Anda di halaman 1dari 97

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KOMODITAS BAWANG

MERAH DI DESA BATUNONI KECAMATAN ANGGERAJA


KABUPATEN ENREKANG

SARASWATI
105960186215

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020

1
ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KOMODITAS BAWANG MERAH
DI DESA BATUNONI KECAMATAN ANGGERAJA
KABUPATEN ENREKANG

SARASWATI
105960186215

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian


Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020

2
3
4
PERTANYAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : Analisis Efisiensi

Pemasaran Komoditas Bawang Merah di Desa Batunoni Kecamatan

Anggeraja Kabupaten Enrekang adalah benar merupakan hasil karya yang

belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, 12 Februari 2020

Saraswati

5
ABSTRAK

SARASWATI.105960186215, Fakultas Petanian, Jurusan Agribisnis “Analisis


Efisiensi Pemasaran Komoditas Bawang Merah di Desa Batunoni Kecamatan
Anggeraja Kabupaten Enrekang” di bawah bimbingan JUMIATI dan
DEWI PUSPITASARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui saluran pemasaran bawang
merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang dan
mengetahui tingkat efisiensi saluran pemasaran bawang merah di Desa Batunoni
Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang . Populasi dalam penelitian berjumlah
142 petani dan pedagang, kemudian ditarik sampel sebanyak 20% dari populasi,
sehingga diperoleh sampel sebanyak 28 orang petani bawang merah. Pengambilan
sampel dilakukan metode acak sederhana (Simple Random Sampling).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis pemasaran dengan
menggunakan analisis marjin memperoleh total marjin pemasaran sebesar 13.000.
Untuk saluran 1 memperoleh marjin sebesar Rp 4.000 dan untuk saluran 2 sebesar
Rp 9.000. Sedangkan efisiensi pemasaran bawang merah memiliki nilai efisien
sebesar Rp 0,12% pada saluran pemasaran 1 dan untuk saluran pemasaran 2
memiliki nilai sebesar Rp0,13%. hal ini dikatakan bahwa saluran yang memiliki
nilai paling efisien adalah saluran pemasaran 1, karena biaya yang dikeluarkan
lebih sedikit dibanding dengan saluran pemasaran 2 karena rantai pemasarannya
lebih panjang daripada saluran pemasaran 1.
Kata kunci : Analisis Marjin, Saluran Pemasaran, dan Efisiensi Pemasaran.

6
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam

tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat

dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Efesiensi Pemasaran Komoditas Bawang Merah Di Desa

Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang”. Dalam penyusunan skripsi

penulis menghadapi banyak kendala, akan tetapi kendala itu mampu diselesaikan

dengan baik berkat arahan dan bimbingan yang senantiasa membimbing kami dan

motivasinya selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Bapak Dr. H. Burhanuddin,S.Pi.,M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Ibu Dr. Jurmiati.S.P.,M.M dan Ibu Dr.Dewi Puspitasari, S.P.,M.Si selaku

dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya dan mengarahkan

penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Ibu Dr. Sri Mardiyati.,S.P.,M.P selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

7
4. Kepada ayahanda bapak Abbas dan ibu suharni, terimakasih yang tiada

terhingga atas restu dan iringan do’a yang senantiasa dipanjatkan untuk

penulis serta kepada keluarga tercinta yang telah banyak memberikan

bantuan dan dorongan moril dalam peyusunan skripsi ini.

5. Bapak/ibu dan asisten Dosen Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan

ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

6. Segenap staf dan karyawan Fakultas Pertanian universitas Muhammadiyah

Makassar.

7. Kepada pihak pemerintah Kabupaten Enrekang khususnya kepada di desa

Batunoni beserta jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk

melakukan penelitian di Desa tersebut.

8. Sahabat – sahabat saya yakni Kusmala Dewi, Nurdiana, Masriana, Sri

Wulandari, Yayudi Resteria Manu, Yanti, santri, dan Irfan yang selalu

memberikan motivasi dan dukungannya.

9. Teman – teman terutama kelas A 2015

Akhir kata penulis ucapkan banyak terimah kasih kepada semua pihak

yang terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan

dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Semoga Kristal-kristal allah senantiasa tercurahkan kepadanya. Amin.

Makassar, 12 Februari 2020

Saraswati

8
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI ........................................................ iii

ABSTRAK ....................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Pengertian Pemasaran ........................................................................ 6
2.2. Fungsi Pemasaran............................................................................. 7
2.3. Margin Pemasaran ........................................................................... 11
2.4. Harga .................................................................................................. 14
2.5. Efisiensi Pemasaran .......................................................................... 15
2.6. Saluran dan Lembaga Pemasaran...................................................... 17
2.7. Komoditas Bawang merah................................................................. 18
2.8. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 20
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 23
3.2. Tekhnik Pengambilan Sampel ........................................................... 23

9
3.3. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 24
3.4. Tekhnik Pengumpulan Data ............................................................... 25
3.5. Tekhnik Analisis Data........................................................................ 25
3.6. Definisi Operasional .......................................................................... 27

IV. GAMBARAN UMUN DAN LOKASI PENELITIAN


4.1. Luas dan Letak Goegrafis ................................................................. 28
4.2. Kondisi Demografis ......................................................................... 28
4.3. Kondisi Sosial Budaya ..................................................................... 29
4.4. Sarana dan Prasarana........................................................................ 30
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Identitas Responden ......................................................................... 32
5.1.1 Umur Responden Petani.......................................................... 32
5.1.2 Tanggungan Responden .......................................................... 33
5.1.3 Tingkat Pendidikan ................................................................. 33
5.1.4 Pengalaman Responden .......................................................... 34
5.2. Identitas Responden Pedagang ........................................................ 35
5.2.1 Pedagang Pengumpul .............................................................. 35
5.2.2 Pedagang Besar ....................................................................... 36
5.2.3 Pedagang Pengecer.................................................................. 36
5.2.2.1 Umur Responden Pedagang ................................................. 37
5.2.2.2 Tanggungan Keluarga Responden ...................................... 37
5.2.2.3 Tingkat Pendidikan Pedagang .............................................. 38
5.2.2.4 Lama Berdagang .................................................................. 39
5.3. Lembaga Pemasaran........................................................................ 39
5.4. Saluran Pemasaran Bawang Merah ................................................. 42
5.4.1 Saluran Pemasaran Model I ................................................... 43
5.4.2 Saluran Pemasaran Model II .................................................. 44
5.5. Marjin, Biaya dan Keuntungan Pemasaran Bawang Merah ........... 46
5.5.1 Marjin Pemasaran................................................................. 46
5.5.2 Biaya Pemasaran .................................................................. 48
5.5.3 Keuntungan Pemasaran ........................................................ 51

10
5.6. Efisiensi Pemasaran ...................................................................... 51
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ................................................................................... 55
6.2. Saran.............................................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 56
LAMPIRAN

11
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
Teks
1. Produksi Bawang merah di Desa Batunoni Kecamatan
Anggeraja Kabupaten Enrekang ....................................................... ................2

2. Distribusi Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin di


Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten
Enrekang .......................................................................................... ..............28

3. Distribusi Jumlah Dusun RK dan TR Desa Batunoni


Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang .................................... ..............29

4. Distribusi Frekuensi Mata Pencaharian Pokok Masyarakat


Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja .............................................. ............. 29

5. Karakteristik Petani Bawang Merah Berdasarkan Umur di Desa


Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang .................... ............. 32

6. Tanggungan Keluarga Petani di Desa batunoni Kecamatan


Anggeraja Kabupaten Enrekang ....................................................... .............. 33

7. Karakteristik Petani di Desa batunoni Kecamatan Anggeraja


Kabupaten Enrekang ......................................................................... .............. 34

8. Pengalaman Petani Bawang Merah di Desa Batunoni


Kecamatan Anggeraja kabupaten Enrekang ..................................... .............. 35

9. Umur Responden pedagang di Desa Batunoni Kecamatan


Anggeraja Kabupaten Enrekang ....................................................... .............. 37

10. Tanggungan Keluarga Pedagang di Desa Batunoni Kecamatan


Anggeraja Kabupaten Enrekang ....................................................... .............. 37

11. Tingkat Pendidikan Pedagang di Desa Batunoni Kecamatan


Anggeraja kabupaten Enrekang ........................................................ .............. 38

12. Lama Berdagang Responden Pedagang di Desa batunoni


Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ................................... .............. 39

13. Saluran Pemasaran di Desa batunoni Kecamatan Anggeraja


Kabupaten Enrekang ......................................................................... .............. 45

12
14. Marjin Saluran Pemasaran Bawang Merah di Desa batunoni
Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang .................................... .............. 47

15. Biaya Pemasaran Bawang Merah Desa Batunoni Kecamatan


Anggeraja Kabupaten Enrekang ....................................................... .............. 48

16. Efisiensi Saluran Pemasaran Bawang Merah Desa Batunoni


Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang .................................... .............. 53

13
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
Teks
1. Kerangka Fikir Analisis efisiensi Pemasaran Komoditas Bawang
Merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten
Enrekang ........................................................................................ ..................22

2. Saluran Pemasaran Bawang Merah di Desa Batunoni Kecamatan


Anggeraja Kabupaten Enrekang .................................................... ..................42

3. Saluran Pemasaran Bawang Merah Model I di Desa Batunoni


Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang ................................ ................. 43

4. Saluran Pemasaran biji kakao II di Desa Batunoni Kecamatan


Anggeraja Kabupaten Enrekang ...................................................... ................. 44

14
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Teks

1. Kuesioner Penelitian ......................................................................................... 60


2. Identitas Responden Produsen .......................................................................... 63

3. Identitas Responden Pedagang .......................................................................... 64

4. Saluran Pemasaran Responden Desa Batunoni


Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ...................................... ...............64

5. Jumlah Penjualan dan Luas Lahan Petani bawang Merah di


Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ............. ….......... 65

6. Total Biaya Peasaran Petani Saluran 1dan 2 Pada setiap


Lembaga Yang Terlibat Dalam Pemasaran Bawang Merah
Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ............. ...............67

7. Total Biaya Pemasaran Pedagang 1dan 2 setiap Lembaga


Pemasaran Bawang Merah Desa Batunoni Kecamatan
Anggeraja Kabupaten Enrekang ......................................................... ..............69

8. Margin Saluran Pemasaran Bawang Merah Desa Batunoni


Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ...................................... ............. 70

9. Keuntungan Pemasaran Pedagang Saluran 1 dan 2 Pada


Setiap Lembaga yang Terlibat dalam Pemasaran Bawang
Merah Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten
Enrekang ............................................................................................. ...............71

10.Efisiensi Pemasaran Bawang Merah setiap Lembaga yang


Terlibat di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja
Kebupaten Enrekang........................................................................... ..............72

11.Efisiensi Pemasaran Bawang Merah Pada Setiap Saluran


Bawang Merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja
Kabupaten Enrekang........................................................................... ...............74

12. Peta Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ............. .....75

15
I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bawang merah adalah salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak

lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

kedalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai bumbu

penyedap makanan serta obat tradisional. Komoditas ini juga merupakan sumber

pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi

terhadap perkembangan ekonomi wilayah (Anindita, R.2004)

Pertumbuhan rata-rata bawang merah selama periode 2016 – 2018 adalah

sebesar 8,9% per tahun. Komponen pertumbuhan areal panen (5,6%) ternyata

lebih memberikan kontribusi, terhadap pertumbuhan produksi bawang merah

dibanding dengan komponen produktifitas 2,3% (Suhardjo. 2007). Bawang merah

dihasilkan di 24 dari 30 provinsi di indonesia. Provinsi penghasil utama (luas

areal panen dari 1.000 hektar pertahun) bawang merah di antaranya adalah

Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa

Timur, Bali, NTB dan Sulawesi Selatan (Anonim,2009).

Sulawesi selatan merupakan salah satu provinsi di kawasan timur

Indonesia yang memiliki potensi pengembangan bawang merah. Produksi bawang

merah di Sulawesi – Selatan dihasilkan di Kabupaten Bulukumba, Bantaeng,

Sinjai, Pinrang, Luwu Utara, Toraja, Enrekang dan Gowa dengan produksi

sebanyak 41.710 ton pada tahun 2015, di tahun 2016 meningkat 41.238 ton, di

tahun 2017 meningkat sebanyak 44.034 ton, di tahun 2018 semakin meningkat

51.728(Aswar, 2016).

16
Tabel l. Produksi Bawang Merah di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang
2016 sampai 2018
Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
Nama Produksi Produksi Produksi
Kecamatan (Ton) (Ton) (Ton)
Maiwa 0 3,50 26
Bungin 4,50 84 128
Enrekang 149,60 144 249
Cendana 0 0 0
Baraka 3.755,8 3.533,7 4.332
Buntu Batu 321,15 1.162,5 619,4
Anggeraja 6.986,55 4.449 8.930
Malua 315 170 499
Alla 544 288 264
Curio 26 0 0
Masalle 507,40 849,9 1.698
Baroko 0 256 392
Total 12.455,9 10.940,6 17.137,4
Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab. Enrekang

Berdasarkan tabel di atas bahwa hasil produksi dari 12 Kecamatan yang

ada di Kabupaten Enrekang pada tahun 2016 sampai 2018. Pada tahun 2016 total

produksi meningkat sebesar 12.455.9, kemudian pada tahun 2017 total produksi

mengalami menurun sebesar 10.940.9 dan di tahun 2018 total produksi

mengalami kenaikan sebesar 17.137.4. jadi dapat disimpulkan bahwa total

produksi bawang merah dari 12 Kecamatan yang ada di Kabupaten Enrekang tiap

tahunnya kadang mengalami penurunan dan kadang juga mengalami kenaikan

tiap tahunnya (Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab. Enrekang).

17
Usahatani bawang merah di Kabupaten Enrekang sudah dimulai sejak

puluhan tahun yang lalu terutama disekitar Kecamatan Anggeraja. Bawang merah

ini beradaptasi cukup baik pada daerah daratan rendah beriklim kering

(Anonim,2009). Salah satu problem mendasar yang selalu dialami oleh petani

adalah turunnya harga hasil pertanian pada saat panen raya, sehingga pembiayaan

lebih besar dari penerimaan, akibatnya petani merugi yang pada gilirannya

mengganggu keberlanjutan usahanya.(Prayitno dkk, 2013).

Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Enrekang untuk

melindungi petani bawang merah pada saat harga rendah adalah dengan kebijakan

harga melalui diterbitkannya Surat Keputusan Bupati Nomor 12A Tahun 2008

tentang Tim dan Petunjuk Pelaksana Harga Pasca Panen Hasil Pertanian Komoditi

Unggulan di Kabupaten Enrekang. Tujuan diterbitkannya surat keputusan bupati

ini adalah untuk melindungi petani dengan meningkatkan harga komoditi

unggulan pada saat panen raya. Harga jual bawang merah yang rendah di saat

panen raya selalu berada di titik impas, sehingga petani merugi. Cara yang

dilakukan adalah dengan pembelian bawang merah di atas titik impas oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang, maka petani bawang merah memperoleh

keuntungan usaha, sehingga dapat melanjutkan usaha berikutnya (Dinas Pertanian

dan Perkebunan Kab. Enrekang).

Petani di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

sebagaian besar perprofesi sebagai petani dan mayoritas petani membudidayakan

bawang merah dan merupakan tanaman andalan bagi petani sebagai mata

percahariannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Di Desa Batunoni terdapat

18
142 orang petani bawang merah dan pedagang tetap yang menjadi pemborong

bawang merah di Desa Batunoni berjumlah 5 orang. Pedagang yang biasa

memborong bawang merah para petani merupakan masyarakat yang tinggal dan

menetap di desa Batunoni (juliana,1999)

Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan suatu penelitian

dengan judul “Analisis Efisiensi Pemasaran Komoditas Bawang Merah di

Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah

yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana saluran pemasaran bawang merah di Desa Batunoni Kecamatan

Anggeraja Kabupaten Enrekang?

2. Bagaimana tingkat efisiensi saluran pemasaran bawang merah di Desa

Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabuapten Enrekang?

1.3 Tujuan dan Manfaat penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui saluran pemasaran bawang merah di Desa Batunoni

Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

2. Untuk mengetahui tingkat efisiensi saluran pemasaran bawang merah di

Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

19
1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Sebagai referensi bagi petani khususnya dalam melakukan pemasaran

bawang merah.

2. Sebagai sumber informasi dan referensi ilmiah bagi perkembangan dan

pengetahui khususnya mengenai pemasaran komoditas bawang merah.

3. Sebagai bahan masukan dan perkembangan bagi lembaga pemasaran

melakukan fungsi pemasaran dengan tepat agar tercapai efisiensi

pemasaran yang saling menguntungkan.

20
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang membuat

individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan

lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain.

Pemasaran yaitu sesuatu yang meliputi semua langkah yang dipakai atau

dibutuhkan untuk menempatkan barang kepada tangan konsumen ( Kotler 2004).

Apabila pemasaran melakukan pekerjaan dengan baik untuk mengidentifikasi

kebutuhan konsumen, mengembangkan produk dan menetapkan harga yang tepat,

mendistribusikan dan mempromosikannya secara efektif, maka akan sangat

mudah menjual barang-barang tersebut (Soekartawi 2002).

Pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses bagi

perusahaan akan mengetahui adanya cara dan falsafah yang terlibat didalamnya.

Konsep pemasaran tersebut diketahui dengan menggunakan tiga faktor dasar

yaitu:

1. saluran penjualan dan kegiatan perusahaan harus berorientasi pada

konsumen/pasar.

2. volume penjualan yang menguntungkan harus menjadi tujuan perusahaan,

dan bukannya volume untuk kepentingan volume itu sendiri.

3. seluruh kegiatan pemasaran dalam perusahaan harus dikoordinasikan dan

diintegrasikan secara organisasi.

21
Konsep pemasaran menurut (Swastha dan Irawan,2005) adalah

mendefinisikan konsep pemasaran sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa

pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi

kelangsungan hidup perusahaan. Bagian pemasaran pada suatu perusahaan

memegang peranan yang sangat penting dalam rangka mencapai besarnya volume

penjualan, karena dengantercapainya sejumlah volume penjualan yang diinginkan

berarti kinerja bagian pemasaran dalam memperkenalkan produk telah berjalan

dengan benar. Penjualan dan pemasaran sering dianggap sama tetapi sebenarnya

berbeda.

2.2. Fungsi Pemasaran

Fungsi pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-

kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,

mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan

kebutuhan, baik kepada pembeli potensial (yasinta, 2008).

Terdapat tiga fungsi pemasaran yang di kemukakan oleh yasinta 2008,

yaitu :

1. Fungsi pertukaran, dimana terdiri dari fungsi pembelian dan fungsi penjualan.

2. Fungsi fisis, yaitu fungsi pengangkutan, fungsi penyimpanan, dan fungsi

pemrosesan.

3. Fungsi penyediaan sarana, meliputi informasi pasar, penanggunan resiko,

pengumpulan, komunikasi, standarisasi, penyortiran, dan pembiayaan.

22
1. Fungsi Pertukaran

Produk harus dijual dan dibeli sekurangnya sekali dalam proses

pemasaran. Fungsi pertukaran yaitu melibatkan kegiatan yang menyangkut

pengalihan hak kepemilikan dari satu pihak kepihak lainnya dalam sistem

pemasaran. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses ini ialah pedagang, distributor

dan agen yang memperoleh komisi karena mempertemukan penjual dan pembeli.

Menurut (Yasinta,2008). Fungsi pertukaran dalam fungsi pemasaran

terdiri atas 2 bagian yaitu :

a. Fungsi Penjualan

Tugas pokok pemasaran adalah mempertemukan permintaan dan

penawaran (pembeli atau penjual ). Hal ini dapat dilakukan secara langsung atau

tidak langsung (melalui perantara).

Fungsi penjualan yaitu meliputi sejumlah fungsi tambahan sebagai berikut :

a) Fungsi perencanaan dan pengembangan produk. Sebuah produk yang

memuaskan konsumen merupakan tujuan mendasar dari semua usaha

pemasaran. Perencanaan dan pengembangan produk dianggap sebagai

fungsi produksi, tapi hal itu penting pula bagi perusahaan.

b) Fungsi mencari kontak. Fungsi ini meliputi tindakan-tindakan mencari dan

membuat kontak dengan para pembeli.

c) Fungsi menciptakan permintaan. Fungsi ini meliputi semua usaha yang

dilakukan oleh para penjual untuk mendorong para pembeli membeli

produk-produk mereka. Termasuk pada tindakan yang menjual secara

individu, dengan undian dan juga mengadakan reklame.

23
d) Fungsi melakukan negoisasi. Syarat serta kondisi penjualan harus

dirundingkan oleh para pembeli dan penjual. Termasuk merundingkan

kualitas, kuantitas, waktu, harga, pengiriman, cara pembayaran dan

sebagainya.

e) Fungsi melakukan kontak. Fungsi ini mencakup persetujuan akhir untuk

melakukan penjualan dan transfer hak milik.

b. Fungsi Pembelian

Fungsi pembelian yaitu meliputi segala kegiatan dalam rangka

memperoleh produk dengan kualitas dan jumlah yang diinginkan pembeli serta

mengusahakan agar produk tersebut siap digunakan pada waktu dan tempat

tertentu dengan harga yang layak.

Fungsi pembelian yang dikemukakan oleh (Brown 2001) sebagai berikut :

a. Fungsi perencanaan. Pembeli harus mempelajari pasar mereka sendiri untuk

mengetahui kualitas, jenis, dan kuantitas dari produk yang mereka perlukan.

Konsumen akhir juga dapat membuat keputusan mengenai produk yang ingin

mereka miliki.

b. Fungsi mencari kontak. Fungsi ini meliputi usaha-usaha mencari sumber

produk yang mereka inginkan. Penting bagi para pembeli untuk mencari

penjual yang dapat menawarkan barang atau jasa tertentu.

c. Fungsi mengadakan perundingan. Dalam hal ini syarat serta kondisi

pembelian harus diperundingkan terlebih dahulu dengan pihak penjual agar

tidak ada perselisihan dihari kemudian

24
d. Fungsi assembling. Persediaan barang harus dikumpulkan untuk digunakan

dalam proses produksi oleh para produsen dan pedagang eceran atau

dikonsumsi sendiri oleh konsumen akhir.

e. Fungsi kontrak. Setelah syarat dan kondisi tertentu yang telah disepakati,

selanjutnya dibuat perjanjian akhir dalam bentuk kontrak jual beli dan

pemindahan hak milik.

c. Fungsi Fisis

Kegunaan waktu. tempat dan bentuk ditambahkan pada produk ketika

produk diangkut, diproses dan disimpan untuk memenuhi keinginan konsumen.

Oleh karena itu, fungsi fisis meliputi hal-hal berikut :

a. Pengankutan merupakan gerakan perpindahan barang-barang dari asal mereka

menuju ke tempat lain yang diinginkan (konsumen).

b. Penyimpanan atau pergudangan berarti menyimpan barang dari saat produksi

mereka selesai sampai dengan waktu mereka akan dikonsumsi.

c. Pemrosesan. Bahan hasil pertanian sebagian besar adalah bahan mentah bagi

industri sehingga pengolahan sangat diperlukan untuk memperoleh nilai

tambah ( value added).

d. Fungsi Penyediaan Sarana

Fungsi penyediaan sarana adalah kegiatan-kegiatan yang dapat membantu

sistem pemasaran agar mampu beroprasi lebih lancar. Fungsi ini meliputi hal-hal

berikut :

a. Informasi pasar merupakan Pembeli memerlukan informasi mengenai harga

dan sumber-sumber penawaran. Informasi pasar ini dapat diperoleh dari

25
berbagai sumber, baik itu media massa, pemerintahan, perusahaan swasta

maupun lembaga pendidikan.

b. Penanggungan Risiko merupakan Pemilik produk menghadapi risiko

sepanjang saluran pemasaran.

c. Standarisasi dan grading merupakan Standarisasi memudahkan produk untuk

dijual dan dibeli, sedangkan grading adalah klasifikasi hasil pertanian kedalam

beberapa golongan mutu yang berbeda-beda dengan nama dan label tertentu.

d. Pembiayaan merupakan Pemasaran modern memerlukan modal dalam jumlah

besar untuk mebeli mesin-mesin dan bahan-bahan mentah, serta untuk

menggaji tenaga kerja. Proses pemasaranpun menghendaki pemberian kredit

kepada pembeli.

2.3 Marjin Pemasaran

Menurut Purnamasari (2010) marjin pemasaran merupakan perbedaan

harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen.

Untuk menganilisis pemasaran data harga yang digunakan adalah harga di tingkat

petani (produsen) dan harga di tingkat konsumen.

Marjin pemasaran (marketing marjin) adalah harga yang dibiayai oleh

konsumen dikurangi harga yang diterima oleh produsen. Tinggi-rendahnya marjin

pemasaran dipakai untuk mengukur efisiensi system pemasaran (tergantung dari

fungsi pemasaran yang dilaksanakan). Semakin besar marjin pemasaran maka

makin tidak efisien sistem pemasaran tersebut (Sa’id dan Intan,2001). Tingkat

harga yang harus dibayarkan oleh kosumen dan yang akan diterima oleh produsen

sangat tergantung pada bentuk dan struktur pasar yang berlaku, baik pasar

26
bersaing (penjual dan pembeli banyak), pasar monopsoni (pembeli tunggal), pasar

oligopsoni (pembeli sedikit), pasar monopoli (penjual tunggal), maupun pasar

oligopili (penjual sedikit). Panjangnya rantai pemasaran seringkali juga

menimbulkan pemasaran yang kurang efisien. Marjin pemasaran menjadi tinggi

akibat bagian yang diterima petani produsen (farmer’s share) menjadi kecil. Hal

ini sangat tidak menggairahkan produsen untuk berproduksi (Hanafie, 2010).

Marjin pemasaran terdiri dari biaya dan keuntungan di setiap aktivitas

lembaga pemasaran. Semakin banyak jasa atau perlakuan yang diberikan terhadap

komoditas akan semakin besar marjin yang ditimbulkan. Demikian pula dengan

keuntungan pelaku pemasaran, semakin tinggi keuntungan akan semakin besar

nilai marjin. Distribusi marjin dan keuntungan di dalam saluran selain

mencerminkan efisiensi pemasaran, juga menggambarkan tingkat keadilan

distribusi manfaat bagi pelaku pemasaran. (Rosyad, 2011).

Defenisi marjin pemasaran adalah perbedaan harga yang diterutama petani

dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen untuk produksi yang sama. Marjin

pemasaran termasuk semua biaya yang dikeluarkan dalam proses pemindahan

barang mulai dari petani produsen hingga ke konsumen akhir, serta keuntungan

yang diperoleh lembaga pemasaran. Besar kecilnya marjin pemasaran

dipengaruhi oleh biaya pemasaran, keuntungan lembaga pemasaran serta jumlah

permintaan dan penawaran menurut (Hanafiah dan Saefuddin, 1986) marjin tata

niaga adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga

yang dibayar kepada penjual pertama (Hp) dan harga yang dibayar oleh pembeli

terakhir (Hb), adapun rumus marjin pemasaran sebagi berikut:

27
M = Hp – Hb

Dimana :

M = Marjin Pemasaran (Rp)

Hp = Harga jual di tingkat produsen (Rp/kg)

Hb = Harga beli di tingkat konsumen akhir (Rp/kg)

Marjin tataniaga ( pemasaran) adalah selisih antara harga yang dibayarkan

oleh konsumen dengan harga yang diterima produsen. Marjin ini akan diterima

oleh lembaga niaga yang terlibat dalam proses pemasaran tersebut, maka panjang

tata niaga ( semakin banyak lembaga niaga yang terlibat) maka semakin besar

marjin tata niaga (Daniel, 2002).

Laba merupakan sisa lebih dari hasil penjualan dikurangi dengan harga

pokok barang yang dijual dan biaya – biaya lainnya. Untuk mencapai laba yang

besar, maka manajemen dapat melakukan langkah – langkah seperti menekan

biaya penjualan yang ada, menentukan harga jual sedemikian rupa sesuai dengan

laba yang dikehendaki dan meningkatkan volume penjualan sebesar mungkin

(Daniel,2002).

2.4 Harga

Harga adalah nilai tukar suatu barang yag dinyatakan dalam bentuk uang,

tetapi bukan saja harga barang – barang konsumsi, hal yang sma juga berlaku

bagi alat – alat produksi yang ditukar (s).

Menurut Sudiyono (2002) menyatakan bahwa pemasaran biaya

menentukan batas terendah dari harga. Perusahaan harus mempertimbangkan

banyak factor dalam menentukankebijakan harganya, diantaranya: memilih

28
tujuan penetapan harga, menentukan permintaan, memeperkirakan biaya,

menganalisis biaya, harga dan penawaran pesaing, memilih metode penetapan

harga dan memilih harga akhir.Gitosudarmo, (1998) mengatakan bahwa ada tiga

subyek yang menentukan dalam pembentukan harga suatu produk, yaitu :

produsen dengan dasar biaya – biaya produksi yang telah dikeluarkan sehingga

produk itu terwujud dan siap dipasarkan. Konsumen dengan daya beli dan dasar

– dasar kebutuhan serta kesukaan, pemerintah dengan peraturan dan ketentuan

harga sebagai pegendali tata harga pasaran( price mechanism).

Harga sesuatu produk merupakan ukuran terhadap besar kecilnya nilai

kepuasaan seseorang terhadap produk yang dibelinya. Konsumen berani

membayar suatu produk dengan harga yang mahal apabila tingkat kepuasan yang

diharapkannya terhadap produk yang akan dibelinya itu tinggi

(Gitosudarmo,2009). Sedangkan menurut kotler (2004) bahwa tinggi atau

rendahnya harga suatu produk akan tergantung pada faktor- faktor sebagi berikut:

a) Permintaan merupakan apabila permintaan konsumen terhadap produk tinggi

biasanya merupakan indikator bahwa daya beli konsumen tinggi. Dengan kondisi

demikian maka harga akan dapat ditetapkan secara maksimal

b) Biaya merupakan penepatan biaya secara minimal sebatas tungkat biaya

produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan termasuk memperhatikan juga

kondisi perekonomiannya

c) Persaingan merupakan faktor ini dapat menyebabkan tingkat harga berada

diantara dua ekstrem yaitu pada tingkat eksterm terendah ( eksterm minimal ) dan

pada tingkat harga tertinggi (eksterm maximal ). Jika pada suatu kondisi daya beli

29
masyarakat tetap tinggi, tetapi perusahaan dihadapkan pada persaingan maka

perusahaan tersebut harus menyesuaikan terhadap kondisi persaingan yang

dihadapi.

Untuk mengetahui bagian harga yang diterima petani bawang merah

,rumus yang digunakan sebagai berikut :

Dimana :

Fs = bagian yang diterima petani

Hj = harga jual ditingkat petani (Rp/Kg)

Ho = harga jual ditingkat konsumen (Rp/Kg

2.5 Efisiensi Pemasaran

Pengertian efisiensi tataniaga (pemasaran) yang dimaksudkan oleh

pengusaha swasta berbeda dengan yang dimaksud oleh konsumen. Perbedaan ini

timbul karena adanya perbedaan kepentingan antara pengusaha dan konsumen.

Pengusaha menganggap suatu sistem tata niaga efisien apabila penjualan

produknya dapat mendatangkan keuntungan tinggi baginya. Sebaliknya konsumen

menganggap sistem pemasaran efisien apabila konsumen mudah mendapatkan

barang yang diinginkan dengan harga rendah (Hanafiah dan Saefuddin, 2006).

Efisiensi pemasaran adalah nisbah antara biaya pemasaran dengan nilai

produk yang dinyatakan dengan persen. (Nainggolan, 2017).Efisiensi pemasaran

berdasarkan kelembagaan, yaitu: tinggi rendahnya efisiensi pemasaran

berdasarkan kelembagaan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya biaya pemasaran dan

30
volume/kapasitas penjualan komoditi/produk (kapasitas permintaan konsumen)

apabila harga jual komoditi/produk konstan.

Efisiensi pemasaran dapat ditingkatkan dengan memperkecil biaya

pemasaran, meningkatkan volume penjualan apabila harga komoditi/produk

konstan. Efisiensi pemasaran berdasarkan rantai pemasaran, yaitu tinggi

rendahnya efisiensi pemasaran berdasarkan rantai pemasaran dipengaruhi oleh

tinggi rendahnya jumlah biaya pemasaran dari beberapa lembaga pemasaran dan

volume/kapasitas penjualan komoditi/produk (kapasitas permintaan konsumen)

apabila harga jual komoditi/produk konstan. Efisiensi pemasaran berdasarkan

rantai pemasaran dapat ditingkatkan dengan memperkecil jumlah biaya pemasaran

dari beberapa lembaga pemasaran dan meningkatkan volume penjualan apabila

harga jual komoditi/produk konstan (Thomas, 2012)

Untuk mengetahui tingkat efisiensi dari marjin pemasaran pada setiap lembaga

pemasaran yang terlibat menggunakan rumus sebagai berikut :

Ep = X 100%

Dimana :

Ep = Efisiensi Pemasaran (%)

BP = Total Biaya Pemasaran (Rp/Kg)

NP = Total Nilai Produk yang dipasarkan (Rp/Kg)

31
2.6 Saluran dan Lembaga Pemasaran

Masalah pemilihan saluran dan lembaga pemasaran adalah suatu masalah

yang sangat penting sebab kesalahan dalam pemilihan ini dapat memperlambat

bahkan dapat memacetkan usaha penyaluran barang dari produsen kepada

konsumen. Saluran pemasaran merupakan suatu jalur dari lembaga-lembaga

penyalur yang mempunyai kegiatan menyalurkan barang dari produsen ke

konsumen. Penyalur ini secara aktif akan mengusahakan perpindahan bukan

hanya secara fisik tapi dalam arti agar barang-barang tersebut dapat dibeli

konsumen menurut Stanton dalam Nurlaila (2009).

Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang

menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa, dan komoditi dari produsen

kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau

individu lainnya. Lembaga pemasaran ini timbul karena adanya keinginan

konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat, dan

bentuk yang diinginkan konsumen. Tugas lembaga pemasaran ini adalah

menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen

secara maksimal. Konsumen memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran

ini berupa marjin pemasaran menurut Sudiyono dalam Widyaningsih, dkk (2010).

Lembaga pemasaran adalah orang atau badan usaha dan lembaga yang

secara langsung terlibat didalam menyalurkan barang dari produsen ke konsumen.

Lembaga-lembaga pemasaran ini dapat berupa tengkulak, pedagang pengumpul,

pedagang besar,dan pedagang pengecer

32
1. Tengkulak, yaitu lembaga pemasaran yang secara langsung

berhubungan dengan petani, tengkulak melakukan transaksi dengan

petani baik secara tunai, maupun dengan kontrak pembelian.

2. Pedagang pengumpul, yaitu membeli komoditi pertanian dari

tengkulak biasanya relatif kecil.

3. Pedagang besar, yaitu melakukan proses pengumpulan komoditi dari

pedagang pengumpul, juga melakukan proses distribusi ke agen

penjualan ataupun pengecer.

4. Pedagang pengecer merupakan lembaga pemasaran yang berhadapan

langsung dengan konsumen (Sudiyono, 2002)

2.7 Komoditas Bawang Merah

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang

sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini

termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubtitusi yang berfungsi sebagai

bumbu penyedap makanan serta bahan obat tradisional. Komoditas ini juga

merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontibusi

cukup tinggi terhadap perkembangan perekonomian wilayah (wibowo,1999).

Bawang merah adalah salah satu rempah multiguna. Paling penting

didayagunakan sebagai bahan bumbu dapur sehari-hari dan penyedap berbagai

masakan. Kegunaan lain dari umbi bawang merah adalah sebagai obat tradisional

untuk pelayanan kesehatan masyarakat. Sudah sejak lama, nenek moyang

menggunakan umbi awang merah sebagi obat nyeri perut dan penyembuhan luka

33
atau infeksi. Selain itu jga banyak digunakan untuk penyembuhan penyakit

demam, kencing manis dan batuk. Tumbuhan bawang merah adalah sejenis

tumbuhan semusim yang memiliki. Tumbuhan bawang merah (Allium cepa L.

Var. Ascalonium L. Back.), famili Alliaceae adalah pesies dengan nilai ekonomi

yang penting, yang dibudidayakan secara luas di seluruh dunia khususnya di

benua asia dan eropa (Rahayu dan Berlian,2004).

Bawang merah asal mulanya merupakan perubahan bentuk dari bawang

bombay yang mengadakan adaptasi dengan membentuk klon-klon yang spesifik

dengan jumlah kromosom 2n = 16. Perkembangan bawang merah didaerah iklim

sedang tidak normal, tetapi cukup potensial untuk dikembangkan didaerah tropis.

Dalam tiap 100 gram umbi bawang merah segar mengandung kalori 39,0

kalori,protein 1,5 gram, lemak 0,3 gram, karbohirat 0,2 gram, kalsium 36,0

mg,fosfor 40,0 mg, zat besi 0,8 mg, vitamin B1 0,03 mg, vitamin C 2,0 mg, dan

air 88,0 gram. Selain kaya akan kandungan gizi, umbi bawang merah juga banyak

mengandung senyawa kimia seperti proplonaldehia, metil alkohol, dan propil

merkaptan, serta sedikit sampai sedikitnya senyawa- senyawa yang terdiri atas

hydrogen sulfidaa, asetaldehida, sulful dioksida, diprppil alkoholl, 4-heksana-1-

alkohol,dan 2-hidroksil propantiol (Anonim,2013).

Varietas bawang merah yang ditanam di indonesia cukup banyak

macamnya, tetapi umurnya produksi varietas tersebut masih rendah (kurang dari

10 ton/ha). Beberapa hal yang membedakan varietas bawang merah satu dengan

yang lain biasanya didasarkan pada bentuk,ukuran, warna, kekenyalan, aroma,

umbi, umur tanam, ketahanan terhadap penyakit serta hujan, dan lain-lain.

34
Adapun beberapa varietas bawang merah tersebut antara lain : varietas bima

brebes, mean ,keling, maja cipanas, sumenep, kuning, kuning gombong,bangkok,

klon bawang merah no.88, klon bawang merah no. 86, dan klon bawang merah

no. 33 (putrasamedja dan suwandi, 1996).

2.8 Kerangka Pemikiran

Tanaman bawang merah merupakan salah satu komoditas andalan

perkebunan yang perannya cukup penting bagi perekonomian nasional yang

memiliki peluang pasar yang cukup menjanjikan. Disamping itu bawang merah

juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan

agroindustri.

Letak geografis Kecamatan Anggeraja , khususnya Desa Batunoni yang

didukung oleh cuaca/iklim yang cocok untuk membudidayakan tanaman bawang

merah karena daerah ini termaksud dataran rendah. Hasil produksi bawang merah

di Kecamatan Anggeraja yang cukup besar memungkinkan bawang merah

dipasarkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal, tetapi juga antar

wilayah.

Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis efisiensi pemasaran bawang

merah pada pasar lokal dan antar wilayah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

efisiensi saluran pemasaran yang diterapkan, aktifitas yang dilakukan tiap pelaku

dalam sistem menganalisis efesiensi bawang merah pada saluran efisiensi

pemasaran lokal dan antar wilayah.

35
Hasil produksi disalurkan melalui usaha bawang merah kemudian saluran

dan lembaga perantara yaitu antara lain : pedagang pengumpul, pedagang besar,

pedagang pengecer antar wilayah. Tiap lembaga perantara akan melakukan

aktifitas yang berbeda satu sama lain. Dengan adanya pemasaran bawang merah

maka akan terbentuk harga bawang merah. Harga bawang merah yang diterima

produsen dan pedagang atas jasa lembaga-lembaga pemasaran maka tiap lembaga

akan mengambil keuntungan

36
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan tersebut secara keseluruhan

maka bagan kerangka penelitian yaitu

Petani

Usaha Bawang
Merah

Pemasaran
Bawang Merah

Harga Bawang
Saluran dan Lembaga
Pemasaran: Merah
 Pedagang Besar
 Pedagang Pengumpul
 Pedagang Pengecer

Margin Pemasaran

Efisiensi Saluran
Pemasaran

Gambar 1. Kerangka pikir Operasional Penelitian Analisis Efisiensi Pemasaran


Komoditas Bawang Merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja
Kabupaten Enrekang

37
III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja

Kabupaten Enrekang pada bulan agustus–september 2019, dengan pertimbangan

bahwa di Kecamatan Anggeraja merupakan salah satu penghasil komoditas

bawang merah di Kabupaten Enrekang.

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Penentuan sampel petani dalam penelitian ini dilakukan dengan metode

Simple Random Sampling ( acak sederhana) yaitu cara pemilihan sampel dimana

anggota dari populasi dipilih satu persatu secara random. Semua anggota dari

populasi mendapatkan kesempatan yang sama untuk dipilih dan jika sudah

dipilih tidak dapat dipilih lagi. Pengambilan sampel bisa menggunakan lotere

atau bilangan random (Kounter, 2007).

Jumlah keseluruhan petani bawang merah di Desa Batunoni berjumlah 142

orang petani dan pedagang, maka jumlah sampel yang dipilih sebanyak 20%

dari populasi. Hal ini sesuai pendapat singarimbun (1995), yang menyatakan

bahwa apabila jumlah populasi lebih dari 100 orang, maka 20 – 25% populasi

tersebut dapat dijadikan sampel, jadi jumlah responden yang akan di teliti

sebanyak 28 orang di Desa Batunoni.

38
3.3 Jenis dan Sumber Data

jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas 2 yaitu:

1. Data kualitatif

Dsata kualitatif merupakan suatau kegiatan sesudah data dari seluruh responden

atau sumber data-data lain semua terkumpul. Teknik analisis data kuantitatif

yaitu menggunakan rumus efisiensi pemasaran.

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif bertujuan untuk mempermudah memahami apa yang terdapat

di balik semua data tersebut, mengelompokkannya, meringkasnya menjadi

suatu yang kompak dan mudah dimengerti, serta menemukan pola umum yang

timbul dari data tersebut. Dalam analisis data kuantitatif, agar mudah

dimengerti dan pola umum itu terwakili dalam bentuk simbol-simbol statistik,

yang dikenal dengan istilah notasi, variasi, dan koefesien.

Sumber data yang digunakan penelitian ada 2 yaitu:

1. Data primer yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti

secara langsung dari sumber datanya dengan bantuan koesioner. Data tersebut

berupa identitas responden dan beberapa pertanyaan terbuka terhadap

responden yang berkaitan dengan bawang merah dan pemasaran bawang

merah.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari

berbagai sumber yang telah ada peneliti sebagai tangan kedua, ketiga dan

seterusnya. Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro

Pusat Statistik, buku, laporan,jurnal, dan lain-lain.

39
3.4 Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan

langsung terhadap obyek yang diteliti dengan cara mencatat secara

sistematis terhadap gejala – gejala yang terkait dengan penelitian .

2. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan

analisis mempelajari sikap – sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik

beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh

sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada.

3. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan kepada responden yang berpedoman pada daftar pertanyaan

yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

4. Dokumentasi adalah salah satu cara yang dilaukan untuk menyediakan

gambar-gambar yang terjadi pada lokasi penelitian dengan menggunakan

bukti yang akurat dari pencatatan sumber-sumber.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriftif

kuantitatif. Analisis deskriftif kuantitatif merupakan metode analisis data yang

banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

data, serta penampilan dari hasilnya. Untuk menggunakan atau mendiskripsikan

mengenai saluran pemasaran yang ada di lokasi penelitian

40
1. Saluran pemasaran

Untuk mengetahui saluran pemasaran bawang merah baik dalam keadaan

kering, dilakukan dengan menelusuri secara langsung banyaknya yang terlihat

dalam memasarkan bawang merah,mulai dari petani (produsen) sampai

konsumen akhir.

2. Keuntungan pemasaran

Untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari kegiatan

pemasaran dihitung dengan menggunakan rumus(hamid,1972) sebagai berikut:

Kp = He – (Hp + B)

Dimana :

Kp = Keuntungan pemasaran

He = Harga jual

Hp = Harga beli

B = Biaya pemasaran

3. Untuk mengetahui efisiensi saluran pemasaran digunakan rumus :

EP ( Erickson 1992)

Jika : Ep yang nilainya terkecil = paling efisien

Dimana :

EP= Efisiensi pemasaran(%)


BP= Total biaya pemasaran ( Rp/L)
NP= Total nilai produk yang dipasarkan(Rp/L).

41
4. Marjin Pemasaran

Untuk mengetahui Marjin Pemasaran digunakan rumus :

MP = HBK – HJP

Dimana :

MP = Marjin Pemasaran

HBK = Harga beli Konsumen

HJP = Harga Jual Produsen

3.6 Defenisi Operasional

1. Petani adalah orang yang membudidayakan bawang merah di Desa

Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

2. Pedagang merupakan pembeli tetap bawang merah di Desa Batunoni

Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

3. Efisiensi sebagai indikator yang digunakan untuk mengetahui kinerja

pemasaran bawang merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja

Kabupaten Enrekang

4. Pemasaran sebagai faktor penting untuk mencapai sukses bagi perusahaan

akan mengetahui adanya cara dan falsafah yang terlibat didalamnya.

5. Saluran pemasaran sebagai perantara yang melaksanakan pekerjaan

tertentu dalam membawa produk dan hak semakin mendekat pada pembeli

akhir membentuk tingkat saluran

6. Pedagang besar adalah badan usaha yang mengumpulkan hasil pertanian

bawang merah dari petani dan pedagang pengumpul untuk di jual kembali

42
ke berbagai perusahaan yang ada di Kecamatan Anggeraja Kabupaten

Enrekang.

7. Pedagang pengumpul adalah badan atau pribadi yang kegiatan usahanya

mengumpulkan hasil pertanian untuk dijual kembali ke lembaga

pemasaran lain nya di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

43
IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Luas dan Letak Goegrafis

Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang adalah salah

satu Desa dari 15 Desa dan Kelurahan yang berada di Kecamatan Anggeraja

Kabupaten Enrekang yang terdiri dari 4 dusun yaitu: Dusun Batunoni, Dusun

Lumbaja, Dusun Galung, dan Dusun Locok.

Desa ini memiliki luas wilayah 5,05 Km2 dengan batas – batasnya sebagai

berikut:

1 Sebelah Utara : Desa Saruran, Kecamatan Anggeraja

2 Sebelah Timur : Kecamatan Baraka

3 Sebelah Barat : Kelurahan Tanete, Kecamatan Anggeraja

4 Sebelah Selatan : Kecamatan Enrekang

Jarak tempuh dari Desa Batunoni ke Ibu Kota Kecamatan 9 Km, jarak

tempuh dari Desa Batunoni ke ibu Kabupaten 35 Km. Desa Batunoni berada pada

ketinggian 500 – 1000 mdpl.

4.2 Kondisi Demografis

Penduduk Desa Batunoni Terdiri atas 2.330 jiwa. Berikut Perbandingan

jumlah penduduk perempuan dengan laki – laki :

Tabel 2. Distribusi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin Desa Batunoni


Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang
Laki – laki Perempuan Total

1.055 jiwa 1.073 jiwa 2.128jiwa


Sumber : Data Sekunder, 2019

44
Adapun data banyaknya dusun, RK dan RT di Desa Batunoni Kecamatan

Anggeraja Kabupaten Enrekang adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Distribusi Jumlah Dusun, RK dan RT Desa Batunoni Kecamatan


Anggeraja Kabupaten Enrekang
Dusun RK RT
3 6 12
Sumber : Data Sekunder, 2016

4.2. Kondisi Sosial Budaya

1. Mata Pencaharian

Sebagian besar mata pencaharian pokok penduduk Desa Batunoni adalah

bertani bawang merah dan jagung, ini disebabkan karena Batunoni merupakan

wilayah daratan tinggi dengan kondisi wilayah yang subur. Selain bertani,

penduduk juga memiliki usaha jasa perseorangan. Adapun rincian usaha jasa

perorangan Desa Batunoni adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Mata Pencaharian Pokok Masyarakat Desa Batunoni


Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang
Jenis Pekerjaan Jumlah
Servis motor / mobil 2
Tukang cukur 1
Tukang jahit 1
Tv kabel 1

Sumber :Data Sekunder,2016

2. Agama

Berdasarkan data sekunder tahun 2015, seluruh penduduk Desa Batunoni

beragama islam dengan jumlah 2.128. Hal ini dapat dilihat pula dari sarana

prasarana tempat ibadah, di Desa Batunoni hanya terdapat masjid.

45
3. Sosial Budaya

Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia di masyarakat tidak

dapat hidup sendiri, selalu membutuhkan pertolongan orang lain. Tolong –

memolong dilakukan secara kekeluargaan serta gotong – royong berdasarkan

kesadaran.

Sejak dahulu tradisi dan kebiasan tolong menolong telah tumbuh dan

tertanam dalam kehidupan masyarakat Desa Batunoni. Kegiatan kegotong –

royongan akan kita jumpai pada kegiatan seperti acara pernikahan, membangun

rumah (mappatinda’bola), pengecoran jalan tani dan lain – lain.

Penduduk Desa batunoni sebagian besar bersuku Duri, sehingga dalam

percakapan sehari – hari bahasa duri dan masih mempertahankan adat istiadat,

seperti pesta pernikahan, larangan berjudi, larangan mencuri dan berselingkuh.

Keadaan sosial ekonomi dan budaya sangat berpengaruh terhadap

kehidupan dan kesehatan suatu kelompok masyarakat. Oleh karena itu, faktor

sosial ekonomi sangat penting untuk diperhatikan demi meningkatkan status

derajat kesehatan.

4.3. Sarana dan Prasarana

1.Kantor Desa Batunoni

Kantor Desa Batunoni tergolong baik, sebab bangunan dari kantor desa

merupakan bangunan baru dan beberapa fasilitaas dikantor desa telah tersedia,

misalnya kursi, meja, lampu, computer serta printer.

46
2. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan di Desa Batunoni yaitu TK Ahsyahara Batunoni dan

Sekolah Dasar (SDN 59 Garotin dan SDN 75 Locok).

3. Sarana Kesehatan

Sarana penunjang kesehatan di Desa Batunoni yaitu 1 pustu dan 2

posyandu. Adapun tenaga kesehatannya terdapat bidan berjumlah 5 orang.

Kegiatan bidan desa selaku petugas kesehatan di tingkat desa, selain pemeriksaan

bulanan di Posyandu, juga melakukan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat

yang berpusat di pustu.

4. Sarana Ibadah

Sarana peribadahan yang tersedia di Desa Batunoni berjumlah 4 buah yang

terdiri dari 3 bangunan masjid dan 1 musholla. Masjid terletak masing – masing di

tiga dusun yaitu di Dusun Locok, Dusun batunoni, Dusun Lumbaja sedangkan

musholla terletak di Dusun Galung.

47
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden

Identitas responden yang diuraikan dalam pembahasan berikut

menggambarkan berbagai aspek keadaan yang meliputi : umur, tanggungan

keluarga, pendidikan, pengalaman bertani,dan untuk lebih lanjut dapat di uraikan

dibawa ini :

5.1.1 Umur Responden Petani

Umur petani merupakan salah satu faktor penting dalam usahatani.

Kemampuan fisik petani dalam mengelola usahataninya sangat dipengaruhi oleh

umur petani. Umur yang produktif yaitu mulai umur 37 – 53 tahun. Petani pada

umur produktif dianggap memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola

usahatani bawang merah karena kemampuan fisik petani masih kuat. Pada umur

lebih dari 53 tahun. Petani dianggap mengalami penurunan pada kemampuan

fisik, sehingga pengelolaan usahatani kurang maksimal.

Tabel 5. Karakteristik Petani Bawang Merah Berdasarkan Umur Di Desa


Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

Kelompok Umur Jumlah (Orang) Persentase (%)


(Tahun)
37 – 39 2 9
42 - 44 5 22
46 - 49 9 39
50 – 53 7 30
Jumlah 23 100
Sumber : data primer setelah diolah, 2019

48
Berdasarkan data pada tabel di atas diketahui bahwa sebagaian besar

responden petani bawang merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja

Kabupaten Enrekang yang memiliki kirasan usia umur 37– 53 Tahun.

Kondisi tersebut menggambarkan bahwa yang menjalankan usahya

tergolong produktif yang dapat diartikan memiliki kemampuan fisik yang baik

sehingga dapat membantu dalam menjalankan usahanya.

5.1.2 Tanggungan Responden

Besarnya tanggungan keluarga petani dapat menunjang pemasaran bawang

merah oleh petani di lapangan, tingkat komposisi tanggungan keluarga petani

dapat diliat dari tabel di bawah ini :

Tabel 6.Tanggungan Keluarga Petani Di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja


Kabupaten Enrekang

Tanggungan Keluarga(orang) Jumlah (orang) Persentasi (%)

2–3 14 61
4–8 9 39
Jumlah 23 100
Sumber : data primer setelah diolah, 2019

5.1.3 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan petani merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kebersihan usahatani bawang merah.semakin tinggi pendidikan

petani maka akan semakin mudah petani menerima inovasi teknologi baru,

sehingga petani dapat meningkatkan maupun mengembangkan usahataninya.

49
Tabel 7.Karakteristik petani di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten
Enrekang berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 6

Tingkat pendidikan Jumlah Responden (orang) Persentasi(%)

SD 7 30
SMP 7 30
SMA 7 30
AKADEMI/PT 2 10
Jumlah 23 100
Sumber : data primer setelah diolah, 2019

Tabel 3 menunjukkan bahwa petani memiliki tingkat pendidikan yang

cukup tinggi karena petani tamatan SMA terdapat 7 orang dengan persentase

lebih dari 30%,SMP terdapat 7 orang dengan persentase 30%, SD terdapat 7 orang

dengan persentase 30%, dan AKADEMI/PT terdapat 2 orang dengan persentase

10%.

5.1.4 Pengalaman Responden

Pengalaman petani dalam berusahatani bawang merah secara tidak

langsung dapat mempengaruhi penggunaan faktor produksi. Petani yang memiliki

pengalaman lebih lama mampu merencanakan penggunaan faktor produksi

maupun kegiatan usahatani. Semakin lama pengalaman petani dalam berusahatani

bawang merah maka memungkinkan petani di Desa Batunoni Kecamatan

Anggeraja Kabupaten Enrekang semakin efisien dalam menggunakan faktor

produksi.

50
Tabel 8. Pengalaman Petani Bawang Merah di Desa Batunoni Kecamatan
Anggeraja Kabupaten Enrekang.

Pengalaman Jumlah Responden Persentase (%)


(Tahun) (Jiwa)
10 – 15 6 26
16 – 20 10 43
21 – 25 2 9
26 – 30 5 22
Jumlah 23 100
Sumber : data primer setelah diolah, 2019

Pada tabel 4, terlihat bahwa di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja

Kabupaten Enrekang pengalaman usahatani 10 - 15 tahun ada 6 orang dengan

persentase 26%, pengalaman usahatani 16 – 19 tahun ada 10 orang dengan

persentase 43%, pengalaman usahatani 20 - 23 terdapat 2 orang dengan persentase

9%, dan pengalaman usahatani 26 - 30 hanya terdapat 5 orang dengan persentase

22%.

5.2 Identitas Responden Pedagang

Identitas responden pedagang besar,pedagang pengumpul,pedagang

pengecer dapat meliputi : Tanggungan Keluarga,Tingkat Pendidikan dan lama

berusaha dapat dilihat sebagai berikut:

5.2.1 Pedagang Pengumpul

Pedagang pengumpul biasanya membeli bawang merah dari petani yang

biasa dikebun atau di rumah petani. Pedagang pengumpul dalam pembelian

biasanya mendatangi petani. Dalam hal ini petani hanya mengeluarkan biaya

karyawan untuk panen bawang merah, sedangkan biaya sortasi, pengemasan dan

51
penimbangan ditanggung oleh pedagang pengumpul. Volume pembelian bawang

merah oleh pedagang pengumpul berkisar antara 1-5 ton dalam satu kali transaksi,

setelah itu pedagang pengumpul menjual kepedagang besar.

5.2.2. Pedagang Besar

Pedagang besar merupakan pedagang yang membeli bawang merah bisa

dari petani dan pedagang pengumpul atau lewat perantara dengan cara mendatangi

mereka untuk pertama kali, selanjutnya dapat berhubungan dengan telpon .

pedagang besar membeli bawang merah yang sudah digrading, dikemas dan di

timbang, sedangkan untuk biasa pengangkutan ditanggung oleh pedagang besar.

Volume pembelian bawang merah oleh pedagang besar berkisar antara 5-6

ton tiap satu kali transaksi. Pedagang besar memiliki modal yang cukup besar dan

volume pembelian yang relatif banyak berkisar antara 5-6 ton kemudin menjual

bawang merah kepada pedagang pengecer. Adapun cara pembayaran yang

dilakukan dari pedagang besar ke petani atau pedagang pengumpul adalah

membayar tunai kepada mereka.

5.2.3 Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer biasanya membeli bawang merah dari pedagang besar

atau pedagang pengumpul sudah dalam bentuk karung dengan sistem pembayaran

kontan. Pedagang pengecer biasanya hanya memeiliki modal kecil, dan volume

pembelian bawang merah rata-rata 70-300 kg dari semua pedagang pengecer yang

diteliti. Siklus perdagangan bawang merah pada pedagang pengecer relatif lebih

lambat dibandingkan dengan pedagang besar dan pedagang pengumpul. Hal ii

52
disebabkan pedagang pengecer menjual bawang merah secara eceran kepada

konsumen.

5.2.2.1 Umur Responden Pedagang

Tabel 9.Umur Responden Pedagang di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja


Kabupaten Enrekang.

Umur Jumlah Pedagang Persentase ( % )

36 – 38 2 40
40 – 50 3 60
Jumlah 5 100
Sumber : data primer setelah diolah, 2019

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa umur pedang yang terbesar

adalah sebagian besar yang masih berusia produktif, terlihat antara usia 40 – 50

terdapat 3 orang responden dengan rata – rata persentasenya 60 %, usia 36 – 38

yang terdapat 2 orang dengan rata – rata persentasenya 40 %. Hal ini dikarenakan

tingginya usia produktif pada Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten

Enrekang.

5.2.2.2 Tanggungan Keluarga Pedagang

Tabel 10. Tanggungan Keluarga Pedagang di Desa Batunoni Kecamatan


Anggeraja Kabupaten Enrekang.

Tanggungan keluarga Jumlah Pedagang Persentase (%)

2–3 3 60
4–7 2 40
Jumlah 5 100
Sumber : data primer setelah diolah, 2019

53
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa tanggungan keluarga pedagang

di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada

jumlah tanggungan keluarga 2–3 memiliki persentase 60% dan jumlah

tanggungan keluarga 4-7 memiliki persentase yaitu 40% ini membuktikan bahwa

pedagang yang sama mempunyai persentase tanggungan keluarga sama besar

motivasinya dan kemauan yang mendalam untuk mendapatkan penghasilan untuk

keluarganya.

5.2.2.3 Tingkat Pendidikan Pedagang

Tabel 11.Tingkat Pendidikan Pedagang di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja


Kabupaten Enrekang.

Tingkat Pendidikan Jumlah Pedagang Persentase (%)


SMA 2 40
AKADEMI/PT 3 60
JUMLAH 5 100

Sumber : data primer setelah diolah, 2019

Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dibagi

menjadi 2 yaitu tingkat pendidikan SMA dan AKADEMI/PT, pendidikan

pedagang responden tingkat SMA lebih banyak dibandingkan tingkat pendidikan

AKADEMI/PT dengan persentase sebesar 60%, tingkat pendidikan yang sudah

relative tinggi menunjukkan bahwa masyarakat sudah menyadari pentingnya arti

pendidikan bagi mereka.

54
5.2.2.4 Lamanya Berdagang

Pengalaman berdagang menunjukkan lamanya responden menggeluti

usahanya. Pengalaman berusaha sangat berpengaruh terhadap kemampuan

seseorang pedagang parantara dalam menjaga sinergis usahanya terhadap

perubahan yang terjadi.

Tabel 12. Lamanya Berdagang Responden Pedagang Desa Batunoni Kecamatan


Anggeraja Kabupaten Enrekang.

Pengalaman Usahatani Jumlah (Orang) Persentase (%)


(Tahun)
2–3 2 40
5–7 3 60
Jumlah 5 100
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat bahwa jumlah responden pedagang

terbanyak adalah pengalaman usahatani 2-3 tahun sebanyak 2 orang dengan

persentase sebesar 40%, sedangkan responden terendah yang lama berusahatani 5-

7 tahun sebanyak 3 orang dengan persentase sebesar 60%. Secara umum

responden telah memiliki pengalaman yang cukup dalam mengolah usahanya

sehingga dengan pengalaman tersebut responden mampu mengatasi masalah yang

terjadi dalam berusahatani.

5.3 Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran yang membawa produk dan kepemilikannya lebih

dekat ke pembeli akhir merupakan satu tingkat saluran. Saluran nol tingkat

diartikan sebagai saluran dimana pihak produsen menjual langsung kepada pihak

55
konsumen. Saluran satu tingkat mencakup satu lembaga tataniaga seperti

pengecer. Saluran dua tingkat mencakup dua lembaga tataniaga seperti pedagang

pengumpul dan pedagang pengecer. Saluran tiga tingkat mencakup tiga lembaga

tataniaga seperti pengumpul, pedagang pengecer, kemudian konsumen.

Terdapat tiga kategori fungsi pemasaran dalam proses pengaliran

barang/jasa mulai dari tangan produsen untuk sampai ketangan konsumen.

1) Fungsi fasilitas (Facilitaling function sehingga pedagang pengumpul terikat

tidak menjual bawang merah pada pihak lain. Fungsi-fungsi pemasaran yang

dilakukan oleh kelembagaan pemasaran bawang merah dari wilayah produsen

di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang, yaitu ; fungsi

fisik (physical function).

2) Kedekatan emosional, diantara lembaga pemasaran bawang merah tersebut

tidak satupun yang melakukan pengikatan dengan perjanjian kontrak satu

sama lainnya. Ternyata semua lembaga pemasaran melakukan fungsi

pertukaran. Disebabkan oleh dekatnya lahan usahatani ke lokasi (domisili)

pedagang besar tersebut.

3) Fungsi pemasaran ialah semua aktivitas yang dilakukan oleh para pelaku

pemasaran (market participants) dalam proses pengaliran barang/jasa mulai

dari tangan produsen sampai ke tangan konsumen. Selain fungsi pertukaran

tersebut, mereka bekerja menjalankan fungsi masing-masing dalam suatu

sistem pemasaran berlandaskan saling percaya, yaitu : fungsi pertukaran

(exchange function). Fungsi fisik merupakan fungsi pemasaran yang paling

56
banyak dijalankan dalam sistem pemasaran bawang merah di dari wilayah

produsen di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

sampai ke tangan pedagang besar di Desa Saruran Kecamatan Anggeraja

Kabupaten Enrekang. Misalnya dalam kasus petani menjual langsung hasil

panennya kepada pedagang pengumpul yaitu melakukan aktivitas yang

bertujuan untuk mendorong lancarnya proses pembelian dan penjualan atau

ikatan lain yang tidak terkait secara langsung dengan usaha yang dijalankan

oleh masing-masing.

Berdasarkan penelitian di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja,

Kabupaten Enrekang dalam hal ini ditemukan pedagang pengumpul bawang

merah di Desa Batunoni dan pedagang besar di Desa Saruran atau luar wilayah

dari Desa Batunoni. Pedagang besar memberikan sebuah kartu member kepada

petani dengan sistem kemitraan apabila petani menjual bawang merahnya di

pedagang besar harus memperlihatkan kartu membernya tersebut, perkilonya akan

terhitung sebesar 400 rupiah dan akan melakukan pencairan diakhir bulan, dalam

hal ini pelaku pemasaran melakukan transaksi dengan mitra usahanya karena ada

keterkaitan persaudaraan dengan harapan petani tidak menjual hasil panen kepada

pihak lain. Namun demikian terdapat satu catatan, terbentuknya saluran

pemasaran hingga menjadi dua saluran disebabkan oleh beberapa hal diantaranya

adalah faktor kedekatan domisili. Hal yang sama juga terjadi pada pedagang

pengumpul yang diberi sebuah kartu member oleh pedagang besar atau pedagang

grosir.

57
5.4 Saluran Pemasaran Bawang Merah

Saluran pemasaran adalah suatu jalur dari lembaga – lembaga penyalur

yang mempunyai kegiatan menyalurkan barang dari produsen ke konsumen.

Dalam penelitian ini dapat didentifikasi dalam sistem pemasaran yaitu lembaga

pemasaran, yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran. Untuk memperluas

dan memperlancar pemasaran bawang merah sangat dibutuhkan peran lembaga

pemasaran untuk menyalurkan bawang merah dari produsen hingga sampai ke

tangan konsumen. Di Desa Batunoni terdapat beberapa lembaga pemasaran yang

terlibat dalam memasarkan bawang merah yaitu petani, pedagang pengumpul,

pedagang besar, dan pedagang pengecer.

Setelah melakukan panen bawang merah petani (responden), maka hal yang

dilakukan adalah menyalurkan bawang merah. Dari informasi yang diperoleh

melalui wawancara dengan responden, saluran pemasaran bawang merah di Desa

Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang terdiri dari 2 saluran

pemasaran.

Saluran 1. Petani Pedagang pengecer Konsumen akhir

Saluran 2. Petani Pedagang pengumpul Pedagang Besar

Konsumen akhir
Gambar 1. saluran pemasaran bawang merah di Desa Batunoni Kecamatan
Anggeraja Kabupaten Enrekang

58
Gambar 1, dapat dilihat bahwa proses pemasaran bawang merah di Desa

Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang diawali dari penjualan

bawang merah oleh petani melalui 2 cara, yaitu penjualan langsung ke pedagang

pengecer dan melalui penjualan ke pedagang perantara. Jalur pemasaran

pemasaran bawang merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten

Enrekang cukup bervariasi, hal ini tidak lepas dari daerah pemasaran yang cukup

luas.

Pelaku pemasaran menggunakan saluran pemasaran yang menunjukkan

bagaimana arus komoditi mengalir dari produsen ke konsumen akhir. Para pelaku

pemasaran yang terlibat dalam menyalurkan bawang merah dari petani responden

adalah pedagang pengumpul dan pedagang besar dan pedagang pengecer. Pola

pemasaran pemasaran bawang merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja

Kabupaten Enrekang ini berbeda-beda, dan pemilihan saluran pemasaran tersebut

didasarkan pada beberapa hal, diataranya : harga jual, harga beli, biaya

transportasi, sumber pembelian dan tujuan pembelian.

5.4.1 Saluran Pemasaran I

Saluran pemasaran I, bawang merah yang dijual oleh petani langsung ke

pedagang pengecer, sehingga pada saluran ini tidak terdapat pedagang perantara.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.

Produsen/Petani Pedagang pengecer Konsumen Akhir

Gambar 2. Saluran Pemasaran bawang merah Model I di Desa Batunoni


Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

59
Gambar 2, dapat dilihat bahwa saluran pemasaran I, bawang merah dari

petani langsung dijual ke pedagang pengecer untuk sampai ke konsumen akhir.

Pada saluran ini pemasaran bawang merah petani langsung mendatangi pedagang

pengecer di Desa Batunoni tanpa adanya parantara,. Bentuk saluran ini dapat

meningkatkan penerimaan petani karena dengan biaya pemasaran yang sedikit dan

bentuk saluran pemasaran yang pendek membuat petani lebih bisa mendapatkan

keuntungan.

5.4.2 Saluran Pemasaran II

Saluran pemasaran II merupakan saluran pemasaran yang menggunakan

dua pedagang perantara yaitu pedagang pengumpul dan pedagang besar . Dimana

saluran pemasaran dimulai dari petani ke pedagang pengumpul dan selanjutnya

pedagang besar. Untuk lebih jelasanya dapat dilihat pada Gambar 3.

Produsen/Petani Pedagang Pengumpul Pedagang Besar

Konsumen Akhir

Gambar 3. Saluran Pemasaran bawang merah Model 2 di Desa Batunoni


Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrerkang

Gambar 3, menunjukkan bahwa saluran Pemasaran bawang merah di Desa

Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang dari petani ke konsumen

akhir melalui beberapa pedagang perantara yaitu pedagang pengumpul dan

pedagang besar. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk sampai ke konsumen,

bawang merah melalui dua pedagang perantara.

60
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Desa Batunoni

Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang sudah menunjukkan adanya lembaga

pemasaran berdasarkan saluran pemasaran yang dilakukan oleh responden pada

Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.Untuk lebih jelasnya

pemasaran bawang merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten

Enrekang pada tabel berikut ini.

Tabel 13. Saluran Pemasaran di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten


Enrekang

Saluran Pemasaran I Jumlah (Orang) Persentase (%)


Petani
Pedagang pengecer 9 39
Saluran Pemasaran II

Petani
Pedagang Pengumpul 14 61
Pedagang Besar
Total 23 100
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 9 diatas maka dapat dilihat bahwa saluran pemasaran

pertama merupakan saluran yang terdiri dari petani – pedagang pengecer. Dari

penelitian di peroleh petani responden yang menjual bawang merah ke pedagang

pennger sebanyak 9 orang dengan persentase 39% dimana 9 orang itu adalah

(Cila,Arung,Aris,Halia,Yusran,Oma,sampe,Irfan,agus), harga yang berlaku adalah

harga yang sedang terjadi di pasar berdasarkan informasi yang berasal dari

pedagang.

Saluran pemasaran dua merupakan saluran pemasaran yang terdiri dari

petani – pedagang pengumpul – pedagang besar. Dari penelitian diperoleh petani

61
responden yang menjual bawang merah melalui saluran pemasaran ini sebanyak

14 orang dengan persentase sebesar 61% dari ke-14 orang itu yaitu

(Jamal,Umar,Rici,Lukman,Sakka,Ayung,Toyi,Toni,Abbas,Siraju,Rinto,Wawan,Y

unus,Bua).Dalam saluran pemasaran bawang merah petani dibeli langsung oleh

pedagang pengumpul lalu mejual ke pedagang pengecer sampe ke konsumen

akhir.

5.5 Marjin, Biaya, dan Keuntungan Pemasaran Bawang Merah

Dalam suatu kegiatan pemasaran suatu barang atau produk marjin, biaya

dan keuntungan merupakan hal yang sangat berkaitan satu sama lain. Adapun

marjin, biaya, dan keuntungan pemasaran yang di dapatkan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

5.5.1 Marjin Pemasaran

Marjin pemasaran bawang merah adalah selisih antara harga jual dan

harga beli bawang merah di pemasaran bawang merah di Desa Batunoni

Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang. Untuk mengetahui margin

pemasaran bawang merah pada setiap saluran pemasaran maka tentunya yang

penting diketahui adalah harga jual dan harga beli setiap lembaga pemasaran yang

terlibat. Adapun marjin pemasaran pada setiap lembaga pemasaran dalam saluran

pemasaran bawang merah.

Untuk mengetahui bauran pemasaran bawang merah, pedagang

pengumpul menggunakan strategi tertentu untuk memperoleh keuntungan yang

lebih tinggi. Harga yang diterima petani sampai ke tangan konsumen masing-

62
masing saluran tidak sama. Sehingga terjadi perbedaan mulai dari segi harga,

biaya, keuntungan, dan marjin pemasaran bawang merah di Desa Batunoni

Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang maka dapat dilihat pada tabel 14

berikut ini.

63
Tabel 14. Marjin Saluran Pemasaran Bawang Merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

No Saluran Status Rata-Rata Rata-rata Harga Margin Biaya Pemasaran Keuntungan(Rp/Kg


Harga Beli (Rp/Kg) (Rp/Kg) )
Jual(Rp/Kg)
1 I Petani 20.000 - - 48.500 48.500
2 I Pedagang Pengecer 24.000 20.000 4.000 30,14 3,969.86
Total 4.000 76,029 49,858.86
3 II Petani 20.000 - - 54.923 54.923
4 II Pedagang Pengumpul 26.000 20.000 6.000 29,41 5,970.59
5 II Pedagang Besar 29.000 26.000 3.000 37,905 2,962.095
Total 9.000 122,234 63,855.685

64
Tabel 15. Biaya Saluran Pemasaran di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja
Kabupaten Enrekang

Saluran Lembaga pemasaran Biaya Pemasaran


Petani
1. Biaya Transportasi 27.000
2. Biaya Tenaga Kerja 25.000
3. Biaya Kemasan 10.000
I Pedagang Pengecer
1. Biaya Transportasi 100.000
2. Biaya Tenaga Kerja 70.000
3. Biaya Kemasan 50.000
Total 282.000
Petani
1. Biaya Transportasi 27.000
2. Biaya Tenaga Kerja 24.000
3. Biaya Kemasan 16.000
Pedagang Pengumpul
II
1. Biaya Transportasi 72.000
2. Biaya Tenaga Kerja 60.000
3. Biaya Kemasan 36.000
Pedagang Besar
1. Biaya Transportasi 280.000
2. Biaya Tenaga Kerja 120.000
3. Biaya Kemasan 90.000
Total 725.000
Sumber data primer setelah di olah

5.5.2 Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran bawang merah merupakan biaya yang dikeluarkan

selama proses pemasaran berlangsung, mulai bawang merah di lepas dari tangan

produsen hingga diterima oleh konsumen. Biaya pemasaran tersebut di tanggung

oleh lembaga pemasaran yang terlibat berupa biaya transportasi, tenaga kerja, dan

biaya kemasan. Hal ini sesuai pendapat Assauri (2002), yang menyatakan bahwa

biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pemasaran meliputi biaya transportasi,

65
tenaga kerja dan biaya kemasan. Besarnya biaya pemasaran dapat dilihat pada

Tabel 15.

Tabel 15. Terlihat bahwa saluran pemasaran I yang melibatkan petani dan

pedagang pengecer bawang merah mengeluarkan beberapa biaya seperti

transportasi, kemasan dan juga biaya tenaga kerja. Hal ini disebabkan karena

dalam pemasaran bawang merah yang dilakukan petani, pedagang pengecer yang

mendatangi petani secara langsung, sehingga pemasaran dilakukan dirumah petani

tersebut, sehingga total biaya transportasi pada saluran I yaitu sebesar Rp 100.000.

Saluran pemasaran II, lembaga pemasaran yang terlibat yaitu petani,

pedagang pengumpul, dan pedagang besar. Petani pada saluran pemasaran II ini

juga tidak mengeluarkan biaya pemasaran dalam memasarkan bawang merahnya.

Karena pihak pedagang pengumpullah yang mendatangi petani secara langsung,

sehingga pemasaran dilakukan di rumah petani tersebut. Sedangkan untuk

pedagang pengumpullah mengeluarkan biaya yaitu biaya tenaga kerja,biaya

transportasi, biaya kemasan. Pedagang pengumpul mengeluarkan biaya

transportasi karena pedagang pengumpul yang membawa bawang merah tersebut

kepedagang besar dengan total biaya yaitu sebesar Rp. 20/Kg dan juga biaya

kemasan yaitu sebesar Rp.36.000. Selanjutnya pedagang besar mengeluarkan

biaya transportasi, biaya kemasan, biaya tenaga dengan total biaya pemasaran

pada saluran II ini sebesar Rp.725.000 . Untuk penjelasan selengkapnya mengenai

biaya-biaya pemasaran bawang merah akan dijelaskan sebagai berikut :

66
1. Biaya Transportasi

Transportasi adalah pengangkutan bawang merah dari satu lembaga ke

lembaga pemasaran lainnya. Pada saluran pemasaran I petani mengeluarkan biaya

transportasi karena petani yang mendatangi pedagang pengecer. Demikian pula

pada saluran II pedagang pengumpul yang megeluarkan biaya transportasi dari

petani ke lokasi pedagang besar.

2. Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja pada pemasaran bawang merah di gunakan untuk

mengantar bawang merah dari satu lembaga ke lembaga pemasaran. Biaya tenaga

kerja yang dikeluarkan petani pada saluran I yaitu sebesar Rp 25.000..dan biaya

tenaga kerja yang dikeluarkan pedagang pengecer pada saluran pemasaran I yaitu

sebesar Rp 70.000. Sedangkan untuk saluran II pedagang pengumpul juga

mengeluarkan biaya tenaga kerja Sebesar Rp 24.000 dan untuk pedagang besar

yang dikeluarkan sebesar 280.000

3. Biaya Pengemasan

Pengemasan Merupakan salah satu cara untuk melindungi atau

mengawetkan produk pangan maupun non pangan. Pengemasan mempunyai

peranan dan fungsi yang penting dalam menunjang distribusi produk. Pengemasan

dapat di anggap sebagai suatu bagian dari proses produktif dan aspek ekonomi

dari produksi dan tidak bisa dianggap hanyalah sebagais suatu kegiatan produksi

saja. Tetapi harus memperhatikan juga kegiatan operasi lainnya yang di perlukan

sebelum produk sampai kepada pelangan. Hanya dengan cara ini keseimbangan

67
antara beberapa faktor yang di perlukan yang terkadang saling berlawanan dapat

di capai.

5.5.3 Keuntungan (marjin) Pemasaran

Keuntungan adalah selisih harga yang dibayarkan konsumen dengan harga

yang diterima produsen setelah dikurangi dengan biaya pemasaran. Hal ini sesuai

dengan pendapat Soekartawi (1993), yang menyatakan bahwa keuntungan adalah

harga yang dibayarkan kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh

pembeli terakhir (marjin) setelah dikurangi dengan biaya pemasaran. Besarnya

biaya pemasaran dapat dilihat pada Tabel14.

Tabel 14, dapat dilihat bahwa lembaga pemasaran yang memiliki

keuntungan tertinggi pada saluran I adalah pedagang pengecer yakni sebesar Rp

3,969.86. Sedangkan lembaga pemasaran yang memperoleh keuntungan tertinggi

pada saluran II adalah pedagang besar yakni Rp 2,962.095. Hal ini dikarenakan

pedagang besar memiliki margin tertinggi yakni Rp. 3.000/Kg.

5.6 Efisiensi Pemasaran

Setelah kegiatan produksi bawang merah dilakukan, maka bawang merah

tersebut siap untuk dipasarkan. Aktivitas penyaluran atau distribusi bawang merah

dari tangan petani atau produsen sampai ke tangan konsumen akhir. Seperti yang

telah dilakukan sebelumnya sejak dari petani sampai ketangan konsumen. Panjang

pendeknya rantai atau saluran distribusi pemasaran inilah yang menentukan harga

eceran ditingkat pedagang eceran serta tinggi rendahnya efisiensi pemasaran yang

dijalankan.

68
Analisis terhadap efisiensi pemasaran suatu komoditi sangatlah penting,

termaksud pemasaran bawang merah. Untuk mendapatkan saluran distribusi

pemasaran yang paling efisien, harus dilihat saluran mana yang memiliki biaya-

biaya pemasaran yang paling minimal. Dimana dari hasil penelitian menunjukkan

bahwa saluran pemasaran I yang paling efisien karena biaya pemasaran yang

dikeluarkan sangat sedikit bila dibandingkan saluran pemasaran II, selain itu

pedagang perantara yang terlibat di saluran pemasaran I lebih sedikit

dibandingkan dengan saluran pemasaran II. Tingginya harga suatu produk atau

komoditi dipasaran dapat disebabkan oleh rantai distribusi pemasaran yang terlalu

panjang.

Sistem pemasaran dapat disebut efisien jika memenuhi syarat (1) mampu

menyampaikan hasil pertanian dari petani kepada konsumen dengan biaya

semurah-murahnya, dan (2) mampu mengadakan pembagian keuntungan yang

adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak

yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang (Kotler, 2005).

Efisiensi saluran pemasaran bawang merah dilakukan dengan melihat

persentase antara biaya pemasaran yang dikeluarkan dengan harga jual bawang

merah. Semakin kecil nilai persentase tersebut maka semakin efisien saluran

distribusi tersebut jika dibandingkan dengan saluran distribusi lainnya. Untuk

mengetahui efisiensi masing-masing saluran pemasaran, maka perlu dilihat

besarnya biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran untuk setiap model

saluran pemasaran bawang merah. Biaya yang dikeluarkan oleh lembaga

69
pemasaran pada saluran pemasaran bawamg merah di Desa Batunoni Kecamatan

Anggeraja Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada Tabel 16.

Efisiensi lembaga pemasaran pada setiap saluran pemasaran bawang

merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang dapat dilihat

pada Tabel 16.

Tabel 16.Efisiensi Saluran Pemasaran Bawang Merah di Desa Batunoni


Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

No Biaya Pemasaran (Rp) Nilai Jual Produk (Rp/Kg) Efisiensi( %)


1 30,14 24.000 0,12
2 37,905 29.000 0,13
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2019

Pada Tabel 16 terlihat bahwa saluran pemasaran bawang merah yang

memiliki nilai efisiensi terkecil adalah saluran pemasaran 1 sebesar 0,12% dan

yang terbesar pada saluran 2 sebesar 0,13% berdasarkan hal tersebut maka dapat

dikatakan bahwa saluran pemasaran 1 dan saluran pemasaran 2 sama – sama

efisien, akan tapi yang paling efisien adalah saluran pemasaran 1 karena biaya

yang dikeluarkan sedikit dibandingkan dengan saluran pemasaran 2 karena rantai

pemasarannya lebih panjang daripada saluran pemasaran 1.

70
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal sebagai


berikut:

1) Saluran Pemasaran Bawang Merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja

Kabupaten Enrekang Sebanyak dua Saluran yaitu: saluran pemasaran 1

(petani – pedagang pengecer – konsumen akhir), dan saluran 2 (petani –

pedagang pengumpul – pedagang besar – konsumen akhir).

2) Saluran pemasaran bawang merah yang memiliki tingkat nilai efisiensi


terkecil adalah saluran pemasaran 1 sebesar 0,12 % dan yang terbesar pada
saluran pemasaran 2 sebesar 0,13 %. Berdasarkan hal tersebut maka dapat
dikatakan bahwa saluran pemasaran 1 dan saluran pemasaran 2 sama – sama
efisien, akan tetapi yang paling efisien adalah saluran pemasaran 1 karena
biaya yang dikeluarkan petani lebih sedikit dibanding saluran pemasaran 2
karena rantai pemasaran saluran pemasaran 2 lebih panjang daripada saluran
pemasaran 1.

6.2 Saran
Disarankan kepada petani bawang merah untuk mengorganisir diri
dalam bentuk kelompok tani,koperasi atau organisasi lain agar memudahkan
dalam berusaha tani dan pemasaran bawang merah terutama dalam hal pembinaan

1) tentang budidaya yang menguntungkan,informasi pasar dan lain-lain.


2) Untuk memperoleh keuntungan yang maksimal maka petani disarankan
menjual hasil produksinya melalui saluran I, karena hasil penelitian
bahwa saluran I merupakan saluran yang paling efisien dan dapat
menyalurkan produksi.

71
Bagi para pedagang perantara disarankan agar saling mengadakan
interaksi terutama dalam hal menentukan keseragaman harga,baik harga
pembelian maupun harga penjualan.

72
DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2009. Usahatani Bawang Merah.http://id.wikipedia.org/wiki/2009 Alat


dan mesin pertanian. Diaksespada 30 April 2015

Anonim,2009permintaanbibit.http://id.wikipedia.org/wiki/2009 Alat dan mesin


pertanian. Diaksespada 30 April 2015

Anonim,2013.OutlookBawangMerah(Online)Http://epublikasi,setjen,pertanian.go
.id diakses 13 februari 2018

Adnany,2008. “ Analisis Efisensi Pemasaran Jeruk Siam di Kecamatan Tebas


Kabupaten Sambas”. Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian, Vol. 1 No, 1
Desember 2012.

Anindita, R. 2004. Pemasaran Hasil Pertanian. Papyrus, Surabaya.

Brown, 2001. Fungsi-fungsi permintaan dan penawaran. Wordpress.com

Daniel, 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta

Gitosudarmo,2009. Pengantar Bisnis, Edisi Kedua PBFE, Jakarta.

Hanafiah dan Saefuddin, 2006.Manajemen Agribinsis. PT. Bumi Aksara : Jakarta.

Hanafie, 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. CV. Andi Offset. Yogyakarta.

Juliana, 1999. Analisis Pendapatan Usahatani Bawang Merah di Desa Batunoni


Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

Kotler Philip , 2004. Manajemen Pemasaran di Indonesia : Analisis, Perencanaan


Implementasi dan pengendalian. Salemba Empat. Jakarta

Kountur, R. 2007. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, Edisi
Revisi.PPM.Yeoty, Oka A, Jakarta.
Littro, 2012. “ Analisis Efisensi Pemasaran Jeruk Siam di Kecamatan Tebas
Kabupaten Sambas”. Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian, Vol. 1 No, 1
Desember 2012.

Nainggolan, 2017. “Efisiensi Pemasaran Telur Ayam Ras di Kota Medan


Sumatera Utara”. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Nurlaila, 2009. “Analisis Marjin Pemasaran Ubi Kayu (Studi Kasus di Kecamatan

73
Slogohimo KabupatenWonogiri)”. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Putrasamedja dan Suwandi, 1996. Bawang Merah di Indonesia. Monograf.


Balista. Lembang.

Purnamasari, 2010. “Analisis Pemasaran Jeruk di Kabupaten Bangli”. Universitas


Sebelas Maret. Surakarta.
Prayoga,2012. Analisis Efisensi Pemasaran Jeruk Siam di Kecamatan Tebas
Kabupaten Sambas”. Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian, Vol. 1 No, 1
Desember 2012

Prayitno dkk, 2013. Efisiensi Pemasaran Cabai Merah di Kecamatan Adiluwih


Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung. Jurnal JIIA. 01 (01): 53-59.

Rosyad, 2011.“Kajian Pemasaran Selada Organik Di Kecamatan Kedungbangteng


Kabupaten Banyumas”, Unuversitas Jenderal Soedirman. Purwokerto

Rahayu dan Berlian,2004. Mengenal Varietas Unggul dan Cara Budidaya


Kontinyu Bawang Merah, Penebar swadaya, Jakarta.

Thomas, 2012. “Tesis Sistem Manajemen Lembaga Pemasaran Komoditi Sayuran


Wortel di Kelurahan Rurukan Kecamatan Tomohon Timur”. Pascasarjana
Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Soekartawi, 2002.Agribisnis : Teori dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo. Jakarta

Swastha dan Irawan, 2005. Asas – asas Marketing, Liberty, Yogjakarta

Said dan Intan, 2001.Manajemen Agribisnis (Ghelia Jakarta. Indonesia

Syamsuri, 2006. “Analisis Marjin Pemasaram Jeruk Siam Asal Banyuwangi di


Pasar Induk Kramat Jati Pasar Rebo DKI Jakarta”. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Sudiyono, 2002. Pemasaran Pertanian. UMM Press. Malang.

Suhardjo. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Sumber:


SUARAMERDEKA.COM Tanggal 23 oktober 2013.

wibowo,1999. Budidaya Bawang putih, Bawang Merah dan Bawang Bombay.


Penebar Swadaya, Jakarta.

Winardi, 2002. Asas – asas Manajemen. Bandung : Mandar Maju.

74
Wiartha, I Made, 2006. Metodologi Penilitian Sosial Ekonomi, Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Yasinta,2008. Elastisitas permintaan dan penawaran. Wordpress.com : yasinta

75
L
A
M
P
I
R
A
n

76
Lampiran 1 Kouesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KOMODITAS BAWANG MERAH


DI DESA BATUNONI KECAMATAN ANGGERAJA KEBUPATEN
ENREKANG

1. Identitas Petani
a. Nama.......................................................................................
b. Jenis Kelamin .........................................................................
c. Umur ....................................................................................... Tahun
d. Pendidikan .............................................................................. Tahun
e. Pengalaman Usahatani ............................................................ Tahun
f. Tanggungan Keluarga............................................................. Orang
2. PERTANYAAN UNTUK RESPONDEN

1. Asal usul usahatani : Warisan orang tua/Milik sendiri\

2. Lamanya Bertani :.......................... Tahun

3. Luas Lahan Yang dimiliki :.........................ha

4. Petani punya perencanaan dalam pemasaran : .........................

5. Di desa ada pedagang ? Ya Tidak

6. Berapa Jumlah Penjualan bawang merah dalam satu kali

panen:................

7. Dalam pemasaran petani menjual kepada :.........................

a. konsumen : ............................

b. pengecer : ..................................

c. pengumpul : ...................................

d. pedagang besar :......................................

8. Berapa Harga bawang merah :.....................................

77
9. Berapa Biaya Dalam Satu Kali Panen :...................................

10. Berapa Biaya Pemanenan :.............................

Berapa biaya Konsumsi :...................................

Berapa Biaya Transportasi :...............................

11. Berapa Keuntungan yang di peroleh petani dalam sekali panen

:.............

2. Identitas Pedagang

1. Nama :
2. Alamat :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin : A. Laki-laki
B. Perempuan
5. Status : A. Menikah
B. Belum Menikah
6. Jumlah Tanggungan Keluarga : Orang
7. Pekerjaan Sampingan : 1) 2)
8. Pendidikan Terakhir : A. SD C. SMP
B. SMA D. AKADEMI/PT
2. PERTANYAAN UNTUK PEDAGANG

1. Berapa lama menjadi pedagang .................. Tahun

2. Posisi Tingkatan Pedagang ..............................

A. Pedagang Besar C. Pedagang Pengumpul

B. Pedagang pengecer D. Lainnya

3. Cara membeli ..............................

A. Mendatangi B. Didatangi

5. Membeli dari :...................................

6. Menjual Kepada :...............................................

7. Harga beli :...................................

78
Harga Jual :...................................

8. Biaya Pemasaran :....................................................

a. Transportasi :.............................................

c. Tenaga Kerja :......................................

d. Lainnya :....................................

10. Punya Angkutan Sendiri : Ya Tidak

79
Lampiran 2. Identitas Responen Produsen

No Nama Umur Tanggungan Tingkat Lama


(tahun) Keluarga Pendidikan Usaha
1 Abbas 51 8 SMP 30
2 Sampe 49 4 SMP 19
3 Agus 50 4 SD 27
4 Cila 42 4 SMP 19
5 Oma 46 3 SMA 12
6 Rici 44 3 SD 11
7 Lukman 48 5 SMP 20
8 Yusran 43 3 SMA 30
9 Halia 53 2 SD 28
10 Sakka 47 3 SMA 15
11 Ayung 50 5 SD 20
12 Toyi 46 4 SD 19
13 Tino 42 2 SMA 18
14 Umar 50 4 SMP 21
15 Jamal 49 3 SMP 15
16 Arung 47 3 SD 17
17 Siraju 48 3 SMA 15
18 Yunus 50 4 SD 23
19 Bua’ 52 3 SMA 30
20 Rinto 48 2 SMP 20
21 Aris 43 2 AKADEMI/PT 16
22 Irfan 37 2 AKADEMI/PT 10
23 Wawan 39 2 SMA 11

80
Lampiran 3 : Identitas Responden Pedagang

No Nama Umur Tanggungan Tingkat Lama Tingkat


(tahun) Keluarga Pendidikan Usaha Pedagang
1 Hj. darman 45 7 AKADEMI/PT 7 Pedagang Besar
2 Hartono 40 4 SMA 7 Pedagang Pengumpul
3 Sugino 40 3 SMA 5 Pedagang Pengecer
4 Illang 38 3 AKADEMI/PT 2 Pedagang Pengecer
5 Wanda 36 2 AKADEMI/PT 3 Pengadang Pengecer

Lampiran 4 : Saluran Pemasaran Responden Desa batunoni Kecamatan Anggeraja


kabupaten Enrekang

Saluran I Nama Petani Jumlah (Orang)

Petani Cila,Oma,Yusran, 9
Halia,Arung,Aris,
Sampe,Agus,Irfan

Pedagang Pengecer

Saluran II Nama Petani Jumlah (Orang)

Petani

Abbas,Umar,Jamal,Siraju,
Yunus,Bua,Rici,Lukman,
Pedagang Rinto,Sakka,Ayung,Toyi,Tino, 14
Pengumpul Wawan

Pedagang Besar

81
Lampiran 5. Jumlah Penjualan dan Luas Lahan Petani Bawang Merah di Desa
Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

No Nama Luas Lahan Jumlah Nilai Jual Biaya Pemasaran


Petani (Ha) Penjualan (kg) Bawang (Rp)
Merah(Rp/Kg)
1 Abbas 1,5 530 20.000 70.000
2 Sampe 1,5 500 20.000 34.000
3 Agus 0,5 220 20.000 56.000
4 Cila 0,5 110 20.000 47.000
5 Oma 0.5 130 20.000 65.000
6 Rici 1,5 450 20.000 80.000
7 Lukman 0,5 260 20.000 74.000
8 Yusran 1,5 435 20.000 43.000
9 Halia 0,5 280 20.000 53.000
10 Sakka 0,3 100 20.000 57.000
11 Ayung 0,5 175 20.000 36.000
12 Toyi 0,4 160 20.000 46.000
13 Tino 0,5 270 20.000 62.000
14 Umar 1,5 650 20.000 52.000
15 Jamal 0,5 124 20.000 40.000
16 Arung 0,5 200 20.000 61.000
17 Sijaru 0,4 130 20.000 29.000
18 Yunus 0,5 240 20.000 81.000
19 Bua 0,4 130 20.000 41.000
20 Rinto 0,3 120 20.000 61.000
21 Aris 0,5 234 20.000 29.000
22 Irfan 0,5 120 20.000 25.000
23 Wawan 1,5 500 20.000 50.000
Total 16.8 6.068 460.000 1.192.000
Rata-rata 0.73 263.82 20.000 51.826.087

82
Lampiran 6 .Total Biaya Pemasaran Petani Saluran 1 dan 2 pada setiap Lembaga yang terlibat dalam Pemasaran Bawang Merah di
Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

SALURAN PETANI 1
No Jumlah Jumlah
Nama Rata-rata Harga Total Biaya
Penjualan Harga Jual Margin(Rp) Keuntungan (Rp)
Petani Beli (Rp/Kg) Pemasaran (Rp)
(Kg) (Rp/Kg)
1 Cila 110 20.000 - - 47.000 47.000
2 Oma 130 20.000 - - 65.000 65.000
3 Yusran 435 20.000 - - 43.000 43.000
4 Halia 280 20.000 - - 53.000 53.000
5 Arung 200 20.000 - - 61.000 61.000
6 Aris 234 20.000 - - 29.000 29.000
7 Sampe 500 20.000 - - 34.000 34.000
8 Agus 220 20.000 - - 56.000 56.000
9 Irfan 120 20.000 - - 25.000 25.000
Total 2.229 180.000 413.000 413.000

Rata-rata 247.667 20.000 45.889 45.889

83
SALURAN PETANI II
No Nama Petani Jumlah Penjualan(Kg) Rata-rata Harga Rata-rata Harga Margin (Kg) Total Biaya Keuntungan (Rp)
Jual (Rp/Kg) Beli (Rp/Kg) Pemasaran (Rp)
1 Abbas 530 20.000 - - 70.000 70.000
2 Umar 650 20.000 - - 52.000 52.000
3 Jamal 124 20.000 - - 40.000 40.000
4 Siraju 130 20.000 - - 29.000 29.000
5 Yunus 240 20.000 - - 81.000 81.000
6 Bua 130 20.000 - - 41.000 41.000
7 Rici 450 20.000 65.000 65.000
8 Lukman 250 20.000 74.000 74.000
9 Rinto 120 20.000 - - 61.000 61.000
10 Sakka 100 20.000 - - 57.000 57.000
11 Ayung 175 20.000 - 36.000 36.000
12 Toyi 160 20.000 46.000 46.000
13 Tino 270 20.000 62.000 62.000
14 Wawan 500 20.000 50.000 50.000
Total 3.829 280.000 764.000 764.000
Rata-rata 273.5 20.000 54.571 54.571

84
Lampiran 7. Total biaya pemasaran pedagang 1 dan 2 setiap lembaga pemasaran bawang merah di Desa Batunoni Kecamatan
Anggeraja Kabupaten Enrekang

SALURAN PEDAGANG I
No Nama Pedagang Jumlah Penjualan Biaya Biaya Tenaga Biaya kemasan Total Biaya
pengecer (Kg) Transportasi(Rp/Kg) Kerja(Rp/HKSP) Pemasaran (Rp)
1 Wanda 7.000 7,14 8,57 7,14 22,85
2 Sugiono 9.200 10,87 13,32 13,58 37,77
3 Illang 8.000 9,37 9,5 10,93 29,8
Total 24.200 27,38 27,89 31,65 90,42
Rata-rata 8.066 9,12 9,29 10,55 30,14

SALURAN PEDAGANG II
No Nama Pedagang Jumlah Penjualan Biaya Biaya Tenaga Biaya kemasan Total Biaya
(Kg) Transportasi(Rp/ Kerja(Rp/HKSP) Pemasaran (Rp)
Kg)
1 Hartono(PP) 12.000 8,33 16 5,41 29,41
1 Hj.Darman (PB) 20.000 22,5 17,5 6,4 46,4
Total 32.000 30,83 33,5 11,81 75,81
Rata-rata 16.000 15,415 16,75 5,90 37,905

85
Lampiran 8. Marjin Saluran Pemasaran Bawang Merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

No Saluran Status Rata-Rata Rata-rata Harga Margin Biaya Keuntungan(Rp/Kg)


Harga Beli (Rp/Kg) Pemasaran
Jual(Rp/Kg) (Rp/Kg)
1 I Petani 20.000 - - 45.889 45.889
2 I Pedagang Pengecer 24.000 20.000 4.000 30,14 3,969.86
Total 4.000 76,029 49,858.86
3 II Petani 20.000 - - 54.923 54.923
4 II Pedagang Pengumpul 26.000 20.000 6.000 29,41 5,970.59
5 II Pedagang Besar 29.000 26.000 3.000 37,905 2,962.095
Total 9.000 122,234 63,855.685

86
Lampiran 9. Keuntungan Pemasaran Pedagang Saluran I dan Saluran II Pada Setiap Lembaga Yang Terlibat Dalam Pemasaran
Bawang Merah di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang
Saluran I
No Pedagang Pengecer Jumlah Rata-rata Rata-rata Margin (Rp) Total Biaya Keuntungan
Penjualan Harga Beli Harga Jual Pemasaran (Rp)
(Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp)
1 Wanda 7,000 20.000 24.000 4.000 22,85 3,977.15
2 Sugiono 9,200 20.000 24.000 4.000 37,77 3,962.23
3 Illang 8,000 20.000 24.000 4.000 29,8 3,970.2
Total 24,200 60.000 72.000 12.000 90,42 11,909.58
Rata-rata 8,066 20.000 20.000 4.000 30,14 3,969.86

Saluran II
No Nama Pedagang Jumlah Rata-rata Rata-rata Margin (Rp) Total Biaya Keuntungan
Penjualan Harga Beli Harga Jual Pemasaran (Rp)
(Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp)
1 Hartono (PP) 12.000 20.000 26.000 6.000 29,41 5,970.59
2 Hj.Darman (PB) 20.000 26.000 29.000 3.000 46,4 2,950.6
Total 32.000 46.000 55.000 9.000 75,81 8,921.19
Rata-rata 16.000 23.000 27.500 4,500 37,905 4,460.595

87
Lampiran 10. Efisiensi Pemasaran Bawang Merah setiap lembaga yang terlihat di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kebupaten
Enrekang

Biaya
Jumlah Nilai Jual Bawang Efesiensi
No Saluran Nama dan Status Pemasaran
Penjualan (kg) Merah (Rp/Kg) Pemasaran (%)
(Rp)
1 I Cila 110 47.000 20.000 235.000
2 I Oma 130 65.000 20.000 325.000
3 I Yusran 435 43.000 20.000 215.000
4 I Halia 280 53.000 20.000 265.000
5 I Arung 200 61.000 20.000 305.000
6 I Aris 234 29.000 20.000 145.000
7 I Sampe 500 34.000 20.000 170.000
8 I Agus 220 56.000 20.000 280.000
9 I Irfan 120 25.000 20,000 125.000
Total 2.229 413.000 180.000 2.065.000
Rata-rata 247.667 45.889 20.000 229.444
10 I Wanda 7.000 22,85 24.000 0.095.208
11 I Sugiono 9.200 37,77 24.000 0,157.375
12 I Illang 8.000 29,80 24.000 0,124.167
Total 24.200 90,42 72.000 0,376.75
Rata-rata 8.066 30,14 24.000 0,125.583
13 II Abbas 530 70.000 20.000 350.000
14 II Umar 650 52.000 20.000 260.000

88
15 II Jamal 124 40.000 20.000 200.000
16 II Siraju 130 29.000 20.000 145.000
17 II Yunus 240 81.000 20.000 405.000
18 II Bua 130 41.000 20.000 205.000
19 II Rici 450 65.000 20.000 325.000
20 II Lukman 250 74.000 20.000 370.000
21 II Rinto 120 61.000 20.000 305.000
22 II Sakka 100 57.000 20.000 285.000
23 II Ayung 175 36.000 20.000 180.000
24 II Toyi 160 46.000 20.000 230.000
25 II Tino 270 62.000 20.000 310.000
26 II Wawan 500 50.000 20.000 250.000
Total 3.829 764.000 260.000 3.820.000
Rata-Rata 273.5 54.571 20.000 272.857.143
27 II Hartono(PP) 12.000 29,41 26.000 0.113.115
28 II Hj.Darman(PB) 20.000 46,40 29.000 0,16
Total 32.000 75,81 55.000 0,273.115
Rata-rata 16.000 37,905 27,500 0,136.557

89
Lampiran 11. Efisiensi Pemasaran Bawang Merah Pada Setiap Saluran Bawang Merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja
Kabupaten Enrekang

Efesiensi Saluran = %

Efesiensi Saluran I = = 0,12 Kg

Efesiensi Saluran II = =0,13 Kg

Biaya Nilai Jual


No Pemasaran Produk Efisiensi (%)
(Rp) (Rp/Kg)
1 30,14 24.000 0,12
2 37,905 29.000 0,13

90
Lampiran 12 : Peta Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten
Enrekang

91
92
93
94
95
96
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Batunoni tanggal 25 Januari 1996

ayah Abbas dan ibu Suharni. Penulis merupakan anak ke-tiga

dari tujuh bersaudara.

Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SDN 59

Garotin pada tahun 2009, SMPN 1 Baraka lulus pada tahun 2012, SMKN 4

Enrekang dan lulus tahun 2015. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi

masuk perguruan tinggi Universitas Muhammadiyah Makassar Fakultas Pertanian

Program Studi Agribisnis.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah magang di Balit sereal

Maros Beralamat di Jl. Dr. Ratulangi No 274 Maros, Desa Allepolea Lau

kabupaten Maros. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan

menulis skripsi yang berjudul “Analisis Efisiensi Pemasaran Komoditas Bawang

Merah di Desa Batunoni Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang’’.

97

Anda mungkin juga menyukai