Anda di halaman 1dari 3

63

DadangTeknik
Rukmana:
TeknikVol.
perbanyakan
setek lada
Buletin
Pertanian
15, No. 2, 2010:
63-65melalui kebun induk mini

TEKNIK PERBANYAKAN SETEK LADA MELALUI KEBUN INDUK MINI


Dadang Rukmana
Teknisi Litkayasa Penyelia pada Kebun Percobaan Sukamulya, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri
Jalan Perintis Kemerdekaan km 8, Kotak Pos 19, Cibadak-Cikembang, Sukabumi 43155, Telp. (0266) 321239, E-mail: kpsukamulya@yahoo.com

anaman lada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu


jenis tanaman tahunan yang umumnya diperbanyak
secara vegetatif melalui setek. Salah satu keuntungan
perbanyakan vegetatif adalah keturunannya relatif seragam,
menyerupai induknya, serta cepat pertumbuhannya sehingga mampu menyediakan benih lebih cepat dibandingkan
dengan perbanyakan secara generatif.
Dalam penyediaan benih melalui setek, umumnya petani
lada menggunakan sumber benih dari kebun produksi. Hal
ini berdampak kurang baik terhadap pertumbuhan tanaman
dan kesinambungan produksi, karena dua kepentingan yang
berbeda, yaitu produksi benih dan produksi buah. Kedua
macam tujuan produksi tersebut memerlukan manajemen dan
pengelolaan tanaman yang berbeda, terutama dalam mengatur fase vegetatif dan generatif. Sebagai contoh, untuk
tujuan produksi buah, tanaman dibiarkan tumbuh secara
normal sampai menghasilkan bunga dan buah. Namun, untuk
keperluan produksi benih, tanaman diperlakukan agar selalu
menghasilkan benih (setek) sehingga tidak dibiarkan berbunga/berbuah.
Sampai saat ini tersedia tujuh varietas unggul lada
sebagai bahan tanaman pada kebun induk lada, yaitu varietas
Natar 1, Natar 2, Petaling 1, Petaling 2, Chunuk, Bengkayang,
dan LDK (Nuryani dan Mustika 1989; Hamid et al. 1991;
Zaubin et al. 1992). Persyaratan lahan yang dapat digunakan
sebagai kebun benih antara lain adalah: (1) relatif datar, (2)
dekat dengan sumber air, (3) dekat dengan kebun produksi,
(4) mudah dalam pengangkutan (transportasi), dan (5) relatif
bebas dari serangan atau gangguan hama/penyakit. Menurut
Wardiana et al. (2010), keberhasilan produksi benih merupakan interaksi antara faktor mutu benih dan lingkungan
tumbuh. Benih yang baik tidak akan mampu berproduksi
optimum tanpa didukung pengelolaan lingkungan tumbuh
yang memadai.
Pada tahun 2006, luas areal pertanaman lada mencapai
192.572 ha dengan produksi 77.534 t. Menurut rencana induk,
setiap tahun akan dilakukan perluasan atau rehabilitasi
pertanaman sebanyak 10%, sehingga setiap tahun akan
diperlukan benih 30.782.240-38.477.880 tanaman (Direktorat
Jenderal Perkebunan 2007). Kebutuhan benih yang demikian

banyak sulit dipenuhi oleh kebun induk konvensional. Oleh


karena itu, diperlukan kebun induk mini. Kebun induk mini
adalah kebun benih sumber yang dibangun dalam luasan
relatif sempit (Saefudin dan Pranowo 2007). Sampai saat ini,
informasi mengenai teknik pembangunan kebun induk mini
lada nonkonvensional masih terbatas. Penelitian ini bertujuan mendapatkan teknik produksi benih (setek) lada yang
efektif dan efisien untuk menunjang pengembangan lada.

BAHAN DAN METODE


Kegiatan dilaksanakan di Kebun Percobaan (KP) Cahaya
Negeri, Lampung Utara, Balai Penelitian Tanaman Rempah
dan Aneka Tanaman Industri (Balittri) pada tahun 2007
sampai 2008 pada lahan seluas 128 m. Bahan yang digunakan adalah benih lada siap tanam (5-7 ruas) varietas Natar
1 sebanyak 1.600 polibeg (Gambar 1), pupuk kandang 3.200
kg, tajar bambu setinggi 150 cm sebanyak 1.600 batang,
paranet 65 m, pupuk NPKMg 96 kg, pupuk daun 5 kg,
insektisida 1,5 l, fungisida 1,5 kg, kawat tali, dan tali rafia.
Alat yang digunakan yaitu cangkul, golok, semprotan,
penggaris, dan alat tulis.

Gambar 1. Benih lada dalam polibeg siap tanam, KP Cahaya


Negeri, Lampung Utara, 2007

64
Untuk menumbuhkan calon pohon induk lada dibutuhkan naungan dari paranet (75%). Tinggi rangka naungan
paranet 2 m, kemudian paranet dibentangkan dan setiap
ujungnya diikat dengan kawat tali. Untuk menghindari
gangguan ternak, di sekeliling kebun induk mini dibuat pagar
bambu setinggi 1 m (Gambar 2).
Tanah diolah dengan cara dicangkul sedalam 20 cm lalu
digemburkan, dibersihkan dari sisa-sisa tanaman, dan
ditinggikan hingga membentuk bedengan dengan tinggi 15
cm, lebar 1,2 m, dan panjang 16 m. Jarak antarbedengan 0,6
m. Ketinggian bedengan dipertahankan dengan cara menopangnya dengan bambu atau papan agar tanah tidak tererosi.
Pada bedengan ukuran 1,2 m x 16 m tersedia lubang tanam
400 buah (5 baris x 80 tanaman) sehingga terdapat 1.600
tanaman.
Sebelum ditanami, lubang tanam diberi pupuk kandang
2 kg/lubang pada 7-10 hari sebelum tanam. Setelah pemupukan dasar, dilakukan penanaman tajar bambu berukuran
tinggi 1,5 m dan lebar 4 cm, dengan jarak tanam tajar 20 cm x
25 cm.
Sebelum benih lada dalam polibeg ditanam, daun pada
tiga buku bagian pangkal dibuang. Setelah kantong polibeg
dilepas, benih ditanam dengan cara dibenamkan miring (3045) ke arah tiang panjat, sedangkan 3-4 ruas bagian atas
(berdaun) disandarkan pada tiang panjat. Tanah di sekelilingnya dipadatkan dan batang bagian pucuk diikat dengan
tali rafia pada tiang panjat.

Gambar 2. Kebun induk mini lada di bawah saung paranet,


KP Cahaya Negeri, Lampung Utara, 2007

Dadang Rukmana: Teknik perbanyakan setek lada melalui kebun induk mini

Panen setek dilakukan setiap 2 bulan dengan pemangkasan pada ketinggian 10 cm dari permukaan tanah dengan
meninggalkan 2-3 buku (Gambar 3).
Pemeliharaan kebun induk mini meliputi:
Mempertahankan bentuk dan tinggi bedengan, serta membersihkan bedengan dari gulma.
Mempertahankan air pada saluran drainase selalu lancar
agar tidak terjadi genangan di areal kebun induk mini selama
musim hujan.
Menempelkan dan mengikat sulur-sulur lada pada tiang
panjat (Gambar 4) agar pada setiap bukunya keluar akar
lekat sehingga tidak menjadi sulur gantung.
Membuang/memotong cabang buah setiap kali muncul
agar pertumbuhan sulur panjat tidak terhambat.
Menyemprotkan pupuk daun sekali seminggu.
Melakukan pemupukan NPKMg (12-12-17-2) dua bulan
sekali setelah panen setek.
Melakukan penyiraman agar tanah tidak kering.
Mencegah serangan hama dan penyakit dengan menyemprotkan fungisida dan insektisida dua minggu sekali.
Setelah pemangkasan (panen setek), dilakukan penyemprotan insektisida terutama pada bagian luka di bidang
pangkal.
Parameter yang diamati dan diukur meliputi tinggi
tanaman, jumlah buku, dan produksi setek. Tinggi tanaman
diukur dari permukaan tanah sampai ujung tanaman (pucuk).
Jumlah buku dihitung dengan cara menghitung banyaknya
buku. Produksi setek diamati dengan cara menghitung jumlah
setek yang dipanen pada umur 2, 4, dan 6 bulan.

Gambar 3. Tanaman lada siap dipanen (a), tanaman lada setelah


dipanen (b), KP Cahaya Negeri, Lampung Utara, 2007

65

Dadang Rukmana: Teknik perbanyakan setek lada melalui kebun induk mini

Tabel 1. Tinggi tanaman dan jumlah buku tanaman lada pada


kebun induk mini, KP Cahaya Negeri, Lampung Utara,
2007
Umur tanaman
(bulan)
0
2
4
6

Panen
ke

Tinggi tanaman
(cm)

Jumlah buku

0
1
2
3

18,3
36,4
39,3
42,1

4,2
12,3
13,8
15,7

Tabel 2. Produksi setek satu buku pada kebun induk mini lada
selama 2 tahun, KP Cahaya Negeri, Lampung Utara,
2007-2008
Waktu panen
Tahun pertama
Tahun kedua
Gambar 4. Sulur tanaman lada yang menempel pada tiang
panjat, KP Cahaya Negeri, Lampung Utara, 2007

Total

Produksi setek
91.200
96.000
187.200

HASIL DAN PEMBAHASAN

UCAPAN TERIMA KASIH

Hasil pengamatan pertumbuhan tanaman pada umur 2, 4, dan


6 bulan disajikan pada Tabel 1. Pada umur dua bulan, tinggi
tanaman mencapai 36,4 cm dengan jumlah buku, jumlah buku
yang disisakan, dan jumlah buku yang dipanen berturut-turut
adalah 12,3; 2-3; dan 7,4 buku. Pada pengamatan umur empat
bulan, nilainya berturut-turut adalah 39,3 cm serta 13,8; 3-4;
dan 10,3 buku, dan pada pengamatan umur enam bulan
berturut-turut 42,1 cm serta 15,7; 4-5; dan 10,4 buku.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ir. Edi Wardiana,


MSi, atas saran dan masukan dalam penulisan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2007. Statistik Perkebunan
Indonesia 2006-2008. Lada. Direktorat Jenderal Perkebunan,
Jakarta. 33 hlm.

Selama dua tahun, kebun induk mini lada mampu menghasilkan benih sebanyak 187.200 setek satu buku (Tabel 2).
Hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan produksi setek
kebun induk konvensional yang selama dua tahun hanya
mampu menghasilkan setek sebanyak 75.200 setek satu buku.

Hamid, A., Y. Nuryani, P. Wahid, P. Laksmanahardja, D. Sitepu, dan


R. Kasim. 1991. Natar 1, Natar 2, Petaling 1, Petaling 2 adalah
varietas-varietas lada yang cocok untuk daerah Lampung dan
Bangka. Media Komunikasi Penelitian Tanaman Industri 75:
44-50.

KESIMPULAN DAN SARAN

Nuryani, Y. dan I. Mustika. 1989. Pengujian resistensi beberapa


spesies lada terhadap nematoda bintil akar. Jurnal Penelitian
Tanaman Industri XIV(4): 138-141.

Kebun induk mini lada lebih produktif dan efisien dari segi
produktivitas setek maupun luas lahan dibandingkan dengan
kebun induk konvensional. Produksi setek kebun induk mini
dengan luas areal 128 m selama 2 tahun sebanyak 187.200
setek satu buku, sedangkan kebun induk konvensional
dengan luas areal 10.000 m menghasilkan bahan tanaman
75.200 setek satu buku. Untuk mengantisipasi meningkatnya
permintaan benih atau setek lada dari varietas unggul, perlu
dikembangkan kebun induk mini untuk varietas unggul
lainnya.

Saefudin dan D. Pranowo. 2007. Kebun induk mini tanaman lada.


hlm. 62-66. Prosiding Seminar Nasional Rempah, Bogor, 21
Agustus 2007. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan,
Bogor.
Wardiana, E., A. Wahyudi, dan M. Syakir. 2010. Perbaikan
manajemen teknologi pembenihan pala. Infotek Perkebunan
2(3): 2.
Zaubin, R., A.M. Murni, dan Ernawati. 1992. Pengaruh cekaman
air terhadap daya adaptasi enam varietas lada (Piper nigrum L.).
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat VII(2): 6-20.

Anda mungkin juga menyukai