Disusun Oleh :
NPM : E1J019080
PROGRAM STUDI
AGROEKOTEKNOLOGI JURUSAN
BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karet merupakan tanaman perkebunan yang menjadi salah satu komoditi ekspor
Indonesia. Peluang pasar dunia masih terbuka bagi Indonesia untuk menjadi salah satu negara
produsen lateks terbesar di dunia. Luas perkebunan karet Indonesia pada tahun 2005 adalah
4.363.510 ha, dari total area perkebunan karet di Indonesia 88,26% di antaranya merupakan
perkebunan rakyat, 6,30% perkebunan swasta, dan hanya 5,45% yang milik negara (Tim
Penulis PS, 2008)
Produksi lateks ditentukan oleh kondisi kesuburan tanah suatu lahan, kondisi agroklimat,
pemeliharaan sejak masa bibit dan TBM, serta jenis klon karet yang digunakan. Sebagian
besar perkebunan karet di Indonesia telah menggunakan klon-klon unggul untuk memperoleh
produksi lateks yang tinggi. Pemakaian klon-klon karet unggul di perkebunan menyebabkan
jumlah unsur hara yang diangkut dari tanah oleh tanaman meingkat secara signifikan. Klon-
klon karet unggul cenderung membutuhkan unsur hara dalam jumlah yang tinggi sedangkan
penambahan unsur hara secara alami pada tanah berjalan lambat sehingga pemupukan sangat
penting untuk dilakukan untuk menjaga produktivitas karet dan menjaga kesuburan tanah
(Hardjowigeno, 2015)
Kegiatan pemeliharaan karet meliputi pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian
hama dan penyakit, serta konservasi lahan. Pengendalian gulma dan pemupukan adalah dua
kegiatan yang sangat dominan pada pertanaman karet. Pemupukan menjadi salah satu usaha
yang diandalkan untuk mengatasi rendahnya tingkat produtivitas tanaman karet. Pemupukan
yang akan dilakukan pada pertanaman karet harus disertai dengan pengendalian gulma.
Karet akan memasuki masa TM setelah berumur 5 sampai 6 tahun. Setelah memasuki
masa TM perlu diketahui kriteria matang sadap untuk memulai proses penyadapan pada
kebun yang baru pertama kali disadap. Suatu kebun dapat dinyatakan telah memasuki matang
sadap apabila keliling lilit batang pada ketinggian 1 m di atas tanah telah mencapai 45 cm.
Apabila 60% dari populasi tanaman telah mencapai kriteria tersebut maka perkebunan
tersebut sudah siap untuk panen.
1.2 Tujuan
Menentukan jenis kegiatan yang termasuk dalam pemeliharaan TM karet, melaksanakan
pekerjaan pengendalian gulma dan pemupukan TM karet, serta menetapkan kriteria tanaman
yang telah matang sadap.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pemupukan pada TBM mempunyai tujuan untuk memperoleh tanaman yang subur dan
sehat, sehingga lebih cepat tercapainya matang sadap dan agar tanaman cepat menutup
sehingga dapat menekan pertumbuhan gulma. Pemberian pupuk secara berkala dan dengan
frekuensi yang tinggi dapat mengurangi kehilangan hara disebabakan proses pencucian dan
dosis pupuk tahunan dapat diserap akar tanaman lebih efesien (Adiwiganda, 2015)
Pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM) mempunyai dua tujuan yaitu untuk
meningkatkan hasil dan mempertahankan serta memperbaiki kesehatan dan kesuburan
pertumbuhan tanaman pokok. Pemberian pupuk dilakukan 2 kali setiap tahun. Menurut
Setyamidjaja (1993), dosis setiap aplikasi berdasarkan jenis tanah sebagai berikut : 1. Jenis
tanah latosol : 280 gr Urea, 133,3 gr TSP, 180 gr KCL per pohon 2. Jenis tanah PMK : 280 gr
Urea, 324 gr TSP, 156 gr ZK per pohon
Pemupukan tanaman produktif yang dilakukan dengan dosis yang tepat dan teratur dapat
mempercepat pemulihan bidang sadapan, memberi kenaikan produksi 10-20%, meningkatkan
resistensi tanaman terhadap gangguan hama penyakit dan tingkat produksi yang tinggi dapat
dipertahankan dalam jangka waktu lebih lama (Setyamidjaja, 1993).
Areal pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman
sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang
alang,Mekania,Eupatorium,dll sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik (Maryadi,
2005).Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman, program pemupukan
secara berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang seimbang dua
kali pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan pada semeseter I yakni pada
Januari/Februari dan pada semester II yaitu Juli/Agustus.
Seminggu sebelum pemupukan, gawangan lebih dahulu digaru dan piringan tanaman
dibersihkan. Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu dari Urea dan
KCl. Sementara itu untuk tanaman kacangan penutup tanah, diberikan pupuk RP sebanyak
200 kg/ha, yang pemberiannya dapat dilanjutkan sampai dengan tahun ke-2 (TBM-2) apabila
pertumbuhannya kurang baik (Nazaruddin dan Paimin, 1998).
METODOLOGI
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu tentang pemeliharaan tanaman karet, yang dilaksanakan
pada tanggal 19 Maret 2022 pukul 08.00-selesai. Praktikan di minta untuk melakukan
pembersihan lahan dari gulma, pembuatan piringan dan melakukan pemupukan yang
merupakan bagian dari pemeliharaan tanaman karet.
Kegiatan diawali dengan melakukan pembersihan lahan dari gulma, baik gulma berkayu
ataupun semak belukar. Beberapa macam gulma yang ada di lahan atau di sekitar tanaman
karet, seperti gulma daun lebar, ilalang dan pohon-pohon dengan ukuran kecil. Semua gulma
tersebut dibersihkan dengan cara manual yaitu dengan cara ditebas menggunakan cangkul.
Kegiatan yang dilakukan selanjutnya yaitu dengan membuat piringan pada sekitar
tanaman karet. Piringan dibuat dengan luas/jarak 1-1,5 m dari pohon karet. Pembuatan
piringan bertujuan untuk memudahkan dalam melakukan pemupukan dan penyadapan karet.
Setelah pembuatan piringan maka dibuat lubang pupuk secara memanjang di areal ujung
piringan. Panjang lubang tanam kurang lebih 1-1,5 m dengan kedalaman 5-10 cm.
Kegiatan pemeliharaan selanjutnya adalah proses pemupukan, namun sebelum
melakukan pemupukan, dibuat alur sebagai tempat memupuk pada salah satu sisi tanaman
karet. Pupuk dicampur terlebih dahulu agar lebih muda saaat melakukan pemupukan, adapun
pupuk yang digunakan yaitu Urea, SP-36 dan KCL(30 g : 15 g : 15 g). Setelah pupuk
dicampur maka pupuk dimasukan ke lubang pupuk secara merata. Setelah pupuk dimasukan
maka lubang ditutup menggunakan tanah hasil galian, agar pupuk tidak tergerus oleh air
hujan.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pemeliharaan TM karet dilakukan untuk menkondisikan pertumbuhan vegetatif tanaman
selalu dalam kondisi optimal sehingga dapat berproduksi tinggi. Kegiatan yang dilakukan
dalam pemeliharaan TM karet adalah pengendalian gulma dan pemupukan. Dalam pembuatan
piringan areal sekitar tanaman karet dilakukan dengan cara mekanis menggunakan cangkul.
Pembuatan piringan bertujuan untuk memudahkan dalam melakukan pemupukan dan
penyadapan karet. Setelah pembuatan piringan maka dibuat lubang pupuk secara memanjang
di areal ujung piringan. Kriteria tanaman yang telah matang sadap diantaranya memiliki lilit
batang > 45 cm yang diukur setinggi 1 m.
5.2 Saran
Saran pada praktikum ini adalah sebaiknya semua praktikan berkerja sama dalam
melakukan kegiatan praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C., 2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet. Medan.
Perwanto, E. 2001. Berbagai Klon karet Pilihan Untuk Sistem Wanatani. International Centre
For Resarch In Agroforestry at website www.icraf.cgiar.org/sea.