Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MATA KULIAH HIDROPONIK


DRIP IRRIGATION

DOSEN PENGAMPU :

Ir. Tri Rini Kusparwanti, MP.

DISUSUN OLEH :
Aldi Dwi Saputra (A31191379) Sania Salsa Bila (A31191466)
Ibnu Syahroni (A31191380) Geby Laguma M. S. (A31191733)
Leny Widyastuti (A31191466) Ferra Kharisma M. (A31191756)
Lalang Loka Subekti (A31191466) Yunike Sipta W. (A31191779)
Demoniq Dwi F. (A31191474)

PROGRAM STUDI PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA


JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum wr. wb

Alhamdulillah, puji syukur kami haturkan atas kemurahan Allah SWT yang telah memberi
Rahmat dan karunia yang tiada terputus dan serta yang telah memberi kesehatan kepada
kami sehingga makalah yang berjudul "Drip irigation / irigasi tetes " dapat terselesaikan.
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih terbatas. Adapun tujuan penyusunan
makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Hidroponik. Demikian penulisan makalah
ini, semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca.

Wassalamu'alaikum wr.wb

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. II


DAFTAR ISI .......................................................................................................... III
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB 2 PEMBAHASAN ......................................................................................... 3
BAB 3 PENUTUP .................................................................................................. 8
1.3 Kesimpulan................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 9

III
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


SIstem tetes atau Drip System adalah salah satu teknik hidroponik yang sering
digunakan karena system operasinya sederhana, yaitu dengan menggunakan timer
untuk mengontrol pompa. Prinsip kerja system ini, yaitu dengan meneteskan larutan
nutrisi pada akar tanaman agar tetap lembab dan basah. Sistem irigasi tetes
merupakan sistem pemberian irigasi yang paling efisien. Efisiensi penggunaan air
sistem irigasi tetes dapat mencapai 80% sampai 95% karena pemberian air secara
langsung ke areal perakaran secara teratur dan perlahan (Simonne et al., 2010).
Keunggulan system irigasi tetes yaitu dapat menghemat air, tenaga, biaya
pengelolaan, pemakaian pupuk yang tepat, energi dan dapat mengendalikan penyakit
pada tanaman serta dapat digunakan untuk lahan yang tidak rata dan sempit (Susila
dan Poerwanto, 2013).

Terdapat dua jenis Drip System atau system tetes, yaitu sistem tetes putar
(sirkulasi) dan sistem tetes habis (non-sirkulasi). Sistem tetes putar (sirkulasi) adalah
sistem yang lebih umum dan banyak diterapkan karena prinsip kerjanya yang
sederhana dengan cara larutan nutrisi yang merupakan hasil dari sisa tetesan yang
keluar dari net pot dikumpulkan Kembali ke dalam bak penampung untuk digunakan
kembali. Sistem ini memungkinkan penggunaan larutan nutrisi lebih efisien karena
larutan nutrisi tidak ada yang terbuang karena semua diputar kembali ke tanaman.
Penggunaan sistem ini dapat mengubah tingkat keasaman (pH) air serta perubahan
kekuatan larutan nutrisi di dalamnya karena pemakaian yang berulang-ulang. Oleh
karena itu, dibutuhkan pengecekan rutin untuk menyeimbangkan Kembali tingkat pH
air serta kekuatan larutan nutrisi di dalamnya dengan menambah atau mengurangi air
maupun larutan nutrisi.

1
Sistem tetes habis (non-sirkulasi) merupakan sistem yang lebih umum
digunakan untuk tujuan komersial dan prinsip kerjanya juga sedikit berbeda. Larutan
nutrisi yang dialirkan tidak didaur ulang, melainkan langsung dibuang apabila ada
kelebihan. Sistem pengairan dilakukan dengan meneteskan larutan nutrisi selama
waktu yang dibutuhkan. Sistem ini membutuhkan perawatan yang lebih sedikit
karena sisa larutan nutrisi tidak Kembali ke bak penampung sehingga nutrisi dan pH
di bak penampung tidak berubah.

Kelebihan sistem tetes pada hidroponik adalah akar tidak kekurangan nutrisi,
akar mendapat oksigen yang memadai, biaya kontruksi irigasi sistem yang murah,
sistem yang sangat sederhana dan komponennya sedikit, larutan nutrisi yang
ditetekan langsung ke setiap akar tanaman, serta dapat menghemat listrik. Sedangkan
kekurangan dari sistem tetes adalah terkadang larutan nutrisi langsung mengalir ke
bawah melalui sebagian akar saja karena media tanam yang licin permukaannya
sehingga akar-akar yang lain tidak mendapatkan cairan nutrisi yang memadai, selang
tetes tersumbat karena adanya kotoran pada larutan nutrisi, dan selang tetes tidak
tertanam ke dalam akar dengan benar sehingga larutan nutrisi membasahi permukaan
media tanam dan menyebabkan tumbuhnya lumut.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari drip irrigation atau sistem tetes pada teknik
hidroponik.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari drip irrigation atau sistem tetes pada teknik
hidroponik.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekeurangan dari drip irrigation atau sistem
tetes pada teknik hidroponik.

2
BAB 2 PEMBAHASAN

Selain berbudidaya tanaman secara konvensional dapat juga dilakukan


budidaya secara hidroponik yang merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
produksi tanaman yang berkualitas dan sesuai dengan kriteria tanaman yang
dibudidayakan. Dalam melakukan budidaya tanaman secara hidroponik terdapat
beberpaa media tanam yang biasa digunakan. Media tanam yang biasa digunakan
yaitu arang sekam, cocopeat, dan pasir. Menurut Prayugo (2007) dalam Silvia (2020),
Cocopeat/serbuk sabut kelapa memiliki kemampuan mengikat air dan menyimpan air
dnegan kuat, menganudng unsur-unsur hara esesnsial, seperti kalsium (Ca),
magnesium (Mg), kalium (K), natrium (Na), dan fosfor (P) serta dapat menetralkan
keasaman tanah. Media pasir memiliki bberapa keunggulan, diantaranya
mempertahankan stek batang tetap tegak dengan bobotnya yang cukup berat, serta
memiliki aerasi dan drainase yang baik.

Pemanfaatan hidroponik sebagai salah satu teknologi peningakatan produksi


komoditas hortikultura sayuran-buah perkembangannya masih dihadapkan pada
beberapa kendala, yaitu kendala teknis (penguasaan teknologinya), kendala
ekonomis(biaya investasi awal, biaya produksi tinggi) dan aspek sosial (penerimaan
masyarakat terhadap produk hasil hidroponik). Jenis tanaman yang berbatang besar
dan berbuah berat, I seperti melon, mentimun, tomat, dan paprika, lebih sesuai
menggunakan kultur media atau dikenal juga dengan sebutan I hidroponik substrat.
Karena akar tanaman harus kuat menahan batang dan buah, maka diperlukan media
tanam yang padat.

Dalam melakukan budidaya tanaman secara hidroponik juga harus


memperhitungkan media tanaman dan yang penting adalah memperhatikan
pemberian air dengan teknik irigasi. Salah satu sistem yang dapat menghemat
pemakaian air adalah teknik irigasi tetes, juga bisa melakukan pemberian air irigasi
dengan jalan meneteskan air ke pipa-pipa di sepanjang larikan tanaman yang disebut

3
dengan drip irrigation. Dalam sistem drip irrigation ini, pemebrian air irigasi
sekaligus dikombinasikan dengan penambahan nutrisi pada tanaman yang
dibudidayakan. Sehingga dengan drip irrigation ini dapat memberikan produk yang
optimal dan penggunaan air irigasi berlangsung lebih efisien dan efektif dalam
berbudidaya.

Pada sistem hidroponik substrat, akar berkembang di dalam 8 media tanam


dan mencengkeram media tanam sehingga mampu menopang batang dan buah.
Supaya dapat berdiri tegak, tanaman yang tumbuh rnelebihi 1 meter perlu ditopang
dengan tali ajir. Kebutuhan tanaman terhadap unsur hara tidak dipenuhi dari media
tanarn melainkan dari pasokan larutan nutrisi yang dilakukan dengan berbagai
alternatif rnetode. Jika larutan nutrisi diberikan 1 kepada media tanarn secara
langsung rnelalui penetes (emitter) i i secara sinambung dan perlahan di dekat
tanarnan, maka sistern ini 1 disebut drip irrigation system atau sistern irigasi tetes.

Gambar 1. Hidroponik System Drip Irigation

Adapun komponen-komponen yang ada pada hidroponik system ini adalah

1. Jaringan Pipa

Ada beberapa pipa yang digunakan pada sistem irigasi tetes meliputi
pipa lateral, pipa sekunder dan pipa utama komponen penting dari irigasi
tetes. Letaknya bergantung pada luas tanah, bentuk dan keadaan topografi.

4
Irigasi tetes tersusun atas dua bagian penting yaitu pipa dan emiter. Air
dialirkan dari pipa dengan banyak percabangan yang biasanya terbuat dari
plastik yang berdiameter 12 mm– 25 mm.

A. Pipa utama

Komponennya terdiri dari pompa, tangki injeksi, filter utama,


pengukur tekanan, pengukuran debit dan katup pengontrol. Pipa utama
umumnya terbuat dari pipa polyvinylchloride (pvc), galvanized steel
atau besi cord yang berdiameter antara 7,5 – 25 cm. Pipa utama dapat
dipasang di bawah permukaan tanah.

B. Pipa sekunder

Selain pipa utama, juga ada pipa sekunder/pembagi, katup


solenoid, regulator tekanan, pengukur tekanan dan katup pembuang.
Terbuat dari pipa pvc atau pipa hdpe (m) dilengkapi dengan filter
kedua yang lebih.

C. Pipa lateral

Pipa lateral yang terbuat dari pipa pvc fleksibel atau pipa
politelinedengan diameter 12 mm – 32 mm. untuk emiter sendiri
dimasukkan ke dalam pipa lateral pada jarak yang disesuaikan dengan
tanaman dan kondisi tanah

D. Emiter

Komponen irigasi tetes berikutnya adalah emiter atau pemancar,


dimanaalat yang berfungsi untuk meneteskan air langsung ke tanah ke
dekat tanaman. Penampang aliran perlu relatif lebar untuk mengurangi
tersumbatnya emiter. Usahakan agar emiter ini posisinya dekat dengan
permukaan tanah agar daerah yang dibasahi semakin tinggi.

5
E. Tabung marihot

Komponen sistem irigasi tetes berikutnya adalah tabung marihot


yang berfungsi untuk mengalirkan air dengan mengandalkan
ketinggian sesuai dengan rancangan yang telah dibuat. Aliran air ini
akan mengalir sesuai dengan tekanan atmosfir, dimana akan mengalir
ke jaringan pipa yang memiliki ketinggian lebih rendah daripada
tabung marihot ini.

Tabung ini menjadi bak penampung air irigasi (dan larutan nutrisi)
yang dapat mengalirkan aliran debit tetap, dan debit akan berubah
pada elevasi yang berbeda. Bagian dari tangki dilengkapi dengan
selang-selang kecil untuk saluran pemasukan udara dan saluran
pengairan.

F. Debit Aliran

Debit aliran yang biasa digunakan sebesar 4 liter/jam.


Penggunaan debit berdasarkan jarak tanam dan waktu operasi. Debit
air keluaran emiter rata-rata adalah volume dari keseluruhan air yang
tertampung dari semua emiter per satuan waktu dan jumlah emiter
yang ada

Keuntungan irigasi tetes

• Dapat mengoptimalkan nilai guna air, karena pemberian air yang bersifat
lokal dan jumlahnya sedikit sehingga akan menekan angka penguapan, aliran
permukaan dan perkolasi.

• Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil, dikarenakan sistem irigasi ini


dapat menjaga kelembaban tanah sehingga akan optimal bagi pertumbuhan
tanaman.

6
• Pemberian pupuk dan bahan kimia lainnya lebih efektif dan efisien, diberikan
langsung pada air irigasi.

• Menekan resiko penumpukan garam, karena pemberian air yang terus


menerus akan melarutkan dan menjauhkan garam dari daerah perakaran.

• Menekan pertumbuhan gulma karena air hanya terbatas di daerah sekitar


tanaman, sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan.

• Menghemat tenaga, karena semua dilakukan secara otomatis. penghematan


mulai dari penyiraman, pekerjaan pemupukan, pemberantasan hama dan
penyiangan juga dapat dikurangi.

Kerugian irigasi tetes

• Menekan resiko penumpukan garam, karena pemberian air yang terus


menerus akan melarutkan dan menjauhkan garam dari daerah perakaran.

• Menekan pertumbuhan gulma karena air hanya terbatas di daerah sekitar


tanaman, sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan.

• Menghemat tenaga, karena semua dilakukan secara otomatis. penghematan


mulai dari penyiraman, pekerjaan pemupukan, pemberantasan hama dan
penyiangan juga dapat dikurangi.

7
BAB 3 PENUTUP

1.3 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penjelasan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu

1. Irigasi merupakan suatu ilmu yang memanfaatkan air untuk tanaman mulai
dari tumbuh sampai masa panen. Air tersebut diambil dari sumbernya, dibawa
melalui saluran, dibagikan kepada tanaman yang memerlukan secara teratur,
dan setelah air tersebut terpakai, kemudian dibuang melalui saluran pembuang
menuju sungai kembali.
2. Irigasi tetes tampaknya bisa dijadikan pilihan cerdas untuk mengatasi masalah
kekeringan atau sedikitnya persediaan air di lahan-lahan kering.
3. IrigasiIrigasi tetes mempunyai kelebihan yaitu dapat meningkatkan nilai guna
air namun memiliki kelemahan yaitu memerlukan perawatan yang lebih
intensif.
4. KomponenKomponen Irigasi Tetes antara lain yaitu Unit utama (head unit),
Pipa utama (main line), Pipa pembagi (sub-main, manifold), Pipa Lateral dan
Alat aplikasi (applicator, emission device).
5. Sistem irigasi tetes sangat membantu memperlambat penguapan dan
membantu pertumbuhan tanaman di musim kemarau dan dapat mengairi
tanaman umur panjang seperti mangga, rambutan, jeruk dan sejenisnya hanya
dengan mengginakan botol plastik ataupun bambu sebagai bahannya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Curug, Jimmy. 2018. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Hidroponik Irigasi Tetes
(Drip). https://jirifarm.com/2018/10/10/kelebihan-dan-kekurangan-sistem-
hidroponik-irigasi-tetes-drip/ Diakses pada 20 Maret 2021

Simonne, E.H., M.D. Dukes, dan L. Zotarelli,. 2010. Principles and Practices of
Irrigation Management for Vegetables. IFAS Extension, Florida.

Susila, A.D. dan R. Poerwanto,. 2013. Irigasi dan Fertigasi. Departemen Agronomi
dan Hortikultura. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Tirto, king. 2014. Sistem Tetes (Drip). https://hidroponiq.com/2014/07/sistem-tetes-


drip/ Diakses pada 20 Maret 2021

Anda mungkin juga menyukai