A R I E S M A N. M
G. 621 07 017
OLEH :
A R I E S M A N. M
G. 621 07 017
Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Daniel Useng, M.Eng.Sc Dr. Iqbal Salim, STP, M.Si
NIP. 19620201 199002 1 002 NIP. 19781225 200212 1 001
Mengetahui
Prof. Dr. Ir. Mulyati M Tahir, MS Dr. Iqbal Salim, STP, M.Si
NIP. 19570923 198312 2 001 NIP. 19781225 200212 1 001
ABSTRAK
Kata Kunci: Traktor tangan, bajak rotari, pengolahan tanah, pola tepi,
pola tengah.
RIWAYAT HIDUP
Penulis
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 ... Tujuan ……………………………………………………………. 2
1.3 Manfaat ............................................................................................ 2
No Judul Halaman
1. Kecepatan putar rotari hubungannya dengan kondisi tanah .................. 16
2. Kecepatan Maju Traktor Tangan Bajak Rotari ....................................... 42
3. Rata-rata Kapastis Lapang Efektif Pola Tepi ......................................... 43
4. Rata-rata Kapastis Lapang Efektif Pola Tengah………………………. 44
5. Perhitungan Slip Roda………………………………………………….. 45
6. Spesifikasi Traktor Tangan Bajak Rotari………………………………. 47
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1. Bajak Rotari ............................................................................................ 8
2. Posisi Bajak ke Traktor ........................................................................... 9
3. Pengolahan Pola Tengah......................................................................... 11
4. Alur Balik ............................................................................................... 11
5. Alur tepi yang tidak tertimbun................................................................ 11
6. Pola Pengolahan Tepi ............................................................................. 12
7. Traktor tangan bajak rotari ..................................................................... 17
8. Skema Pengolahan Pola Tepi ................................................................. 31
9. Skema Pengolahan Pola Tengah………………………………………. 31
10. Lebar Pengolahan Tanah ........................................................................ 32
11. Kedalaman Pengolahan Tanah ............................................................... 33
12. Hasil Perhitungan Kapasitas Lapang Efektif………………………….. 34
13. Hasil Perhitungan Kapasitas Kerja Pengolahan……………………….. 35
14. Hasil Perhitungan Efisiensi Pengolahan Tanah……………………….. 36
15. Hasil Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar ......................................... . 37
16. Jenis Tanah… ....................................................................................... 46
17. Foto dokumentasi pelaksanaan kegiatan
a. Foto lahan sebelum diolah ............................................................ 49
b. Foto proses pengolahan lahan ........................................................ 49
c. Hasil pengolahan tanah .................................................................. 50
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1. Lebar Kerja Teoritis Instrumen dan Lebar Kerja Lapang ................. 42
2. Kedalaman Kerja ............................................................................... 42
3. Kecepatan Maju ................................................................................. 42
4. Kapasitas Lapang Teoritis dan Kapasitas Lapang Efektif ................. 42
5. Konsumsi Bahan Bakar .................................................................... 44
6. Menghitung Slip ................................................................................ 45
7. Kadar Air Tanah ................................................................................ 45
8. Jenis Tanah ........................................................................................ 46
9. Spesifikasi Traktor Tangan Bajak Rotari .......................................... 47
10. Foto Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan ......................................... 49
I. PENDAHULUAN
2.1 Hortikultura
Hortikultura berasal dari bahasa latin yaitu hortus yang berarti kebun
dan colare yang berarti membudidayakan, kemudian hortikultura diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari pembudidayaan tanaman kebun
(Sumadi, 1997).
Menurut Haryadi (1989), berdasarkan kegunaannya tanaman
hortikultura dapat dibagi sebagai berikut :
2.1.1. Tanaman pangan berupa sayuran dan buah-buahan. Untuk sayuran ada
yang berupa tanaman ditanam di bagian atas tanah: kubis-kubisan
(kubis, kubis bunga, brokoli), kacang-kacangan (buncis, kapri, kacang
tanah), tanaman solonaceac berbuah (cabai, tomat, terung), ketimun
(ketimun, melon, semangka, labu), sayuran hijau (spinasi, bayam,
kangkung) jamur (agaricus). Tanaman yang ditanamn untuk bagian
bawah tanah: tanaman akar (bit, wortel, lobak, talas, ubi jalar, tanaman
ubi (kentang) tanaman umbi lapis (bawang merah, bawang putih,
bawang bombay)
Buah-buahan untuk iklim sedang buah kecil (beri, anggur, kiwi) pohon
buah (apel, apricot, pir) untuk iklim tropik dan sub tropik, taman ternal
(pisang, pepaya, jeruk)
2.1.2.Tanaman hias, tanaman bedengan bunga: corm, umbi, tanaman lanscap,
semak, pohon, padang rumput.
Berdasarkan siklus hidupnya, tanaman hortikultura dapat digolongkan
menjadi tanaman setahun atau semusim (annuals), dwi tahun (biennials), dan
tanaman tahunan (parennials). Tanaman setahun melengkapi seluruh
hidupnya dalam satu musim tumbuh contoh kedelai, kapri, dan buncis.
Tanaman dwibulanan adalah tanaman yang memerlukan dua musim untuk
melengkapi siklus hidupnya contoh wartel, bawang bombay, sedangkan
tanaman tahunan seperti terung dan cabai terus menerus tumbuh tidak
terbatas (Janick, 1986).
2.2 Pengolahan Tanah
Tanah merupakan suatu sistem yang dinamis, tersusun dari empat bahan
utama yaitu bahan mineral, bahan organik, air dan udara. Bahan-bahan
penyusun tanah tersebut berbeda komposisinya untuk setiap jenis tanah, kadar
air dan perlakuan terhadap tanah. Sebagai suatu sistem yang dinamis, tanah
dapat berubah keadaannya dari waktu ke waktu, sesuai sifat-sifatnya yang
meliputi sifat fisik, kimia, dan sifat mekanis, serta keadaan lingkungan yang
keseluruhannya menentukan produktifitas tanah. Pada tanah pertanian, sifat
mekanis tanah yang terpenting adalah reaksi tanah terhadap gaya-gaya yang
bekerja pada tanah, dimana salah satu bentuknya yang dapat diamati adalah
perubahan tingkat kepadatan tanah (Yuswar, 2004).
Pengolahan tanah adalah semua pekerjaan pendahuluan sebelum tanam
untuk membuat tanah dalam keadaan sebaik-baiknya guna pertumbuhan
perakaran sampai pada keadaan siap ditanami (Mundjono, 1989).
Pengolahan tanah adalah semua pekerjaan pendahuluan sebelum proses
penanaman. Tujuan utama dari pengolahan tanah adalah menciptakan kondisi
tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman dengan usaha yang
seminimum mungkin. Sebagai awal kegiatan budidaya pertanian sebelum
kegiatan lainnya dilakukan, kegiatan ini perlu diupayakan secara efektif dan
efisien, oleh karena menyangkut kualitas hasil dan ketepatan waktu
pengolahan tanah (Mundjono, 1989).
Pengolahan tanah umumnya masih didominasi oleh penggunaan
cangkul (secara manual) oleh tenaga manusia dan alat bajak yang ditarik oleh
tenaga ternak. Dengan penggunaan tenaga manusia dan tenaga ternak akan
mengakibatkan produksi pertanian rendah dan waktu yang lama bila
dibandingkan dengan penggunaan tenaga mekanis seperti traktor terutama
sebagai sumber tenaga penarik bajak dan alat pertanian lainnya. Penggunaan
traktor sebagai sumber tenaga dalam pengolahan tanah, diharapkan dapat
mengurangi waktu dan biaya yang diperlukan untuk proses pengolahan tanah,
kapasitas kerja menjadi lebih tinggi dan pendapatan petani bertambah,
sehingga dapat dilaksanakan usaha intensifikasi dan ekstensifikasi yang
sempurna (Mundjono, 1989).
Kecepatan dalam pengolahan tanah merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kapasitas kerja efektif yang dapat dicapai dalam pengolahan
tanah. Kapasitas kerja efektif adalah faktor yang menentukan besarnya biaya
penggunaan alat persatuan luas (Mundjono, 1989).
Pengolahan tanah merupakan bagian proses terberat dari keseluruhan
proses budidaya, dimana proses ini mengkonsumsi energi sekitar 1/3 dari
keseluruhan energi yang dibutuhkan dalam proses budidaya pertanian. Cara
pengolahan tanah akan berpengaruh terhadap hasil pengolahan dan konsumsi
energinya (Mundjono, 1989).
Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa masalah pengolahan
tanah merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan produksi
pertanian yang optimal. Kondisi tanah yang baik adalah salah satu faktor
berhasilnya produksi tanaman dan untuk mencapai kondisi tanah yang baik
diperlukan pengolahan tanah dengan alat dan mesin pertanian
(Mundjono, 1989).
Akhir-akhir ini masalah yang utama di dalam pembukaan dan
pengolahan tanah adalah bagaimana agar didapatkan efisiensi yang optimal.
Hal ini dimaksudkan dari pengertian minimal tillage yaitu pengolahan yang
seminimal mungkin, tetapi menghasilkan tanah yang baik dan pertumbuhan
tanaman yang optimal dengan biaya yang rendah (Mundjono, 1989).
Kegiatan pengolahan tanah dapat dibedakan menjadi pengolahan tanah
I (Primary tillage) dan pengolahan tanah II (Secondary tillage). Kegiatan
pengolahan tanah pertama secara sederhana bertujuan membongkar tanah
menjadi bongkahan-bongkahan agar mampu menangkap udara, air dan sinar
matahari, guna proses pelapukan sehingga tanah menjadi matang, bebas dari
tanaman gulma dan siap untuk masuk ke pengolahan tanah kedua yang
bertujuan menghancurkan dan mencampur bongkah tanah yang telah matang
secara mesra (proses penghancuran dan pembusukan) agar menjadi media
tumbuh tanaman yang baik (Kuipers dan Kowenhopn, 1983).
Kuipers dan Kowenhopn (1983) menyatakan bahwa tujuan pengolahan
tanah sebagai berikut :
1. Menciptakan struktur tanah yang dibutuhkan untuk persemaian atau
tempat tumbuh benih. Tanah yang padat diolah sampai gembur, sehingga
mempercepat infiltrasi air, berkemampuan baik menahan hujan,
memperbaiki aerasi dan memudahkan perkembangan akar
2. Meningkatkan kecepatan infitrasi tanah sehingga menurunkan run off dan
mengurangi bahaya erosi
3. Menghambat atau mematikan tumbuhan pengganggu
4. Membenamkan tumbuh-tumbuhan atau sampah-sampah yang ada di atas
permukaan tanah ke dalam tanah sehingga menambah kesuburan tanah
5. Membunuh serangga, larva atau telur-telur serangga melalui perubahan
tempat tinggal dan terik matahari
6. Menyiapkan lahan sebagai media tumbuh tanaman yang baik
Secara umum, tujuan mekanisasi pertanian adalah (Kuipers dan
Kowenhopn, 1983) :
1. Mengurangi kejerihan kerja dan meningkatkan efisiensi tenaga manusia
2. Mengurangi kerusakan produksi pertanian
3. Menurunkan ongkos produksi
4. Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi
5. Meningkatkan taraf hidup petani
6.Memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsistem (tipe pertanian kebutuhan
keluarga) menjadi tipe pertanian komersil (comercial farming)
Proses yang terjadi pada pengolahan tanah dengan bajak dapat
diasumsikan terdiri dari beberapa bagian proses. Untuk alat ini, proses yang
terjadi terdiri dari proses intake, main flow dan output.
Proses intake merupakan proses dimana suatu bagian/lapisan tanah
dipisahkan dari bagian utamanya. Proses main flow adalah proses yang terjadi
selama tanah bergerak sepanjang bagian alat (plough-body). Proses output
mencakup perubahan yang terjadi setelah irisan tanah terlepas dari alat
(Kuipers dan Kowenhopn, 1983).
2.3 Jenis Tanah dan Kadar Air
dimana :
KA = Kadar air tanah (%)
Wa = Berat tanah sebelum dikeringkan (g)
Wk = Berat tanah setelah dikeringkan (g)
2.4 Pola Pengolahan Tanah (Pembajakan) Dengan Traktor Tangan
Pada tepi lahan alur hasil pembajakan tidak tertutup oleh lemparan
hasil pembajakan disajikan pada Gambar 5 (Dahono, 1997).
Bajak rotari adalah bajak yang terdiri dari pisau-pisau yang berputar.
Berbeda dengan bajak piringan yang berputar karena ditarik traktor, maka
bajak ini terdiri dari pisau-pisau yang dapat mencangkul yang dipasang pada
suatu poros yang berputar karena digerakan oleh suatu motor. Bajak ini
banyak ditemui pada pengolahan tanah sawah untuk pertanaman padi dan
tanaman hortikultura (Smith dan Wilkes, 1990).
Menggunakan bajak putar saat pengolahan tanah dapat dilakukan sekali
tempuh. Bajak putar atau bajak rotari dapat digunakan untuk pengolahan
tanah kering ataupun tanah sawah (Smith dan Wilkes, 1990).
Bajak rotari ini ditarik kedepan oleh traktor, namun mempunyai pisau
pemotong yang digerakkan oleh mesin pembantu yang dipasang pada rangka
bajak tersebut. Tipe bajak ini dibuat dalam ukuran 4, 5, 6 inchi dan
memerlukan daya sebesar 90 daya kuda (Smith dan Wilkes, 1990).
Bajak pada prinsipnya mempunyai fungsi yang sama dengan cangkul.
Bajak berguna untuk memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah.
Dalam pembajakan tanah biasanya ditentukan oleh jenis tanaman dan
ketebalan lapisan tanah atas. Kedalaman lapisan olah tanah untuk tanaman
padi lebih kurang 18 cm bahkan ada tanah yang harus dibajak lebih dalam
lagi sekitar 20 cm (Smith dan Wilkes, 1990).
Salah satu masalah dari penggunaan bajak putar ialah apabila di dalam
tanah terdapat benda-benda keras, untuk itu biasanya diadakan pengamanan
(dilengkapi per-per pada pisaunya, adanya pengamanan slip pada mesinnya).
Berdasarkan atas sistem pengambilan daya untuk menggerakkan rotor dan
pisau dari bajak putar, jenis bajak putar secara garis besar dibedakan menjadi
dua, yaitu (Sakai dkk. 1998) :
1. Bajak putar dengan tenaga pemutar pisau dari mesin tersendiri terpisah dari
tenaga traktor sebagai sumber daya penariknya (self propelled unit).
2. Bajak putar dengan tenaga pemutar pisau dari pto traktor, yang sekaligus
traktor tersebut sebagai sumber daya penariknya (pto drives tractor).
Prinsip kerja bajak putar pisau-pisau dipasang pada rotor secara
melingkar hingga beban terhadap mesin merata dan dapat memotong tanah
secara bertahap. Pada waktu rotor berputar dan alat bergerak maju pisau akan
memotong tanah. Luas tanah yang terpotong dalam sekali pemotongan
tergantung pada kedalaman dan kecepatan maju (Sakai dkk. 1998).
Gerakan putaran rotor yang memutar pisau-pisau diakibatkan daya dari
motor yang diteruskan melalui sistem penerusan daya khusus sampai ke rotor
tersebut. Sistem penerusan daya untuk ukuran bajak putar kecil yang
digerakkan dengan traktor tangan biasanya menggunakan sistem hubungan
roda cakra dengan rantai. Untuk bajak putar ukuran besar yang digerakkan
dengan traktor besar, biasanya menggunakan universal joint
(Sakai dkk. 1998).
Bagian-bagian bajak putar adalah (Sakai dkk. 1998).
1. Pisau, berfungsi untuk mencacah saat bajak putar beroprasi. Pisau ini juga
cukup baik untuk mencacah gulma maupun seresah, namun tidak dapat
menutupnya dengan tanah secara baik seperti jika menggunakan bajak
singkal maupun bajak piringan. Besar dan jumlah pisau disesuaikan
dengan daya penggerak dan keperluannya. Cara pemasangan pisau dalam
hubungannya dengan bentuk permukaan dan hasil pengolahan tanah.
2. Poros putar, berfungsi untuk memutar rotor-rotor bajak putar.
3. Rotor, berfungsi sebagai tempat pemasangan pisau-pisau dari bajak putar.
4. Penutup belakang (rear shield), berfungsi membantu penghancuran tanah.
5.Roda dukung (land wheel), berfungsi untuk mengatur kedalaman
pengolahan tanah.
Sistem pemasangan pisau, dengan jumlah yang lebih sedikit akan
memperoleh sedikit hambatan karena adanya seresah pada tanah dan pisau
dapat masuk lebih dalam pada tanah sehingga seresah dapat bercampur
dengan tanah. Juga dapat mengurangi kemungkinan macetnya alat pada waktu
kerja di tanah yang basah dan lengket. Namun hasil pengolahan diperoleh
bongkah yang lebih besar (Sakai dkk. 1998).
Kecepatan perputaran pisau dan kecepatan maju akan mempengaruhi
kehalusan pengolahan tanah, semakin cepat perputaran pisau akan diperoleh
pemotongan yang semakin halus, makin lambat perputaran pisau maka hasil
pemotongan akan besar-besar. Pada kecepatan rendah, kemungkinan
penyumbatan oleh tanah dan seresah makin besar tetapi kecepatannya yang
besar akan dapat merusak struktur tanah dan mengurangi umur pemakaian
pisau. Kandungan air tanah, bila tanah dikerjakan pada kandungan air dimana
ikatan partikel kecil maka hasil pengerjaan tanah akan lebih halus
(Sakai dkk. 1998).
Merancang bangun pengolah tanah rotari harus dipenuhi persyaratan,
yaitu (Suastawa dkk, 2000) :
a) Alat Mesin mempunyai manuverabilitas tinggi sesuai dengan kondisi kerja
yang lembab atau basah.
b) Alat Mesin mampu mengolah tanah dengan kedalaman yang cukup untuk
membenamkan sisa tanaman dan mencampur lapisan tanah atas secara
vertikal.
c) Disain rotari dilengkapi pengatur guna mengatasi tanah basah dan sisa
tanaman.
d) Permukaan tanah hasil kerja rata, tanpa terbentuknya alur-alur atau
gundukan tanah.
e) Alat Mesin mempunyai ketahanan kerja, kekuatan konstruksi dan
pelindung bagian-bagian penting terhadap benturan benda keras.
Pengolahan tanah dengan rotari menghasilkan kualitas penghancuran
dan campuran yang sempurna antara cacahan gulma/sisa tanaman dengan
tanah. Gulma sisa tanaman yang terbenam dalam tanah tersebut akan
membusuk dan menjadi pupuk organik. Pengolahan tanah dengan rotari juga
dinilai sebagai cara terbaik dalam menghasilkan pelumpuran sehingga
menjadi media tumbuh yang optimum dan menekan pertumbuhan gulma
(Sakai dkk, 1998).
Bilah pisau tipe C sesuai untuk lahan kering maupun sawah, karena
dapat memotong sisa-sisa tanaman. Desain bilah pisau melibatkan tahapan
yang rumit, meliputi penempaan, pembentukan bilah sesuai kurva sudut
rasional agar sisa-sisa tanaman tidak mengkait. Ketebalan pisau C berkisar
9.0 - 10 mm bagian leher dan 4.5 – 5.0 mm (bagian tengah dan ujung) dengan
sisi ketajaman tunggal (Sakai dkk, 1998).
Pengolah tanah rotari dengan lebar kerja 60 cm, akan memakai 12 - 15
bilah pisau dengan urutan kerja membentuk sudut 45°. Kedalaman olah
bervariasi antara 10 - 20 cm, dan pengalaman di lapangan berkisar 10 - 15 cm
terutama pada lahan dengan ketersediaan air irigasi cukup (Sakai dkk, 1998).
Kualitas pencampuran pada pengolahan tanah menggunakan rotari tidak
hanya tergantung pada sifat tanah, juga kecepatan putar rotari, bentuk dan
posisi dari pelindung rotari kaitannya dengan lemparan pertikel tanah.
Kecepatan putar rotari untuk pengolahan tanah 150 - 400 rpm tergantung
pada sifat tanah disajikan pada Tabel 1 (Sakai dkk, 1998).
dimana :
KLE = kapasitas lapang efektif
KLT = kapasitas lapang teoritis
Pada saat mengolah tanah menggunakan traktor dan alat bajak maka
akan diperoleh tanah terolah dengan luas tertentu dan selesai ditempuh dalam
waktu tertentu, sehingga kemampuan kerja lapang mengolah tanah tersebut,
atau yang dapat dinyatakan dalam satuan luas tanah terolah persatuan waktu.
Semakin luas tanah yang diselesaikan dalam waktu yang semakin singkat
maka dikatakan bahwa pekerjaan mengolah tanah tersebut mempunyai
efisiensi tanah yang tinggi (Yuswar, 2004).
Dalam pengolahan lahan sampai lahan tersebut siap untuk ditanami
mengalami beberapa proses. Tergantung jenis lahan yang mau diolah. Ada
dua jenis lahan yang dapat diolah menggunakan traktor roda dua yaitu lahan
basah atau sawah dan lahan kering atau lahan yang biasa ditanami sayur-
sayuran. Pada lahan sawah memerlukan tiga tahapan proses perlakuan dengan
menggunakan implemen traktor roda dua hingga lahan siap untuk ditanami.
Tahapan itu adalah pembajakan, pengglebekan, dan penggaruan. Sementara
pada lahan kering hanya memerlukan dua tahapan yaitu pembajakan dan
penggaruan atau pengglebekan tergantung jenis tanah pada lahan kering
tersebut dan kebiasaan masyarakat sekitar (Yuswar, 2004).
2.8 Slip (Slippage)
Intensitas slip merupakan pengurangan kecepatan maju traktor karena
beban operasi pada kondisi lapang. Slip roda yang terjadi pada roda traksi
traktor dapat diketahui dari pengurangan kecepatan traktor pada saat operasi
dengan beban dibandingkan dengan kecepatan teoritis. Slip roda traktor
merupakan salah satu faktor pembatas bagi pengoperasian traktor-traktor
pertanian. Slip akan selalu terjadi pada traktor baik pada saat menarik beban
maupun saat tidak menarik beban (Liljedahl dkk, 1989).
Slip terjadi bila roda meneruskan gaya-gaya pada permukaan alas,
pengukuran slip agak rumit akibat pengecilan jari-jari ban efektif statis
maupun dinamis. Meningkatkan slip roda dapat menambah kemampuan
traksi, gaya tarik traktor masih dapat ditambah dengan menaikkan slip hingga
30%, tetapi slip yang optimum pada operasi traktor adalah 10 -17%
(Wanders, 1978).
Slip roda traksi merupakan selisih antara jarak tempuh traktor saat
dikenai beban dengan jarak tempuh traktor tanpa beban pada putaran roda
penggerak yang sama (Wanders, 1978).
Untuk menghitung slip roda traksi pada pada persamaan 5 berikut
(Suastawa dkk, 2000).
𝑆𝑜−𝑆𝑏
𝑆𝑡 = 𝑥 100%..............................................................................(5)
𝑆𝑜
dimana :
St = Slip roda traksi (%)
Sb = Jarak tempuh traktor saat diberi pembebanan dalam 5 putaran
roda (m)
So = Jarak tempuh traktor tanpa beban dalam 5 putaran roda (m)
Besarnya slip dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut
(Sembiring dkk, 1990) :
a) Beban pada roda traksi
b) Jenis, ukuran, dan kondisi roda traksi
c) Jenis dan kondisi tanah/landasan traksi
Slip pada roda dapat diperkecil dengan memperhatikan fakror-faktor
sebagai berikut : (1) diameter roda (2) lebar roda (3) bentuk lempengan tapak,
(4) sudut lempengan tapak terhadapat garis singgung roda dan sumbu roda (5)
jarak antara lempengan (Anonim II, 1980).
Penurunan tenaga yang dibutuhkan untuk mengatasi slip akan
menaikkan tenaga tarik taktor. Perbedaan kecepatan dan transmisi yang
digunakan juga dapat memberikan pengaruh pada slip. Efisiensi tenaga tarik
yang tertinggi dalam mengolahan tanah adalah pada tingkat slip antara
15-25%. Pada tanah liat yang basah, tenaga terbesar untuk menarik mungkin
dicapai pada slip sekitar 35% (Sembiring dkk, 1990).
Tanah basah atau becek slip dapat terjadi sampai 60% dan hanya
menghasilkan tanah sekitar 10-20%. Hal ini berarti banyak tenaga yang
hilang untuk mengatasi tahanan gelinding dan slip roda serta hasil yang
didapat berupa proses pelumpuran oleh roda. Dalam penggunaan traktor pada
tanah liat basah atau lumpur, harus diperhatikan luas kotak permukaan roda
dengan tanah untuk menaikkan tarikan. Makin luas permukaan, maka tarikan
akan makin baik (Sembiring dkk, 1990).
Kelengketan tanah pada sirip dari roda besi adalah salah satu hal yang
dapat menyebabkan tingginya slip. Jika kelengketan tanah pada sirip sangat
banyak akan menimbulkan roda besi ini ditutupi tanah, sehingga gaya angkat
yang akan dihasilakan akan kecil dan menyebabkan tingginya slip roda
(Sembiring dkk, 1990).
III. METODE PENELITIAN
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lahan olahan dengan
luas 10 x 10 meter, bahan bakar minyak (bensin).
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah traktor tangan
bajak rotari, meteran, penggaris, stop watch, labu ukur, patok, timbangan dan
alat tuis.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1. Persiapan
Kegiatan meliputi observasi lahan yang akan diolah, penyediaan dan
pengecekan alat dan bahan, penyusunan matriks kerja, konsultasi teknis dan
pengarahan terhadap metode pengoprasian traktor tangan. Selain itu, untuk
menambah informasi dalam pelaksanaannya dilaksanakan studi pustaka,
penelusuran internet maupun konsultasi dengan nara sumber.
3.3.2. Pelaksanaan
Uji kinerja traktor tangan bajak rotari dilakukan di lahan dengan
tahapan sebagai berikut:
a. Mempersiapkan dan mengolah tanah dengan implemen traktor tangan
bajak rotari
b. Melakukan pengamatan indikator yang akan diukur
Lebar Kerja (cm)
Untuk mengetahui lebar kerja dilakukan pengukuran
pada implemen panjang rotari dan lebar olahan tanah setelah
diolah dengan traktor tangan bajak rotari.
Kedalaman kerja (cm)
Untuk mengetahui kedalaman kerja maka dilakukan
pengukuran pada lahan yang telah diolah dengan
membenamkan alat ukur ke dalam tanah dengan melihat nilai
kedalamannya pada penggaris.
Kecepatan maju (km/jam)
Untuk mengetahui kecepatan maju traktor diketahui dari
berapa waktu yang ditempuh oleh traktor dalam jarak tempuh
10 meter dengan tiga kali ulangan.
Kadar Air Tanah
Kadar air tanah dinyatakan dalam basis kering dan basis
basah. Presentase berdasarkan berat, kadar air tanah dapat
dihutung dengan persamaan 1 (Das, 1993).
Kapasitas kerja (jam/ha)
Kapasitas lapang teoritis (KLT) dapat dihitung
menggunakan persamaan 2 (Suastawa dkk, 2000).
Untuk mengetahui perhitungan Kapasitas lapang efektif
(KLE) digunakan persamaan 3 (Suastawa dkk, 2000). Untuk
mengetahui efisiensi pengolahan tanah dapat gunakan
persamaan 4 (Suastawa dkk, 2000).
Slip roda traksi
Untuk menghitung slip roda traksi digunakan persamaan
5 (Suastawa dkk, 2000).
Konsumsi Bahan Bakar
Pengukuran bahan bakar dilakukan dengan cara mengisi
penuh tangki bahan bakar pada traktor sebelum digunakan
untuk setiap pengolahan tanah. Kemudian setalah selesai
pengolahan tanah tangki bahan bakar di isi kembali sampai
penuh seperti awal, yang mana jumlah bahan bakar yang
ditambahkan tersebut ditakar dalam gelas ukur, dengan cara
tersebut akan diketahui jumlah bahan bakar yang diperlukan
pada setiap olahan.
c. Melakukan analisis dan pengolahan data hasil uji kinerja pengolahan
tanah.
d. Skema petak uji traktor tangan bajak rotari dengan pola pengolahan tepi
pada lahan petani, dengan melakukan tiga kali ulangan dapat
digambarkan sebagai berikut (Dahono, 1997) :
1 2 3
10
10 m m
1010
mm
1 2 3
10 m
10 m
10 m
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
110
109
108
Lebar (Cm)
107
106
105
104
lebar bajak rotari lebar rata-rata
Lebar Pengolahan Tanah
17.5
17
16.5
Kedalaman (Cm)
16
15.5
15
14.5
14
kedalaman Pisau Rotari Kedalaman rata-rata
Kedalaman Pengolahan Tanah
0.06
0.05
0.04
KLE (ha/jam)
0.03
KLE (ha/jam)
0.02
0.01
0
Tepi Tengah
Pola Pengolahan Tanah
25
20
15
jam / ha
0
Tepi Tengah
Pola Pengolahan Tanah
Efisiensi pola tepi adalah 58% sedangkan hasil efisiensi diperoleh pada
pola tengah adalah 72% disajikan pada Gambar 14 .
Efisensi (%)
80
60 72
40 58
Efisensi (%)
20
0
Tepi Tengah
Hasil konsumsi bahan bakar dengan luas lahan 300 m2 pada pengolahan
tepi adalah sebesar 880 ml sedangkan konsumsi bahan bakar pada pengolahan
tengah adalah 720 ml disajikan Gambar 15.
1000
900
Bahan Bakar Minyak (ml/m2)
800
700
600
500
400 Konsumsi Bahan Bakar (ml)
300
200
100
0
Tepi Tengah
Pola Pengolahan Tanah
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Anonim II, 1980. Pembinaan industri pembuatan alat dan mesin pertanian, kertas
kerja pada pameran dan pertemuan alat dan mesin pertanian rancangan IRRI.
Jakarta.
Daywin , F.J dan R.G Sitompul dan Imam Hidayat. 1999. Mesin-mesin budidaya
pertanian lahan kering. Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Gill, W.R and G.E. Vanden Berg . 1968. Soil Dynamics in Tillage and Tractor.
Agricultural Research Service United Stated Departement of Agricultural.
Haerani, A. 2001. Kajian Awal Perancangan Alat dan Mesin untuk Budidaya
Sayuran, Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian, IPB. Bogor.
Janick, J.1986. Horticultural Science, W.H Freem and Compony. Ney York, USA.
Koga,Y. 1988. Farm Machinery Vol. II. Farm Machanization Course, Farm
Machinery Design Course, Tsukuba International Agricultural Training Centre.
Japan International Cooperation Agency. Tsukuba, Japan.
Kuipers, H . dan L. Kowenhopn. 1983. Pengolahan Tanah ; Aplikasi Pengukuran
Lapangan. Agricultural University Wageningen – Brawijaya University,
Malang.
Lijedahl. J.B., Turnquist, P.K,. Smith, D.W., Holi, M.1989. Tractor and Their
Power Units. Fourth Edition.AVI Book, Van Nostrand Rienhold, New York.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1998. Statistik Pertanian. Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat.Bogor.
Sakai,J. R.G. Sitompul., E.N. Sembiring, Radite P.A.S.,I.N. Suastawa dam Tineke
Mandang. 1998. Traktor 2 Roda. Buku Pegangan Insiyur Teknik Pertanian
Laboratorium Alat dan Mesin Budidaya Pertanian. Departemen Teknik
Pertanian FATETA-IPB. Bogor.
Sembiring, E.N.,I.N. Suastawa, dan Desrial. 1990. Sumber tenaga tarik di Bidang
Budidaya Pertanian. JICA-DGHE/IPB Project/ADEAT : JTA-9a (132). Proyek
Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi . Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Smith Harris Pearson A E, Lambert Henry Wilkes M.S. 1976. Farm Machinery
and Equipment, McGraw Hill, Inc. I Tri Purwadi, Gembong.
Yuswar, Yunus. 2004. Perubahan Beberapa Sifat FIsik Tanah dan Kapasitas Kerja
Traktor Akibat Lintasan Bajak Singkal pada Berbagai Kadar Air Tanah. Tesis.
Program Pascasarjana UNSYIAH. Banda Aceh.
𝑚2 ℎ𝑎 ha.m2 ha.m2
0,22 =𝑥 0,079 = 1x
𝑠 𝑗𝑎𝑚 jam.s jam.s
ℎ𝑎.𝑚2
0,079
𝑗𝑎𝑚.𝑠
𝑥= ℎ𝑎.𝑚2
= 0,079
1
𝑗𝑎𝑚.𝑠
𝑚2 ℎ𝑎
0,22 = 0,079
𝑠 𝑗𝑎𝑚
ℎ𝑎
Jadi Kapasitas Lapang Teoritisnya adalah 0.079 𝑗𝑎𝑚
Jadi total KLE ketiga lahan, total luas lahan 300 m2 = 0.03 ha, lama
waktu pengolahan 39 menit : 27 detik = 0.65 jam sehingga diperoleh :
*KLE = L / WK
= 0.03 ha / 0.65 jam
= 0.046 ha/jam
Kapasitas kerja = WK / L
= 0.65 jam / 0.03 ha
= 21 jam/ha
Efisiensi = KLE / KLT × 100%
= 0.046 ha/jam / 0,079 ha/jam x 100%
= 58%
2) Pola pengolahan Tengah, rata-rata kapasitas lapang efektif
disajikan pada Tabel 4 berikut ini :
Luas Lahan Konversi Konversi KLE
No Waktu operasional
(m2) (ha) (jam) (ha/jam)
1 100 m2 0.01 11 menit : 12 detik 0.18 0.056
2 100 m2 0.01 9 menit : 54 detik 0.15 0.067
3 100 m2 0.01 10 menit : 1 detik 0.17 0.059
Luas
300 m2 rata-rata 10 menit : 22 detik rata-rata 0.061
total
Total waktu 31 menit : 7 detik
Jadi total KLE ketiga lahan, total luas lahan 300 m2 = 0.03 ha, lama
waktu pengolahan 31 menit : 7 detik = 0.52 jam sehingga diperoleh :
*KLE = L / WK
= 0.03 ha / 0.52 jam
= 0.057 ha/jam
Kapasitas kerja = WK / L
= 0.52 jam / 0,03 ha
= 17 jam/ha
Efisiensi = KLE / KLT × 100%
= 0.057 ha/jam / 0.079 ha/jam x 100%
= 72%
5. Komsumsi Bahan Bakar
a) Pada pengolahan lahan dengan pola tepi, seluas
300 m2 = 0.03 ha dibutuhkan waktu selama 39 menit : 27 detik untuk
menyelesaikan pengolahan tanah, sehingga diketahui jumlah
komsumsi bahan bakar minyak (bensin) yang digunakan sebanyak
880 ml.
b) Pada pengolahan lahan dengan pola tengah, seluas
300 m2 = 0.03 ha dibutuhkan waktu selama 31 menit : 7 detik untuk
menyelesaikan pengolahan tanah, sehingga diketahui jumlah
komsumsi bahan bakar minyak (bensin) yang digunakan sebanyak
720 ml.
6. Menghitung slip
Pada pengukuran slip roda traktor dilakukan dua kali ulangan
pengoprasian pada tempat yang berbeda, pengoprasian pertama dilakukan
pada landasan semen dan pengoprasian kedua dilakukan pada landasan
tanah, sehingga diperoleh hasil perhitungan slip roda disajikan pada
Tabel 5 berikut ini :
St = ( so – sb) / so x 100%
= (1.55- 1.12) / 1.55 X 100%
= 0.43 / 1.55 X 100%
= 0.27 x 100%
= 27%
St = ( so – sb) / so x 100%
= (1.48- 1.10) /1.48 X 100%
= 0.38 / 1.48 x 100%
= 0.26 x 100%
= 26%
7. Kadar air tanah
Diketahui sampel tanah yang diambil pada lahan adalah 500 g,
kemudian dihitung berat tanah tersebut setelah di oven didapatkan berat
tanah adalah 400 g, sehingga diperoleh :
KA = (Wa-Wk) / Wa x 100%
= (500 g – 400 g) / 500 g x 100%
= 100 g / 500 g x 100%
= 0,2 x 100%
= 20%
Jadi kandungan air yang terkandung pada tanah pada lahan yang diolah
tersebut adalah 20%
8. Jenis Tanah
Pada lokasi penelitian jenis tanahnya adalah inceptisol, data ini
diambil dari peta Badan Perencanaan Pembagunan Daerah (BAPPEDA).
Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih
berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum
yang berarti permulaan. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga
kebanyakan dari tanah ini cukup subur.
Model Te 550 n
Posisi Stang kemudi
Uraian Satuan
Atas Tengah Bawah
Dimensi Panjang keseluruhan mm 1504 1472 1418
dengan roda Lebar keseluruahan mm 495
karet Tinggi keseluruhan mm 922 1003 1105
Berat rangka dengan
Kg 61
roda karet
Berat kosong Merk / model Robin / EY 20 B
Volume selinder Cc 183
Hp /
Tenaga maksimum 5.0 / 2000
rpm
Motor Tenaga rata-rata Hp/rpm 3.8/1800
penggerak
Sistem pendingin Udara
Berat kosong Kg 16
Puli penengang tali
Kopling utama
Penerusan sabuk
daya COGGED V-BELT
Ukuran tali sabuk
REC H-P II SB35
Ke-1 (F - 1) Km/jam 2.37
Ke-2 (F - 2) Km/jam 3.89
Kecepatan Maju
Ke-3 (F - 3) Km/jam 5.69
jalan (roda
karet ) Ke-4 (F - 4) Km/jam 9.32
Ke-1 (R - 1) Km/jam 2.50
Mundur
Ke-2 (R - 2) Km/jam 4.10
Stand kemudi Penyetelan 3 posisi
Roda karet 4.00- 8
Lebar mm 640
Rotari R +L Berat Kg 11
Axle rotary Jumlah
Buah 24
pisau
Bar resistence "A" Berat Kg 1.2
Lebar mm 700
Rotari R +L Berat Kg 11.4
Hexagon rotor Jumlah
Buah 18
pisau
Bar resistence "H" Berat Kg 1.2
Lebar mm 350
Berat Kg 25
` Jumlah
pisau
Buah 12
Rotary set putaran
maju
Rear rotary Jumlah
pisau
Buah 12
putaran
mundur
Diameter mm 360
Iron wheel R/L
Berat Kg 3.5
Skid Berat Kg 1.2
Lebar mm 400
Ridger
Berat Kg 7.0