Anda di halaman 1dari 52

ANALISIS EKONOMI DAN KINERJA ALSINTAN

DI UPJA SUMBER MUKTI KECAMATAN CIPARAY


KABUPATEN BANDUNG

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN I

ALGA AJIS MUBAROK


021120067

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANISASI PERTANIAN


JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2022
ANALISIS EKONOMI DAN KINERJA ALSINTAN
DI UPJA SUMBER MUKTI KECAMATAN CIPARAY
KABUPATEN BANDUNG

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN I

ALGA AJIS MUBAROK


021120067

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANISASI PERTANIAN


JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Analisis Ekonomi dan Kinerja Alsintan di UPJA Sumber


Mukti Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung
Nama : Alga Ajis Mubarok
NIM : 021120067
Program Studi : Teknologi Mekanisasi Pertanian
Jurusan : Pertanian

Menyetujui/Mengesahkan:

Pembimbing I
Ir. Kusmiyati, MM
NIP. 195903071987032001

Pembimbing II
Dr. Ir. Soesilo Wibowo, MS
NUP. 9990054542

Mengetahui:

Ketua Program Studi


Dr. Ir. Yul Harry Bahar
NIP. 196006071991031001

Ketua Jurusan
Wahyu Trisnasari, S. ST., M. Si
NIP. 198310172006042002
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga penulis
dapat menyusun laporan Praktik Kerja Lapangan I (PKL I) ini dapat selesai tepat
pada waktunya.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Ibu Ir. Kusmiyati, MM sebagai Pembimbing I, Bapak Dr. Ir. Soesilo Wibowo, MS
sebagai Pembimbing II, Bapak Asep Hermawan selaku Ketua UPJA Sumber
Mukti, Bapak Dr. Yul Harry Bahar selaku Ketua Prodi Teknologi Mekanisasi
Pertanian, dan Ibu Wahyu Trisnasari, S. ST., M. Si selaku Ketua Jurusan
Pertanian Polbangtan Bogor serta semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan PKL I.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna untuk itu
saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk perbaikan laporan ini. Akhir kata,
penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat
membantu bagi kemajuan serta perkembangan untuk Polbangtan Bogor
khususnya prodi Teknologi Mekanisasi Pertanian.

Bogor , Juli 2022

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR TABEL iiv
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Manfaat 2
TINJUAN PUSTAKA 3
Usaha Pelayanan Jasa Alsintan 3
Program Optimalisasi Pemanfaatan Alsintan 4
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 4
Manajemen Alsintan 5
Pengoperasian dan Perawatan Alsintan 6
Analisis Kinerja Kapasitas Kerja Lapangan 7
Analisis Ekonomi 7
METODE PELAKSANAAN 12
Lokasi dan Waktu 12
Prosedur Pelaksanaan 12
HASIL DAN PEMBAHASAN 15
Keadaan Umum UPJA Sumber Mukti 15
Identifikasi Jumlah dan Jenis Alsintan di UPJA Sumber Mukti 19
Analisis Layanan Pengelolaan Jasa Alsintan UPJA Sumber Mukti 22
Analisis Ekonomi dan Kinerja Alsintan di UPJA Sumber Mukti 24
SIMPULAN DAN SARAN 32
Simpulan 32
Saran 32
DAFTAR PUSTAKA 33
LAMPIRAN 35
DAFTAR TABEL

1 Prosedur Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan I 13


2 Data Kelembagaan Petani 15
3 Jenis Alsintan UPJA 20
4 Klasifikasi UPJA 21
6 Hasil Analisis Biaya Traktor Roda Dua 25
7 Hasil Analisis Biaya Tetap Traktor Roda Dua 26
8 Hasil Analisis Biaya Tidak Tetap Traktor Roda Dua 26
9 Biaya Total 26
10 Hasil Analisis Biaya Power Thresher 28
11 Biaya Tetap Power Thresher 28
12 Biaya Tidak Tetap Power Thresher 29
13 Total Biaya Power Thresher 29
DAFTAR GAMBAR

1 Macam-macam peralatan APD 5


2 Denah Sumbersari 16
3 Tata Letak UPJA Sumber Mukti 17
4 Struktur Organisasi UPJA Sumber Mukti 18
8 Traktor roda 2 25
9 Power Thresher 28
10 Pompa air irigasi 30
11 Combine Mini Tomcet 31
12 Combine Harvester Futata 31
DAFTAR LAMPIRAN

1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan I (PKL I) 35


2 Format Jurnal Harian 37
3 Format Lembar Konsultasi 39
4 Form Penilaian Pembimbingan Eksternal 43
5 Rekap Nilai Praktik Kerja Lapangan I 44
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) merupakan kebutuhan utama sektor


pertanian dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Alsintan berfungsi
untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan usaha tani, menghemat energi, waktu
dan biaya produksi, dan meningkatkan kualitas hasil pertanian. Mesin pertanian
memainkan peran strategis untuk memberdayakan petani dalam memenuhi
kebutuhan pangan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan daya
dukung lahan yang semakin menurun (Imaduddin, et al 2021).
Usaha pelayanan jasa alsintan (UPJA) dapat dipandang sebagai suatu unit
usaha, atau dapat dikembangkan menjadi lembaga ekonomi yang bergerak
dibidang pelayanan jasa (sewa) alat mesin pertanian. Sebagai lembaga ekonomi
perdesaan, UPJA selayaknya menggunakan dan mengelola alat mesin tersebut
secara optimal. Pengembangan ini merupakan rangkaian upaya untuk
memfasilitasi, melayani dan mendorong berkembangnya usaha agroindustry
berbasis usaha tani tanaman pangan, khususnya padi sawah (Priyati 2015).
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, pengembangan sumber daya manusia
pengurus UPJA terbukti dapat meningkatkan pendapatan usaha tani (Wijayanto
et al 2018).
Permasalahan yang dialami oleh UPJA adalah rendahnya kualitas sumber
daya manusia pengelola, manajemen organisasi belum optimal, modal
pengembangan usaha tani masih rendah, ketersediaan suku cadang terbatas, serta
adanya pesaing dari pihak swasta (Sugiarto 2017). Secara ekonomi UPJA
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat tani di
pedesaan secara signifikan. Observasi uji kinerja sistem UPJA dan pengaruhnya
terhadap pengembangan ekonomi masyarakat petani perlu dilakukan untuk
menganalisis kelayakan UPJA dan memperoleh gambaran perkembangan dari
suatu UPJA (Yeni dan Dewi 2014).
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dalam Praktik Kerja Lapangan I
(PKL I) penulis mengambil judul Analisis Ekonomi dan Kinerja Alsintan di
UPJA Sumber Mukti Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung.
Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam Praktik Kerja Lapangan I Prodi Teknologi
Mekanisasi Pertanian adalah:
1. Mengidentifikasi keadaan dan informasi umum UPJA Sumber Mukti.
2. Mengidentifikasi jumlah alsintan yang ada di UPJA Sumber Mukti.
3. Menganalisis layanan pengelolaan jasa alsintan yang dilakukan oleh UPJA
Sumber Mukti.
4. Menganalisis perhitungan ekonomi dan kinerja alsintan yang ada di UPJA
Sumber Mukti.

Manfaat

Manfaat yang ingin dicapai dalam Praktik Kerja Lapangan I Prodi Teknologi
Mekanisasi Pertanian adalah:
1. Bagi mahasiswa dapat meningkatkan kompetensi dalam kegiatan optimalisasi
proses pemanfaatan alsintan.
2. Bagi UPJA alsintan Sumber Mukti mendapat saran dan masukan untuk
peningkatan dan perbaikan kegiatan proses pemanfaatan alsintan.
3. Bagi Polbangtan Bogor dapat meningkatkan kerjasama dengan UPJA Sumber
Mukti.
TINJUAN PUSTAKA

Usaha Pelayanan Jasa Alsintan

Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) merupakan lembaga yang bergerak


di bidang ekonomi pedesaan. Kegiatan yang dilakukan di UPJA yakni pelayanan
jasa untuk optimalisasi dalam penggunaan alsintan dan memperoleh keuntungan
usaha di dalam maupun diluar poktan dan gapoktan (Mamanto, et al 2020). Sistem
UPJA merupakan gabungan dari empat subsistem yang saling terkait. Keempat
subsistem tersebut yaitu subsistem pemberi jasa, subsistem pengguna jasa/petani,
subsistem perbengkelan (workshop) dan subsistem permodalan/pendanaan.
Seiring dengan semakin berkurangnya ketersediaan tenaga kerja, karena telah
banyak yang beralih profesi ke non pertanian, sehingga mengakibatkan upah
tenaga kerja menjadi mahal (Subagiyo 2016). Sistem tersebut diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan petani, kelompok tani dan gabungan kelompok tani dalam
rangka penyediaan pelayanan jasa alsintan guna mendukung tercapainya
pemenuhan produksi pertanian yang terus meningkat. (Is 2017).
Royan, et al (2021) menuturkan bahwa UPJA sebagai salah satu lembaga
penerima bantuan alsintan memiliki fungsi untuk melakukan pengelolaan dan
pendayagunaan alsintan dalam bentuk pelayanan jasa untuk memperoleh nilai
ekonomi bagi pengelolanya. Penggunaan mesin pertanian bertujuan untuk
meningkatkan luas lahan budidaya dan intensitas tanam, meningkatkan
produktivitas dan efisiensi pertanian, menekan kehilangan hasil dan meningkatkan
kualitas dan nilai tambah produk pertanian dan memperluas kesempatan kerja
daerah pedesaan melalui penciptaan agribisnis integrasi pada akhirnya akan
merangsang kegiatan ekonomi di pedesaan. Terdapat tiga kelas dalam klasifikasi
kelembagaan kelas UPJA antara lain kelas pemula, berkembang dan profesional.
Setiap kelas memiliki aspek-aspek yang sama yaitu aspek organisasi, aspek teknis
dan aspek ekonomi. Dari aspek tersebut terdapat beberapa indikator yang
dijadikan bahan pertimbangan untuk menentukan klasifikasi kelembagaan kelas
yang dimiliki UPJA Sumber Mukti berdasarkan instrumen yang terdapat pada
Permentan Nomor 25 tahun 2008 tentang “Pedoman Penumbuhan dan
Pengembangan Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian”.
Program Optimalisasi Pemanfaatan Alsintan

Pemanfaatan alsintan dalam optimalisasi mekanisasi pertanian terkait


dengan peningkatan produksi mekanisasi tidak bisa berdiri sendiri. Mekanisasi
merupakan subsistem pendukung proses budidaya, pemrosesan, produksi, dan
penyimpanan pertanian. Mekanisasi pertanian memberi dampak terhadap hal
tersebut baik pengelolaan maupun pemanfaatan bantuan alsintan yang disediakan
pemerintah sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimanfaatkan secara baik.
Kehadiran alsintan berperan signifikan dalam meningkatkan produksi dan
mengatasi masalah kelangkaan tenaga kerja. Model optimalisasi pemanfaatan
alsintan yang tersedia saat ini dilakukan dengan cara memobilisasi dari satu lokasi
ke lokasi lainnya selain dapat saling memenuhi kekurangan alsintan dalam
lingkup suatu kecamatan, juga dapat meningkatkan kapasitas kerja alsintan
tersebut.
Kementerian Pertanian telah menetapkan sebuah program pembangunan
yang dikemas dalam upaya khusus pencapaian swasembada berkelanjutan melalui
optimalisasi pemanfaatan alsintan dapat dilakukan menggunakan data yang akurat
mengenai luas lahan sawah dan jumlah alsintan setiap tahunnya (Hamyana dan
Romadi, 2017). Data−data tersebut merupakan hal penting untuk diketahui dalam
kegiatan distribusi dan pemanfaatan alsintan secara optimal. Data luas lahan
sawah dan jumlah alsintan digabungkan dengan data produksi pertanian, maka
pembuat keputusan dapat mengambil kebijakan dalam mengoptimalkan
pemanfaatan alsintan. Pemanfaatan alsintan dilakukan melalui pengembangan
model pewilayahan mekanisasi, optimalisasi dalam seleksi tingkat teknologi
alsintan dengan mempertimbangkan aspek teknis dan ekonomis alsintan, kondisi
fisik, sosial ekonomi dan infrastruktur wilayah akan dicapai dan dimobilisasi ke
wilayah lain akan dapat meningkatkan pendapatannya (Alihamsyah, 2011).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Pertanian sebagai suatu yang potensial dalam kontribusinya terhadap


Perekonomian Indonesia juga telah dinilai memungkinkan terjadinya beberapa
risiko kesehatan dalam pelaksanaannya, yaitu karena pekerjaan petani belum
memiliki standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Risiko bahaya yang
dapat dihadapi para petani baik di lahan maupun di bengkel alsintan antara lain
meliputi kebisingan, keracunan bahan kimia, gangguan saluran pernafasan, radiasi
panas, terkena bunga api akibat menggunakan las listrik, pemasangan alat
berbahaya tanpa menggunakan Alat Perlindungan Diri (APD) untuk aspek
keselamatan pribadi (Susanto, et al. 2016).

Gambar 1 Macam-macam peralatan APD

Pentingnya K3 secara ekonomi, moral, dan hukum, keselamatan dan


kesehatan kerja oleh karena itu, K3 sangat berpengaruh dalam mengurangi risiko
munculnya Penyakit Akibat Kerja (PAK) yang bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan para petani atau pekerja alsintan. Manajemen K3 sangatlah
penting agar kecelakaan dalam bekerja dapat di minimalisir yang akhirnya juga
akan berpengaruh terhadap kinerja dan produktivitas petani. Peningkatan
pengetahuan dan kesadaran petani maupun manajemen tentang pentingnya K3
perlu dilakukan terhadap para petani yang akhirnya juga dapat meningkatkan
produktivitas petani dan perekonomian masyarakat (Hamzah dan Sari, 2019).

Manajemen Alsintan

Pengelolaan alat dan mesin pertanian yang berskala ekonomi dan


berorientasi pasar, serta dengan dukungan tenaga−tenaga profesional diharapkan
UPJA mampu berkembang secara mandiri dan berkelanjutan di daerah pedesaan
serta dapat menunjang peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Manajemen
UPJA diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat dan pada
petani khususnya sehingga dapat mendorong upaya pengendalian terhadap
dampak negatif, sehingga resiko menurunnya kualitas pertanian dapat ditekan
sekecil mungkin dan terjadi peningkatan nilai tambah usaha pertanian secara luas
untuk meningkatkan kesejahteraan petani (Sukmana, et al 2016).
Pelaksanaan UPJA di dalam keberhasilannya ditentukan oleh bagaimana
manajemen yang dijalankan dalam usaha tersebut. dengan bantuan dari
pemerintah dilakukan melalui pola Kerjasama Operasional (KO) oleh kelompok
tani UPJA, yang terdiri dari manajer dan beberapa orang operator sesuai dengan
jenis alsintan yang dikelola dengan seoptimal mungkin sesuai dengan prinsip-
prinsip ekonomi agar dapat memberikan hasil usaha yang maksimal dari
pendayagunaan alsintan tersebut dengan efektif dan efisien guna mendukung
tercapainya pemenuhan produksi pertanian yang terus meningkat sejalan dengan
makin berkurangnya tenaga kerja di pedesaan (Is 2017).

Pengoperasian dan Perawatan Alsintan

Alat dan mesin pertanian yang ada dalam pemeliharaannya diperlukan


dukungan pengoperasian dan perawatan yang baik, untuk itu perlunya bimbingan
pengetahuan dan keterampilan kepada para petani dalam melakukan perawatan
terhadap alsintan yang mereka miliki sehingga semua alsintan yang ada dalam
keadaan siap digunakan dalam menghadapi musim tanam yang akan datang.
Padahal alsintan yang ada masih tergolong baru. Kondisi tersebut merupakan
tantangan bagi UPJA sebagai usaha dibidang pelayanan jasa alsintan untuk
membantu perawatan peralatan baik yang dimiliki petani maupun yang dimiliki
oleh UPJA itu sendiri. Penguasaan alsintan oleh peserta petani menjadi sangat
penting sehingga petani dapat memperbaiki dan mengoperasikannya alat-alat yang
rusak baik rusak ringan, rusak sedang maupun yang rusak berat serta dapat
digunakan secara langsung untuk menggarap sawah pada musimnya (Andriyono,
et al. 2019).
Hakikat pengembangan UPJA adalah untuk membangun sistem
kelembagaan UPJA di sentra produksi pertanian yang belum berkembang dan
berorientasi bisnis atau dilandasi norma-norma pasar yang ditandai dengan
memperoleh keuntungan usaha (profit making) dan dikelola berdasarkan skala
ekonomi (economies of scale) untuk itu perlunya meningkatkan pemahaman akan
alsintan agar alsintan dapat digunakan semaksimal mungkin (Halimatus, et al.
2020).

Analisis Kinerja Kapasitas Kerja Lapangan

Rangkaian kegiatan usaha tani tanaman padi dimulai dari kegiatan


pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan tanaman, panen dan pascapanen.
Penggunaan alsintan digunakan untuk mendukung kegiatan usaha tani padi
diharapkan mampu mengatasi permasalahan ketersediaan tenaga kerja dan
terbatasnya modal yang bekerja pada rangkaian kegiatan usaha tani. Sebagai
alternatif pemecahan masalah tersebut adalah memanfaatkan alat dan mesin
pertanian (alsintan) produksi dan pascapanen tepat guna. Penggunaan alsintan
pada usaha tani padi, selain dapat meningkatkan luas garapan, juga untuk
mengatasi kelangkaan/ keterbatasan tenaga kerja (Haifan 2017).
Peluang keuntungan UPJA perlu melalui studi dan analisis yang dapat
dijadikan pertimbangan saat akan memulai ataupun sedang dalam proses
menjalankan usaha tersebut dengan mengetahui efektifitas kerja alat pada saat
pengopersiaan pada lahan pemanenan. Penggunaan alsintan untuk meningkatkan
efisiensi panen dengan pengurangan waktu panen wadah dan petani dapat
mengurangi kehilangan hasil panen dibandingkan dengan menggunakan alat
panen tradisional, Kinerja alsintan ditunjukkan dengan Kapasitas Lapang Teoritis
(KLT) dan Kapasitas Lapang Efektif (KLE). Kapasitas Lapang Teoritis
merupakan hasil yang dicapai dari kerja suatu alat dan mesin bila digunakan
berdasarkan spesifikasi teknis. (Zainuddin, et al 2018).

Analisis Ekonomi

Pembangunan ekonomi daerah di pedesaan memiliki tujuan untuk


kesejahteraan petani dalam membangun pertanian, meningkatkan standar hidup
layak petani, meningkatkan pendapatan petani secara optimal. Rusdiana dan
Adawiyah, (2013) menuturkan bahwa pembangunan ekonomi berpengaruh nyata
terhadap kemajuan perekonomian di desa serta mengurangi angka kemiskinan
penduduk di desa. Analisis ekonomi berupa analisis keuangan untuk mengetahui
tingkat keuntungan suatu usaha. Hasil analisis prakiraan ekonomi umumnya
digunakan untuk mengevaluasi jangka panjang dari kegiatan bisnis atau usaha.
Dapat menghitung keuntungan dalam jangka waktu tertentu. Alsintan sendiri
merupakan peluang usaha dalam pertanian yang memungkinkan UPJA untuk
memperoleh keuntungan (Zainuddin, et al 2016).
Yeni dan Dewi (2014) menuturkan bahwa analisis ekonomi usaha jasa alat
mesin pertanian, dapat dibagi dalam beberapa tahap perhitungan, antara lain:
1. Biaya Pokok
Alat dan mesin pertanian dalam perhitungan biaya pokoknya sangat
ditentukan oleh empat faktor, yaitu biaya tetap (fixed cost), biaya operasional
(variable cost), jam penggunaan alat mesin pertanian per tahun, dan kapasitas
atau kemampuan kerja alat dan mesin pertanian. Umur ekonomis alat mesin
pertanian sangat penting dalam perhitungan biaya pokok, perbaikan dan
pemeliharaan yang teratur, operator yang baik dan terampil sangat diperlukan
untuk efisiensi operasi alat pertanian.
2. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada sistem penggunaan alat
mesin. Biaya tetap per jam tidak berubah dengan perubahan jam kerja tiap
tahun dari pemakaian alat dan mesin tersebut. Biaya ini masih dihitung
sebagai pengeluaran, bahkan jika alat dan mesin tidak pernah digunakan.
Unsur−unsur biaya tetap terdiri dari:
a. Biaya penyusutan
Biaya penyusutan dihitung dengan nilai bunga berbunga.
b. Biaya bunga modal dan asuransi
Biaya yang diperoleh dari tingkat bunga modal dan persen asuransi.
c. Biaya garasi
d. Biaya garasi yang dikenakan adalah sebesar 1% dari harga awal alat
mesin.
3. Biaya Tidak Tetap
Biaya tidak tetap adalah biaya operasional yang dikeluarkan untuk berbagai
keperluan untuk menjaga operasi mesin berjalan lancar. Biaya operasional ini
hanya pada mesin yang sudah beroperasi dan dengan skala yang berbeda dan
bervariasi tergantung pada jam kerja, jenis pekerjaan dan usia penggunaan
mesin terdiri dari:
a. Biaya bahan bakar
Biaya bahan bakar merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pemakaian
bahan bakar pada waktu operasi.
b. Biaya pelumas
Biaya pelumasan (oli dan gemuk) untuk alat dan mesin pertanian.
c. Biaya perbaikan dan pemeliharaan mesin
Biaya pemeliharaan adalah biaya perbaikan dan perawatan alat mesin
selama operasional.
d. Biaya operator
Biaya operator dihitung berdasarkan pada penerimaan operator per hari
dibandingkan dengan jumlah jam kerja alat mesin per hari.

Menurut (Yeni, 2014), untuk menghitung biaya pokok , biaya tetap (fixed
cost), biaya tidak tetap (variable cost) yaitu seperti berikut :
1. Biaya Pokok

BP =(AN + B) X 𝐾𝐴𝑃
K
Keterangan:
BP=Biaya Pokok penggunaan alat mesin pertanian (Rp)
AN=Biaya tetap per tahun (Rp/th)
X=Jumlah jam kerja per tahun (jam/th)
B=Biaya operasional per jam (Rp/jam)
KAP=Kapasitas kerja (jam/unit)

2. Biaya Tetap
a. Biaya penyusutan
AN = Crf x (Harga Beli – Nilai Akhir)

Crf = IN x ((1 + 1N)n )


1 + 1N)n-1
Keterangan:
AN = Biaya penyusutan per tahun (Rp/thn)
Crf = Faktor konversi pengembalian modal atau capital recovery faktor
IN = Bunga modal per tahun (%/thn)
N =Umur ekonomis alsintan(tahun)

b. Biaya bunga modal asuransi

I= 1 x p (N+1)
2N
Keterangan:
I =Biaya bunga modal dan asuransi (Rp/tahun)
i =Tingkat bunga modal dan persen asuransi (%)
P =Harga awal sewa alat
N =Umur ekonomis alat (tahun)

c. Biaya Pajak

BP = Pp x P
Keterangan:
Bp=Biaya untuk pajak (Rp/th)
Pp=Persen biaya pajak (2% atau 0,02)
P=Harga awal alat mesin (Rp)

3. Biaya Tidak Tetap


a. Biaya bahan bakar

BB = Kb x Hb
Keterangan:
BB = Biaya bahan bakar (Rp/jam)
Kb = Konsumsi bahan bakar (Rp/liter)
Hb = Harga bahan bakar (Rp/liter)
b. Biaya pelumas

BP = Kp x Hp
Keterangan:
BP = Biaya pelumasan (Rp/jam)
Kp = Konsumsi pelumas (Liter/jam)
Hp = Harga pelumas (Rp/liter)

c. Biaya pemeliharaan dan perbaikan

1,2% x (P – 0,1P)
100 jam
Keterangan:
Br = Biaya pemeliharaan
V = Harga awal alat mesin (Rp)

d. Biaya operator

Bo = U x 1 hari x Jo
Jk
Keterangan:
Bo = Biaya operator alat mesin (Rp/jam)
U = Upah kerja orang per hari (Rp/hari)
Jk = Jam kerja (Jam/hari)
Jo = Jumlah operator (Orang)
METODE PELAKSANAAN

Lokasi dan Waktu

Praktik Kerja Lapangan I dilaksanakan pada tanggal 10 Juni sampai 22


Juli 2022. Praktik Kerja Lapangan I dilaksanakan di Usaha Pelayanan Jasa
Alsintan (UPJA) Sumber Mukti yang berlokasi di Kampung Babakan Cianjur
RT.03 RW.08 Desa Sumbersari, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, Jawa
Barat 40381.

Prosedur Pelaksanaan

Praktik Kerja Lapangan I dilaksanakan dengan menggunakan metode


magang (on the job training/apperentiship), kunjungan lapangan, praktik kerja,
observasi/pengamatan, diskusi dan studi literatur. Pembimbing internal dan
eksternal bertugas memonitor dan memberikan bimbingan, serta arahan kepada
mahasiswa dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan I.
Kegiatan yang dilaksanakan pada Praktik Kerja Lapangan I di Unit
Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA), meliputi:
1. Pengumpulan data tentang keadaan dan informasi umum UPJA Sumber
Mukti;
2. Identifikasi pendataan jumlah dan jenis alsintan alsintan UPJA Sumber
Mukti;
3. Analisis layanan pengelolaan jasa alsintan UPJA Sumber Mukti;
4. Analisis perhitungan ekonomi dan kinerja alsintan di UPJA Sumber Mukti.
Untuk lebih jelasnya, prosedur pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan I
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Prosedur Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan I
No Tahapan Rincian
Luaran
Kegiatan Kegiatan
1 Keadaan dan Mengumpulkan data dan Deskripsi institusi
informasi umum informasi: tempat pelaksanaan
UPJA Sumber a. Profil, sejarah dan PKL I pada kondisi
Mukti perkembangan sekarang
b. Posisi dan denah
c. Tata letak (lay out)
d. Struktur organisasi
e. Personalia, tenaga kerja
dan kualifikasi
f. Tata hubungan kerja
pegawai (jam kerja,
jumlah shift, dan
sebagainya
2 Identifikasi dan Mengidentifikasi dan Deksripsi jumlah dan
pendataan teknis menghitung: jenis alsin, kondisi dan
alsintan UPJA a. Mengidentifikasi jumlah KKLnya serta cakupan
Sumber Mukti dan jenis alsintan yang luas areal wilayah
ada serta sumbernya kerjanya.
b. Menghitung jumlah
alsintan yang baik dan
layak baik dan layak
pakai
c. Identifikasi luas areal
yang dilayani per jenis
alsintan
d. Menghitung Kapasitas
Kerja Lapangan (KKL)
alsintan teoritis dan
aktual
3 Analisis layanan Menganalisis layanan: Hasil kajian layanan
pengelolaan jasa a. Model pengelolaan jasa pengelolaan jasa
alsintan UPJA alsintan dengan alsintan yang dilakukan
Sumber Mukti pelanggan. oleh institusi
b. Kerjasama dan pelaksanaan
kemitraan yang
dilaksanakan.
c. Catatan kegiatan,
pengeluaran, penghasilan
dan biaya operasional.
d. Penerapan Teknologi
Informasi dan
Komunikasi (TIK) atau
sistem daring usaha dan
SIM-UPJA dalam
layanan.
No Tahapan Rincian
Luaran
Kegiatan Kegiatan
e. Masalah dan hambatan
dalam pengelolaan.
4 Menganalisis a. Menghitung nilai input Hasil analisis ekonomi
ekonomi dan dan output alsintan untuk usaha alsintan dan
kinerja alsintan pengolahan lahan analisis kinerja alsintan
di lapangan b. Menghitung analisis di lapangan
input dan output alsintan
untuk pemeliharaan
tanaman
c. Menghitung input dan
output penggunaan
alsintan pemanenan
HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum UPJA Sumber Mukti

Profil, Sejarah dan Perkembangan UPJA Sumber Mukti


Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) Sumber Mukti bertempat di
Kampung  Babakan Cianjur RT 03/RW 08 Desa Sumbersari Kecamatan Ciparay
Kabupaten  Bandung Provinsi Jawa Barat. Usaha ini telah berdiri sejak tahun
2010 yang  dibentuk berdasarkan gapoktan. Jumlah anggota UPJA Sumber Mukti
sebanyak  1200 anggota dari 17 kelompok tani.
Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) Sumber Mukti merupakan
lembaga  organisasi yang berada di Desa Sumbersari, Kecamatan Ciparay,
Kabupaten  Bandung, Provinsi Jawa Barat. Desa Sumbersari mempunyai luas
wilayah 934 ha  yang terbagi kedalam wilayah 70 RT dan 13 RW. UPJA Sumber
Mukti telah berdiri  dan dikukuhkan sejak 10 Oktober 2010 yang berstatus sebagai
UPJA Madya dan  memiliki jumlah anggota sebanyak 17 kelompok tani, 4
kelompok tani diantaranya adalah kelompok wanita tani. 

Tabel 2 Data Kelembagaan Petani


Data Kelembagaan Petani
Nama UPJA Sumber Mukti
Alamat Kp. Babakan Cianjur RT 03/RW 08
Desa Sumbersari Kecamatan Ciparay
Kabupaten Bandung Provinsi Jawa
Barat.
Nama Ketua UPJA Asep Hermawan
Email upjasumbermukti@gmail.com
Tahun Berdiri 2010
Status Kelembagaan UPJA Berkembang (Madya)
Jumlah Anggota 17 Kelompok Tani (1200 Petani)
Luas Lahan Anggota 832 Ha
Rata – Rata Luas Kepemilikan Lahan 0,5 – 1 Ha
Jenis Bantuan Yang Diterima Alsintan
Sumber: Data oleh primer (2022)
Peta dan Denah

Gambar 2 Denah Sumbersari


Desa Sumbersari memiliki luas lahan 832 ha, 500 ha di antaranya adalah 
sawah irigasi teknis, 243 ha semi teknis serta 89 ha lahan tadah hujan. Wilayah
ini  rata-rata didominasi oleh petani penggarap dengan perbandingan 50% milik
warga  dan 0,5-1 ha milik penggarap. Perkembangan UPJA Sumber Mukti sejak
didirikan  sampai saat ini sudah cukup baik dan berkembang dengan bagus, hal ini
dapat  dilihat dari pelayanan dan sarana prasarana yang dimiliki oleh UPJA
Sumber  Mukti.
Batas administrasi Desa Sumbersari di sebelah utara adalah Desa
Tegalluar,  Kecamatan Bojong Soang, di sebelah selatan dengan Desa
Serangmekar Kecamatan Ciparay, Sebelah timur Desa Bojongemas, Kecamatan
Solokanjeruk,  dan sebelah barat Desa Bojongsari, Kecamatan Bojongsoang.
Wilayah di Kecamatan Ciparay merupakan daerah dataran dengan ketinggian 623-
750m di atas permukaan laut.
Adapun batas wilayah Kecamatan Ciparay yaitu:
1. Sebelah Timur Kecamatan. Majalaya
2. Sebelah Barat Kecamatan. Baleendah / Kec. Bojongsoang
3. Sebelah Utara Kecamatan. Solokanjeruk / Kec. Bojongsoang
4. Sebelah Selatan Kecamatan. Pacet / Kec. Arjasari
Tata Letak
Tata Letak (lay out) lokasi setiap ruang yang dimiliki oleh UPJA Sumber
Mukti cukup strategis dalam membantu kegiatan operasional sehingga kegiatan
usaha dapat berjalan secara efektif. Fasilitas yang dimiliki oleh UPJA Sumber
Mukti yaitu Bengkel, Gudang alsintan, Tempat pertemuan, RMU, dan Lumbung
pangan seperti ditunjukkan pada Gambar 3.

14 m 16 m
10 m

LUMBUNG
RMU
PANGAN

10 m
GUDANG

ALSINTAN

12 m

8m
BENGKEL RUANG PERTEMUAN

10 m 20 m

Gambar 3 Tata Letak UPJA Sumber Mukti

Struktur Organisasi UPJA


Struktur organisasi UPJA Sumber Mukti dibentuk melalui musyawarah 
bersama kelompok tani (poktan)/gabungan kelompok tani (gapoktan) yang 
bertujuan untuk mengetahui serta melaksanakan tanggung jawab pekerjaan yang 
dilakukan usaha atau lembaga yang dijalankan. Berikut merupakan struktur 
organisasi yang ada di UPJA Sumber Mukti tersaji pada Gambar 4.
PELINDUNG
KEPALA DESA

KETUA
ASEP
HERMAWAN

SEKRETARIS SEKSI PHT BENDAHARA SEKSI USAHA SEKSI SAPRODI


ADE OCA ANDI ANI SAPAAT HERMAN
MUHAMMAD

ANGGOTA

Gambar 4 Struktur Organisasi UPJA Sumber Mukti

Personalia dan Tenaga Kerja


Struktur organisasi UPJA Sumber Mukti tugas ketua merangkap juga 
personalia. Ketua bertanggung jawab untuk mengelola sumber daya manusia
yang  terkait dengan administratif yang mengatur hubungan antara UPJA Sumber
Mukti  dengan anggotanya. Tenaga kerja di UPJA Sumber Mukti adalah petani
yang  tergabung didalam kelompok tani dan diberi tanggung jawab oleh ketua
UPJA serta  memiliki keterampilan dan kemampuan mengoperasikan traktor roda
dua serta alat  mesin pertanian lainnya. Anggota upja merupakan petani yang
sudah bergabung ke  dalam kelompok tani yang mempunyai komitmen sebagai
pengurus UPJA. 
Anggota organisasi UPJA yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
teknis  yaitu operator yang telah ditunjuk oleh ketua UPJA untuk mengoperasikan
alsintan  guna melayani permintaan konsumen (petani) baik dalam pengolahan
tanah,  perawatan, perbaikan, serta pelayanan panen hingga pasca panen. Hasil
kerja dan  administrasi pelayanan alsintan dilaporkan dan harus diketahui oleh
ketua UPJA.  Penunjukan dan pemilihan operator adalah seseorang yang
mempunyai sikap  tanggung jawab, tekun, kerja keras, dan disiplin. Hal ini
membutuhkan fungsi ketua  UPJA dalam memilih seorang operator yang terampil,
efisien dan efektif.
Tata Hubungan Kerja Pegawai
Berdasarkan hasil observasi di lapangan terkait tata hubung kerja pegawai
di  UPJA Sumber Mukti Kabupaten Bandung sudah cukup baik. Hal ini dilihat
dari  hubungan antara seorang ketua dan pengurus lainnya dalam mengelola UPJA
Sumber Mukti dalam memberikan pelayanan kepada konsumen (petani) sehingga 
dapat terhindar dari adanya miss communication antar anggota UPJA.  Jam kerja
karyawan menyesuaikan dengan banyaknya permintaan pelayanan  jasa alsintan.
Saat kegiatan pengolahan tanah menggunakan traktor yang dilakukan  operator
sudah cepat dikarenakan diatur dari jadwal pengolahan air banyak. UPJA  Sumber
Mukti tidak kekurangan operator karena terdapat pengkaderan di setiap  kelompok
tani. Satu kelompok tani minimal terdapat 1 operator tergantung luasan  lahan
kelompok yang memiliki lahan sekitar 50-60 ha.

Identifikasi Jumlah dan Jenis Alsintan di UPJA Sumber Mukti

Identifikasi Jumlah dan Jenis Alsintan


Alat dan mesin pertanian yang terdapat di UPJA Sumber Mukti
merupakan bantuan dari Dinas Pertanian Kabupaten Bandung. Alat dan mesin
pertanian yang terdapat di UPJA Sumber Mukti antara lain berupa RMU (Rice
Milling Unit), lumbung pangan, traktor roda dua, mesin perontok padi (power
trasher), combine harvester, pompa air, kultivator, rumah pompa, transplanter,
padi mower, handsprayer, corn sheller.
Mesin bantuan penggiling padi berupa Rice Milling Unit (RMU) di UPJA
Sumber Mukti terdapat 2 mesin, mesin pertama merupakan mesin pengupas kulit
gabah dengan menggunakan mesin Yanmar HW 60 AN. Mesin Yanmar 60 AN
dapat melakukan pengupasan kulit gabah dengan kapasitas 1.000 kg/jam sehingga
dalam satu hari kerja UPJA Sumber Mukti mampu menampung 5 ton gabah.
Mesin lain yang terdapat di RMU adalah mesin polisher atau mesin pemoles
beras, mesin yang digunakan yaitu mesin Daiichi N70 Rice Polisher.
Penggilingan padi di UPJA Sumber Mukti sudah optimal karena memenuhi
kapasitas kerja mesin dan hasil beras yang dihasilkan. Ukuran bangunan RMU
memiliki 16 x 10 m.
Lumbung pangan yang didirikan di UPJA Sumber Mukti merupakan
bantuan dari Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, memiliki ukuran luas lumbung
yakni 14 x 10 m Lumbung pangan di UPJA Sumber Mukti digunakan sebagai
tempat penyimpanan gabah sebagai persediaan selama menunggu masa panen
selanjutnya selain untuk penyimpanan gabah, digunakan pula sebagai tempat
penyimpanan alsintan yang sedang tidak digunakan.
Tabel 3 Jenis Alsintan UPJA
Jumlah Kondisi
No Jenis Alsintan
(buah) (Baik/Cukup/Rusak

1 Traktor Roda 2 2 Baik


2 Kultivator 1 Baik
3 Padi Mower 2 Baik
4 Rumah Pompa 1 Baik
5 Pompa Air 3 Baik
6 Spayer 5 Baik
7 Transplanter 3 Baik
8 Thresher 3 Baik
9 RMU 1 Baik
10 Pemipil Jagung 2 Baik
11 Combine Harvester 2 Baik
12 Lumbung Pangan 1 Baik
Sumber: Data oleh primer (2022)

Cakupan Area Layanan UPJA


Luas lahan pertanian Desa Sumbersari sebesar 832 ha, luas lahan tersebut
terbagi menjadi 17 kelompok tani. Pengolahan tanah sawah di Desa Sumbersari
menggunakan traktor roda 2, satu unit traktor memiliki areal garapan ± 50 – 60
ha. Penyewaan alat dan mesin pertanian yang ada di UPJA Sumber Mukti tidak
mengenal batasan wilayah. Hal ini berarti semua tempat yang masih dapat
dijangkau diperboleh melakukan penyewaan namun tetap mengutamakan calon
penyewa yang memiliki lahan di area Desa Sumbersari.
Klasifikasi UPJA
Menurut PERMENTAN Nomor 25/2008 UPJA dapat dibagi menjadi tiga
kelas yaitu (1) UPJA Pemula dengan skor hasil kurang dari 22, (2) UPJA
Berkembang dengan skor yang diperoleh 23-67 , (3) UPJA Maju dengan skor
lebih dari 67. Aspek penilaian didalam kuisioner meliputi banyaknya jumlah
alsintan dan jenis alsintan yang dimiliki oleh suatu UPJA serta bagaimana tingkat
pengelolaan yang dilakukan oleh pengurus UPJA.
Tabel 4 Klasifikasi UPJA
No. Uraian Standar Klasifikasi UPJA Keterangan
1 3 5

A. Organisasi Nilai Maks. 35

1. Legalitas AD Belum Ada Ada 3


ART
2. Manajer Pemula Berkembang Ahli 3
3. Petugas Belum Berkembang Ahli 3
Administrasi
4. Teknisi Belum Ada Ada 3
5. Operator Pemula Berkembang Ahli 3
6. Asosiasi UPJA Belum Anggota Anggota Aktif 3
Ada Pasif
7. Pertemuan UPJA Belum Kadang Sering 5
Pernah -
Kadang
Total 23

B. Teknis Nilai Maks. 40

1. Jenis Alsintan 1-2 3-4 >5 5


2. Jumlah Alsintan 1-2 3-4 >5 5
3. Gudang Alsintan Belum ada Ada Ada 5
4. Kondisi Alsintan Terawat Terawat Terawat 5
5. Bengkel Alsintan Belum ada Belum Komplit 3
Komplit

6. Pelatihan Belum Ada Ada 1


Manager ada
7. Pelatihan Belum Ada Ada 1
Administrasi ada
8. Pelatihan Belum Ada Ada 3
Operator ada
Total 28

C. Ekonomi Nilai Maks. 15

1. Penambahan Belum Ada Ada 3


Alsintan ada
No. Uraian Standar Klasifikasi UPJA Keterangan
2. Biaya Swadaya Swadaya, Swadaya 1
Penambahan Bank Bank

3. Penambahan Belum Ada Ada 3


Pelanggan ada
Total 7

Jumlah Total 23 28 7 58
Skor
Sumber: Data oleh primer (2022)

Tabel 4 menunjukkan bahwa UPJA Sumber Mukti sudah memiliki


Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga. Usaha Pelayanan Jasa Alsintan
Sumber Mukti sudah memiliki manajer sebagai pengelola dan penanggung jawab
bagian administrasi. Adapun tugas bagian administrasi adalah melakukan
pengaturan kegiatan yang dilaksanakan UPJA Sumber Mukti seperti diskusi antar
kelompok tani dan teknisi dalam masing-masing kelompok tani. Teknisi yang ada
di UPJA Sumber Mukti bertugas selain melakukan perbaikan alsintan, teknisi juga
berperan sebagai operator.
Berdasarkan hasil wawancara bersama ketua UPJA Sumber Mukti
pertemuan antar pengurus UPJA Sumber Mukti dilakukan sewaktu-waktu
sehingga UPJA Sumber Mukti memiliki anggota pasif. Pertemuan tersebut
dilaksanakan untuk membahas perkembangan UPJA Sumber Mukti dan alsintan
yang tersebar pada setiap kelompok tani. jumlah alsintan yang dikelola oleh UPJA
Sumber Mukti sebanyak 26 unit dan dalam kondisi baik.

Analisis Layanan Pengelolaan Jasa Alsintan UPJA Sumber Mukti

Model Pengelolaan Jasa Alsintan


Sistem pengelolaan UPJA Sumber Mukti di Kecamatan Ciparay terdiri
atas pembinaan. Pembinaan UPJA dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten
Bandung melalui pelatihan, pendampingan, dan pembinaan yang dilakukan secara
rutin oleh petugas lapangan hingga dari Dinas Pertanian Kabupaten Bandung.
Sistem berikutnya adalah permodalan atau pendanaan dimana UPJA Sumber
Mukti mendapatkan bantuan alsintan dari pusat, provinsi, dan kabupaten dalam
bentuk alsintan sehingga UPJA Sumber Mukti dapat berkembang dari tahun ke
tahun. Sumber biaya untuk keperluan seperti perbaikan dan perawatan alsintan
yang ada di UPJA Sumber Mukti juga didapatkan dari usaha penyewaan alsintan
yang tersedia di UPJA Sumber Mukti.
Pengembangan UPJA diarahkan untuk mendorong dan memotivasi petani
maupun kelompok tani dalam penggunaan alsintan. UPJA berperan sebagai
kelembagaan ekonomi di pedesaan yang bergerak di bidang pengelolaan dan
pelayanan jasa alsintan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan usaha (profit
marketing), dikelola berdasarkan skala ekonomi (economic of scale), berorientasi
pasar (market oriented), serta didukung oleh sumberdaya manusia (SDM) yang
profesional. Sistem pelayanan lainnya yang ada di UPJA Sumber Mukti adalah
penggunaan jasa alsintan. Cara meminjam atau penyewaan alsintan yang di miliki
UPJA Sumber Mukti adalah dengan menggunakan surat perjanjian yang dibuat
oleh ketua UPJA dan peminjam alsintan dengan kesepakatan. Peminjam alsintan
juga dapat menggunakan jasa alsintan dengan jasa operator yang ada di UPJA
Sumber Mukti. Selain itu sistem penyewaan alsintan di UPJA Sumber Mukti
adalah hasil operasional pelayanan jasa alsintan di UPJA Sumber Mukti terbagi
menjadi 35% untuk operator, 35% untuk pemeliharaan, dan 30% untuk uang kas.

Kerjasama dan Kemitraan yang dilaksanakan


Kerjasama dan kemitraan dalam melakukan sebuah usaha sangatlah
penting, agar usaha UPJA dapat berkembang maju, memperluas skala usaha, dan
meningkatkan kemampuan usaha maka untuk menunjang kegiatan tersebut UPJA
Sumber Mukti bekerja sama dan bermitra dengan instansi atau lembaga lain.
Penggunaan alsintan di UPJA Sumber Mukti benar-benar dimanfaatkan dalam
pengelolaan lahan yang ada di kelompok tani. Berikut daftar instansi dan lembaga
yang bekerja sama dengan UPJA Sumber Mukti adalah sebagai berikut:
1. Dinas Pertanian Kabupaten Bandung
2. Kelompok tani sekitar Desa Sumbersari
3. Kelompok tani di luar Kecamatan Ciparay
Kerjasama yang dilakukan oleh UPJA memiliki keuntungan yaitu untuk
mempercepat pengolahan lahan di wilayah garapannya dengan berkoordinasi
dengan dinas ataupun kelompok tani yang berada di wilayah pengelolaan yang
membutuhkan sehingga alsintan yang didatangkan oleh UPJA mudah dijangkau.
Desa Sumbersari terdapat banyak petani swadaya yang memiliki alsintan, hal ini
tentunya sangat mendukung penanaman serempak dan tidak kekurangan alsintan
khususnya traktor roda dua untuk lahan pertanian di Desa Sumbersari.

Masalah dan Hambatan Dalam Pengelolaan


Masalah dan hambatan yang dialami dalam pengelolaan UPJA Sumber
Mukti adalah pembukuan yang masih kurang tertata, hal ini terjadi dikarenakan
banyak yang lupa tercatat seperti contoh ketika mendapatkan bantuan baik itu
alsintan dan lainnya tidak langsung dicatat dalam pembukuan. Selain itu,
ketersediaan suku cadang yang masih terbatas menjadi faktor penghambat dalam
perawatan dan perbaikan alsintan, akan tetapi hal ini bisa teratasi dengan adanya
bengkel keliling yang difasilitasi oleh Dinas Kabupaten Bandung.

Analisis Ekonomi dan Kinerja Alsintan di UPJA Sumber Mukti

Analisis ekonomi pada alsintan pengolahan tanah, pemeliharaan, dan


pemanenan dilakukan untuk mengetahui kelayakan alsintan dari aspek finansial.
Menurut beberapa hasil penelitian alsintan dapat dikatakan layak secara finansial
apabila R/C Rasio >1. Untuk itu, sebelum menghitung R/C Ratio pada suatu unit
alsintan terlebih dahulu perlu dilakukan analisis biaya. Analisis biaya yang
dilakukan adalah dengan menghitung biaya tetap, biaya tidak tetap, biaya total,
dan biaya pokok alsintan.
Pada Tabel 3 menjelaskan bahwa UPJA Sumber Mukti memiliki 26 unit
Alsintan. Alat dan mesin pertanian yang belum optimal antara lain yaitu Combine
Harvester atau mesin pemanen padi berjumlah 2 unit, transplanter atau mesin
penanam padi yang berjumlah 3 unit, kultivator berjumah 1 unit, dan padi mower
yang berjumlah 2 unit. Data tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat 8 unit
alsintan yang belum optimal dan 18 unit lainnya sudah optimal di UPJA Sumber
Mukti.
Analisis Kelayakan Usaha Penyewaan Traktor Roda Dua
Traktor roda 2 yang dimiliki UPJA Sumber Mukti berjumlah 2 unit yang
merupakan bantuan dari Dinas Pertanian Kabupaten Bandung. Setiap 1 unit
traktor mampu melakukan pengolahan tanah seluas 1 ha selama 2 hari penuh.
Dalam semusim traktor roda 2 ini dapat mengolah lahan seluas 30 ha selama 40
hari dengan bantuan 4 operator. Analisis kelayakan usaha penyewaan traktor roda
dua di bawah ini berdasarkan pada traktor roda dua merek Quick dengan mesin G
3000 Zeva mesin diesel merek Kubota model RD 85 DI−2S.

Gambar 5 Traktor roda 2

Analisis biaya yang dilakukan adalah dengan menghitung biaya tetap dan
biaya tidak tetap pengoperasian traktor roda dua. Biaya tetap meliputi: biaya
penyusutan, biaya bunga modal, dan biaya garasi. Biaya tidak tetap meliputi:
biaya bahan bakar, pelumas, suku cadang, operator, dan ban. Hasil perhitungan
biaya traktor roda dua disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5 Hasil Analisis Biaya Traktor Roda Dua
No. Parameter Nilai Satuan
1 Harga awal 28.500.000 Rp
2 Nilai akhir 2.850.000 Rp
3 Umur ekonomis 10 Tahun
4 Jam kerja per hari 9 Jam/hari
5 Kapasitas kerja 0,05 Ha/jam
6 Tingkat suku bunga 8 %
7 Konsumsi bahan bakar 0,17 l/HP/jam
8 Daya motor 8,5 HP
9 Harga bahan bakar 5.150 Rp/l
10 Konsumsi pelumas 0,00444 l/HP/jam
11 Harga pelumas 37.500 Rp/l
12 Upah operator (4 operator) 15.750.000 Rp/musim
13 Harga ban 1.600.000 Rp
14 Umur pakai ban 5 Tahun
15 Biaya sewa traktor roda dua 45.000.000 Rp/musim
Sumber: Data oleh primer (2022)
Tabel 5 berisi parameter yang digunakan untuk menganalisis kelayakan
usaha penyewaan traktor roda dua, dalam tabel menunjukkan bahwa jam kerja
traktor roda dua yaitu 9 jam/hari karena setiap musim pertama traktor roda dua
mengolah lahan sawah dalam waktu 40 hari dan Desa Sumbersari memiliki dua
kali musim tanam pertahun maka total jam kerja traktor roda dua yaitu 720
jam/tahun.
Tabel 6 Hasil Analisis Biaya Tetap Traktor Roda Dua
No. Biaya Tetap Nilai Satuan
1 Biaya penyusutan 2.565.000 Rp/tahun
2 Biaya bunga modal 1.254.000 Rp/tahun
3 Biaya garasi 285.000 Rp/tahun
Total biaya tetap 4.104.000 Rp/tahun
Sumber: Data oleh primer (2022)
Tabel 6 menunjukkan bahwa Biaya tetap adalah jenis biaya yang selama
satu periode kerja jumlahnya tetap, tidak bergantung pada jumlah produk yang
dihasilkan (jumlah jam kerja suatu mesin), Total biaya tetap yang dikeluarkan
setiap tahunnya adalah Rp.4.104.000. Perhitungan biaya tidak tetap traktor roda
dua disajikan pada tabel 7.
Tabel 7 Hasil Analisis Biaya Tidak Tetap Traktor Roda Dua
No. Biaya Tidak Tetap Nilai Satuan
1 Bahan bakar 13.395.150 Rp/tahun
2 Pelumas 1.687.500 Rp/tahun
3 Perbaikan dan pemeliharaan 667.350 Rp/tahun
4 Suku cadang 2.565.000 Rp/tahun
5 Operator (4 orang) 15.750.000 Rp/tahun
6 Ban 240.000 Rp/tahun
Total biaya tidak tetap 34.305.000 Rp/tahun
Sumber: Data oleh primer (2022)
Biaya tidak tetap adalah biaya−biaya yang dikeluarkan pada saat alat atau
mesin sedang beroperasi dan besarnya tergantung dari jumlah jam kerja pemakaian.
biaya tidak tetap yang dikeluarkan traktor roda dua dalam setahun adalah Rp
34.305.000/tahun. Penghitungan biaya total yang terdiri atas biaya tetap dan
biaya tidak tetap disajikan dalam tabel 8.
Tabel 8 Biaya Total
No. Uraian Nilai (Rp) Presentase
(%)
1 Biaya tetap 4.104.000 10,6%
2 Biaya tidak tetap 34.305.000 89,4%
Biaya Total 38.409.000 100%
Sumber: Data oleh primer (2022)
Berdasarkan penghitungan biaya tetap dan biaya tidak tetap traktor tangan,
maka biaya total traktor tangan adalah sebesar Rp. 38.409.000 per tahun.
Sedangkan untuk tiap tahunnya traktor tangan mengolah lahan sawah seluas 60 ha
karena Desa Sumbesari terdapat dua kali musim tanam sehingga pendapatan
sebesar Rp 90.000.000/tahun. Analisis kelayakan traktor roda dua diperlukan
untuk mengetahui kelayakan traktor tangan dari aspek finansial. Analisis yang
dilakukan yaitu dengan menghitung R/C Rasio.

R/C Ratio
R/C Ratio = Pendapatan : Total Biaya (Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap)
R/C Ratio = 90.000.000 : 38.409.000
R/C Rasio = 2,34

Berdasarkan penghitungan tersebut, diperoleh R/C Ratio sebesar 2,34. Jadi


dapat disimpulkan bahwa traktor roda dua di UPJA Sumber Mukti dapat
dinyatakan layak secara finansial untuk terus dikembangkan menjadi usaha
pelayanan jasa alsintan dalam kegiatan pengolahan tanah karena, memiliki nilai
R/C Ratio lebih besar dari 1 yakni 2,34.

Analisis Kelayakan Usaha Penyewaan Power Thresher


Mesin perontok atau power thresher padi yang berjumlah 3 unit bermerek
Arjuna Ireng dengan mesin diesel merek Quick model Honda GX 270. Mesin
perontok padi melakukan pengoperasian secara maksimal pada saat setelah panen
raya berlangsung. Pengoperasian power thresher dalam satu hari dapat melakukan
perontokan padi hingga menghasilkan gabah sebanyak 5 ton, sehingga mesin
power thresher di UPJA Sumber Mukti sudah optimal.
Analisis kelayakan usaha penyewaan jasa power thresher di bawah ini
berdasarkan pada power thresher merek Arjuna Ireng mesin diesel merek Quick
model Honda GX 270. Analisis biaya yang dilakukan adalah dengan menghitung
biaya tetap dan biaya tidak tetap pengoperasian power thresher.
Gambar 6 Power Thresher
Biaya tetap meliputi: biaya penyusutan, biaya bunga modal, dan biaya
garasi. Biaya tidak tetap meliputi: biaya bahan bakar, pelumas, suku cadang,
operator, dan ban. Berikut ini adalah hasil perhitungan dari jenis alsintan power
thresher. Hasil perhitungan biaya power thresher disajikan dalam tabel 9.
Tabel 9 Hasil Analisis Biaya Power Thresher
No. Parameter Nilai Satuan
1 Harga awal 25.000.000 Rp
2 Nilai akhir 2.500.000 Rp
3 Umur ekonomis 10 tahun
4 Jam kerja per tahun 640 Jam/tahun
5 Kapasitas kerja 7 Jam/ha
6 Tingkat suku bunga 8 %
7 Jam Kerja Perhari 8 Jam
8 Daya motor 7 HP
9 Hari kerja per tahun 80 hari/tahun
10 Konsumsi pelumas 0,025 l/HP/jam
11 Harga pelumas 37.500 Rp/l
12 Upah operator ( 4 Operator) 7.950.000 Rp/musim
13 Biaya sewa power thresher 22.500.000 Rp/musim
Sumber: Data oleh primer (2022)
Tabel 9 berisi parameter yang digunakan untuk menganalisis kelayakan
usaha penyewaan power thresher, dalam tabel menunjukkan bahwa jam kerja
traktor roda dua yaitu 8 jam/hari karena setiap musim pertama power thresher
merontok gabah dalam waktu 40 hari, dan Desa Sumbersari memiliki dua kali
musim tanam pertahun maka total jam kerja traktor roda dua yaitu 640 jam/tahun.
Tabel 10 Biaya Tetap Power Thresher
No. Biaya Tetap Nilai Satuan
1 Biaya penyusutan 2.250.000 Rp/tahun
2 Biaya bunga modal 1.100.000 Rp/tahun
3 Biaya garasi 250.000 Rp/tahun
Total biaya tetap 3.600.000 Rp/tahun
Sumber: Data oleh primer (2022)
Hasil biaya tidak tetap yang terdiri bahan bakar, pelumas, perbaikan dan
pemeliharaan, suku cadang, dan biaya operator power thresher yang disajikan pada
tabel 11.
Tabel 11 Biaya Tidak Tetap Power Thresher
No. Biaya tidak tetap Nilai Satuan
1 Bahan bakar 793.100 Rp/tahun
2 Pelumas 187.500 Rp/tahun
3 Perbaikan dan pemeliharaan 6.969.400 Rp/tahun
4 Suku cadang 2.250.000 Rp/tahun
5 Operator (4 orang) 7.950.000 Rp/tahun
Total biaya tidak tetap 18.150.000 Rp/tahun
Sumber: Data oleh primer (2022)
Hasil biaya total yang terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap power
thresher yang disajikan pada tabel 12.
Tabel 12 Total Biaya Power Thresher
No. Uraian Nilai Presentase (%)
1 Biaya tetap 3.600.000 16,5%
2 Biaya tidak tetap 18.150.000 83,5%
Biaya Total 21.750.000 100%
Sumber: Data oleh primer (2022)
Berdasarkan penghitungan biaya tetap dan biaya tidak tetap, maka biaya
total power thresher adalah sebesar Rp 21.750.000/tahun, Sedangkan untuk tiap
tahunnya power thresher memiliki pendapatan sebesar Rp 45.000.000 /tahun
karena di Desa Sumbersari terdapat dua kali musim tanam. Analisis kelayakan
usaha penyewaan power thresher diperlukan untuk mengetahui kelayakan power
thresher aspek finansial. Analisis yang dilakukan yaitu dengan menghitung R/C
Ratio.

R/C Ratio
R/C Ratio = Pendapatan : Total Biaya (Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap)
R/C Ratio = 45.000.000 : 21.750.000
R/C Ratio = 2,06

Berdasarkan penghitungan tersebut, diperoleh R/C ratio sebesar 2,06. Jadi


dapat disimpulkan bahwa power thresher di UPJA Sumber Mukti dapat
dinyatakan layak secara finansial untuk terus dikembangkan menjadi usaha
pelayanan jasa alsintan dalam kegiatan panen sawah.
Analisis Kelayakan Usaha Penyewaan Pompa Air Irigasi
Pompa air irigasi yang dimiliki UPJA Sumber Mukti memiliki 2 unit
dengan merek Quick Honda GX 160, pompa air irigasi ini diberikan oleh dinas
pertanian pada tahun 2019 untuk bantuan kepada UPJA Sumber Mukti dan
kelompok tani di sumbersari.

Gambar 7 Pompa air irigasi

Sistem pengelolaan mesin pompa air irigasi di UPJA Sumber Mukti ini
tidak di sewakan melainkan diperpinjamkan kepada para petani yang bergabung
dengan kelompok tani dengan syarat mesin pompa air irigasi harus dikembalikan
dengan secara utuh, bahan bakar full, dan tidak terjadi kerusakan pada mesin, jika
mesin pompa air irigasi terjadi kerusakan oleh petani maka wajib petani
membayar denda kepada UPJA untuk memperbaiki mesin pompa air irigasi
tersebut.

Analisis Kelayakan Usaha Penyewaan Combine Harvester


Usaha Pelayanan Jasa Alsintan Sumber Mukti memiliki 2 jenis alsintan
Combine Harvester yaitu: combine harvester merek Futata dan Combine Mini
Tomcet, Jenis Alsintan ini belum pernah di sewakan di UPJA Sumber Mukti
dikarenakan beberapa faktor sebagai berikut:
1. Masih banyaknya buruh tani yang menginginkan pekerjaan jika combine
harvester disewakan akan menimbulkan kecemburuan antar petani dengan
UPJA.
2. Panen yang tidak serentak membuat jenis alsintan ini susah digunakan.
3. Dikarenakan akses jalan yang tidak sesuai/tidak adanya akses jalan buat jenis
alsintan Combine Harvester.
Adapun perencanaan harga jika nanti jenis alsintan Combine Harvester ini
berjalan disewakan pada para petani dengan harga 400.000/ton dalam 1 ha,
dengan pembagian 35% untuk dibagikan kepada operator, 35% untuk
pemeliharaan termasuk bahan bakar dan 30% untuk disimpan di uang kas.

Gambar 9 Combine Harvester Futata Gambar 8 Combine Mini Tomcet


SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan PKL I di UPJA Sumber Mukti,


Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung dapat disimpulkan:
1. UPJA Sumber Mukti ini berdiri dan dikukuhkan pada tanggal 10 Oktober
2010 yang diketuai oleh Bapak Asep Hermawan, luas lahan yang dilayani
UPJA seluas 832 ha, Anggota UPJA berasal dari 17 kelompok tani dan 4
kelompok tani lainnya adalah kelompok wanita tani.
2. Jumlah alsintan yang ada di UPJA Sumber Mukti yaitu berjumlah 26 unit
alsintan diantaranya 15 alsintan prapanen dan 11 alsintan pascapanen
dengan kondisi baik, karena dilakukan perawatan dan perbaikan secara
rutin.
3. Manajemen layanan jasa alsintan yang diberikan UPJA Sumber Mukti
kepada konsumen (petani) sudah termasuk kategori baik diantaranya; UPJA
bersikap sopan terhadap konsumen, UPJA memberikan layanan terbaik
kepada konsumen, dan UPJA tepat waktu dalam memberikan layanan
terhadap konsumen.
4. Hasil dari penghitungan analisis ekonomi di UPJA Sumber Mukti
didapatkan hasil R/C lebih dari 1, traktor roda dua memiliki R/C Rasio 2,34,
power thresher memiliki R/C Rasio 2,06. Mengenai kinerja alsintan di
UPJA sudah termasuk kategori baik, maka dari itu usaha penyewaan jasa
alsintan di UPJA dapat dinyatakan layak untuk dikembangkan dan
dilanjutkan oleh UPJA Sumber Mukti.

Saran

UPJA Sumber Mukti didalam pelaksanaan kegiatan sebaiknya perlu


memperhatikan semua catatan keuangan. Untuk melakukan evaluasi ekonomis
terhadap kelayakan usaha penyewaan jasa alsintan di UPJA Sumber Mukti
dibutuhkan pengetahuan pendukung ekonomi teknik dan juga pencatatan dan
pengeluaran uang secara terstruktur dan berkala.
DAFTAR PUSTAKA

Haifan M. 2017. Analisis kebutuhan alat dan mesin pertanian untuk mendukung
pengembangan usaha tani padi di Kawasan Kota Terpadu Mandiri (KTM)
Mesuji, Provinsi Lampung. Jurnal Teknik Mesin; 1(1): 22-29.
https://www.jtmiti.org/index.php/JTM/article/download/12/pdf [diakses
2021 Jul 22]
Halimatus SD, Yarna H, Inda II. 2020. Manajemen dan finansial Usaha Pelayanan
Jasa Alsintan (UPJA) Di Desa Andaman I Kecamatan Anjir Pasar
Kabupaten Barito Kuala (studi kasus UPJA Mandiri). Hsadiah, editor.
Prosiding Semnas Pertanian 2020; 2020 Juli; Barito Kuala, Indonesia.
Barito Kuala: hlm 245- 246. http://digital.library.ump.ac.id/id/eprint/996
[diakses 2021 Juli 13]
Imaduddin IRI, Jannah R., Dani I, Putra HA, Imaduddin M, Umam MC, Muniri
M.(2021). Pemperdayaan petani padi untuk meningkatkan ekonomi
pertanian melalui implementasi mesin thresher di desa opo-opo selama
masa pandemi COVID 19. Jurnal Abdimas Ilmiah Citra Bakti. 2(1): 98-
106. https://doi.org/10.38048/jailcb.v2i1.262 [Diakses 2021 Jul 24]
Is A. 2017. Peranan Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) kelas berkembang
dalam peengembangan usaha tani padi sawah di Kabupaten Tebo. Jurnal
Fakultas Pertanian Universitas Muara Bungo. 1:201-
208.http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/tfile_artikel_abstrak/
Isi_Artike l_817527159763.pdf [diakses 2021 Jul 19]
Mamonto WS, Osak RE, Kalangi JKJ. 2020. Analisis strategi pengembangan
Usaha Pelayanan Jasa Alat Dan Mesin Pertanian (UPJA) di Kabupaten
Bolaang Mongondow Timur. Agri−Sosioekonomi. 16(3); 125-136.
Priyati A, Abdullah SH. 2015. Studi keberadaan usaha pelayanan jasa alat dan
mesin pertanian (UPJA) Kaliaji di Desa Monggas Kecamatan Kopang
Lombok Tengah. J Ilm Rekayasa Pertan Biosist.
Royan A, Adita MD, dan Amin M. 2021. Kelayakan Usaha Pelayanan Jasa Alat
dan Mesin pertanian (UPJA) berkah tani Kabupaten Brebes. Journal Of
Agribusiness And Community Development (AGRIVASI) UMUS;1(1):
11–20. http://jurnal.umus.ac.id/index.php/AGRIVASI/article/view/437
[diakses 2021 Jul 22]
Rusdiana S, Adawiyah CR. 2013. Analisis ekonomi dan prospek usaha tanaman
dan ternak sapi di lahan perkebunan kelapa. SEPA: Jurnal Sosial Ekonomi
Pertanian dan Agribisnis. 10(1):118-131.
https://doi.org/10.20961/sepa.v10i1.14118 [Diakses 2021 Jul 22]
Subagiyo S. 2016. Analisis kelayakan finansial penggunaan alsintan dalam usaha
tani padi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Pertanian Agros
http://www.ejournal.janabadra.ac.id/index.php/JA/article/view/140
[Diakses 2021 Jul 27]
Sugiarto S. 2017. Analisis kinerja UPJA menunjang kegiatan usaha tani padi.
Jurnal Penelitian Penerapan. 10(2):118-130.
https://doi.org/10.25181/jppt.v10i2.254 [Diakses 2021 Jul 23]
Sukmana Rika I, Suminah S, Ihsaniyati, H. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) menuju pertanian modern
di Kabupaten Sukoharjo. Agritexts: Journal of Agricultural Extension.
41(1):110-113. https://doi.org/10.20961/agritexts.v41i1.18066 [Diakses
2021 Jul 13]
Wardani, I. K., & Kusmiyati, S. W. STRATEGI PENINGKATAN KINERJA
UPJA MENGGUNAKAN PENDEKATAN STRUCTURAL EQUATION
MODELLING (STUDI KASUS: PANGANDARAN).
Wijayanto C, Sasongko LA, Nurjayanti ED. 2018 Analisis Kelayakan Usaha
Pelayanan Jasa Traktor Tangan Di Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal.
Mediagro: 13(2): 33-42
Yeni F, Dewi N. 2014. Analisis Sistem Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) di
Kecamatan Kuala Kampar Kabupaten Pelalawan. Jurnal Dinamika
Pertanian [diakses 2021 Jul 22]; 29(2):169-182.
https://journal.uir.ac.id/index.php/dinamikapertanian/article/view/849
[Diakses 2021 Jul 13]
Zainuddin Z, Mursalim, M, Waris A. 2016. Analisis ekonomi penggunaan
Combine Harvester tipe Crown CCH 2000 Star. Jurnal Agritechno. 9(1);
36-43. https://doi.org/10.20956/at.v9i1.37 [Diakses 2021 Jul 22].
LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan I (PKL I)


No Uraian Kegiatan Waktu
1 Pra survei dan survei lokasi Mei 2022
Finalisasi persiapan PKL
2 (pembimbingan, penyelesaian 6–10 Juni 2022
laporan, dll)
Pelaksanaan di lapangan (selama 6
3 11 Juni–22 Juli 2022
minggu)
4 Penyelesaian laporan 25–27 Juli 2022
5 Kegiatan ujian 28–30 Juli 2022
Lampiran 2 Dokumentasi Kegiatan PKL I
Lampiran 3 Format Jurnal Harian
Lampiran 4 Format Lembar Konsultasi

LEMBAR KONSULTASI
PRAKTIK KERJA LAPANGAN I

Nama : Alga Ajis Mubarok


NIM : 021120067
Program Studi : Teknologi Mekanisasi Pertanian
Jurusan : Pertanian
Judul : Analisis Ekonomi dan Kinerja Alsintan di UPJA Sumber
Mukti Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung
MATERI KOREKSI PARAF
NO. TANGGAL
KONSULTASI PEMBIMBING PEMBIMBING
I 20 Mei 2022 Konsultasi BAB -
I
II 31 Mei 2022 Konsultasi BAB -
II dan III
III 13 Juli 2022 Konsultasi -
Pembimbing I
IV 20 Juli 2022 Konsultasi -
Pembimbing II
V 31 Juli 2022 Konsultasi -
Laporan PKL I
VI

Diketahui,
Ketua Program Studi Pembimbing I

Dr. Ir. Yul Harry Bahar Ir. Kusmiyati, MM


NIP. 196006071991031001 NIP. 195903071987032001

Pembimbing II

Dr. Ir. Soesilo Wibowo, MS


NIP. 19530827197901002
Lampiran 5 Form Penilaian Pembimbingan Eksternal
Lampiran 6 Rekap Nilai Praktik Kerja Lapangan I
NILAI PELAKSANAAN KEGIATAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN I

Aspek yang dinilai


Laporan Pelaksanaan Laporan Ujian
Nama (20%) (40%) (20%) Kompetensi Nilai
No jml
Mahasiswa (20%) Huruf
NA NA NA NA
NA x NA x N x NA x 20%
20% 40% A 20%
1
2
3
4
5
6

Skala Nilai Huruf


80-100 A
70-79 B
60-69 C
45-59 D
<45 E

Anda mungkin juga menyukai