Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BUDIDAYA PADI DAN

HOLTIKULTURA

Mata Kuliah Ilmu Pertanian dan Biosistem


Dosen Pengampu : Wayan Tika

Kelompok II :
Silviana C. Silaban 2210531013
I Made Mickey Yogi Ajna Karuna 2210531025
Frizt Reynara Abimael Wahongan 2210531035
Master Simarmata 2210531037
Valentino Paulo Udje 2210531049

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
Bab I
Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan dan memiliki wilayah yang luas, Indonesia adalah negara yang dianugerahi oleh
kekayaan alam yang tidak pernah ada habisnya. Dari keindahan alam untuk wisata hingga kekayaan alam
yang bisa diproduksi menjadi sumber energi tersendiri, salah satunya berasal dari sektor pertanian.
Sejak dahulu, Indonesia selalu kaya dengan hasil dari pertanian seperti padi, kedelai, jagung, kacang tanah,
ketela pohon dan ubi jalar. Selain itu, ada juga hasil dari pertanian yang disebut sebagai hasil pertanian
tanaman perdagangan yaitu teh, kopi, kelapa, kina, cengkeh, tebu, karet dan yang lainnya.
Dengan pertanian Indonesia yang semakin hari semakin besar, hal ini memberikan dampak positif juga.
Tidak hanya untuk urusan dalam negeri, tetapi juga luar negeri. Sektor pertanian Indonesia di mata dunia
mendapatkan respon positif yang patut dibanggakan. Padi Menjadi salah satu sektor pertanian Terbesar yang
berada di indonesia tetapi Berdasarkan hasil Survei KSA, pada tahun 2021, luas panen padi mencapai sekitar
10,41 juta hektar atau mengalami penurunan sebanyak 245,47 ribu hektar (2,30 persen) dibandingkan tahun
2020. Sementara itu, produksi padi tahun 2021 yaitu sebesar 54,42 juta ton GKG. Jika dikonversikan
menjadi beras, produksi beras tahun 2021 mencapai sekitar 31,36 juta ton, atau turun sebesar 140,73 ribu ton
2
(0,45 persen) dibandingkan dengan produksi beras tahun 2020. Selain menghasilkan estimasi luas panen,
Survei KSA juga memberikan gambaran terkait fase amat padi lainnya, seperti luas fase vegetatif awal,
vegetatif akhir, generatif, potensi gagal panen, serta luas sawah dan ladang yang sedang tidak ditanami padi.
Selain pertanian padi ada juga pertanian holtikultura, hortikultura (horticulture) sendiri berasal dari bahasa
Latin hortus (tanaman kebun) dan cultura/colere (budidaya), dan dapat diartikan sebagai budidaya tanaman
kebun. Kemudian hortikultura digunakan secara lebih luas bukan hanya untuk budidaya di kebun. Istilah
hortikultura digunakan pada jenis tanaman yang dibudidayakan. Bidang kerja hortikultura meliputi
pembenihan, pembibitan, kultur jaringan, produksi tanaman, hama dan penyakit, panen, pengemasan dan
distribusi. Hortikultura merupakan salah satu metode budidaya pertanian modern.
Hortikultura merupakan cabang dari agronomi. Berbeda dengan agronomi, hortikultura memfokuskan pada
budidaya tanaman buah (pomologi/frutikultur), tanaman bunga (florikultura), tanaman sayuran (olerikultura),
tanaman obat-obatan (biofarmaka), dan taman (lansekap). Salah satu ciri khas produk hortikultura adalah
perisabel atau mudah rusak karena segar. Pertanian hortikultura adalah komoditas yang akan memiliki masa
depan sangat cerah menilik dari keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimilikinya dalam pemulihan
perekonomian Indonesia waktu mendatang. Oleh karenanya para petani harus berani untuk memulai
mengembangkannya pada saat ini. Masyarakat harus bisa melihat bahwa komoditas hortikultura memiliki
potensi untuk menjadi salah satu pertumbuhan baru di sektor pertanian.

3
1.2.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah
1. Apakah bibit yang digunakan sudah varietas unggul?
2. Apakah penanaman dilakukan dengan metode caplak atau dengan metode konvensional?
3. Untuk pemupukan, apakah memakai produk organik?
4. Hama apa saja yang paling mengganggu bagi tanaman padi
5. Sedangkan di produk hortilkultura, pupul apa yang digunakan?
6. Pada tanaman hortilkultura hama apa yang mengganggu?
7. Apakah proses pemanenan menggunakan alat? (padi)
8. Untuk mengusir hama, cara apa yang digunakan?
9. Untuk mengatasi pembusukan tanaman pada produk hortikultura, cara apa yang digunakan?
10. Apakah panen raya terakhir kali cukup berhasil?

4
1.3.
Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui jarak antar rumpun padi dan jarak antar tanaman cabai, untuk mengetahui jarak
lebar antar pematang sawah, mengetahui permasalahan permasalahan yang dialami para petani terkait
tanaman mereka pada awal penanaman hingga masa panen, untuk dapat mengetahui pupuk apa yang
digunakan para petani, untuk mengetahui metode cara tanam yang dipakai untuk padi, dan untuk mengetahui
bibit apa yang digunakan.

1.4.
Manfaat
Dapat mengetahui jarak antar rumpun masing masing padi dan jarak antar tanaman cabai, dapat
mengetahui jarak lebar antar pematang sawah, dapat mengetahui permasalahan yang dialami para petani dan
cara menanggulanginya, dapat mengetahui pupuk yang mereka gunakan serta berapa kali mereka melakukan
pemupukan dalam seminggu, dapat mengetahui metode yang dipakai dalam menanam padi mereka, dan
dapat mengetahui bibit/varietas apa aja yang mereka pakai.

5
BAB II
Metodologi
2.1.
Alat dan Bahan
 Penggaris
 Meteran
 Alat tulis
 Kalkulator

2.2.
Langka-langkah
 Mendengarkan instruksi
 Menyiapkan penggaris
 Mengukur jarak antar tanaman (padi dan cabai)
 Mengukur lebar jarak antar pematang sawah dan bedengan

6
BAB III
Analisis dan Pembahasan
3.1.
Analisis dan pembahasan padi
1. Bibit yang digunakan apakah termasuk varietas lokal atau unggul?
2. Apakah jadual tanamnya serentak atau tidak?
3. Metode penanaman apakah dengan metode caplak atau konvensional?
4. Dengan menghitung rata-rata jarak tanam, tentukan jumlah rumpun tanaman untuk setiap hektar lahan!
5. Jika hasil panennya 7 ton/ha, serta jumlah rumpun tanaman/ha lahan seperti jawaban pada butir(4),
estimasi berapa gram hasil panen dari setiap satu rumpun tanaman!
6. Pada saat pengamatan terhadap aspek pemeliharaan tanaman khususnya menyangkut irigasi, apakah
tanaman dalam keadaan tergenang atau tidak?
7. Jika jawaban pertanyaan butir (5), kondisinya tergenang, berapa tinggi kolom genangan?
8. Dari jawaban butir (6), estimadsi berapa m3 air yang tersimpan pada setiap satu hektar lahan!
7
9. Pada saat panen diguanakan alat perontok (thresher) yang memiliki kapasitas kerja 1,4 ton /jam kerja.
Jika luas subak tersebut 180 ha dan rata-rata jam kerja thresher per hari adalah 5 jam, lama panen tidak
lebih dari 15 hari, tentukan jumlah threser yang diperlukan!
Jawaban :

1. Bibit padi yang digunakan merupakan bibit unggul berjenis Inpari.


2. Jadwal penanaman yang dilakukan secara serentak.
3. Metode penanaman yang digunakan menggunakan metode konvensional.
4. 𝑚𝑖𝑠𝑎𝑙 𝑥 = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑟𝑢𝑚𝑝𝑢𝑛
𝑥 = 26
𝐿_𝑠𝑎𝑤𝑎ℎ = 𝑝 ∙ 𝑙
𝐿_𝑠𝑎𝑤𝑎ℎ = 100 𝑚 ∙ 100 𝑚
𝐿_𝑠𝑎𝑤𝑎ℎ = 10.000 𝑚^2
𝐿_𝑠𝑎𝑤𝑎ℎ = 1 𝐻𝑎
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑟𝑢𝑚𝑝𝑢𝑛 𝑥 = 𝑝/𝑥 ∙ 𝑙/𝑥
= (100 𝑚)/(0,26 𝑚) ∙ (100 𝑚)/(0,26 𝑚)
= 385 ∙ 385
= 148.225 𝑟𝑢𝑚𝑝𝑢𝑛

8
5. 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑡 𝑚 = 7 𝑡𝑜𝑛
= 7.000.000 𝑔𝑟
𝑑𝑖𝑡 = ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑟𝑢𝑚𝑝𝑢𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑔𝑟𝑎𝑚
7.000.000
𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏 =
148.225
= 47,2 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑟𝑢𝑚𝑝𝑢𝑛

6. Berdasarkan pengamatan terhadap irigasi yang digunakan, padi yang dibudidayakan tergenang air sedalam
2 cm dari permukaan lumpur.
7. Kedalaman air yang menggenang sedalam 2 cm dari permukaan.
8. 𝑑𝑖𝑡 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 𝑡𝑖𝑎𝑝 ℎ𝑒𝑘𝑡𝑎𝑟
=𝑝∙𝑙∙𝑡
= 100 𝑚 ∙ 100 𝑚 ∙ 0,2 𝑚
= 2.000 𝑚3
9. 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑡 𝐿 = 180 𝐻𝑎
𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 = 1,4 𝑡𝑜𝑛/𝑗𝑎𝑚
𝑑𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 = 5 𝑗𝑎𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑛 = 15 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑑𝑖𝑡 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢𝑘𝑎𝑛
𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏 = 1 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 = 1,4 ∙ 5 = 7 𝑡𝑜𝑛/ℎ𝑎𝑟𝑖

9
𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 15 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑚𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛 105 𝑡𝑜𝑛
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑒𝑘𝑡𝑎𝑟 = 7 𝑡𝑜𝑛
180 𝐻𝑎 ∙ 7 𝑡𝑜𝑛 = 1.260 𝑡𝑜𝑛
1.260
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 = = 12 mesin
105

3.2.
Analisis dan pembahasan cabai
1. Dengan menghitung rata-rata jarak tanam, tentukan jumlah rumpun tanaman untuk setiap hektar lahan!
2. Jika setiap rumpun tanaman mampu menghasilkan 0,15 kg, estimasi hasil panen dari petakan lahan yang diamati!
3. Jika panen dilakukan setiap tiga hari sekali, dan total panen yang bisa dilakukan selama satu siklus tanam sebanyak
15 kali, estimasi berapa kg hasil panen dari petakan lahan yang diamati!

Jawaban :

1. 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑡 = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚 = 60 𝑐𝑚


𝑑𝑖𝑡 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑝𝑢𝑛 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑡𝑖𝑎𝑝 ℎ𝑒𝑘𝑡𝑎𝑟
𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏 = 𝑚𝑖𝑠𝑎𝑙 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 = 𝑥

10
𝑝 𝑙
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑟𝑢𝑚𝑝𝑢𝑛 = ∙
𝑥 𝑥
10 10
= ∙
0,6 0,6
= 16 ∙ 16
= 256 𝑟𝑢𝑚𝑝𝑢𝑛/𝑎𝑟𝑒
= 25.600 𝑟𝑢𝑚𝑝𝑢𝑛/𝐻𝑎

2. 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑡 = 0,15 𝑘𝑔/𝑟𝑢𝑚𝑝𝑢𝑛


= 256 ∙ 0,15
= 38,4 𝑘𝑔

3. Estimasi panen tiga hari sekali


= 15 ∙ 38,4
= 578 𝑘𝑔 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 45 ℎ𝑎𝑟𝑖

11
BAB IV
Kesimpulan
Jadi Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia karena
mengingat negara Indonesia sebagai negara agraris. Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi
suatu negara menduduki posisi yang sangat penting. Indonesia memiliki luas lahan dan kondisi iklim yang
sangat potensial untuk dikembangkan sebagai usaha pertanian.
Oleh sebab itu, pembangunan pertanian diarahkan kepada sistem perekonomian yang maju, efisien,
dan tangguh serta perlu memberdayakan perekonomian rakyat dengan melakukan perubahan sistem
pertanian yang menguntungkan dan diharapkan pendekatan tersebut mampu meningkatkan kuantitas,
kualitas, keanekaragaman pertanian serta mampu mencukupi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat.
Maka saat ini peran serta pemerintah dalam upaya meningkatkan produktivitas petani juga dilakukan
dengan mengadakan pembangunan dalam sektor pertanian. Pembangunan merupakan sebuah proses
multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental, dan
kelembagaan nasional yang berakselerasi dengan pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan,
pengurangan pengangguran dan pemberantasan kemiskinan absolut dengan memperhatikan kelestarian
lingkungan.(Zakaria 2008).
Adapun seperti diketahui sektor pertanian di Indonesia dianggap penting. Oleh karena itu wajar jika
biaya pembangunan untuk sektor pertanian ini selalu tiga besar diantara sektor-sektor yang lain (Soekartawi,
12
1989:21-22).2 Sejalan dengan hal tersebut, Kementerian Pertanian Tahun 2010–2014 telah menetapkan visi,
yaitu “Pertanian Industrial Unggul Berkelanjutan, Berbasis Sumberdaya Lokal untuk Meningkatkan
Kemandirian Pangan, Nilai Tambah, Ekspor dan Kesejahteraan Petani” (Peraturan Menteri Pertanian No
82/Permentan/OT.140 /8/2013).
Pemerintah melihat pentingnya pertanian namun kebanyakan masyarakat secara individu tidak bisa
mengelola lahan pertaniannya dengan baik. Maka pemerintah berusaha memberikan suatu program penting
untuk memecahkan permasalahan petani secara individu yaitu dibentuklah kelompok tani dalam
pembangunan, khususnya pembangunan pedesaan dan pertanian, maka diperlukan upaya penumbuhan dan
pengembangan kelompok tani secara terintegrasi dengan pembangunan pertanian. Dari sisi
perkembangannya, kelemahan paling mendasar dari kelompok tani yang ada saat ini umumnya dikarenakan
perkembangannya tidak mengikuti proses yang benar. Instansi pembina biasanya hanya ingin cepat-cepat
agar kelompok tani begitu anggaran untuk bantuan kepada petani tersedia.

13
BAB V
Daftar Pustaka

ANONIM. (2019). PERTANIAN . PERTANIAN PADI DI INDONESIA, 7.

IRMANSYAH RUSLI, N. E. (2013). LAPORAN AKHIR. PENDAMPINGAN SL-PTT PADI SAWAH DI KABUPATEN LIMAPULUH
KOTA DAN PAYAHKUMBU, 22.

PEREKONOMIAN, K. K. (2021, 10 7). pengembangan-hortikultura-berorientasi-ekspor-tingkatkan-produktivitas-


kualitas-dan-kontinuitas-produk-hortikultura. Retrieved from ekon.go.id:
https://www.ekon.go.id/publikasi/detail/3358/pengembangan-hortikultura-berorientasi-ekspor-tingkatkan-
produktivitas-kualitas-dan-kontinuitas-produk-hortikultura

ZAKARIA. (2008). Penguatan Kelembagaan kelompok Tani Kunci Kesejahteraan Petani. Litbang Pertanian, 8.

14
BAB VI
Lampiran

15
16
17
18
19
20

Anda mungkin juga menyukai