DISUSUN OLEH:
KELAS :H
KELOMPOK : H2
2019
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
DASAR ILMU TANAH
DI UB FOREST DUSUN SUMBERSARI, DESA TAWANG ARGO,
KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG
Disusun Oleh :
Laporan ini telah dikonsultasikan dan tidak ada unsur kecurangan. Jika asisten
penguji menemukan kecurangan akan mendapatkan nilai 0
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Laporan
Akhir Praktikum Dasar Ilmu Tanah” dapat berjalan dengan lancar dan
terselesaikan dengan baik. Laporan ini di susun untuk melengkapi tugas akhir
praktikum dan memenuhi syarat untuk dapat mengikuti ujian akhir praktikum.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Diantaranya
adalah :
1. Orang tua selalu mendukung penulis dalam menyelesaikan laporan.
2. Novandi selaku asisten praktikum mata kuliah Dasar Ilmu Tanah.
3. Teman-teman H2 yang selalu memotivasi.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih banyak
kekurangannya. Untuk itu, saran dan kritik akan penulis terima untuk evaluasi.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Malang, 2 Mei 2019
Penulis
iii
iv
DAFTAR ISI
iv
v
DAFTAR TABEL
v
1
1. PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
Tujuan praktikan dalam fieldtrip dasar ilmu tanah adalah sebagai berikut
untuk sarana untuk memahami keadaan fisiografis, morfologi tanah, pengukuran
tingkat erosi tanah, pengukuran biodiversitas tanah, defisiesi hara, memahami
sifat fisik, biologi, dan kimia tanah pada daerah tersebut, serta perbandingan sifat
fisik, biologi, dan kimia tanah pada masing-masing penggunaan lahan.
1.3 Manfaat
Manfaat fieldtrip yang telah dilakukan adalah untuk mengetahui keadaan
fisiografis, morfologi tanah, pengukuran tingkat erosi tanah, pengukuran
biodiversitas, defisiesi hara, memahami sifat fisik, biologi, dan kimia tanah pada
daerah tersebut serta perbandingan sifat fisik, biologi, dan kimia tanah pada
masing-masing penggunaan lahan.
2
3
2. METODE PELAKSANAAN
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
9
10
10
11
11
12
• Struktur tanah
Pengamatan struktur tanah dilakukan dengan cara mengambil sampel
tanah pada daerah tersebut. Mematahkan tanah menjadi dua bagian.
Menentukan struktur tanah dengan melihat bagian tanah dari satu sisi.
Mengidentifikasi struktur tanah dan dokumentasikan.
• Tekstur tanah
Pengamatan tekstur tanah yang dilakukan pertama adalah
menyiapkan alat dan bahan. Mengambil sampel tanah. Menentukan tekstur
tanah dengan metode feeling. Mengidentifikasi tekstur tanah dan
dokumentasikan.
• Konsistensi tanah lembab
Pengamatan konsistensi tanah lembab yang dilakukan pertama
adalah menyiapkan alat dan bahan. Mengambil agregat tanah.
Menambahkan air
pada agregat tanah sampai lembab. Merasakan agregat tanah dan
merasakan konsistensi lembab tanah tersebut. Mencatat hasil pengamatan.
• Konsistensi tanah basah
Pengamatan konsistensi tanah basah yang dilakukan pertama adalah
menyiapkan alat dan bahan. Mengambil agregat tanah. Menambahkan air
pada agregat tanah sampai basah. Memijat tanah dengan jari, mersaakan
kelekatan dengan menempel dan melepas ibu jari dan telunjuk. Mencatat
hasil pengamatan.
• Permeabilitas dan Drainase
Permeabilitas dan drainase dilakukan dengan cara menyiapkan alat
dan bahan. Mencari lokasi tanah yang cukup datar dan tidak terinjak oleh
manusia. Membersihkan tanah dari vegetasi dan seresah yang berada
diatasnya. Menuangkan air diatas permukaan tanah tersebut secukupnya.
Amati berapa lama air tersebut diserap oleh tanah. Menuangkan air diatas
permukaan tanah. Mengamati lamanya air mengalir diatas tanah.
Mengidentifikasi dan mencatat hasil pengamatan.
• Pengambilan sampel tanah utuh
Pengambil sampel tanah utuh dilakukan dengan cara menyiapkan alat
dan bahan. Menekan ring sampel dengan balok penekan hingga tanah
memasuki ring sampel. Meletakkan ring master diatas ring sampel. Menekan
ring dengan balok penekan dan palu hingga tanah terisi hingga setengah ring
12
13
13
14
penduduk yang ada pada suatu wilayah, karena manusia membutuhkan lahan
untuk memenuhi kebutuhan hidup (Zamroh,2014). Penggunaan lahan
dikelompokkan menjadi dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian
dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian antara lain
penggunaan lahan sebagai tegalan, sawah, kebun, padang rumput, hutan, dan
padang alang-alang. Penggunaan lahan bukan pertanian antara lain penggunaan
lahan sebagai kota atau desa (pemukiman), industri, rekreasi, dan pertambangan
(Arsyad,2006).
Berdasarkan hasil pengamatan fieldtrip, penggunaan lahan di Dusun
Tawang Agro,Kecamatan Karangploso,Kabupaten Malang antara lain sebagai
agroforestri (penggunaan lahan yang mengkombinasikan pepohonan dengan
tanaman pertanian) ada titik 1, tanaman budidaya cabai pada titik 2 ,dan hutan
produksi pada titik 3.
14
15
15
16
16
17
Pada sub titik ketiga tidak di temukan vegetasi pada frame 1 maupun
frame ke dua. Untuk seresah dari kedua frame banyak dijumpai seresah berupa
daun-daun dan ranting-ranting. Makroorgnisme yang di temukan pada frame
pertama di antaranya cacing berjumlah 1 dan ulat tanah berjumlah 1 sedangkan
pada frame kedua kami tidak menemukan makroorganisme. Kascing tidak
ditemukan pada titik ke 3.
Pada lahan hutan produksi komunitas tanaman yang terdapat di
dalamnya tergolong banyak sehingga hal ini berpenaruh terhadap keberadaan
makrofauna tanah. Rana et al., (2006) menyatakan keanekaragaman komunitas
tanah sedikitnya ditentukan dengan menanam keanekaragaman komunitas.
Tabel 4. Indikator Kesehatan Tanah
No. Tanaman Gejala Kelebihan/Keku
rangan Unsur
Sub titik 1
1. TanamanJahe Ujung daun Kekurangan N
menguning
2. Tanaman Kopi Pinggir daun kuning Kekurangan K
3. TanamanJahe Pinggir daun kuning Kekurangan K
Sub titik 2
1. Cabai Batang layu
2. Ujung daun kuning Kurang nitrogen
3. Pinggir daun kuning Kurang kalium
Sub titik 3
1. Tanaman belum diidentifikasi Ujung daun kuning Kekurangan N
2.
Pada pengamatan defisiensi unsur hara yang dilakukan pada sub titik
pertama, tepatnya pada lahan tanaman agroforestri, di lahan tersebut ditemukan
adanya tanaman jahe, kopi. Hasil pengamatan pada tanaman jahe ditemukan
bahwa tanaman tersebut kekurangan unsur hara N. Hal ini ditandai dengan
sebagian permukaan daunnya yang berwarna kuning. Sedangkan pada tanaman
kopi menunjukan tanaman tersebut kekurangan unsur hara K yang ditandai
dengan sebagian pinggir daunnya berwarna kuning.
Lalu pada pengamatan defisiensi unsur hara yang dilakukan pada sub
titik kedua tepatnya pada lahan semusim. Terdapat tanaman cabai di lahan ini.
Pada tanaman cabai ditemukan adanya kekurangan unsur hara N dan K yang
17
18
ditampakkan oleh daun tanaman cabai itu bahwa daun cabai itu berwarna kuning
pada sebagian permukaan daun. Begitu juga dengan kekurangan unsur hara K
yang ditampakkan adalah warna kuning pada tepi permukaan daun cabai.
Selanjutnya adalah hasil pengamatan pada sub titik ketiga, tepatnya pada
lahan hutan produksi, di lahan hutan produksi tersebut ditemukan tanaman
pisang Hasil pengamatan pada tanaman pisang ditemukan bahwa tanaman
tersebut kekurangan unsur hara N. Hal ini ditandai dengan terdapatnya warna
kuning pada ujung daun dan setengah permukaan daun.
Tabel 5. Pengamatan Erosi
Erosi Tingkat Deskripsi dan Upaya Pengendalian
Sub Titik 1
Longsor Sedang Penanaman tanaman
Percikan Sedang Mengoptimalkan drainase
Sub Titik 2
Percikan Rendah Mengoptimalkan drainase
Sub Titik 3
- - -
- - -
Hasil pengamatan erosi pada titik 1 terdapat erosi longsor dan percikan
dengan tingkat sedang. Pada titik ke dua terdapat erosi percikan dengan tingkat
erosi rendah, sedangkan pada sub titik 3 tidak ditemukan erosi.
Tabel 6. Pengamatan Sifat Fisika Tanah
1. Tabel pengamatan Sifat Fisik
No Sifat Fisik Keterangan
Lereng 12% Penggunaan Lahan
Sub Titik 1
Penggunaan Lahan Agroforesti
1. Struktur Gumpal Membulat
2. Tekstur Lempung Berdebu
3. Konsistensi Tidak lekat, tidak
18
19
membentuk cincin,
hancur
4. Permeabilitas Cepat
5. Drainase Cepat
6. Berat Isi dan Berat Jenis
Sub titik 2
Penggunaan LahanSemusim
1. Struktur GumpalMembulat
2. Tekstur LempungBerdebu
3. Konsistensi Tidaklekat,
tidakmembentukcincin,
hancur
4. Permeabilitas Cepat
5. Drainase Cepat
6. Berat Isi dan Berat Jenis
Sub Titik 3
Penggunaan Lahan Hutan Produksi
1. Struktur Gumpal Membulat
2. Tekstur Lempung Berdebu
3. Konsistensi Tidak Lekat, agak Plastis
4. Permeabilitas Sedang
5. Drainase Lambat
6. Berat Isi dan Berat Jenis
Pada pengamatan sifat fisik pada sub titik 1 , tepatnya pada lahan
tanaman agroforestri menunjukan bahwa tanah memiliki struktur gumpal
membulat dan bertekstur lempung berdebu. Konsistensi tanah yaitu tidak lekat,
tidak membentuk cincin dan hancur. Permeabilitasnya cepat serta drainase
cepat.
Tanah pada sub titik 2 yaitu lahan semusim diketahui struktur tanah
gumpal membulat dan bertekstur lempung berdebu. Konsistensi tanah tidak
lekat, tidak membentuk cincin, dan hancur. Permeabilistas cepat dan berdrainase
cepat.
Pada sub titik 3 yaitu hutan produksi tanah berstruktur gumpah membulat
dan teksturnya lempung berdebu. Konsistensi tidak lekat, dan agak plastis.
19
20
permeabilitas dan drainasenya tidak sama dengan sub titik 1 dan 2 yaitu
permeabilitas sedang dan drainase lambat.
Tabel 7. Pengamatan Pedologi
Table 7.1 Pengamatan Fisiografi
Daerah Survei UB Forest
Pemeta Thoriq, dkk
Tanggal 27 April 2019
Fase:
Lereng
Fisiografi/ wujud
gunung
lahan
arjuna
Bahan induk Abu vulkan
QVAW
(Quarter
Formasi geologi
Volcan Arjuno
Welirang)
Koordinat Zona UTM 49
geografi S
Dusun Sumbersari
Desa Tawang Argo
Kecamatan Karang ploso
Kabupaten Malang
Provinsi Jawa Timur
Stasiun iklim Karang ploso
Relief makro Berombak Lereng: 12%
Relief mikro Teras
Lereng Tunggal
Kemiringan 15%
Aliran permukaan Lambat
Drainase alami 6-cepat
Permeabilitas Cepat
Genangan/banjir Tanpa
Pengelolaan air Irigasi
Erosi Permukaan Kelas: ringan
Bahaya erosi Ringan
20
21
Vegetasi dan
penggunaan Semak
lahan
Vegetasi alami:
Dominan Pinus, kopi
Pisang,
Spesifik Singkong,
Talas
Rezim suhu
Rezim lengas
Udic tanah:
tanah
isohipotermik
System irigasi Tadah hujan
21
22
22
23
4. Permeabilitas Cepat
5. Drainase Cepat
6. Berat Isi dan Berat Jenis
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada titik satu yaitu agroforestri,
dapat disimpulkan bahwa struktur tanah agroforestri adalah gumpal membulat
dan diketahui menggunakan metode kualitatif yaitu melihat bentuknya secara
langsung. Tekstur tanah agroforestry adalah pasir lempung berdebu dan
diketahui menggunakan metode feeling. Konsistensi tanah agroforestry adalah
tidak lekat dan tidak plastis, dengan pengamatan dilakukan dengan metode
kualitatif. Permeabilitas tanah agroforestry cepat dan drainase juga cepat.
Sub titik 2
Penggunaan Lahan Semusim
1. Struktur Gumpal
Membulat
2. Tekstur Lempung
Berdebu
3. Konsistensi Tidak lekat, tidak
membentuk
cincin, hancur
4. Permeabilitas Cepat
5. Drainase Cepat
6. Berat Isi dan Berat Jenis
23
24
Sub Titik 3
Penggunaan Lahan Hutan Produksi
1. Struktur Gumpal Membulat
2. Tekstur Lempung Berdebu
3. Konsistensi Tidak Lekat, agak Plastis
4. Permeabilitas Sedang
5. Drainase Lambat
6. Berat Isi dan Berat Jenis
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hal-hal
berikut. Tanah yang diamati adalah tanah hutan produksi. Struktur tanah hutan
produksi adalah gumpal membulat dan diketahui menggunakan metode kualitatif
yaitu melihat bentuknya secara langsung. Tekstur tanah hutan produksi adalah
lempung berpasir dan diketahui menggunakan metode feeling. Konsistensi tanah
hutan produksi agak lekat dan tidak plastis, dengan pengamatan dilakukan
dengan metode kualitatif. Permeabilitas tanah hutan produksi sedang dan
drainase lambat.
3.2.2 Perbandingan Antara Sifat Kimia Tanah pada Ketiga Penggunaan Lahan
Menurut Febriana (2009), gejala defisiensi unsur hara adalah tanda-tanda
yang diperlihatkan oleh tanaman sebagai akibat kekurangan salah satu atau
lebih unsur hara. Defisiensi unsur hara antara lain disebabkan oleh pemupukan
yang dilakukan sebelumnya tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman. tanaman
yang mengalami defisiensi unsur hara memperlihatkan kelainan pada bagin yang
mengalami kekurangan salah satu atau lebih unsur hara tersebut, misalnya pada
daun, muncul bercak-bercak.
3.2.2.1 Agroforestri
Pada pengamatan yang dilakukan di lahan agroforestri yang ditanami
tanaman kopi dan jahe ditemukan adanya lahan kekurangan unsur N dan unsur
K. Data ini didapatkan berdasarkan ciri-ciri pada tanaman kopi yang didapati
beberapa daunnya berwarna kuning dipinggiran daun bila kekurangan unsur K.
Sedangkan pada tanaman jahe ditemukan adanya kekurangan unsur K dan
unsur N yang ditampakkan daun tanaman jahe itu bahwa daunnya berwarna
kuning pada sebagian permukaan daun.
3.2.2.2 Musiman
Pada lahan musiman ditemukan adanya tanah pada tanaman cabai yang
kekurangan unsur K dan unsur N. Data ini didapatkan berdasarkan ciri-ciri pada
24
25
tanaman cabai yang didapati beberapa daunnya berwarna kuning dipinggir daun
bila kekurangan unsur K dan daun yang menguning bila kekurangan unsur N.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Kementrian Pertanian (2015) bahwa gejala
dari tanaman yang kekurangan unsur K akan menunjukkan gejala berupa daun
berbintik kuning cokelat, atau terjadi khlorosis. Pada daun bagian bawah, daun
berwarna kuning membentuk V terbalik. Bagian pinggir daun biasanya berwarna
cokelat seperti terbakar, tapi tulang daun tetap hijau.
3.2.2.3 Hutan Produksi
Pada pengamatan yang dilakukan di hutan produksi yang ditanami
tanaman bayam belanda ditemukan adanya lahan yang kekurangan unsur N.
Data ini didapatkan berdasarkan ciri-ciri pada tanaman bayam belanda yang
didapati beberapa daunnya berwarna kuning pada ujung daun dan setengah
permukaan daun.
3.2.3 Perbandingan Antara Sifat Biologi Tanah pada Ketiga Penggunaan Lahan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada Sub Titik 1,2
dan 3, ditemukan bahwa penggunaan lahan untuk masing masing titik memiliki
fungsi yang berbeda. Untuk Sub Titik 1 penggunaan lahannya sebagai lahan
agroforestry, lalu Sub Titik 2 jenis penggunaan lahannya ialah sebagai lahan
semusim, dan untuk Sub Titik 3 penggunaan lahannya sebagai lahan hutan
produksi. Pada Sub Titik 1 vegetasi yang didapatkan adalah tanaman kopi dan
jahe yang berjumlah banyak pada frame 1 dan 2, sedangkan untuk Sub Titik 2
didominasi oleh tanaman caba. Untuk Sub Titik 3 tidak terdapat vegetasi apapun.
Selanjutnya menurut Pratiwi dan Mulyanto (2002) bahwa penyebaran tumbuhan,
jenis tanah, dan iklim harus dipertimbangkan sebagai bagian dari ekosistem yang
terintegrasi. Dengan demikian keragaman vegetasi sangat ditentukan oleh faktor-
faktor tersebut.
Kemudian untuk sifat biologi lainnya ialah seresah, pada Sub Titik 1
lahan agroforesty seresah nekromas yang ditemukan berjumlah sedang dan
seresah nekromass sedikit, lalu di Sub Titik 2 pada lahan semusim seresah
understory yang ditemukan berjumlah sedikit dan biomass berjumlah sedikit.
Sedangkan di Sub Titik 3 pada lahan hutan produksi, seresah biomass berjumlah
banyak, kemudian seresah nekromas dan understory berjumlah sedang. Pada
pengamatan yang telah kita lakukan, diketahui bahwa seresah yang paling
banyak yaitu pada lahan hutan produksi. Hutan produksi memiliki kondisi fisik
lingkungan yang alami sehingga menghasilkan seresah yang banyak. Hal ini
25
26
sesuai dengan pernyataan menurut Hairah , dkk (2004) bahwa lapisan seresah
yang tebal pada suatu lahan, merupakan jaminan bagi perbaikan kondisi fisik
tanah.
Sifat biologi selanjutnya adalah makroorganisme. Pada Sub Titik 1 yaitu
lahan agroforesty tidak ditemukan makroorganisme, sedangkan yang ditemukan
pada Sub Titik 2 yang merupakan lahan pengelolaan musiman adalah larva uret
3 buah, cacing, kumbang tanah dan belatung. Sub titik 3 dengan lahan hutan
produksi ditemukan makroorganisme cacing dan ulat tanah. Perbedaan sistem
pengelolaan lahan akan mempengaruhi biodiversitas makrofauna tanah. Terlihat
dari perbandingan jumlah spesies disetiap pengelolaan lahan. Menurut Sari
(2011) keanekaragaman makrofauna dan mesofauna tanah lebih tinggi pada
sistem tumpangsari. Sedangkan pada tanah dengan intensitas pengelolaan
rendah didapatkan jenis spesies yang lebih banyak ,sejalan dengan penyataan
Makalew (2001) bahwa agroekosistem tanpa olah tanah (TOT) cendrung
memiliki lebih banyak pengaruh positif terhadap keanekaragaman biota tanah
dibandingkan dengan pengelolaan tanah. Untuk sifat biologi yang terakhir ialah
kascing, tetapi pada setiap Sub Titik 1, 2, 3 tidak ditemukan sama sekali karena
ada kesalahan teknis dari tim pengamat, yakni tim pengamat tidak mengetahui
wujud asli dari kascing dan juga tim pengamat tidak mengetahui letak kascing
pada plot.
3.2.4 Pengamatan Pedologi
a. Fisiografi Lahan
Pengamatan fisiografi dilakukan dengan mengamati kondisi
landskap lahan yang bertujuan untuk mengetahui gambaran, relief dan
jenis dari lahan tersebut. Setelah itu melakukan pengukuran kemiringan
suatu lahan meggunakan klinometer. Klinometer harus digunakan dengan
tata cara yang benar, saat penggunaan klinometer posisinya harus sejajar
dengan ketinggian tubuh objek. Pengamatan selanjutnya yaitu mengamati
aliran permukaan pada lahan, darinase alami, permeabilitas,
genangan/banjir, pengelolaan air, erosi, bahaya erosi, kontak, padas, dan
keadaan permukaan. Setelah melakukan pengamtan tersebut,
selanjutnya mengamati vegetasi yang berada pada lahan dengan
mengidentifikasi alami yang dominan yaitu vegetasi yang berada pada
lahan lainnya serta vegetasi spesifik yaitu vegetasi yang berada pada plot
26
27
27
28
28
29
HORIZON
29
30
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tingkat degradasi lahan, terutama dari segi erosi tanah sangat erat
kaitannya dengan sifat fisik dari tanah tersebut, terkait tekstur, struktur,
konsistensi, jenis tanah dan faktor lainnya, khususnya penggunaan lahan. Pada
area UB Forest sebagai tempat pengamatan didapatkan bahwa tingkat erosi
yang rata-rata berasal dari air hujan berbeda disetiap penggunaan lahannya.
Dimana jenis penggunaan sebagai lahan pertanian menunjukkan defisiensi unsur
hara yang terbesar, dan lahan dengan jenis penggunaan sebagai hutan
menunjukkan defisiensi unsur hara yang minim. Begitu pula halnya dengan
aspek biologi dimana jenis penggunaan lahan yang kemudian berpengaruh
terhadap siklus dan ketersediaan unsur hara atau bahan organik tanah juga
berpengaruh nyata dengan adanya biota dalam tanah.
4.2 Saran
Rekomendasi yang kami berikan ialah penggunaan sistem agroforestri
karena berperan melestarikan sumber daya dilahan pengamatan. Agoforestri
memiliki fungsi dalam menjaga dan mempertahakan kelestarian sumber daya
alam dan lingkungan, khususnya terhadap kesesuaian lahan. Agroforestri juga
memiliki kelebihan dalam memelihara sifat fisik dan kesuburan tanah, serta
mempertahankan keanekaragaman hayati. Fungsi agroforestri inipun diharapkan
karena adanya komposisi dan spesies tanaman dan pepohonan yang ada dalam
satu lahan.
30
31
DAFTAR PUSTAKA
31
32
LAMPIRAN
Pengamatan Fisiografi
Daerah Survei UB Forest
Pemeta Thoriq, dkk
Tanggal 27 April 2019
Fase:
Lereng
Fisiografi/ wujud
gunung
lahan
arjuna
Bahan induk Abu vulkan
QVAW
(Quarter
Formasi geologi
Volcan Arjuno
Welirang)
Koordinat Zona UTM 49
geografi S
Dusun Sumbersari
Desa Tawang Argo
Kecamatan Karang ploso
Kabupaten Malang
Provinsi Jawa Timur
Stasiun iklim Karang ploso
Relief makro Berombak Lereng: 12%
Relief mikro Teras
Lereng Tunggal
Kemiringan 15%
Aliran permukaan Lambat
Drainase alami 6-cepat
Permeabilitas Cepat
Genangan/banjir Tanpa
Pengelolaan air Irigasi
Erosi Permukaan Kelas: ringan
Bahaya erosi Ringan
32
33
Vegetasi dan
penggunaan Semak
lahan
Vegetasi alami:
Dominan Pinus, kopi
Pisang,
Spesifik Singkong,
Talas
Rezim suhu
Rezim lengas
Udic tanah:
tanah
isohipotermik
System irigasi Tadah hujan
Pengamatan morfologi
NOMOR HORIZON A B
KEDALAMAN (cm) 0-19/22 cm 19/22-40 cm
BATAS
Kejelasan Nyata Nyata
HORIZON
MATRIK Lemba
WARNA 10 YR 2/1 7,5 YR 3/4
S b
Gumpal Gumpal
Tipe
STRUKTUR membulat membulat
Ukuran 2 cm 2 cm
Sangat
KONSISTENSI Lembab Gembur
gembur
Agak lekat/ Agak lekat/
Basah
plastis plastis
PORI Sedang Biasa Banyak
JENIS PORI Makro Makro
PERAKARAN Jumlah Sedang Sedikit
33
34
34
35
35
36
Kekurangan unsur N
36
37
Kekurangan unsur N
37
38
Sketsa Lahan
Tanaman kopi
38
39
LOGBOOK KONSULTASI
LAPORAN FIELDTRIP DASAR ILMU TANAH
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS 2019
39