Oleh:
Saskia Alfathia
Kelas:
C2
Asisten:
Helen Puspa Juliasari
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2021
LEMBAR PERSETUJUAN
Disetujui Oleh :
Asisten Kelas,
Penulis
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ ii
RINGKASAN.................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii
1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ..................................................................................................... 2
2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 3
2.1 Tanaman Jagung Manis ............................................................................ 3
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Manis .................................................... 5
2.3 Fase Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis................................................ 5
2.4 Pengaruh Varietas Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis .......... 7
2.5 Pengaruh Varietas Terhadap Pertumbuhan Hasil Jagung Manis ................ 8
3. BAHAN DAN METODE .............................................................................. 9
3.1 Waktu Dan Tempat .................................................................................. 9
3.2 Alat dan Bahan......................................................................................... 9
3.3 Cara Kerja ................................................................................................ 9
3.4 Parameter Pengamatan ........................................................................... 10
4. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 14
4.1 Hasil ...................................................................................................... 14
4.2 Pembahasan ........................................................................................... 15
5. PENUTUP ................................................................................................... 18
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 18
5.2 Saran ...................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 19
LAMPIRAN ..................................................................................................... 21
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1. Tabel Parameter Pertumbuhan Jagung Manis ........................................14
2. Tabel Parameter Hasil Jagung Manis .....................................................14
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Akar Jagung ......................................................................................4
2. Bunga Jantan Tanaman Jagung..........................................................5
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1. Deskripsi Varietas ................................................................................21
2. Data Pengamatan ..................................................................................23
3. Logbook Kegiatan ................................................................................26
4. Data Perhitungan ..................................................................................30
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap makhluk hidup yang ada di bumi pasti mengalami proses tumbuh dan
berkembang, termasuk tanaman. Pertumbuhan ditandai dengan bertambahnya
ukuran, bentuk, dan jumlah, pada tanaman seperti pertambahan tinggi, jumlah
daun dan lebar daun. Selain pertumbuhan tanaman juga mengalami perkembangan
yang dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif (bentuk dan sifat) organisme
atau bagiannya yang melibatkan perubahan struktur serta fungsi yang lebih
kompleks. Pola pertumbuhan pada tanaman sendiri dapat dilihat dari kurva
sigmoid selama musim tanam atau masa hidupnya. Untuk mendukung
pertumbuhan berjalan dengan baik maka tanaman perlu melakukan fotosintesis
yang memproduksi gula (karbohidrat) pada tumbuhan dengan menggunakan
energi matahari (Ratini et al., 2012).
Analisis pertumbuh tanaman adalah analisis yang digunakan untuk
memperoleh ukuran kuantitatif dalam mengikuti dan membandingkan
pertumbuhan tanaman, dalam aspek fisiologis maupun ekologis, baik secara
indifidu maupun pertanaman (Indradewa dan Rogomulyo. 2012). Dalam analisis
pertumbuhan tanaman dilakukan dengan pengukuran bahan kering. . Pengukuran
bahan kering dilakukan karna mewakili kemampuan tanaman dalam mengikat
energi dari cahaya matahari melalui proses fotosintesis, serta interaksinya dengan
faktor-faktor lingkungan.
Pada praktikum kali ini dilakukan analisis pertumbuhan terhadap tanaman
jagung manis. Dimana beberapa parameter yang diamati pada praktikum seperti
tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun hingga hasil tanaman jagung nantinya.
Setiap fase pertumbuhan baik vegetatif dan generatif nantinya akan diamati. Data
yang akan didapatkan nantinya menunjukan dampak dari perlakuan dan faktor-
faktor yang diberikan dalam budidaya tanaman terhadap kualitas pertumbuhan
dan hasil tanaman. Maka dari itu agar dapat menganalisis hasil pertumbuhan
jagung manis lebih jauh data pengamatan akan ditampilkan lebih lanjut pada
laporan kali ini.
2
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukanya praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian analisis pertumbuhan tanaman.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari dilakukanya praktikum kali ini adalah sebagai berikut
1. Dapat mengetahui pengertian analisis pertumbuhan tanaman.
2. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan.
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Jagung Manis
Jagung merupakan salah satu komoditas yang digemari di Indonesia. Hampir
diseluruh daerah di Indonesia terdapat budidaya jagung. Salah satu jenis jagung
yang populer di Indonesia adalah jenis jagung manis (Zea mays saccharata).
Perbedaan antara jagung manis dan jagung biasa tidak terlalu jauh, salah satu
yang membedakan adalah kandungan zat gula yang lebih tinggi pada jagung
manis dibandingkan dengan jagung biasa. Pada jagung manis kandungan gula
dapat mencapai 5-6% sedangkan pada jagung biasa berkisar antara 2-3% (Jurhana
et al., 2017). Untuk klasifikasi jagung manis menurut Riwandi (2014) sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas :Monokotiledon
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays
Varietas : Zae mays saccharata Sturt
Asal tanaman jagung sendiri berasal dari kawasan Amerika Selatan yang
kemudian disebarkan ke kawasan Asia termasuh Indonesia sehingga dapat
dibudidayakan. Produktivitas jagung manis di indonesia rata-rata 8,31 ton/ha
dengan potensi hasil jagung manis dapat mencapai 14 – 18 ton/ha (Meriati, 2019).
Jagung manis sendiri memiliki kandungan yang bermanfaat bagi tubuh manusia.
Beberapa kandungan yang terdapat dalam jagung manis diantaranya: Vitamin C,
Vitamin B1, Kalsium, Protein, Karbohidrat, Fosfor dan masih banyak lagi lainya
(Budiman, 2015). Selain itu jagung manis juga berpotensi untuk menjadi makanan
pokok karna mengandung karbohidrat yang tinggi.
Jagung manis sendiri terdiri dari bagian akar, batang, daun dan saat sudah
memasuki fase generatif maka terdapat malai dan tongkol tongkol. Berikut adalah
morfologi dari tanaman jagung manis:
4
a. Akar
Kedalama akar jagung manis rata-rata dapat mencapai 2 m dan dapat meluas
kurang lebih 100cm . Akar-akar tersebut terdiri dari crown root yang berjumlah
20-30 akar yang kemudian pada bahian ujungnya tumbuh akar-akar lateral. Pada
bagian ujung akar lateral terdapat bulu-bulu akar yang berumur pendek.
e. Tongkol
Letak tongkol pada tanaman jagung berada diantara batang dan pelepah daun.
Dalam satu tanaman jagung dapat menghasilkan satu atau dua tongkol saja.
Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot dimana setiap tongkol terdiri atas
10-16 baris biji. Biji yang dihasilkan dari jagung manis mirip dengan kaca atau
seperti glassy serta mengandung pati yang rasanya manis.
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Manis
Agar jagung manis dapat tumbuh secara optimal maka salah satu syarat yang
harus terpenuhi adalah kondisi lingkungan temat tumbuh jagung manis sudah
sesuai. Jagung manis sendiri dapat tumbuh baik di dataran rendah atupun dataran
tinggi yang berkisar 0-1500 mdpl. Lahan yang dibutuhkan untuk pertumbuan
jagung manis adalah lahan terbuka tanpa naungan dan dapat terkena sinar
matahari penuh minimal selama 8 jam/hari. Untuk pH tanah yang baik bagi
tanaman jagung tanah berkisar antara 5,5-7 (Syukur dan Rifianto, 2013).
Suhu yang optimum untuk pertumbuhan tanaman jagung berkisar antara 21ºC
- 30ºC, apabila suhu terlalu tinggi pada saat proses perkecambahan maka akan
mengakibatkan embrio rusah. Curah hujan yang dibutuhkan untuk tanamn jagung
adalah 200mm/tahun hingga 2000mm/tahun (Falah, 2010). Selain itu tanah yang
digunakan untuk menanam jagung juga harus subur agar hasil produksi dapat
berjalan dengan baik karna tanaman jagung membutuhkan unsur hara utama (N,
P, K) yang cukup banyak.
2.3 Fase Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis
Pertumbuhan dan perkembangan jagung manis terdiri dari beberapa fase
hingga saat panen tiba. Menurut Rohman (2020) beberapa fase tersebut adalah:
a. Fase Perkecambahan
6
Dimana fase ini terjadi proses imbibisi dimana biji jagung menyerap air yang
diberikan sehingga mengaktifkan enzim-enzim untuk melakukan proses
metabolisme. Keberhasilan perkecambahan ditandai dengan pembengkakan biji
kemudian mulai muncul daun pertama.
b. Fase Vegetatif
Fase ini ditandai dari muali munculnya daun pertama yang terbuka sempurna
hingga kemuculan bunga jantan (tasseling) tetapi belum munculnya bunga betina.
Apabila proses vegetatif berjalan dengan baik dapat dilihat dari jumlah daun yang
terbentuk
c. Fase Reproduksi
Setelah bunga betina muncul maka tanaman jagung telah memasuki fase
reproduksi. Fase ini berlangsu dari munculnya bunga betina hingga masak benih.
Proses reproduksi dikatakan berhasil apabila bunga jantan dapat membuahi
bunga betina dan terjadinya proses pemasakan tongkol hingga dapat dipanen.
Selain pendapat diatas terdapat pendapat lain yang mengidentifikasikan fase
jagung sebagai berikut (Subekti et al., 2008):
a. Fase V3-V5
Dimana pada fase ini jumlah daun yang terbuka sempurna berkisar 3-5
helai. Fase ini terjadi saat umur tanaman jagung antara 10-18 hari setelah
berkecambah.
b. Fase V6-V10
Jumlah daun yang terbuka sempurna 6-10 helai. Umur jagung berkisar
antara 18-35 HST. Pada fase ini titik tumbuh sudah diatas permukaan
tanah kemudian perkembangan akar dan pemanjangan batang terjadi
dengan cepat.
c. Fase V11-Vn
Jumlah daun yang terbuka sempurna antara 11-15 helai. Fase ini terjadi
saat umur tanaman jagung 33-50 HST. Tanaman tumbuh dengan cepat dan
akumulasi bahan kering meningkat dengan cepat pula. Tanaman sangat
sensitif terhadap cekaman kekeringan pada fase ini.
7
d. Fase Tasseling
Fase ini biasanya terjadi saat umur tanaman jagung 45-52 HST ditandai
dengan adnya cabang terakhir dari bunga jantan sebelum muncul bunga
betina. Pada fase ini dihasilkan biomasa maksimum dari bagian vegetatif
tanaman yaitu sekitar 50% dari bobot kering tanaman.
e. Fase R1 ( silking)
Diawali dengan munculnya rambut dari dalam tongkol. Pada fase ini juga
terjadi mulai terjadi proses penyerbukan. Penyerbukan berhasil apabila
serbuk sari dari bunga jantan jatuh pada permukaan rambut tongkol yang
masih segar.
f. Fase R2 (blister)
Ditandai dengan rambut tongkol yang sudah kering dan berwarna gelap.
Fase ini juga menandakan bahwa proses penyerbukan berhasil. Kemudian
biji sudah mulai nampak dan berwarna putih.
g. Fase R3 (masak susu)
Fase ini menandakan pengisian biji yang semula cairan bening berubah
menjadi susu. Akumulasi pati pada setiap biji sangat cepat, warana biji
juga sudah mulai muncul.
h. Fase R4 (dough)
Separuh dari akumulasi bahan kering biji sudah terbentuk dan kadar air
dalam biji sudah menurun menjadi sekitar 70%.
i. Fase R5 (pengerasan biji)
Seluruh biji telah terbentuk sempurna, embrio sudah masak dan akumulasi
bahan kering biji akan segera terhenti kadar air dalam biji berkisar 55%
j. Fase R6 (masak fisiologis)
Pada fase ini biji-biji tongkol telah mencapai bobot kering maksimum.
Kadar air dalam biji pada fase ini berkisar antara 30-35%.
2.4 Pengaruh Varietas Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis
Pertumbuhan tanaman jagung manis dapat dipengaruhi oleh banyak hal mulai
dari pemberian unsur hara, keadaan lingkungan sekitar hingga pengaruh varietas
tertentu. Pada setiap penggunaan varietas yang berbeda akan menghasilkan
pertumbuhan yang berbeda pula. Pengaruh varietas pada saat fase vegetatif sangat
8
terlihat pada tinggi tanaman sedangkan untuk jumlah daun tidak terlalu
berpengaruh, dikarnakan tinggi tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik
(Khairiah et al, 2017). Didukung oleh pernyataan Nuning, (2011) bahwa pengaruh
varietas terhadap variabel pengamatan disebabkan karena perbedaan faktor
genetik yang dimiliki oleh masing-masing varietas jagung dan kemampuan
adaptasinya terhadap lingkungan.
Pertumbuhan tanaman jagung dan juga varietasnya sangat berhubungan
dimana semakin baik pertumbuhan tanaman dan juga varietas yang digunakan
merupakan varietas yang unggul maka hasil yang diperoleh juga semakin baik
(Mahdiannoor, 2014). Genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase
pertumbuhan yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang
mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keragaman
pertumbuhan tanaman.
2.5 Pengaruh Varietas Terhadap Hasil Tanaman Jagung Manis
Pengaruh berbagai varietas tidak hanya terjadi pada pertumbuhan tanaman
jagung saja akan tetapi juga mempengaruhi hasil produksi tanaman jagung itu
sendiri. Contoh pengaruh varietas pada fase generatif tanaman jagung adalah
waktu munculnya bunga, waktu panen serta besar dan berat tongkol yang
dihasilkan. Menurut pendapat Lakitan (2004), tanaman jagung akan
menghasilkan bunga jika mempunyai zat cadangan dan varietas yang digunakan
sudah baik. Bila varietas yang digunakan berasal dari varietas yang sama, maka
umur berbunga tidak berbeda karena tanaman yang berasal dari varietas yang
sama akan cenderung mempunyai sifat-sifat yang sama pula. Peralihan dari masa
vegetatif ke masa generatif sebagian ditentukan oleh faktor dalam seperti genetik
dan sebagian lagi oleh faktor luar seperti suhu dan intensitas cahaya.
Adanya bentuk-bentuk atau hal-hal yang sama dari suatu varietas tanaman
terjadi sebagai akibat dari faktor genetik dan tanggapannya terhadap tempat
tumbuhnya. Hasil ini sejalan dengan penelitian Syafruddin et. al., (2012) bahwa
bobot tongkol berkelobot, bobot tongkol tanpa kelobot, diameter tongkol tanpa
kelobot, serta panjang tongkol tanpa kelobot dipengaruhi oleh berbagai macam
varietas jagung manis.
9
3.3.2 Perawatan
Perawatan dilakukan dengan penyiraman air pada tanaman setiap hari pada
pagi atau sore hari. Penyiraman dilakukan hingga media tanam basah dan dirasa
sudah memenuhi kapasitas lapang. Selain penyiraman dilakukan pula pemupukan
dengan pupuk Urea, KCl dan SP36. Pemupukan dilakukan pada 1MST dan
5MST. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara ditugal yaitu membuat lubanga
tugalan ada sekitas akar tanaman sedalam 3-5cm (tidak terlalu dekat dengan
perakara) kemudian tutup kembali lubang dan berikan air secukupnya.
3.3.3 Pengamatan
Untuk pengamatan tinggi dan luas daun dilakukan mulai dari 1MST sampai
dengan 5MST. Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur panjang
tanaman dengan penggaris mulai dari pangkal batang hingga ujing titik tumbuh
tanaman jagung. Sedangkan luas daun diukur dengan menggunakan metode
Panjang x Lebar. Panjang daun diukur dari bagian pangkal daun hingga ujung
daun. Untuk lebar daun diambil bagian tengah daun. Selanjutnya pengamatan
bobot basah dan bobot kering tanaman seharusnya dilakukan setelah tanaman
panen. Pengamatan bobot basah dilkaukan dengan menimbang bobot tanaman
sesaat setelah dicabut dari tanah dan pengamatan bobot kering dilakukan setelah
tanaman dijemur selama 3 hari.
3.4 Parameter Pengamatan
3.4.1 Tinggi tanaman
Dalam melakukan pengamatan tinggi daun alat dan bahan yang digunakan
diantaranya: penggaris atau meteran yang dapat mencapai tinggi tanaman, alat
tulis yang digunakan untuk mencatat hasil pengamatan yang dilakukan dan
kamera ponsel untuk mendokumentasikan bukti pengamatan yang telah
dilakukan. Sementara itu bahan yang digunakan berupa tanaman jagung yang
berumur 7 HST pada setiap polybagnya. Pengukuran tinggi tanaman jagung
dilakukan setiap minggu pada hari selasa. Cara mengukur tinggi tanaman jagung
dari permukaan tanah sampai ujung titik tumbuh dengan satuan cm. Setelah
diketahui hasil setiap tanaman catat hasil dan dokumentasikan setiap pengukuran
yang dilakukan.
11
𝐿𝐷
ILD =
𝐽𝑇
Dimana:
LD = luas daun
JT = jarak tanam
3.4.5 Indeks Panen
Alat yang digunakan dalam pengamatan indeks panen diantaranya adalah
timbangan, gunting atau pisau, alat tulis dan kamera untuk dokumentasi.
Pengamatan indeks panen dilakukan paling akhir setelah tanaman sudah
memasuki masa panen. Cara yang dilakukan untuk mengukur indeks panen
pertama adalah memisahkan semua bagian tanaman dan dikumpulkan
berdasarkan bagianya masing-masing. Kemudian timbang bagian tanaman
tersebut satu persatu. Setelah diketahui hasil timbangan masing-masing, indeks
panen dapat dihitung menggunakan rumus:
𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑎 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑒𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠
HI =
𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Untuk tanaman yang hasil panennya berada dibawah tanah rumus yang dapat
digunakan untuk menghitung indeks panen adalah:
Dari hasil data pengamatan diatas dapat diketahui bahwa pada parameter
diameter tongkol, bobot tongkol segar dan bobot togkol kering bernilai 0. Hal
tersebut dikarnakan pada seluruh sampel tanaman jagung belum menghasilkan
tongkol sehingga parameter tersebut tidak dapat diamati. Sedangkan untuk
parameter bobot basah dan bobot kering didapatkan rata-rata dari keseluruhan
sampel yaitu 495 g dan 192,4g. Pengurangan bobot tanaman jagung manis yang
didapatkan setelah dilakuakan pengeringan yaitu sebesar 302,6 g. Dari data bobot
basah dan bobot kering juga dapat diketahui persen susut pengeringan yang
terjadi. Maka susut pengeringan yang terjadi pada rata-rata lima tanaman sampel
adalah sebesar 61,13%.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
semua tanaman sampel yang mengalami pertumbuhan tanaman yang normal
dilihat dari nilai tinggi rata-rata tanaman jagung yang terus bertambah setiap
minggunya. Pertumbuhan yanga paling pesat dialami saat umur tanaman 21 HST
hingga 35 HST dilihat dari tinggi tanaman yang paling banyak terjadi adalah pada
rentang waktu tersebut yaitu sebesar 10,1 cm. Begitu pula pada pertumbuhan
jumlah dau dari rata-rata pertambahan daun paling banyak terjadi adalah pada
masa tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan laju pertumbuhan tanaman jagung
terjadi secara cepat pada priode 21 HST bahkan masih bertambah dengan cepat
hingga 42 HST. Berdasarkan pendapat Nuning (2011) menyatakan bahwa pada
umur jagung antara 33-50 HST tanaman jagung memasuki fase jumlah daun
terbuka sempurna anatara 11-15 helai (V11-Vn) yang dicirikan tanaman tumbuh
dengan cepat dan akumulasi bahan kering meningkat dengan cepat pula.
Terjadinya peningkata tinggi tanaman juga akan menyebabkan bertambahnya
jumlah daun dikarnakan meningkatnya laju pertumbuhan seiring bertambahnya
umur dari tanaman tersebut, yang terjadi pada fase vegetatif. Akan tetapi pada saat
memasuki fase generatif peningkatan tinggi dan jumlah daun pada tanaman tidak
akan terjadi secara pesat kembali atau tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan
jumlah daun dalam satu tanaman ditentukan oleh sedikitnya primordia daun yang
terbentuk pada tanaman tersebut, sehingga daun suatu tanaman akan berkurang
jika perkembangannya tidak didukung oleh lingkungan yang memadai (Nugroho,
16
2015). Maka dari itu pada fase vegetatif kebutuhan hara dan air harus tersedia
dengan cukup agar pertumbuhan dapat tumbuh secara maksimal.
Luas daun dan nilai ILD diukur mulai dari 21 HST hingga 42 HST dimana
pada priode tersebut tanaman sedang mengalami pertumbuhan yang cepat maka
hasil yang didapatkan setiap minggunya juga cendrung mengalami perbedaan
yang signifikan. Luas daun dapat mempengaruhi hasil fotosintesis yang akan
dihasilkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman itu sendiri. Menurut
pendapat Mahdiannoor (2014) pertambahan luas daun berarti akan meingkatkan
pula penyerapan cahaya oleh daun dimana dibutuhkan dalam proses fotosintesis.
Daun sendiri merupakan tempat terjadinya fotosintesis sangat menentukan
penyerapan dan perubahan energi cahaya baik dalam masa pertumbuhan tanaman
ataupun pada saat pembentukan biji dan hasil panen. Pengukuran daun dibutuhkan
untuk melihat pertumbuhan dan kinerja fisiologis dari suatu tanaman, dimana
jumlah dari luas daun menjadi penentu utama kecepatan pertumbuhan (Lestari et
al., 2012).
Selain luas daun juga terdapat Indeks Luas Daun (ILD) yang merupakan
salah satu parameter yang berfungsi untuk menghitung banyaknya radiasi
matahari yang diserap daun untuk proses fotosintesis yang nantinya akan
menentukan biomassa tanaman. ILD juga dapat diartikan sebagai rasio antara luas
daun dan luas tanah yang ternaungi. Menurut pendapat (Rachmadhani et al.,
2018) semakin tinggi nilai luas daun akan menyebabkan nilai indeks luas daun
yang dihasilkan juga meningkat. Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil
pengamatan yang didapatkan dimana peningkatan luas daun berbanding lurus
dengan nilai ILD. Indeks luas daun yang terlalu tinggi akan berakibat daun bagian
bawah menjadi ternaungi oleh daun pada bagian atas. Akibatnya daun yang
ternaungi tidak dapat berotosintesis dengan maksimal, sehingga untuk memenuhi
kebutuhannya dalam respirasi daun tersebut akan mengambil hasil fotosintesis
dari daun di atasnya (Syahirul et al., 2017).
Data yang didapatkan dari parameter hasil menunjukan untuk semua
parameter tongkol yaitu 0. Hasil tersebut didapatkan akibat tidak adanya tongkol
yang dihasilkan selama masa penanaman jagung manis. Hal tersebut dapat terjadi
karna beberapa alasan, menurut pendapat Lorenza et al (2016) menyatakan bahwa
17
pada fase generatif tanaman jagung manis akan sangat rentan terhadap cekaman
kekeringan dan asupan unsur hara. cekaman fisiologis pada awal fase generatif
akan menunda proses pembentukan bunga betina (rambut tongkol). Hal ini
disebabkan pada fase generatif merupakan fase terlemah tanaman jagung terhadap
cekaman karena pada masa ini tanaman jagung sedang mengumpulkan energi
yang cukup untuk membentuk organ generatif dan penyimpanan makanan.
Untuk parameter berat basah tanaman didapatkan dari hasil tanaman saat baru
saja dipanen sebelum tanaman kehilangan kadar air, berat basah tanaman juga
dapat menunjukan hasil aktivitas metabolik tanaman itu sendiri. Pemberian unsur
hara yang cukup sangat berpengaruh pada bobot basah ini apabila unsur hara
terpenuhi bagi tanaman maka fotosisntesis dapat berjalan optimal dan biomassa
tanaman tersebut juga akan berpengaruh (Harjadi, 2007). Tanaman yang
kekurangan unsur hara akan mengalami hambatan dalam pembentukan hijau daun
yang sangat berperan dalam fotosintesis, sehingga pembentukan karbohidrat yang
berfungsi untuk energi dan pembentukan sel bagi pertumbuhan tanaman menjadi
kurang akibatnya bobot basah tanaman menjadi rendah serta tanaman akan
mengalami pertumbuhan yang lambat.
Berat kering tanaman juga menunjukan status nutrisi yang diserap tanaman
dan merupakan salah satu indikator yang dapat menentukan baik tidaknya suatu
pertumbuhan tanaman. Pada pengamatan berat kering tanmana jagung manis
seharusnya dilakukan menggunakan oven tetapi pada praktikum kali ini dilakukan
hanya dengan penjemuran maka dari itu hasil yang didapatkan kemungkinan
kurang maksimal. Berdasarkan pernyataan Syafruddin et al (2012) semakin baik
pertumbuhan tanaman maka berat kerung yang dimiliki oleh tanaman tersebut
semakin meningkat. Hasil berat kering yang didapatkan pada praktikum kali ini
masih dapat dikatakan baik karna hasil masih dapat dikatakan besar dari berat
basah yang dihasilkan. Hal tersebut menandakan fotosintesis berjalan dengan baik
sehingga meningkatkan hasil fotosintat yang ada pada seluruh bagian tanaman.
Hasil tersebut sejalan dengan pendapat Nurdin (2011) yang menyatakan bahwa
peningkatan proses fotosintesis akan meningkatkan pula hasil fotosintesis berupa
senyawa- senyawa organik yang akan ditranslokasikan ke seluruh organ tanaman
dan berpengaruh terhadap berat kering tanaman.
18
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan tanaman jagung manis yang ditanam mengalami pertumbuhan yang
baik pada fase vegetatif. Dimana tinggi tanaman mengalami peningkatan setiap
minggunya dan pada 21-35 HST tanaman jagung manis mengalami pertumbuhan
yang pesat. Sedangkan pada fase generatif tanaman sedikit mengalami gangguan
dalam kemunculan bunga betina sehingga pada 49 HST belum terbentuknya
tongkol bahkan muncul bunga betina. Hal tersebut dapat disebabkan karna pada
fase generatif terjadi cekaman kekeringan ataupun kurangnya unsur hara bagi
tanaman.
Untuk hasil bobot basah dan bobot kering mengalami penuruan kurang lebih
sebesar 303g. Hasil bobot kering menunjukan status nutrisi yang diserap
tanaman dan merupakan salah satu indikator yang dapat menentukan baik
tidaknya suatu pertumbuhan tanaman. Dari hasil yang didapatkan dari
pengamatan berat kering yang didapatkan masih dapat dikatakan baik karna hasil
masih dapat dikatakan besar dari berat basah yang dihasilkan. Hal tersebut dapat
dikatakan pertumbuhan berjalan dengan baik karna semakin baik pertumbuhan
tanaman maka berat kerung yang dimiliki oleh tanaman tersebut semakin
meningkat.
5.2 Saran
Untuk saran selanjutnya agar dapat diketahui lebih lanjut mengenai laju
pertumbuhan tanaman dapat diberikan perlakuan tertentu yang berbeda agar hasil
dapat dibandingkan dan diketahui perlakuan mana yang lebih baik bagi laju
pertumbuhan tanaman tersebut.
19
DAFTAR PUSTAKA
Budiman. H. 2015. Sukses Bertanam Jagung Komoditas Pertanian yang
Menjanjikan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Carolina De Oliveira Bernardes, Camila Aparecida Da Silva Martins, Flávio
Santos Lopes, Maria José Reis Da Rocha, Talita Miranda, and Teixeira Xavier.
2011. Leaf area, leaf area index and light extinction coefficient for taro culture.
Enciclopédia Biosfera, Centro Científico Conhecer - Goiânia, 7(12):1‒9.
Falah, R. N. 2010. Budidaya Jagung Manis. Balai Besar Pelatihan Pertanian.
Lembang.
Harjadi S.S. 2007. Pengantar agronomi. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama
Indradewa. D. L. dan R. Rogomulyo. 2012. Gulma di Pertanaman Padi (Oryza
sativa L) Konvensional, Transisi Dan Organik. Ilmu-Ilmu Pertanian. 1-13.
Jurhana, U. M, Ichwan M. 2017. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis
(Zea mays L. saccharata Sturt) Pada Berbagai Dosis Pupuk Organik. Jurnal
Agrotekbis. 5 (3) : 324 - 328.
Khairiyah, S. Khadijah, M. Iqbal, S. Erwan, Norlian dan Mahdiannoor. 2017.
Pertumbuhan Dan Hasil Tiga Varietas Jagung Manis (Zea mays saccharata
Sturt) Terhadap Berbagai Dosis Pupuk Organik Hayati Pada Lahan Rawa
Lebak. Jurnal Ziraa’ah. 42(3): 230-240
Lakitan, B . 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Lestari, I. D., A. Haris dan S. Numba. 2012. Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman
Jagung Prolifik Pada Berbagai Jarak Tanam Dalam Baris Dengan Sistem
Tanam Jajar Legowo. Jurnal Agrotek. 4(1): 13-23
Lorenza, E., Chozin, M. dan Setyowati, N. 2016. Hubungan antar sifat jagung
manis yang dibudidayakan secara organik. Akta Agrosia, 19(2), 129-138
Mahdiannoor. 2014. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays
L. Var. Saccharata) dengan Pemberian Pupuk Hayati pada Lahan Rawa
Lebak. Jurnal Ziraa’ah. 39(3): 81-92.
Manshuri, A. G., N. Nugrahaeni dan D. Harnowo. 2015. Ideotipe Tanaman
Kedelai Genjah Berdaya Hasil Tinggi. Prosiding Seminar Hasil Penelitian
Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2015. 127-128pp.
Meriati. 2019. Pertumbuhan Dan Hasil Jagung Manis (Zea mays sacharata) Pada
Pertanian Organik. Jurnal Embrio. 11(1): 87-91
Mubarak, S dan T. June. 2017. Efisiensi Penggunaan Radiasi Matahari dan
Respon Tanaman Kedelai (Glycine max L.) terhadap Penggunaan Mulsa
Reflektif. J. Agron. Indonesia. 46(3): 247-253.
Nugroho, W. S. 2015. Penetapan Standar Warna Daun sebagai Upaya Identifikasi
Status Hara (N) Tanaman Jagung (Zea Mays L.) pada Tanah Regosol. Plant
Tropika Journal of Agro Science. 3(1): 8-15
20
LAMPIRAN
Jumlah daun
Hari Setelah Tanam
7 14 21 35 42
Sampel 1 2 4 4 4 5
Sampel 2 2 3 4 7 6
Sampel 3 2 4 5 5 7
Sampel 4 3 4 4 7 7
Sampel 5 2 4 4 5 5
Rata-rata 2,2 3,8 4,2 5,6 6
Luas daun
Hari Setelah Tanam
7 14 21 35 42
Sampel 1 - - 72,37 105,58 280,32
Sampel 2 - - 61,22 237,57 321,93
Sampel 3 - - 78,95 157,89 260,97
Sampel 4 - - 66,7 239,4 341,64
Sampel 5 - - 72,37 115,13 293,09
Rata-rata - - 70,322 171,114 299,59
Selasa,
Persiapan
1 2 Maret
penanaman
2021
Selasa,
Pengamatan 7
2. 9 Maret
HST
2021
Selasa,
16 Pengamatan
3.
Maret 14 HST
2021
26
Selasa,
23 Pengamatan
4.
Maret 21 HST
2021
Selasa,
30 Pengamatan
5.
Maret 28 HST
2021
Selasa,
Pengamatan
6. 6 April
35 HST
2021
27
Kamis,
Waktu
7 13 Mei
muncul malai
2021
Selasa,
Pengamatan
8 25 Mei
Bobot Basah
2021
Sabtu,
Pengamatan
9 29 Mei
Bobot Kering
2021
28
29
Perhitungan ILD
a. Polybag 1 78,95
=
𝐿𝐷 15𝑥15
ILD =
𝐽𝑇 = 0,35
72,37 d. Polybag 4
= 𝐿𝐷
15𝑥15
ILD =
= 0,32 𝐽𝑇
b. Polybag 2 66,70
=
𝐿𝐷 15𝑥15
ILD =
𝐽𝑇 = 0,30
61,22 e. Polybag 5
= 𝐿𝐷
15𝑥15
ILD =
= 0,23 𝐽𝑇
c. Polybag 3 72,37
=
𝐿𝐷 15𝑥15
ILD =
𝐽𝑇 = 0,32
28 HST
Perhitungan Luas Daun
a. Polybag 1 c. Polybag 3
LD = PxLxK LD = PxLxK
=51,5 x 4 x 0,731 =48 x 4,5 x 0,731
= 150,58 = 157,89
b. Polybag 2 d. Polybag 4
LD = PxLxK LD = PxLxK
=50 x 6,5 x 0,731 = 65,5x 5 x 0,731
= 237,57 = 239,40
30
e. Polybag 5
LD = PxLxK
=45 x 3,5 x 0,731
= 115
Perhitungan ILD
f. Polybag 1 157,89
=
𝐿𝐷 15𝑥15
ILD =
𝐽𝑇 = 0,70
150,58 i. Polybag 4
= 𝐿𝐷
15𝑥15
ILD =
= 0,66 𝐽𝑇
g. Polybag 2 239,40
=
𝐿𝐷 15𝑥15
ILD =
𝐽𝑇 = 1,06
237,57 j. Polybag 5
= 𝐿𝐷
15𝑥15 ILD =
= 1,05 𝐽𝑇
h. Polybag 3 115,13
=
𝐿𝐷 15𝑥15
ILD =
𝐽𝑇 = 0,51
35 HST
Perhitungan Luas Daun c. Polybag 3
a. Polybag 1 LD = PxLxK
LD = PxLxK = 65 x 5,5 x 0,731
= 64 x 6 x 0,731 = 260, 97
= 280,32 d. Polybag 4
b. Polybag 2 LD = PxLxK
LD = PxLxK = 78 x 6 x 0,731
= 63 x 7 x 0,731 = 341,64
= 321,93 e. Polybag 5
LD = PxLxK
=73 x 5,5 x 0,731
= 293,09
31
Perhitungan ILD
a. Polybag 1
𝐿𝐷
ILD =
𝐽𝑇
280,32
=
15𝑥15
= 1,24
b. Polybag 2
𝐿𝐷
ILD =
𝐽𝑇
321,93
=
15𝑥15
= 1,43
c. Polybag 3
𝐿𝐷
ILD =
𝐽𝑇
260,97
=
15𝑥15
= 1,15
d. Polybag 4
𝐿𝐷
ILD =
𝐽𝑇
341,64
=
15𝑥15
= 1,51
e. Polybag 5
𝐿𝐷
ILD =
𝐽𝑇
293,09
=
15𝑥15
= 1,06
32