DOSEN PENGAMPU
Disusun Oleh :
M. Osa Ramadhan
C1051201057
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Laporan
Praktikum Kimia Tanah” ini tepat pada waktunya.
Penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Kimia
Tanah. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Penetapan pH Tanah, Penetapan Potensial Redoks (E H) Tanah, penetapan Daya Hantar
Listrik (SALINITAS), Penetapan Kadar Air Mutlak, Penetapan Kemasaman dapat
ditukar dan Daya Netralisasi Kapur bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Dalam kesempatani ini juga, saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Rinto Manurung, SP, MP. dan Ibu Dr. U. Suci Yulies Vitri Indrawati, SP, MP. selaku
Dosen pengampu mata kuliah Kimia Tanah dan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
saya tekuni ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
dapat saya sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas ini.
Saya menyadari, bahwa tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun saya butuhkan demi kesempurnaan
laporan ini.
i
DAFTAR ISI
Kesimupulan ............................................................................................................
Lampiran .................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah adalah tubuh alam bebas menduduki sebagian besar permukaan planet
bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh
iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief
tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Darmawijaya, 1990). Berdasarkan
pengertian tanah tersebut, maka tanah terbentuk akibat interaksi dari faktor iklim, jasad
hidup, bahan induk, relief, dan waktu. Hal ini menunjukkan bahwa suatu wilayah dapat
mempunyai sifat tanah yang berbeda-beda. Sifat tanah yang berbeda mengakibatkan
setiap tanaman mempunyai respon yang berbeda terhadap sifat tanah tersebut.
Komponen kimia tanah berperan besar dalam menentukan sifat dan ciri tanah
umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya. Sifat kimia tanah didefenisikan
sebagai keseluruhan reaksi kimia yang berlangsung antar penyusun tanah serta antar
penyusun tanah dan bahan yang ditambahkan dalam bentuk pupuk ataupun pembenah
tanah lainnya. Faktor kecepatan semua bentuk reaksi kimia yang berlangsung dalam
tanah mempunyai kisaran agak lebar, yakni sangat singkat dan luar biasa lamanya.
Pada umumnya, reaksi-reaksi yang terjadi didalam tanah diimbas oleh tindakan dan
faktor lingkungan tertentu (Sutanto, 2005).
Tanah merupakan suatu benda alam yang tersusun dari padatan (bahan mineral
dan bahan organik), cairan dan gas, yang menempati permukaan daratan, menempati
ruang, dan dicirikan oleh salah satu atau kedua berikut: horison-horison, atau lapisan-
lapisan, yang dapat dibedakan dari bahan asalnya sebagai hasil dari suatu proses
penambahan, kehilangan, pemindahan dan transformasi energi dan materi, atau
berkemampuan mendukung tanaman berakar di dalam suatu lingkungan alami (Soil
Survey Staff, 1999).
Schroeder (1972) mendefinisikan tanah sebagai suatu sistem tiga fase yang
mengandung air, udara dan bahan-bahan mineral dan organik serta jasad-jasad hidup,
yang karena pengaruh berbagai faktor lingkungan pada permukaan bumi dan kurun
waktu, membentuk berbagai hasil perubahan yang memiliki ciri-ciri morfologi yang
khas, sehingga berperan sebagai tempat tumbuh bermacam-macam tanaman.
1
Tanah adalah sebagai laboratorium kimia tempat proses dekomposisi dan
reaksi kimia yang berlangsung secara tersembunyi (J.J. Berzelius Swedia, 1803).
Gambut terbentuk dari timbunan sisa-sisa tanaman yang telah mati, baik yang
sudah lapuk maupun belum. Timbunan terus bertambah karena proses dekomposisi
terhambat oleh kondisi anaerob dan/atau kondisi lingkungan lainnya yang
menyebabkan rendahnya tingkat perkembangan biota pengurai. Pembentukan tanah
gambut merupakan proses geogenik yaitu pembentukan tanah yang disebabkan oleh
proses deposisi dan tranportasi, berbeda dengan proses pembentukan tanah mineral
yang pada umumnya merupakan proses pedogenik (Hardjowigeno, 1986).
Tanah Aluvial hanya meliputi lahan yang sering atau baru saja mengalami
banjir dan atau endapan marine akibat adanya pasang surut air laut. Sehingga dapat
dianggap masih muda dan belum ada perbedaan horizon. Endapan Aluvial yang sudah
tua dan menampakkan akibat pengaruh iklim dan vegetasi tidak termasuk inceptisol
mungkin lebih berkembang. Suatu hal yang mencirikan peda pembentukan Aluvial
ialah bahwa sebagian terbesar bahan kasar akan diendapkan tidak jauh dari sumbernya.
Tekstur bahan yang diendapkan pada waktu tempat yang sama akan lebih seragam,
makin jauh dari sumbernya makin halus butir yang diangkut (Darmawijaya, 1990).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tingkat pH yang terkandung dalam tiap lapisan tanah
serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi tanah (pH).
2. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kadar air mutlak
pada contoh tanah aluvial.
3.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. pH Tanah
Tanah yang subur adalah tanah yang mempunyai profil yang dalam (kedalaman
yang sangat dalam melebihi 150 cm); strukturnya gembur; pH 6,0-6,5; kandungan
unsur haranya yang tersedia bagi tanaman adalah cukup; dan tidak terdapat faktor
pembatas dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman (Sutedjo, 2002).
B. Potensial Redoks
3
Potensial redoks merupakan sifat elektrokimia yang dapat dipakai sebagai
indikasi dalam mengukur derajat anaerobiosis tanah dan tingkat transformasi
biogeokimia yang terjadi (Patrick dan Mahapatra, 1968; Ponnamperuma, 1972).
Perubahan sifat-sifat kimia dimaksud antara lain terjadinya perubahan potensial redoks
(Eh) dan keasaman tanah (pH) tanah yang merupakan dua faktor utama yang saling
berkaitan dalam mempengaruhi kelarutan dan ketersediaan hara dan transformsinya di
dalam tanah serta bepengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.
C. Salinitas
Salinitas dapat didefinisikan sebagai total konsentrasi ion-ion terlarut dalam air
yang dinyatakan dalam satuan permil (o /oo) atau ppt (part per thousand) atau gram /
liter. Salinitas disusun atas tujuh ion utama, yaitu sodium, potasium, kalium,
magnesium, chlorida, sulfat, bikarbonat (Ambardhy, 2004). Zat zat lain di dalam air
tidak terlalu berpengaruh terhadap salinitas, tetapi zat zat tersebut juga penting untuk
keperluan ekologis yang lain (Boyd, 1991, dalam Apriyanto, 2012).
Nilai salinitas air untuk perairan tawar berkisar antara 0–5 ppt, perairan payau
biasanya berkisar antara 6–29 ppt, dan perairan laut berkisar antara 30–40 ppt
(Fardiansyah, 2011). Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam yang terlarut
dalam air. Selain kandungan dalam air, terkadang salinitas juga digunakan sebagai
istilah kandungan garam dalam tanah. Salinitas tanah adalah seluruh kandungan garam
yang terkandung dalam tanah. Jika kadar garam yang terkandung antara 3% hingga 5%
maka disebut dengan air payau (saline). Sedangkan jika lebih dari 5% maka dinamakan
air brine.
D. Kadar Air
Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan dengan
berat kering. Kadar air tanah dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase
volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat
memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah
tertentu. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah
4
dikering ovenkan dalam oven pada suhu 100 °C –110 °C untuk waktu tertentu (Hakim,
1986).
Sebagian besar air yang diperlukan oleh tumbuhan berasal dari tanah. Air ini
harus tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya. Kebutuhan air setiap tumbuhan
berbeda. Tumbuhan air memerlukan air lebih banyak dibandingkan jenis tumbuhan
lainnya. Air merupakan substansi yang paling umum di atas bumi dan diperlukan
untuk semua kehidupan. Penyediaan air tawar dalam jangka waktu lama selama terus-
menerus sama dengan presipitasi (hujan) tahunan yang rata-ratanya 26 inci (650 mm)
untuk permukaan lahan dunia. Air dibagikan tidak merata oleh curah hujan, berubah
bentuk, berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat tercemar (Hanafiah
2014).
Kadar air dalam tanah dipengaruhi oleh gaya adhesi, kohesi dan gravitasi yang
bekerja dalam tanah. Berdasarkan gaya yang bekerja maka air tanah dibedakan
menjadi 3 jenis yakni air higroskopis, air kapiler dan air gravitasi. Air higroskopis
merupakan air yang diadsorbsi oleh tanah dengan sangat kuat sehingga tidak tersedia
bagi tanaman dan jumlahnya sangat sedikit yang merupakan selaput tipis menyelimuti
agregat tanah. Air kapiler merupakan air tanah yang ditahan akibat adanya gaya kohesi
dan adhesi yang lebih kuat dibandingkan gaya gravitasi.
Air ini begerak ke samping atau ke atas karena gaya kapiler dan menempati
piro mikro dan dinding pori mikro. Air kapiler dibedakan menjadi kapastias lapang
dan titik layu permanen.Setiap jenis tanah tertentu memiliki sifat dan karakter yang
berbeda. Maka dari itu, diperlukan analisa terhadap tanah. Analisis tanah membantu
penyelidikan produktivitas dan penentuan tindakan pengolahan tanah. Hal ini karena
kondisi setiap tanah berbeda- beda bergantung pada proses pembentukannya.
Aldd adalah kadar Aluminium dalam tanah.Al dalam bentuk dapat ditukarkan
(Al-dd) umumnya terdapat pada tanah-tanah yang bersifat masam dengan pH < 5,0.
Aluminium ini sangat aktif karena berbentuk Al3+ ,monomer yang sangat merugikan
dengan meracuni tanaman atau mengikat fosfor. Oleh karena itu untuk mengukur
sejauh mana pengaruh Al ini perlu ditetapkan kejenuhannya. Semakin tinggi
kejenuhan aluminium, akan semakin besar bahaya meracun terhadap tanaman.
5
Kandungan aluminium dapat tukar (Al3+) mempengaruhi jumlah bahan kapur yang
diperlukan untuk meningkatkan kemasaman tanah dan produktivitas tanah
(Anonimous, 2009).
Hdd adalah kadar hydrogen yang terkandung didalam tanah. Kemasaman tanah
mempunyai 2 komponen yaitu (1) H aktif yang terdapat di dalam larutan tanah
(potensial), (2) H yang dapat dipertukarkan atau disebut kemasaman cadangan. Kedua
bentuk tersebut cenderung membentuk keseimbangan sehingga perubahan pada yang
satu mengakibatkan perubahan pada yang lain. Apabila basa dibubuhkan pada tanah
yang asam, H terlarut dinetralisasi dan sebagian H yang dapat dipertukarkan
terionisasi untuk mengembalikan keadaan seimbang. Jumlah H yang dapat
dipertukarkan dengan perlahan-lahan berkurang. H terlarut akan menurun dan pH akan
lambat laun meningkat (Foth, 1994)
6
gypsum, amoniak (NH3), dan karbon dioksida (CO2). Oleh karena itu, kapur ini juga
mengandung unsur hara makro dan mikro.
7
BAB III
METODE PRAKTIKUM
b. Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak.
Alat Bahan
Timbangan Tanah PMK
Botol kocok 100 ml Cairan H2O dan KCL
Gelas Ukur
Mesin pengocok (shaker)
Labu Semprot 500 ml
Selotip label
pH meter
Alat Bahan
Timbangan Tanah PMK
Botol kocok 100 ml Cairan H2O dan KCL
Gelas Ukur
Mesin pengocok (shaker)
Labu Semprot 500 ml
Selotip label
pH meter
8
c. Penetapan Daya Hantar Listrik (SALINITAS)
Alat Bahan
Timbangan Tanah PMK
Botol kocok 100 ml Cairan H2O dan KCL
Gelas Ukur
Mesin pengocok (shaker)
Labu Semprot 500 ml
Selotip label
pH meter
Alat Bahan
Mangkok Alumunium Tanah PMK 0,5 gram
Penjepit Tanah Berat
Oven
Eksikator
Neraca analitik
Alat Bahan
Timbangan Tanah Alluvial
Botol Kocok Cairan KCL
Mesin Kocok Cairan NaOH
Pipet 10 ml Larutan HCL
Kertas Saring
Selotip Label
Erlenmeyer
Alat Bahan
Neraca dengan ketelitian Kapur 0,5 gram
1 mg KCL 50 ml
Buret digital + pengaduk
magnet
Botol Kocok 100 ml
Labu Ukur 100 ml
Pipet 10 ml
9
C. Cara Kerja
a. Penetapan pH Tanah
1) Siapkan 2 botol kocok yang masih kosong, beri label pada masing-
masing botol. Label tersebut ditulis dengan kode H2O dan KCL
2) Timbang sampel tanah 10,00 gram sebanyak 2 kali untuk
dimasukkan kedalam masing-masing botol
3) Kemudian isi cairan H2O dan KCL sebanyak 50 ml pada masing-
masing botol yang sudah dikasi kode
4) Kocok dengan mesin kocok selama 30 menit
5) Sesudah dikocok, suspensi tanah diukur dengan pH meter yang telah
dikalibrasi menggunakan larutan sangga pH 7,0 dan 4,0
10
d. Penetapan Kadar Air Mutlak
1) Timbang sampel tanah sebanyak 10 gram
2) Selanjutnya letakkan kedalam mangkok alumunium
3) Keringkan dalam oven pada temperatur 105oC selama 3 jam
4) Setelah itu angkat dengan penjepit dan masukkan kedalam eksikator
5) Setelah tanah dingin, timbang tanah tersebut
11
BAB IV
A. Penetapan pH Tanah
Dari praktikum diatas kita mendapatkan nilai pH dari H2O yaitu 4,43 dan pH
dari KCL yaitu 4,17. Dengan demikian reaksi tanah (pH) dari sampel berikut adalah
masam.
Dari praktikum diatas kita memproleh nilai redoks H2O adalah 343,7 mv.
Dari praktikum diatas kita dapat mengetahui bahwa dari hasil cara kerja yang
dilakukan menghasilkan salinitas 0,02 dsm-1.
Perhitungan
( b−a )−(c−a)
Kadar Air (%) = x 100%
(c−a)
( 6,99−1,99 ) −(6,97−1,99)
= x 100%
(6,97−1,99)
5−4,98
= x 100%
4,98
= 5%
12
= 1,05
Perhitungan
Diketahui : ml = 10 ml
NaOH = 0,0366
N HCL = 0,0411
=7–4
=3
=5–3
=2
13
F. Daya Netralisasi Kapur
Perhitungan
= 13,5 – 28,5
t = 15
= 44,38%
14
BAB V
PENUTUP
15
DAFTAR PUSTAKA
Dotulong, Jacky RG, et al. "Identifikasi Keadaan Sifat Fisik dan Kimia Tanah Pada
Tanaman Cengkeh di Desa Tincep dan Kolongan Atas Kecamatan Sonder."
COCOS. Vol. 6. No. 5. 2015.
Rahmi, Abdul, and Maya Preva Biantary. "Karakteristik sifat kimia tanah dan status
kesuburan tanah lahan pekarangan dan lahan usaha tani beberapa kampung di
Kabupaten Kutai Barat." Ziraa'ah Majalah Ilmiah Pertanian 39.1 (2014): 30-36.
https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-tanah-menurut-para-ahli/
http://repository.uin suska.ac.id/5806/3/BAB%20II%20TINJAUAN
%20PUSTAKA.pdf
Agus, F. dan I G.M. Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan
Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Bogor. 36 hal.
https://id.scribd.com/document/409714124/Tanah-Aluvial
Prabowo, Rossi, and Renan Subantoro. "Analisis tanah sebagai indikator tingkat
kesuburan lahan budidaya pertanian di Kota Semarang." Cendekia Eksakta 2.2
(2018).
Nugroho, Cahyo. "Pengaruh Mengkonsumsi Buah Nanas Terhadap Ph Saliva Pada
Santriwati Usia 12-16 Tahun Pesantren Perguruan Sukahideng Kabupaten
Tasikmalaya." Actual Research Science Academic 1.1 (2016): 17-21.
https://pdfcoffee.com/potensial-redoks-pdf-free.html
Cyio, Muhammad Basir. "Efektivitas bahan organik dan tinggi genangan terhadap
perubahan Eh, Ph, dan status Fe, P, Al terlarut pada tanah ultisol." J. Agroland
15.4 (2008): 257-263.
https://www.scribd.com/doc/308252364/pH
16