Penanggungjawab
Yanto Surdianto
Penyusun
Bambang Sunandar
Diterbitkan
2
Kata Pengantar
Kebutuhan pangan nasional terus meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk, sedangkan luas lahan baku sawah
terus menurun akibat terjadinya alih fungsi lahan. Potensi
peningkatan produksi dilakukan pada lahan kering, namun kendala
pada lahan kering adalah pengairan yang tergantung pada curah
hujan. Tumpangsari tanaman merupakan salah satu upaya untuk
peningkatan produksi tanaman pangan padi, jagung dan kedelai
(Pajale). Peningkatan produksi Pajale selain dengan penambahan
Luas Tambah Tanam juga dapat dilakukan perbaikan teknologi
budidaya dengan pengaturan jumlah populasi tanaman yang
diharapkan terjadinya peningkatan produksi tanaman.
BPTP Jawa Barat memiliki peran sangat strategis dalam
mendukung Program Swasembada padi, jagung dan kedelai di
Jawa Barat. BPTP Jawa Barat merupakan sumber inovasi teknologi
bagi petani, sehingga harus menghasilkan teknologi yang dapat
mendorong pencapaian tujuan dan sasaran peningkatan
produktivitas padi, jagung, dan kedelai nasional. Oleh karena itu,
dilaksanakannya pengkajian budidaya tumpangsari tanaman jagung
- kedelai di lahan kering untuk menghasilkan dan mengembangkan
teknologi spesifik lokasi. Sebagai acuan dalam pelaksanaan
pengkajian maka disusun Petunjuk Teknis (Juknis). Penyusunan
berpedoman pada pedoman umum PTT jagung dan PTT Kedelai.
Bandung, April 2019
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ……………………………………… i
DAFTAR ISI ....................................... ii
LATAR BELAKANG ……………………………………… 1
TUJUAN ……………………………………… 2
KELUARAN ……………………………………… 2
BAHAN DAN METODE ……………………………………… 2
PELAKSANAAN PENGKAJIAN ……………………………………… 3
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………… 8
LAMPIRAN ......................................... 9
ii
LATAR BELAKANG
Tumpangsari adalah bentuk pola tanam yang membudidayakan
lebih dari satu jenis tanaman dalam satuan waktu tertentu, dan
tumpangsari ini merupakan suatu upaya dari program intensifikasi
pertanian dengan tujuan untuk memperoleh hasil produksi yang
optimal, dan menjaga kesuburan tanah (Prasetyo, Sukardjo, dan
Pujiwati, 2009). Jumin (2002 dalam Marliah, Jumini, Jamilah, 2010)
menyatakan bahwa tujuan dari sistem tanam tumpang sari adalah
untuk mengoptimalkan penggunaan hara, air, dan sinar matahari
seefisien mungkin untuk mendapatkan produksi maksimum
Tumpang sari dari dua jenis tanaman menimbulkan interaksi, akibat
masing-masing tanaman membutuhkan ruangan yang cukup untuk
memaksimumkan kerjasama dan meminimumkan kompetisi,
sehingga pada sistem tumpang sari ada beberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain pengaturan jarak tanam, populasi tanaman,
umur panen tiap tanaman dan arsitektur tanaman (Sulivan, 2003
dalam Suwarto dkk, 2005). Sistem tumpang sari akan meningkatkan
kompetisi dalam menggunakan faktor pertumbuhan, oleh karena itu
untuk mengurangi kompetisi itu maka perlu pengaturan waktu
tanam dari tanaman yang ditumpang sarikan.
Tumpangsari ialah suatu usaha menanam beberapa jenis
tanaman pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian
rupa dalam barisan-barisan tanaman. Tujuan tumpangsari ialah
pemanfaatan faktor lingkungan seefisien mungkin sehingga tidak
ada yang terbuang percuma (Sugito, 1994). Penanaman
tumpangsari dengan mengatur model tanam dan waktu tanam akan
memperkecil kompetisi terhadap pengambilan unsur hara, air, dan
sinar matahari.
1
TUJUAN
KELUARAN
1. Inovasi teknologi pertanian dapat cepat diadopsi oleh
stakeholders
2. Rekomendasi pola tanam tumpangsari tanaman jagung – kedelai
di lahan kering.
PELAKSANAN PENGKAJIAN
1. Pengolahan Tanah
4
3. Pemupukan
Pemupukan dilakukan berdasarkan spesifik lokasi, bisa
berdasarkan hasil analisis tanah, PUTK atau rekomendasi umum.
Pemupukan kapur dan pupuk kandang dilakukan sebelum tanam
minimal 2 minggu.
4. Pengendalian Gulma
• Pada lahan kering penyiangan merupakan bagian yang sangat
berat karena pertumbuhan tanaman bersamaan dengan
tumbuhnya benih gulma.
• Untuk menekan pertumbuhan gulma sebelum penanaman
sebaiknya dilakukan penyemprotan herbisida pada saat gulma
tumbuh/berkecambah.
• Penyiangan kedelai dilakukan secara manual dengan cara
mencabut rumput sebanyak 1-2 kali, pada umur 10-15 hst dan
umur 30-40 hst.
5
• Penyiangan gulma pada padi gogo dilakukan dengan
penyemprotan herbisida selektif bahan aktif Natrium
• bispiribak 400 g/L SE dengan dosis 200-300 ml/ha kemudian
dilakukan secara manual dengan cara mencabut rumput
sebanyak 2 kali yaitu pada saat tanaman berumur 10-20 hst dan
umur 40-50 hst.
• Pengendalian gulma pada tanaman jagung dilakukan dengan
penyemprotan herbisida selektif bahan aktif Atrazin 500 gr/l dan
Mesotrion 50 gr/l pada umur 10-15 hst. Pembumbunan dilakukan
bersamaan dengan pemupukan kedua atau pada umur 21-30 hst,
dengan tujuan agar tanaman lebih kuat dan kokoh sehingga tidak
mudah rebah, serta untuk mengemburkan tanah sehingga
perakaran tanaman berkembang dengan baik.
6
6. Panen
• Pada saat tanaman jagung berumur 60-70 hst dilakukan
pemangkasan daun tanaman. Kemudian pada umur 80-90 hst
dilakukan pemangkasan pucuk tanaman. Pemangkasan tanaman
bertujuan untuk mempercepat proses pengeringan tongkol,
mengurangi kanopi yang saling menaungi sehingga sinar
matahari lebih optimal diterima oleh tanaman sela agar proses
fotosintesis berjalan optimal. Hasil pemangkasan berupa biomas
segar dapat digunakan sebagai pakan ternak potensial.
• Panen dilakukan pada saat matang fisiologis yaitu untuk padi
gogo bilamana 90% bulir padi telah menguning.
• Panen jagung dilakukan pada saat tanaman sudah masak
fisiologis ditandai dengan daun/kelobot sudah kering, berwarna
kekuning-kuningan, terdapat Black Layer pada pangkal melekat
biji pada tongkol.
• Pelaksanaan panen pada kedelai dilakukan apabila batang utama
berwarna coklat dan 95% daun telah menguning atau telah
rontok, polong berwarna kuning/colat dan mengering.
7
DAFTAR PUSTAKA
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat, 2018.
Tumpang sari Tanamn Jagung-Padi gogo-Kedelai (Turiman
Jagole). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Kementerian Pertanian. 2018
Marliah, A., Jumini, Jamilah, 2010. Pengaruh Jarak Tanam Antar
Barisan pada Sistem Tumpangsari Beberapa Varietas Jagung
Manis dengan Kacang Merah terhadap Pertumbuhan dan
Hasil. J. Agrista Vol. 14 (1): 30 –38.
Prasetyo, Sukardjo, E. I., Pujiwati, H., 2009. Produktivitas Lahan dan
NKL pada Tumpangsari Jarak Pagar dengan Tanaman
pangan. J. Akta Agrosia Vo. 12 (1): 51 – 55.
Sugito, Y. 1994. Dasar-dasar agronomi. Fakultas Pertanina
Universitas Brawijaya. Malang
Suwarto, A. Setiawan, dan D. Septariasari, 2006. Pertumbuhan dan
Hasil Dua Klon Ubi Jalar dalam Tumpangsari dengan Jagung.
Buletin Agronomi Vol. 34 (2): 87-92.
.
8
LAMPIRAN
FORM PENGAMATAN
Jagung
Lampiran 1. Pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun umur 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan setelah tanam
Nomor tanaman sampel Rata-rata
No Parameter
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Tinggi tanaman
2. Jumlah daun
Lampiran 2. Panjang daun, lebar daun, dan diameter batang umur 2 bulan setelah tanam
Nomor tanaman sampel Rata-rata
No Parameter
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Panjang daun
2. Lebar daun
3. Diameter batang
9
Lampiran 3. Waktu keluar bunga jantan dan 75% keluar bunga betina
Lampiran 5. Bobot tongkol kering tanpa kelobot dan berat biji per tongkol
Nomor sampel Rata-rata
No Parameter
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Tongkol kering tanpa
kelobot (gr)
2. Berat biji/tongkol (gr)
10
Lampiran 6. Diameter dan panjang tongkol
Nomor sampel Rata-rata
No Parameter
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Diameter (cm)
Kedelai
1. Gangguan hama/penyakit (10-15 HST, 25-30 HST, 80-90 HST)
2. Tinggi tanaman maksimum (kurang lebih 80-90 HST),
3. Komponen hasil (jumlah polong/tanaman, jumlah biji/polong, jumlah biji/tanaman, bobot biji/tanaman, bobot 100
butir).
4. Hasil ubinan biji kering dikonversikan pada t/ha kadar air 12%, ukuran untuk ubinan sekitar 10 m2/anak petak.
5. Data social (preferensi petani, respon petani).
11
12