Anda di halaman 1dari 20

1

LAPORAN PRAKTIKUM I
BIOLOGI DAN KESEHATAN TANAH
“Identifikasi Makrofauna Tanah”

Awal Aditya Nugraha


08220210050

LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
i

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL Halaman
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang..............................................................................................1
Tujuan Praktikum..........................................................................................3
Kegunaan Praktikum.....................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Makrofauna Tanah......................................................................4
Jenis-jenis Makrofauna Tanah......................................................................4
Perangkap Makrofauna Tanah (Pitfall trap).................................................6
Aktivitas Makrofauna Tanah dan Hubungan Dengan Kesehatan Tanah......7
METODOLOGI
Waktu dan Tempat.......................................................................................10
Alat dan Bahan.............................................................................................10
Metode Praktikum........................................................................................10
Pelaksanaan Praktikum................................................................................10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil.............................................................................................................11
Pembahasan..................................................................................................13
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan..................................................................................................14
Saran.............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN GAMBAR
ii

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman
1. Hasil Identifikasi Makrofauna yang Terperangkap Pada Perangkap A............11
2. Hasil Identifikasi Makrofauna yang Terperangkap Pada Perangkap B.............12
iii

DAFTAR GAMBAR

No Lampiran Halaman
1. Gambar 1. Alat dan Bahan.................................................................................11
2. Gambar 2. Air Deterjen.....................................................................................11
3. Gambar 3. Proses Pemasangan Perangkap........................................................11
4. Gambar 4. Perangkap A dan B..........................................................................11
5. Gambar 5. Makrofauna yang Terperangkap......................................................11
6. Gambar 6. Pembersihan Makrofauna................................................................11
7. Gambar 7. Makrofauna yang Sudah Dibersihkan.............................................11
8. Gambar 8. Dokumentasi Anggota Kelompok...................................................11
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanah merupakan media tempat tumbuhnya tanaman. Tanah juga
merupakan habitat bagi berbagai organisme yang hidup di dalamnya. Antara
tanaman dengan organisme dalam tanah terjadi suatu hubungan saling
ketergantungan yang sangat erat. Oleh karena itu populasi organisme tanah
ditentukan oleh kualitas vegetasi di atasnya. Sebaliknya, aktivitas organisme
dalam tanah juga akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya
akan menentukan produktivitas lahan tempat mereka hidup (Widyati, 2013).
Komponen tanah yang terdiri dari bahan padatan, air dan udara merupakan
sumberdaya alam utama yang sangat memengaruhi kehidupan. Tanah mempunyai
fungsi utama sebagai tempat tumbuh dan berproduksi tanaman. Kemampuan
tanah sebagai media tumbuh akan optimal jika didukung oleh sifat fisika, kimia
dan biologi yang baik, biasanya menunjukkan tingkat kesuburan tanah (Juarti,
2016).
Kesehatan tanah yaitu kapasitas kapasitas tanah dengan fungsi penyokong
sistem kehidupan. Tanah yang sehat akan menyediakan air, oksigen, nutrisi
penting bagi tanaman, serta sebagai penunjang akar yang dibutuhkan tanaman
pangan agar dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu, ia juga dapat
mempertahankan keragaman komunitas organisme tanah yang membantu
pengendalian penyakit tanaman, serangga dan hama gulma, mendaur ulang nutrisi
penting tanaman, memperbaiki struktur tanah yang berefek positif bagi air tanah
dan kapasitasnya menyimpan nutrisi, yang pada akhirnya akan menjadi media
produktif bagi pertumbuhan tanaman. Sebaliknya jika terjadi penurunan kesehatan
tanah maka produktivitas tanah dan produksi pertanian menurun (FAO, 2015).
Penilaian kesehatan tanah dalam pengelolaan lahan pertanian merupakan
hal yang dibutuhkan untuk mengukur dan memantau status kesehatan tanah, yang
bertujuan untuk mengetahui apakah tanah yang sedang atau akan digunakan di
suatu daerah dalam kondisi sehat dan dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Hasil penilaian kesehatan tanah juga dapat digunakan sebagai acuan bagi
pengelola lahan pertanian dalam membuat target perencanaan dan penerapan
sistem untuk mempraktikan pengelolaan kesehatan tanah dengan mengurangi
2

kendala yang teridentifikasi. Selain itu dengan diketahuinya status kesehatan


tanah pada suatu lahan, dapat mendorong pengelolalahan agar lebih baik dalam
melakukan pencarian lahan pertanian, atau untuk mengelola lahan pertanian
berkelanjutan secara regeneratif supaya dapat menjaga produktivitas tanah serta
produksi pertanian dalam jangka panjang (Harahap dkk, 2021)
Penilaian kesehatan tanah secara komprehensif dapat dilakukan
berdasarkan indikator-indikator kesehatan tanah yang terdiri dari sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah. Namun belum terdapat standar tetap dalam menilai kesehatan
tanah, dan belum semua masyarakat khususnya pengelola lahan pertanian
mengetahui dan memahami indikator kesehatan tanah. Banyaknya indikator dalam
penilaian kesehatan tanah juga dapat menyulitkan peneliti dalam menilai
kesehatan tanah di suatu daerah (Harahap dkk, 2021).
Organisme sebagai bioindikator kualitas tanah bersifat sensitif terhadap
perubahan, mempunyai respon spesifik dan ditemukan melimpah di dalam tanah.
Salah satu organisme tanah adalah fauna yang termasuk dalam kelompok
makrofauna tanah (ukuran > 2 mm) terdiri dari milipida, isopoda, insekta,
moluska dan cacing tanah. Makrofauna tanah sangat besar peranannya dalam
proses dekomposisi, aliran karbon, redistribusi unsur hara, siklus unsur hara,
bioturbasi dan pembentukan struktur tanah. Biomasa cacing tanah telah diketahui
merupakan bioindikator yang baik untuk mendeteksi perubahan pH, keberadaan
horison organik, kelembaban tanah dan kualitas humus. Rayap berperan dalam
pembentukan struktur tanah dan dekomposisi bahan organik (Anderson, 2013).
Keanekaragaman makrofauna tanah dalam ekosistem tanah menunjukkan
hubungan yang sangat erat dalam menunjang pertumbuhan tanaman. Kesuburan
tanah juga dipengaruhi oleh ketersediaan hara, rendahnya ketersediaan hara
mencerminkan rendahnya kesuburan tanah sehingga keberadaan makrofauna
tanah sebagai perombak bahan organik sangat menentukan ketersediaan hara
dalam menyuburkan tanah. Keberadaan dan aktivitas makrofauna tanah dapat
meningkatkan aerasi, infiltrasi air, agregasi tanah, serta mendistribusikan bahan
organik tanah (Hanafiah, 2013).
Melimpahnya populasi makro fauna menjadi penanda bahwa tanaman
yang tumbuh di atas lahan tersebut memproduksi banyak serasah yang
3

disumbangkan ke dalam tanah sebagai sumber bahan organik, yang selanjutnya


akan didekomposisi oleh fungi, bakteri dan aktinomisetes menjadi unsur-unsur
hara yang tersedia bagi tanaman (Handayani & Winara, 2020).
Beberapa makrofauna tanah dikenal dengan sebutan perekayasa tanah
seperti makrofauna dari kelompok cacing tanah, rayap, semut dan kelabang.
Keberadaan makrofauna tersebut sering pula dijadikan sebagai salah satu
indikator dalam kesuburan tanah secara cepat (Velasquez & Lavelle, 2019)
Serasah merupakan bahan organik yang dihasilkan oleh tanaman yang
akan dikembalikan ke dalam tanah. Serasah tanaman dapat berupa daun, batang,
ranting, bahkan akar. Dekomposisi serasah merupakan peristiwa perubahan secara
fisik maupun kimiawi yang sederhana oleh mikroorganisme tanah baik bakteri,
fungi, dan hewan tanah lainnya. Peristiwa ini sering juga disebut mineralisasi
yaitu proses penghancuran bahan organik yang berasal dari hewan dan tanaman
yang berubah menjadi senyawasenyawa anorganik sederhana (Bargali dkk, 2015).
Tujuan Praktikum
Praktikum biologi dan kesehatan tanah tentang mengidentifikasi makro
fauna tanah bertujuan untuk mengetahui dan memahami organisme tanah terhadap
kesuburan tanah dan ketersediaan nutrisi bagi tanaman.
Kegunaan Praktikum
Kegunaan praktikum biologi dan kesehatan tanah tentang mengidenrifikasi
makro fauna tanah ini sebagai sumber ilmu pengetahuan untuk memahami
peranan makro fauna terhadap kesuburan tanah dan ketersediaan nutrisi bagi
tanaman.
4

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Makro Fauna


Makro fauna merupakan kelompok hewan besar penghuni tanah yang
merupakan bagian dari biodiversitas tanah yang berperan penting dalam
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Berdasarkan peran tersebut
bersama dengan mesofauna, makrofauna sering disebut sebagai “ecosystem
engineer” (Nurrohman, dkk 2018).
Makrofauna dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu
vertebrata dan invertebrata. Vertebrata meliputi ikan, amfibi, reptil, burung, dan
mamalia, sedangkan invertebrata meliputi kelompok serangga, arachnida,
moluska, dan crustacea. Makrofauna dapat ditemukan di berbagai habitat, mulai
dari perairan tawar, laut, hutan, hingga padang rumput. Makrofauna juga dapat
berperan penting dalam ekosistem, seperti memberikan kontribusi dalam proses
penyerbukan, polinasi, dan dekomposisi. Pentingnya makrofauna dalam menjaga
keseimbangan ekosistem membuat penelitian tentang makrofauna menjadi
penting. Studi tentang makrofauna dapat memberikan informasi tentang kondisi
kualitas lingkungan hidup di suatu wilayah, dan dapat digunakan sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan mengenai upaya konservasi dan pengelolaan
ekosistem. Namun, terkadang populasi makrofauna mengalami penurunan yang
signifikan akibat faktor-faktor seperti perusakan habitat, perburuan berlebihan,
perubahan iklim, dan polusi. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk
memperhatikan dan menjaga keseimbangan ekosistem agar makrofauna dapat
tetap hidup dan berkontribusi dalam menjaga keseimbangan lingkungan (James A
dkk, 2016).
Makrofauna adalah indikator yang cukup sensitif pada perubahan
lingkungan, dengan alasan tersebut sehingga makrofauna sangat cocok untuk
menduga kualitas tanah atau lahan. Kehadiran dan kepadatan populasi
makrofauna tanah pada suatu tempat sangat tergantung terhadap faktor
lingkungan, yaitu lingkungan abiotik dan lingkungan abiotik. Faktor lingkungan
abiotik terdiri atas fisika dan kimia. Faktor fisika terdiri dari suhu, kadar air dan
tekstur tanah. Sedangkan faktor kimia terdiri dari salinitas, pH, kadar organik
tanah dan unsur mineral lainnya. Faktor lingkungan abiotik dapat menentukan
5

sruktur dari komunitas hewan-hewan yang terdapat pada suatu habitat ekosistem
(Budhi, 2013).
Makrofauna lebih sering ditemukan di tempat dengan lingkungan lembab
dengan tingkat kondisi tanah yang mempunyai tingkatan kemasaman lemah
sampai dengan netral. Dalam kondisi tersebut makrofauna dapat dijadikan sebagai
bioindikator kualitas lingkungan, terutama kondisi tanah. Berdasarkan rantai
makanan makrofauna dibedakan menjadi 3 yaitu herbivora, karnivora dan
decomposer (Syamsudin, 2017).
Jenis-Jenis Makrofauna Tanah
Makrofauna tanah (ukuran lebih dari 2 mm) merupakan kelompok hewan
tanah yang paling menonjol, meliputi: semut, rayap, amphipoda, isopoda,
centipoda, milipoda, insekta stadium larva maupun dewasa, cacing tanah, siput,
cacing enchytida, dan keong. Makrofauna tanah sangat bervariasi dalam kebiasaan
dan pemilihan makanannya. Semakin banyak tersedia makanan maka semakin
beragam pula makrofauna tanah yang dapat bertahan hidup di habitat tersebut.
Jika jumlah makrofauna tanah menurun maka akan terjadi perubahan
keseimbangan komunitas sehingga dapat menimbulkan dominasi spesies-spesies
tertentu yang umumnya berpotensi sebagai hama tanaman (Sugiyarto, 2013).
Kelimpahan dan keanekaragaman fauna tanah tidak dapat dipisahkan dari
sifat fisika, kimia, dan mikrobiologi tanah, serta digunakan sebagai gambaran
dalam memetakan keseimbangan suatu ekosistem (Paolo, dkk. dalam Yan 2016).
Semakin tinggi keanekaragaman makrofauna tanah pada suatu tempat, maka
semakin stabil ekosistem di tempat tersebut. Keanekaragaman makrofauna tanah
dapat menentukan kualitas fungsional ekosistem dan masih banyak yang belum
dieksplorasi untuk kepentingan konservasi (Rahmawaty, 2014).
Perangkap Makrofauna Tanah (pitfall trap)
Pitfall Trap merupakan jenis perangkat yang cukup sederhana namun
efektif dan sangat berguna untuk menjerat serangga.Terdiri dari piring atau
baskom kecil, kaleng atau bak kecil.Perangkat jebakan dibenamkan di dalam
tanah dimana permukaan tanah sejajar dengan ujung atas bibir kaleng /bak yang
berisi cairan alkohol atau etilen glikol sebagai agen pembunuh. Pitfall trap
biasanya digunakan untuk menangkap dan mempelajari serangga penggali tanah,
6

rayap, kumbang ataupun serangga-serangga lain yang mempunyai mobilitas di


atas tanah.
Perangkat jebakan dibenamkan di dalam tanah dimana permukaan tanah
sejajar dengan ujung atasbibir kaleng atau gelas plastik yang berisi cairan alkohol.
Bagian atas perangkat jebakan sebaiknya ditutup dengan sebuah cover atau
pelindung lainnya untuk mencegah masuknya air hujan maupun vertebrata kecil
jatuh ke sumur jebakan. Metode pitfall trap merupakan suatu metode yang
digunakan untuk mengetahui kerapatan atau kelimpahan makrofauna tanah. Pitfall
trap merupakan metode yang paling baik untuk menjebak serangga aktif di atas
permukaan tanah (Darma, 2013).
Aktifitas Makrofauna Tanah dan Hubungan Dengan Kesehatan Tanah
Organisme–organisme yang berada didalam tanah, dapat melakukan suatu
perubahan yang besar dalam tanah, terutama pada bagian atas (top soil).
Makrofauna tanah sangat penting peranannya dalam ekosistem dalam tanah.
Peranan dari makrofauna tanah yaitu dapat melindungi hara tanah dengan cara
mendekomposisikan bahan organik yang tadinya kasar hingga menjadi halus yang
selanjutnya bahan tersebut akan dikeluarkan dalam bentuk kotoran, kemudian
dapat menghomogenkan organik yang sudah membusuk pada area lapisan tanah
di atas, selanjutnya mampu membentuk kemantapan hasil proses antara bahan
mineral dan organik pada tanah (Marga, 2014).
Makrofauna tanah mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu
habitat. Salah satu peran makrofauna tanah adalah menjaga kesuburan tanah
melalui perombakan bahan organik, distribusi hara, peningkatan aerasi tanah, dan
sebagainya. Oleh karena itu, penelitian tentang keanekaragaman makrofauna
tanah sangat penting dilakukan sebagai bentuk usaha pelestarian ekosistem tanah
(Wibowo & Slamet 2017). Fauna tanah merupakan salah satu komponen
ekosistem tanah yang berperan penting dalam proses dekomposer dan
penggemburan tanah (Husna dkk, 2020).
Dalam proses pengomposan, fauna tanah sangat penting artinya dalam
mendegradasi sampah. Keberadaan bahan organik akan meningkatkan laju
aktifitas makrofauna tanah, karena bahan organik adalah bahan sumber energi dan
makanan untuk kelangsungan hidup.
7

Tahapan pembusukan didalam tanah tidak akan berjalan baik bila tanpa
dibantu oleh aktivitas makrofauna tanah. Kehadiran maktofauna tanah dalam
tanah sangat ketergantungan pada ketersediaannya energi dan sumber makanan
utnuk keberlangsungan hidupnya. Bila ketersediaan energi dan hara sudah
tercukupi, maka pertumbuhan dan kegiatan makrofauna tanah berlangsung dengan
baik dan akan memberikan timbal balikterhadap kesuburan tanah pada lingkungan
tersebut. Makrofauna tanah mampu merombak unsur nabati yang sudah mati,
hasil dalam proses tersebut akan dikeluarkan dalam bentuk fases (Dwi, 2013).
8

METODOLOGI

Tempat dan Waktu


Adapun tempat dilaksanakannya Praktikum Biologi dan Kesehatan Tanah
yaitu di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman pada pukul 13.00 WITA-
selesai.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu gelas plastik, sterofoam, gunting, label dan alat
tulis. Adapun bahan yang digunakan yaitu deterjen, air bersih, serasah (sisa-sisa
tanaman), alkohol
Pelaksanaan Praktikum
1. Mencari lokasi pemasangan perangkap dan membuat lubang pada tanah untuk
persiapan menanam gelas plastik sebagai perangkap jebakan
2. Mengisi gelas plastik dengan larutan deterjen sampai ¼ tinggi gelas
3. Menanam gelas plastik hingga sejajajr dengan permukaan tanah, lalu pada
bagian atasnya ditutup dengan sterofom/serasah tanaman, biarkan selama 24
jam
4. Selanjutnya memeriksa perangkap, jika telah berisi makro fauna, maka
organisme tersebut diambil untuk dilakukan identifikasi
5. Mencuci specimen menggunakan air bersih lalu memasukkan ke dalam
wadah yang berisi alkohol 70%
6. Melakukan identifikasi dan menggambar makrofauna yang ditemukan
9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Tabel 1. Hasil Identifikasi Makrofauna Yang Berhasil Terperangkap Pada
Perangkap A
Nama
No Gambar Ciri-ciri
Lokal /Spesies
Warna: Hitam Semut/Lasius
Bentuk: Lonjong niger
Jumlah kaki: 6
1 atau 3 pasang
Bentuk kepala:
Bulat

Warna: Coklat Laba-laba/


Bentuk: Prosoma Areneus
dan Abdomen diadematus
2 Jumlah kaki: 8
pasang
Bentuk kepala:
Oval
(Sumber Data Primer, 2023)

Tabel 2. Hasil Identifikasi Makrofauna Yang Berhasil Terperangkap Pada


Perangkap B
Nama
No Gambar Ciri-ciri
Lokal/Spesies
Warna: Hijau atau Belalang/Phyllium
coklat fulchifolium
Bentuk: Seperti
serangga
1 Jumlah kaki: 6
atau 3 pasang
Bentuk Kepala:
Segitiga

(Sumber Data Primer, 2023)


10

Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum, yang terperangkap dalam perangkap A
adalah hewan semut hitam (Lasius niger) dan laba-laba (Areneae) dengan ciri-ciri
semut yang berwarna hitam, bentuk tubuh yang lonjong, memiliki jumlah kaki 3
pasang, dan bentuk kepala yang bulat yang mempunyai antena. Kemudian, ciri-
ciri laba-laba yaitu berwarna coklat, berbentuk prosoma dan abdomen, memiliki
jumlah kaki 8 pasang dengan bentuk kepala yang oval. Kemunculan laba-laba dan
semut pada pengambilan sampel dikarenakan lahan masih alami sehingga banyak
spesies lain yang menjadi mangsa bagi laba laba seperti keberadaan semut dan
hewan lainnya, begitupula dengan semut yang mencari sumber makanan pada area
tanah tersebut.
Laba-laba memangsa serangga lain seperti hama tanaman sehingga terjalin
hubungan pemangsa dengan mangsa termasuk bagian rantai makanan. Dan laba-
laba juga memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem,
terutama dalam mengandalikan populasi serangga pengganggu tanaman.
Keberadaan semut memiliki peran penting dalam memperbaiki struktur tanah dan
membantu menjaga keseimbangan ekosistem (Khadijah, 2015).
Berdasarkan hasil praktikum, yang terperangkap dalam perangkap B
adalah hewan belalang (Caelifera) dengan ciri ciri memiliki ukuran tubuh yang
cukup besar, memiliki jumlah kaki 6 atau 3 pasang dan bentuk kepala segitiga.
Belalang adalah serangga yang hidup ditanah dan memiliki ukuran yang cukup
besar. Mereka biasanya hidup dilingkungan yang subur dan banyak ditumbuhi
tanaman. Belalang makan daun dan bagian tumbuhan lainnya, serta serangga
kecil.
Belalang adalah predator alami bagi serangga lainnya, sehingga membantu
menjaga keseimbangan populasi serangga disuatu ekosistem. Selain itu, beberapa
spesies belalang juga merupakan sumber makanan bagi burung, reptil dan
mamalia kecil.
Makrofauna tanah mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu
habitat. Salah satu peran makrofauna tanah adalah menjaga kesuburan tanah
melalui perombakan bahan organik, distribusi hara, peningkatan aerasi tanah, dan
sebagainya. Oleh karena itu, penelitian tentang keanekaragaman makrofauna
11

tanah sangat penting dilakukan sebagai bentuk usaha pelestarian ekosistem tanah
(Wibowo & Slamet, 2017).
12

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum tentang mengidentifikasi makro fauna tanah
dapat saya simpulkan bahwa kehadiran makrofauna tanah dalam tanah sangat
ketergantungan pada ketersediaannya energi dan sumber makanan utnuk
keberlangsungan hidupnya. Bila ketersediaan energi dan hara sudah tercukupi,
maka pertumbuhan dan kegiatan makrofauna tanah berlangsung dengan baik dan
akan memberikan timbal balik terhadap kesuburan tanah pada lingkungan
tersebut.
Saran
Adapun sedikit saran dari saya pribadi bahwa pemasangan perangkap
diperlukan waktu cukup lama agar banyak juga makro fauna yang dapat masuk
dalam perangkap.
13

DAFTAR PUSTAKA

Anderson JM. 2013. Functional Attributes of Biodiversity in Landuse System: In


D.J. Greenland and I. Szabolcs (eds). Soil Resiliense and Sustainable
Land Use. CAB International. Oxon

Bargali, Shukla K, Singh L, Ghosh L, Lakhera ML. 2015. Leaf litter


decomposition and nutrien dynamics in four tree species of dry deciduous
forest. Tropical Ecology 56(2): 191–200.

Budhi Utami and Siti Nurul Jannah, „Klotok kota Kediri identification of land
macrofauna place in the final disposal zone passive klotok city Kediri‟,
Universitas Nusantara PGRI Kediri, 2013, 780–85.

Dwi Suheriyanto, „Keanekaragaman fauna tanah di taman nasional Bromo


Tengger Semeru sebagai bioindikator tanah bersulfur tinggi‟, Sainstis, 1
(2013), 29–37.

FAO,Tanah Sehat Merupakan Landasan Pangan Sehat.


2015http://www.fao.org/3/b-i4405o.pdf

Hanafiah, K.A., A. Napoleon dan N. Ghoffar. 2013. Biologi Tanah: Ekologi dan
Makrobiologi Tanah. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Handayani, W., & Winara, A. (2020). Keanekaragaman makrofauna tanah pada


beberapa penggunaan lahan gambut. Jurnal Agroforestry Indonesia, 3(2),
77-88.

Harahap, R. R., Wahyuni, S., & Putri, D. R. (2021). Rancang Bangun Sistem
Pendukung Keputusan Penilaian Kesehatan Tanah Pada Tanaman Jagung
Dengan Metode Simple Additive Weighting Berbasis
Desktop. JOURNAL OF SCIENCE AND SOCIAL RESEARCH, 4(3), 268-
275.

Husna I., Iin Hindun, Lise Chamisijatin, Tutut Indria Permana dan H. Husamah,
2020

James A dkk, 2016. ”Peran Makrofauna Tanah Dalam Pembentukan Tanah dan
Siklus Nutrisi”.

Juarti. (2016). Analisis Indeks Kualitas Tanah Andisol Pada Berbagai Penggunaan
Lahan Di Desa Sumber Brantas Kota Batu. Jurnal Pendidikan Geografi,
2, 58–71.

Marga Mandala Sholehudin, Tri Candra Setiawati, „keanekaragaman meso


makrofauna tanah dan sifat-sifat fisika kimia tanah pada beberapa
penggunaan lahan didesa Sumber Malang kecamatan wringin
Bondowoso‟, Pertanian, x (2014), 2–5.
14

Nurrohman, E., Rahardjanto, A., & Wahyuni, S. (2018). Studi Hubungan


Keanekaragaman Makrofauna Tanah dengan Kandungan C-Organik dan
Organophosfat Tanah di Perkebunan Cokelat ( Theobroma cacao L.)
Kalibiru Banyuwangi. Bioeksperimen: Jurnal Penelitian Biologi, 4(1), 1.
http://doi.org/10.23917/bioeksperimen.v4i1.5923

Rahmawaty. 2000. Keanekaragaman Serangga Tanah dan Perannya pada


Komunitas Rhizopora spp. Dan Komunitas Ceriops tagal Di Taman
Nasional Rawa Aopa Watumohai, Sulawesi Tenggara. Tesis program
pascasarjana IPB. Bogor

Syamsudin Ahmad Slamet Departemen Cahyo Wibowo, „keanekaragaman


makrofauna tanah pada berbagai tipe tegakan di areal bekas tambang
silika di Holcim education forest sukabumi jawa barat‟, Silvikultur
Tropika, 08.1 (2017), 26–34.

Velasquez, E., & Lavelle, P. (2019). Soil macrofauna as an indicator for


evaluating soil based ecosystem services in agricultural landscapes. Acta
Oecologica, 100, 1–18. https://doi.org/10.1016/j.actao.2019.103446

Wibowo, C., & Slamet, S. A. (2017). Keanekaragaman Makrofauna Tanah pada


Berbagai Tipe Tegakan di Areal Bekas Tambang Silika di Holcim
Educational Forest, Sukabumi, Jawa Barat. Jurnal Silvikultur Tropika,
08(1), 26–34.

Widyati, E. (2013). Pentingnya Keragaman Fungsional Organisme Tanah


Terhadap Produktivitas Lahan. Tekno Hutan Tanaman, 6(1), 29–37
15

LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 1. Alat dan bahan Gambar 2. Air deterjen

Gambar 3. Proses pemasangan Gambar 4. Perangkap A dan B


perangkap

Gambar 5. Makro fauna yang Gambar 6. Pembersihan Makro


terperangkap fauna

Gambar 7. Makro fauna yang sudah


dibersihkan Gambar 8. Dokumentasi anggota
16

LEMBAR ASISTENSI

No Hari/Tanggal Paraf Asisten

Anda mungkin juga menyukai