biaya pemasaran sebesar Rp
529,09/kg.
Besarnya keuntungan yang diterima oleh masing-masing lembaga
pemasaran dapat digunakan rumus sebagai berikut:
π=M–C
Dimana : π = besar keuntungan M = margin pemasaran C = biaya pemasaran
Tabel 15. Analisis Keuntungan Pemasaran Wortel di Desa Kaduengang
Saluran Lembaga Margin Biaya Pemasaran Keuntungan
Pemasaran (Rp/kg) (Rp/kg) (Rp/kg)
1 Produsen - - -
Pengumpul 1.500 570 930
(pengepul)
Besar 1.000 70 930
Pengecer 1.000 50 450
Total 3.000 690 2.310
Produsen - - -
2 Besar 1.000 50 950
Pengecer 1.000 50 950
Total 2.000 100 1.900
Sumber : Analisis Data Primer 2014

Berdasarkan Tabel 15, terlihat bahwa keuntungan pemasaran pada wortel


yang paling besar pada pola saluran pemasaran 1, yaitu sebesar Rp. 2.310/kg.
Sedangkan pada pola saluran pemasaran 2 memiliki keuntungan pemasaran
sebesar Rp. 1.900/kg.

4.6 Farmer’s Share


Farmer’s share merupakan perbandingan antara harga yang diterima oleh
petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen dan umumnya dinyatakan
dalam persentase. Untuk mengetahui besarnya farmer’s share dapat diketahui
dengan rumus sebagai berikut:

Fs = x 100%

Dimana : Fs = persentase yang diterima petani


Pf = harga ditingkat petani
Pr = harga ditingkat konsumen

Tabel 16. Farmer’s Share Pada Saluran Pemasaran Wortel di Desa


Kaduengang
Saluran Harga di tingkat Harga di tingkat Farmer's share
Petani Konsumen
1 3000 6000 50
2 3500 5500 63.63
Sumber : Analisis Data Primer 2014
Berdasarkan pada Tabel 16, farmer’s share pada setiap pola saluran
pemasaran berbeda. Pola saluran 1 di dapat farmer’s share 50%, sedangkan pada
pola saluran pemasaran 2 di dapat farmer’s share sebesar 63,63% yang
menunjukkan bahwa nilai farmer’s share pada saluran pemasaran ini cukup besar.
Hal tersebut terjadi karena berkaitan dengan pendeknya pola saluran pemasaran,
rendahnya harga jual di tingkat konsumen dan rendahnya marjin pemasaran yang
terbentuk.

4.7 Rasio Keuntungan dan Biaya


Penyebaran keuntungan pada setiap lembaga pemasaran dapat diukur
melalui analisa rasio keuntungan dan biaya. Besarnya rasio keuntungan dan biaya
setiap lembaga pemasaran dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Analisis Keuntungan dan Biaya Lembaga Pemasaran Wortel di


Desa Kaduengang
Lembaga Saluran Pemasaran
Pemasaran 1 2
Petani
Keuntungan (π) - -
Biaya (C) - -
Rasio π/C - -
Pedagang
Pengumpul
Keuntungan (π) 930 -
Biaya (C) 570 -
Rasio π /C 1.63 -
Pedagang Besar
Keuntungan (π) 930 950
Biaya (C) 70 50
Rasio π /C 13.29 19
Pedagang
Pengecer
Keuntungan (π) 450 950
Biaya (C) 50 50
Rasio π /C 9 19
Total
Keuntungan (π) 2310 1900
Biaya (C) 690 100
Rasio π /C 3.35 19
Sumber : Analisis Data Primer 2014
Berdasarkan Tabel 17, diketahui bahwa rasio keuntungan dan biaya pada
saluran pemasaran 1 sebesar Rp.3,35. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap
setiap Rp.1 per/kg biaya pemasaran yang dikeluarkan menghasilkan keuntungan
sebesar Rp.3,35. sedangkan pada saluran pemasaran 2 menghasilkan rasio
keuntungan dan biaya sebesar Rp.19. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap
setiap Rp.1 per/kg biaya pemasaran yang dikeluarkan menghasilkan keuntungan
sebesar Rp.19.

4.8 Efisiensi Pemasaran Teknis dan Ekonomis


Pemasaran yang efesien merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai dalam
suatu sistem pemasaran. Efisiensi pemasaran tercapai jika sistem tersebut dapat
memberikan kepuasan pada pihak-pihak yang terlibat yaitu produsen, lembaga-
lembaga pemasaran dan konsumen. Analisis efisiensi pemasaran mencakup
analisis marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan dan biaya.
Berdasarkan analisis pemasaran, maka yang diketahui bahwa pola saluran
pemasaran 2 merupakan saluran pemasaran yang efisien. Hal tersebut didasarkan
pada hasil analisis margin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya
yang didapat. Dengan total marjin terendah sebesar Rp.2.000/kg dengan total
biaya Rp.529,09/kg, sedangkan farmer’s share sebesar 63,63 persen dan rasio
keuntungan dan biaya sebesar Rp.19/kg. Sedangkan pada pola saluran pemasaran
1 diketahui memiliki total margin sebesar Rp.3.000/kg, farmer’s share sebesar 50
persen, total biaya pemasaran sebesar Rp.690,09/kg serta rasio keuntungan dan
biaya sebesar Rp.3,35/kg, akan tetapi bagi petani pola saluran 1 merupakan yang
efesien, yaitu berdasarkan resiko yang diterima produsen dapat diminimalisir
akibat produk yang tidak terjual dan pada saluran 1 ini dikatakan volume
pemasaran wortel yang paling besar, hal ini dapat mempengaruhi dalam
penyebaran produk kepada konsumen akhir yang lebih luas. Berikut efisiensi
teknis dan ekonomis dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Tabel 18. Analisis Efisiensi Pemasaran Wortel di Desa Kaduengang
Biaya Jarak
Saluran Pemasaran Keuntungan (Km) Efisiensi
Teknis Ekonomis
1 690,09 2.310 12 57,51 3,35
2 529,09 1.900 7 75,58 3,59
Sumber : Analisis Data Primer 2014

Hasil perhitungan efisiensi teknis dan ekonomis memiliki indeks yang


berbeda, jika nilai indeks efisiensi teknis lebih kecil maka dinyatakan suatu
saluran pemasaran tersebut efisiensi. Hal ini terlihat dari jarak pemasaran dengan
biaya pemasaran yang dikeluarkan. Dari hasil analisis deketahui indeks efisiensi
teknis terendah ada pada saluran pemasaran yang pertama, saluran ini dikatakan
efisien artinya biaya pemasaran perkilogram perkilometer untuk jarak paling jauh
kurang lebih 12 Km menggunakan biaya pemasaran paling murah sebesar Rp.
57,51/Kg/Km jika dibandingkan dengan saluran pemasaran yang kedua.
Sedangkan pada indeks efisiensi ekonomis dinyatakan dengan nilai indeks yang
terbesar sebagai saluran yang efisien yaitu pada saluran pemasaran yang kedua
sebesar 3,59 artinya keuntungan yang diperoleh memiliki nilai rasio yang lebih
tinggi setelah dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis saluran pemasaran wortel di Desa


Kaduengang dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Bentuk saluran pemasaran wortel di Desa Kaduengang terdiri dari dua


saluran pemasaran yaitu :
a) Petani/Produsen → Pedagang Pengumpul → Pedagang Besar →
Pedagang Pengecer → Konsumen
b) Petani/Produsen → Pedagang Besar → Pedagang Pengecer →
Konsumen.
2. Besarnya biaya pemasaran yang dikeluarkan pada saluran pemasaran pertama
sebesar Rp. 690,09/kg, sedangkan biaya pemasaran pada saluran kedua
sebesar Rp. 529,09 /kg. Jumlah margin dan keuntungan pemasaran pada
saluran pertama sebesar Rp. 3.000/Kg, sedangkan margin pemasaran pada
saluran kedua sebesar Rp. 2.000/Kg dan jumlah keuntungan pemasaran pada
saluran pertama sebesar Rp. 2.310/Kg sedangkan pada saluran kedua sebesara
Rp. 1.900/kg.
3. Saluran pemasaran wortel yang pertama adalah saluran yang paling efesien
jika dilihat dari efisiensi teknis yaitu sebesar Rp. 57,51 Kg/Km, sedangkan
pada saluran pemasaran yang kedua adalah paling efisien jika dilihat dari
efisiensi ekonomis yaitu sebesar 3,59. Saluran pemasran kedua adalah saluran
pemasaran yang efisien dibandingkan dengan saluran pemasaran pertama,
karena saluran pertama memiliki nilai total margin terendah dan nilai
farmer’s share tertinggi. Akan tetapi bagi petani/responden wortel adalah
pola saluran pertama yang efisien karena dapat mengurangi resiko kerugian
dalam proses pemasaran.
5.2 Saran

1. Guna mencapai saluran pemasaran wortel yang efisien di Desa


Kaduengang, petani/produsen wortel disarankan menggunakan pola
saluran kedua agar pelaku pemasaran yang terlibat lebih sedikit sehingga
petani produsen memiliki nilai margin yang rendah dan nilai
farmer’s share yang tinggi. Petani/produsen wortel sebaiknya
memperbanyak jaringan yang luas dalam memasarkan wortel sehingga
petani dapat menjual wortel ke berbagai tempat tanpa harus selalu menjual
melalui pedagang perantara.
2. Dukungan Pemerintah terutama instansi Kabupaten Pandeglang agar
membantu petani dalam pengembangan dan penyediaan sistem informasi
dasar yang sangat diperlukan.
DAFTRA PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,


Edisi Revisi V. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Azzaino, Zulkifli. 1982. Pengantar Tataniaga Pertanian. Departemen Ilmu-ilmu


Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Badan Pusat Statistik. (2013). Banten Dalam Angka Tahun 2013. Badan Pusat
Statistik Provinsi Banten. Serang.

Badan Pusat Statistik. (2013). Kabupaten Pandeglang Dalam Angka 2013. Badan
Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang.

Basu. 2002. Azas – Azas Pemasaran. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta.

Daniel, Moehtar. 2004. Metode Penelitian Sosek. Bumi Aksara. Jakarta.

Firdaus, Muhammad. 2009. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara : Jakarta.

Hanapi. 2006. Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET

Kohls, RL. And Uhls. 1990. Marketing of Agricultural Products. Fourth Ed.
Macmillon. New York.

Kotler Philip. 2002. Manajemen Pemasaran, Edisi Kesebelas. Jakarta: PT Indeks


Kelompok Gramedia.

Limbong W. H, P.Sitorus. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Fakultas


Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Martodireso. 2002. Agribisnis Kemitraan Usaha Bersama, Upaya Peningkatan


Kesejahteraan Petani. Kanisius. Yogyakarta.

Puspita, Serra. 2013. “Pengaruh SLPTT padi terhadap peningkatan kesejahteraan


petani”. [Skripsi] S1 Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Sultan Ageng Tirrtayasa.

Rahmawati Arsyad. 2012. https://docs.google.com/presentation/sejarahwortel. Di


akses pada : 19.03 20/12/2013.

Saefudin, Hanafiah. 2006. Tata Niaga Hasil Perikanan. Jakarta: Universitas


Indonesia (UI-Press).
Said dan Intan. 2004. Manajemen Agribisnis. PT Ghalia Indonesia. Jakarta.

Soekartawi. 1989. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-hasil Pertanian.


PT. Raja Grafindo. Jakarta.
Sri Widiyanti. 2008. Analisis Efesiensi Pemasaran Talas. Kasus di desa Taman
Sari. Kecamatan Taman Sari. Bogor. Jawa Barat.

Sudiyono, A. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Sukartawi. 2002. Prinsip Dasar Manajemen Hasil-Hasil Pertanian: Teori dan


Aplikasinya. Edisi 1. Cetakan 3. PT.RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Zulkarnain. 2009. Dasar-dasar Hortikultura. Bumi Aksara : Jakarta.


KUISIONER PENELITIAN

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis

Efisiensi Pemasaran Wortel (Daucus carrota L.)”

(Suatu Kasus di Kecamatan Cadasari Desa Kaduengang Kabupaten Pandeglang-


Banten)
Petani Produsen Wortel

1. Nama responden :
2. Jenis kelamin :
3. Umur :
4. Pendidikan formal : SD / SMP / SMA / PT
5. Luas lahan :
6. Jumlah tanggungan keluarga :
7. Pengalaman berusaha :
8. Berapa harga jual wortel /kg Rp……….
9. Jumlah produksi/panen? Rp……….
10. Berapa kali panen dalam setahun? ………Kali
11. Apakah kegiatan panen dilakukan sendiri?
Jika tidak siapa yang melakukan dan berapa biaya nya? Ket:
…………………………………………………………………………..
12. Kemana saja wortel ini dijual ?
a. Pedagang pengumpul
b. Pedagang besar
c. Pedagang pengecer
13. Siapa nama pedagang perantara / konsumen akhir tersebut?
14. Lokasi pedagang perantara / konsumen akhir tersebut?
15. Bagaimana sistem pembayaran ?
a. Kontan b. Dicicil
16. Berapa jumlah biaya pemasaran yang dikeluarkan setiap panen :
a. Biaya pemanenan Rp……….
b. Tenaga kerja Rp……….
c. Biaya pengangkutan Rp……….
d. Bongkar muat Rp……….
e. Retribusi Rp……….
17. Berapa biaya yang di keluarkan untuk sekali musim panen Rp……….
18. Fungsi apa saja yang dijalankan dalam memasarkan wortel ?
a. Fungsi pembelian e. Fungsi penjualan
b. Fungsi pengangkutan f. Fungsi pengolahan
c. Fungsi penyimpanan g. Fungsi penanggungan resiko
d. Fungsi pengolahan h. Informasi pasar
KUISIONER PENELITIAN

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis

Efisiensi Pemasaran Wortel (Daucus carrota L.)”

(Suatu Kasus di Kecamatan Cadasari Desa Kaduengang Kabupaten Pandeglang-


Banten)
Pedagang

1. Nama responden :
2. Jenis kelamin :
3. Umur :
4. Pendidikan formal : SD / SMP / SMA / PT
5. Jumlah tanggungan keluarga :
6. Pengalaman berusaha :
7. Dalam usaha wortel, termasuk lembaga pemasaran apakah anda ?
a. Pedagang besar b. Pedagang pengumpul c. Pedagang pengecer
8. Apakah menjadi salah satu lembaga pemasaran merupakan pekerjaan utama
anda ?
a. Ya b. Tidak
9. Bentuk lembaga yang dilakukan ?
a. Perorangan b. Koperasi c. Firma/CV d. Lainnya, sebutkan……
10. Dimana tempat anda membeli jagung tersebut ? ……
11. Berapa frekuensi dalam melakukan pembelian ? ……
12. Berapa harga pembelian jagung / kg? ……
13. Bagaimana sistem pembayaran ?
a. Kontan b. Dicicil
14. Bagaimana cara penentuan harganya ?
a. Petani b. Pedagang c. Tawar menawar d. Lainnya
15. Bagaimana penyerahan barang ?
a. Ditempat penjual b. Ditempat pembeli
16. Berapa besar biaya pemasaran yang di keluarkan ?
a. Transportasi Rp……….
b. Retribusi Rp……….
c. Bongkar / muat Rp……….
d. Karung Rp……….
e. Lainnya Rp……….
17. Apakah anda menanggung semua resiko dari kegiatan pembelian ?
18. Kemana biasanya anda melakukan kegiatan penjualan ?
19. Berapa banyak yang anda jual ?
20. Jarak tempuh ke tempat konsumen akhir (Km)
21. Berapa harga jual wortel di konsumen Rp……….
22. Fungsi apa saja yang dijalankan dalam memasarkan wortel ?
a. Fungsi pembelian e. Fungsi penjualan
b. Fungsi pengangkutan f. Fungsi pengolahan
c. Fungsi penyimpanan g. Fungsi penanggungan resiko
d. Fungsi pengolahan h. Informasi pasar
LAMPIRAN 2

Data Responden Petani Wortel di Desa Kaduengang Kecamatan Cadasari pada Tahun 2013

Pengalaman Luas
Kelompok Tanggungan
No Nama Umur Pendidikan Bertani Lahan
Tani Keluarga
(Tahun) (m²)
1 Asda Tunas Tani 46 SMA 2 20 15000 m²
2 Odih Tunas Tani 50 SMP 1 14 2500 m²
3 Satiri Tunas Tani 42 SMA 4 15 10000 m²
4 Miskal Tunas Tani 47 SMP 2 13 5000 m²
5 Safrudin Tunas Tani 39 SMP 4 13 5000 m²
6 Muhibin Curug Buang 39 SD 3 10 5000 m²
7 Saepul Curug Buang 33 SD 1 8 10000 m²
8 Jawini Curug Buang 47 SD 3 12 5000 m²
Tidak
9 Jinawati Curug Buang 44 4 7 2500 m²
Sekolah
Harapan
10 Encuk 47 SD 2 20 5000 m²
Makmur
Harapan
11 Rohidi 32 SD 2 10 10000 m²
Makmur
Harapan
12 Sayuti 41 SMP 6 18 2500 m²
Makmur
Harapan
13 Dahroji 53 SD 5 19 15000 m²
Makmur
Harapan
14 Arjawi 55 SD 5 21 15000 m²
Makmur
15 Soni Taruna Tani 46 SMA 3 17 25000 m²
16 Madhari Taruna Tani 49 SMA 5 19 10000 m²
Tidak
17 Musri Taruna Tani 52 5 12 2800 m²
Sekolah
Tidak
18 Sumenah Taruna Tani 46 4 19 15000 m²
Sekolah
19 Rohadi Taruna Tani 32 SD 2 8 5000 m²
20 Saad Sumber Rejeki 40 SMA 3 11 10000 m²
21 Rahmat Sumber Rejeki 27 SMP 1 6 5000 m²
22 Jamjuri Sumber Rejeki 43 SD 4 13 5000 m²
Tidak
23 Markani Sumber Rejeki 42 3 17 10000 m²
Sekolah
24 Kojali Sumber Rejeki 35 SD 2 15 5000 m²
25 Sabana Sumber Rejeki 42 SMP 2 17 2500 m²
26 Itob Sumber Rejeki 40 SD 3 14 2500 m²
Tidak
27 Suhroni Sumber Rejeki 41 2 19 5000 m²
Sekolah
LAMPIRAN 3

Karakteristik Pedagang Responden Saluran Pemasaran Wortel di Desa


Kaduengang.

1. Karakteristik Responden Pedagang Pengumpul

No. Nama Jenis Kelamin Umur Pendidikan

1 Basri L 40 SMA
2 Madsari L 37 SMA
3 Sahlan L 42 SMP
4 Sayuti L 40 SMA

2. Karakteristik Responden Pedagang Pengecer

No. Nama Jenis Kelamin Umur Pendidikan

1 Saipul L 45 SMP
2 Juen L 39 SMA
3 Sarwana L 50 SMP
4 Rohadi L 35 SMA

3. Karakteristik Responden Pedagang Besar

No. Nama Jenis Kelamin Umur Pendidikan

1 Sukari L 47 SMA
2 Arot L 35 SMA
3 Juen L 35 SMP
LAMPIRAN 4

Analisis Margin Pemasaran dan Biaya Pemasaran Wortel

Pola Saluran I
Margin Pemasaran Pola Saluran I di hitung dengan rumus :
Pedagang Pengumpul
Mi = Pki – Ppi
Mi = Rp.4.500/kg – Rp.3.000/kg
= Rp.1.500/kg
Pedagang Besar
Mi = Pki – Ppi
Mi = Rp.5.500/kg – Rp.4.500/kg
= Rp.1.000/kg
Pedagang Pengecer
Mi = Pki – Ppi
Mi = Rp.6.000/kg – Rp.5.500/kg
= Rp.500/kg
Total Margin Pemasaran = Rp.3.000

Biaya Pemasaran Pola Saluran I di hitung dengan rumus :


Produsesn
Cp = M1 + M2 +M3+M4
Cp = 0 + 0.09 + 0 + 0
= Rp.0.09/kg
Pedagang Pengumpul
Cp = M1 + M2 +M3+M4
Cp = Rp.500 + 0 + Rp.50 + Rp.20
= Rp.570/kg
Pedagang Besar
Cp = M1 + M2 +M3+M4
Cp = 0 + 0 + Rp.50 + Rp.20
= Rp.70/kg
Pedagang Pengecer
Cp = M1 + M2 +M3+M4
Cp = 0 + 0 + Rp.50 + 0
= Rp.50/kg
Total Biaya Pemasaran = Rp.690.09
Pola Saluran II
Margin Pemasaran Pola Saluran II di hitung dengan rumus :
Pedagang Besar
Mi = Pki – Ppi
Mi = Rp.4.500/kg – Rp.3.500/kg
= Rp.1.000/kg
Pedagang Pengecer
Mi = Pki – Ppi
Mi = Rp.5.500/kg – Rp.4.500/kg
= Rp.1.000/kg
Total Margin Pemasaran = Rp.2.000

Biaya Pemasaran Pola Saluran I di hitung dengan rumus :


Produsen
Cp = M1 + M2 +M3+M4
Cp = Rp.400 + Rp.9.09 + 0 + Rp.20
= Rp.429.09/kg
Pedagang Besar
Cp = M1 + M2 +M3+M4
Cp = 0 + 0 + Rp.50 + 0
= Rp.50/kg
Pedagang Pengecer
Cp = M1 + M2 +M3+M4
Cp = 0 + 0 + Rp.50 + 0
= Rp.50/kg
Total Biaya Pemasaran = Rp.529.09
Analisis Farmer’s Share Pemasaran Pola Saluran I Dihitung Dengan Rumus :

Perhitungan Analisis Keuntungan Pemasaran dan Farmer’s share

Analisis Keuntungan Pemasaran Pola Saluran I Dihitung Dengan Rumus :


Pedagang Pengumpul
π=M–C
π = Rp.1.500 – Rp.570
= Rp.930

Pedagang Besar

π=M–C
π = Rp.1.000 – Rp.70
= Rp.930

Pedagang Pengecer

π=M–C
π = Rp.500 – Rp.50
= Rp.450

Total Keuntungan = Rp.2.310/kg

Analisis Keuntungan Pemasaran Pola Saluran II Dihitung Dengan Rumus :


Pedagang Besar
π=M–C
π = Rp.1.000 – Rp.50
= Rp.950

Pedagang Pengecer

π=M–C
π = Rp.1.000 – Rp.50
= Rp.950

Total Keuntungan = Rp.1.900/kg


Fs = x 100%

Fs = x 100%

= 50%

Analisis Farmer’s Share Pemasaran Pola Saluran II Dihitung Dengan Rumus :

Fs = x 100%

Fs = x 100%

= 63,63%
LAMPIRAN 7

Analisis Efisiensi Teknis dan Efisiensi Ekonomis pada Pola Saluran


Pemasaran Wortel (Daucus carrota L.) di Desa Kaduengang Kecamatan
Cadasari Kabupaten Pandeglang – Banten.

Perhitungan efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis setiap pola saluran pemasaran
sebagai berikut :

Pola Saluran Pemasaran I

Diketahui : Total Biaya Pemasaran = Rp. 690,09/kg

Total Keuntungan = Rp. 2.310/kg

Jarak = 12 Km

Indeks Efisiensi Teknis =

Indeks Efisiensi Teknis =

Indeks Efisiensi Ekonomis =

Indeks Efisiensi Ekonomis =

Pola Saluran Pemasaran II


Diketahui : Total Biaya Pemasaran = Rp. 529,09/kg

Total Keuntungan = Rp. 1.900/kg

Jarak = 7 Km

Indeks Efisiensi Teknis =

Indeks Efisiensi Teknis =

Indeks Efisiensi Ekonomis =

Indeks Efisiensi Ekonomis =


Dokumentasi Penelitian

Lahan Garapan Wortel Proses Penyiangan

Proses Pemanenan Wortel Varietas Lokal


Proses Wanwancara

Proses Pengemasan

Anda mungkin juga menyukai