SAIFUL AHMAD
105960127712
i
EFISIENSI PENGGUNAAN ALAT PERONTOK PADI (POWER
THRESER DAN GEBOT) TERHADAP HASIL GABAH
DI DESA MARAYOKA KECAMATAN BANGKALA
KABUPATEN JENEPONTO
SAIFUL AHMAD
10596 01277 12
SKRIPSI
ii
iii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
Fakultas : Pertanian
KOMISI PENGUJI
iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Efisiensi Penggunaan
Alat Perontok Padi (Power Threser Dan Gebot) Terhadap Hasil Gabah Di
merupakan hasil karya yang belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan oleh penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
skripsi ini .
Saiful Ahmad
10596 01277 12
v
ABSTRAK
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW
beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
yang terhormat:
diselesaikan.
2. Bapak Ir. Saleh Molla, M.M selaku dekan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
vii
4. Kedua orang tua dan segenap keluarga serta teman-teman yang senantiasa
dapat terselesaikan.
penulis.
daerah Tersebut.
7. Kepada Fitri Suryati serta Nurul yang selalu membantu dan memberikan
Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat
SAIFUL AHMAD
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... v
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
ix
III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 21
LAMPIRAN .................................................................................................... 54
x
DAFTAR TABEL
xi
15. Penggunaan biaya input alat perontok power threser di Desa Marayoka
Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto ........................................... 45
16. Luas lahan, produksi, penerimaan dalam penggunaan power threser di
Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto ................. 46
17. Kelebihan dan kekurangan/kendala penggunaan alat perontok padi
(gebot dan power threser) alat di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala
Kabupaten Jeneponto Tahun 2016 .......................................................... 49
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
1. PENDAHULUAN
langkanya tenaga kerja pertanian dan adanya kenaikan upah yang nyata di pedesaan
Selama periode 1973 sampai sekarang, jumlah alsintan pra dan pasca panen terus
meningkat. Seperti penggunaan traktor dari tahun ke tahun terus meningkat, berbeda
dengan jumlah alat perontok (Power Threser) masih sangat sedikit dan tidak
sebanding dengan luas areal intensifikasi padi sawah. Padahal alat perontok padi
(Power Threser) ini sangat berperan dalam mengurangi tingkat kehilangan hasil padi
Dalam usahatani padi, thresher merupakan alat untuk merontokkan padi menjadi
gabah. Alat ini merupakan alat bantu bagi tenaga kerja untuk memisahkan gabah
dengan jeraminya, sehingga penggunaan pedal thresher menjadi satu kesatuan dengan
tenaga kerja panen. Terdapat dua jenis thresher berdasar alat penggeraknya yaitu (1)
Secara manual dengan menggunakan pedal (pedal thresher) dan (2) digerakkan dengan
mesin (Power Threser). Penggunaan Power Threser untuk merontok padi tidak dapat
dipisahkan dengan perkembangan varietas unggul baru berumur pendek dan mudah
1
Mesin perontok padi dikenal juga dengan Power Threseradalah jenis mesin
perontok yang telah terbukti handal dan sangat cocok dengan berbagai jenis lahan
persawahan di Indonesia. Mesin perontok jenis ini telah banyak digunakan oleh petani
di seluruh nusantara karena keunggulannya yang praktis dan mudah dipindahkan dari
menggunakan alat perontok manual (Gebot). Akan tetapi pada masa sekarang ini,
baik dari sektor pengolahan maupun pada sektor panen (perontokan). Moderenisasi
tersebut. Akan tetapi, disisi lain keberadaan alsintan tersbut juga dapat memberikan
Efisiensi penggunaan alat perontok padi antara gebot dengan power thereser
memiliki banyak perbedaan diantaranya dari segi biaya yang dikeluarkan. Dimana
dengan menggunakan power threser biaya yang dikeluarkan dibagi kedalam dua
bagian yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap yang dimaksud disini adalah
biaya yang dikeluarkan untuk biaya penyusutan, biaya bunga modal, biaya pajak alat,
dan biaya garasi/gudang. Sedangkan untuk biaya tidak tetap disini yang dimaksud
Sedangkan untuk biaya yang dikeluarkan pada saat merontokkan padi dengan
menggunakan gebot, terbilang tidak ada. Hal ini menunjukkan dengan jelas bahwa
membutuhkan biaya yang lebih besar, akan tetapi hasil yang diperoleh meningkat di
2
banding ketika menggunakan alat perontok padi manual dalam hal ini gebot.
Walaupun dengan menggunakan gebot, yang tanpa mengeluarkan biaya apapun, akan
tetapi hasil yang diperoleh tidak sebanyak ketika kita menggunakan power thereser.
Peralihan penggunaan alat perontok padi yang dilakukan oleh petani, umumnya
dilakukan atas dasar kebutuhan dan kemudahan serta efisiensi dalam kegiatan usaha
tani yang dilakukan. Melihat fenomena tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk
melihat dan membandingkan tingkat efisiensi penggunaan alat perontok padi baik
sehingga keadaan tanahnya baik dan cocok untuk daerah pertanian dan
perkebunan. Adapun luas lahan yang digunakan untuk area persawahan kurang lebih
40 Ha.
yaitu, Bagaimana efisiensi penggunaan alat perontok padi (Power Threser dan gebot)
Jeneponto?
3
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
penggunaan alat perontok padi (power threser dan gebot) Terhadap Hasil Gabah di
1. Sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi petani dalam penggunaan alat
perontok padi (power threser dan gebot) dimasa yang akan datang.
2. Dengan adanya efisiensi penggunaan alat perontok padi ini, pemerintah dapat
melihat alat perontok padi yang lebih efisien untuk menunjang perekonomian
perekonomian masyarakat.
3. Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya untuk memilih alat perontok padi
4
I. TINJAUAN PUSTAKA
1.1.1. Pemanenan
Pemanenan merupakan tahapan akhir dari proses budidaya tanaman, dan tahap
awal proses pascapanen. Tahapan pemanenan dimulai dengan penentuan umur panen
yang tepat, dimana tanaman sudah mencapai umur optimum, kemudian fase-fase
pemasakan bulir padi, serta penggunaan alat dan cara panen yang paling efektif untuk
menghasilkan produk dengan kerusakan relatif kecil dan kapasitas yang besar
(Nugraha, 1994).
1. Umur Panen
melihat kenampakan padi pada hamparan sawah. Umur panen optimal padi
dicapai setelah 90-95% butir gabah pada malai padi sudah berwarna kuning atau
kuning keemasan Padi yang dipanen pada kondisi tersebut akan menghasilkan
gabah yang berkualitas sangat baik, dengan kandunganbutir hijau dan butir
Penentuan umur panen padi dengan pengamatan teoritis dapat dilakukan dengan
cara (1) menghitung berdasarkan hari setelah berbunga rata (hsb) antara 30 - 35
hari setelah berbunga, dan (2) penentuan umur panen berdasarkan kadar air
gabah. Umur panen optimum dicapai setelah kadar air gabah mencapai 22-23%
5
pada musim kemarau, dan antara 24-26% kadar air gabah pada musim
a. Ani-ani umumnya digunakan petani untuk memanen padi lokal yang tahan
rontok dan tanaman padi berpostur tinggi dengan cara memotong pada
tangkainya.
b. Cara panen padi varietas unggul baru dengan sabit dapat dilakukan dengan cara
potong atas, potong tengah atau potong bawah tergantung cara perontokkannya.
d. Panen padi dengan cara potong atas atau potong tengah bila dilakukan
6
1.1.2. Pascapanen
Hasil utama pertanian adalah hasil pertanian yang merupakan produk utama untuk
tujuan usaha pertanian dan diperoleh hasil melalui maupun tidak melalui proses
pengolahan. Tahapan - tahapan yang dilakukan pada saat penanganan pasca panen
dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang cukup tinggi. Untuk menghindari atau
pengangkutan padi menggunakan alas. Penggunaan alas dan wadah pada saat
penumpukan dan pengangkutan dapat menekan kehilangan hasil antara 0,94 – 2,36 %
(Setyono,2000).
2. Perontokan
perontokan dapat langsung dilakukan di lahan atau di halaman rumah setelah diangkut
ke rumah. Perontokan ini dapat dilakukan dengan perontok bermesin ataupun dengan
menyentuhkan malai padi ke gerigi alat yang berputar. Sementara perontokan dengan
7
tenaga manusia dilakukan dengan cara batang padi dipukul-pukulkan, malai padipun
dapat diinjak-injak agar gabah rontok. Untuk mengantisipasi agar gabah tidak
terbuang saat perontokan maka tempat perontokan harus diberi alas dari anyaman
bambu atau lembaran plastik tebal (terpal). Dengan alas tersebut maka seluruh gabah
gudang penyimpanan sementara. Oleh karena tidak semua petani memiliki gudang
sementara, pengumpulan dapat dilakukan di teras rumah atau bagian lain dari rumah
yang tidak terpakai. Gabah tersebut tidak perlu dimasukkan dalam karung,tetapi cukup
3. Pengeringan
Agar tahan lama disimpan dan dapat digiling menjadi beras, maka gabah harus
yang dikeringkan ini dihamparkan di atas lantai semen terbuka. Penggunaan lantai
semen terbuka ini agar sinar matahari dapat secara penuh diterima gabah. Bila tidak
memiliki halaman atau tempat terbuka yang disemen maka halaman tanah pun dapat
dipakai untuk penjemuran. Namun, gabah perlu diletakkan pada alas anyaman bambu,
tikar atau lembaran plastik tebal. Hal ini dilakukan agar gabah tidak tercampur dengan
tanah. Lama jemuran tergantung iklim dan cuaca, bila cuaca cerah dan matahari
Namun, bila keadaan cuaca terkadang mendung atau gerimis dan terkadang panas.
8
4. Penggilingan
sederhana, yaitu lesung dan alu. Lesung terbuat dari kayu utuh yang diceruk mirip
perahu. Cerukan pada kayu tersebut berfungsi sebagai tempat gabah ditumbuk.
Sementara alu merupakan pasangan dari lesung sebagai alat penumbuk gabah. Alu
tersebut terbuat dari kayu yang bentuknya bulat panjang seperti pipa. Kendala
kerja yang memadai tidak tersedia dan alatnya sulit dijumpai. Saat ini kebanyakan
lesung dan alu sudah menghilang dari kehidupan petani padi karena kehadiran alat
penggiling yang praktis dan daya kerja cepat. Pemisahan beras dari kulitnya dapat
dilakukan dengan cara modern atau dengan alat penggiling. Alat yang sering
digunakan berupa hulle. Hasil yang diperoleh pada penggilingan dengan alat
penggiling gabah ini sama dengan cara tradisional, yaitu pada tahap pertama diperoleh
beras pecah kulit. Pada penggilingan tahap kedua, beras akan menjadi putih bersih
(Setyono, 2000)
5. Penyimpanan Beras
Beras organik yang sudah digiling secara tradisional maupun modern dapat
langsung dipasarkan. Namun, karena umumnya beras tidak langsung dapat dipasarkan
seluruhnya maka perlu ada tempat penyimpanan. Teknik penyimpanan beras harus
Umumnya beras disimpan di gudang setelah dikemas dalam karung plastik berukuran
9
40 Kg atau 50 Kg. Pengemasan dalam karung ini dilakukan secara manual oleh petani.
Bagian karung yang terbuka dijahit tangan hingga tertutup rapat (Setyono, 2000).
Dalam gudang penyimpanan dapat saja beras diserang oleh hama bubuk.
Biasanya hama bubuk ini menyerang beras yang tidak kering benar saat pengeringan.
Hama bubuk tidak menyukai beras yang kering karena keras. Selain itu, hama bubuk
pun menyukai tempat lembab sehingga ruangan gudang harus kering, yang dilengkapi
dengan ventilasi udara. Penumpukan karung berisi beras di dalam gudang pun harus
ditata sedemikian rupa agar beras yang sudah lebih dahulu disimpan dapat mudah
keluar lebih awal. Akan lebih baik lagi bila setiap karung diberi tindakan khusus
Adapun tujuan dari adanya kegiatan pasca panen ialah sebagai berikut (Kader,
A.A. 1992).
10
1.2.2. Manfaat Pascapanen
4. Memperoleh hasil produk petani yang menarik dari segi tampilan, rasa, dan sifat
fisik
Mesin Perontok Padi (power threser) adalah sebuah mesin yang digunakan untuk
merontokkan padi. Mesin ini digunakan untuk membantu pekerjaan petani dalam
merontokkan padi untuk memperoleh gabah, dulu petani merontokkan padi dengan
geblokkan padi yang berasal dari papan kayu dan bambu yang disusun seperti segitiga
Mesin Power Thresher (Mesin Perontok Padi) adalah jenis mesin perontok yang
telah terbukti handal dan sangat cocok dengan berbagai jenis lahan persawahan di
Indonesia.Alat dan Mesin Pertanian (mesin perontok padi) dapat memberi kontribusi
yang cukup berarti dalam rangka meningkatkan keuntungan usaha tani padi sawah.
perontokan dan pembersihan sehingga menghemat waktu. Lebih penting lagi power
11
thresher terbukti dapat mengurangi kehilangan gabah saat perontokan dan mengurangi
kerusakan (pecah) butir gabah sehingga petani memperoleh nilai tambah dalam usaha
Menurut (Purwadi, 1999) komponen dan cara kera dari mesin power threser
adalah:
lainnya.
2. Silinder perontok terbuat dari besi strip dengan diameter berjajar berkeliling
kiri dan kanan ditutup dengan lembaran bulat tebal 2 – 3 mm. Pada besi strip
yang melintang tersebut terpasang gigi perontok yang terbuat dari besi as baja
88 buah. Diameter poros perontok 25 mm, pada kedua ujung poros diberi
3. Dalam ruang silinder terdapat sirip pembawa, saringan perontok dan pelat
terletak menempel pada tutup atas perontok. Sirip ini mengarah ke pintu
silinder perontok, terbuat dari kawat baja atau besi baja 0,6 – 8 mm bersusun
12
mm dan jarak antara ujung gigi perontok dan jaringan minimal 15 mm. Pelat
pendorong jerami terpasang pada silinder perontok yang tak terpasang gigi
perontok. Bagian ini terbuat dari besi plat tebal 2 – 3 mm denngan ukuran 15 –
15 mm.
390 mm, terbuat dari plat lembaran tebal 1,5 – 2 mm. Ayakan terdiri dari 2
bagian bawah rata. Ayakan ini bergerak maju mundur dan naik turun melalui
sitem as nocken.
5. Kipas angin terbuat dari plastik dengan jumlah daun kipas 5 – 7 buah.
6. Unit transmisi tenaga, melalui pullerdan V belt dari motor penggerak silinder
perontok, kipas angin dan gerakan ayakan type V belt yang digunakan adalah
tipe B. Putaran silinder perontok untuk merontokan padi adalah 500 – 600
RPM
1. Taruhlah mesin ditempat yang rata, dekat dengan tumpukan hasil yang akan
dirontok, bila perlu taruhlah alas terpal atau lembaran plastik di bawah mesin,
2. Taruhlah dan posisikan mesin sedemikian rupa sehingga kotoran akan keluar
buatlah dinding buatan berupa lembaran plastik atau anyaman bambu didepan
13
mesin sedemikian rupa sehingga butiran bijian yang terlempar dapat
dikumpulkan.
4. Bukalah penutup mesin dan periksalah : drum, semua gigi perontok, konkaf,
bersihkan bagian dalam mesin dari kotoran dan benda asing yang sekiranya
akan mengganggu dan merusak mesin dan juga berbahaya bagi operator.
Putarlah drum perontok dengan tangan sehingga yakin tidak ada yang lepas
5. Periksalah ketegangan dan garis lini sabuk pulley, bila sabuk tidak dalam satu
garis lini dan ketegangan tidak tepat maka sabuk pulley akan cepat rusak
6. Lumasilah semua bantalan dengan minyak pelumas atau pasta pelumas, periksa
juga secara menyeluruh terhadap kemungkinan adanya mur, baut yang kendor.
1. Setelah semuanya siap, star atau hidupkan mesin, biarkan sebentar mesin tanpa
kecepatan putar (rpm) drum perontok bila ternyata masih ada biji – bijian yang
belum terontok.
3. Setelah mesin siap dioperasikan, masukkan bahan asupan yang akan dirontok
14
overload, Tumpuklah bahan di meja pemasukan seefektif mungkin dua sampai
untuk bahan yang masih belum kering. Apabila mesin macet atau slip karena
dalamnya.
5. Apabila dirasa posisi meja pengumpan terlalu tinggi, pergunakan alat bantu
meja atau kursi untuk tempat berdiri operator pengumpan atau rendahkan
6. Cegahlah jangan sampai ada benda asing (batu, kayu, logam, mur, baut, kawat
7. Kotoran berbentuk jerami yang keluar dari pintu pelempar jerami atau kipas
saringan atau tercampur dengan gabah bersih hasil perontokan, bila perlu
pengeluaran gabah.
(terutama bagian dalamnya) untuk disimpan ditempat yang bersih dan kering,
bila perlu diberi selimut agar tidak berkarat. Menyimpan mesin dalam keadaan
15
kesangkilan atau kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan tepat (dengan tidak
membuang waktu, tenaga, biaya). Sedangkan efisiensi itu sendiri adalah penggunaan
sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil yang optimum. Efisiensi
menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan dan berusaha untuk
mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Efisiensi
masukan dan keluaran yang diterima. Misalnya suatu pekerjaan dapat dikerjakan
dengan cara A dan cara B. Untuk cara A dapat dikerjakan selama 1 jam sedangkan
cara B dikerjakan dengan waktu 3 jam. Dengan begitu dengan cara A (cara yang
benar) baru bisa dikatakan cara yang efisien bila dibandingkan dengan cara B.Adapun
Efektifitas adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara membandingkan
output anggaran atau seharusnya (OA) dengan output realisasi atau sesungguhnya
(OS), jika (OA) > (OS) disebut efektif ”. Adapun pengertian efektifitas menurut
Prasetyo Budi Saksono (1984) adalah : “ Efektifitas adalah seberapa besar tingkat
kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input “.
adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan
waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah
ditentukan terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut maka untuk mencari tingkat
Target >=1
16
a. Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau sama dengan
b. Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan kurang daripada 1 (satu),
pemisahan butir gabah dari tangkai malainya, dengan memakai alat perontok padi
tradisional yang masih banyak digunakan petani. Bagian komponen alat gebotan
terdiri dari:
1. Rak perontok yang terbuat dari bambu/kayu dengan 4 kaki berdiri diatas tanah,
3. Dibagian belakang, samping kanan dan kiri diberi dinding penutup dari tikar
bambu, plastik lembaran atau plasti terpal, sedangkan bagian depan terbuka.
Perontokan padi dengan alat gebotan dilakukan dengan tahapan kegiatan sebagai
berikut:
padi dengan meja rak perontok, sehingga gabah terlepas dari malai, yang dilakukan
sampai 5 kali dan hasil rontokan akan jatuh di terpal yang ada dibawah meja
perontok.
17
3. Dari butiran padi tersebut dipisahkan butiran yang bernas dengan yang hampa,
dengan menggunakan alat tampah atau di Sumatera Barat namanya niru yang
ditarok butiran padi lalu dianginkan dengan menhadap ke sumber angin atau
menentang angin, sehingga terpisah gabah yang bernas dengan gabah yang hampa
seandainya tidak ada angin dilakukan penampian untuk memisahkan butir yang
4. Setelah terpisah butiran yang bernas dengan butiran yang hampa, lalu dimasukan
kedalam karung, kalau seandainya mau disimpan harus dijemur dulu, baru disimpan
Kapasitas panen dengan cara digebot berkisar antara 0,10 sampai dengan 0,16
ha/jam (28 - 34 kg/orang/jam), dengan syarat padi dipanen dengan malai panjang agar
dapat dipegang tangan saat digebot tergantung kepada kekuatan orang. Di Jawa Barat
dijumpai kapasitas kerja gebot diatas 100 kg/jam/orang. Perontokan padi dengan cara
gebot banyak gabah yang tidak terontok berkisar antara 6 % - 9 %. Susut hasil panen
padi ini akan lebih besar lagi apabila para pemanen menunda perontokan padinya
konsep tersebut yang dirumuskan oleh peneliti berdasar tinjauan pustaka, dengan
meninjau teori yang disusun dan hasil-hasil penelitian yang terdahulu yang
18
pertanyaan penelitian yang diangkat. Atau, bisa diartikan sebagai mengalirkan jalan
pikiran menurut kerangka logis (construct logic) atau kerangka konseptual yang
kecermatan penelitian, dasar dari teori tersebut perlu diperkuat hasil-hasil penelitian
terdahulu yang relevan. Petani pada umumnya menggunakan alat perontok gebot
threser dengan penggunaan input waktu, tenaga dan biaya untuk membandingkan hasil
dari kedua alat perontok tersebut sehingga petani dapat mengetahui alat perontok yang
lebih baik.
19
Mesin Perontok Padi Alat Perontok Manual
hasil-hasil
(Power Threser)penelitia.
(Gebot)
Penggunaan input
20
II. METODE PENELITIAN
Kabupaten Jeneponto. Penelitan dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Agustus
penelitian ini adalah petani yang telah menggunakan dan memiliki mesin perontok
(power threser) dan pernah memiliki Gebot sendiri di Desa Marayoka Kecamatan
(1) Data Primer adalah data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli
(responden).
(2) Data Sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung, diperoleh
1. Wawancara
tanya jawab antara peneliti dengan informan yang telah dijadikan sumber data.
untuk dijadikan data yang tidak diperoleh dari sumber data yang lain .
21
2. Observasi
pengamatan secara langsung dari dekat terhadap fenomena obyek yang terjadi atau
3. Dokumentasi
teknik ini akan terkumpul data yang diperoleh dari nara sumber tetapi terdapat pada
dokumen-dokumen yang ada dan diambil data yang relevan dengan permasalahan
penelitian.
penjelasan mengenai efisiensi penggunaan alat perontok padi. Pada analisis deskriptif
ini kami menggunakan rumus “Efisiensi yaitu perbandingan antara input dan output ”
𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡
Efisiensi = 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
22
Output = hasil roduksi dari input
1. Usahatani Padi adalah usahatani yang dikelola oleh petani padi di Desa
2. Petani adalah orang yang bercocok tanam atau yang mengelolah padi di Desa
3. Power Threser adalah jenis mesin perontok padi yang tergolong sebagai
4. Gebot adalah alat perontok padi manual yang terbuat dari papan atau kayu.
5. Waktu adalah cepat atau lamanya pengoperasian alat perontok padi tersebut
6. Tenaga adalah orang yang menggunakan mesin perontok padi (Power Threser).
7. Biaya adalah modal (input) yang dikeluarkan untuk suatu bidang usaha tertentu
23
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1.1. Letak
merupakan hasil pemekaran dari desa Pallantikang bersam dengan desa Marayoka
Gowa
Dilihat dari letak geografisnya Desa Marayoka berada pada daerah dataran
pegunungan dengan jarak dari kabupaten menuju ibukota kecamatan 25 km yang dapat
ditempuh dalam jangka waktu 2 jam dengan menggunakan kendaraan beroda dua tapi
itupun harus keluar kecamatan karena angkutan umum berupa mobil tidak tersedia di
desa.
24
4.1.2. Administrasi
yaitu :
Desa Marayoka memiliki iklim tropis dengan suhu rata-rata mencapai 29-31 C
serta memiliki 2 tipe musim yakni musim kemarau dan musim hujan.Musim hujan
terjadi mulai bulan Oktober- April, sementara musim kemarau terjadi mulai bulan
Mei-September setiap tahunnya. Dan puncak kemarau terjadi pada bulan Agustus dan
September. Jumlah curah hujan rata-rata setiap tahunnya mencapai 14,32 mm/tahun.
Desa Marayoka bila dilihat dari letak geografisnya berada didataran yang
dikelilingi perbukitan dan pegunungan sehingga sumber mata air yang ada sangat
dalam karena gunung yang ada disekitarnya pun telah gundul. Kebutuhan air bersih
sehari-hari diambil dari air sumur gali dan sumur bor. Sebagian lagi melalui perpipaan
25
4.4.1 Kependudukan
Marayoka awal Tahun 2015, tercatat jumlah penduduk Desa Marayoka sekitar3.279
jiwa dengan perbandingan laki-laki 1.600 jiwa dan perempuan sebanyak 1.679 jiwa.
Jumlah ini cukup banyak dan merupakan asset yangdimiliki Desa, jika potensi
Tabel.1 Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin Desa Marayoka Tahun 2016
NO DUSUN Jenis kelamin JIWA
Laki- perempuan Trasgender
laki
1 Batu Menteng Selatan 270 254 - 524
2 Batu Menteng Utara 285 279 - 564
3 Batu Kanayya Selatan 266 320 - 586
4 Batu Kanaya Utara 161 168 - 329
5 Bonto Lebang 315 332 - 647
6 Bonto Lebang Utara
7 Bonto Tinggi 303 326 - 629
TOTAL 1.600 1.679 3.279
Sumber : Data Hasil sensus Penduduk Desa Marayoka Tahun 2016
25-60 tahun dengan jumlah 1.174jiwa,dari usia tersebut masih termasuk produktif atau
masih kuat bekerja ,lalu di ikuti antara umur 6-12 tahun dengan jumlah 398 jiwa, usia
ini juga masih produktif atau usia yang masih sangat mudah dan umur yang paling
rendah adalah umur 13-15 tahun dengan jumlah 263 jiwa,umur tesabut masih belum
26
NO DUSUN JENIS UMUR JUMLAH
KELAMIN JIWA
LK PR 0-5 6-12 13-15 16-18 19-24 25-60 > 60
Th Th Th Th Th th Th
untuk masa sekarang maupun masa depan. Komposisi penduduk Desa Marayoka
27
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Marayoka Tahun
2016
MENTENG
MENTENG
KANAYYA
KANAYYA
SELATAN
SELATAN
LEBANG
LEBANG
TINGGI
BONTO
BONTO
BONTO
UTARA
UTARA
UTARA
BATU
BATU
BATU
BATU
1 Tidak/Belum 318 259 346 165 457 541 2.086
sekolah
2 Tamat SD / 135 209 122 60 109 52 687
sederajat
3 Tamat SMP / 34 27 50 49 38 22 220
sederajat
4 Tamat SMU / 26 51 45 38 30 6 196
sederajat
5 Tamat D2 - - - 2 1 1 4
6 Tamat D3 3 - 5 12 - 1 21
7 Tamat S1 8 18 19 2 12 6 65
Jumlah 524 564 586 329 647 629 3.279
pentingnya pendidikan tergolong tinggi, hal ini dibuktikan dari jumlah penduduk yang
telah menempuh tingkat pendidikan strata 1 (S1) yaitu sebanyak 65 orang sedangkan
yang telah menempuh tingkat SMU/sederajat sebanyak 196 orang. Banyaknya jumlah
penduduk yang telah menempuh jenjang pendidikan disetiap strata pendidikan akan
Dari jumlah penduduk Desa Marayoka sebanyak 3.279 jiwa, jumlah penduduk
yang telah memiliki pekerjaan sebanyak 995 jiwa dan ada 1.059 jiwa penduduk
28
dengan status ibu rumah tangga, ada 544 jiwa penduduk yang masih berstatus sebagai
pelajar atau mahasiswa, sedangkan 744 jiwa belum memiliki pekerjaan. Selengkapnya
MENTENG
SELATAN
SELATAN
A UTARA
KANAYY
KANAYY
LEBANG
LEBANG
TINGGI
UTARA
UTARA
BONTO
BONTO
BONTO
BAT U
BATU
BATU
BATU
G
A
1 Belum / tidak 110 132 84 75 160 183 744
bekerja
2 Mengurus 108 162 165 96 192 219 1.059
rumahtangga
17 Buruh - - - 1 - 2 3
peternakan
TOTAL 524 564 586 329 647 629 3.279
Sumber : Data Sensus Penduduk Desa Marayoka Tahun 2016
29
4.4.2 Kelembagaan
maupun non-formal, yang mempunyai peran dan fungsi untuk kepentingan dan
dibedakan atas : (i) organisasi/lembaga yang dibentuk atas inisiatif murni masyarakat
tumbuh atas inisiatif masyarakat dan didukung secara operasional dan finansial oleh
‘pihak luar’, dan (iii) organisasi/lembaga yang merupakan bentukan ‘pihak luar’ yang
diagram Venn berikut, yang difokuskan pada kajian hubungan antar lembaga tingkat
lokal (desa) untuk menunjukan besarnya manfaat, pengaruh dan dekatnya hubungan
1. Pemerintah Desa.
5. Karang Taruna.
6. Pos Yandu.
7. Remaja Mesjid.
8. Majelis Taklim.
30
4.5Keadaan Pertanian
tanah memcapai 2294,50 ha,dengan kondisi wilayah daratan tinggi dengan pH tanah
usaha pertanian biasanya ditanam jagung, padi, kacang,cabe dan ubi jalar untuk usaha
31
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
tersebut. Identitas seorang petani penting untuk diketahui, karena kemampuan petani
tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman berusaha tani, dan luas
lahan. Responden di Desa Marayoka memiliki perbedaan, baik itu umur, jenjang
pendidikan yang ditempuh, jumlah tanggungan keluarga, lama berusahatani, serta luas
5.1.1. Umur
Umur adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan petani
dalam berusahatani karena mempengaruhi fisik dan pola pikir petani. Pada umumnya
petani yang berusia muda memiliki kemampuan fisik yang lebih baik dibanding
dengan petani yang berumur relatif tua. Demikian pula dengan pola pikirnya dalam
mengadopsi inovasi biasanya petani yang tergolong muda lebih fleksibel dalam
usahataninya serta berani mengambil resiko yang akan terjadi untuk meningkatkan
usahanya.
32
Tabel 5. Identitas Responden Menurut Kelompok Umur di Desa Marayoka Kecamatan
Bangkala Kabupaten Jeneponto.
Usahatani padi Sawah
No Umur
Jumlah (org) Persentase (%)
1 27-35 3 0,5
2 36-50 3 0,5
Jumlah 6 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016
(0,5%), berada pada kisaran umur 27–35 dan 3 petani responden yang berumur 36–50
dan kemampuan bekerja yang lebih besar sehingga lebih mudah dalam menerima
inovasi baru. Sedangkan petani yang tidak produktif dalam hal ini petani yang
berumur tua, mempunyai kemampuan fisik yang sudah berkurang dan lebih hati-hati
dalam proses uashatani yang dilakukan. Adapun tingkat pendidikan responden dapat
33
Tabel 6. Distribusi Petani Padi Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Marayoka
Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto 2016.
Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
Pada tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah petani dilapangan yang tidak pernah
sekolah sebanyak 1 orang , tamat sekolah dasar (SD) hanya 1 orang sedangkan tamat
SLTP sebanyak 2 orang. Sisanya hanya masing-masing 1 orang baik itu tamat SLTA
6 - 20 2 0,33
21 - 40 4 0,66
Jumlah 6 100
34
Padat Tabel 7 menunjukkan bahwa tingkat pengalaman berusahatani di Desa
produktif yaitu kisaran umur 6 sampai 40 tahun. Dimana pada umur 6-20 tahun
serumah maupun tidak dengan petani atau siapa saja yang biaya hidup dan kebutuhan
lainnya ditanggung oleh petani responden sebagai kepala keluarga. Jumlah tanggungan
keluarga yang besar menyebabkan besarnya pula beban biaya hidup yang ditanggung
motivasi petani untuk melakukan kreativitas dan sejumlah inovasi-inovasi baru dalam
hal menambah ataupun meningkatkan produksi dan pendapatan petani dan tanggungan
keluarga dapat pula dijadikan sebagai tenaga kerja pada usahatani. Mengenai jumlah
tanggungan keluarga petani responden dapat dilihat pada tabel 8 sebagai berikut.
responden dari 6 petani responden terdapat 3 petani (0,5%) yang memiliki 1 – 2 jiwa
35
tanggungan keluarga, 3 petani responden (0,5%) memiliki 3 – 4 jiwa tanggungan
keluarga.
Lahan merupakan media tumbuh bagi tanaman padi yang dibudidayakan. Luas
lahan merupakan salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan
usahatani. Luas lahan sangat mempengaruhi petani dalam mengambil keputusan dalam
hal penggunaan benih, pupuk, dan lain lain. Luas lahan yang besar tentunya dapat
menghasilkan produksi yang besar pula jika pemilik lahan memperhatikan faktor-
Rata-rata luas lahan dari 6 petani responden dapat dilihat pada Tabel 9 berikut:
Tabel 9. Kisaran Rata- Rata Luas Lahan Petani Responden di Desa Marayoka
Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto 2016.
Luas Lahan Usahatani Padi Sawah
No (Ha) Jumlah (org) Persentase (%)
1 0,5-0,9 3 0,5
2 1-1,5 3 0,5
Jumlah 6 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016
(0,5%) memiliki lahan 0,5 – 0,9 hektar, 3 petani responden (0,5%) memiliki lahan 1 –
1,5 hektar.
36
5.1.6. Pengalaman menggunakan Alat Perontok
Peningkatan hasil produksi padi pada dasarnya tidak hanya dapat dilakukan
pada sektor budidaya saja. Salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam
upaya peningkatan hasil produksi padi adalah proses panen, dimana pada sektor
tersebut dapat menentukan seberapa besar produksi total yang dapat dipeorleh. Selain
itu, penggunaan alat perontok padi juga memiliki peranan dalam menentukan hasil
produksi padi. Adapun pengalaman penggunaan alat perontok di desa Marayoka dapat
Tabel 10. Pengalaman penggunaan alat perontok padi di desa Marayoka Kecamatan
Bangkala Kabupaten Jeneponto.
Pada Tabel 10 diatas menunjukkan bahwa penggunaan alat perontok padi jenis
gebot (tradisional) sudah lama digunakan oleh petani di desa Marayoka dan hingga
saat ini alat perontok tersebut masih digunakan oleh beberapa petani. Sedangkan alat
perontok jenis Power Threser merupakan alat perontok padi yang baru digunakan oleh
37
5.2. Penggunaan Alat Perontok Padi Gebot
penggunaan alat perontok padi dapat di lihat dari alat perontok yang di gunakan.
Adapun kedua alat yang di gunakan yakni alat perontok manual (gebot) dan mesin
perontok padi (power threser). Gebotan merupakan alat perontok padi tradisional yang
sampai saat ini masih banyak digunakan oleh petani. Akan tetapi kegiatan perontokkan
diantaranya akan menghasilkan susut tercecer yang relatif besar, mutu gabah yang
Kehilangan susut yang relative besar salah satunya disebabkan pada saat
disebabkan oleh adanya gaya mekanis. Perontokkan yang dilakukan dengan cara
dibanting/gebot memberikan potensi kehilangan yang lebih besar. Hal ini disebabkan
penggunaan alas penggebotan yang relative sempit, sehingga banyak gabah yang
terlempar keluar alas yang digunakan. Proses penggebotan padi yang tidak maksimal
dapat menyebabkan masih banyaknya gabah yang tertinggal pada jerami dan ikut
terbuang.
Dengan hal seperti ini jika para petani ingin meningkatkan hasil produksi padi,
para petani harus meningkatkan efisiensi kerja, mengurangi kehilangan hasil dan
memperoleh mutu gabah yang baik. Untuk meningakatkan hasil produksi padi petani
Dengan menggunakan alat perontok padi yang gebot, hasil yang diperoleh masih
sangat tidak signifikan dengan waktu, tenaga, serta biaya yang dikeluarkan. Waktu
38
yang dibutukan oleh petani dalam sehari melakukan perontokkan kurang lebih
memakan waktu hingga 8 jam, dengan hasil 1Jam/0,14 ton, jadi jika sehari memakan
gebot tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit yaitu dua orang. Dengan tenaga kerja
dua orang ini, hasil yang diperoleh masih dikatakan sangat minim.
Untuk biaya yang dikeluarkan untuk alat gebot ini tidak ada. Walaupun
demikian hasil yang diperoleh belum sangat menguntungkan dilihat dari bagaimana
waktu yang digunakan dan tenaga yang dikeluarkan oleh para petani tersebut.
petani Desa Marayoka dan sangat kental dengan kandungan aspek sosial budaya di
tingkat petani pedesan dan merupakan salah satu proses dalam sistem kelembagaan
upah kerja di pedesaan . adapun input dalam penggunaan alat perontok padi manual
Tabel.11. Penggunaan Input Alat Perontok padi gebot di Desa Marayoka Kecamatan
Bangkala Kabupaten Jeneponto.
No Uraian Satuan Penggunaan alat (gebot)
1 Tenaga kerja Orang 2/gebot
2 Waktu Jam 1 jam/0,14 ton
3 Biaya Rp
a. Tenda Unit 2
39
b. Baskom/ember Buah 2
c. Bensin Liter
d.Tenaga Kerja Orang 2
e. Timbah/liter Buah 2
Pada Tabel 11. Pengunaan input alat perontok padi gebot menunjukkan bahwa
dari tenaga kerja, waktu, dan biaya yang dibutuhkan oleh alat perontok padi gebot
dalam memproduksi gabah dapat dilihat. Dimana dengan menggunakan gebot, tenaga
kerja yang dibutuhkan t yaitu 2 orang sedangkan jika Untuk waktu yang dibutuhkan
oleh gebot memproduksi padi dengan waktu 1 jam menghasilkan 0,14 ton atau 140 kg.
Sedangkan untuk biaya yang di gunakan dapat di lihat dari tenda, baskom, tenaga
Penggunaan alat perontok padi pada dasarnya dapat menentukan seberapa besar
hasil produksi yang di dapat pada luas lahan tertentu.Namun tidak pernah lepas pula
dari segi biaya yang di gunakan dalam melakukan perontokan. Adapun jumlah biaya
Tabel 12. Rincian biaya input dengan menggunakan alat perontok manual (Gebot) di
desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto
40
Pada Tabel 12. Penggunaan biaya input pada alat perontok manual (Gebot)
diatas menunjukkan bahwa jumlah biaya yang digunakan masih tergolong rendah
dimana pada tenaga kerja membutuhkan biaya sebesar Rp.100.000 sedangkan untuk
biaya alat membutuhkan biaya sebesar Rp. 240.000 jika dibandingkan dengan alat
perontok lainnya.
Penerimaan output usaha tani padi merupakan hasil yang diperoleh oleh
petani dari menanam padi. Penerimaan petani ini besar kecilnya tergantung dari alat
yang digunakan, seberapa besar luas lahannya, hasil produksi, serta harga per kgnya,
sehingga bisa dilihat seberapa besar total penerimaan yang diperoleh. Dibawah ini
merupakan tabel hasil penerimaan usaha tani padi dengan menggunakan gebot.
Tabel 13. Luas Lahan, Produksi, Penerimaan dalam Penggunaan Gebot di Desa
Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto.
Luas lahan Produksi padi Harga per kg Penerimaan
No
Nama (Ha) (kg) (Rp) (Rp)
1 Yasang 1 3000 5000 15.000.000
2 Rustam 0,9 2600 5000 13.000.000
3 Coe 0,5 2000 5000 10.000.000
4 Unjung 0,7 2200 5000 11.000.000
5 Sainuddin 1,5 4200 5000 21.000.000
6 Kasmang 1 2500 5000 12.500.000
Jumlah 5,6 16500 30000 82.500.000
Rata rata 0,93 2750 5000 13.750.000
Tabel 13 diatas, membahas antara luas lahan, produksi, dan penerimaan yang
diperoleh petani. Anatara luas lahan dan hasil produksi tidak selalu sama, hal ini
41
tergantung dari ketelitian petani pada saat proses penanaman dan pada saat
penggebotan. Hal ini tentu berpengaruh terhadap hasil penerimaan yang diterima oleh
petani. Dengan luas lahan 1 ha, hasil produksi yang diperoleh kedua petani berbeda,
dimana salah seorang menghasilkan produksi padi sebanyak 3000 kg dan salah
seorang lagi menghasilkan produksi padi sebanyak 2500 kg. Juga seorang petani yang
memiliki luas lahan sebesar 1,5 ha memperoleh hasil produksi padi sebanyak 4200 kg,
petani yang memiliki luas lahan sebesar 0,9 ha memproduksi padi sebanyak 3000 kg,
dan petani yang memiliki luas lahan sebesar 0,5 memproduksi padi sebesar 2000 kg,
sedangkan petani yang memiliki luas lahan sebesar 0,7 memproduksi padi sebanyak
2200 kg. Bila pada saat penanaman dilakukan para petani memperhatikan hal-hal
yang dianggap dapat merusak hasil panen maka hasil yang diperoleh akan banyak.
Dilihat pada tabel diatas jika dijumlahkan dari total penerimaan yang diperoleh dari
Dalam usaha tani padi, power therser merupakan alat untuk merontokkan padi
menjadi gabah. Mesin perontok ini telah terbukti handal dan sangat cocok dengan
Thereser ini juga sudah banyak digunakan di Desa Marayoka Kabupaten Jeneponto
ini, selain cepat dalam proses perontokkan juga sangat menghemat waktu. Disamping
itu perontokkan dengan menggunakan power thereser ini dapat mengurangi kerusakan
(pecah) butir gabah sehingga petani memperoleh nilai tambah dalam usaha taninya.
Bagi para petani yang ingin mendapatkan hasil produksi yang melimpah tanpa
harus membuang tenaga dan waktu yang banyak, para petani ini mulai menggunakan
42
mesin power thereser ini. Dilihat dari segi waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan
Waktu yang dibutuhkan oleh mesin power thereser ini dalam satu hari adalah 8
jam dengan hasil produksi yang diperoleh dalam 1 jam sebanyak 1 ton padi. Jadi jika
dalam sehari petani memakan waktu 8 jam untuk perontokkan maka hasil produksi
yang diperoleh dalam sehari kurang lebih adalah 8 ton. Ini merupakan hasil yang lebih
power thereser ini adalah sebanyak 5 orang. Berbeda dengan menggunakan gebot yang
ini memerlukan banyak tenaga. Namun tenaga yang dikeluarkan tidaklah terlalu besar.
Begitu pula dengan biaya yang dikeluarkan oleh petani terhadap penggunaan
mesin power thereser ini, hanya mengeluarkan biaya bensin sebanyak 15 liter dalam
satu hari pemakaian. Walaupun mengeluarkan biaya membeli bensin namun hal ini
Mesin power thereser merupakan alat yang modern yang dapat digunakan oleh
menggunakan mesin power thereser ini para petani mulai dapat meningkatkan hasil
produksinya dengan tidak mengeluarkan tenaga yang berlebih dan dapat menghemat
waktu. Adapun input dalam penggunaan alat perontok padi dengan menggunakan
Tabel.14. Penggunaan Input Alat Perontok padi Power Thereser di Desa Marayoka
Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto.
43
No Uraian Satuan Penggunaan alat (Power Threser)
1 Tenaga kerja Orang 5/mesin
2 Waktu Jam 1 jam/1 ton
3 Biaya Rp
a. Tenda Unit 2
b. Baskom/ember Buah 2
c. Bensin Liter 15
d. Tenaga Kerja
e. Timbah/liter Buah 2
f. Biaya Perawatan kali 1
Dari tabel diatas diketahui bahwa tenaga kerja yang dibutuhkan dalam
mengoperasikan mesin power thereser dalam satu mesin membutuhkan tenaga kerja
sebanyak lima orang. Dan untuk waktu yang dibutukan oleh petani dalam 1 jam
diantaranya hanya untuk biaya bensin yang sebesar 15 liter dalam satu kali pemakaian.
Penggunaan alat perontok padi pada dasarnya dapat menentukan seberapa besar
hasil produksi yang di dapat pada luas lahan tertentu.Namun tidak pernah lepas pula
dari segi biaya yang di gunakan dalam melakukan perontokan. Adapun jumlah biaya
Tabel 15. Penggunaan biaya input alat perontok padi power threser di Desa Marayoka
Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto.
Harga Jumlah
No Uraian Satuan Jumlah satuan harga
(Rp) (Rp)
1 Tenaga Kerja orang 5 50.000.00 250.000.00
2 Bensin liter 15 9.000.00 135.000.00
3 Alat
1. Tenda unit 2 100.000.00 200.000.00
2. Baskom/ember buah 2 15.000.00 30.000.00
3. Timba/Liter buah 2 5.000.00 10.000.00
4 Biaya Perawatan kali 1 50.000.00 50.000.00
44
Total 675.000.00 Su
mb
er : Data Primer Setelah diolah 2016
Jika dilihat efisiensi penggunaan alat perontok padi baik manual (Gebot)
maupun dengan power threser dari segi tenaga kerja dan biaya yang digunakan maka
dapat katakan bahwa alat perontok padi power threser lebih banyak membutuhkan
tenaga kerja dan biaya yang cukup besar jika dibandingkan dengan alat perontok padi
manual.
Selain itu, jika dilihat dari segi efisiensi waktu yang dibutuhkan oleh kedua alat
perontok tersebut untuk melakukan perontokan padi pada suatu areal yang sama. Maka
dapat disimpulkan bahwa alat perontok power threser lebih cepat jika dibandingkan
Penerimaan usaha tani padi merupakan hasil yang diperoleh oleh petani dari
menanam padi. Penerimaan petani ini besar kecilnya tergantung dari alat yang
digunakan, seberapa besar luas lahannya, hasil produksi, serta harga per kgnya,
sehingga bisa dilihat seberapa besar total penerimaan yang diperoleh. Dibawah ini
merupakan tabel hasil penerimaan usaha tani padi dengan menggunakan mesin power
threser.
Tabel 16. Luas Lahan, Produksi, Penerimaan dalam Penggunaan Power Threser di
Desa Marayoka Kec. Bangkala Kab. Jeneponto.
Luas lahan Produksi padi Harga per kg Penerimaan
No
Nama (Ha) (kg) (Rp) (Rp)
1 Yasang 1 3400 5000 17.000.000
2 Rustam 0,9 3000 5000 15.000.000
3 Coe 0,5 2400 5000 12.000.000
4 Unjung 0,7 2800 5000 14.000.000
5 Sainuddin 1,5 5000 5000 25.000.000
45
6 Kasmang 1 3100 5000 15.500.000
Jumlah 5,6 19700 30000 98.500.000
Rata rata 0,93 3283,33 5000 16.416.667
Tabel 16 diatas, membahas antara luas lahan, produksi, dan penerimaan yang
diperoleh petani. Pada perontokkan dengan menggunakan mesin power thereser ini
waktu Antara luas lahan dan hasil produksi tidak selalu sama, hal ini tergantung dari
kualitas padi yang dihasilkan. Hal ini tentu berpengaruh terhadap hasil penerimaan
yang diterima oleh petani. Dengan luas lahan 1 ha, hasil produksi yang diperoleh
kedua petani berbeda, dimana salah seorang menghasilkan produksi padi sebanyak
3400 kg dan salah seorang lagi menghasilkan produksi padi sebanyak 3100 kg. Hal
ini membuktikan bahwa pada saat penanaman harus memperhatikan hal-hal yang
dapat mengurangi nilai padi tersebut. Dengan melihat tabel diatas petani yang
memiliki lahan seluas 0,9 ha memproduksi padi sebanyak 3000 kg, petani yang
memiliki luas lahan sebesar 0,5 ha memproduksi padi sebanyak 2400 kg, dan petani
yang memiliki luas lahan sebesar 0,7 ha memproduksi padi sebanyak 2800 kg, juga
petani yang memiliki luas lahan sebesar 1,5 ha memproduksi padi sebanyak 5000 kg.
Dilihat pada tabel diatas jika dijumlahkan dari total penerimaan yang diperoleh dari
5.4. Efisiensi Penggunaan Alat Perontok Padi (Power Threser dan Gebot)
Efisiensi penggunaan alat perontok padi pada dasarnya tergantung pada alat
perontok yang digunakan. Namun pada saat ini alat perontok yang digunakan di Desa
Marayoka yakni anatara Power Threser dan Gebot, sampai sekarang kedua alat ini
masih menjadi alat yang selalu di gunakan pada perontokan padi di Desa Marayoka.
46
Jika di lihat dari Efisiensi penggunaan alat perontok padi gebot dengan input
tenaga kerja, waktu, dan biaya maka dapat di simpulkan bahwa biaya input yang di
Jika di lihat dari Efisiensi penggunaan alat perontok padi Power Threser
dengan input tenaga kerja, waktu, dan biaya maka di simpulkan bahwa biaya input
Dari penggunaan alat perontok padi gebot hingga power threser dapat di
simpulkan bahwa rata rata peningkatan hasil penerimaan yang di proleh masing
Alat perontok padi pada dasarnya terdiri dari berbagai jenis, baik yang
dengan alat perontok padi gebot (manual) maupun alat perontok Power threser yang
47
Tabel 17. Kelebihan dan Kekurangan/kendala Penggunaan Alat Perontok Padi (Gebot
dan power thereser) Di Desa Marayoka Kecmatan Bangkala Tahun 2016
padi baik manual maupun dengan menggunakan power threser memiliki kelebihan
satu sama lain. Jika dilihat dari kelebihan dan kendala dari kedua alat perontok padi
tersebut maka dapat dikatakan bahwa alat perontok power thereser memiliki
keunggulan tersendiri dari segi jumlah produksi bersih yang diperoleh dan jika ditinjau
dari segi efisiensi waktu yang dibutuhkan dari setiap pengoperasiannya maka alat
perontok padi power threser lebih cepat dan efisien jika dibandingkan dengan alat
Penggunaan alat perontok padi dengan Gebot tergolong tidak efisien jika
ditinjau dari aspek waktu maupun hasil produksi yang diperoleh. Hal ini disebabkan
48
karna alat perontok padi manual (Gebot) dalam pengoperasiannya membutuhkan
waktu yang realtif lama dan hasil yang diperolehpun tidak bersih, sehingga masih
membutuhkan tindakan lanjut untuk mendapatkan hasil produksi gabah yang bersih
Efisiensi penggunaan alat perontok padi baik manual (Gebot) maupun power
threser dapat ditinjau dari berbagai faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, waktu
dan biaya operasional yang dibutuhkan, maka kedua alat tersebut memiliki peranannya
Biaya operasional, waktu dan tenaga kerja yang relatif banyak umumnya akan
berbanding terbalik dengan hasil yang diperoleh. Jika alat perontok padi dalam
pengoperasionalnya membutuhkan waktu dan input produksi yang relatif sedikit akan
memberikan hasil produksi yang banyak sedangkan jika alat produksi tersebut
membutuhkan tenaga kerja, input produksi dan waktu yang relatif banyak maka dapat
dikatakan produksi yang diperoleh akan berbanding terbalik (sedikit). Akan tetapi
kedua alat perontok tersebut masing-masing tidak memiliki ketiganya, dengan kata
lain bahwa alat perontok padi tersebut masing-masing menutupi kekurangan yang
Alat perontok padi manual (Gebot) membutuhkan waktu yang lama dalam
operasionalnya akan tetapi, disisi lain input produksinya relatif sedikit jika
dibandingkan dengan alat perontok padi lainnya. Sedangkan alat perontok padi power
threser membutuhkan input yang banyak akan tetapi berjalan lurus dengan waktu dan
hasil produksi yang diperoleh. Dengan demikian bahwa pada sistem usaha tani yang
bergerak dalam bidang perontokan, maka alat perontok yang paling efisien baik dari
49
segi waktu, maupun input produsksi yang digunakan adalah power threser. Hal ini
disebabkan karna alat tersebut memiliki hasil produksi yang sejalan dengan input-
50
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
bahwa :
Penggunaan alat perontok padi yang digunakan petani di Desa Marayoka adalah alat
perontok padi gebot dan power threser. Dari kedua alat tersebut perontok padi power
dibandingkan dengan gebot. Adapun alat perontok padi yang lebih efisien dari segi
waktu adalah penggunaan alat perontok power threser sedangkan gebot efisien dari
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat kami sarankan bahwa:
1. Dalam menggunakan alat perontok padi petani harus mempertimbangkan alat yang
akan digunakan dimasa yang akan datang demi meningkatkan hasil produksi.
2. Bagi Pemerintah agar dapat menyalurkan bantuan berupa alat perontok padi power
3. Bagi peneliti agar dapat melakukan penelitian terkait mengenai alat perontok padi
51
DAFTAR PUSTAKA
Irwanto, A.K., 1983, Alat dan Mesin Budidaya Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor; Bogor.
Nugraha S, Setyono A, dan Thahir R. 1994. Studi Optimasi Sistem Pemanenan Padi
Untuk Mengurangi Kehilangan hasil. Laporan Hasil Penelitian. Sukamandi.
Balai Penelitian Sukamandi.
Schemerhon John R. Jr. (1986:35) dalam blog. https:// pengertian efektivitas dan
efisiensi. Diakses pada tanggal 19 Juni 2016
52
KUESIONER RESPONDEN
Efisiensi Penggunaan Mesin Perontok Padi (power threser) Di Desa Marayoka,
Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto.
A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. Jenis Kelamin :
5. Luas Lahan :
6. Jumlah Tanggungan Keluarga :
7. Pengalaman Berusaha tani :
8. Pengalaman menggunakan alat perontok :
53
5. Berapa biaya yang di keluarkan kedua alat pada saat perontokan?
Jawab......................................................................................................
a. Mesin perontok (power threser)?.......................................................
b. Gebot?...............................................................................................
................................................
Alasan:………………………………………………………………………
……………………………
Jawab.................................................................................................................
...........................................
54
C. Kelebihan dan Kekurangan/Kendala Alat Perontok Padi
1. Sebutkan apa saja kelebihan dari alat perontok padi manual (Gebot) dan
power threser . !
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
55
56
Pengalaman
menggunakan alat
No Umur Pendidikan perontok (Thn) Pengalaman Usaha Tani Luas Lahan
Petani Petani
Nama (Ha)
(Thn) Gebot Power
Petani
Threser
1 Yasang 38 S1 20 4 23 1.2
2 Rustam 29 SMP 10 1 11 0.9
3 Coe 31 - 15 1 18 0.5
4 Unjung 27 SMK 5 1 6 0.7
5 Sainuddin 47 SMP 25 3 30 1.5
6 Kasmang 40 SD 21 2 28 1.0
57
Rekapitulasi Data
Luas Lahan, Produksi, Penerimaan dalam Penggunaan Gebot di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto.
Harga per
No Luas lahan (Ha) Produksi padi (kg) Penerimaan (Rp)
Nama kg (Rp)
1 Yasang 1 3000 5000 15.000.000
2 Rustam 0,9 2600 5000 13.000.000
3 Coe 0,5 2000 5000 10.000.000
4 Unjung 0,7 2200 5000 11.000.000
5 Sainuddin 1,5 4200 5000 21.000.000
6 Kasmang 1 2500 5000 12.500.000
Jumlah 5,6 16500 30000 82.500.000
Rata rata 0,933333333 2750 5000 13.750.000
58
Luas Lahan, Produksi, Penerimaan dalam Penggunaan Power Threser di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten
Jeneponto.
Luas lahan Produksi padi Harga per kg Penerimaan
No
Nama (Ha) (kg) (Rp) (Rp)
1 Yasang 1 3400 5000 17.000.000
2 Rustam 0,9 3000 5000 15.000.000
3 Coe 0,5 2400 5000 12.000.000
4 Unjung 0,7 2800 5000 14.000.000
5 Sainuddin 1,5 5000 5000 25.000.000
6 Kasmang 1 3100 5000 15.500.000
Jumlah 5,6 19700 30000 98.500.000
Rata rata 0,933333333 3283,333333 5000 16.416.667
59
DOKUMENTASI
Tanaman Padi
Proses Pengumpulan
60
Proses Perontokan padi dengan Power Thereser
61
62
63
64
65
RIWAYAT HIDUP
menteng dan lulus pada tahun 2006, kemudian melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 2
Bangkala dan tamat pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan ke SMK Negeri 4 Jeneponto dan tamat pada tahun 2012. Penulis melanjutkan
dengan mendaftar disalah satu Universitas di Kota Makassar dan alhamdulillah lulus seleksi
dan diterima di Universitas Muhammadiyah Makassar pada tahun 2012 dengan mengambil
Selain itu penulis juga aktif menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan
Agribisnis Periode 2013/2014. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan
menulis Skripsi yang berjudul “Efisiensi Penggunaan Alat Perontok Padi (Power Threser Dan
Gebot) Terhadap Hasil Gabah di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto”.
66