Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

DERAJAT KEASAMAN (pH) PADA TANAH

Laporan Ini Dibuat Sebagai Syarat


Dalam Mata Kuliah Analisis Kualitas Lingkungan
Program Studi Kesehatan Lingkungan

OLEH:

Nama : Nita Amelia Putri


NIM : 10031282126028
Kelompok :1B
Dosen : Dr. Suheryanto, M.Si
Asisten : Amrina Rosyada

LABORATORIUM KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI KESEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 3

2.1 Definisi Tanah ........................................................................................... 3

2.2 Karakteristik Penentu Kesuburan Tanah................................................... 4

2.2.1 Tekstur Tanah .................................................................................. 4

2.2.2 Derajat Keasaman atau pH Tanah.................................................... 4

2.2.3 C-Organik ........................................................................................ 5

2.2.4 Kapasitas Tukar Kation.................................................................... 5

2.2.5 Kejenuhan Basa ............................................................................... 6

2.2.6 Nitrogen ........................................................................................... 6

2.3 Sifat Tanah ................................................................................................ 6

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM .......................................................... 7

3.1 Alat Dan Bahan ......................................................................................... 7

3.2 Prosedur Kerja ........................................................................................... 8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 9

4.1 Hasil Praktikum ......................................................................................... 9

4.1.1 Waktu dan Lokasi Pengukuran ........................................................ 9

4.1.2 Hasil Pengukuran ............................................................................. 9

4.2 Pembahasan ............................................................................................... 9

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 13

i
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

LAMPIRAN ......................................................................................................... 16

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Soil pH Meter ...................................................................................... 7

Gambar 3.2 Sampel Tanah ...................................................................................... 7

Gambar 3.3 Flowchart Cara Kerja Alat .................................................................. 8

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Baku Tanah di Lahan Kering..................................................... 5

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran pH Sampel Tanah ...................................................... 9

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kamus biologi, tanah adalah lapisan kerak bumi yang terlapuk dan
terlekang dan mungkin tercampur bahan organik. Tanah adalah bahan mineral yang
tidak padat (unconsolidated) terletak di permukaan bumi, yang telah dan akan tetap
mengalami perlakuan dan dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik dan lingkungan
yang meliputi bahan induk, iklim (termasuk kelembapan dan suhu), organisme
(makro dan mikro) dan topografi pada suatu periode dan waktu tertentu (Zemil, et
al., 2022).
Tanah merupakan sistem geosfer yang terdapat banyak aktivitas kimia, biologi
maupun fisika. Aktivitas di tanah dipengaruhi oleh kegiatan manusia atau makhluk
hidup lainnya, selain itu juga bergantung pada jenis tanah. Tanah dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis yaitu seperti tanah alluvial/endapan, tanah humus, tanah
kapur, tanah vulkanik, dan tanah gambut. Sehingga, kesuburan tanah merupakan
hal krusial yang harus selalu diperhatikan.
Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk menyediakan hara, air dan
oksigen dalam keadaan yang seimbang bagi tanaman. Kemampuan ini dipengaruhi
oleh sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Tingkat keberhasilan pertanian sangat
dipengaruhi oleh faktor kesuburan tanah. Dari sudut kimia, kesuburan tanah
diartikan kemampuan tanah untuk menyediakan hara yang cukup bagi tanaman.
Tingkat kesuburan tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah
derajat keasaman tanah (pH tanah). Unsur hara akan mudah diserap tanaman pada
pH 6-7, karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara akan larut dalam air
(Martin, 2015). Unsur hara memegang peranan penting dalam tingkat produktivitas
tanah, pertumbuhan, dan produktivitas tanaman. Produktivitas tanaman sering kali
terhambat karena kesediaan hara di dalam tanah tidak mencukupi kebutuhan
tanaman. Apabila terjadi kondisi berkurangnya kesuburan tanah, maka sangat
penting untuk segera dilakukan pemupukan pada tanah menggunakan pupuk
organik.

1
Tanah yang baik adalah tanah yang memiliki pH netral pada rentangg 6-7,5).
Namun, keasaman tanah (pH) di suatu daerah berbeda dengan daerah lainnya. Hal
ini disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya. Keasaman tanah sangat
berpengaruh terhadap kualitas hidup tumbuhan. Tanaman memiliki karakteristik
tertentu yang sangat rentan terhadap keasaman tanah. Tumbuhan akan tumbuh
dengan baik apabila cocok dengan keasaman tanah yang sesuai dengan tumbuhan
tersebut. Bila tanah terlalu asam atau terlalu basa maka tanaman akan tumbuh
kurang sempurna sekalipun masih bisa tumbuh dan menghasilkan buah. Memang
ada beberapa tanaman tertentu yang senang di tanah asam ataupun basa.
Ketersediaan unsur hara makro di dalam tanah ini sedikit, sedangkan hara mikro
seperti besi dan aluminium tinggi. Hal ini mengakibatkan tanaman kekurangan hara
dan menjadi keracunan (Arifin, et. al., 2018).
Keasaman tanah (pH) memiliki efek langsung terhadap ketersediaan hara untuk
tanaman. Pertumbuhan tanaman yang normal terjadi selama rentang nilai pH tanah
masih dalam jangkauan toleransi tanaman. Kisaran pH terbaik untuk sebagian hara
adalah pH 6.0 - pH 7.0. Kekurangan hara dapat diamati pada kondisi tanah dengan
pH rendah dan pH tinggi. Oksisitas besi dan mangan dapat terjadi pada pH rendah
dan kekurangannya pada pH yang tinggi. Mikroorganisme tanah tidak berfungsi
secara efektif dalam tanah-tanah yang terlalu asam. Penurunan pH tanah dapat
menurunkan aktivitas organisme dekomposer bahan organik sehingga pelepasan
hara juga akan menurun. Dekomposisi bahan organik memiliki kontribusi untuk
agregasi partikel tanah yang bisa berdampak pada perbaikan aerasi tanah dan
drainase tanah (Nopriani, et al., 2023).
Pengukuran pH tanah merupakan salah satu langkah yang tepat untuk menguji
apakah pH tanah di suatu wilayah termasuk baik atau asam sekaligus melihat
parameter pencemar yang terkandung dalam tanah tersebut. Pengukuran pH tanah
juga bermanfaat untuk menentukan tinggi dan rendahnya unsur hara yang diserap
oleh tanaman, mengetahui potensi perkembangan mikroorganisme, dan dapat
memonitor pengolahan pertanian terhadap penggunaan bahan kimia. Dalam
pengukuran pH tanah, digunakan alat yang bernama soil pH meter. Soil pH meter
merupakan alat yang berfungsi untuk mengukur pH dan kelembaban tanah. Soil pH
meter menggunakan skala pH antara 0-14.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tanah


Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan
organik dan organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau di
dalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat juga air dan udara. Air dalam tanah
berasal dari air hujan yang ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat
lain. Disamping percampuran bahan mineral dengan bahan organik, maka dalam
proses pembentukan tanah terbentuk pula lapisan-lapisan tanah atau horizon.
Definisi tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun
dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air,
udara, dan merupakan media untuk tumbuhnya tanaman (Arifin, et al., 2018).
Tanah adalah bagian paling atas dari litosfer yang secara alamiah merupakan
media tumbuh tanaman dan menyediakan unsur hara pada tanaman. Tanah terdiri
dari empat bahan utama, yaitu mineral hara yang berasal dari bebatuan yang telah
melalui proses pelapukan baik melalui pelapukan fisika, pelapukan kimiawi, dan
pelapukan biologi, unsur air, unsur udara, dan komponen bahan organik. Persentase
kandungan keempat bahan dasar tanah ini berbeda dalam setiap jenis tanah. Apabila
sumber daya tanah memiliki persentase hara yang lebih banyak dari pada bahan
organiknya, maka disebut jenis tanah mineral, sedangkan jika bahan organiknya
lebih banyak, maka disebut tanah organik (humus). Umumnya tanah dapat
menyediakan 13 dari 16 unsur hara esensial yang diperlukan untuk tanaman,
terutama tanaman pakan. Unsur hara esensial (Nutrisi Esensial) merupakan unsur
hara yang penting dan sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Unsur hara esensial ini harus terus menerus tersedia dalam takaran
yang berimbang. Namun demikian, hal ini tidak selalu terjadi pada semua jenis
tanaman. Tanah tidak subur merupakan contoh tanah yang tidak memenuhi syarat
tersebut. Sedangkan, tanah subur merupakan contoh tanah yang memenuhi syarat
tersebut (Septiyani, 2019).

3
2.2 Karakteristik Penentu Kesuburan Tanah
Tanah mempunyai fungsi utama sebagai tempat tumbuh dan berproduksi
tanaman. Tingkat kesuburan tanah yang tinggi menunjukkan kualitas tanah yang
tinggi pula. Kualitas tanah menunjukkan kemampuan tanah untuk menampilkan
fungsinya dalam penggunaan lahan atau ekosistem, untuk menopang produktivitas
biologi, mempertahankan kualitas lingkungan, dan meningkatkan kesehatan
tanaman, binatang, dan manusia (Andary, 2022).
Penentuan tingkat kesuburan tanah dapat dilakukan dengan melakukan analisis
sifat fisik dan kimia tanah. Sifat fisik tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman
dan produksi tanaman karena menentukan penetrasi akar tanah, kemampuan tanah
menahan air, drainase, aerasi tanah, dan ketersediaan unsur hara tanah (Delsiyanti
et al., 2016).

2.2.1 Tekstur Tanah


Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu, dan liat
yang dinyatakan dalam persen. Tanah-tanah yang bertekstur pasir, karena butir
butirnya berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat (misalnya setiap gram)
mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan)
air dan unsur hara. Tanah-tanah bertekstur liat, karena lebih halus maka setiap
satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan
menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif
dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar (Andary, 2022).
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat)
yang dinyatakan sebagai perbanding proporsi (%) relatif antara fraksi pasir (sand)
berdiameter 2,00 – 0,20 mm atau 2000 – 200 µm, debu (silt) berdiameter 0,20 –
0,002 mm atau 200 – 2 µm dan liat (clay) berukuran < 2 µm (Septiyani, 2019).

2.2.2 Derajat Keasaman atau pH Tanah


Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang
dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH tanah dapat digunakan sebagai indikator
kesuburan kimia tanah, karena dapat mencerminkan ketersedian hara dalam tanah

4
tersebut. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) dan
(OH-) di dalam tanah.
Reaksi tanah (pH) perlu diketahui karena tiap tanaman memerlukan
lingkungan pH tertentu. Disamping berpengaruh langsung terhadap tanaman, pH
juga mempengaruhi faktor lain, misalnya ketersediaan unsur. Kelarutan Al dan Fe
juga dipengaruhi oleh pH tanah. Pada pH asam, kelarutan Al dan Fe tinggi
akibatnya pada pH sangat rendah pertumbuhan tanaman tidak normal karena
suasana pH tidak sesuai, sehingga kelarutan beberapa unsur menurun dan adanya
keracunan Al dan Fe (Andary, 2022).
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 7 Tahun 2006 Tentang
Tata Cara Pengukuran Kriteria Baku Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa,
kriteria baku tanah adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1
Kriteria Baku Tanah di Lahan Kering
Parameter Ambang Kritis Metode Pengukuran Peralatan
pH (H20) <4,5 ; >8,5 Potensiometrik pH Meter, pH Stick
1:2,5 skala 0,5 satuan
Sumber: Permen LH No. 7 Tahun 2006

2.2.3 C-Organik
Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di
dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa
mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil
atau humus. Karakteristik bahan organik tanah dapat dilakukan secara sederhana
dengan contoh melalui karakteristik kimia berdasarkan dari kadar C-organik.
Kandungan C-organik merupakan unsur yang dapat menentukan tingkat kesuburan
tanah (Andary, 2022).

2.2.4 Kapasitas Tukar Kation


Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan salah satu sifat kimia tanah yang
berkaitan erat dengan ketersediaan hara bagi tanaman dan menjadi indikator
kesuburan tanah. KTK adalah kapasitas lempung untuk menjerap dan menukar
kation. KTK dipengaruhi oleh kandungan liat, tipe liat dan kandungan bahan

5
organik. KTK tanah menggambarkan kation-kation tanah seperti kation Ca, Mg,
Na, dan dapat ditukar dan diserap oleh perakaran tanaman (Andary, 2022).

2.2.5 Kejenuhan Basa


Nilai kejenuhan basa (KB) adalah persentase dari total kapasitas tukar kation
(KTK) yang ditempati oleh kation-kation basa seperti kalium, kalsium, magnesium,
dan natrium. Nilai KB berhubungan erat dengan pH dan tingkat kesuburan tanah.
Kemasaman akan menurun dan kesuburan akan meningkat dengan meningkatnya
KB. Laju pelepasan kation terserap bagi tanaman tergantung pada tingkat
kejenuhan basa tanah. Kejenuhan basa tanah berkisar 50%-80% tergolong
mempunyai kesuburan sedang dan dikatakan tidak subur jika kurang dari 50%.

2.2.6 Nitrogen
Nitrogen adalah salah satu unsur makro yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah yang banyak dan diserap tanaman dalam bentuk ion NH4+ dan NO3-. N
merupakan salah satu hara yang banyak mendapat perhatian. Ini dikarenakan
jumlah N yang terdapat di dalam tanah sedikit, sedangkan dalam kebutuhan
tanaman dan kehilangan N pada tanah cukup besar. Kehilangan N dari tanah dapat
dalam bentuk gas yang terjadi karena kegiatan-kegiatan mikroba tanah dan reaksi-
reaksi di dalam tanah, kehilangan akibat pencucian yang diakibatkan oleh lahan
gundul/tanpa tanaman, dan kehilangan bersama panen (Andary, 2022).

2.3 Sifat Tanah


Sifat tanah selalu heterogen yang memiliki komponen padat, cair dan gas serta
memiliki sifat-sifat dan prilaku yang dinamik. Hal ini disebabkan oleh tanah
sebagai tempat pijakan manusia, hewan dan tumbuhan untuk melakukan aktivitas
dan rutinitasnya. Perubahan sifat-sifat tanah ini sangat dirasakan oleh manusia,
karena seiring dengan pertambahan penduduk dengan jumlah besar, sehingga
kebutuhan akan pangan juga akan meningkat yang menyebabkan timbulnya
persaingan dan pembukaan lahan baru. Pembukaan lahan baru yang tidak sesuai
dengan kemampuan lahan akan menyebabkan lajunya erosi dan limpasan
permukaan. Erosi tanah dapat dipengaruhi oleh banyak sifat tanah.

6
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat Dan Bahan


A. Alat
1. Soil pH Meter
2. Gelas Beaker

Gambar 3.1
Soil pH Meter

B. Bahan
1. Sampel tanah
2. Aquabides

Gambar 3.2
Sampel Tanah

7
3.2 Prosedur Kerja
A. Cara Kerja

Aktifkan alat dengan


menekan tombol Pastikan probe
sudah terkalibrasi Siapkan sampel
power dan
dan bersih dari yang akan diukur
sambungkan probe
kelubang konektor kotoran
pada alat

Cabut kembali probe Catat nilai pH Tancapkan probe ke


dari sampel dan yang dalam sampel dan
bersihkan dengan tunggu beberapa saat
ditampilkan
aquades hingga nilai pH
stabil

Penyimpanan pengukuran: Ketika nilai muncul, user dapat menyimpan ke


memori internal instrument. Options=> Data acquisition => sample => take
sample untuk merekam nilai pengukuran

Melihat dan menghapus data pengukuran: Options=> data acquisition =>


log=> browse log. Tekan nilai pengukuran yang dilihat. Tekan exit untuk
keluar, atau tekan delete untuk menghapus filer tersebut

Matikan alat dengan menekan tombol power

Gambar 3.3
Flowchart Cara Kerja Alat

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum


4.1.1 Waktu dan Lokasi Pengukuran
Hari, Tanggal : Jum’at, 10 November 2023
Waktu Praktikum : 14.00 WIB - selesai
Lokasi Praktikum : Ruangan B1.01 FKM UNSRI
Sampel Air : Tanah dekat usaha kelapa kupas

4.1.2 Hasil Pengukuran


Pengukuran derajat keasaman (pH) tanah ini dilakukan dengan menggunakan
alat Soil pH Meter. Sebelum digunakan, alat dikalibbrasi terlebih dahulu dengan
menggunakan larutan buffer 7 dan larutan buffer 10. Adapun hasil pengukurannya
adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1
Hasil Pengukuran pH Sampel Tanah
Sampel Suhu Hasil BML Keterangan
Tanah dekat 26,5ºC pH 7.30 4,5 – 8,5 Sesuai BML
usaha kelapa
kupas

4.2 Pembahasan
Tanah adalah bagian paling atas dari litosfer yang secara alamiah merupakan
media tumbuh tanaman dan menyediakan unsur hara pada tanaman. Tanah terdiri
dari empat bahan utama, yaitu mineral hara yang berasal dari bebatuan yang telah
melalui proses pelapukan baik melalui pelapukan fisika, pelapukan kimiawi, dan
pelapukan biologi, unsur air, unsur udara, dan komponen bahan organik. Persentase
kandungan keempat bahan dasar tanah ini berbeda dalam setiap jenis tanah. Apabila
sumber daya tanah memiliki persentase hara yang lebih banyak dari pada bahan
organiknya, maka disebut jenis tanah mineral, sedangkan jika bahan organiknya

9
lebih banyak, maka disebut tanah organik (humus). Umumnya tanah dapat
menyediakan 13 dari 16 unsur hara esensial yang diperlukan untuk tanaman,
terutama tanaman pakan. Unsur hara esensial (Nutrisi Esensial) merupakan unsur
hara yang penting dan sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Unsur hara esensial ini harus terus menerus tersedia dalam takaran
yang berimbang. Namun demikian, hal ini tidak selalu terjadi pada semua jenis
tanaman. Tanah tidak subur merupakan contoh tanah yang tidak memenuhi syarat
tersebut. Sedangkan, tanah subur merupakan contoh tanah yang memenuhi syarat
tersebut (Septiyani, 2019).
Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan
organik dan organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau di
dalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat juga air dan udara. Air dalam tanah
berasal dari air hujan yang ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat
lain. Disamping percampuran bahan mineral dengan bahan organik, maka dalam
proses pembentukan tanah terbentuk pula lapisan-lapisan tanah atau horizon.
Definisi tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun
dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air,
udara, dan merupakan media untuk tumbuhnya tanaman (Arifin, et al., 2018).
Salah satu parameter yang dapat diuji untuk melihat kesuburuan tanah adalah
parameter pH tanah. Nilai pH tanah dapat digunakan sebagai indikator kesuburan
kimia tanah, karena dapat mencerminkan ketersedian hara dalam tanah tersebut.
Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) dan (OH-) di
dalam tanah (Andary, 2022). Untuk mengukur pH tanah ini dapat digunakan alat
Soil pH Meter.
Praktikum pengukuran pH tanah dilakukan pada hari Jum’at, 10 November
2023 di ruang B1.01 Fakultas Kesehatan Masyarakat UNSRI. Sampel tanah yang
digunakan dalam pengukuran ini adalah sampel tanah dari dekat usaha kelapa
kupas. Dalam praktikum ini digunakan alat Soil pH Meter yang sudah dikalibrasi
sebelumnya. Alat Soil pH Meter dikalibrasikan menggunakan larutan buffer 7
hingga mencapai nilai 95-105 dan larutan buffer 10 hingga mencapai nilai 97-103.
Jika nilai sudah tercapai, bilas probe dengan menggunakan aquabides. Hal ini

10
bertujuan agar tanah tidak terkontaminasi yang dapat menyebabkan berubahnya pH
tanah sampel.
Sebelum dilakukan pengukuran, pastikan sampel tanah sudah dimasukkan ke
dalam gelas beaker untuk memudahkan ketika probe dimasukan ke dalam sampel
tanah. Jika sudah, masukkan probe ke dalam sampel tanah dan tunggu hingga
pembacaan pada layar stabil. Dari hasil pengukuran ini, didapatkan nilai pH tanah
sampel adalah pH 7.30. Jika dibandingkan dengan baku mutu lingkungan oleh
PermenLH No 7 Tahun 2006 yakni 4,5 – 8,5 maka tanah sampel ini masih berada
di rentang yang sesuai dengan baku mutu yang ada atau dapat dikatakan sebagai
tanah yang netral.
Tanah yang memiliki pH netral memiliki banyak keuntungan. Tanaman
mampu tumbuh dengan baik di tanah yang memiliki pH netral. Tanaman juga
mampu secara optimal menyerap unsur hara yang terdapat dalam pupuk karena
pada kondisi netral unsur hara mudah larut dalam air. Penyerapan unsur P dan K
juga sempurna sehingga tanaman akan memiliki akar yang sempurna dan tahan
terhadap serangan hama penyakit (Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang, 2019).
Apabila tanah memiliki pH kurang dari 4,5, maka sifat tanah tersebut adalah
asam. Karakteristik tanah yang asam akan menyebabkan pertumbuhan tanaman
menjadi tidak normal. Hal ini diakibatkan karena tidak tersedianya beberapa unsur
hara dan keracunan unsur tertentu. Tanah yang masam memiliki karakteristik
seperti daya simpan air yang tinggi, berpotensi menimbulkan keracunan logam
berat (Al, Mn, Fe), kandungan N, P, K, Ca, Mg yang rendah, kekurangan unsru Cu
dan S, serta menyebabkan pengikatan unsur N dan kegiatan mikroba menurun
(Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo, 2022).
Sebaliknya, apabila tanah memiliki pH tinggi di atas BML, maka sifat tanah
tersebut basa. Semakin tinggi pH tanah (basa) maka unsur hara yang terkandung di
dalam tanah akan sangat sulit diserap oleh tanaman, begitupun sebaliknya saat
kondisi tanah cenderung asam atau pH terlalu rendah. Tanah basa biasanya
kandungan hara dan mikroorganismenya sangat sedikit sehingga pertumbuhan
tanaman terganggu. Apabila tanah atau media tanam memiliki tingkat keasaman
tinggi, maka unsur magnesium, kalsium dan fosfor akan terikat secara kimiawi
sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Pada kondisi seperti ini, unsur

11
aluminiun dan mangan akan bersifat racun atau toksik dan dapat merugikan
tanaman. Pemberian pupuk tidak akan efektif dan tidak efisien karena unsur hara
tidak dapat diserap tanaman. Akibatnya tanaman akan tumbuh tidak normal dan
produktivitasnya rendah dengan kualitas yang buruk (Sofyan, 2014).
Untuk mengatasi permasalahan pH tanah yang asam maupun basa, maka perlu
dilakukan upaya penetralan pH tanah. Apabila pH tanah dibawah baku mutu yang
ada, maka diperlukan upaya untuk meningkatkan pH tanah berupa pemberian kapur
dolomit. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan et al (2018),
pemberian kapur dolomit dengan dosis yang tepat terbukti dapat meningkatkan pH
tanah karena fungsi kapur sendiri adalah untuk mengendapkan Al. Selain itu, kapur
dolomit juga mengandung Ca dan Mg yang merupakan penyumbang ion-ion basa
dalam tanah yang dapat menggantikan ion Al yang berada pada koloid jerapan.
Menurut Kementrian Pertanian RI (2021), apabila ditemukan tanah yang sifatnya
asam maka dapat dilakukan upaya penetralan pH tanah yang meliputi
menambahkan bubuk kapur (bubuk, butiran, pelet, dan kristal), menggunakan
serbuk kayu (mengandung potassium) dengan syarat penggunaannya tidak
bersamaan dengan urea sebab percampuran keduanya akan menimbulkan gas
ammonia, dan menggunakan abu kayu.
Namun, jika pH tanah terlalu tinggi atau basa, dapat dilakukan upaya
penetralan dengan pemberian sulfur atau belerang. Pemberian belerang bisa dalam
bentuk bubuk belerang atau bubuk sulfur yang mengandung belerang dengan
persentase hampir 100%. Akan tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi
keefektifan belerang yaitu suhu, bakteri pengurai, kelembapan dan lain sebagainya.
Sehingga pemberian sulfur pada tanah basa membutuhkan waktu yang cukup lama
sampai tanah menjadi netral. Belerang sebagai ameliorasi tanah dapat
meningkatkan ketersediaan hara lain dengan berbagai cara, melalui hubungan antar
ion setelah menjadi sulfida dan dapat berfungsi sebagai reduktor dan donor elektron
(Sofyan, 2014). Selain itu, upaya penurunan pH tanah juga dapat dilakukan dengan
menggunakan material organik seperti pupuk kompos atau pupuk kandang terbukti
dapat menurunkan pH tanah sebab kedua bahan tersebut bersifat asam. Selain
menurunkan pH tanah, meterial organik dapat memperbaiki sistem drainase serta
aerasi di dalam tanah (Kementrian Pertanian RI, 2021).

12
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
A. Keasaman tanah merupakan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang
dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH tanah dapat digunakan sebagai
indikator kesuburan kimia tanah, karena dapat mencerminkan ketersedian
hara dalam tanah tersebut.
B. Baku mutu lingkungan untuk tanah adalah 4,5 – 8,5 menurut Permen LH
No. 7 tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengukuran Kriteria Baku Kerusakan
Tanah Untuk Produksi Biomassa.
C. Soil pH Meter merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur pH
tanah.
D. Hasil pengukuran pH tanah sampel yakni tanah dekat usaha kelapa kupas
menunjukkan hasil pH 7.30 yang apabila dibandingkan dengan baku mutu
pH menurut Permen LH No. 7 tahun 2006 maka nilai pH tanah sampel
masih termasuk kriteria sesuai baku mutu.
E. Jika suatu waktu pH tanah mengalami penurunan maka dapat dilakukan
upaya penaikan pH tanah melalui upaya penambahan bubuk kapur (bubuk,
butiran, pelet, dan kristal), menggunakan serbuk kayu (mengandung
potassium) dengan syarat penggunaannya tidak bersamaan dengan urea, dan
pemberian kapur dolomit. Sebaliknya jika pH tanah menjadi tinggi maka
dapat dilakukan upaya penurunan pH tanah melalui pemberian sulfur atau
belerang dan menggunakan material organik seperti pupuk kompos atau
pupuk kendang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Andary. 2022. Analisis Kesuburan Tanah Untuk Tanaman Jagung (Zea Mays L.)
Menggunakan Normalized Difference Vegetation Index (Ndvi) di
Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat. Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Hasanuddin: Makassar.

Arifin, M., N.D. Putri, A. Sandrawati, R. Harryanto. 2018. Pengaruh Posisi Lereng
terhadap Sifat Fisika dan Kimia Tanah pada Inceptisols di Jatinangor.
Jurnal Soilrens, 16 (2), 37-44.

Delsiyanti, Danang W., Ulfiyah A.R. 2016. Sifat Fisik Tanah Pada Beberapa
Penggunaan Lahan di Desa Olobojukabupaten Sigi. Jurnal Agrotekbis, 4
(3), 227-234.

Dina Sulistyaningrum, Liliyana Dewi Susanawati, dan Bambang Suhartono. 2014.


Pengaruh Karakteristik Fisika Kimia Tanah Terhadap Nilai Indeks
Erodibilitas Tanah dan Upaya Konservasi Lahan. Jurnal Sumber Daya
Alam dan Lingkungan, h. 56.

Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang. 2019. Cara Jitu Menyuburkan Tanah dan
Mentralkan Tanah. Diakses pada 11 November 2023 Pukul 22.13 WIB
Melalui https://pertanian.lumajangkab.go.id/detail/cara-jitu-
menyuburkan-dan-menetralkan-tanah.

Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo. 2022. Tanah Masam dan
Pengaruhnya. Artikel. Diakses pada 5 November 2023 Pukul 21.57 WIB
Melalui https://pertanian.kulonprogokab.go.id/detil/1105/tanah-masam-
dan pengaruhnya.

Jummi et al. 2020. Analisis Keasaman Tanah di Gampong Lamkeuneung


Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Pendidikan Geosfer, 5 (1), pp. 6-9.

Kementerian Pertanian RI. 2021. 6 Cara Menetralkan Tanah. Artikel. Diakses pada
5 November 2023 Melalui https://pustaka.sekjen.pertanian.go.id/index-
berita/6-cara-menetralkan-tanah.

Martin, J. 2015. “Kendali pH dan Kelembaban Tanah Berbasis Logika Fuzzy


Menggunakan Mikrokontroler”, Jurnal E-proceeding of engineering, 2,
2236-2245.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 7 Tahun 2006 Tentang Tata Cara
Pengukuran Kriteria Baku Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa

Ramadhan, M., Hanafiah, A.S., Guchi, H. 2018. Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) terhadap Pemberian Dolomit, Pupuk, dan
Bakteri Pereduksi Sulfat pada Tanah Sulfat Masam di Rumah Kaca. Jurnal
Agroekoteknologi FP USU, 6 (3), 432-441.

14
Septiyani, Eka. 2019. Pengaruh Karakteristik Fisika Dan Kimia Tanah Terhadap
Pertumbuhan Sawi di Desa Bahway Kecamatan Balik Bukit Kabupaten
Lampung Barat. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Raden Intan Lampung: Lampung.

Sofyan, E. T. 2014. Potensi Belerang Dari Bokashi Eceng Gondok {Eichhornia


Crassipes (Martt.) solm} Dalam Meningkatkan Mutu Serta Hasil Padi
Pada Inceptisols. Agrifor: Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan, 13(2),
165-174.

Zemil et al. 2022. Simulasi Pengukuran Kadar Air, pH Tanah, Kelembaban, dan
Suhu Udara Menggunakan Mikrokontroler (Arduino-Uno R3). Jurnal
Teknologi Informasi, 6 (2), 120-127.

15
LAMPIRAN

Dokumentasi Pengukuran pH Tanah Sampel

16

Anda mungkin juga menyukai