Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

DASAR ILMU TANAH


DI UB FOREST DUSUN SUMBERSARI, DESA TAWANG ARGO,
KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG

DISUSUN OLEH:
KELAS :H
KELOMPOK : H2

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2019
ii

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
DASAR ILMU TANAH
DI UB FOREST DUSUN SUMBERSARI, DESA TAWANG ARGO,
KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG

Disusun Oleh :

Co Kelompok: Muchammad Thoriq Aulia (185040101111003)


Ayu Efridatika (185040101111014)
Emi Dwi Salistyorini (185040101111018)
Uzay Luluasa (185040101111039)
Dyah Ayu Mufida Dewi (185040101111045)
Erlin Friska Agustin (185040101111048)
Dyah Ayu Mufida Dewi (185040101111045)
Christian Ewaldo Gultom (185040101111053)
Camelia Yostiano Al Yassar (185040101111061)
Fakhri Zul Aufar (185040101111068)
Ayufitri Saharani (185040101111071)
Nicola Floresta Ekalinda (185040101111086)
Aldo Hizkia Panjaitan (185040107111008)
Farhan Ananta Harahap (185040107111013)
Puti Humaira Rachman (185040107111020)
Sherin Salsabila (185040107111081)
Ilona Wakum (185040120111001)
Gede Putu Kurniawan (185040201111001)

Laporan ini telah dikonsultasikan dan tidak ada unsur kecurangan. Jika asisten
penguji menemukan kecurangan akan mendapatkan nilai 0

Asisten Kelas Koordinator Kelompok

Novandi Rizky Prasetya Muchammad Thoriq


NIM: 185040200111177 NIM: 185040101111033

Mengetahui, Koordinator Asisten Praktikum


Dasar Ilmu Tanah 2019

Muhamad Ihsal Mahendra


NIM : 175040200111001

ii
iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Laporan
Akhir Praktikum Dasar Ilmu Tanah” dapat berjalan dengan lancar dan
terselesaikan dengan baik. Laporan ini di susun untuk melengkapi tugas akhir
praktikum dan memenuhi syarat untuk dapat mengikuti ujian akhir praktikum.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Diantaranya
adalah :
1. Orang tua selalu mendukung penulis dalam menyelesaikan laporan.
2. Novandi selaku asisten praktikum mata kuliah Dasar Ilmu Tanah.
3. Teman-teman H2 yang selalu memotivasi.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih banyak
kekurangannya. Untuk itu, saran dan kritik akan penulis terima untuk evaluasi.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Malang, 2 Mei 2019

Penulis

iii
iv

DAFTAR ISI

COVER DALAM ................................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
1. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ..................................................................................................... 2
2. METODE PELAKSANAAN ............................................................................. 3
2.1 Lokasi Atministrasi Wilayah ....................................................................... 3
2.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ............................................................... 3
2.3 Alat dan Bahan ......................................................................................... 3
2.4 Langkah Kerja Pengamatan .................................................................... 10
3. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 15
3.1 Hasil Pengamatan Lapangan ................................................................... 15
3.2 Pembahasan ........................................................................................... 22
4. PENUTUP ..................................................................................................... 30
4.1 Kesimpulan .............................................................................................. 30
4.2 Saran ....................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 31
LAMPIRAN........................................................................................................ 32

iv
v

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alat, Bahan, dan Fungsi Pengamatan Pedologi ...........................................3


Tabel 2. Alat, Bahan, dan Fungsi Pengamatan Fisika Tanah .....................................4
Tabel 3. Alat, Bahan, dan Fungsi Pengamatan Kimia Tanah .....................................5
Tabel 4. Alat, Bahan, dan Fungsi Pengamatan Biologi Tanah ...................................5
Tabel 5. Hasil Pengamatan Fisiografi ...................................................................... 14
Tabel 6. Pengamatan Morfologi ............................................................................... 17
Tabel 7. Pengamatan Fisika Tanah pada Sub Titik 1 ............................................... 19
Tabel 8. Pengamatan Fisika Tanah pada Sub Titik 2 ............................................... 20
Tabel 9. Pengamatan Fisika Tanah pada Sub Titik 4 ............................................... 21
Tabel 10. Pengamatan Biologi Tanah pada Sub Titik 1............................................ 22
Tabel 11. Pengamatan Biologi Tanah pada Sub Titik 2............................................ 23
Tabel 12. Pengamatan Biologi Tanah pada Sub Titik 4............................................ 24
Tabel 13. Pengamatan Kimia Tanah Pengukuran pH .............................................. 25
Tabel 14. Pengamatan Kimia Tanah Identifikasi Unsur Hara ................................... 26

v
1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman. Tanaman
dapat tumbuh dengan baik apabila kondisi tanah tersebut sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan adaptasi dengan lingkungan yang berbeda-beda.
Tanah juga sebagai salah satu media yang berperan penting dalam
keberlangsungan serta keseimbangan ekosistem. Manusia, tumbuhan, dan
hewan membutuhkan tanah sebagai tempat hidup sehingga tanah memiliki peran
penting dalam tumbuh kembang dan produktivitas tumbuhan karena tanah
menyediakan unsur hara dan air yang dibutuhkan bagi tumbuhan.
Membahas tentang pertanian ada beberapa hal yang tidak dapat terlepas
dari ilmu pertanian, salah satu contohnya memahami Dasar Ilmu Tanah, yaitu
ilmu yang mempelajari tentang tanah, seperti memahami fisiografis dan morfologi
tanah nya. Karena tanah memegang peranan yang sangat penting bagi
kehidupan tumbuhan, oleh sebab itu kesuburan tanah sendiri dilihat dari tiga
indikator yakni sifat fisika tanah, kimia tanah, dan biologi tanah. Sifat fisika tanah
terdiri atas tekstur, strultur, permeabilitas, drainase, porositas, dan konsistensi,
sedangkan sifat kimia tanah berhubungan dengan kandungan unsur hara pada
tanah. Sifat biologi tanah yakni kandungan bahan organik, makroorganisme, dan
mikroorganisme dalam tanah. Suatu tanah dikatakan subur apabila tanah
tersebut bersifat lempung (persentase pasir, liat dan debu seimbang), memiliki
permaebilitas, dan porositas yang cukup, serta konsistensi cukup plastis,
kandungan nutrisi dan unsur hara yang ada di dalam tanah cukup untuk
memenuhi kebutuhan tanaman serta adanya biota tanah yang berfungsi untuk
menyuburkan tanah.
Sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian, maka harus bisa memahami
kondisi tanah yang cocok dan baik bagi kegiatan pertanian. Agar tanaman yang
nantinya akan dibudidayakan tidak mengalami kegagalan dan menyebabkan
kerugian. Hal ini yang melatarbelakangi di adakannya pengamatan melalui
praktikan untuk mempelajari dan melakukan fieldtrip Dasar Ilmu Tanah, agar
dapat memahami, menjaga, dan menggunakan tanah sebaik mungkin agar tidak
terjadi kerusakan pada tanah.

1
2

1.2 Tujuan
Tujuan praktikan dalam fieldtrip dasar ilmu tanah adalah sebagai berikut
untuk sarana untuk memahami keadaan fisiografis, morfologi tanah, pengukuran
tingkat erosi tanah, pengukuran biodiversitas tanah, defisiesi hara, memahami
sifat fisik, biologi, dan kimia tanah pada daerah tersebut, serta perbandingan sifat
fisik, biologi, dan kimia tanah pada masing-masing penggunaan lahan.
1.3 Manfaat
Manfaat fieldtrip yang telah dilakukan adalah untuk mengetahui keadaan
fisiografis, morfologi tanah, pengukuran tingkat erosi tanah, pengukuran
biodiversitas, defisiesi hara, memahami sifat fisik, biologi, dan kimia tanah pada
daerah tersebut serta perbandingan sifat fisik, biologi, dan kimia tanah pada
masing-masing penggunaan lahan.

2
3

2. METODE PELAKSANAAN

2.1 Lokasi Atministrasi Wilayah


Lokasi kegiatan fieldtrip dilaksanakan di UB Forest. UB forest merupakan
hutan pendidikan terletak di dusun Sumbersari, Desa Tawang argo, kecamatan
Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur. UB forest merupakan milik
Universitas Brawijaya dengan luas wilayah 554 hektare dan berada di ketinggian
1.200 m dpl yang berada di kawasan lereng Gunung Arjuno.
Secara geografis dan secara Adminitrasi Desa Tawangargo merupakan
salah satu dari Desa di Kabupaten Malang dan memiliki Luas wilayah 617,120 ha
.Secara Geografis Desa Tawangargo terletak pada posisi 7° 53' 35' Lintang
Selatan dan 112° 53' 41' Bujur Timur. Topografi ketinggian desa ini adalah
berupa daratan tinggi yaitu sekitar 700 m – 1000 mdpl. . Posisi Desa
Tawangargo terletak pada bagian Barat Kabupaten malang, berbatasan
langsung dengan sebelah Barat Desa Giripurno Kecamatan Bumiaji Kota Batu,
Sebelah timur berbatasan dengan Desa Donowarih kecamatan Karangploso,
sebelah Utara berbatasan dengan Hutan, sebelah Selatan berbatasan dengan
Desa Pendem Kecamatan Junrejo Kota Batu (PemKab Malang, 2016).
2.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Praktikum lapang atau fieldtrip dilaksanakan pada hari Minggu, 28 April
2019 pukul 07.30 – 11.00 WIB di lahan UB Forest pada titik hutan agroforesti,
tanaman semusim, hutan produksi, pedologi yang terletak di kawasan Lereng
Gunung Arjuna, tepatnya di Dukuh Sumbersari, Desa Tawangagro, Kecamatan
Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
2.3 Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat, bahan dan fungsi pengamatan pedologi
No Alat dan Bahan Fungsi Gambar

1. Cangkul Untuk membuat singkapan


dan menggali tanah

3
4

2. Sekop Untuk menggali lubang


penampang/profil tanah
dengan membuat sisi
penampang tegak lurus ke
bawah tergantung dari
penampang profil yang
digunakan

3. Pisau lapang Untuk menusuk-nusuk


bidang profil tanah guna
mengetahui konsistensi dan
kepadatan tanah

4. Buku Munsell Untuk mengidentifikasi


Color Chart warna tanah

5. Botol air Sebagai wadah menyimpan


air

6. Meteran 1,5 m Untuk mengukur tinggi


(roll meter) horizon

7. Sabuk profil Sebagai pembanding


kedalaman setiap horizon

8. Kompas Untuk menentukan arah


lereng

4
5

9. Klinometer Untuk menentukan


kelerengan

10. Air Untuk menghomogenkan


sampel tanah

11. Tanah Sebagai objek pengamatan

12. Modul Sebagai panduan mencatat


pengamatan hasil pengamatan

13. Papan dada Untuk alas untuk menulis

14. Alat tulis Untuk menulis hasil


pengamatan

15. Kamera Untuk mendokumentasikan


kegiatan pengamatan

16. Buku catatan Untuk mencatat hasil


pengamatan

5
6

17. Tas survey set Untuk menyimpan alat


pengamatan

2.3.1 Pengamatan Fisika Tanah


No Alat dan Bahan Fungsi Gambar

1. Botol air Sebagai wadah menyimpan


air

2. Alat tulis Untuk menulis hasil


pengamatan

3. Kamera Untuk mendokumentasikan


kegiatan pengamatan

4. Air Untuk menghomogenkan


sampel tanah

5. Tanah Sebagai objek pengamatan

6
7

6. Kantong plastik Untuk tempat sampel tanah

7. Cetok Untuk mengambil sampel


tanah

8. Modul Sebagai panduan mencatat


pengamatan hasil pengamatan

9. Kertas label Untuk memberi nama pada


sampel

2.3.2 Pengamatan Biologi Tanah


No Alat dan Bahan Fungsi Gambar

1. Frame 50x50 Untuk membuat titik


cm pengamatan

2. Penggaris Untuk mengukur seresah


tanah

7
8

3. Alat tulis Untuk menulis hasil


pengamatan

4. Kamera Untuk mendokumentasikan


kegiatan pengamatan

5. Tanah Sebagai objek pengamatan

6. Kantong plastik Untuk tempat sampel tanah

7. Modul Sebagai panduan mencatat


pengamatan hasil pengamatan

8. Vegetasi Sebagai bahan


pengamatan

9. Seresah Sebagai bahan


pengamatan

8
9

10. Makroorganisme Sebagai bahan


pengamatan

11. Kascing Sebagai bahan


pengamatan

2.3.3 pengamatan kimia tanah


No Alat dan Bahan Fungsi Gambar

1. Alat tulis Untuk menulis hasil


pengamatan

2. Kamera Untuk mendokumentasikan


kegiatan pengamatan

3. Kantong plastik Untuk tempat sampel tanah

4. Modul Sebagai panduan mencatat


pengamatan hasil pengamatan

9
10

5. Tanaman pada Sebagai objek pengamatan


setiap titik defisiensi unsur hara

6. Vegetasi Sebagai bahan


pengamatan

7. Fial film Sebagai tempat sampel


tanah untuk mengukur pH

2.4 Langkah Kerja Pengamatan


2.4.1 Pedologi
• Horizon tanah
Siapkan alat-alat yang akan digunakan (survey set), untuk singkapan
atau minipid. Pertama adalah mengamati profil tanah. Perhatikan perbedaan
warna tanahnya dari atas ke bawah, jika ada warna yang berbeda buat batas
garis pada profil atau horizon menggunakan pisau lapang. Berikan batasan
lagi kepada profil tanah berdasarkan kepadatan tanahnya dengan cara
memberi tekanan atau menusuk-nusuk menggunakan pisau lapang pada
profil tanah, jika ada yang tidak sama kepadatannya beri batas garis
menggunakan pisau lapang tersebut. Setelah horizon ditentukan, letakkan
sabuk profil pada bidang profil tanah lalu dokumentasikan.
• Struktur tanah
Pengamatan struktur tanah dilakukan dengan cara mematahkan
tanah tiap horizon menjadi dua bagian. Menentukan struktur tanah dengan
melihat bagian tanah dari satu sisi. Mengidentifikasi struktur tanah dan
dokumentasikan.

10
11

• Konsistensi tanah lembab


Pengamatan konsistensi tanah lembab yang dilakukan pertama
adalah menyiapkan alat dan bahan. Mengambil agregat tanah.
Menambahkan air pada agregat tanah sampai lembab. Merasakan agregat
tanah dan merasakan konsistensi lembab tanah tersebut. Mencatat hasil
pengamatan.
• Konsistensi tanah basah
Pengamatan konsistensi tanah basah yang dilakukan pertama adalah
menyiapkan alat dan bahan. Mengambil agregat tanah. Menambahkan air
pada agregat tanah sampai basah. Memijat tanah dengan jari, mersaakan
kelekatan dengan menempel dan melepas ibu jari dan telunjuk. Mencatat
hasil pengamatan.
• Tekstur tanah
Pengamatan tekstur tanah yang dilakukan pertama adalah
menyiapkan alat dan bahan. Mengambil sampel tanah. Menentukan tekstur
tanah dengan metode feeling. Mengidentifikasi tekstur tanah dan
dokumentasikan.
• Pori tanah
Pengamatan pori tanah amati berapa banyak pori mikro, pori meso
serta pori makronya pada setiap horizon dan catat apakah jumlahnya sedikit,
sedang atau banyak.
• Ph tanah
Pengamatan pH tanah dilakukan di laboratorium, ambil sampel tanah
dan memasukan ke fial film. Amati pH tanah di laboratorium.
• Kemiringan dan arah lereng
Pengamatan ini yang ditinjau adalah kemiringan dengan
menggunakan klinometer tempat serta arahnya menggunakan kompas.
2.4.2 Fisika Tanah
• Erosi
Mengamati daerah yang dijadikan lokasi pengamatan. Mencari dan
menganalisis erosi pada daerah tersebut. Mendiskusikan dan
mendiskripsikan upaya pencegahan erosi tersebut. Mencatat hasil
pengamatan.

11
12

• Struktur tanah
Pengamatan struktur tanah dilakukan dengan cara mengambil sampel
tanah pada daerah tersebut. Mematahkan tanah menjadi dua bagian.
Menentukan struktur tanah dengan melihat bagian tanah dari satu sisi.
Mengidentifikasi struktur tanah dan dokumentasikan.
• Tekstur tanah
Pengamatan tekstur tanah yang dilakukan pertama adalah
menyiapkan alat dan bahan. Mengambil sampel tanah. Menentukan tekstur
tanah dengan metode feeling. Mengidentifikasi tekstur tanah dan
dokumentasikan.
• Konsistensi tanah lembab
Pengamatan konsistensi tanah lembab yang dilakukan pertama
adalah menyiapkan alat dan bahan. Mengambil agregat tanah.
Menambahkan air
pada agregat tanah sampai lembab. Merasakan agregat tanah dan
merasakan konsistensi lembab tanah tersebut. Mencatat hasil pengamatan.
• Konsistensi tanah basah
Pengamatan konsistensi tanah basah yang dilakukan pertama adalah
menyiapkan alat dan bahan. Mengambil agregat tanah. Menambahkan air
pada agregat tanah sampai basah. Memijat tanah dengan jari, mersaakan
kelekatan dengan menempel dan melepas ibu jari dan telunjuk. Mencatat
hasil pengamatan.
• Permeabilitas dan Drainase
Permeabilitas dan drainase dilakukan dengan cara menyiapkan alat
dan bahan. Mencari lokasi tanah yang cukup datar dan tidak terinjak oleh
manusia. Membersihkan tanah dari vegetasi dan seresah yang berada
diatasnya. Menuangkan air diatas permukaan tanah tersebut secukupnya.
Amati berapa lama air tersebut diserap oleh tanah. Menuangkan air diatas
permukaan tanah. Mengamati lamanya air mengalir diatas tanah.
Mengidentifikasi dan mencatat hasil pengamatan.
• Pengambilan sampel tanah utuh
Pengambil sampel tanah utuh dilakukan dengan cara menyiapkan alat
dan bahan. Menekan ring sampel dengan balok penekan hingga tanah
memasuki ring sampel. Meletakkan ring master diatas ring sampel. Menekan
ring dengan balok penekan dan palu hingga tanah terisi hingga setengah ring

12
13

master. Mengambil ring dengan menggunakan pisau lapang. Memisahkan


ring sampel dengan ring master. Memasukkan ring sampel beserta tanah ke
dalam plastik, mengikat plastik dengan karet dan diberi label.
2.4.3 Biologi Tanah
• Pengamatan vegetasi, seresah, makro organisme, dan kascing
Pengamatan ini dilakukan dengan cara menyiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan. Mengambil serta melempar baru untuk menentukan
titik dimana frame diletakkan. Meletakkan frame dengan ukuran frmae
50cmx50cm. mengamati vegetasi yang ada didalam frame. Memperkirakan
banyaknya jumlah seresah dalam frame. Menggali tanah di 5 titik di dalam
frame sedalam 5cm. mengambil makro organisme yang ada didalam tanah.
Mengamati dan memperkirakan jumlah kascing. Mencatat dan
dokumentasikan hasil pengamatan.
2.4.4 Kimia Tanah
• Defisiensi hara
Menyiapkan alat dan bahan. Memilih lokasi untuk melakukan
pengamatan. Mengamati berbagai tanaman vegetasi yang mengalami gejala
defisiensi hara yang terjadi pada daun tanaman. Menganalisis
kekurangan/kelebihan unsur N, P, K. Dokumentasi dan catat hasil
pengamatan
• Pengambilan sampel tanah untuk uji pH Tanah
Siapkan alat dan bahan. Memilih lokasi untuk pengamatan.
Mengambil sampel tanah. Menyimpan sampel tanah didalam fial film.
Memberi label nama pada fial film.
• Pengujian pH Tanah
Menyiapkan alat dan bahan. Menimbang sampel tanah sebanyak 10 gr
dengan timbangan analitik. Memasukkan sampel tanah ke dalam fial film dan
menambahkan aquades 10 ml. Mendiamkan hingga mengendap selama 15
menit. Mengukur pH tanah menggunakan pH meter. Mengamati dan mencatat
hasil pengamatan.
2.5 Penggunaan Lahan
Menurut Abdurrahman, (2011) Pemanfaatan tanah untk lebih produktif
merupakan inovasi kegiatan manusia. Ini disebabkan karna sifat dari lahan atau
tanah tersebut dinamis. Hasil dari inovasi yaitu bisa merubah masyarakat lebih
sejahtera. Penggunaan lahan sangatlah penting seiring dengan pertambahan

13
14

penduduk yang ada pada suatu wilayah, karena manusia membutuhkan lahan
untuk memenuhi kebutuhan hidup (Zamroh,2014). Penggunaan lahan
dikelompokkan menjadi dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian
dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian antara lain
penggunaan lahan sebagai tegalan, sawah, kebun, padang rumput, hutan, dan
padang alang-alang. Penggunaan lahan bukan pertanian antara lain penggunaan
lahan sebagai kota atau desa (pemukiman), industri, rekreasi, dan pertambangan
(Arsyad,2006).
Berdasarkan hasil pengamatan fieldtrip, penggunaan lahan di Dusun
Tawang Agro,Kecamatan Karangploso,Kabupaten Malang antara lain sebagai
agroforestri (penggunaan lahan yang mengkombinasikan pepohonan dengan
tanaman pertanian) ada titik 1, tanaman budidaya cabai pada titik 2 ,dan hutan
produksi pada titik 3.

14
15

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan Lapang


Tabel 1. Pengamatan Biologi pada sub titik ke 1
Jumlah
No. Pengamatan
Frame 1 Frame 2
Sub Titik 1
Penggunaan Lahan Agroforesty
1. Vegetasi Kopi Jahe
Tanaman Kopi Banyak Sedang
Tanaman Jahe Sedang Banyak
2. Seresah
Understroy Sedikit Banyak
Nekromass Sedikit Sedang
3. Makroorganisme - -
4. Kascing - -
Pada sub titik pertama ditemukan banyak tanaman Kopi pada frame
pertama dan pada frame kedua menemukan jahe berjumlah 3. Seresah yang
ditemukan dari kedua frame yaitu seresah berupa ranting-ranting.
Makroorganisme tidak ditemukan pada titik pengamatan lahan agroforestri.
Lahan budidaya agroforestri membutuhkan unsur hara yang cukup agar
tanaman dapat tumbuh dengan baik dan optimal. Dalam penyediaan atau
pembentukan unsur hara dalam tanah keberadaan makrofauna akan membantu
dalam penyediaan unsur hara. Hal ini sesuai dengan Iwan (2013) yang
menyatakan makrofauna tanah mempunyai peranan penting dalam dekomposisi
bahan organik tanah guna menyediakan unsur hara.
Tabel 2. Pengamatan Biologi pada sub titik ke 2
Jumlah
No. Pengamatan
Frame 1 Frame 2
Sub Titik 2
Penggunaan Lahan Semusim
1. Vegetasi - -
Tanaman Cabai Banyak Sedang
2. Seresah
Understory Sedikit Sedang

15
16

Biomassa Sedang Sedang


3. Makroorganisme
Larva Uret 3
Kaki 1000 1
Kumbang Tanah 1
Belatung 1
4. Kascing - -
Pada sub titik kedua tidak di temukan adanya vegetasi baik pada frame 1
maupun frame 2. Untuk seresah dari kedua frame banyak di jumpai seresah
berupa ranting -ranting dan rumput yang sudah dicabut. Makroorganisme yang di
temukan pada frame 2 di antaranya larva uret berjumlah 3, dan kaki seribu 1,
kumbang tanah 1 dan belatung 1. Kascing tidak ditemukan dalam titik
pengamatan ke 2 pada lahan semusim
Dilihat dari banyaknya seresah berupa ranting-ranting dan rumput yang
sudah tercabut mendandakan bahawa kondisi lingkungan pada titik 2 masih
terjaga dan dapat menjadi cadangan unsur hara nantinya bagi tanah. Menurut
Riyanto (2013) menyatakan seresah memberikan pengaruh yang cukup besar
terhadap jumlah unsur hara yang masuk ke dalam tanah, karena sebagian besar
pengembalian unsur hara ke tanah melalui daun yang gugur.
Tabel 3. Pengamatan biologi pada sub titik 3
Jumlah
No. Pengamatan
Frame 1 Frame 2
Sub Titik 3
Penggunaan Lahan Hutan Produksi
1. Vegetasi - -
2. Seresah
Understroy Sedikit Sedang
Nekromass Sedang -
Biomassa Banyak -
3. Makroorganisme
Cacing 1
Ulat Tanah 1
4. Kascing - -

16
17

Pada sub titik ketiga tidak di temukan vegetasi pada frame 1 maupun
frame ke dua. Untuk seresah dari kedua frame banyak dijumpai seresah berupa
daun-daun dan ranting-ranting. Makroorgnisme yang di temukan pada frame
pertama di antaranya cacing berjumlah 1 dan ulat tanah berjumlah 1 sedangkan
pada frame kedua kami tidak menemukan makroorganisme. Kascing tidak
ditemukan pada titik ke 3.
Pada lahan hutan produksi komunitas tanaman yang terdapat di
dalamnya tergolong banyak sehingga hal ini berpenaruh terhadap keberadaan
makrofauna tanah. Rana et al., (2006) menyatakan keanekaragaman komunitas
tanah sedikitnya ditentukan dengan menanam keanekaragaman komunitas.
Tabel 4. Indikator Kesehatan Tanah
No. Tanaman Gejala Kelebihan/Keku
rangan Unsur
Sub titik 1
1. TanamanJahe Ujung daun Kekurangan N
menguning
2. Tanaman Kopi Pinggir daun kuning Kekurangan K
3. TanamanJahe Pinggir daun kuning Kekurangan K
Sub titik 2
1. Cabai Batang layu
2. Ujung daun kuning Kurang nitrogen
3. Pinggir daun kuning Kurang kalium
Sub titik 3
1. Tanaman belum diidentifikasi Ujung daun kuning Kekurangan N
2.
Pada pengamatan defisiensi unsur hara yang dilakukan pada sub titik
pertama, tepatnya pada lahan tanaman agroforestri, di lahan tersebut ditemukan
adanya tanaman jahe, kopi. Hasil pengamatan pada tanaman jahe ditemukan
bahwa tanaman tersebut kekurangan unsur hara N. Hal ini ditandai dengan
sebagian permukaan daunnya yang berwarna kuning. Sedangkan pada tanaman
kopi menunjukan tanaman tersebut kekurangan unsur hara K yang ditandai
dengan sebagian pinggir daunnya berwarna kuning.
Lalu pada pengamatan defisiensi unsur hara yang dilakukan pada sub
titik kedua tepatnya pada lahan semusim. Terdapat tanaman cabai di lahan ini.
Pada tanaman cabai ditemukan adanya kekurangan unsur hara N dan K yang

17
18

ditampakkan oleh daun tanaman cabai itu bahwa daun cabai itu berwarna kuning
pada sebagian permukaan daun. Begitu juga dengan kekurangan unsur hara K
yang ditampakkan adalah warna kuning pada tepi permukaan daun cabai.
Selanjutnya adalah hasil pengamatan pada sub titik ketiga, tepatnya pada
lahan hutan produksi, di lahan hutan produksi tersebut ditemukan tanaman
pisang Hasil pengamatan pada tanaman pisang ditemukan bahwa tanaman
tersebut kekurangan unsur hara N. Hal ini ditandai dengan terdapatnya warna
kuning pada ujung daun dan setengah permukaan daun.
Tabel 5. Pengamatan Erosi
Erosi Tingkat Deskripsi dan Upaya Pengendalian
Sub Titik 1
Longsor Sedang Penanaman tanaman
Percikan Sedang Mengoptimalkan drainase

Sub Titik 2
Percikan Rendah Mengoptimalkan drainase

Sub Titik 3
- - -
- - -

Hasil pengamatan erosi pada titik 1 terdapat erosi longsor dan percikan
dengan tingkat sedang. Pada titik ke dua terdapat erosi percikan dengan tingkat
erosi rendah, sedangkan pada sub titik 3 tidak ditemukan erosi.
Tabel 6. Pengamatan Sifat Fisika Tanah
1. Tabel pengamatan Sifat Fisik
No Sifat Fisik Keterangan
Lereng 12% Penggunaan Lahan
Sub Titik 1
Penggunaan Lahan Agroforesti
1. Struktur Gumpal Membulat
2. Tekstur Lempung Berdebu
3. Konsistensi Tidak lekat, tidak

18
19

membentuk cincin,
hancur
4. Permeabilitas Cepat
5. Drainase Cepat
6. Berat Isi dan Berat Jenis
Sub titik 2
Penggunaan LahanSemusim
1. Struktur GumpalMembulat
2. Tekstur LempungBerdebu
3. Konsistensi Tidaklekat,
tidakmembentukcincin,
hancur
4. Permeabilitas Cepat
5. Drainase Cepat
6. Berat Isi dan Berat Jenis
Sub Titik 3
Penggunaan Lahan Hutan Produksi
1. Struktur Gumpal Membulat
2. Tekstur Lempung Berdebu
3. Konsistensi Tidak Lekat, agak Plastis
4. Permeabilitas Sedang
5. Drainase Lambat
6. Berat Isi dan Berat Jenis

Pada pengamatan sifat fisik pada sub titik 1 , tepatnya pada lahan
tanaman agroforestri menunjukan bahwa tanah memiliki struktur gumpal
membulat dan bertekstur lempung berdebu. Konsistensi tanah yaitu tidak lekat,
tidak membentuk cincin dan hancur. Permeabilitasnya cepat serta drainase
cepat.
Tanah pada sub titik 2 yaitu lahan semusim diketahui struktur tanah
gumpal membulat dan bertekstur lempung berdebu. Konsistensi tanah tidak
lekat, tidak membentuk cincin, dan hancur. Permeabilistas cepat dan berdrainase
cepat.
Pada sub titik 3 yaitu hutan produksi tanah berstruktur gumpah membulat
dan teksturnya lempung berdebu. Konsistensi tidak lekat, dan agak plastis.

19
20

permeabilitas dan drainasenya tidak sama dengan sub titik 1 dan 2 yaitu
permeabilitas sedang dan drainase lambat.
Tabel 7. Pengamatan Pedologi
Table 7.1 Pengamatan Fisiografi
Daerah Survei UB Forest
Pemeta Thoriq, dkk
Tanggal 27 April 2019
Fase:
Lereng
Fisiografi/ wujud
gunung
lahan
arjuna
Bahan induk Abu vulkan
QVAW
(Quarter
Formasi geologi
Volcan Arjuno
Welirang)
Koordinat Zona UTM 49
geografi S
Dusun Sumbersari
Desa Tawang Argo
Kecamatan Karang ploso
Kabupaten Malang
Provinsi Jawa Timur
Stasiun iklim Karang ploso
Relief makro Berombak Lereng: 12%
Relief mikro Teras
Lereng Tunggal
Kemiringan 15%
Aliran permukaan Lambat
Drainase alami 6-cepat
Permeabilitas Cepat
Genangan/banjir Tanpa
Pengelolaan air Irigasi
Erosi Permukaan Kelas: ringan
Bahaya erosi Ringan

20
21

Vegetasi dan
penggunaan Semak
lahan
Vegetasi alami:
Dominan Pinus, kopi
Pisang,
Spesifik Singkong,
Talas
Rezim suhu
Rezim lengas
Udic tanah:
tanah
isohipotermik
System irigasi Tadah hujan

Hasil pengamatan pada lahan UB Forest didapatkan data fisiografis


berupa lereng dengan kemiringan lereng 12%, kemudian di dapatkan relief
makro berupa datar dan relief mikro berupa teras. Aliran permukaannya lambat
dan drainase alaminya cepat. Permeabilitas pada lahan ini cepat, karena
struktur pada tanah yaitu lempung berdebu. Pengelolaan air pada lahan ini
bertipe irigasi. Pada lahan ini ditemukan erosi percik. Vegetasi dan penggunaan
lahan bertipe semak. Vegetasi alami yang paling banyak di temukan yakni pinus
dan kopi, sedangkan vegetasi yang sedikit yakni pisang, singkong, dan talas.
Tabel 7.2 Pengamatan morfologi
NOMOR HORIZON A B
KEDALAMAN (cm) 0-19/22 cm 19/22-40 cm
BATAS
Kejelasan Nyata Nyata
HORIZON
WARNA MATRIKS Lembab 10 YR 2/1 7,5 YR 3/4
Gumpal Gumpal
Tipe
STRUKTUR membulat membulat
Ukuran 2 cm 2 cm
KONSISTEN Sangat
Lembab Gembur
SI gembur
Agak lekat/ Agak lekat/
Basah
plastis plastis
PORI Sedang Biasa Banyak

21
22

JENIS PORI Makro Makro


PERAKARAN Jumlah Sedang Sedikit

Hasil pengamatan di dapatkan data jumlah horizon, kejelasan batas


horizon, warna, struktur, konsistensi, pori, jenis pori, dan perakaran pada tanah.
Pada horizon A yaitu pada kedalaman 0-19/22 cm diperoleh hasil pengamatan
batas horizon yaitu nyata dengan warna tanah 10 YR 2/1. Struktur tanah yang
didapatkan yaitu gumpal membulat dengan ukuran 2 cm. Konsistensi pada
keadaan lembab yaitu sangat gembur dan pada keadaan basah tingkat
kelekatannya agak lekat atau plastisitasnya plastis. Hasil dari pengamatan pori
sedang didapatkan yaitu biasa dan jenis porinya yaitu makro. Jumlah perakaran
pada horizon A yaitu sedang.
Pada horizon B yaitu pada kedalaman 19/22-40 cm diperoleh hasil
pengamatan batas horizon yaitu nyata dengan warna tanah 7,5 YR 3/4. Struktur
tanah yang didapatkan yaitu gumpal membulat dengan ukuran 2 cm.
Konsistensi pada keadaan lembab yaitu gembur dan pada keadaan basah
tingkat kelekatannya agak lekat atau plastisitasnya plastis. Hasil dari
pengamatan pori sedang didapatkan yaitu banyak dan jenis porinya yaitu makro.
Jumlah perakaran pada horizon B yaitu sedikit.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Perbandingan Antara Sifat Fisika Tanah pada Ketiga Penggunaan Lahan
Pengamatan yang telah dilakukan pada UB Forest pada hari Minggu, 28
April 2019, terbagi tiga jalur untuk setiap kloternya, setiap titiknya terdapat tiga
titik pengamatan biologi, fisika, dan kimia dan satu titik pedologi. Berikut adalah
data hasil pengamatan fisika, kimia, dan biologi pada titik satu yaitu titik
agroforestri:
Sub Titik 1
Penggunaan Lahan Agroforesti
1. Struktur Gumpal
Membulat
2. Tekstur Lempung
Berdebu
3. Konsistensi Tidak lekat, tidak
membentuk
cincin, hancur

22
23

4. Permeabilitas Cepat
5. Drainase Cepat
6. Berat Isi dan Berat Jenis

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada titik satu yaitu agroforestri,
dapat disimpulkan bahwa struktur tanah agroforestri adalah gumpal membulat
dan diketahui menggunakan metode kualitatif yaitu melihat bentuknya secara
langsung. Tekstur tanah agroforestry adalah pasir lempung berdebu dan
diketahui menggunakan metode feeling. Konsistensi tanah agroforestry adalah
tidak lekat dan tidak plastis, dengan pengamatan dilakukan dengan metode
kualitatif. Permeabilitas tanah agroforestry cepat dan drainase juga cepat.
Sub titik 2
Penggunaan Lahan Semusim
1. Struktur Gumpal
Membulat
2. Tekstur Lempung
Berdebu
3. Konsistensi Tidak lekat, tidak
membentuk
cincin, hancur
4. Permeabilitas Cepat
5. Drainase Cepat
6. Berat Isi dan Berat Jenis

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hal-hal


berikut. Tanah yang diamati adalah tanah tanaman semusim. Struktur tanah
tanaman semusim gumpalan membulat dan diketahui menggunakan metode
kualitatif yaitu melihat bentuknya secara langsung. Tekstur tanah tanaman
semusim adalah lempung berdebu dan diketahui menggunakan metode feeling.
Konsistensi tanah tanaman semusim agak lekat dan tidak plastis, dengan
pengamatan dilakukan dengan metode kualitatif. Permeabilitas tanah tanaman
semusim cepat dan drainase cepat.

23
24

Sub Titik 3
Penggunaan Lahan Hutan Produksi
1. Struktur Gumpal Membulat
2. Tekstur Lempung Berdebu
3. Konsistensi Tidak Lekat, agak Plastis
4. Permeabilitas Sedang
5. Drainase Lambat
6. Berat Isi dan Berat Jenis
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hal-hal
berikut. Tanah yang diamati adalah tanah hutan produksi. Struktur tanah hutan
produksi adalah gumpal membulat dan diketahui menggunakan metode kualitatif
yaitu melihat bentuknya secara langsung. Tekstur tanah hutan produksi adalah
lempung berpasir dan diketahui menggunakan metode feeling. Konsistensi tanah
hutan produksi agak lekat dan tidak plastis, dengan pengamatan dilakukan
dengan metode kualitatif. Permeabilitas tanah hutan produksi sedang dan
drainase lambat.
3.2.2 Perbandingan Antara Sifat Kimia Tanah pada Ketiga Penggunaan Lahan
Menurut Febriana (2009), gejala defisiensi unsur hara adalah tanda-tanda
yang diperlihatkan oleh tanaman sebagai akibat kekurangan salah satu atau
lebih unsur hara. Defisiensi unsur hara antara lain disebabkan oleh pemupukan
yang dilakukan sebelumnya tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman. tanaman
yang mengalami defisiensi unsur hara memperlihatkan kelainan pada bagin yang
mengalami kekurangan salah satu atau lebih unsur hara tersebut, misalnya pada
daun, muncul bercak-bercak.
3.2.2.1 Agroforestri
Pada pengamatan yang dilakukan di lahan agroforestri yang ditanami
tanaman kopi dan jahe ditemukan adanya lahan kekurangan unsur N dan unsur
K. Data ini didapatkan berdasarkan ciri-ciri pada tanaman kopi yang didapati
beberapa daunnya berwarna kuning dipinggiran daun bila kekurangan unsur K.
Sedangkan pada tanaman jahe ditemukan adanya kekurangan unsur K dan
unsur N yang ditampakkan daun tanaman jahe itu bahwa daunnya berwarna
kuning pada sebagian permukaan daun.
3.2.2.2 Musiman
Pada lahan musiman ditemukan adanya tanah pada tanaman cabai yang
kekurangan unsur K dan unsur N. Data ini didapatkan berdasarkan ciri-ciri pada

24
25

tanaman cabai yang didapati beberapa daunnya berwarna kuning dipinggir daun
bila kekurangan unsur K dan daun yang menguning bila kekurangan unsur N.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Kementrian Pertanian (2015) bahwa gejala
dari tanaman yang kekurangan unsur K akan menunjukkan gejala berupa daun
berbintik kuning cokelat, atau terjadi khlorosis. Pada daun bagian bawah, daun
berwarna kuning membentuk V terbalik. Bagian pinggir daun biasanya berwarna
cokelat seperti terbakar, tapi tulang daun tetap hijau.
3.2.2.3 Hutan Produksi
Pada pengamatan yang dilakukan di hutan produksi yang ditanami
tanaman bayam belanda ditemukan adanya lahan yang kekurangan unsur N.
Data ini didapatkan berdasarkan ciri-ciri pada tanaman bayam belanda yang
didapati beberapa daunnya berwarna kuning pada ujung daun dan setengah
permukaan daun.
3.2.3 Perbandingan Antara Sifat Biologi Tanah pada Ketiga Penggunaan Lahan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada Sub Titik 1,2
dan 3, ditemukan bahwa penggunaan lahan untuk masing masing titik memiliki
fungsi yang berbeda. Untuk Sub Titik 1 penggunaan lahannya sebagai lahan
agroforestry, lalu Sub Titik 2 jenis penggunaan lahannya ialah sebagai lahan
semusim, dan untuk Sub Titik 3 penggunaan lahannya sebagai lahan hutan
produksi. Pada Sub Titik 1 vegetasi yang didapatkan adalah tanaman kopi dan
jahe yang berjumlah banyak pada frame 1 dan 2, sedangkan untuk Sub Titik 2
didominasi oleh tanaman caba. Untuk Sub Titik 3 tidak terdapat vegetasi apapun.
Selanjutnya menurut Pratiwi dan Mulyanto (2002) bahwa penyebaran tumbuhan,
jenis tanah, dan iklim harus dipertimbangkan sebagai bagian dari ekosistem yang
terintegrasi. Dengan demikian keragaman vegetasi sangat ditentukan oleh faktor-
faktor tersebut.
Kemudian untuk sifat biologi lainnya ialah seresah, pada Sub Titik 1
lahan agroforesty seresah nekromas yang ditemukan berjumlah sedang dan
seresah nekromass sedikit, lalu di Sub Titik 2 pada lahan semusim seresah
understory yang ditemukan berjumlah sedikit dan biomass berjumlah sedikit.
Sedangkan di Sub Titik 3 pada lahan hutan produksi, seresah biomass berjumlah
banyak, kemudian seresah nekromas dan understory berjumlah sedang. Pada
pengamatan yang telah kita lakukan, diketahui bahwa seresah yang paling
banyak yaitu pada lahan hutan produksi. Hutan produksi memiliki kondisi fisik
lingkungan yang alami sehingga menghasilkan seresah yang banyak. Hal ini

25
26

sesuai dengan pernyataan menurut Hairah , dkk (2004) bahwa lapisan seresah
yang tebal pada suatu lahan, merupakan jaminan bagi perbaikan kondisi fisik
tanah.
Sifat biologi selanjutnya adalah makroorganisme. Pada Sub Titik 1 yaitu
lahan agroforesty tidak ditemukan makroorganisme, sedangkan yang ditemukan
pada Sub Titik 2 yang merupakan lahan pengelolaan musiman adalah larva uret
3 buah, cacing, kumbang tanah dan belatung. Sub titik 3 dengan lahan hutan
produksi ditemukan makroorganisme cacing dan ulat tanah. Perbedaan sistem
pengelolaan lahan akan mempengaruhi biodiversitas makrofauna tanah. Terlihat
dari perbandingan jumlah spesies disetiap pengelolaan lahan. Menurut Sari
(2011) keanekaragaman makrofauna dan mesofauna tanah lebih tinggi pada
sistem tumpangsari. Sedangkan pada tanah dengan intensitas pengelolaan
rendah didapatkan jenis spesies yang lebih banyak ,sejalan dengan penyataan
Makalew (2001) bahwa agroekosistem tanpa olah tanah (TOT) cendrung
memiliki lebih banyak pengaruh positif terhadap keanekaragaman biota tanah
dibandingkan dengan pengelolaan tanah. Untuk sifat biologi yang terakhir ialah
kascing, tetapi pada setiap Sub Titik 1, 2, 3 tidak ditemukan sama sekali karena
ada kesalahan teknis dari tim pengamat, yakni tim pengamat tidak mengetahui
wujud asli dari kascing dan juga tim pengamat tidak mengetahui letak kascing
pada plot.
3.2.4 Pengamatan Pedologi
a. Fisiografi Lahan
Pengamatan fisiografi dilakukan dengan mengamati kondisi
landskap lahan yang bertujuan untuk mengetahui gambaran, relief dan
jenis dari lahan tersebut. Setelah itu melakukan pengukuran kemiringan
suatu lahan meggunakan klinometer. Klinometer harus digunakan dengan
tata cara yang benar, saat penggunaan klinometer posisinya harus sejajar
dengan ketinggian tubuh objek. Pengamatan selanjutnya yaitu mengamati
aliran permukaan pada lahan, darinase alami, permeabilitas,
genangan/banjir, pengelolaan air, erosi, bahaya erosi, kontak, padas, dan
keadaan permukaan. Setelah melakukan pengamtan tersebut,
selanjutnya mengamati vegetasi yang berada pada lahan dengan
mengidentifikasi alami yang dominan yaitu vegetasi yang berada pada
lahan lainnya serta vegetasi spesifik yaitu vegetasi yang berada pada plot

26
27

yang digunakan. Selanjutnya mencatatat dan mendokumentasikan hasil


pengamatan.
Tabel Pengamatan Fisiografi
Daerah Survei UB Forest
Pemeta Thoriq, dkk
Tanggal 27 April 2019
Fase:
Lereng gunung
Fisiografi/ wujud lahan
arjuna
Bahan induk Abu vulkan
QVAW (Quarter
Formasi geologi Volcan Arjuno
Welirang)
Koordinat geografi Zona UTM 49 S
Dusun Sumbersari
Desa Tawang Argo
Kecamatan Karang ploso
Kabupaten Malang
Provinsi Jawa Timur
Stasiun iklim Karang ploso
Relief makro Berombak Lereng: 12%
Relief mikro Teras
Lereng Tunggal
Kemiringan 15%
Aliran permukaan Lambat
Drainase alami 6-cepat
Permeabilitas Cepat
Genangan/banjir Tanpa
Pengelolaan air Irigasi
Erosi Permukaan Kelas: ringan
Bahaya erosi Ringan
Vegetasi dan
Semak
penggunaan lahan
Vegetasi alami:
Dominan Pinus, kopi
Pisang, Singkong,
Spesifik
Talas

27
28

Rezim suhu tanah:


Rezim lengas tanah Udic
isohipotermik
System irigasi Tadah hujan

Pada lahan UB Forest di desa Bocek, Kecamatan Karang Ploso,


Kabupaten Malang memiliki fisiografis berupa lereng dengan kemiringan
12%, relief makro berupa datar dan relief mikro berupa teras. Aliran
permukaannya lambat dan drainase alaminya cepat. Permeabilitas pada
lahan ini cepat sehingga tidak terdapat genangan, karena struktur pada
tanah yaitu lempung berdebu. Pengelolaan air pada lahan ini bertipe
irigasi. Pada lahan ini ditemukan erosi percik, yang bersifat ringan
sehingga erosi tidak terlalu membahayakan. Vegetasi dan penggunaan
lahan bertipe semak. Vegetasi alami yang dominan pada lahan ini yaitu
pinus dan kopi, sedangkan yang spesifik yaitu pisang, singkong, dan
talas.
b. Morfologi Tanah
Pengamatan morfolofi tanah dilakukan dengan mengamati minipit
yang dimulai dari bagian bawah, dan memperhatikan perbedaan-
perbedaan sifat tanah pada setiap lapisan tanah. Langkah pertama yang
dilakukan yaitu membuat batas-batas berdasarkan penampakan
perbedaan warna tanah yang terlihat jelas. Langkah kedua menusuk-
nusuk bidang profil tanah menggunakan pisau lapang untuk mengetahui
konsistensi atau kepadatan seluruh profil tanah. Perbedaan kepadatan
tanah merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk membedakan
horizon profil. Langkah ketiga yaitu mengukur ketinggian profil tanah
menggunakan sabuk profilatau dengan meteran jahit. Pengukuran ini
dilakukan untuk mengetahui tingkat ketebalan horizon tersebut. Langkah
keempat yaitu mengambil sampel agregat tanah menggunakan pisau
profil tanah. Sampel agregat tanah selanjutnya segera disamakan
warnanya dengan warna tanah yang ada di buku Munsell Soil Colour
Chart. Setelah itu, hasil pengamatan dicatat dan didokumentasikan.
Tabel Pengamatan Morfologi
NOMOR HORIZON A B
KEDALAMAN (cm) 0-19/22 cm 19/22-40 cm

BATAS Kejelasan Nyata Nyata

28
29

HORIZON

WARNA MATRIKS Lembab 10 YR 2/1 7,5 YR ¾


Gumpal Gumpal
Tipe
STRUKTUR membulat membulat
Ukuran 2 cm 2 cm
Sangat
KONSISTENSI Lembab Gembur
gembur
Agak lekat/ Agak lekat/
Basah
plastis plastis
PORI Sedang Biasa Banyak

JENIS PORI Makro Makro


PERAKARAN Jumlah Sedang Sedikit

Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh hasil berupa data


jumlah horizon, kejelasan batas horizon, warna, struktur, konsistensi, pori,
jenis pori, dan perakaran pada tanah.
Pada horizon A yaitu pada kedalaman 0-19/22 cm diperoleh hasil
pengamatan batas horizon yaitu nyata dengan warna tanah 10 YR 2/1.
Struktur tanah yang didapatkan yaitu gumpal membulat dengan ukuran 2
cm. Konsistensi pada keadaan lembab yaitu sangat gembur dan pada
keadaan basah tingkat kelekatannya agak lekat atau plastisitasnya
plastis. Hasil dari pengamatan pori sedang didapatkan yaitu biasa dan
jenis porinya yaitu makro. Jumlah perakaran pada horizon A yaitu
sedang.
Pada horizon B yaitu pada kedalaman 19/22-40 cm diperoleh hasil
pengamatan batas horizon yaitu nyata dengan warna tanah 7,5 YR 3/4.
Struktur tanah yang didapatkan yaitu gumpal membulat dengan ukuran 2
cm. Konsistensi pada keadaan lembab yaitu gembur dan pada keadaan
basah tingkat kelekatannya agak lekat atau plastisitasnya plastis. Hasil
dari pengamatan pori sedang didapatkan yaitu banyak dan jenis porinya
yaitu makro. Jumlah perakaran pada horizon B yaitu sedikit.

29
30

4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tingkat degradasi lahan, terutama dari segi erosi tanah sangat erat
kaitannya dengan sifat fisik dari tanah tersebut, terkait tekstur, struktur,
konsistensi, jenis tanah dan faktor lainnya, khususnya penggunaan lahan. Pada
area UB Forest sebagai tempat pengamatan didapatkan bahwa tingkat erosi
yang rata-rata berasal dari air hujan berbeda disetiap penggunaan lahannya.
Dimana jenis penggunaan sebagai lahan pertanian menunjukkan defisiensi unsur
hara yang terbesar, dan lahan dengan jenis penggunaan sebagai hutan
menunjukkan defisiensi unsur hara yang minim. Begitu pula halnya dengan
aspek biologi dimana jenis penggunaan lahan yang kemudian berpengaruh
terhadap siklus dan ketersediaan unsur hara atau bahan organik tanah juga
berpengaruh nyata dengan adanya biota dalam tanah.
4.2 Saran
Rekomendasi yang kami berikan ialah penggunaan sistem agroforestri
karena berperan melestarikan sumber daya dilahan pengamatan. Agoforestri
memiliki fungsi dalam menjaga dan mempertahakan kelestarian sumber daya
alam dan lingkungan, khususnya terhadap kesesuaian lahan. Agroforestri juga
memiliki kelebihan dalam memelihara sifat fisik dan kesuburan tanah, serta
mempertahankan keanekaragaman hayati. Fungsi agroforestri inipun diharapkan
karena adanya komposisi dan spesies tanaman dan pepohonan yang ada dalam
satu lahan.

30
31

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Rahman As-syakur. Perubahan Penggunaan Lahan di Provinsi Bali. Jurnal


Ecotrophic, Vol 6, No 1: 201
Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB Press
Zamroh R A M.2014. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman
di Kecamatan Kaliwungu degan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Geografi
Febriana, R. 2009. Pengelolaan pemupukan tanaman sawit di perkebunan PT.
Sari Loka I (PT Astra Agro Lestari, Tbk), kabupaten Merangin, Provinsi
Jambi. [Skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 110 hlm.
Kementerian Pertanian. 2015. Gejala Kekurangan Unsur Hara pada Tanaman
Jagung,[online],(http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan/detail/1035
9/gejala-kekurangan-unsur-hara-pada-tanaman-jagung, diakses pada 1
Mei 2018)
Mulyanto, B. dan Pratiwi. 2002. Karakteristik Gelam dan Habitatnya di Ekosistem
Lahan Basah. Buletin Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Vol.3
No.2 Tahun 2002. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Makalew, A.D.N. 2001 Keanekaragaman Biota Tanah pada Agroekosistem
Tanpa Olah Tanah (TOT).Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Sari, I. 2011. Studi Ketersediaan dan Serapan Hara Mikro serta Hasil Beberapa
Varietas Kedelai pada Tanah Gambut yang di Amelioran Abu Janjang
Kelapa Sawit. Artikel. Program Pascasarjana Universitas Andalas.
Kondisi Desa Tawangargo Karang Ploso Kabupaten Malang. 2016. http://desa-
gajahrejo.malangkab.go.id/news/detail/2721/wilayah-desa
tawangargo.html

31
32

LAMPIRAN

Pengamatan Fisiografi
Daerah Survei UB Forest
Pemeta Thoriq, dkk
Tanggal 27 April 2019
Fase:
Lereng
Fisiografi/ wujud
gunung
lahan
arjuna
Bahan induk Abu vulkan
QVAW
(Quarter
Formasi geologi
Volcan Arjuno
Welirang)
Koordinat Zona UTM 49
geografi S
Dusun Sumbersari
Desa Tawang Argo
Kecamatan Karang ploso
Kabupaten Malang
Provinsi Jawa Timur
Stasiun iklim Karang ploso
Relief makro Berombak Lereng: 12%
Relief mikro Teras
Lereng Tunggal
Kemiringan 15%
Aliran permukaan Lambat
Drainase alami 6-cepat
Permeabilitas Cepat
Genangan/banjir Tanpa
Pengelolaan air Irigasi
Erosi Permukaan Kelas: ringan
Bahaya erosi Ringan

32
33

Vegetasi dan
penggunaan Semak
lahan
Vegetasi alami:
Dominan Pinus, kopi
Pisang,
Spesifik Singkong,
Talas
Rezim suhu
Rezim lengas
Udic tanah:
tanah
isohipotermik
System irigasi Tadah hujan
Pengamatan morfologi
NOMOR HORIZON A B
KEDALAMAN (cm) 0-19/22 cm 19/22-40 cm
BATAS
Kejelasan Nyata Nyata
HORIZON
MATRIK Lemba
WARNA 10 YR 2/1 7,5 YR 3/4
S b
Gumpal Gumpal
Tipe
STRUKTUR membulat membulat
Ukuran 2 cm 2 cm
Sangat
KONSISTENSI Lembab Gembur
gembur
Agak lekat/ Agak lekat/
Basah
plastis plastis
PORI Sedang Biasa Banyak
JENIS PORI Makro Makro
PERAKARAN Jumlah Sedang Sedikit

33
34

Dokumentasi Field trip pedologi


Dokumentasi Keterangan

Gambar singkapan tanah yang


ditemukan di plot 3 pedologi morfologi

Alat untuk melihat batasan batasan


horizon tanah

Singkapan, alat yang digunakan untuk


membuat singkapan

Meteran, untuk mengukur kedalaman


horizon

34
35

Buku munsell soil color chart untuk


mengetahui warna tanah

Dokumentasi Sifat fisik Keterangan

Struktur tanah gumpal membulat

Konsistensi tanah tidak lekat dan tidak


plastis

35
36

Tekstur tanah lempung berdebu

Dokumentasi sifat kimia Keterangan

Tumbuhan yang kekurangan unsur


kalium

Kekurangan unsur N

36
37

Kekurangan unsur N

Dokuementasi sifat biologi Keterangan

Frame atau tempat pemngamatan

Understorey di tempat pengamatan

37
38

Cacing tanah di tempat pengamatan

Sketsa Lahan

Tanaman pinus Tanaman talas

Tanaman pisang Tanaman singkong

Tanaman kopi

38
39

LOGBOOK KONSULTASI
LAPORAN FIELDTRIP DASAR ILMU TANAH
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS 2019

No Tanggal Catatan Asisten Tanda Tangan

39

Anda mungkin juga menyukai