Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH KIMIA TANAH

DOSEN PENGAMPU

Rinto Manurung, SP, MP.

Dr. U. Suci Yulies Vitri Indrawati, SP, MP.

Disusun Oleh :

M. Osa Ramadhan

C1051201057

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Laporan
Praktikum Kimia Tanah” ini tepat pada waktunya.

Penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Kimia
Tanah. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Penetapan pH Tanah, Penetapan Potensial Redoks (E H) Tanah, penetapan Daya Hantar
Listrik (SALINITAS), Penetapan Kadar Air Mutlak, Penetapan Kemasaman dapat
ditukar dan Daya Netralisasi Kapur bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Dalam kesempatani ini juga, saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Rinto Manurung, SP, MP. dan Ibu Dr. U. Suci Yulies Vitri Indrawati, SP, MP. selaku
Dosen pengampu mata kuliah Kimia Tanah dan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
saya tekuni ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
dapat saya sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas ini.

Saya menyadari, bahwa tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun saya butuhkan demi kesempurnaan
laporan ini.

Pontianak, 26 November 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

A. Latar Belakang ............................................................................................1


B. Tujuan ..........................................................................................................
C. Rumusan Masalah .......................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................

A. Penetapan pH Tanah ...................................................................................


B. Penetapan Potensial Redoks (EH) Tanah ...................................................
C. Penetapan Daya Hantar Listrik (SALINITAS) ........................................
D. Penetapan Kadar Air Mutlak .....................................................................
E. Penetapan Kemasaman dapat ditukar ......................................................
F. Daya Netralisasi Kapur ...............................................................................

BAB III METODE PRAKTIKUM ........................................................................

A. Tempat Praktikum ......................................................................................


B. Alat Dan Bahan ...........................................................................................
C. Cara Kerja ...................................................................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................

BAB V PENUTUP ...................................................................................................

Kesimupulan ............................................................................................................

Daftar Pustaka .........................................................................................................

Lampiran .................................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah adalah tubuh alam bebas menduduki sebagian besar permukaan planet
bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh
iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief
tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Darmawijaya, 1990). Berdasarkan
pengertian tanah tersebut, maka tanah terbentuk akibat interaksi dari faktor iklim, jasad
hidup, bahan induk, relief, dan waktu. Hal ini menunjukkan bahwa suatu wilayah dapat
mempunyai sifat tanah yang berbeda-beda. Sifat tanah yang berbeda mengakibatkan
setiap tanaman mempunyai respon yang berbeda terhadap sifat tanah tersebut.

Berdasarkan peranan tanah terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman,


sifat tanah yang berkaitan dengan tanaman yaitu sifat fisik dan sifat kimia tanah. Sifat
fisik tanah antara lain tekstur dan struktur tanah. Sifat kimia tanah antara lain pH tanah
dan kandungan unsur hara. Kandungan hara terdiri dari kandungan nitrogen, fospor,
kalium dan bahan organik. Sifat fisik dan kimia tanah sangat menentukan pertumbuhan
dan perkembangan tanaman yang dibudidayakan.

Komponen kimia tanah berperan besar dalam menentukan sifat dan ciri tanah
umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya. Sifat kimia tanah didefenisikan
sebagai keseluruhan reaksi kimia yang berlangsung antar penyusun tanah serta antar
penyusun tanah dan bahan yang ditambahkan dalam bentuk pupuk ataupun pembenah
tanah lainnya. Faktor kecepatan semua bentuk reaksi kimia yang berlangsung dalam
tanah mempunyai kisaran agak lebar, yakni sangat singkat dan luar biasa lamanya.
Pada umumnya, reaksi-reaksi yang terjadi didalam tanah diimbas oleh tindakan dan
faktor lingkungan tertentu (Sutanto, 2005).

Tanah merupakan suatu benda alam yang tersusun dari padatan (bahan mineral
dan bahan organik), cairan dan gas, yang menempati permukaan daratan, menempati
ruang, dan dicirikan oleh salah satu atau kedua berikut: horison-horison, atau lapisan-
lapisan, yang dapat dibedakan dari bahan asalnya sebagai hasil dari suatu proses
penambahan, kehilangan, pemindahan dan transformasi energi dan materi, atau
berkemampuan mendukung tanaman berakar di dalam suatu lingkungan alami (Soil
Survey Staff, 1999).

Schroeder (1972) mendefinisikan tanah sebagai suatu sistem tiga fase yang
mengandung air, udara dan bahan-bahan mineral dan organik serta jasad-jasad hidup,
yang karena pengaruh berbagai faktor lingkungan pada permukaan bumi dan kurun
waktu, membentuk berbagai hasil perubahan yang memiliki ciri-ciri morfologi yang
khas, sehingga berperan sebagai tempat tumbuh bermacam-macam tanaman.

1
Tanah adalah sebagai laboratorium kimia tempat proses dekomposisi dan
reaksi kimia yang berlangsung secara tersembunyi (J.J. Berzelius Swedia, 1803).

Tanah PMK adalah tanah yang mempunyai perkembangan profil, konsistensi


teguh, bereaksi masam, dengan tingkat kejenuhan basa rendah. Podsolik merupakan
segolongan tanah yang mengalami perkembangn profil dengan batas horizon yang
jelas, berwarna merah hingga kuning dengan kedalaman satu hingga dua meter. Tanah
ini memiliki konsistensi yang teguh sampai gembur (makin ke bawah makin teguh),
permeabilitas lambat sampai sedang, struktur gumpal pada horizon B (makin kebawah
makin pejal), tekstur beragam dan agregat berselaput liat. Di samping itu sering
dijumpai konkresi besi dan kerikil kuarsa (Indrihastuti, 2004).

Gambut terbentuk dari timbunan sisa-sisa tanaman yang telah mati, baik yang
sudah lapuk maupun belum. Timbunan terus bertambah karena proses dekomposisi
terhambat oleh kondisi anaerob dan/atau kondisi lingkungan lainnya yang
menyebabkan rendahnya tingkat perkembangan biota pengurai. Pembentukan tanah
gambut merupakan proses geogenik yaitu pembentukan tanah yang disebabkan oleh
proses deposisi dan tranportasi, berbeda dengan proses pembentukan tanah mineral
yang pada umumnya merupakan proses pedogenik (Hardjowigeno, 1986).

Tanah Aluvial hanya meliputi lahan yang sering atau baru saja mengalami
banjir dan atau endapan marine akibat adanya pasang surut air laut. Sehingga dapat
dianggap masih muda dan belum ada perbedaan horizon. Endapan Aluvial yang sudah
tua dan menampakkan akibat pengaruh iklim dan vegetasi tidak termasuk inceptisol
mungkin lebih berkembang. Suatu hal yang mencirikan peda pembentukan Aluvial
ialah bahwa sebagian terbesar bahan kasar akan diendapkan tidak jauh dari sumbernya.
Tekstur bahan yang diendapkan pada waktu tempat yang sama akan lebih seragam,
makin jauh dari sumbernya makin halus butir yang diangkut (Darmawijaya, 1990).

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tingkat pH yang terkandung dalam tiap lapisan tanah
serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi tanah (pH).
2. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kadar air mutlak
pada contoh tanah aluvial.
3.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. pH Tanah

Reaksi tanah menunjukkan kemasaman dan alkalinitas tanah yang dinyatakan


dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion unsur (H+) di
dalam tanah. Makin tinggikadar ion H+ di dalam tanah maka semakin masam tanah
tersebut. Selain ion H+ ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik
dengan banyaknya H+ (Hardjowigeno, 2007).

Tanah yang subur adalah tanah yang mempunyai profil yang dalam (kedalaman
yang sangat dalam melebihi 150 cm); strukturnya gembur; pH 6,0-6,5; kandungan
unsur haranya yang tersedia bagi tanaman adalah cukup; dan tidak terdapat faktor
pembatas dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman (Sutedjo, 2002).

Potential of hydrogen (pH) adalah suatu ukuran yang menguraikan derajat


tingkat kadar keasaman atau kadar alkali dari suatu larutan, pH diukur pada skala 0- 14
(Nogroho, 2016).

B. Potensial Redoks

Potensial redoks (Eh) merupakan indeks yang menyatakan kuantitas elektron


dalam suatu sistem (Syekhfani, 2014a). Oksidasi-reduksi merupakan reaksi
pemindahan elektron dari donor elektron kepada aseptor elektron. Donor elektron akan
teroksidasi karena pelepasan elektron, sedangkan aseptor elektron akan terduksi karena
penambahan elektron. Proses ini berlangsung secara simultan, sehingga sering disebut
sebagai reaksi redoks (Kyuma 2004a). Potenisial redoks juga dipengaruhi oleh
aktivitas mikro organisme, dimana menurut Yoshida (1978), aktivitas mikro organisme
tidak hanya mempengaruhi proses transformasi senyawa-senyawa organik dan
anorganik, tetapi juga mempengaruhi kemasaman dan potensial redoks tanah. Menurut
Tan (1982), keseimbangan redoks biasanya dinyatakan dengan konsep potensial
redoks (Eh).

Potensial redoks (Eh) adalah potensial elektroda standar sel-paruh diukur


terhadap suatu elektroda penunjuk standar, yaitu elektroda hidrogen. Sedangkan E0
adalah suatu tetapan, yang disebut potensial redoks baku dari sistem, dan RT/F=0.0592
pada 25o C. Jika aktivitas dari spesies-spesies teroksidasi dan tereduksi sama dengan
satu, rasio tersebut menjadi = 1, dan nilai log-nya = 0, maka Eh = E0. Oleh karena itu,
potensial redoks baku didefinisikan sebagai potensial redoks dari sistem dengan
aktivitas spesies teroksidasi dan tereduksi sama dengan satu (Tan 1982).

3
Potensial redoks merupakan sifat elektrokimia yang dapat dipakai sebagai
indikasi dalam mengukur derajat anaerobiosis tanah dan tingkat transformasi
biogeokimia yang terjadi (Patrick dan Mahapatra, 1968; Ponnamperuma, 1972).
Perubahan sifat-sifat kimia dimaksud antara lain terjadinya perubahan potensial redoks
(Eh) dan keasaman tanah (pH) tanah yang merupakan dua faktor utama yang saling
berkaitan dalam mempengaruhi kelarutan dan ketersediaan hara dan transformsinya di
dalam tanah serta bepengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.

C. Salinitas

Salinitas dapat didefinisikan sebagai total konsentrasi ion-ion terlarut dalam air
yang dinyatakan dalam satuan permil (o /oo) atau ppt (part per thousand) atau gram /
liter. Salinitas disusun atas tujuh ion utama, yaitu sodium, potasium, kalium,
magnesium, chlorida, sulfat, bikarbonat (Ambardhy, 2004). Zat zat lain di dalam air
tidak terlalu berpengaruh terhadap salinitas, tetapi zat zat tersebut juga penting untuk
keperluan ekologis yang lain (Boyd, 1991, dalam Apriyanto, 2012).

Nilai salinitas air untuk perairan tawar berkisar antara 0–5 ppt, perairan payau
biasanya berkisar antara 6–29 ppt, dan perairan laut berkisar antara 30–40 ppt
(Fardiansyah, 2011). Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam yang terlarut
dalam air. Selain kandungan dalam air, terkadang salinitas juga digunakan sebagai
istilah kandungan garam dalam tanah. Salinitas tanah adalah seluruh kandungan garam
yang terkandung dalam tanah. Jika kadar garam yang terkandung antara 3% hingga 5%
maka disebut dengan air payau (saline). Sedangkan jika lebih dari 5% maka dinamakan
air brine.

Untuk mengukur tingkat salinitas adalah dengan menggunakan alat bernama


refraktometer dan salinometer. Secara umum, alat ini bekerja berdasarkan prinsip
pembiasan cahaya. Kadar garam dalam air dapat diketahui melalui indeks bias cahaya
dari sampel yang diukur. Alat ini cocok digunakan pada tempat yang memiliki banyak
cahaya atau di luar ruangan yang terkena sinar matahari secara langsung.

Sedangkan salinometer adalah alat pengukur salinitas yang digunakan pada


laboratoriaum. Alat ini memiliki tingkat ketelitian tinggi dengan cara kerja mengukur
kepadatan air dari sampel. Salinitas sampel diukur berdasarkan daya hantar listrik,
dimana semakin tinggi daya hantar maka semakin besar pula salinitas.

D. Kadar Air

Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan dengan
berat kering. Kadar air tanah dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase
volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat
memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah
tertentu. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah

4
dikering ovenkan dalam oven pada suhu 100 °C –110 °C untuk waktu tertentu (Hakim,
1986).

Sebagian besar air yang diperlukan oleh tumbuhan berasal dari tanah. Air ini
harus tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya. Kebutuhan air setiap tumbuhan
berbeda. Tumbuhan air memerlukan air lebih banyak dibandingkan jenis tumbuhan
lainnya. Air merupakan substansi yang paling umum di atas bumi dan diperlukan
untuk semua kehidupan. Penyediaan air tawar dalam jangka waktu lama selama terus-
menerus sama dengan presipitasi (hujan) tahunan yang rata-ratanya 26 inci (650 mm)
untuk permukaan lahan dunia. Air dibagikan tidak merata oleh curah hujan, berubah
bentuk, berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat tercemar (Hanafiah
2014).

Kadar air dalam tanah dipengaruhi oleh gaya adhesi, kohesi dan gravitasi yang
bekerja dalam tanah. Berdasarkan gaya yang bekerja maka air tanah dibedakan
menjadi 3 jenis yakni air higroskopis, air kapiler dan air gravitasi. Air higroskopis
merupakan air yang diadsorbsi oleh tanah dengan sangat kuat sehingga tidak tersedia
bagi tanaman dan jumlahnya sangat sedikit yang merupakan selaput tipis menyelimuti
agregat tanah. Air kapiler merupakan air tanah yang ditahan akibat adanya gaya kohesi
dan adhesi yang lebih kuat dibandingkan gaya gravitasi.

Air ini begerak ke samping atau ke atas karena gaya kapiler dan menempati
piro mikro dan dinding pori mikro. Air kapiler dibedakan menjadi kapastias lapang
dan titik layu permanen.Setiap jenis tanah tertentu memiliki sifat dan karakter yang
berbeda. Maka dari itu, diperlukan analisa terhadap tanah. Analisis tanah membantu
penyelidikan produktivitas dan penentuan tindakan pengolahan tanah. Hal ini karena
kondisi setiap tanah berbeda- beda bergantung pada proses pembentukannya.

E. Kapasitas Tukar Kation

Aldd adalah kadar Aluminium dalam tanah.Al dalam bentuk dapat ditukarkan
(Al-dd) umumnya terdapat pada tanah-tanah yang bersifat masam dengan pH < 5,0.
Aluminium ini sangat aktif karena berbentuk Al3+ ,monomer yang sangat merugikan
dengan meracuni tanaman atau mengikat fosfor. Oleh karena itu untuk mengukur
sejauh mana pengaruh Al ini perlu ditetapkan kejenuhannya. Semakin tinggi
kejenuhan aluminium, akan semakin besar bahaya meracun terhadap tanaman.

5
Kandungan aluminium dapat tukar (Al3+) mempengaruhi jumlah bahan kapur yang
diperlukan untuk meningkatkan kemasaman tanah dan produktivitas tanah
(Anonimous, 2009).

Hdd adalah kadar hydrogen yang terkandung didalam tanah. Kemasaman tanah
mempunyai 2 komponen yaitu (1) H aktif yang terdapat di dalam larutan tanah
(potensial), (2) H yang dapat dipertukarkan atau disebut kemasaman cadangan. Kedua
bentuk tersebut cenderung membentuk keseimbangan sehingga perubahan pada yang
satu mengakibatkan perubahan pada yang lain. Apabila basa dibubuhkan pada tanah
yang asam, H terlarut dinetralisasi dan sebagian H yang dapat dipertukarkan
terionisasi untuk mengembalikan keadaan seimbang. Jumlah H yang dapat
dipertukarkan dengan perlahan-lahan berkurang. H terlarut akan menurun dan pH akan
lambat laun meningkat (Foth, 1994)

F. Daya Netralisasi Kapur

Dosis kebutuhan kapur didasarkan pH dan tekstur tanah mengikuti petunjuk


Boyd (1990). Nilai netralisasi dan efisiensi netralisasi kapur diketahui melalui
pengujian terhadap kapur yang umum dipasarkan di Kabupaten Pati yaitu:
masingmasing dua contoh dolomit (CaMg(CO3 ) 2 ) dan kapur pertanian (kaptan)
(CaCO3 ). Nilai netralisasi kapur diketahui berdasarkan petunjuk Boyd (1990).

Nilai netralisasi dan efisiensi netralisasi kapur digunakan untuk menentukan


faktor konversi atau faktor keamanan atau faktor koreksi kapur (Mustafa et al., 2010a).
Berat tanah hanya diperhitungkan sampai kedalaman 4 cm, sesuai yang dilaporkan
oleh de Queiroz et al. (2004) bahwa kapur yang diberikan hanya memberikan
pengaruh yang nyata sampai kedalaman tersebut.

Netralisasi pH adalah suatu upaya agar pH air menjadi normal. Setelah pH


mendekati normal barulah proses pengolahan dapat dilakukan secara efektif. Fungsi
dari pengaturan pH dalam instalasi air minum bertujuan untuk mengendalikan korosif
perpipaan dalam sistem distribusi. Korosif membentuk racun bila pH kurang dari 6,5
atau lebih dari 9,5. Dengan demikian, perlunya dilakukan penambahan kapur
(Ca(OH)2) untuk menaikkan pH air, agar sampai dengan syarat baku. Analisis kadar
kapur dilakukan dengan metode titrasi asidi alkalimetri, analisis pH kapur, dan
penentuan kadar residu kapur.

Kapur dolomit dipercaya bisa untuk meningkatkan pH tanah, memperbanyak


unsur hara di dalam tanah, menetralisir tanah dari senyawa beracun, menambah
populasi mikroorganisme, merangsang pertumbuhan akar tanaman, menghijaukan
tanaman, menaikkan produktivitas dan kualitas panen, menyediakan unsur kalium dan
magnesium, menetralkan unsur alkali (Al), dan membunuh bibit penyakit. Kapur
dolomit dihasilkan dari pupuk ZA yang menggunakan bahan baku berupa Phosphor

6
gypsum, amoniak (NH3), dan karbon dioksida (CO2). Oleh karena itu, kapur ini juga
mengandung unsur hara makro dan mikro.

7
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


a. Waktu
 Kamis, 11 November 2021: Penetapan pH Tanah, Penetapan
Potensial Redoks (EH) Tanah,
Penetapan Daya Hantar Listrik
(SALINITAS)
 Kamis, 18 November 2021: Penetapan Kadar Air Mutlak,
Penetapan Kemasaman Dapat Ditukar
 Kamis, 25 November 2021: Daya Netralisasi Kapur

b. Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak.

B. Alat dan Bahan


a. Penetapan pH Tanah

Alat Bahan
 Timbangan  Tanah PMK
 Botol kocok 100 ml  Cairan H2O dan KCL
 Gelas Ukur
 Mesin pengocok (shaker)
 Labu Semprot 500 ml
 Selotip label
 pH meter

b. Penetapan Potensial Redoks (EH) Tanah

Alat Bahan
 Timbangan  Tanah PMK
 Botol kocok 100 ml  Cairan H2O dan KCL
 Gelas Ukur
 Mesin pengocok (shaker)
 Labu Semprot 500 ml
 Selotip label
 pH meter

8
c. Penetapan Daya Hantar Listrik (SALINITAS)

Alat Bahan
 Timbangan  Tanah PMK
 Botol kocok 100 ml  Cairan H2O dan KCL
 Gelas Ukur
 Mesin pengocok (shaker)
 Labu Semprot 500 ml
 Selotip label
 pH meter

d. Penetapan Kadar Air Mutlak

Alat Bahan
 Mangkok Alumunium  Tanah PMK 0,5 gram
 Penjepit Tanah Berat
 Oven
 Eksikator
 Neraca analitik

e. Penetapan Kemasaman Dapat Ditukar

Alat Bahan
 Timbangan  Tanah Alluvial
 Botol Kocok  Cairan KCL
 Mesin Kocok  Cairan NaOH
 Pipet 10 ml  Larutan HCL
 Kertas Saring
 Selotip Label
 Erlenmeyer

f. Daya Netralisasi Kapur

Alat Bahan
 Neraca dengan ketelitian  Kapur 0,5 gram
1 mg  KCL 50 ml
 Buret digital + pengaduk
magnet
 Botol Kocok 100 ml
 Labu Ukur 100 ml
 Pipet 10 ml

9
C. Cara Kerja
a. Penetapan pH Tanah
1) Siapkan 2 botol kocok yang masih kosong, beri label pada masing-
masing botol. Label tersebut ditulis dengan kode H2O dan KCL
2) Timbang sampel tanah 10,00 gram sebanyak 2 kali untuk
dimasukkan kedalam masing-masing botol
3) Kemudian isi cairan H2O dan KCL sebanyak 50 ml pada masing-
masing botol yang sudah dikasi kode
4) Kocok dengan mesin kocok selama 30 menit
5) Sesudah dikocok, suspensi tanah diukur dengan pH meter yang telah
dikalibrasi menggunakan larutan sangga pH 7,0 dan 4,0

b. Penetapan Potensial Redoks (EH) Tanah


1) Siapkan 2 botol kocok yang masih kosong, beri label pada masing-
masing botol. Label tersebut ditulis dengan kode H2O dan KCL
2) Timbang sampel tanah 10,00 gram sebanyak 2 kali untuk
dimasukkan kedalam masing-masing botol
3) Kemudian isi cairan H2O dan KCL sebanyak 50 ml pada masing-
masing botol yang sudah dikasi kode
4) Untuk praktikum penetapan potensial redoks tanah, bisa
menggunakan H2O yang sudah diukur nilai pH-nya
5) Ganti elektroda pH dengan elektroda pt dan ubah mode alat dari pH
ke mv
6) Alat pH meter dibersihkan dengan akuades terlebih dahulu, setelah
dibersihkan di lap dengan tisu, kemudian alat pH meter dimasukkan
kedalam botol H2O

c. Penetapan Daya Hantar Listrik (SALINITAS)


1) Menimbang 10,00 gram sampel tanah dan dimasukkan kedalam botol
kocok yang telah disediakan
2) Tambahkan dengan air bebas ion sebanyak 50 ml
3) Kocok dengan mesin kocok selama 30 menit
4) Mengukur DHL atau salinitas suspensi baca setelah angka mantap
5) Setiap akan melakukan kalibrasi dan mengukur contoh elektroda
dicuci dan dikeringkan dengan tisu
6) Hasil nilai dilaporkan dalam satuan dsm menggunakan tiga desimal

10
d. Penetapan Kadar Air Mutlak
1) Timbang sampel tanah sebanyak 10 gram
2) Selanjutnya letakkan kedalam mangkok alumunium
3) Keringkan dalam oven pada temperatur 105oC selama 3 jam
4) Setelah itu angkat dengan penjepit dan masukkan kedalam eksikator
5) Setelah tanah dingin, timbang tanah tersebut

e. Penetapan Kemasaman Dapat Ditukar


1) Siapkan 1 botol kocok yang masih kosong dan beri label pada botol
tersebut
2) Timbang sampel tanah sebanyak 10,00 gram lalu dimasukkan
kedalam botol
3) Kocok dengan mesin kocok selama 30 menit
4) Kemudian disaring atau disentrifuse
5) Ekstrak jernih dipipet 10 ml kedalam erlenmeyer dibubuhi penunjuk
pp kemudian dititar dengan larutan NaOH baku sampai warna merah
jambu
6) Selanjutnya tambahkan Naf 1 ml, agar larutan merah jambu kembali
7) Kemudian dititar kembali dengan HCL sampai warna merah jambu
hilang

f. Daya Netralisasi Kapur


1) Timbang kapur sebanyak 0,5 gram
2) Selanjutnya masukkan dilabu ukur 100 ml
3) Setelahkan tambah HCL 0,5 ml dengan pipet 10 ml
4) Panaskan sampai mendidih menggunakan Hotplate dan dingin dalam
temperatur ruangan
5) Kemudian tambahkan 2 tetes pp diaduk dan dititrasi

11
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penetapan pH Tanah

Dari praktikum diatas kita mendapatkan nilai pH dari H2O yaitu 4,43 dan pH
dari KCL yaitu 4,17. Dengan demikian reaksi tanah (pH) dari sampel berikut adalah
masam.

B. Penetapan Potensial Redoks (EH) Tanah

Dari praktikum diatas kita memproleh nilai redoks H2O adalah 343,7 mv.

C. Penetapan Daya Hantar Listrik (SALINITAS)

Dari praktikum diatas kita dapat mengetahui bahwa dari hasil cara kerja yang
dilakukan menghasilkan salinitas 0,02 dsm-1.

D. Penetapan Kadar Air Mutlak

Perhitungan

Diketahui : - a = berat cawan = 1,99

- b = berat cawan + oven = 6,99

- c = berat tanah setelah di oven (BKO) = 6,97

( b−a )−(c−a)
Kadar Air (%) = x 100%
(c−a)

( 6,99−1,99 ) −(6,97−1,99)
= x 100%
(6,97−1,99)
5−4,98
= x 100%
4,98
= 5%

FK (Faktor Koreksi Kadar Air)


100
=
(100−5)
100
=
95

12
= 1,05

E. Penetapan Kemasaman Dapat Ditukar

Perhitungan

Diketahui : ml = 10 ml

NaOH = 0,0366

N HCL = 0,0411

NaOH = akhir – awal

=7–4

=3

N HCL = akhir – awal

=5–3

=2

Kemasaman Total (Al + H – dd)

Cmol (+) kg-1 = (ml x N NaOH) x 50/10 x 1000/5 x 10-1 x FK

= (ml x 0,0366) x 5 x 200 x 0,1 x FK

= (ml x 0,0366) x 100 x FK

= (3 x 0,0366) x 100 x 1,05

= 11,529 Cmol (+) kg-1

Al – dd = (ml x N HCL) x 50/10 x 1000/5 x 10-1 x FK

= (ml x 0,0411) x 5 x 200 x 0,1 x FK

= (2 x 0,0411) x 100 x 1,05

= 8,631 Cmol (+) kg-1

H – dd = Kemasaman Total (Al + H) – Al – dd

= 11, 529 -8,631

= 2,898 Cmol (+) kg-1

13
F. Daya Netralisasi Kapur

Perhitungan

Diketahui : NaOH = akhir – awal

= 13,5 – 28,5

t = 15

DN % = (b - t) x N NaOH x 50 x 100/10 x 100/500 x FK

= (17 – 15) x 0,2219 x 50 x 10 x 0,2

= (17 – 150 x 0,2219 x 100 x 1

= 44,38%

14
BAB V
PENUTUP

15
DAFTAR PUSTAKA
Dotulong, Jacky RG, et al. "Identifikasi Keadaan Sifat Fisik dan Kimia Tanah Pada
Tanaman Cengkeh di Desa Tincep dan Kolongan Atas Kecamatan Sonder."
COCOS. Vol. 6. No. 5. 2015.
Rahmi, Abdul, and Maya Preva Biantary. "Karakteristik sifat kimia tanah dan status
kesuburan tanah lahan pekarangan dan lahan usaha tani beberapa kampung di
Kabupaten Kutai Barat." Ziraa'ah Majalah Ilmiah Pertanian 39.1 (2014): 30-36.
https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-tanah-menurut-para-ahli/
http://repository.uin suska.ac.id/5806/3/BAB%20II%20TINJAUAN
%20PUSTAKA.pdf
Agus, F. dan I G.M. Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan
Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Bogor. 36 hal.
https://id.scribd.com/document/409714124/Tanah-Aluvial

Prabowo, Rossi, and Renan Subantoro. "Analisis tanah sebagai indikator tingkat
kesuburan lahan budidaya pertanian di Kota Semarang." Cendekia Eksakta 2.2
(2018).
Nugroho, Cahyo. "Pengaruh Mengkonsumsi Buah Nanas Terhadap Ph Saliva Pada
Santriwati Usia 12-16 Tahun Pesantren Perguruan Sukahideng Kabupaten
Tasikmalaya." Actual Research Science Academic 1.1 (2016): 17-21.
https://pdfcoffee.com/potensial-redoks-pdf-free.html

Cyio, Muhammad Basir. "Efektivitas bahan organik dan tinggi genangan terhadap
perubahan Eh, Ph, dan status Fe, P, Al terlarut pada tanah ultisol." J. Agroland
15.4 (2008): 257-263.
https://www.scribd.com/doc/308252364/pH

16

Anda mungkin juga menyukai