Catatan :
Harga HK berdasarkan UMK yang berlaku
Harga JKT (Jam Kerja Traktor) berdasarkan harga Sewa yang berlaku
Tabel 2. Pengadaan Bahan dan Peralatan untuk Pembuatan Tanaman Reboisasi untuk Rencana
Pembuatan tahun 2014 (150 Ha.)
Keterangan : Mengacu pada ancar – ancar harga satuan pokok kegiatan (HPSK) Gubernur Sulawesi
Tengah Tahun 2014
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa sampai saat ini
bahan yang telah digunakan untuk kegiatan penanaman karet adalah ajir dan pupuk, sedangkan
untuk peralatan yang digunakan adalah parang, cangkul dan linggis. Pengadaan bahan dan alat ini
dilakukan secara swakelola oleh kelompok tani. Pengadaan bahan seperti ajir dan pupuk sangat
mendukung dalam penanaman karet karena bahan tersebut sangat menunjang pertumbuhan
tanaman karet. Selain itu peralatan seperti parang, cangkul dan linggis juga tidak kalah penting
dalam kegiatan pemeliharaan.
Berdasarkan hasil di atas kegiatan pengadaan bahan dan peralatan sesuai dengan
Rancangan teknis rehabilitasi hutan dan lahan. Hal ini didukung dengan pernyataan 38 orang
responden yang pernyataannya sesuai dengan kebutuhan bahan dan peralatan dalam Rancangan
Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan sehingga persentase kesesuaian sebesar 88,8%.
b. Lahan kebun karet diusahakan pada tempat yang datar (kemiringan 0-10%)
untuk lahan yang miring > 3% dibuat teras gulud dan areal yang cukup luas.
c. Tanahnya subur, bahan organik tinggi, bebas dari hama dan sumber penyakit.
pada lahan yang mempunyai kemiringan dan pada lahan pembibitan dengan skala kecil. Pengolahan
tanah dengan cara manual dilakukan dengan kedalam olah 40-50 cm. Berdasarkan tinjauan daerah
lokasi yang ada, maka kami memilih lokasi yang sesuai dengan kriteria yang sesuai untuk tanaman
karet adalah salah satu daerah di kabupaten Enrekang tepatnya di daerah baroko dan bone-bone.
2. Pemilihan Bibit
Untuk keperluan penanaman karet di lahan bekas hutan perlu dilakukan perhitungan keperluan bibit
secara cermat agar bibit yang disiapkan sesuai dengan populasi tanaman yang direncanakan. Apabila
populasi tanaman tiap hektar adalah 550 batang maka persediaan bibit paling sedikit adalah 600
batang, termasuk untuk keperluan penyulaman apabila ada bibit yang mati. Apabila akan dibangun
500 hektar pertanaman karet, maka kebutuhan bibitnya paling sedikit adalah 300.000 batang untuk
jarak tanam 7 m x 3 m. Benih untuk batang bawah berasal dari klon-klon anjuran untuk batang
bawah seperti :GT1, PR 300, PR 228, AVROS 2037 dan LCB 1320. Biji diambil dari areal kebun yang
berumur lebih dari 10 tahun. Kebun biji harus bebas dari gulma, pembersihannya dapat dilakukan
dengan cara kimiawi atau manual satu bulan sebelum biji berjatuhan. Dua hari sebelumnya
pengambilan biji harus dilakukan pembersihan biji yang ada di areal kebun. Rotasi pengumpulan biji
pada satu areal paling lambat 2 hari sekali. Pengujian kesegaran biji secara acak, yaitu diambil 100
butir biji karet dari satu karung goni, kemudian dipecah dengan palu atau batu untuk dinilai
kesegarannya. Apabila belahan biji karet masih putih murni sampai kekuningkuningan dinilai baik,
apabila berwarna kekuning-kuningan berminyak, kuning kecoklatan sampai hitam atau keriput dinilai
jelek. Nilai kesegaran yang baik antara 70-90%.
(2) biji dipantulkan di atas lantai semen, jika memantul maka biji baik.
(3) Meredam biji di dalam air, apabila 2/3 bagian biji terendam, maka biji
3. Cara Penanaman
a. Biji dibenam pada bedengan dengan bagian muka menghadap ke bawah dan punggungnya
terlihat dipermukaan.
d. Biji mulai berkecambah pada hari kelima, kemudian dipindahkan ke pembibitan lapangan. Biji
yang berkecambah setalah hari ke 15 tidak dipakai (dibuang).
Biji kecambah pada saat akar dalam stadia kaki cicak (bintang) atau stadia pancing segera
dipindahkan ke pembibitan lapangan, jangan sampai keluar dari daun kepelnya.
Pembibitan di Lapangan
Tanah pembibitan pada areal yang gembur, mengandung bahan organik tinggi,
Pencangkulan tanah sedalam 40 cm, bisa dibuat dalam bentuk guludan atau
bedengan besar denga tinggi 30 cm dan harus bersih dari sisa-sisa akar, batubatuan gumpalan
tanah. Semakin dalam pencangkulan, maka akar tunggang
Pembuatan bedengan besar dengan ukuran panjang 11-12 m dan lebar 4,5-5 m
(tergantung keadaan tempat). Dalam setiap lebar bedengan 4,5-5 m, dibuat jalan
Pembibitan dengan cara di atas setiap hektarnya bisa ditanam sebanyak antara
seleksi sampai dapat diokulasi 75%, 2) persentase okulasi jadi 80%, 3) bibit
polybeg 90%.
4. Cara Perawatan
Untuk mencegah penyakit daun disemprot dengan Dithane M 45 atau dihembus dengan serbuk
belerang.
Okulasi pohon karet ubtuk memperoleh bahan tanam yang baik. (unggul)
Secara umum perawatan tanaman karet dapat dilihat pada tabel berikut ini:
WAKTU KETERANGAN
Bulan-6 Pembelian Bibit 500 batang Penanaman 500 lubang Pupuk NPK Karet 2 sak
Tahun ke 1 sd ke 3 Pemupukan NPK, UREA dan KCL setiap 6 bulan sekali atau 5 kali dalam 3 tahun
Tahun-4 sd Tahun-5 Pemupukan NPK dan UREA setiap 6 bulan sekali atau 4 kali dalam 2 tahun
Pembangunan perkebunan karet akan berdampak pada peningkatan kebutuhan tenaga kerja di
desa. Perkebunan karet sangat banyak membutuhkan tenaga kerja terutama untuk kegiatan
penyadapan. Jumlah tenaga kerja penyadap tergantung pada sistem eksploitasi/penyadapan yang
digunakan. Oleh karena itu, bagi perusahaan yang menerapkan sistem eksploitasi S/2 D/2 (tanpa
stimulan), jumlah tenaga kerja penyadap yang akan dibutuhkan bagi suatu unit pembangunan
perkebunan (dengan lahan yang efektif seluas 3000 ha) sebanyak 1500 orang. Sementara untuk
sistem eksploitasi S/2 D/3 (dengan stimulan), akan dibutuhkan jumlah tenaga kerja penyadap
sebanyak 1000 orang. Pada wilayah dengan tenaga kerja terbatas, kebutuhan tenaga penyadap
dapat dikurangi apabila menggunakan stimulan dengan sistem eksploitasi S/2 D/4.
Kebutuhan tenaga kerja tersebut dapat dipenuhi oleh tenaga kerja lokal atau mendatangkan
tenaga kerja dari luar. Oleh karena itu, informasi mengenai ketersediaan jumlah tenaga kerja serta
tingkat pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja di desa-desa sekitar areal konsesi sangat
diperlukan apabila perusahaan ingin merekrut tenaga kerja lokal. Mengenai penggunaan tenaga
kerja dari luar daerah, kajian penerimaan atau resistensi m a s y a r a k a t l o k a l t e r h a d a p
penduduk/tenaga kerja pendatang sangat diperlukan untuk mengetahui apakah masyarakat lokal
bisa menerima masyarakat/tenaga kerja dari luar dengan baik. Hal ini bertujuan untuk menghindari
timbulnya potensi konflik yang akan terjadi antara masyarakat/tenaga kerja lokal dengan
masyarakat/tenaga kerja pendatang (Wijaya et al., 2012; Syarifa, 2013).
13. biaya
Biaya Operasional
Tabel 1. Biaya Operasional Tanaman Belum Menghasilkan Usaha Perkebunan Karet 1 ha.
Biaya tanaman belum menghasilkan merupakan biaya yang diperlukan dalam pembangunan
suatu proyek, seperti pembelian lahan, penebangan dan penebasan. Biaya investasi pada penelitian
ini diperoleh dari biaya tanaman dan non tanaman.Biaya penebangan dan penebasan sebesar
Rp.3.000.000,00 dan penyemprotan alang-alang Rp.200.000,00. Biaya pembuatan lubang,
pemancangan, serta penanaman juga termasuk dalam investasi. Total biaya investasi karet yaitu
biaya operasional karet dan biaya pembelian bibit serta penanaman adalah Rp.47.119.794,00
Tabel 2. menunjukkan rincian biaya variabel kebun TCSDP di Desa Koto Damai selama
tanaman menghasilkan. Biaya yang terbesar adalah biaya penyiangan dengan jumlah
Rp.46.900.938,00 atau 41,52%. Besarnya biaya tersebut dikarenakan penyiangan dilakukan 2 kali
dalam setahun, sedangkan biaya terendah yaitu upah pemupukan dengan jumlah
Rp.1.629.781,00atau 1,44%, kecilnya biaya tersebut karena pemupukan dilakukan hanya sekali
dalam setahun karena harga pupuk menurut petani mahal.
Pajak Bumi dan Bangunan yang dikeluarkan oleh petani karet yaitu sebesar Rp.35.000,00 per
Ha. Nilai Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun 2015-2040 digunakan inflasi rata-rata Bank Indonesia
periode tahun 2005-2014 yaitu sebesar 7,35%, sehingga total biaya yang dikeluarkan petani untuk
Pajak Bumi dan Bangunan selama umur usaha perkebunan yang akan dijalankan yaitu sebesar
Rp.2.534.277,00 per Ha.
Jenis peralatan dalam usaha perkebunan karet yang dibutuhkan yaitu pisau sadap, ember,
sepatu, parang babat, cangkul, batu gosok, dan mesin babat. Pisau sadap digunakan petani untuk
menderes mata sadap pada tanaman karet, ember digunakan sebagai tempat meletakkan ojol yang
telah dipanen, parang babat dan cangkul, dan mesin babat digunakan sebagai alat untuk
membersihkan gulma yang ada di perkebunan karet tersebut. Total biaya perawatan selama
perkebunan karet adalah Rp.15.026.064,00.