Anda di halaman 1dari 26

DASAR ILMU TANAH

DI UB FOREST DUSUN SUMBERSARI, DESA TAWANG ARGO,


KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG

DISUSUN OLEH F1

K
E
L
A
S
:F
K PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
E FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
L MALANG
O 2019
M
P
O
K

:
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
DASAR ILMU TANAH
DI UB FOREST DUSUN SUMBERSARI, DESA TAWANGARGO,
KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG
Disusun Oleh:
Yobi Aditias (185040100111076)
Della Tarina Maylinda (185040100111008)
Nurhayatul Fadzila (185040100111011)
Cahya Jati Mahmud (185040100111014)
Aanisah Rozaan (185040100111020)
Ardhya Yosheta Rahma (185040100111021)
Brilianty Kartika Ramadhani (185040100111030)
Skolastika Christy Ayu Adinda (185040100111039)
Gilang Muhammad Romadhon (185040100111064)
Hermansyah (185040100111075)
Adinda Indira Diva Rahmad (185040100111080)
M. Taufiqurrahman (185040100111105)
M. Zufar Audan (185040100111111)
Desi Kusnita (185040100111124)
Steiven Miller (185040100111127)
Dita Aprilah Sari (185040100111128)

Laporan ini telah dikonsultasikan dan tidak ada unsur kecurangan. Jika asisten
penguji menemukan kecurangan akan mendapatkan nilai 0

Asisten Kelompok Praktikum Koordinator Kelompok

Benediktus Lucky Yobi Aditias


NIM: 165040207111105 NIM:185040100111076

Mengetahui, Koordinator Asisten Praktikum


Dasar Ilmu Tanah 2019

Muhamad Ihsal Mahendra


NIM : 17504020011100
kata pengantar
Daftar Isi

1 Pendahuluan.................................................................................................7
1.1 Latar Belakang.......................................................................................7
1.2 Manfaat7
1.3 Tujuan 7
2 Metode Pelaksanaan.....................................................................................8
2.1 Lokasi Administrasi Wilayah...................................................................8
2.2 Tempat dan Waktu.................................................................................8
2.3 Alat dan Bahan.......................................................................................8
2.3.1 Pengamatan Fisika Tanah...............................................................8
2.3.2 Pengamatan Kimia Tanah...............................................................9
2.3.3 Pengamatan Biologi Tanah.............................................................9
2.3.4 Pengamatan Pedologi...................................................................10
3 Hasil dan Pembahasan................................................................................11
3.1 Pengamatan Lapang............................................................................11
3.1.1 Pengamatan Biologi Tanah...........................................................11
3.1.2 Pengamatan Kimia Tanah.............................................................13
3.1.3 Pengamatan Fisika Tanah.............................................................13
3.1.4 Fisiografis 15
3.1.5 Morfologi 15
3.2 Pembahasan.........................................................................................17
3.2.1 Perbandingan Antara Sifat Fisika Tanah pada Ketiga Penggunaan
Lahan 17
3.2.2 Perbandingan Antara Sifat Kimia Tanah pada Ketiga Penggunaan
Lahan 19
3.2.3 Perbandingan Antara Sifat Biologi Tanah pada Ketiga Penggunaan
Lahan 20
3.2.4 Pengamatan Pedologi...................................................................21
4 Penutup.......................................................................................................23
4.1 Kesimpulan...........................................................................................23
4.2 Saran 23
Daftar tabel
Tabel 1. Alat, bahan, dan fungsi pengamatan fisika tanah.................................................8
Tabel 2. Alat, bahan, dan fungsi pengamatan kimia tanah.................................................9
Tabel 3. Alat, bahan, dan fungsi pengamatan biologi tanah..............................................9
Tabel 4. Alat, bahan, dan fungsi pengamatan morfologi tanah........................................10
Tabel 5. Alat, bahan, dan fungsi pengamatan fisiologi tanah...........................................10
Tabel 6. Pengamatan Biologi Tanah.................................................................................11
Tabel 7. Pengamatan Kimia Tanah...................................................................................13
Tabel 8. Pengamatan Fisika Tanah...................................................................................14
Tabel 9. Morfologi............................................................................................................16
Daftar gambar
1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Tanah merupakan salah satu faktor utama dalam sektor pertanian. Tanah
menjadi media tumbuh untuk tanaman dan menyediakan unsur hara bagi
tanaman. Selain itu tanah juga berfungsi untuk keberlangsungan hidup manusia
dan makhluk hidup lainnya. Tanah tersususn dari campuran bahan mineral,
organik, air dan udara. Pembentukan perkembangan dan keberadaan tanah
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi suhu, curah hujan,iklim, topografi
dan sifat tanah. Sifat tanah meliputi sifat fisika tanah, biologi dan kimia. Sifat
fisika tanah membahas tentang struktur tanah, tekstur tanah, konsistensi, warna
tanah. Sedangkan sifat biologi tanah membahas tentanag bahan organik dan
organisme dalam tanah. Dan sifat kimia tanah membahas tentang pH tanah,
kapasitas tukar kation (KTK) dan lain lain. Sifat sifat tanah berhubungan dengan
kesuburan tanah. Kesuburan setiap tanah berbeda-beda tergantung dari letak
dan posisi wilayahnya. Tanah yang subur bermanfaat untuk proses penanaman
agar lebih optimal.
Dalam suatu wilayah penggunaan tanah dapat dijadikan bermacam-
macam sesuai dengan kebutuhannya seperti sebagai lahan tanaman musiman,
lahan agroforestry, dan hutan produksi. Kegiatan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah
yang diakukan di UB forest dilakukan untuk mengamati sifat-sifat tanah dan
karakteristik tanah mulai dari sifat kimia, sifat fisika, serta sifat biologi dan serta
pedologi pada tanah. Tanah yang terdapat di lapang memiliki karakteristik dan
jenis tanah yang berbeda-beda. Maka dari itu perlu dilakukan pengamatan
terhadap tanah yang berada dilapang untuk mengetahui sifat-sifat tanah,
kharakteristik tanah dan tingkat kesuburan tanah tersebut.
1.2 Manfaat
Tujuan kegiatan fieldtrip ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengamati
sifat fisika, sifat kimia, dan sifat biologi serta pedologi tanah pada masing-masing
penggunaan lahan tanaman musiman, hutan produksi dan agroforestry.
1.3 Tujuan
Setelah melakukan kegiatan fieldtrip ini dilaksanakan, diharapkan
praktikan dapat membandingkan sifat fisika, sifat kimia, dan sifat biologi pada
masing-masing penggunaan lahan tanaman musiman, hutan produksi, dan
agroforestry.
2 Metode Pelaksanaan

2.1 Lokasi Administrasi Wilayah


Kegiatan fieldtrip dasar ilmu tanah dilaksanakan di UB Forest dengan luas
wilayah 554 Hektare yang terletak di lereng Gunung Arjuno tepatnya di Dusun
Sumbersari, Desa Tawang Argo dan Karangploso, Kecamatan Karangploso
Kabupaten Malang. Secara astronomis Kecamatan Karangploso Malang terletak
diantara 112,3506 sampai 122, 3753 Bujur Timur dan 7,5514 sampai 7,5227
Lintang Selatan. Kecamatan Karangploso tergolong datar dan perbukitan dengan
luas kawasan sekitar 58,74 km2 atau sekitar 1,97 persen dari total luas
Kabupaten Malang. Batas-batas wilayang Karangploso adalah sebelah Utara:
Kota Batu, dan Kecamatan Singosari, sebelah Barat: Kota Batu, sebelah Timur:
Kecamatan Singosari dan sebelah Selatan: Kota Malang dan Kecamatan Dau
(BPS, 2017)
2.2 Tempat dan Waktu
Kegiatan fieldtrip Dasar Ilmu Tanah dilaksanakan di UB Forest tepatnya di
Dusun Sumbersari, Desa Tawang Argo, Karangploso, Kabupaten Malang pada
hari sabtu, 27 April 2019.

2.3 Alat dan Bahan


2.3.1 Pengamatan Fisika Tanah
Berikut alat dan bahan yang dibutuhkan pada pengamatan fisika beserta
fungsinya.

Tabel 1. Alat, bahan, dan fungsi pengamatan fisika tanah

Alat
Nama Alat Fungsi
Ring sampel Untuk mengambil sampel tanah
Ring master Untuk menekan ring sampel
Pisau lapang Untuk membersihkan tanah pada ring
sampel
Cetok Untuk menggali tanah
Plastik Untuk meletakkan sampel tanah
Karet gelang Untuk mengikat plastik
Label Untuk memberi nama pada plastik
Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
Kamera Untuk mendokumentasi hasil
pengamatan
Modul fieldtrip Sebagai panduan saat pengamatan
Bahan
Nama Bahan Fungsi
Sampel tanah Sebagai objek pengamatan
Air Untuk menghomogenkan tanah
2.3.2 Pengamatan Kimia Tanah
Berikut alat dan bahan yang dibutuhkan pada pengamatan kimia beserta
fungsinya.

Tabel 2. Alat, bahan, dan fungsi pengamatan kimia tanah

Alat
Nama Alat Fungsi
Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
Kamera Untuk mendokumentasi hasil
pengamatan
Modul fieldtrip Sebagai panduan saat pengamatan
Bahan
Nama Bahan Fungsi
- -

2.3.3 Pengamatan Biologi Tanah


Berikut alat dan bahan yang dibutuhkan pada pengamatan biologi beserta
fungsinya.

Tabel 3. Alat, bahan, dan fungsi pengamatan biologi tanah

Alat
Nama Alat Fungsi
Frame 50x50 cm Untuk membatasi plot pengamatan
Batu Untuk menentukan pusat frame
Cetok Untuk menggali tanah
Kamera Untuk mendokumentasi hasil
pengamatan
Modul fieldtrip Sebagai panduan saat pengamatan
Bahan
Nama Bahan Fungsi
- -
2.3.4 Pengamatan Pedologi
Berikut alat dan bahan yang dibutuhkan pada pengamatan pedologi
beserta fungsinya.

Tabel 4. Alat, bahan, dan fungsi pengamatan morfologi tanah

Alat
Nama Alat Fungsi
Pisau lapang Untuk mengetahui tingkat konsistensi
tanah dan untuk membatasi horizon
Cetok Untuk menggali tanah
Buku munsell soil color chart Sebagai pedoman untuk menentukan
warna tanah
Meteran Untuk mengukur kedalaman horizon
Sabuk profil Sebagai alat untuk emngatassi
pemalsuan data
Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
Papan dada Sebagai alas untuk menulis
Kamera Untuk mendokumentas i hasil
pengamatan
Form pengamatan Untuk mencatat hasil pengamatan
Modul fieldtrip Sebagai panduan saat pengamatan
Bahan
Bahan Fungsi
Tanah Sebagai objek pengamatan
Air Untuk membasahi tanah

Tabel 5. Alat, bahan, dan fungsi pengamatan fisiologi tanah

Alat
Nama Alat Fungsi
Klinometer Untuk mengetahui kemiringan lereng
Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
Papan dada Sebagai alas untuk menulis
Kamera Untuk mendokumentasi hasil
pengamatan
Form pengamatan Untuk mencatat hasil pengamatan
Modul fieldtrip Sebagai panduan saat pengamatan
Bahan
Bahan Fungsi
Air Untuk mengetahui jenis aliran
permukaan dan permeabilitas
3 Hasil dan Pembahasan
3.1 Pengamatan Lapang
3.1.1 Pengamatan Biologi Tanah
Pengamatan biologi tanah dilakukan pada titik 1, 2, dan 3. aspek aspek
yang diamati antara lain jumlah vegetasi tumbuhan, seresah, makroorganisme
tanah dan kascing. Berikut merupakan data pengamatan biologi tanah.

Tabel 6. Pengamatan Biologi Tanah

Jumlah
Titik No Pengamatan
Frame 1 Frame 2
1 Vegetasi
Semanggi Banyak Banyak
2 Seresah
Daun Banyak Sedikit
Titik 1.
3 Makroorganisme
Lahan
Semut Merah Banyak Banyak
Tanaman
Kecoa Tanah Sedikit -
Semusim
Semut Hitam - Sedikit
Serangga Sedang Sedang
4 Kascing
Sedang Sedang
1 Vegetasi
Pacar Air Banyak Banyak
2 Seresah
Daun Banyak Banyak
Titik 2.
3 Makroorganisme
Lahan
Ulat Bulu Sedikit -
Hutan
Semut Sedikit Banyak
Produksi
Lipan Sedikit -
Laba-laba - Sedikit
4 Kascing
- -
1 Vegetasi
Kopi Banyak Banyak
2 Seresah
Daun Sedang Sedang
3 Makroorganisme
Walang Sangit Sedikit -
Titik 3. Kecoa Tanah Sedikit -
Lahan Semut Hitam Banyak -
Agroforestry Kutu Sedikit
Uret - Sedikit
Ulat - Sedikit
4 Kascing
Sedang Sedang

Pada hutan semusim didapatkan hasil vegetasi pada frame satu dan dua
yaitu semanggi dengan jumlah yang banyak. Sedangkan pada lahan hutan
produksi vegetasi yang didapatkan adalah pacar air dengan jumlah yang banyak.
Dan pada lahan agroforestry didapatkan vegetasi berupa kopi pada kedua frame
dengan jumlah yang banyak.
Pengamatan seresah pada hutan semusim ditemukan seresah berupa
daun pada frame satu dengan jumlah yang banyak dan pada frame dua dengan
jumlah yang sedikit. Sedangkan pada hutan produksi, didapatkan pula seresah
berupa daun pada frame satu dan dua dengan jumlah yang banyak. Pada hutan
agroforestry, seresahnya berupa daun dengan jumlah yang sedang pada
masing- masing frame.
Pada hutan semusim terdapat makroorganisme berupa kecoa tanah pada
frame satu dengan jumlah sedikit sedangkan pada frame dua terdapat semut
hitam dengan jumlah yang sedikit pula dan pada kedua frame terdapat semut
merah dengan jumlah yang banyak dan serangga dengan jumlah sedang.
Sedangkan mikroorganisme pada hutan produksi ditemukan lipan dan ulat bulu
pada frame satu dengan jumlah sedikit, pada frame dua terdapat laba-laba
dengan jumlah sedikit dan pada kedua frame terdapat semut dengan jumlah
yang banyak. Terdapat pula makroorganisme pada hutan agroforestry berupa
walang sangit, kecoa tanah, dan kutu pada frame satu dengan jumlah sedikit,
dan semut hitam dengan jumlah banyak sedangkan pada frame dua ditemukan
uret dan ulat dengan jumlah sedikit.
Pada hutan semusim didapatkan kascing dengan jumlah sedikit.
Sedangkan pada hutan agroforestry terdapat kascing dengan jumlah yang dan
sedangkan pada hutan produksi tidak ditemukan kascing.
3.1.2 Pengamatan Kimia Tanah
Pengamatan kimia tanah dilakukan pada titik 1,2, dan 3. Aspek yang
diamati adalah gejala kekurangan unsur hara pada vegetasi. Berikut merupakan
data pengamatan kimia tanah.

Tabel 7. Pengamatan Kimia Tanah

Kekurangan
Titik No Tanaman Gejala
Unsur
Titik 1. Daun berwarna
Hutan 1 Cabai kuning Nitrogen
Semusim Daun keriting
Pinggir daun
Titik 2. 1 Pandan berduri Kalium
berwarna kuning
Hutan
Daun berwarna
Produksi 2 Petai Cina Nitrogen
kuning
Titik 3.
Pinggir daun
Hutan 1 Kunyit Kalium
berwarna kuning
Agroforestry

Pada titik 1 lahan hutan semusim terdapat tanaman cabai yang


kekurangan unsur Nitrogen yaitu ditandai dengan daun berwarna kuning dan
daunnya keriting. Sedangkan pada titik 2 lahan hutan produksi ditemukan
tanaman pandan berduri yang kekurangan unsur Kalium yang ditandai dengan
pinggir daun berwarna kuning dan juga terdapat tanaman petai cina yang
kekurangan unsur Nitrogen yang ditandai dengan daun berwarna kuning. Dan
pada titik 3 terdapat tanaman kunyit yang kekurangan unsur Kalium yaitu ditandai
dengan pinggir daun berwarna kuning.
3.1.3 Pengamatan Fisika Tanah
Pengamatan sifat fisik tanah dilakukan pada titik 1, 2, dan 3 Aspek-aspek
yang diamati diantaranya struktur, tekstur, konsistensi, permeabilitas, drainase,
berat isi dan berat jenis tanah. Berikut merupakan data yang didapatkan dari
pengamatan sifat fisik tanah.
Tabel 8. Pengamatan Fisika Tanah

Titik No. Sifat Fisik Keterangan


Struktur Gumpal bersudut
Tekstur Lempung berdebu
Lembab: Gembur. Basah:
Konsistensi
Titik 1. Hutan Agak lekat/Agak plastis
1
Semusim Permeabilitas Cepat
Drainase Cepat
0,603308189
Berat Isi & Berat
Jenis &2,857142857

Struktur Gumpal membulat


Tekstur Lempung berdebu

Titik 2. Lembab: Sangat Gembur

Lahan Konsistensi Basah: Agak Lekat/Agak


Hutan 2.
plastis
Produks Permeabilitas Sedang
Drainase Sedang
Berat Isi & Berat Jenis 0,787592224
&2,636363636
Struktur Gumpal membulat
Tekstur Pasir
Titik 3.
Lembab: Gembur. Basah:
Lahan Konsistensi
3. Agak Lekat /Agak plastis
Agrofore
Permeabilitas Sedang
stry
Drainase Cepat
Berat Isi & Berat Jenis -

Pada lahan semusim didapatkan struktur tanah gumpal bersudut


sedangkan pada lahan hutan produksi dan lahan agroforestry ditemukan struktur
tanah berupa gumpal membulat. Pada pengamatan tesktur tanah pada lahan
semusim dan hutan produksi ditemukan tekstur tanah lempung berdebu
sedangkan pada hutan produksi tekstur tanahnya berupa pasir. Pada lahan
semusim dan lahan agroforestry tanahnya memiliki konsistensi yang sama yaitu
pada kondisi lembab, konsistensi tanahnya gembur dan pada kondisi basah,
konsistesi tanahnya agak lekat dan agak plastis sedangkan pada hutan produksi
konsistensi tanah saat kondisi lembab yaitu sangat gembur dan dalam kondisi
basah, konsistensi tanahnya agak lekat dan agak plastis. Untuk pengamatan
permeabilitas pada hutan semusim terjadi secara cepat sedangkan pada hutan
produksi dan agroforestry, permeabilitasnya terjadi secara sedang. Dan drainase
pada hutan semusim dan lahan agroforestry terjadi secara cepat dan pada hutan
produksi drainasenya terjadi secara sedang. Pada pengamatan berat isi dan
berat jenis, Lahan semusim memiliki berat isi sebanyak 0,603308189 dan berat
jenis sebanyak 2,857142857. Sedangkan pada hutan produksi berat isi sebanyak
0,787592224 dan berat jenis sebanyak 2,636363636
3.1.4 Fisiografis
Pada lahan UB Forest di desa Sumbersari, Kecamatan Karangploso,
Kabupaten Malang memiliki fisiografis berupa lereng tunggal dengan kemiringan
6%, berelief makro berupa berombak. Pada titik ini memiliki aliran permukaan
yang sedang, dan drainase alami agak cepat. Permeabilitas pada lahan ini agak
cepat, yang mengakibatkan tidak adanya genangan, karena struktur pada tanah
condong berpasir, dan banyaknya vegetasi akar yang banyak. Pengelolaan air di
lahan ini bertipe irigasi. Dan sumber air berupa sungai dengan system irigasi
tadah hujan. Pada lahan ini juga ditemukan erosi permukaan, yang berkelas
ringan. Bahaya erosi ini tidak terlalu membahayakan/ringan. Vegetasi alami yang
dominan pada lahan ini adalah pinus, rerumputan dan kopi. Untuk vegetasi
spesifiknya adalah talas dan ketela.
3.1.5 Morfologi

Pada pengamatan pedologi yang dilakukan pada jalur 2 diperoleh data


morfologi tanah, yaitu sebagai berikut.
Tabel 9. Morfologi

Penamapang Horizon Deskripsi


Hitam (10YR 2/1), tipe;
granular, lembab; sangat
gembur, basah; tidak
1
lekat; tidak plastis, pori;
( 0-15/27 cm)
makro, batas horizon;
kejelasan; nyata;
topografi; ombak.
Coklat (7,5YR 4/4), tipe;
gumpal bersudut,
2 lembab; gembur, basah;
(15/27-50 cm) lekat; plastis, pori; mikro,
batas horizon; kejelasan;
nyata; topografi; rata.

Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh hasil berupa data jumlah


horizon, kejelasan dan topografi pada batas horizon, warna, struktur, konsistensi
dan jenis pori pada tanah.
Pada horizon nomor 1 yaitu pada kedalaman 0-15/27 cm diperoleh hasil
pengamatan batas horizon yaitu nyata dengan topografi yang ombak, warna
tanah 10YR 2/1. Struktur tanah yang didapatkan adalah granular. Konsistensi
pada keadaan lembab yaitu gembur dan pada keadaan basah yaitu tingkat
kelekatannya tidak lekat dan tingkat plastisitasnya tidak plastis. Hasil
pengamatan jenis pori yang didapatkan adalah jenis pori makro.
Pada horizon nomor 2 yaitu pada kedalaman 15/27-50 cm diperoleh hasil
pengamatan batas horizon yaitu nyata dengan topografi yang rata, warna tanah
7,5YR 4/4. Struktur tanah yang didapatkan adalah gumpal bersudut. Konsistensi
pada keadaan lembab yaitu gembur dan pada keadaan basah yaitu tingkat
kelekatannya lekat dan tingkat plastisitasnya plastis. Hasil pengamatan jenis pori
yang didapatkan yaitu jenis pori mikro.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Perbandingan Antara Sifat Fisika Tanah pada Ketiga Penggunaan Lahan
Pengamatan sifat fisik tanah dilakukan pada penggunaan lahan tanaman
semusim, hutan produksi dan agroforestri. Pengamatan sifat fisik tanah meliputi
pengamatan struktur, tekstur, konsistensi, permeabilitas, drainase serat berat isi
dan berat jenis. Pada pengamatan struktur tanah didapatkan hasil gumpal
bersudut pada lahan tanaman semusim, pada penggunaan lahan hutan produksi
didapatkan hasil struktur tanah gumpal membulat dan pada penggunaan lahan
agroforestri didapatkan hasil struktur tanah granuler. Struktur tanah merupakan
gumpalan kecil dari butir-butir tanah yang terjadi karena butir-butir pasir,liat dan
debu terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik
(Hardjowigeno, 2015). Sidiq (2017) menyatakan bahwa struktur tanah sangat
berpengaruh terhadap kondisi drainase, susunan agregrat tanah akan membetuk
pori-pori dengan ukuran yang berbeda sehingga tanah yang strukturnya baik
memiliki drainase yang baik pula dan akan mempermudah system perakaran
tanaman untuk menyerap unsur hara.
Berdasarkan hasil pengamatan sifat fisik tanah pada penggunaan lahan
tanaman semusim, hutan produksi dan agroforestri. Pada penggunaan lahan
tanaman semusim dan hutan produksi menghasilkan tekstur tanah sama yaitu
lempung berdebu dan pada penggunaan lahan agroforestri tekstur tanahnya
yaitu pasir. Menurut Hanafiah (2013) Tekstur tanah menunjukkan komposisi
partikel penyusun tanah (separat) yang dibandingkan antara fraksi pasir, debu
dan liat dimana ukuran fraksi pasir berukuran diameter 2,00 – 0,20 mm, debu
berdiameter 0,20 – 0,002 mm dan ukuran liat berdiameter <0,002 mm. Tanah
yang didominasi pasir mempunyai banyak pori-pori besar (makro) yang disebut
poreus, tanah yang mendominasi debu akan banyak mempunyai pori-pori meso
(sedang) (agak poreus), sedangkan yang mendominasi liat akan mempunyai
banyak pori-pori mikro (kecil) atau (tidak poreus). Selain itu, tanah mempunyai
perbedaan dalam memegang air, kemampuan tersebut tergantung pada
teksturnya (Djajadi,2008).
Pada pengamatan konsistensi didapatkan hasil agak plastis pada lahan
tanaman semusim, pada penggunaan lahan hutan produksi didapatkan hasil
konsistensi pada keadaan lembab yaitu gembur dan pada keadaan basah yaitu
agak lekat dan pada penggunaan lahan agroforestri didapatkan hasil pada
keadaan lembab yaitu sangat gembur dan pada keadaan basah yaitu agak lekat,
sedangkan pada lahan agroforestry didapatkan hasil konsistensi pada keadaan
lembab yaitu gembur dan pada keadaan basah yaitu agak lekat. Konsistensi
merupakan ketahanan tanah terhadap tekanan gaya-gaya dari luar dan corak
gaya-gaya fisik (kohesi dan adhesi) yang bekerja pada tanah selaras dengan
tingkat kejenuhan airnya. Penurunan kadar air akan menyebabkan tanah
kehilangan sifat kelekatan (stickness) dan kelentukan (plasticity), menjadi
gembur (friable) dan lunak (soft), serta menjadi keras dan kaku pada saat kering
(Hanafiah, 2013). Dalam Harjdowigeno (2015), disebutkan bahwa tanah dalam
keadaan lembab atau kering konsistensi tanahnya ditentukan dengan cara
meremas segumpal tanah. Bila gumpalan tersebut hancur, maka tanah tersebut
dikatakan berkonsistensi gembur bila lembab atau lunak bila kering. Sedangkan
pada gumpalan tanah sukar hancur dengan remasan tersebut tanah dikatakan
berkonsistensi teguh (lembab) atau keras (kering).
Permeabilitas tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang penting
dimana dapat diartikan sebagai kemampuan untuk meloloskan aliran air melalui
ruang pori yang ada pada tanah. Berdasarkan kegiatan pengamatan sifat fisik
tanah yang dilakukan, didapatkan pada penggunaan lahan tanaman semusim
memiliki kemampuan permeabilitas tanah yang cepat, sedangkan untuk
penggunaan lahan hutan produksi memiliki kemampuan permeabilitas yang tidak
begitu cepat melainkan sedang, sama halnya pada penggunaan lahan
agroferestri memiliki kemampuan permeabilitas yang sedang. Menurut Effendy
(2011), permeabilitas tanah yang rendah, infiltrasi dengan waktu yang panjang,
dan datarnya kondisi topografi merupakan faktor yang akan menyebabkan
kelembaban tanah meningkat. Ketika kelembaban tanah meningkat maka tanah
akan memadat yang mengakibatkan terhambatnya pergerakan air sehingga
pertumbuhan tanaman akan terhambat. Menurut Dwiratna dan Edy (2017),
terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi besarnya laju permeabilitas
dalam tanah yaitu distribusi ukuran pori, bahan organik, dan stabilitas agregat.
Semakin stabil pori pada agregat tanah dan makin banyak ruang pori yang ada
dengan selang ukuran lebih besar, maka lebih banyak juga ruang pori yang
dapat menghantarkan air sehingga permeabilitas pun semakin besar (Masria et
al., 2018).
Drainase merupakan usaha untuk menegeringkan kelebihan air dengan
salah satu caranya yaitu mengalirkan air. Berdasarkan hasil kegiatan praktikum
sifat fisik tanah yang dilakukan, didapatkan pada penggunaan lahan tanaman
semusim memiliki drainase tanah yang sedang, sedangkan untuk penggunaan
lahan hutan produksi memiliki drainase yang cepat, dan untuk penggunaan lahan
agroferestri memiliki drainase yang sedang. Menurut Effendy (2011), drainase
yang terjadi di lahan pertanian akan mempengaruhi yaitu aerasi tanah dimana
diantara butiran tanah akan terjadi kurangnya pertukaran udara yang disebabkan
oleh aliran air yang menyebabkan kadar oksigen pada tanah berkurang dan
kadar karbon dioksida meningkat, transportasi nutrien dan pestisida karena
drainase sebagian besar mengandung nutrisi dan bahan kimia yang dapat
mencemari lingkungan, suhu tanah apabila tanah yang tidak mengalami proses
drainase maka suhu tanahnya akan menjadi dingin dan menghambat
pertumbuhan panen tanaman, bahan beracun dan hama penyakit dapat
dihilangkan atau dikurangi dengan proses drainase.
Berat isi merupakan perbandingan antara berat tanah dengan volume
total tanah. Berdasarkan hasil kegiatan praktikum, didapatkan bahwa berat isi
pada lahan hutan semusim yaitu 0,603308189 gr.cm-3, untuk lahan hutan
produksi yaitu 0,787592224.Menurut Puja (2016), berat isi tanah dapat
mempengaruhi porositas tanah, pergerakan air, pergerakan akar tanaman, dan
peredaran udara dimana besar kecilnya berat isi tanah dapat dipengaruhi oleh
berat jenis partikel tanah, susuna partikel tanah, serta bahan organik yang ada
pada tanah.
Berat jenis merupakan perbandingan antara berat kering tanah dengan
volume tanah (tidak termasuk pori yang terdapat di antara partikel) dengan
satuan gram persentimeter kubik. Berdasarkan hasil kegiatan lapang, didapatkan
bahwa berat jenis pada lahan hutan semusim yaitu 2,857142857 gr/cm 3, untuk
lahan hutan produksi yaitu 2,636363636. Menurut Puja (2016), penetapan berat
jenis partikel tanah digunakan dalam pergerakan laju pengendapan, perhitungan
porositas tanah, dan pergerakan partikel tanah dalam air.
3.2.2 Perbandingan Antara Sifat Kimia Tanah pada Ketiga Penggunaan Lahan
Gejala defisiensi unsur hara adalah gejala yang muncul pada tanaman
akibat terjadi kekurangan unsur hara pada tanaman tersebut. Pada fieldtrip
Dasar Ilmu Tanah yang dilakukan di UB Forest dilakukan pengamatan pada tiga
subtitik. Subtitik pertama yaitu penggunaan lahan hutan semusim, subtitik kedua
penggunaan lahan hutan produksi dan subtitik yang ketiga penggunaan lahan
agroforestry. Penggunaan lahan hutan semusim terdapat tanaman cabai yang
memiliki gejala kekurangan unsur hara. Gejala tersebut berupa daun berwarna
kuning yang mengindikasikan bahwa tanaman tersebut mengalami kekurangan
unsur hara Nitrogen. Hal ini sesuai dengan pendapat Hernita et al (2012) bahwa
tanaman yang kekurangan unsur Nitrogen ditandai dengan bercak kuning dan
apabila terjadi secara berkelanjutan maka akan memperlihatkan bercak yang
semakin banyak pada setiap daunnnya.
Pengamatan yang dilakukan pada penggunaan lahan hutan produksi
terdapat dua tanaman yang diamati yaitu pandan berduri dan petai cina.
Tanaman pandan berduri terdapat warna kuning pada pinggir daun yang dapat
menunjukkan bahwa tanaman tersebut mengalami kekurangan unsur hara
kalium. Sesuai dengan pernyataan Matana (2015) defisiensi unsur hara K
terdapat bercak transparan pada daun lalu daun mengering. Pengamatan yang
dilakukan pada tanaman petai cina diketahui bahwan tanaman tersebut
kekurangan unsur hara Nitrogen karena ditemukan gejala daun berwarna kuning.
Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Atmaja (2017) yang menyatakan
bahwa gejala tanaman yang mengalami defisiensi Nitrogen akan menunjukkan
warna daun kekuningan, ukuran daun kecil dan pucat serta gugur daun sebelum
saatnya.
Pada Penggunaan Lahan Agroforestry ditemukan tanaman kunyit yang
memiliki gejala kekurangan kalium. Gejala tersebut ditandai dengan warna
pinggir daun yang menguning dan terdapat bercak coklat, hal ini sesuai dengan
pendapat Rohmawati (2016) tanaman yang mengalami defisiensi kalium tepi
daunnya berwarna coklat dan tepi daun terdapat bercak gelap.
3.2.3 Perbandingan Antara Sifat Biologi Tanah pada Ketiga Penggunaan Lahan
Dalam penggunaan lahan yang berbeda, maka kandungan bahan organikpun
dalam setiap lahan juga berbeda sesuai dengan karakteristik tanah serta
pengelolaan lahan. Jumlah banyak sedikitnya vegetasi maupun biota tanah pada
suatu lahan dan pola pengelolahan lahan juga dapat mempengaruhi kandungan
bahan organik pada lahan tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yasin
(2007) bahwa sifat biologi tanah dipengaruhi oleh populasi mikroorganisme
yang merupakan parameter penting dalam menentukan kesuburan tanah.
Pada lahan tanaman semusim ditemukan vegetasi semanggi yang
jumlahnya banyak di setiap frame. Pada titik ini juga terdapat banyak seresah
yang dapat menambah kesuburan tanah karena dapat menjadi humus. Selain
seresah juga ditemukan kascing sebanyak sedang. Kascing ini dapat juga
meningkatkan kesuburan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Khairuman (2009)
bahwa lahan pertanian yang mengandung cacing tanah pada umumnya memang
lebih subur, dikarenakan tanah yang tercampur dengan kotoran cacing tanah
memberikan banyak manfaat bagi pertumbuhan tanaman. Pada lahan tanaman
semusim ini
ditemukan makroorganisme yang beragam, seperti semut merah, kecoa tanah,
semut hitam, serangga.
Pada lahan yang kedua yaitu lahan hutan produksi ditemukan vegetasi
yang banyak disetiap frame. Seresah pada lahan ini juga banyak seperti pada
lahan tanaman semusim. Pada lahan ini juga terdapat kascing dalam jumlah
sedang seperti pada lahan semusim. Perbandingan tingkat kesuburan antara
lahan tanaman semusim dan lahan hutan produksi hampir sama jika dilihat dari
banyaknya seresah dan kascing. Selain itu pada lahan hutan produksi terdapat
beberapa makroorganisme, seperti ulat bulu, semut, lipan, laba-laba.
Pada lahan yang ketiga yaitu lahan agroforestry ditemukan vegetasi kopi
yang banyak. Serta seresah dengan jumlah yang sedang. Hal ini lebih sedikit
dibanding lahan tanaman semusim dan lahan hutan produksi. Hal ini
dikarenakan alih fungsi hutan yang digunakan sebagai agroforestry kopi.
Sementara keberadaan kascing jumlahnya sedang seperti pada lahan tanaman
semusim dan hutan produksi. Selain itu, terdapat beberapa makroorganisme,
seperti walang sangit, kecoa tanah, semut hitam, kutu, uret, ulat.
Berdasarkan hasil pengamatan secara keseluruhan, didapatkan tingkat
kesuburan lahan yang paling tinggi adalah lahan tanaman semusim dan hutan
produksi, sedangkan pada agroforestry lebih rendah karena seresahnya lebih
sedikit. Pernyataan ini sesuai dengan Merlim (2005), makrofauna atupun
mikrofauna tanah memiliki peran penting dalam meningkatkan kadar bahan
organik tanah, umumnya kelimpahan serta keanekaragaman makrofauna atupun
mikrofauna disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya tanaman penutup.
3.2.4 Pengamatan Pedologi
Pengamatan fisiografis pada UB Forest pada titik pedologi yang terletak
di Dusun Sumbersari, Desa Tawang Argo dan Karangploso, Kecamatan
Karangploso, Kabupaten Malang. UB Forest memiliki koordinat geografi zona
UTM 49 S. Kemudian, UB Forest memiliki lereng yang memiliki relif makro
berombak dengan kemiringan 6%. Lereng yang dimiliki oleh UB Forest
dipengaruhi oleh satu lereng saja sehingga disebut tunggal dengan kemiringan
6%.
Kemudian, aliran permukaan yang dimiliki UB Forest ialah sedang.
Drainase alami yang dimiliki oleh UB Forest adalah agak cepat. Lalu,
Permeabilitas yang dimiliki oleh UB Forest ialah agak cepat. UB Forest tidak
memiliki genangan atau banjir. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Meilani et
al (2017) bahwa permeabilitas dan drainase akan mengatur suplai air yang
berada
di suatu daerah agar tidak terjadi genangan atau pun banjir. Erosi yang dimiliki
oleh UB Forest ialah erosi permukaan yang memiliki kelas ringan. Tingkat
bahaya erosi yang dimiliki UB Forest ialah ringan. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Saputri (2017) bahwa aliran permukaan yang dimiliki oleh suatu
daerah memengaruhi tingkat erosinya, aliran permukaan yang dimiliki oleh UB
Forest ialah sedang sehingga tingkat erosi yang dimilikinya pun ringan.
Pengelolaan air yang terdapat pada UB Forest merupakan irigasi.
Vegetasi alami yang dimiliki oleh UB Forest ialah dominan pinus, rumput-
rumputan, dan kopi. Kemudian, UB Forest memiliki tanaman spesifik berupa talas
dan ketela yang terletak diantara vegetasi dominan. Sumber air yang dimiliki oleh
UB Forest merupakan sungai dengan sistem irigasi tadah hujan. Rezim lengas
tanah yang berada di UB Forest memiliki suhu berupa isohipertemik.
Pengamatan Morfologi yang telah dilakukan yang berada pada lahan
pedologi, pada titik 1 mengamati jumlah horizon, kejelasan dan topografi pada
batas horizon, warna, struktur, konsistensi dan jenis pori pada tanah. Pada
horizon nomor 1 yaitu pada kedalaman 0-15/27 cm batas horizon nyata dengan
topografi yang ber ombak dengan warna pada tanah yang telah didapatkan yaitu
10YR 2/1 yang mengartikan bahwa warna pada tanah tersebut ialah berwarna
Dark Brown. Menurut Arabia (2015) batas horison pada bagian bawah
mempunyai warna lebih gelap yang dapat dikatakan sebagai horizon
penimbunan hasil erupsi vulkanik. Menurut Priananda et al.,(2014) Dalam tanah
terdapat bahan organic yang dapat dilihat dari warna tanah, letak pada bahan
organic biasanya terdapat pada di lapisan permukaan tanah di daerah sedang
dengan warna permukaan tanah agak berwarna gelap.
Konsistensi pada keadaan lembab yaitu tanah tersebut sangat gembur
dan pada keadaan basah yaitu dalam tingkat kelekatannya tidak lekat dan tingkat
plastisitasnya tidak plastis. Hasil pengamatan jenis pori yang didapatkan adalah
jenis pori makro. Menurut Utomo (2016) Tanah terdapat suatu ruang pori yang
bila terisi air maka tanah akan mengembang dalam tanah kering maka tanah
akan mudah lepas karena tidak adanya air yang masuk dalam pori tanah
sedangkan pada kondisi lembab maka tanah akan gembur dan pada keadaan
basah tanah akan lengket karena terdapat air pada pori tanah tersebut. Tanah
yang gembur dapat diidentifikasi dengan berat isi yang mengalami suatu
penurunan dan pori tanah tersebut mengalami suatu peningkatan . Menurut
Muyassir et. al. (2012)
bahwa strutur tanah yang gembur menjelaskan bahwa akan menyebabkan
meningkatnya niali pori tanah dan dapat menurunkan berat isi tanah.
Sedangkan pada horizon nomor 2 yaitu pada kedalaman 15/27-50 cm
batas horizon terlihat nyata dengan topografi rata dan warna tanah yaitu 7,4 YR
4/4. Struktur tanah pada horizon 2 yaitu gumpal. Konsistensi pada keadaan
lembab yaitu tanah tersebut gembur dan pada keadaan basah yaitu dalam
tingkat kelekatannya adalah lekat dan tingkat plastisitasnya adalah plastis.
Menurut Madjid (2009) dalam menentukan atau menetapkan konsistensi tanah
dapat dilakukan pada tiga keadaan yaitu pada keadaan kering, lembab dan
basah. Penetapan konsistensi kering tanah dilakukan pada kondisi tanah kering
udara, penetapan konsistensi lembab dilakukan pada saat kondisi kadar air
tanah kapasitas lapang, dan penetapan konsistensi basah dilakukan pada saat
kondisi kadar air tanah di atas kapasitas lapang (field capacity). Jenis pori tanah
pada horizon nomor 2 merupakan jenis pori mikro

4 Penutup
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Atmaja, Ida Setya Wahyu. 2017. Pengaruh Uji Minus One Test Pada
Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Mentimun. Cirebon . Jurnal Logika,
XIX(1)
Djajadi. 2008.Stabilitas Agregat Makro dan Biomasa Mikrobia C dari Berbagai
Fraksi Tanah Pasir pada Tanah Liat dan Bahan Organik.Indonesia
Dwiratna Sophia dan Edy Suryadi. 2017. Pengaruh Lama Waktu Inkubasi dan
Dosis Pupuk Organik Terhadap Perubahan Sifat Fisik Tanah Inceptisol
di Jatinegoro. Jurnal Agrotek Indonesia 2(2): 110-116.
Effendy. 2011. Drainase Untuk Meningkatkan Kesuburan Lahan Rawa. PILAR
Jurnal Teknik Sipil, Vol. 6, No. 2. Hal 42 43.
Hanafiah, Kemas Ali. 2013. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta;Rajawali Pers.
Hardjowigeno, Sarwono. 2015. Ilmu Tanah Edisi Baru. Jakarta:Akademika
Pressindo.
Hernita, D., Poerwanto, R., Susila, AD., dan Anwar. 2012. Penentuan Status
Unsur Hara Nitrogen pada Bibit Duku. Bogor. Jurnal Hortikultura,
22(1):29-36
Khairuman dan K Amri.2009. Mengeruk Keuntungan dari Bertenak Cacing.
AgroMedia Pustaka
Masria, Christianto Lopulisa,Hazairin Zubair, dan Burhanuddin Rasyid. 2018.
Karakteristik Pori dan Hubungannya dengan Permeabilitas pada Tanah
Vertisol Asal Jeneponto Sulawesi Selatan. Vol 1, No 1.
Matana, Yulianus R dan Nurhaini Mashud. 2015. Respons Pemupukan N, P, K
dan Mg Terhadap Kandungan Unsur Hara Tanah dan Daun pada
Tanaman Muda Kelapa Sawit. Manado. Balai Penelitian Tanaman
Palma
Meilani, Vina Rezky dan Pramitha, Zella. 2014. Perencanaan Sistem Saluran
Drainase Bagian Luar Underpass Patal – Pusri Palembang. Palembang.
Politeknik Negeri Sriwijaya
Merlim,Analy de Oliveira,Jose Guilherme Marinho Guerra ; Rodrigo Modesto
Junqueira. Adiana Maria de Aquino. 2005. Soil Macrofauna in Cover
Crop of Figs Grown Under Organic Management. Sci. Agric. (Piracicaba,
Braz),62(1): 57-61
Puja, I Nyoman, 2016. Penuntun Praktikum Fisika Tanah. Bali : Universitas
Udayana. Hal 1-5.
Rohmawati.2016.Deteksi Kahat Hara N, P, K, Na, Mg Dan Ca Pada Talium
Paniculatum Hasil Pola Tanam Konvensional Di Plosoklaten Kediri.
Skripsi. Universitas Negeri PGRI Kediri.
Saputri, Danesta Ayu. 2017. Analisis Koefisien Aliran Permukaan Pada Berbagai
Bentuk Penggunaan Lahan Dengan Model Swat. Bandar Lampung. FP
UNILA
Sidiq, Muhammad Nur, 2017. Identifikasi Morfologi dan Beberapa Sifat Fisik
Tanah, pada Pertanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz)
Monokultur dan Kebun Campuran di Desa Hajimena Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan. Bandar Lampung: Universitas Lampung
Yasin, S. 2007. Degradasi Lahan Akibat Berbagai Jenis Penggunaan Lahan Di
Kabupaten Dharmasraya. Jurnal Solum Vol 4 No 2 Juli 2007 : 69-73.
ISSN
1829-7994
Lampiran 1. Pedologi

Daerah Survei UB Forest


Koordinat
Zona UTM 49 S Lat: Long:
geografi
Dukuh Sketsa
Desa Sumbersari Aspek
Kecamatan Karangploso lereng
Letak di
Kabupaten Malang
llereng
Propinsi Jawa Timur Relif makro: Berombak Lereng: 6 %
Stasiun iklim Karangploso Relif mikro: Beda tinggi:
CH mm/th Lereng: tunggal
BB Bln Kemiringan 6 % Aspek
Aliran
Sedang
Permukaan
Drainase alami 5-agak cepat
Permeabilitas Agak cepat
Genangan/banjir Tanpa Durasi: Bulan:
Pengelolaan air Irigasi Air tanah: RMF: Jenis:
Erosi Permukaan Kelas: Ringan
Bahaya erosi Ringan
Pinus, rumput-rumputan, Spesifik: talas,
Vegetasi alami Dominan
kopi ketela
Sumber air Sungai Sistem irigasi: tadah hujan
Rezim lengas
Rezim suhu tanah: isohipertemik
tanah

NOMOR HORIZON 1 2
KEDALAMAN (cm) 0 – 15/27 15/27 – 50
Kejelasan Nyata Nyata
BATAS HORISON
Topografi Ombak Rata
WARNA 10YR 2/1 7,5YR 4/4
Gumpal
STRUKTUR Tipe Granular
bersudut
Sangat
Lembab Gembur
Gembur
KONSISTENSI Tidak
Lekat /
Basah Lekat/Tidak
Plastis
Plastis
JENIS PORI Sedang MAKRO MIKRO

Anda mungkin juga menyukai