Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM ATTERBERG LIMIT

Dosen Pengampu :
Dr. Sumiyati, S.TP., MP. 1974061819990320001

Peneliti :
Master Simarmata 2210531037

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIANN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2023

1
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................2
1.4 Manfaat.............................................................................................................2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................3
2.1 Devinisi Tanah.................................................................................................3
2.2 Batas – Batas Konsistensi Tanah....................................................................4
2.3 Batas Cair (Liquid Limit)...............................................................................4
2.4 Batas Plastis (Plastic Limit)............................................................................5
2.5 Batas Lekat (Sticky Limit)..............................................................................5
2.6 Batas Berubah Warna.....................................................................................6
BAB III
METODOLOGI.........................................................................................................8
3.1 Alat dan Bahan..........................................................................................8
3.2 Cara Kerja..................................................................................................8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................11
4.1 Batas Cair Tanah.....................................................................................11
4.2 Batas Plastis Tanah..................................................................................12
4.3 Batas Lekat Tanah...................................................................................13
4.4 Batas Berubah Warna Tanah……………………………………….....14
BAB V.......................................................................................................................16
PENUTUPAN...........................................................................................................16
5.1 Kesimpulan...............................................................................................16
5.2 Saran.........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................17
LAMPIRAN…………………………...…………………………………………..18

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi
sebagai tempat tumbuh berkembangnya perakaran dan penopang tegak
tumbuhnya tanaman serta penyuplai kebutuhan air dan udara. Sedangkan
secara kimiawi berfungsi sebagai gudang penyuplai hara atau nutrisi (senyawa
organik dan anorganik, serta unsur-unsur esensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S,
CU, Zn, Fe, dan lain-lain). Secara biologis tanah berfungsi sebagai habitat
biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan
zat adiktif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang secara integral
mampu menunjang produktifitas tanah untuk menghasilkan biomassa dan
produksi baik tanaman pangan, obat-obatan, industri perkebunan, maupun
kehutanan.
Apabila tanah berbutir halus mengandung mineral lempung, maka
tanah tersebut dapat diremas-remas (remolded) tanpa menimbulkan retakan.
Sifat kohesif ini disebabkan adanya daya serap air (absorbed water) di
sekililing permukaan dari partikel lempung. Pada awal tahun 1990, seorang
ilmuwan dari swedia bernama Atterberg mengembangkan suatu metode untuk
menjelaskan sifat konsistensi tanah berbutir halus pada kadar air yang
bervariasi. Bilamana kadar air sangat tinggi,campuran tanah dan air akan
menjadi sangat lempek seperti cairan. Oleh karena itu,atas dasar air yang
dikandung tanah, tanah dapat dipisahkan ke dalam empat keadaan dasar, yaitu:
padat, semi-padat, plastis, dan cair. Dalam pengertian teknik secara umum,
tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran)
mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama
lain dan dari bahan-bahan organic yang telahmelapuk (yang berpartikel padat)
disertai dengan zat cair dan gas yang mengisiruang-ruang kosong diantara
partikel-partikel padat tersebut.
Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada berbagai macam
pekerjaan teknik sipil, disamping itu tanah berfungsi juga mempelajari sifat-

1
sifat dasar dari tanah, seperti asal usulnya, penyebaran ukiuran butiran,
kemampuan mengalirkan air, sifat pemampatan biladibebani (compressibility),
kekuatan geser, kapasitas daya dukung terhadap beban,dan lain-lain..Kadar
air dinyatakan dalam persen, di mana terjadi transisi dari
keadaan padat ke keadaan semi-padat didefinisikan sebagai batas susut
(shrinkage limit). K a d a r a i r d i m a n a t r a n s i s i d a r i k e a d a a n s e m i -
padat ke keadaan semi padat k e keadaan plastis terjadi
dinamakan batas plastis (plastic limit), dan dari keadaan plastis ke
keadaan cair dinamakan batas cair (liquid limit). Batas-batas ini dikenal juga
sebagai batas-batas Atterberg (Atterberg Limit).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut :
 Apa kegunaan atterberg limit untuk pertanian?
 Bagaimana cara menentukan parameter yang digunkanan untuk mencari
nilai atterberg limit?
 Bagaimana kadar air tanah pada sampel yang digunakan dalam penelitian?

1.3 Tujuan
 Mahasiswa mengetahui proses memperoleh nilai batas cair, batas gulung,
batas lekat, dan batas berubah warna dari tanah yang di uji.
 Mahasiswa memahami metode perhitungan batas cair, batas gulung, batas
lekat, dan batas berubah warna dari tanah yang di uji.
 Mahasiswa memahami pentingnya pengetahuan mengenai batas cair, batas
gulung, batas lekat, dan batas berubah warna sehingga dapat
mempraktikannya di bidang pertanian.

1.4 Manfaat
Menambah wawasan dan sekaligus mengasah skil mahasiswa dengan praktik
langsung kelapangan yang dilanjutkan ke lab. Dengan demikin mahasiswa
juga akan lebih faham dengan materi yang diberikan saat perkuliahan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Tanah


Tanah merupakan salah satu sumber daya yang berperan penting
terhadap keberlangsungan hidup organisme. Tanah juga merupakan bagian
kerak bumi yang memiliki susunan dari mineral serta bahan organik. Tanah
begitu vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi sebab tanah
mendukung kehidupan tumbuhan dengan adanya hara dan air sekaligus
sebagai penopang akar. Bentuk tanah yang memiliki rongga-rongga juga
menjadi lokasi yang baik untuk akar untuk bernafas serta tumbuhan.
Tanah yang ideal bagi usaha pertanian adalah tanah dengan sifat fisika,
kimia, dan biologi yang baik. Sifat fisika tanah merupakan sifat yang dinamis
dan cenderung mempengaruhi sifat kimia dan biologi tanah. Salah satu sifat
fisika tanah yang memegang peranan penting adalah tekstur tanah. Menurut
Hilel (1980 cit Utomo et al., 2016) tekstur tanah ini berhubungan erat dengan
pergerakan air dan zat terlarut, udara, pergerakan panas, bobot volume tanah,
luas permukaan spesifik (specific surface), kemudahan tanah memadat
(compressibility), dan lain-lain. Hal ini tentunya akan sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Selain dari tekstur tanah,
ketersediaan bahan organik di dalam tanah juga sangat mempengaruhi sifat
fisika tanah lainnya.
Tanah memiliki Konsep ilmu tanah yang dilandasi keilmuan kimia dan
geologi dipelopori oleh seorang pakar berkebangsaan Jerman, Justus von
Liebig (1840), yang selanjutnya mendasari konsep ilmu tanah yang
berkembang di Amerika. Konsep ini disebut teori keseimbangan, tanah
merupakan tempat cadangan hara yang suatu saat dapat diserap oleh
tumbuhan, yang keberadaannya dapat digantikan dengan pupuk kandang,
kapur, dan pupuk kimia. Teori ini disebut juga dengan Hukum Minimum
Liebig.

3
2.2 Batas-batas Konsistensi Tanah
Batas-batas konsistensi tanah berfungsi untuk mengetahui sifat yang
ada pada tanah. Batas konsistensi tanah ini dikembangkan oleh ilmuan asal
Swedia yang bernama Atterberg. Tanah dapat diklasifikasikan ke dalam empat
keadaan dasar
a) Batas cair (LL) adalah batas antara cair dan plastisnya suatu kadar air tanah.
b) Batas plastis (PL) adalah batas bawah plastis suatu kadar air tanah.
c) Indeks plastisitas (PI) adalah selisih batas cair dan batas plastis, dimana tanah
tersebut dalam keadaan plastis
Menurut Sukirman (1992), tanah yang memiliki tingkat kestabilan yang tinggi
terhadap perubahan volume, dapat dilakukan dengan pemadatan terlebih
dahulu sebelum melanjutkan pekerjaan konstruksi lainnya. Sifat-sifat daya
dukung tanah sangat menentukan daya tahan, seperti kekuatan dan keawetan
di bidang konstruksi. Permasalahan yang biasanya ditemui tentang tanah
adalah bentuk dan jenis tanah yang mengalami perubahan karena adanya
beban di lingkungan sekitar. Jenis tanah yang mengalami hal seperti itu adalah
tanah dengan plastisitas tinggi, sehingga kita harus memperhatikan lapisan-
lapisan tanah lunak yang terdapat di bawah tanah dasar. Tanah yang memiliki
sifat mengembang dan menyusut disebabkan oleh perubahan kadar air. Cara
yang dapat dilakukan agar terjadinya perubahan volume dapat berkurang
adalah dengan tanah yang dipadatkan sesuai kadar air optimumnya. Drainase
dengan kondisi yang baik kemungkinan juga dapat menjaga perubahan kadar
air pada lapisan tanah dasar.

2.3 Batas Cair (Liquid Limit)


Batas cair didefinisikan sebagai kadar air tanah pada batas antara
keadaancair dan keadaan plastis (batas atas dari daerah plastis).
Tanah yang telah dicampur air d i l e t a k k a n d a l a m c a w a n d a n
didalamnya dibuat alur dengan memakai alat spate

4
(grooving tool). Engkol alat putar sehingga cawan dinaikkan dan dijatuhkan
pada dasar, dan banyaknya pukulan dihitung hingga kedua tepi alur tersebut
berhimpit.
Batas cair adalah kadar air tanah bilamana diperlukan 25
pukulan untuk maksud ini. Biasanya percobaan ini dilakukan
terhadap beberapa contoh tanah dengan k adar air yang berbeda, dan
banyaknya pukulan dihitung untuk masing-masing kadar air.Dengan demikian
dapat dibuat suatu grafik kadar air terhadap banyaknya pukulan.

2.4 Batas Plastis (Plastic Limit)


Batas plastis adalah harga kadar air pada batas antara keadaan plastis
dan semi solid, atau dengan kata lain harga kadar air pada batas dimana tanah
masih mudah dibentuk. Batas plastis dinyatakan dalam persen, dimana tanah
apabila di gulung sampai dengan diameter 0,125 in (3,2 mm) menjadi retak-
retak rambut. Untuk melakukan pengujian, prosedur didasarkan pada kode
tertentu ASTM D4318-10: Standard Test Methods for Liquid Limit, Plastic
Limit, and Plasticity Index of Soils. Dengan menggunakan rumus :
(W 2−W 3)
PL = Wc = x 100%
(W 3−W 1)
W2-W3 = Berat air
W3-W1 = Berat tanah kering

2.5 Batas Lekat (Sticky Limit)


Batas lekat adalah kadar air dimana tanah mulai tidak dapat melekat pada
benda lain. Bila kadar air lebih rendah dari batas melekat, maka tanah tidak dapat
melekat, tetapi bila kadar air lebih tinggi dari bats melekat, maka tanah akan
mudah melekat pada benda lain. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi batas
lekat adalah sebagai berikut:
a) Komposisi butiran dari tanah. Karena partikel liat dikelilingi oleh lapisan
rangkap, terutama terdiri dari air, maka dengan mudah saling bergerak.
Hal ini berlawanan dengan partikel pasir, tidak berkaitan satu dengan
lainnya.

5
b) Tipe mineral, tanah kaolinit akan menjadi plastis pada kadar air yang
rendah dibanding dengan montmorilonit.
c) Bentuk partikel, tanah liat liat terdiri dari lempeng-lempeng (laminer) yang
dapat berdekatan satu sama lain pada pengeringan, maka liat dapat
berpengaruh terhadap tenaga adhesi yang tinggi.berbeda dengan butiran
pasir dengan bentuk bentuk bundar dan tajam, tidak perperan yang
penting.
d) Kandungan bahan organik, adanya bahan organik akan menyebabkan
kadar air baik pada batas cair maupun batas plastis terendah menjadi
meningkat.
Rumus batas berubah warna
b−c
KA = x 100%
c−a
Σ KA
Batas Lekat (BL) =
n
Keterangan:
KA : kadar air
a : berat cawan sampel
b : berat cawan sampel + sampel tanah
c : berat cawan sampel + sampel tanah setelah dioven
n : jumlah data

2.6 Battas Berubah Warna


Batas berubah warna yaitu tanah yang telah mencapai batas
gulung, masih dapat terus kehilangan air sehingga tanah lambat laun
menjadi keringdan pada suatu ketika tanah menjadi berwarna lebih terang.
Titik ini dinamakan titik batas ganti warna atau titk ubah. Batas ganti
warna merupakan batas terndah kadar air yang dapat diserap tanaman.
Faktor yang mempengaruhi BBW yang pertama yaitu kadar air. Kondisi
tanah yang memiliki banyak kadar air lebih gelap dibandingkan tanah
yang kering.
Perubahan warna tanah akibat kelembaban, kadar air ini terjadi karena
koloid-koloid kehilangan air oleh pengaruh drainase, penguapan dan oleh isapan

6
akar tumbuhan. Faktor lainnya yaitu, bahan organik didalam tanah. Apabila tanah
memiliki kandungan bahan organik yang tinggi maka tanah akan memiliki warna
yang gelap, dibandingkan dengan tanah yang memiliki kandungan bahan organik
yang rendah. Bunga tanah atau humus adalah bahan sisa organik yang halus dan
disebut juga matiere noire, bertindak sebagai pengubah warna tanah menjadi
gelap. Tubuh tanah yang mengandung pelikan inorganik yang berwarna pucat
dapat berubah menjadi agak gelap sampai hitam oleh campuran bahan-bahan
organik.
Faktor yang selanjutnya yaitu persenyawaan besi dalam tanah.
Persenyawaan besi di dalam tanah mengakibatkan warna tanah bervariasi seperti
merah, merah kecokelatan, cokelat-kemerahan, merah kekuningan, kuning
kemerahan sampai kuning. Kadang bisa sampai warna biru keabu-abuan. Kuarsa
dan feldsapar mengakibatkan warna tanah menjadi terang dan pucat. Warna pucat
juga terjadi karena proses pencucian yang terjadi pada horizon A terbawah yang
dilambangkan dengan horizon A2 karena koloidkoloid berpindah ke horizon B.
Pencucian terjadi pada lingkungan asam karena banyaknya kandungan silikat dari
kuarsa dan feldspar asam. Dengan singkat maka kuarsa dan feldspar lah diantara
unsur penyebab perbedaan warna yang banyak menentukan.

7
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
a) Ayakan
b) Alat batas cair standard (casagrande).
c) Alat pembuat alur (grooving tool).
d) Sendok dempul ( Spatula ).
e) Pelat kaca
f) Timbangan
g) Cawan kadar air
h) Stopwatch
i) Jangka sorong
j) Botol tempat air suling (botol semprot).
k) Air suling.
l) Oven yang dilengkapi dengan pengukur suhu untuk memanasi sampai
(110)º C.
m) Eksikator

3.2 Cara Kerja


a) Batas Cair
1. Letakkan 100 gram benda uji yang sudah dipersiapkan didalam
wadahpengaduk.
2. Dengan menggunakan spatula, aduklah benda uji tersebut dengan
menambahair suling sedikit demi sedikit, sampai homogen.
3. Setelah contoh menjadi campuran yang merata, ambil sebagian
benda uji ini danletakkan diatas mangkok alat batas cair

8
(casagrande), ratakan permukaansehingga sejajar dengan dasar
alat, bagian yang paling tebal harus ± 1 cm.
4. Buatlah alur dengan cara membagi dua benda uji dalam mangkok
itu, denganmenggunakan alat pembuat alur (grooving tool) melalui
garis tengah pemegangmangkok dan simetris. Pada waktu
membuat alur (grooving tool) harus tegaklurus permukaan
mangkok.
5. Putarlah alat sehingga mangkok naik / jatuh dengan kecepatan 2
putaran perdetik. Pemutaran ini dilakukan terus sampai dasar alur
benda uji bersinggungansepanjang kira kira 1,25 cm dan catat
jumlah pukulannya pada waktubersinggungan dan ambil sampel
dari mangkok pada alur, kemudian masukkankedalam cawan yang
telah dipersiapkan untuk diukur kadar airnya.
6. Kembalikan benda uji keatas kaca pengaduk, dan mangkok alat
batas cairbersihkan. Benda uji diaduk kembali dengan merobah
kadar airnya. Kemudianulangi langkah (2) sampai (6) minimal 3
kali berturut turut dengan variasi kadarair yang berbeda, sehingga
akan diperoleh ketukan di atas 25, dan di bawah 25masing-masing
tiga ulangan.
b) Batas Palstis
1. Masukkan contoh tanah dalam mangkok, diremas-remas sampai
lembut, ditambahkan aquades sedikit dan diaduk sampai homogen.
2. Letakkan contoh tanah adukan itu di atas pelat kaca dan digulung-
gulung dengantelapak tangan sampai diameternya kira-kira 1/8
inch (3 mm). Akan dijumpai 3 keadaan:
• gulungan terlalu basah sehingga dengan diameter 1/8 inch
tanah belumretak.
• gulungan terlalu kering sehingga sewaktu diameter belum
mencapai 1/8inch, gulungan tanah sudah mulai retak.
• gulungan dengan kadar air tepat, yaitu gulungan mulai
retak sewaktu mencapai diameter 1/8 inch.
3. Timbang cawan sebanyak 3 buah.

9
4. Gulungan tanah tersebut dimasukkan ke dalam cawan, tiap
kontainer berisi 5 buahgulungan, dengan berat masing-masing 5
gram. Ketiga cawan yang berisigulungan tanah tersebut
dimasukkan dalam oven selama  24 jam pada suhu105 -110 C.
5. Setelah dioven lalu dimasukkan ke dalam desikator selama kurang
lebih 15 menit,lalu ditimbang.
6. Harga rata-rata kadar air dari percobaan di atas adalah batas
plastisnya.
c) Batas lekat
1. Ambil sisa pasta tanah pada acara Batas cair, gumpalkan dalam
tangan dantusukkan colet ke dalamnya sedalam 2,5 cm dengan
kecepatan 1 cm perdetik. Cara kedua juga dapat menggumpalkan
pasta tanah dengan ujung colet sepanjang 2,5cm ada di dalamnya
dan kemudian colet ditarik dengan kecepatan 0,5 detik.
2. Periksa permukaan colet, bersih, tidak ada tanah lebih kering, dan
pastikantanah atau suspensi tanah melekat, berarti pasta tanah lebih
basah dari BL.
3. Tergantung dari hasil pemeriksaan dalam langkah ke-2, pasta tanah
dibasahi ataudikurangi kelembabannya, dan langkah ke-1 diulang-
ulang lagi sampai dicapaikeadaan dipermukaan colet di sebelah
ujungnya melekat suspensi tanah sepertidempul sepanjang kira-kira
1/3 kali dalamnya penusukkan.
4. Ambil tanah sekitar tempat tusukan sebanyak kurang lebih 10 gram
dan tetapkankada airnya.
5. Kerjakan untuk 3 ulangan.
6. Dari kedua pengamatan tersebut hitunglah kadar airnya. Ini
merupakan kadar airbatas lekat tanah.
d) Batas Berubah Warna
1. Dengan colet pasta tanah diratakan tipis dan permukaan licin
mengkilat di ataspermukaan papan kayu dan dibuat bentuk elips.
Tebal bagian tengah 3mm makinke tepi makin menipis.
2. Letakkan pada tempat yang teduh dan diangin-anginkan, air akan

10
menguap danmulai kering mulai dari tepi berjalan ke tengah.
3. Setelah jalur yang kering pada bagian tepi mulai mengering selebar
0,5 cm dan0,5 cm. Jadi diambil keseluruhan dari tepi 1 cm.
4. Masukkan ke dalam cawan timbang dan tetapkan kadar airnya.
Kerjakan untutiga ulangan.
5. Dari ketiga pengamatan tersebut hitunglah kadar airnya. Ini
merupakan kadar air batas berubah warna tanah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Batas Cair Tanah
Kadar Kadar
Jumlah
Ma Ma+M Mb Mb+Mc Air Air
Sampel Mc(gram) Ketuka
(gram) c (gram) (gram) Basis Basis
n
(gram) Basah Kering
S1 5,42 11,25 16,67 7,37 12,79 35 34% 52%
S2 5,47 11,92 17,39 7,41 12,88 25 37% 60%

Dari percobaan yang sudah dilakukan, kami menggunakan 2 sampel dan


setelah ditimbang didapatkan
 Mc 1 : 5,42 gram
 Mc 2 : 5,47 gram
 Ma 1 : 11,25 gram
 Ma 2 : 11,92 gram
Setelah dilakukan pemanasan pada oven selama 24 jam dan didinginkan di
desikator selama 15 menit didapatkan data sebagai berikut :
 Mb 1 : 7,37 gram
 Mb 2 : 7,41 gram
Lalu dilakukan perhitungan kadar air basis basah dan kadar air basis
keringnya dan didapatkan data dalam bentuk persen sebagai berikut:
Sampel 1 :
 KAbb : 34%
 KAbk : 52%
Sampel 2 :

11
 KAbb : 37%
 KAbk : 60%

4.2 Batas Plastis Tanah


Kadar Kadar
Diameter
Ma Ma+M Mb Mb+Mc Air Basis Air
Sampel Mc(gram)
(gram) c (gram) (gram) Basah Basis
(gram) Kering
S1 5,53 5,06 10,59 4,05 9,58 0,3 19% 24%
S2 5,48 5,1 10,58 4,18 9,76 0,3 16% 19%
S3 5,51 5,07 10,58 4,13 9,64 0,3 18% 22%

Dari percobaan yang sudah dilakukan, kami menggunakan 3 sampel dan


setelah ditimbang didapatkan
 Mc 1 : 5,53 gram
 Mc 2 : 5,48 gram
 Mc 3 : 5,51 gram
 Ma 1 : 5,06 gram
 Ma 2 : 5,1 gram
 Ma 3 : 5,07 gram
Setelah dilakukan pemanasan pada oven selama 24 jam dan didinginkan di
desikator selama 15 menit didapatkan data sebagai berikut :
 Mb 1 : 4,05 gram
 Mb 2 : 4,18 gram
 Mb 3 : 4,13 gram
Lalu dilakukan perhitungan kadar air basis basah dan kadar air basis
keringnya dan didapatkan data dalam bentuk persen sebagai berikut:
Sampel 1 :
 KAbb : 19%

12
 KAbk : 24%
Sampel 2 :
 KAbb : 16%
 KAbk : 19%
Sampel 3 :
 KAbb : 18%
 KAbk : 22%

4.3 Batas Lekat Tanah


Kadar Kadar
Ma Ma+M Mb Mb+Mc Air Basis Air
Sampel Mc(gram)
(gram) c (gram) (gram) Basah Basis
(gram) Kering
S1 5,43 10 15,43 7,39 12,82 26,1% 35,3%
S2 5,47 10,01 15,48 7,37 12,84 26,2% 35,8%
S3 5,43 10,04 15,47 7,05 12,84 26,1% 35,4%

Dari percobaan yang sudah dilakukan, kami menggunakan 3 sampel dan


setelah ditimbang didapatkan
 Mc 1 : 5,43 gram
 Mc 2 : 5,47 gram
 Mc 3 : 5,43 gram
 Ma 1 : 10 gram
 Ma 2 : 10,01 gram
 Ma 3 : 10,04 gram
Setelah dilakukan pemanasan pada oven selama 24 jam dan didinginkan di
desikator selama 15 menit didapatkan data sebagai berikut :
 Mb 1 : 7,39 gram
 Mb 2 : 7,37 gram
 Mb 3 : 7,05 gram
Lalu dilakukan perhitungan kadar air basis basah dan kadar air basis
keringnya dan didapatkan data dalam bentuk persen sebagai berikut:
Sampel 1 :

13
 KAbb : 26,1%
 KAbk : 35,3%
Sampel 2 :
 KAbb : 26,2%
 KAbk : 35,8%
Sampel 3 :
 KAbb : 26,1%
 KAbk : 35,4%

4.4 Batas Berubah Warna Tanah


Kadar Kadar
Ma Ma+M Mb Mb+Mc Air Basis Air
Sampel Mc(gram)
(gram) c (gram) (gram) Basah Basis
(gram) Kering
S1 5,47 0,78 6,25 0,69 6,16 11,5% 13%
S2 5,43 1,01 6,44 0,85 6,28 15,48% 18,8%
S3 5,41 0,85 6,26 0,74 6,15 12,94% 14,86%

Dari percobaan yang sudah dilakukan, kami menggunakan 3 sampel dan


setelah ditimbang didapatkan
 Mc 1 : 5,47 gram
 Mc 2 : 5,43 gram
 Mc 3 : 5,41 gram
 Ma 1 : 0,78 gram
 Ma 2 : 1,01 gram
 Ma 3 : 0,85 gram
Setelah dilakukan pemanasan pada oven selama 24 jam dan didinginkan di
desikator selama 15 menit didapatkan data sebagai berikut :
 Mb 1 : 0,69 gram
 Mb 2 : 0,85 gram
 Mb 3 : 0,74 gram
Lalu dilakukan perhitungan kadar air basis basah dan kadar air basis
keringnya dan didapatkan data dalam bentuk persen sebagai berikut:

14
Sampel 1 :
 KAbb : 11,5%
 KAbk : 13%
Sampel 2 :
 KAbb : 15,48%
 KAbk : 18,8%
Sampel 3 :
 KAbb : 12,94%
 KAbk : 14,86%

15
BAB V
PENUTUPAN
5.1 Kesimpulan
Dari praktukum yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa
kesimpulan yaitu :
a) Pada batas cair sampel praktikum memiliki kadar air basis kering
yang cukup tinggi dengan nilai 52% dan 60%.
b) Pada batas plastis, nilai kadar air basis basah dan kadar air basia
kering memiliki selisih nilai yang tidak terlalu jauh dari ketiga
sampel tersebut yang hanya berkisar 4% saja.
c) Pada batas lekat, kadar air basis basahnya hamper sama dengan
nilai rata-rata 26,1% dan kadar air basis keringnya juga sama
dengan nilai rata-rata 54,5%
d) Pada batas berubah warna, sampel 1 dan 3 memiliki Ma yang
hamper sama namun kadar air basis keringnya memiliki selisih
yang agak jauh hamper sekitar 2%

5.2 Saran
Dalam praktikum Atterberg Limit ini, kita diharuskan memiliki
ketekunan dan kesabaran dalam memjalani praktikum tersebut agar data
yang dihasilkan dapat dihitung dengan baik dan dapat di pertanggung
jawabkan, oleh karena itu, ketelitian dan kesabaran extra di butuhkan pada
saat praktikum dilakukan.

16
DAFTAR PUSTAKA
Gunarti, A. S. S, 2013, Atterberg Limit pada Tanah Lempung Yang Distabilisasi
Dengan Natrium Karbonat, Jurnal BENTANG Vol 1/No. 02, jurusan
Teknik Sipil Unisma,Bekasi
Hardiyatmo, H.C., 1994, Mekanika Tanah I & Mekanika Tanah II, PT. Gramedia
PustakaUmum, Jakarta
Hardiyatmo, H. C., 2002, Mekanika Tanah 2, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Syamroni, M., 2013, StudiSifat Mekanik Tanah Organik yang Distabilisasi
MenggunakanCornice Adhesive, Universitas Lampung
Chris Andre Immanuel Berutu, (2019). Korelasi Indeks Kompresi (Cc) dengan
Parameter Specific Gravity (GS) dan Indeks Plastisitas (IP). Surakarta :
Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret.

17
LAMPIRAN

18
Penumbukan dan penyaringsn tanah

19
Data Perolehan Setelah Praktikum

20

Anda mungkin juga menyukai