Disusun Oleh :
NIM : 4442230141
Kelas : II E
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan serta
petunjuknya dalam terselenggaranya hingga berakhirnya kegiatan praktikum ini,
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul
“Pengukuran Kadar Lengas Tanah” dengan tanpa adanya kendala.
Sebagai penulis, tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu serta terlibat dalam terselenggaranya praktikum ini hingga
akhir. Terutama kepada dosen pengampu Ibu Sri Ritawati, S.TP., M.Sc., Bapak Kiki
Roidelindho, S.TP., M.Sc., dan Ibu Yayu Romdhonah, S.TP., M.Si., Ph.D.
Berterimakasih kepada kedua orang tua saya yang telah mendoakan serta
mendukung kegiatan saya dan terima kasih kepada Saudari Teh Aisya Rizki
Syalsiah sebagai Asisten Praktikum Teknologi Irgasi dan Dranise, kepada teman-
teman saya semua yang memberikan semangat.
Kepada para pembaca, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar laporan praktikum ini dapat lebih disempurnakan dengan baik dan
dapat lebih berguna kedepanya, karena penulis masih dalam tahap pembelajaran.
Sebagai penulis harapannya laporan praktikum mengenai Pengukuran
Kdara Lengas Tanah ini kedepannya dapat membantu para pembaca bahkan bisa
digunakan sebagai penambahan wawasan untuk pembelajaran seorang praktikan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum ini yaitu untuk mengenal alat pengukur kadar
lengas tanah dan suhu tanah, mengenal cara pengamatan pengukur kadar lengas
tanah, dan mengetahui hubungan kadar lengas tanah dan suhu tanah.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
disebabkan karena transpirasi melaju di atas normal karena cuaca yang terlalu
kering (Notohadiprawiro dkk., 2006).
3
2.3 Titik Layu Permanen
Titik layu permanen adalah keadaan tanaman dikatakan sepenuhnya layu dan
pada akhirnya mati karena tanaman tidak dapat lagi mengembalikan fungsi furgor
serta aktivitas biologisnya. Pada kondisi tanaman layu, kandungan air yang terdapat
pada bagian daun mencapai nilai tertentu berdasarkan jenis tanaman, fase
pertumbuhan, serta kondisi lingkungan tanaman tersebut. Tekanan air pada titik
layu permanen bervariasi dari -0.80 (8 bar), -2 (20 bar), dan -3 Mpa (-30 bar). Awal
mula penentuan titik layu permanen diketahui setelah dilakukan percobaan terhadap
tanaman bunga matahari (Helianthus annuus L) dan juga tanaman gandum
(Triticum aestivum L), karena umunya tanaman bunga matahari kerdil maka dapat
diindikasi bahwa kandungan air tanahnya mendekati titik layu permanen.
Namun cara ini menuai kritik, dikarenakan titik layu permanen juga
dipengaruhi kondisi iklim berbeda-beda sehingga mempengaruhi nilai kandungan
pada titik layu permanen. Selain itu juga dipengaruhi oleh proses transpirasi yang
berlangsung cepat, meskipun bergantung pada kandungan air tanah. Hal ini
kandungan air tanah tidak hanya diukur berdasarkan gambaran kondisi aktual
stadium layu melainkan harus mempertimbangkan kondisi iklim ackual, potensial
osmosis, perilaku fisiologis tanaman, serta sifat-sifat hidrolik tanah tidak jenuh
(Kurnia, 2015).
Nilai matriks potensial tanah dan air pada titik layu permanen terhadap bunga
matahari sekitar 1.5 Mps (-15 bar). Nilai tersebut dijadikan sebagai titik referensi
untuk mengetahui tingkat energi tanah dan air ketika tanaman layu secara
permanen. Sifat retensi air ini oleh tanah pada matriks potensial air tanah rendah di
daerah dengan tekstur tanah kering, sehingga variasi nilai kandungan air tanah pun
rendah. Oleh sebab itu, tekanan 1.5 Mpa dijadikan acuan yang sesuai untuk titik
layu permanen (Richards, 1943). Terjadinya titik layu permanen diakibatkan oleh
kandungan lengas tanah karena mengalami layu tetap (dikarenakan tanaman yang
menyebabkan tanaman yang tumbuh diatasnya mengalami layu tetap, tidak dapat
kembali segar walaupun didalam tanah kadar lengasnya dinaikkan atau tidak bisa
segar kembali meskipun tanaman ditempatkan ke dalam ruangan yang jenuh uap
air). (Mulyadi, 2014).
4
BAB III
METODE PRAKTIKUM
5
pada saat pembacaan data, dan posisi stiker kuning harus diatas pada saat pengisian
air destilasi
4. Diamkan alat sampai + 30 menit
5. Sambungkan kabel penghubung antara alat tensiometer dengan datalogger.
Aktifkan logger (Tekan tombol POWER) sehingga akan terbaca nilai tegangan air
dalam besaran kPa. Nilai + menunjukkan tanah lembab, dan – menunjukkan tanah
kering. Catat di buku pengamatan.
6. Ulangi no 4 dan no 5 di setiap titik di taman alat
7. Jika alat tensiometer akan dilepas dari tanah, maka alat sensor jangan dibersihkan
dengan tangan, harus menggunakan kapas/tissue. Kemudian alat disimpan dalam
plastik botol berisi air.
8. Rapikan seluruh pekerjaan ketika hendak menyelesaikan pekerjaan.
Cara penggunaan Thermometer tanah :
1. Masukkan bagian ujung sensor thermometer ke dalam tanah.
6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengukuran Kadar Lengas Tanah
No Alat Fungsi Keterangan
Soil Moisture Meter Untuk mengukur kadar Media 1 (½ gayung)
Manual air atau kelembapan Suhu: 25ºC (dry)
dengan pH pH: 7,5
1
Media 2 (1 gayung)
Suhu: 26ºC (wet)
pH: 5,5
Soil Moisture Meter Untuk mengukur kadar Media 1 (½ gayung)
Digital air atau kelembapan Suhu: 4,4%
2
dengan pH Media 2 (1 gayung)
Suhu: 9,6%
Termometer Tanah Untuk mengukur suhu Media 1 (½ gayung)
tanah Suhu: 27ºC
3
Media 2 (1 gayung)
Suhu: 28ºC
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini mengenai "Pengukuran Kadar Lengas Tanah". Praktikum
dilakukan pada dua media tanah dalam polybag yaitu media satu dengan satu
setengah gayung air dan media dua dengan satu gayung air, serta menggunakan alat
pengukur yaitu soil moisture meter (digital dan manual) dan termometer tanah.
Terdapat pula tensiometer, tetapi tidak digunakan. Berdasarkan hasil tabel diatas,
alat soil moisture meter berfungsi sebagai pengukur kadar air atau kelembaban
tanah. Menurut Andariesta (2015) soil moisture meter adalah sebuah perangkat
sensor yang berfungsi untuk mengukur tingkat kelembaban tanah dengan cara
mengukur resistansi arus yang melalui tanah, menjadikannya pilihan ideal untuk
memonitor kelembaban tanah dalam konteks pertanian.
7
Adapun perbedaan antara soil moisture digital dan manual yaitu terletak pada
kegunaannya. Soil moisture digital hanya dapat mengukur kadar air atau
kelembaban tanah, sedangkan soil moisture manual dapat mengukur kelembaban
tanah dan juga suhu tanah. Pada soil moisture manual hasil yang didapatkan saat
praktikum yaitu pada media satu dengan ½ gayung air suhunya sebesar 25ºC
dengan pH tanah 7,5 dengan tipe tanah dry (kering). Sedangkan pada media dua
dengan 1 gayung air suhunya sebesar 26ºC dengan pH tanah 5,5 dengan tipe tanah
wet (basah). Hal ini juga dilakukan dengan soil moisture digital pada media satu
didapatkan kelembaban suhu sebesar 4,4% dan pada media dua sebesar 9,6%.
Begitupun dengan thermometer tanah, Menurut Lutfiyani (2017)
thermometer tanah dirancang untuk pembacaan suhu tanah yang akurat dan andal.
Dari hasil tabel diatas menunjukkan bahwa pada media satu dengan ½ gayung air
didapatkan suhu 27ºC dan pada media dua dengan 1 gayung air didapatkan suhu
sebesar 28ºC.
Tensiomoter adalah alat praktis untuk mengukur kandungan air tanah, tinggi
hidrolik, dan gradient hidrolik. Pada saat tensiometer diletakkan di permukaan
tanah, air yang terdapat dalam tensiometer umumnya berada pada tekanan atmosfer,
sedangkan air tanah secara umum mempunyai tekanan lebih kecil dari tekanan
atmosfer, sehingga terjadi hisapan dari alat tensiometer karena perbedaan tekanan,
dan air dari alat itu keluar, serta tekanan dalam alat turun yang ditunjukkan oleh
manometer (Kurnia, 2015)
8
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Pada praktikum “Pengukuran Kadar Lengas Tanah” dapat disimpulkan
yaitu lengas tanah merupakan air yang terkandung di dalam pori-pori tanah.
Kadar lengas tanah berperan penting dalam pertumbuhan tanaman. Pada
pertumbuhan tanaman, kadar lengas berfungsi untuk menyediakan atau
memasok unsur hara bagi tanaman serta menjaga untuk menetralkan tubuh
tanaman. Berkurangnya air tanah mengakibatkan menurunnya kadar lengas
tanah yang mampu menyebabkan tanaman berada pada kondisi cekaman
kekeringan. Pada kondisi kekeringan tanaman akan kesulitan dalam mengambil
unsur hara yang terdapat di dalam tanah.
5.2 Saran
Adapun saran pada praktikum kali ini adalah ketika praktikum berlangsung
diharap untuk menjaga kondusivitas supaya tercipta kenyamanan, dan juga teliti
dalam melakukan penelitian atau pengamatan, menggunakan alat dan bahan secara
berhati-hati karena bisa saja alat dan bahan tersebut mudah rusak atau pecah, atau
kemungkinan alat-alat tersebut dapat membahayakan keselamatan praktikan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Andariesta, Dinda Thalia et al. 2015. "Sistem Irigasi Sederhana Menggunakan
Sensor Kelembaban Untuk Otomatisasi Dan Optimalisasi Pengairan Lahan."
Prosiding SKF: 89-93
Lutfiyana, N. Hudallah & A. Suryanto, "Rancang Bangun Alat Ukur Suhu Tanah,
Kelembaban Tanah, dan Resistansi," Jurnal Teknik Elektro, vol. 9, no. 2. pp. 80-
86, 2017.
Supriyono, Haryono dan Daryono Prehaten. 2014. Kandungan Unsur Hara dalam
Daun Jati yang Baru Jatuh pada Tapak yang Berbeda. Jurnal Ilmu Kehutanan Vol.
8, No. 2. Universitas Gajah Mada: Yogyakarta
10