Anda di halaman 1dari 6

Peluang Pengembangan Bawang Merah di Lahan Pasir Pantai Daerah

Istimewa Yogyakarta

Murwati dan Sutardi


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta
E-mail: Me.mur_wati@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosfek pengembangan bawang merah di lahan pasir
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2016 di Desa
Srigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul. Metode yang digunakan adalah suvei dengan
Focus group discussions (FGD) terhadap 50 petani yang tergabung dalam kelompok Tani
Manunggal dan kelompok Tani Manunggal mengusahakan tanaman bawang merah seluas 48
hektar. Petani dipilih secara acak, dan lokasi ditentukan dengan sengaja yakni dilokasi
pendampingan kawasan bawang merah di Kabupaten Bantul (DIY). Penanaman yang disurvei
yakni tanaman bawang merah yang ditanam pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2015.
Analisis data menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi
bawang merah di lahan pasir yang ditanam Juni dan dipanen Agustus 2015 rata-rata 14 t/ha,
dengan menggunakan Varietas Super biru/Probolinggo. Pendapatan yang diperoleh Rp
140.000.000,-/ha dengan R/C: 2,37 yang berarti bahwa usahatani bawang merah di Srigading,
Sanden, Bantul menjadi peluang pengembangan dan layak secara ekonomi.

Kata kunci: bawang merah, lahan pasir, peluang pengembangan.

Pendahuluan

Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan komoditas hortikultura yang


memiliki nilai ekonomi tinggi, tergolong tanaman semusim, banyak dikonsumsi dan digemari oleh
masyarakat. Komoditas bawang merah memiliki rasa dan aroma yang khas, sehingga bagi orang
tertentu dapat membangkitkan selera makan. Bawang merah di Indonesia khususnya di DIY
merupakan bagian penting untuk bahan rempah, bumbu masakan, baik masakan rumah tangga,
restoran, maupun industri makanan, dan juga dimanfaatkan sebagai obat herbal
Prosfek pengembangan bawang merah sangat baik yang ditandai dengan meningkatnya
konsumsi bawang merah per kapita/tahun dari tahun 2004 hingga 2008 mencapai 7,91%
(Departemen Pertanian, 2009), dan konsumsi bawang merah per kapita/tahun rata-rata 2,5 kg
(Kementerian Pertanian, 2014). Hal ini akan mengalami kenaikkan konsumsi bawang merah
seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk (Anonim, 2013). Untuk mencukupi diwilayah
DIY, bawang merah ditanam pada lahan sawah maupun lahan pasir pantai. Pada lahan sawah
penanaman bawang merah tergantung pola tanam yakni sebagian besar bawang merah ditanam
setelah panen padi. Berbeda dengan lahan pasir, tidak tergantung pada tanaman padi.
Potensi lahan pasir di DIY menurut laporan Bappeda DIY (2003) seluas 3.300 ha yang
menyebar di sepanjang pantai selatan Kabupaten Bantul (kecamatan Kretek, Sanden dan
Srandakan) dan kabupaten Kulonprogo (kecamatan Galur, Panjatan, Wates dan Temon). Lahan
pasir pantai memiliki beberapa kelebihan untuk lahan pertanian yaitu luas, datar, jarang banjir,
sinar matahari melimpah, dan kedalaman air tanahnya dangkal (Anonim, 2002). Selain itu, untuk
persiapan lahannya cukup sederhana hanya dengan membuat bedengan tidak perlu dibuat parit-
parit yang dalam, sehingga akan terjadi efisiensi biaya dari pengolahan tanah. Namun demikian
lahan pasir pantai merupakan lahan marjinal. Karakteristik tanah di lahan Pasir Pantai Selatan

942 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian


Banjarbaru, 20 Juli 2016
DIY dilaporkan oleh Puslittanak (1994) bahwa sampai kedalaman 150 cm mengandung 98%
tekstur pasir, kadar P2O5 sangat tinggi (170 mg/100 g tanah) dan K20 sedang ( 15 mg / 100 g
tanah), bahan organik sangat rendah (0,05 %) dan pH tanah 6 - 6,5. Sifat fisik tanah tersebut
kurang mendukung untuk pertumbuhan tanaman, karena dibatasi oleh ketersediaan air/lengas
tanah bagi tanaman yang memiliki produktivitas rendah. Produktivitas lahan pasir pantai yang
rendah disebabkan oleh beberapa faktor pembatas yang berupa kemampuan memegang dan
menyimpan air rendah, infiltrasi dan evaporasi tinggi, kesuburan dan bahan organik sangat rendah
dan efisiensi penggunaan air rendah (Kertonegoro, 2001). Sehingga diperlukan inovasi teknologi
antara lain teknologi ameliorasi. Inovasi teknologi ameliorasi ini telah direspon dan diadopsi serta
berkembang baik di lahan pasir pantai selatan pada musim hujan maupun kemarau (Sutardi, dkk.
2015) dan sekarang tanaman bawang merah mempunyai prosfek yang baik untuk mata
pencaharian petani. Untuk itu perlu di diseminasikan secara luas. Tujuan kajian ini untuk
mengetahui kelayakan usaha tani bawang merah di lahan pasir pantai DIY. Sedangkan Keluaran
dalam penelitan ini diketahui kelayakan usaha tani bawang merah dilahan pasir Pantai DIY.

Metodologi

Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2016 di Desa Srigading, Kecamatan Sanden,
Kabupaten Bantul. Metode yang digunakan adalah suvei dengan menggunakan instrument
(kuesioner terbuka) dan dengan Focus group discussions (FGD) terhadap 50 petani yang
mewakili dari jumlah anggota 105 petani dan tergabung dalam kelompok Tani Manunggal.
Kelompok ini mengusahakan tanaman bawang merah seluas 48 hektar. Petani dipilih secara acak,
dan lokasi ditentukan dengan sengaja yakni dilokasi pendampingan kawasan bawang merah di
Kabupaten Bantul (DIY). Penanaman yang disurvei yakni tanaman bawang merah yang ditanam
pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2015. Analisis data menggunakan statistik deskriptif dan
dianalisa Usaha Tani secara sederhana. Jika R/C >1 , tanaman bawang merah layak diusahakan

Hasil dan Pembahasan

Desa Srigading Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul merupakan Lokasi pendampingan


Pengembangan Kawasan Hortikultura khususnya tanaman bawang merah. Salah satu binaan
pendampingan pengembangan kawasan hortikultura di kelompok tani Manunggal. Karakteristik
Kelompok Tani Manunggal disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik kelompok tani manunggal.
No. Uraian Jumlah
1 Luas lahan 48 ha
2. Jumlah anggota kelompok 105
3 Luas lahan rata-rata/KK yang diusahakan untuk tanaman bawang 2000 m2
merah
4. Jenis Lahan yang diusahakan Lahan pasir pantai
Sumber: data primer 2016.

Pada tabel 1. Menunjukkan bahwa Luas lahan yang diusahakan bawang merah 48 hektar
yang diusahakan oleh 105 petani (50 petani mewakili FGD). Rata-rata/KK mengusahakan bawang

Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 943


Banjarbaru, 20 Juli 2016
merah seluas 2000 m2. Pada umumnya kelompok Tani manunggal mengusahakan tanaman
bawang merah di lahan pasir.
Teknologi budidaya bawang merah hasil survei sebagai berikut :
1. Benih
- Varietas bawang merah menggunakan : Super Biru/ Probolinggo
- Bawang merah di tanam pada bulan Juni dan dipanen Agustus 2015
- Benih berasal dari daerah Bantul, DIY
- Benih yang ditanam adalah benih yang telah disimpan selama 2-3 bulan
- Perlakuan benih, benih dipotong 1/5 bagian, lalu ditanam
- Perlakuan benih dengan perendaman di dalam larutan Plant Growth Promoting
Rhizobacteria (PGVR) belum dilakukan. Perlakukan perendaman larutan PGVR ini
penting, dengan tujuan jika benih sudah kena penyakit moler apabila direndam dengan
larutan PGVR, lalu benih di tanam, benih tersebut tidak tumbuh/langsung mati. Jadi
dapat diketahui sejak dini benih itu sehat atau tidak sehat. Secara dini bisa terdeteksi
dan dilakukan penyulaman dengan segera (Sutardi, dkk. 2015)
- Keperluan benih per/ha: 1500 kg
Petani masih biasa menggunakan benih yang berukuran > 6 gram/ umbi. Jika benih
yang digunakan berukuran 4-5 gram/umbi akan menghemat keperluan benih/ha.
Dengan ukuran benih 4-5 gram/umbi, bila dihitung akan menghemat jumlah benih/ha:
jumlah benih /ha menjadi 900 kg - 1000 kg (Sutardi,dkk.2015), selanjutnya
ditambahkan bahwa penggunaan benih yang berukuran kecil tersebut pada awal
pertumbuhan agak terhambat. Setelah benih berumur satu bulan pertumbuhan sama
dengan benih yang berasal dari umbi yang berukuran besar.
Sebagai saran bahwa pada pendampingan tahun selanjutnya menggunakan benih
ukuran 4-5 gram/ umbi
2. Persiapan Lahan
- Pengendalian rumput/gulma pada periode pra tumbuh dengan menggunakan herbisida 1
liter /ha
- ½ bulan sebelum tanam, tanah diolah sedalam 20 cm, dengan memberikan pupuk
kandang yang sudah difermentasi 20 t/ha (± 4 truk) dan kapur 100 kg/ha.
- Lahan dibuat bedengan: lebar bedengan 1 – 1,2 m, panjang bedengan disesuaikan
panjang lahan pasir.
3. Penanaman
Penaman bawang merah dengan jarak tanam 20 X 20 cm, Jadi dalam bedengan ada 5
larik tanaman, dan panjang larikan sesuai dengan keadaan lahan pasir.
4. Penyiangan
Penyiangan dilaksanakan 2 kali selama satu periode tanam yakni pada tanaman berumur
15 hari dan berumur 30 hari
6. Penyiraman
- Penyiraman dilakukan minimal satu kali dalam sehari, sebelum jam 07.00
- Penyiraman sebaiknya dilakukan sebelum jam 07.00, karena penyiraman tersebut
bertujuan (a) untuk menghilangkan spora yang berada di dalam embun pagi dan (b)
Penyiraman tanaman.

944 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian


Banjarbaru, 20 Juli 2016
- Jika penyiraman dilakukan sesudah jam 07.00, embun pagi sudah menguap dan spora
tinggal di tanaman, selanjutnya spora tersebut masuk dalam tamanan/ umbi, hal ini akan
menyebabkan tanaman terserang penyakit yang disebabkan oleh phytoptora
7. Pupuk
- Pupuk organik dengan dosis 20 t/ha
- Pupuk kimia disini yang digunakan belum sesuai dosis rekomendasi, karena hanya
menggunakan pupuk Ponska 200 kg
- Pupuk organik cair diberikan dengan dosis 1 cc/ 1 liter air, Dalam 1 X semprot/ha
sebanyak 500 cc pupuk organik cair. Penyemprotan pupuk organik cair ini selang 1
minggu sekali, dimulai tanaman berumur 15 hari sampai dengan menjelang panen (4
kali penyemprotan selama satu kali musim tanam)
8. Pengendalian hama dan penyakit
- Hama utama yang sering menyerang tanaman bawang merah Spedoptera litura dan
Spodoptera exigua,
- Pengendalian hama ini dengan menggunakan insestisida hayati dan insektisida kimia
Larvin
- Penyakit yang sering menyerang tanaman bawang merah penyakit layu fusarium
- Pengendalian penyakit bawang merah dengan menggunakan: Dakonil, Boler, dan
Antacol
9. Panen
- Tanaman saat untuk dipanen yang ditandai oleh leher daun lemas, dan jika ditimbang
rendemen umbinya minimal 90%.
- Hasil panen pada bulan Agustus 2015 adalah 14 t/ha.

Budidaya bawang merah di lahan pasir, selanjutnya dianalisis usaha tani secara sederhana,
untuk mengetahui apakah penanaman bawang merah di lahan pasir menguntungkan dan layak
dikembangkan atau tidak. Analisis usaha tani secara sederhana disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Analisa usahatani secara sederhana budidaya bawang merah di lahan pasir, Bantul, DIY
Harga/sa
No Uraian Volume Jumlah (Rp)
Tuan (Rp)
A Biaya sarana produksi
Benih 1500 kg 30.000 45.000.000
Pupuk kandang 4 truk 300.000 1.200.000
Ponska 200 kg 2.600 520.000
Kapur 100 kg 4.000 400.000
Dakonil 500 kg 160.000 80.000
PPC 2,5 liter 100.000 250.000
Boler 500 cc 100.000 50.000
Larvin 100 g 400.000 40.000
Antracol 1 kg 60.000 60.000
Gold 2 e 1 liter 400.000 400.000
Goal 50 cc 260.000 23.000
Jumlah (A) 48.023.000
B Biaya tenaga kerja
Pengolahan tanah 50 HOK 50.000 2.500.000
Tanam 50 HOK 50.000 2.500.000
Penyiraman 60 HOK 50.000 3.000.000
Penyiangan 20 HOK 50.000 1.000.000
Pemupukan 20 HOK 50.000 1.000.000

Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 945


Banjarbaru, 20 Juli 2016
Harga/sa
No Uraian Volume Jumlah (Rp)
Tuan (Rp)
Panen 20 HOK 50.000 1.000.000
Jumlah (B) 11.000.000
C Total biaya (A+B) 59.023.000
D Pendapatan
Produksi 14.000 kg 10.000 140.000.000
Total pendapatan (D) 140.000.000
E Keuntungan (D-C) 80.977.000
R/C 2,37
Sumber : data primer 2016 yang diolah

Berdasarkan tabel 2. Menunjukkan bahwa total pendapatan budidaya bawang merah di


lahan pasir Rp 140,000.000,-/ha, dengan R/C : 2,37. Keuntungan yang diperoleh penanaman
bawang merah di lahan pasir sebesar Rp 80.977.000/ ha. Dengan keuntungan yang demikian
memberikan arti bahwa Budidaya bawang merah di lahan pasir menjadi peluang pengembangan
dan R/C= 2,37 berarti komoditas bawang merah di lahan pasir layak secara ekonomi.

Kesimpulan dan Saran

Budidaya bawang merah di lahan pasir di Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten
Bantul, total pendapatan tanaman bawang merah yang ditanaman bulan Juni 2015 dan dipanen
Agustus 2015 sebesar Rp 140.000.000/ha dengan R/C : 2,37. Keuntungan yang diperoleh sebesar
Rp 80.977.000/ ha. Dengan keuntungan yang demikian memberikan arti bahwa Budidaya
bawang merah di lahan pasir menjadi peluang pengembangan dan R/C= 2,37 berarti komoditas
bawang merah di lahan pasir layak secara ekonomi.
Pada kegiatan pendampingan yang akan datang disarankan melakukan (1) perlakuan
benih dengan cara peremdaman umbi ke dalam larutan PGVR dan (2) menggunakan benih / umbi
kecil 4-5 gram/umbi agar menghemat biaya.

946 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian


Banjarbaru, 20 Juli 2016
Daftar Pustaka

Anonim., 2002 Aplikasi Unit Percontohan Agribisnis Terpadu di Lahan Pasir Daerah Istimewa
Yogyakarta. Pantai.Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi DIY dengan Fakultas
Pertanian UGM Yogyakarta. 118 h

BAPPEDA-Propinsi DIY. 2003. Rencana Strategis Daerah (RENSTRADA) Propinsi DIY Tahun
2004-2008. Perda Propinsi DIY Nomor 6 Tahun 2003. Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (BAPPEDA) Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Departemen Pertanian. 2009. Statistik Pertanian 2009. Pusat data dan informasi Pertanian.
Departemen Pertanian. Jakarta

Kementerian Pertanian, 2014. Statistik Pertanian 2014. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian,
Kementerian Pertanian, Jakarta.

Sutardi, Mulyadi, Murwati, Porwatiningsih,Y. Apriyana, Tri Martini dan Sutarno. 2015. Kajian
Status Hara dan Pemupukan Bawang Merah Spesifik Lokasi Pada Lahan Pasir Pantai.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta.

Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 947


Banjarbaru, 20 Juli 2016

Anda mungkin juga menyukai