Anda di halaman 1dari 9

PROBLEMATIKA REKAYASA BUDIDAYA TANAMAN

KASUS TEBU

Disusun Oleh :
Rozanov Cita Fatra A. 20160210121
Alda Ramadhani 20160210134
Eksa Cendikiawan 20160210136
Eldira Bella Y. 20160210149
Hasian Khairunnisa 20160210150
Reza Kurniawan 20160210170

PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA

November, 2017
I. KASUS
Di Desa Bekang Bantul, Pak Barwani Selama ini menanami lahan sawahnya dengan
tanaman padi. Atas iming-iming dari tetangganya dia ingin merubah sawahnya menjadi areal
tanaman tebu. Jelaskan kepada Pak Barwani bagaimana dia harus mempersiapkan lahannya
untuk tanaman tebu.

II. IDENTIFIKASI MASALAH


Bagaimana cara untuk mempersiapkan lahan sawah menjadi lahan tanaman tebu.

III. TINJAUAN PUSTAKA


A. Lahan Sawah

Lahan sawah adalah lahan yang dikelola sedemikian rupa untuk budidaya tanaman
padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau sebagian dari masa
pertumbuhan padi. Yang membedakan lahan ini dari lahan rawa adalah masa
penggenangan airnya, pada lahan sawah penggenangan tidak terjadi terus- menerus tetapi
mengalami masa pengeringan (Musa, dkk, 2006).

Tanah sawah merupakan suatu keadaan di mana tanah yang digunakan sebagai
areal pertanaman selalu dalam kondisi tergenang. Penggenangan yang dilakukan pada
tanah sawah ini akan mengakibatkan terjadinya beberapa perubahan sifat kimia yang akan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Perubahan- perubahan kimia tanah sawah yang
terjadi setelah penggenangan antara lain (Ponnamperuma, 1972 dan 1976) antara lain:
penurunan kadar oksigen dalam tanah, penurunan potensial redoks, perubahan pH tanah,
reduksi besi (Fe) dan mangan (Mn), peningkatan suplai dan ketersediaan nitrogen,
peningkatan ketersediaan fosfor ( Tim pusat penelitian tanah dan agroklimat, 2000).

B. Persiapan Lahan

Sejak tahun 1970, istilah lahan mulai banyak digunakan. Menurut FAO, lahan
diartikan sebagai tempat di permukaan bumi yang sifat-sifatnya layak disebut seimbang
dan saling berkaitan satu sama lain, memiliki atribut mulai dari biosfer atmosfer, batuan
induk, bentuk-bentuk lahan, tanah dan ekologinya, hidrologi, tumbuh-tumbuhan, hewan
dan hasil dari aktivitas manusia pada masa lalu dan sekarang yang menegaskan bahwa
variabel itu berpengaruh nyata pada penggunaan manusia saat ini dan akan datang.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) istilah lahan berarti tanah terbuka,
tanah garapan. Lahan diartikan sebagai suatu tempat terbuka di permukaan bumi yang
dimanfaatkan oleh manusia, misalnya untuk lahan pertanian, untuk membangun rumah,
dan lain-lain.

Lahan atau tanah merupakan sumberdaya alam fisik yang mempunyai peranan
penting dalam segala kehidupan manusia, karena lahan atau tanah diperlukan manusia
untuk tempat tinggal dan hidup, melakukan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan,
kehutanan, pertambangan dan sebagainya. Karena pentingnya peranan lahan atau tanah
dalam kehidupan manusia, maka ketersediaannya juga jadi terbatas. Keadaan ini
menyebabkan penggunaan tanah yang rangkap (tumpang tindih), misalnya tanah sawah
yang digunakan untuk perkebunan tebu, kolam ikan atau penggembalaan ternak atau
tanah hutan yang digunakan untuk perladangan atau pertanian tanah kering. (Prasetyo,
dkk, 2011).

Pemahaman tentang tipe-tipe tanah yang penting bagi pemanfaatan dan daya guna
lahan. Tidak semua tipe tanah bisa dipakai untuk lahan pertanian, untuk membangun
rumah, berdirinya pabrik, atau alas jalan. Setiap tanah memiliki karakteristiknya sendiri
yang memberi pengaruh pada terbatasnya daya guna lahan di atas tanah itu.Sebelum
pemanfaatan lahan di atas tanah, harus melakukan survey tanah terlebih dahulu.

Pendayagunaan tanah sebagai sumber daya tidak hanya sebatas tanah dalam batas
yang sempit, tetapi lebih luas berupa lahan. Lahan mempunyai peranan penting dalam
kehidupan manusia, tumbuhan, dan makhluk lainnya. Manusia selalu berusaha memiliki
dan menguasai lahan, yang ikut menentukan status sosialnya. Kebutuhan hidup manusia
yang beragam, penguasaan teknologi, kondisi sosial budaya, dan ekonomi masyarakat
yang berbeda merupakan faktor yang menentukan dalam penggunaan lahan. Pengelolaan
lahan merupakan upaya yang dilakukan manusia dalam pemanfaatan lahan sehingga
produktivitas lahan tetap tinggi secara berkelanjutan (jangka panjang). (Prasetyo, dkk,
2012).
Penggunaan sumber daya lahan dapat dibagi ke dalam tiga kelompok manfaat dan
peranan, yaitu:

1. Lahan digunakan untuk tempat tinggal, berusaha, bercocok tanam, dan tambak ikan.
2. Lahan sebagai kawasan hutan yang menopang kehidupan vegetasi satwa liar.
3. Lahan sebagai daerah pertambangan yang bermanfaat bagi manusia.

Besarnya manfaat dan pentingnya peran lahan menyebabkan sering terjadi konflik
kepentingan dalam penggunaannya. Namun, bagaimana manusia dapat memanfaatkan
dengan baik sumber daya tanah berupa lahan secara seimbang sesuai dengan potensi dan
kebutuhannya.

Lahan merupakan hamparan permukaan bumi yang kompleks (komponen biotik


dan abiotik). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tanah merupakan bagian dari lahan,
namun lahan bukanlah bagian dari tanah.

Persiapan lahan merupakan pekerjaan membuka lahan dan membersihkan dari


vegetasi yang ada untuk diolah dan disiapkan untuk penanaman. Didalam pembukaan
lahan areal yang dibuka berupa hutan primer, hutan sekunder. Oleh karena itu
berdasarkan kriteria hutan yang ada dan intensitas pekerjaan yang harus dikerjakan maka
dapat digolongkan hutan berat,hutan sedang, dan hutan ringan. (Prasetyo, dkk, 2008).

Pendayagunaan lahan atau tanah memerlukan pengelolaan yang tepat dan sejauh
mungkin mencegah dan mengurangi kerusakan dan dapat menjamin kelestarian sumber
daya alam tersebut untuk kepentingan generasi yang akan datang. Pada sistem lingkungan
tanah, usaha-usaha yang perlu dikerjakan ialah rehabilitasi, pengawetan, perencanaan dan
pendayagunaan tanah yang optimum.

C. Tanaman Tebu

Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman perdu yang tebu tumbuh


didaerah tropika dan sub tropika sampai batas garis isoterm 20C yaitu antara 19 LU
35 LS. Kondisi tanah yang baik bagi tanaman tebu adalah yang tidak terlalu kering dan
tidak terlalu basah, selain itu akar tanaman tebu sangat sensitif terhadap kekurangan udara
dalam tanah sehingga pengairan dan drainase harus sangat diperhatikan. Dilihat dari jenis
tanah, tanaman tebu dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah seperti tanah alluvial,
grumosol, latosol dan regusol dengan ketinggian antara 0 1400 m diatas permukaan
laut. Akan tetapi lahan yang paling sesuai adalah kurang dari 500 m diatas permukaan
laut. Sedangkan pada ketinggian > 1200 m diatas permukaan laut pertumbuhan tanaman
relative lambat. Kemiringan lahan sebaiknya kurang dari 8%, meskipun pada kemiringan
sampai 10% dapat juga digunakan untuk areal yang dilokalisir. Kondisi lahan terbaik
untuk tebu adalah berlereng panjang, rata dan melandai sampai 2% apabila tanahnya
ringan dan sampai 5 % apabila tanahnya lebih berat (Ditjenbun, 2004).

1. Tanah
a. Sifat fisik tanah

Struktur tanah yang baik untuk pertanaman tebu adalah tanah yang gembur
sehingga aerasi udara dan perakaran berkembang sempurna, oleh karena itu upaya
pemecahan bongkahan tanah atau agregat tanah menjadi partikel-partikel kecil akan
memudahkan akar menerobos. Sedangkan tekstur tanah, yaitu perbandingan partikel-
partikel tanah berupa lempung, debu dan liat, yang ideal bagi pertumbuhan tanaman
tebu adalah tekstur tanah ringan sampai agak berat dengan kemampuan menahan air
cukup dan porositas 30 %. Tanaman tebu menghendaki solum tanah minimal 50 cm
dengan tidak ada lapisan kedap air dan permukaan air 40 cm. Sehingga pada lahan
kering, apabila lapisan tanah atasnya tipis maka pengolahan tanah harus dalam.
Demikian pula apabila ditemukan lapisan kedap air, lapisan ini harus dipecah agar
sistem aerasi, air tanah dan perakaran tanaman berkembang dengan baik (Syakir,
2010).

b. Sifat kimia tanah

Tanaman tebu dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki pH 6
7,5, akan tetapi masih toleran pada pH tidak lebih tinggi dari 8,5 atau tidak lebih
rendah dari 4,5. Pada pH yang tinggi ketersediaan unsur hara menjadi terbatas.
Sedangkan pada pH kurang dari 5 akan menyebabkan keracunan Fe dan Al pada
tanaman, oleh karena itu perlu dilakukan pemberian kapur (CaCo3) agar unsur Fe dan
Al dapat dikurangi. Bahan racun utama lainnya dalam tanah adalah klor (Cl), kadar Cl
dalam tanah sekitar 0,06 0,1 % telah bersifat racun bagi akar tanaman. Pada tanah
ditepi pantai karena rembesan air laut, kadar Cl nya cukup tinggi sehingga bersifat
racun. (Syakir, 2010).

2. Iklim
Pengaruh iklim terhadap pertumbuhan tebu dan rendemen gula sangat besar.
Dalam masa pertumbuhan tanaman tebu membutuhkan banyak air, sedangkan saat
masak tanaman tebu membutuhkan keadaan kering agar pertumbuhan terhenti.
Apabila hujan tetap tinggi maka pertumbuhan akan terus terjadi dan tidak ada
kesempatan untuk menjadi masak sehingga rendemen menjadi rendah (Syakir, 2010).

a. Curah hujan

Tanaman tebu dapat tumbuh dengan baik didaerah dengan curah hujan
berkisar antara 1.000 1.300 mm per tahun dengan sekurang-kurangnya 3 bulan
kering. Distribusi curah hujan yang ideal untuk pertanaman tebu adalah: pada periode
pertumbuhan vegetatif diperlukan curah hujan yang tinggi (200 mm per bulan) selama
5-6 bulan. Periode selanjutnya selama 2 bulan dengan curah hujan 125 mm dan 4 5
bulan dengan curah hujan kurang dari 75 mm/bulan yang merupakan periode kering.
Periode ini merupakan periode pertumbuhan generative dan pemasakan tebu. Ditinjau
dari kondisi iklim yang diperlukan, maka wilayah yang dapat ideal diusahakan untuk
tebu lahan kering/tegalan berdasarkan Oldemen dan Syarifudin adalah tipe B2, C2,
D2 dan E2. Sedangkan untuk tipe iklim B1C1D1dan E1 dengan 2 bulan musim
kering, dapat diusahakan untuk tebu dengan syarat tanahnya ringan dan berdrainase
bagus. Untuk tipe iklim D3, E3 dan D4 dengan 4 bulan kering, dapat pula diusahakan
dengan syarat adanya ketersediaan air irigasi. (Syakir, 2010)

b. Suhu

Pengaruh suhu pada pertumbuhan dan pembentukan sukrisa pada tebu cukup
tinggi. Suhu ideal bagi tanaman tebu berkisar antara 24 C34 C dengan perbedaan
suhu antara siang dan malam tidak lebih dari 10 C. Pembentukan sukrosa terjadi pada
siang hari dan akan berjalan lebih optimal pada suhu 30 C. Sukrosa yang terbentuk
akan ditimbun/disimpan pada batang dimulai dari ruas paling bawah pada malam hari.
Proses penyimpanan sukrosa ini paling efektif dan optimal pada suhu 15 C. 3. Sinar
Matahari Tanaman tebu membutuhkan penyinaran 12-14 jam setiap harinya. Proses
asimilasi akan terjadi secara optimal, apabila daun tanaman memperoleh radiasi
penyinaran matahari secara penuh sehingga cuaca yang berawan pada siang hari akan
mempengaruhi intensitas penyinaran dan berakibat pada menurunnya proses
fotosintesa sehingga pertumbuhan terhambat (Syakir, 2010)
c. Angin

Kecepatan angin sangat berperan dalam mengatur keseimbangan kelembaban


udara dan kadar CO2 disekitar tajuk yang mempengaruhi proses fotosintesa. Angin
dengan kecepatan kurang dari 10 km/jam disiang hari berdampak positif bagi
pertumbuhan tebu, sedangkan angin dengan kecepatan melebihi 10 km/jam akan
mengganggu pertumbuhan tanaman tebu bahkan tanaman tebu dapat patah dan roboh
(Syakir, 2010).

IV. ANALISIS MASALAH


Pak Barwani ingin menanam tanaman tebu pada lahan miliknya. Sebelumnya lahan
digunakan untuk lahan sawah. Apa saja yang harus dilakukan Pak Barwani untuk
mempersiapkan lahan miliknya sesuai untuk tanaman tebu?

V. PENYELESAIAN MASALAH
1. Pengolahan Lahan

Secara garis besar budidaya tebu dapat dibagi menjadi dua sistem, yaitu Reynoso dan
Tebu Lahan Kering. Sistem Reynoso digunakan pada lahan sawah yang pelaksanaannya
sebagian besar secara manual. Sedangkan tebu lahan kering teknik budidaya dilakukan secara
mekanisasi dan pengairannya sangat tergantung dari curah hujan atau suplisi air hanya di saat
periode kritis. Pada umumnya teknik budidaya tebu sawah dilaksanakan dengan sistem
reynoso, yaitu suatu sistem budidaya tebu yang dirancang untuk lahan basah, sehingga
diperlukan suatu saluran (got) untuk mengatur muka air tanah.

Untuk budidaya tebu lahan sawah diperlukan saluran untuk mengatur muka air tanah.
Hal pertama yang dilakukan adalah membuat saluran (got). Pada sistem reynoso lahan dibuka
dengan satuan 1 hektar sebagai luasan pokok. Kemudian dibuat bukaan dengan membuat
saluran membujur (got malang) dan saluran melintang (got membujur). Luasan satu hektar
dibagi menjadi 10 petak (bak) yang dibatasi oleh got malang dan got mujur. Pembuatan got
ini secara total dilakukan secara manual.

Pada Sistem Reynoso pembuatan lubang tanam (juringan) dibuat secara manual
dengan ukuran panjang 10 m dan lebar pusat ke pusat (pkp) 1,10 m, sehingga dalam satu
hektar diperoleh 1.400 lubang tanam. Namun jika tanah semakin subur jumlah juringan
dibuat lebih sedikit dari 1.400 juring. Juringan dibuat sedalam 40 cm agar nantinya perakaran
dapat berkembang dengan baik. Mutu juringan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman selanjutnya.

Sebelum memasuki proses penanaman, perlu diperhatikan pH tanah sawah tersebut.


Jika pH tanah terlalu asam, maka perlu penambahan kapur CaCO3 agar unsur Fe dan Al dapat
dikurangi sehingga tanaman tidak keracunan.

2. Penanaman

Proses selanjutnya adalah penanaman bibit. Bibit yang digunakan di lahan sawah
dapat berupa bibit bagal atau bibit rayungan. Umumnya digunkaan bibit dengan 2 mata untuk
menjaga kepastian tumbuh. Dalam satu meter juringan ditanam 5 6 stek bibit. Waktu tanam
yang ideal untuk tebu sawah adalah bulan Mei Juni, sehingga pada saat panen bulan Juli
September tanaman sudah cukup masak dan memiliki bobot tebu yang tinggi. Penanaman
bibit diusahakan agar mata bibit menghadap ke samping. Apabila mata bibit menghadap
keatas maka tunas akan muncul lebih dulu pada permukaan tanah daripada mata bibit yang
menghadap kebawah. Keadaan tersebut disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan oleh tunas
untuk mencapai permukaan tanah menjadi dua kali lebih lama, secara perhitungan jaraknya
saja sudah jelas lebih jauh untuk mencapai permukaan tanah sehingga mengakibatkan
pertumbuhan tidak seragam dan pertumbuhan tunas terganggu.

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Tanaman Tebu adalah tanaman
yang menghendaki tanah yang gembur sehingga aerasi udara dan perakaran berkembang
sempurna. Tananam Tebu dapat ditanam di lahan sawah dengan Sistem Reynoso dengan
mengatur muka air tanah, serta penambahan kapur jika tanah terlalu asam.

DAFTAR PUSTAKA
Ditjenbun, 2004. Pedoman Teknologi Budidaya Tebu Lahan Kering. Jakarta
Muhammad Syakir. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Tebu. Penerbit ESKA Media. Jakarta.
Musa, L., Mukhlis dan A. Rauf. 2006. Dasar Ilmu Tanah. FP USU. Medan.
Prasetyo, dkk. 2008. Bahan Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan I. Fakultas Pertanian
UNIB, Bengkulu.
Prasetyo, dkk. 2011. Penuntun praktikum Budidaya Tanaman Tahunan. Laboratorium
Agronomi UNIB, Bengkulu.
Prasetyo, dkk. 2012. Penuntun praktikum Budidaya Tanaman Tahunan. Laboratorium
Agronomi UNIB, Bengkulu.
Ponnamperuma, F.N. 1972. The Chemistry of Submerged Soils. Advances in Agronomy. 24 :
29 96.

Anda mungkin juga menyukai