(Skripsi)
Oleh
ALLAN SEPTIAWAN
Oleh
ALLAN SEPTIAWAN
Kecamatan Sragi memiliki lahan sawah dengan jumlah total luas panen 5.249
hektar dengan jumlah produksi padi sawah 28.728 ton. Saat ini proses pemanenan
karena memiliki luas lahan sawah datar yang luas. Selain meningkatkan efisiensi
panen dengan pengurangan waktu panen bila di bandingkan dengan tenaga kerja
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan
pada bulan mei, parameter yang diukur adalah kapasitas lapang efektif dengan
Kata kunci: Combine havester, Analisis kelayakan, BEP, Biaya tetap, Biaya tidak
tetap.
ABSTRACT
By
ALLAN SEPTIAWAN
Sragi Subdistrict has paddy fields with a total harvested area of 5,249 hectares
with 28,728 tons of paddy rice production. Currently the rice harvesting process in
has a large flat rice field area. In addition to increasing crop efficiency by
This study aims to look at the economic feasibility of using crown type combine
The method used in this study is a quantitative method using a survey method
able to represent. The study was conducted in May, the parameters measured were
effective field capacity with a size of 26 x 48 meter research land using the
The results showed that the leasing of combine harvester rice harvesting machines
2,400,000 with NVP of Rp. 539,201,257 / year; B / C ratio of 1.47; IRR of 63%;
costs.
ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI
COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN SRAGI, LAMPUNG
SELATAN
Oleh
Allan Septiawan
Skripsi
Pada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Pada tahun 2014 penulis terdaftar sebagai mahsiswa Jurusan Teknik Pertanian,
menjadi mahasiswa aktif di organisasi UKM KSR PMI Unit UNILA Universitas
Lampung sebagai anggota divisi DIKLAT (Pendidikan dan Latihan) pada tahun
2016 dan sebagai anggota biasa pada organisasi PERMATEP pada tahun 2016.
Pada bulan agustus 2017 penulis melaksanakan Praktik Umum di BBP MEKTAN
yang berjudul “Desain dan Analisis Jarak Tanam Mesin Penanam Bawang Merah
Serta
Almamater Unila
Hidup jangan hanya fokus mendapatkan
GOOL,
namun harus di imbangi dengan ASSIST
(Allan Septiawan)
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis
terselesaikannya kuliah dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan,
1. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih Bapak Prof. Dr.
Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Lampung;
2. Bapak Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P., selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian,
3. Bapak Dr. Ir. Sandi Asmara, M.Si., selaku Pembimbing Utama yang telah
skripsi ini;
4. Ibu Dr. Siti Suharyatun , S.TP., M.Si., selaku Pembahas yang telah
i
5. Bapak Suwadanto dan Ibu Jumiati selaku orang tua yang selalu memberikan
6. Bapak Marso selaku pemilik mesin combine harvester yang telah membantu
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka saran dan masukan yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan
demi penyempurnaan selanjutnya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Penulis
Allan Septiawan
ii
DAFTAR ISI
Halaman
SANWACANA ........................................................................................................ i
I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
iii
III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 35
5.1 Kesimpulan......................................................................................... 53
LAMPIRAN .......................................................................................................... 57
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Combine harvester tipe head feed ..................................................................... 11
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Spesifikasi Mesin Combine Harvester .............................................................. 41
2. Nilai-nilai dan asumsi data primer biaya mesin pemanen padi Combine
Harvester .......................................................................................................... 42
3. Nilai-nilai dan asumsi data sekunder biaya mesin pemanen padi Combine
Harvester .......................................................................................................... 43
5. Analisis biaya tidak tetap mesin pemanen padi Combine Harvester ................ 46
9. Analisis NPV dan B/C Ratio, dan IRR dan bayback periode pengujian mesin
Combine Harvester........................................................................................... 50
vi
1
I. PENDAHULUAN
pertanian baik dalam kegiatan panen maupun pasca panen, menjadi penentu
produktivitas usaha tani komoditas pangan khususnya dalam kegiatan panen padi.
Pusat Statistik Provinsi Lampung (2015), Provinsi Lampung berada diurutan ke-7
terbanyak nasional dengan produksi sebanyak 3,64 juta ton lebih atau sekitar 4,85
persen produksi nasional. Karenanya Provinsi Lampung menjadi salah satu sentra
produksi padi nasional dan juga sebagai penunjang kebutuhan beras nasional.
Provinsi Lampung dengan luas lahan dan jumlah produksi tanaman padi terbesar
Lampung Selatan yang mempunyai lahan sawah dengan jumlah total luas panen
5249 hektar dengan jumlah produksi padi sawah 28.728 ton. Keadaan ini sangat
Pada saat ini proses panen padi di kecamatan seragi sudah beralih menggunakan
mesin pemanen padi modern combine harvester, karena wilayah ini memiliki luas
lahan sawah datar yang luas. Selain meningkatkan efisiensi panen dengan
Disamping itu alat panen padi ini juga bisa menjadi wadah untuk
oleh pengelola jasa combine hevester maupun petani padi sebagai konsumen.bagi
hanya didasarkan pada perkiraan kelayakan saja tanpa analisa yang baik. Biaya
operasional yang sudah dikeluarkan sering tidak dilakukan dengan baik oleh
pengelola jasa combine hevester, dan petani tidak memahami tentang ketentuan
3
mengolah tanah, sehingga petani harus mengeluarkan biaya lagi untuk hal itu
guludan tanah akibat amblasnya roda belt combine harvester kedalam tanah. hal
ini mengakibatkan sulitnya petani saat mengolah tanah dan petani harus menyewa
ekonomi ini dilakukan dengan cara menghitung jumlah biaya yang di keluarkan
untuk proses pemanenan padi. Analisis dilakukan terhadap biaya tetap, biaya
tidak tetap, dan biaya pokok. Data tersebut untuk mendapatkan nilai ekonomi
performa mesin. Dari hasil perhitungan tersebut akan ditentukan break even point
(BEP), bnefit-cost ratio (BC Ratio), net present value (NPV), internal rate return
Harvester.
2. Untuk mengetahui upaya penanganan dan pengelolaan alat dan mesin pertanian
2.1 Padi
Padi (Orizae sativa L.) merupakan tanaman yang membutuhkan air yang cukup
diusahakan di lahan kering atau ladang, istilahnya padi ladang. Namun demikian
Padi adalah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup
bagi tubuh manusia. Di dalam padi terkandung bahan-bahan yang mudah diubah
menjadi energi. Oleh karena itu padi disebut juga sebagai makanan energi. Padi
memiliki jenis yang berbeda satu sama lainnya, baik umur, cara pemeliharaan dan
mutu berasnya.
Padi termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda yaitu tanaman
yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya satu kali
berproduksi, dan setelah berproduksi akan mati atau dimatikan. Tanaman Padi
6
Padi adalah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup
bagi tubuh manusia. Di dalam padi terkandung bahan-bahan yang mudah diubah
menjadi energi, oleh karena itu padi disebut juga sebagai makanan energi. Padi
Menurut Adiratma (2004), beras atau gabah memiliki beberapa arti yang penting
1. Sebagai makanan pokok penduduk karena mempunyai nilai gizi yang relatif
lebih baik
2. Sebagai suatu komoditi yang dapat dijadikan standar harga atau nilai
kebutuhan lainnya
bangsa
tanam diolah untuk meningkatkan kesuburan tanah sebagai media tumbuh yang
baik sehingga tanaman padi dapat menghasilkan padi yang berkualitas baik.
Tahapan pengolahan tanah terdiri dari pembajakan, garu, dan perataan. Lapisan
(moldboard plow), bajak piring (standard dan vertikal discplow), subsoiler, garu
piring, dan rotary tiller. 2) Budidaya yaitu meliputi proses persiapan benih yang
yang siap ditanam adalah bibit yang sudah berumur 21-25 hari setelah sebar dan
berdaun 5-7 helai (Herawati, 2012). 3) Pemungutan hasil dari budidaya atau
panen, dilakukan pada fase masak kuning yaitu pada waktu optimum dimana saat
butir padi 95% telah menguning atau sekitar 33-36 hari setelah berbunga dan
bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau (Maslaita dkk, 2017).
Panen padi dimulai dengan menentukan waktu panen yang optimum, sehingga
didapatkan mutu gabah yang baik, nilai jual yang tinggi dan memuaskan
pemotong padi tipe gunting (reaper), mesin pemotong padi binder, dan mesin
Combine harvester adalah alat pemanen padi yang dapat memotong bulir tanaman
kerja manusia yang besar seperti pada pemanenan tradisional. Penggunaan alat
ini memerlukan investasi yang besar dan tenaga terlatih yang dapat
walaupun demikian masih banyak masyarakat petani kita yang mesin bercocok
tersebut tentunya akan lebih mudah dan cepat, dan demikian juga
pengoperasiannya pun mudah, baik itu traktor, combine, dan masih banyak alat
pertanian lainnya yang tentunya dapat mendukung petani untuk lebih mudah
kerja manusia yang besar seperti pada pemanenan tradisional. Penggunaan alat
ini memerlukan investasi yang besar dan tenaga terlatih yang dapat
tanaman biji-bijian. Nama ini berasal dari yang menggabungkan tiga operasi
gandum, oat, rye, barley, jagung, kedelai dan rami (biji rami). Jerami limbah
nutrisi terbatas yang baik cincang dan tersebar di lapangan atau diterjunkan untuk
Pada dasarnya proses panen padi dapat dilakukan melalui dua macam cara,yaitu
melalui cara tradisional dan menggunakan mesin perontok padi tipe stasioner.
Mengingat adanya beberapa jenis lahan, maka kedua cara tersebutdirasa belum
9
mesin pemanen padi (combine) portable. Mesin ini mempunyai kemampuan kerja
merontokkan bulir padi dari batangnya dan sekaligus dapat menebang batang padi
Combine harvester merupakan suatu alat yang praktis untuk digunakan dimana
alat ini mempunyai tiga fungsi yakni memotong ,merontokkan dan pengemasan
padi.
Secara umum fungsi operasional dasar combine harvester adalah sebagai berikut :
Asing
Terdapat dua macam tipe combine harvester yaitu tipe pull atau tractor drawn
Combine harvester tipe pull ditarik oleh sebuah traktor, tipe combine ini dengan
ukuran yang lebih kecil digerakkan oleh pengambil daya yang digerakkan oleh
traktor, sedangkan yang berukuran lebih besar mempunyai mesin tambahan yang
10
lebar potong 1,2 – 2,4 m yang berukuran kecil dan 3 – 6,1 m untuk yang
2. Tipe self-propelled
Tipe ini mempunyai lebar pemotong 1,8 -6,7 m dengan kecepatan dilapangan
berkisar antara 2- 6,4 km/jam. Tipe self-propelled terdiri dari dua jenis yaitu :
Mesin panen combine jenis ini dikembangkan di Jepang. Mesin ini hanya
mengumpankan bagian malainya saja dari padi yang dipotong ke bagian perontok
mesin. Gabah hasil perontokan dapat ditampung pada karung atau tangki
penampung gabah sementara. Bagian pemotong dari mesin ini adalah hampir
sama dengan bagian pemotong dari binder, bagian pengikatnya digantikan dengan
5 cm dan ditebar di atas lahan, atau tidak dicacah, tetapi diikat dan dilemparkan ke
satu sisi, untuk kemudian dikumpulkan untuk kemudian dapat dimanfaatkan untuk
hal lain.
Combine jenis ini tersedia dalam tipe dorong maupun tipe kemudi. Lebar
bervarias dari 7 hingga 30 hp. Karena jauh lebih berat dari pada binder bagian
penggerak majunya dibuat dalam bentuk trak karet (full trackrubber belt).
waktu belok dan waktu pemotongan dengan manual di bagian pojok lahan,
11
Mesin panen padi jenis ini adalah mesin yang dikembangkan di Amerika dan
Eropa, yang dipergunakan juga untuk memanen gandum. Padi yang dipotong
perontokan ditampung dalam tangki, dan jeraminya di tebarkan secara acak di atas
permukaan tanah. Semua jenis combine ini dioperasikan dengan cara dikendarai
(riding type). Lebar pemotongan berkisar antara1,5 hingga 6 meter. Namun yang
populer adalah 4 meter. Engine sebagai sumber tenaga gerak adalah sekitar 25 hp
Combine harvester merupakan suatu alat yang praktis untuk digunakan dimana
alat ini mempunyai tiga fungsi yakni memotong ,merontokkan dan mengemaskan
padi. Secara umum fungsi operasional dasar combine harvester adalah sebagai
berikut :
asing
oleh bower, sehingga gabah yang kosong akan tertiup oleh hembusan
angin.
5. Gabah yang berisi padi akan langsung keluar dari tong pengeluaran.
Keterangan;
berikut:
1. Reel
Fungsinya menarik/mengait batang tanaman padi dari posisi tegak kearah pisau
pemotong.
2. Pisau pemotong
Fungsi dari pisau pemotong ini ialah sebagai pemotong rumpun padi yang
masih utuh.
3. Silinder perontok
gabah dari batang yang baru masuk. Gabah yang masih belum terpisah dari
malainya yang masih terkumpul dari hasil penyaringan dibawa kembali oleh
4. Unit pembersih/pemisah
Bagian ini berfungsi untuk membersihkan padi yang telah rontok dari potongan
batang, daun, malai dan benda asing lainnya. Proses pemisahan dan
5. Konveyor mangkuk
7. Tangki gabah
8. Konveyor screw
9. Roda
biaya variabel, biaya tetap, harga jual, volume penjualan dan bauran penjualan
16
untuk pengambilan keputusan, misal dalam menetapkan harga jual produk dan
Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah
banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya
tetap pada volume kegiatan tertentu. Komponen biaya tetap meliputi biaya
penyusutan, biaya pajak alat dan mesin pertanian, biaya bunga modal, d an biaya
garasi. Biaya jenis ini selamanya sama atau tidak berubah dalam hubungannya
dengan jumlah satuan yang diproduksi. Biaya tidak tetap adalah biaya yang
dikeluarkan pada saat alat/mesin beroperasi yang besarnya tergantung dari jumlah
jam kerjanya. Komponen biaya tidak tetap meliputi biaya bahan bakar, biaya
pelumas, biaya perbaikan dan pemeliharaan, dan biaya operator (Iqbal, 2012).
Didalam perhitungan untuk mengetahui biaya mesin dan alat di bidang pertanian
dan bidang industri dikenal 2 komponen biaya, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan
Biaya tetap (Fixed Cost) adalah jenis biaya yang selama kisaran waktu operasi
tertentu atau tingkat kapasitas produksi tertentu selalu tetap jumlahnya atau tidak
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan baik pada saat mesin digunakan
maupun dalam keadaan tidak digunakan. Biaya ini tidak tergantung pada
pemakaian alat atau mesin. Biaya penggunaan per jam tidak berubah dengan
penggunaan jam kerja tiap tahun dari pemakaian alat mesin tersebut. Biaya-biaya
yang termasuk dalam biaya tetap adalah biaya penyusutan, bunga modal dan
1. Biaya Penyusutan
Suatu mesin hanya dapat dipakai selama selang waktu tertentu. Biaya investasi
akan habis (tersisa sedikit) setelah selang waktu tersebut. Oleh sebab itu, kalau
dilihat dari waktu ke waktu selama selang waktu tersebut, nilai mesin telah
pemakaian pada mesin atau alat. Biaya penyusutan merpakan biaya yang terbesar
tiap jamnya dan juga merupakan ukuran penurunan nilai suatu alat/mesin selama
waktu yang terus berjalan tidak peduli apakah alat/mesin tersebut dipakai atau
tidak.
lurus yang juga memperhatikan bunga modal awal. Dalam metode penyusutan
garis lurus, jumlah penyusutan untuk setiap tahun tidak dipengaruhi dengan hasil
maupun output yang diproduksi dan nilainya akan sama besar (Setiawan, 2001).
Menurut Baridwan (2008) Metode garis lurus adalah metode depresiasi yang
paling sederhana dan banyak digunakan. Dengan menggunakan cara ini, beban
berikut:
HP = ………………………(1)
Keterangan :
P : Harga pembelian, Rp
Biaya bunga modal bagi suatu alat mesin pertanian merupakan biaya yang masuk
akal karena uang yang dibelanjakan guna membeli sebuah mesin tidak dapat lagi
hendaklah mencerminkan suku bunga yang berlaku saat itu. Menurut Zainuddin
dkk (2006), persamaan yang digunakan perhitungan biaua bunga modal adalah:
19
Ai = ………………………(2)
Keterangan :
P : Harga Pembelian, Rp
3. Biaya Pajak
Biaya ini merupakan bagian kecil dari keseluruhan biaya tetap, namun hendaklah
(nilai terdepresiasi) alat pertanian pada tingkat yang sama seperti harta milik
dapat dibagi ke sepanjang umur pakai mesin. Menurut Yeni dan Dewi (2014),
biaya pajak yang dikenakan adalah sebesar 2% dari harga awal alat mesin (pajak
ini selalu berubah sesuai dengan peraturan dari pemerintah). Persamaan yang
Keterangan :
4. Biaya Gudang
Dengan adanya gudang maka akan mengakibatkan perbaikan yang mudah dan
aman, pemeliharaan yang teratur dan baik serta dapat mengurangi kerusakan
Menurut Giatman (2006), biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya-biaya
yang dikeluarkan pada saat alat atau alat bekerja dan jumlahnya tergantung pada
jumlah jam kerja pemakaian pada saat digunakan. Perhitungan biaya tetap
dilakukan dalam satuan Rp/tahun. Biaya tetap terdiri dari biaya bahan bakar, biaya
pelumas, biaya grease, biaya perbaikan dan pemeliharaan, biaya suku cadang,
Biaya bahan bakar adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan bakar
(solar atau bensin) yang dibutuhkan sebagai sumber penggerak motor bakar pada
kondisi kerja per jam. Harga yang digunakan disesuaikan dengan harga di daerah
Keterangan :
2. Biaya pelumas
Pelumasan dilakukan untuk memberikan kondisi kerja yang lebih baik lagi bagi
alsintan. Minyak pelumas untuk combine harvester meliputi oli mesin, oli
transmisi, oli garden, dan oli hidrolik. Biaya pelumasan ditentukan berdasarkan
banyaknya penggantian oli pada suatu mesin pada setiap periode tertentu dan
harga satuan oli yang digunakan, untuk pelumasan dihitung per 100 jam kerja.
BP = ………………………(5)
Keterangan :
Biaya yang dikeluarkan untuk perawatan dan perbaikan mesin combine havester.
Besarnya biaya ini tergantung pada tingkat pemakaian serta kerusakan yang
terjadi atau dengan kata lain besarnya biaya pemeliharaan bervariasi setiap
bulannya.
4. Biaya operator
biaya operator adalah biaya yang digunakan untuk mengupah seseorang untuk
tergantung pada kondisi setempat biasanya dinyatakan dalam Rp/hari, Rp/ha atau
Rp/jam. Operator yang digaji bulanan dapat dikonversikan dalam upah Rp/jam
dengan menghitung jumlah jam kerjanya selama setahun. Menurut Zainuddin dkk
Btk = ………………………(6)
Keterangan :
5. Biaya ban
23
Biaya ban merupakan besarnya pengeluaran yang dikeluarkan untuk membeli ban
Menurut Assa dkk (2014), rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
………………………(7)
Keterangan :
biaya, baik biaya tetap maupun biaya tidak tetap, biaya ini merupakan
penjumlahan biaya tetap dan biaya tidak tetap yang dihitung dalam satuan
(Rp/jam), biaya total mesin pertanian dapat dihitung dengan menggunakan rumus
(Iqbal, 2012).
B = BT + BTT ………………………(8)
Keterangan ;
B : biaya total (Rp/jam)
Biaya pokok adalah total biaya yang dikeluarkan dalam pengoperasian alat mesin
pertanian per hektar lahan yang dikerjakan. Biaya pokok dapat dihitung setelah
seluruh komponen biaya tetap dan tak tetap diketahui. Menurut Butar (2015),
rumus yang digunakan untuk mengetahui besarnya biaya pokok adalah sebagai
berikut :
[ ] ……………….…(9)
Dimana:
Break Even Point adalah salah satu teknik analisis untuk mempelajari hubungan
antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume penjualan dan
Analisis titik impas digunakan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapakah
suatu mesin yang digunakan dapat menghasilkan keuntungan. Selain itu, analisa
25
ini juga dapat dimanfaatkan untuk mengetahui kaitan antara volume produksi,
harga jual, biaya produksi serta keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh
Pada penentuan atau analisa titik impas alat mesin panen Combine, dapat dihitung
BEP = ……………………(10)
Keterangan :
BT : Biaya tetap(Rp/tahun)
Kelayakan penggunaan alat dapat ditentukan dengan metode NPV (Net Present
Value), Benefit Cost ratio, IRR (Internal Rate of Return), dan Payback Periode
Menurut Pramudya (2001), Net Present Value (NPV) adalah jumlah selisih antara
nilai terkini dari pemasukan (Benefit) dan nilai terkini dari pengeluaran (Cost).
padi tersebut layak atau tidak. Jika NPV ≥ 0, maka mesin pemanen padi tersebut
layak digunakan. Sedangkan jika NPV ≤ 0, maka mesin pemanen padi tidak layak
sebesar nilai NPV. Sedangkan apabila NPV ≤ 0, maka sebaiknya usaha tersebut
berdasarkan selisih antara benefit dengan biaya (cost) ditambah dengan investasi,
∑ ……………………(11)
Keterangan :
Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio) adalah perbandingan antara nilai terkini dari
pemasukan (Benefit) dan nilai terkini dari pengeluaran (Cost) yang digunakan
Menurut Murti (2017), Gross Benefit Cost Ratio digunakan untuk melihat
perbandingan antara nilai penerimaan kotor dengan nilai biaya tunai, yang
∑
Gross B/C = ……………………(12)
∑
Keterangan :
Bt : Benefit (penerimaan)
Menurut Pramudya (2001), Jika Gross B/C ≥ 1, maka usaha persewaan mesin
Jika Gross B/C < 1, maka usaha persewaan mesin combine harvester tidak layak
diusahakan.
(IRR) merupakan tingkat pengembalian modal yang digunakan salam sutu usaha,
yang nilainya dinyatakan dalam persen per tahun. Suatu usaha yang layak
28
dilaksanakan akan mempunyai nilai IRR yang lebih besar dari nilai Discount
Rate.
Keterangan :
1. Jika IRR > tingkat suku bunga, maka usaha persewaan mesin combine
2. Jika IRR = tingkat suku bunga, maka usaha persewaan mesin combine
3. Jika IRR < tingkat suku bunga, maka usaha persewaan mesin combine
harvester tidak layak untuk diusahakan.
Payback period digunakan untuk mengukur seberapa cepat waktu yang diperlukan
agar dana yang tertanam dalam suatu investasi dapat kembali seluruhnya. Satuan
29
yang digunakan adalah satuan waktu yaitu tahun. Suatu proyek dikatakan layak bila
masa pengembalian (PP) lebih pendek dari umur ekonomis proyek dan proyek
tidak layak bila masa pengembalian (PP) lebih lama dari umur ekonomis proyek
(Murti, 2017). Payback period dari suatu investasi dapat dihitung dengan cara
membagi jumlah investasi dengan benefit tiap tahunnya. Persamaan Payback period
PP = …………………………………………………………(14)
Keterangan :
P = Payback periode
Kajian penelitian terdahulu yang berkaitan dan relevan dengan analisis ekonomi
mesin Combine Harvester antara lain: Uji Kinerja Dan Analisis Biaya.
Analisis Ekonomi Pemotong Pelepah Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Merek Etani
(2006), Trencher Bertenaga Traktor Roda Empat Untuk Pembuatan Parit pada
Tanah Padas di PT. PerkebunanNusantara X Jember yang ditulis oleh Septia dkk
(2016), Uji Kinerja dan Analisis Biaya Traktor Roda 4 Model AT 6504 dengan
Bajak Piring (Disk Plow) pada Pengolahan Tanah ditulis oleh Murti dkk (2016),
Analisis Ekonomi Penggunaan Combine Harvester Tipe Crown CCH 2000 Star
30
oleh Sumarlan dkk (2017), Analisis Kelayakan Finansial Unit Usaha Mesin
Lampung Tengah ditulis oleh Murti dkk (2017), Uji Kinerja dan Analisis
Tradisional ditulis oleh Wardhana (1998), dan Unjuk Kerja Alat Pemotong
Pelepah Sawit Tipe Dodos Manual dan Mekanis ditulis oleh Christian dkk
(2018)..
Penelitian ini menarik untuk dilakukan karena masih sedikit peneliti yang meneliti
mengenai analisis ekonomi mesin pemanen padi Combine Harvester. Selain itu,
antara analisis yang dilakukan, latar belakang, mesin, lokasi penelitian, dan tujuan
untuk mengetahui nilai kelayakan ekonomi dari kinerja mesin dodos merek
B/C Ratio mesin pemotongan pelepah kelapa sawit merek etani sebesar
2,49.
Tangan pada KSO pada Usaha Pelayanan Jasa Alat Mesin Pertanian (UPJA)
KSO pada Usaha Pelayanan Jasa Alat Mesin Pertanian (UPJA) di Kab.
manajer. Secara finansial operasional traktor tangan UPJA pola KSO hanya
3. Penelitian Septia dkk (2016) dalam jurnal mengenai Uji Kinerja Dan
penelitian ini dilakukan analisis biaya pembuatan parit dengan cara manual
4. Penelitian Murti dkk (2016) dalam prosiding mengenai Uji Kinerja dan
Analisis Biaya Traktor Roda 4 Model AT 6504 dengan Bajak Piring (Disk
4 menggunakan bajak piring (disk plow) dapat mengolah lahan kering seluas
0,02 ha dengan waktu 0,15 jam dengan kecepatan rata-rata 0,53 m/s atau
Lapang Efektif (KLE) 0,138 ha/jam dan Kapasitas lapang Teoritis (KLT)
0,191 km/jam deng an efisiensi kerja adalah 68%. Analisis biaya yang
peneletian ini yaitu, dapat mengetehui kapasitas panen dan upah pendapatan
pada mesin panen combine harvester serta analisis dari aspek ekonomi alat
alat pada lahan. Hasil penelitian menujukkan potensi upah panen alat dalam
mesin didapatkan nilai BEP sebesar 71,6 ha/tahun, nilai NPV sebesar Rp
352.750.407, Nilai B/C ratio sebesar 1,77, dan nilai IRR sebesar 35,44%.
yaitu kelompok tani Trubus Subur; Mekar Jaya; Kepodang; Karya Raharja
dan Sekarsari II. Hasil pengamatan yang didapatkan adalah pada Kelompok
Tani Trubus Subur, untuk biaya operasi mesin pemanen tersebut adalah Rp
253.385/jam, R/C 1.184 dan PP 3,9 tahun, untuk Kelompok Tani Karya
Kelompok Tani Sekar Sari II Rp 364.783/jam, R/C 1.097, PP 5,25 tahun dan
tahun. Dari sisi kelayakan ekonomi bisnis dan usaha, penggunaan mesin
merupakan mesin dengan tahun investasi 2013, 2014 dan 2015. Hasil yang
didapat untuk nilai NPV secara urut adalah sebesar Rp.779.027.757,73; Rp.
77,40%; 70,55%; dan 67,29%. Nilai Gross B/C secara urut sebesar 1,39;
1,35; dan 1,30. Nilai PP yang didapat secara urut sebesar 2,18; 2,24; dan
2,33. Sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis unit usaha mesin combine
Present Value, Internal Rate of Return, Gross B/C , dan Payback Period)
tradisional didapatkan bahwa susut panen dengan mesin ini adalah sebesar
6,69% , lebih kecil dibandingkan panen dengan sabit yaitu sebesar 11,61%.
Berdasarkan titik impas yaitu 54,70 ha/tahun pada kapasitas panen 22,9
jam/ha, mesin panen sesuai digunakan pada areal persawahan yang luas.
hari/tahun didapatkan nilai NPV -38.698.423,00 dan B/C ratio 0,41. Hal ini
tradisional.
35
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2018 sampai dengan bulan Juni
2018. Pada tahap awal dilakukan survai lokasi di Kecamatan Sragi, Lampung
Selatan.
Secara geografi, Kecamatan Sragi merupakan daerah tropis seperti daerah lain di
berikut :
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kec. Pasir Sakti Kab. Lampung Timur
Selatan yang mempunyai luas areal tanaman padi dengan total 5249 hektar dengan
jumlah produksi padi sawah 28.728 ton ( BPS Lampung Selatan, 2017). Sekitar
jumlah total luas lahan 5249 hektar dengan rata-rata jumlah produksi padi
mencapai 28.728 ton per tahun (BPS 2015). Kecamatan Sragi merupakan daerah
dataran rendah rawa-rawa dan merupakan daerah pasang surut yang subur.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Combine Harvester merek
CROWN tipe (CCH-2000 STAR) meteran, stopwatch, gelas ukur, dan laptop
untuk mengolah data dengan menggunakan Microsoft excel 2010. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah bahan bakar, borang kuesioner yang berisi
spesifikasi alat, rincian data dan biaya yang dikeluarkan selama proses pemanenan
padi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan
metode yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang
pada setiap orang yang di anggap dapat mewakili dari bidang tertentu kemudian
pertanyaan (kuesioner) sebagai alat bantu pengumpulan data. Petani dan operator
dalam proses penelitian ini, dan juga melakukan pengukuran biaya bahan bakar
Data yang digunakan adalah data yang diukur secara langsung dan menggunakan
Data sekunder merupakan data yang sudah tetap nilai dan jumlahnya yang
diperoleh dari studi literature, laporan-laporan, publikasi, artikel dan pustaka yang
berhubungan serta lembaga atau instansi yang terkait sepeti Badan Pusat Statistik
4. Komponen biaya tetap (biaya penyusutan, biaya bunga modal dan asuransi,
5. Komponen biaya tidak tetap (biaya bahan bakar, biaya pelumas, biaya grease,
biaya perbaikan dan pemeliharaan, biaya suku cadang, biaya operator dan
biaya ban).
Selain data di atas, diperlukan data pendukung yaitu : suku bunga bank, harga
suku cadang dan umur ekonomis. Data yang diperlukan diisi ke dalam borang
Data yang diperoleh dari kuesioner dan data pendukung digunakan untuk
menentukan :
5. Benefit-cost ratio
8. Payback Period
harvester dengan UMKM (usaha mikro, kecil, menegah) yaitu 9% menurut bank
BRI. Keseluruhan 8 variabel tersebut dihitung dengan cara manual, namun pada
IRR, NVP, dan PP dapat dihitung dengan menggunakan fungsi yang terdapat pada
ms.excel.
53
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian mesin pemanen padi combine harvester tipe crown
yaitu :
1. Mesin pemanen padi combine harvester tipe crown dengan jam kerja 540
jam/tahun, harga sewa Rp 2.400.000 mencapai BEP 45,25 ha/tahun dan biaya
2. Mesin pemanen padi combine harvester tipe crown layak digunakan, karena
Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio) sebesar 1,47, nilai IRR sebesar 63 %, dan
layak dengan nilai IRR yang masih tinggi sebesar 37%, dan waktu payback
1.635.000/ha.
54
5.2 Saran
semua nilai kriteria investasi (Net Present Value, Internal Rate of Return,
part atau saku cadang untuk combine harvester yang mudah di cari dan
murah, karena para petani pemilik mesin combine harvester masih kesulitan
mencari spare part yang susah di dapatkan dan barang yang inden sehingga
para pemilik harus menunggu lama, hal tersebut akan berdampak pada proses
petani.
55
DAFTAR PUSTAKA
Assa, G.A., R. Rantung., R. Molenaar, dan D. Ludong. 2014. Uji Teknis Traktor
Kubota Tipe M9540 pada Pengolahan Lahan Kering di Kelurahan Wailan,
Kota Tomohon. Jurnal Ilmiah Fakultas Pertanian. 5(2).
Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi, Luas Lahan Panen dan Produktivitas
Padi Berdasarkan Provinsi di Indonesia Tahun 2015. Badan Pusat
Statistik Pusat. Jakarta.
Baridwan, Zaki. 2008. Sistem Akuntansi Penyusunan Prosedur dan Metode. Edisi
Kelima. Yogyakarta: BPPE.
Barokah, N. I. 2001. Uji Kinerja dan Losses Combine Harvester Type CA 85 ML.
Skripsi. Jurusan Mekanisasi Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB.
Bogor.
Baskoro, Y. 2009. Analisis Ekonomi Alat Pengering Gabah Tipe Silinder Vertikal.
Skripsi. Fakultas Pertanian. Unila. Lampung.
Butar, I.Y.B., L. A. Harahap, S.B. Daulay. 2015. Efisiensi Lapang dan Biaya
Produksi Beberapa Alat Pengolahan Tanah Sawah di Kecamatan Pangkalan
Susu Kabupaten Langkat. J.Rekayasa Pangan dan Pertanian. 3(3): 382-
388.
Christian, A. Asmara, S. Sugianti, C. Telaumbanua, M. 1018. Unjuk Kerja Alat
Pemotong Pelepah Sawit Tipe Dodos Manual Dan Mekanis. Jurnal Teknik
Pertanian. 7(1) :15-24
Giatman, M. 2006. Ekonomi Teknik. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.