Anda di halaman 1dari 10

Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Cabai Katokkon (Capsicum chinense

Jacq.) di Ketinggian 600 Meter dan 1.200 Meter di atas Permukaan Laut
Dian Flowrenzhy 1), Nunung Harijati 1)*
1)
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Kultur Jaringan dan Mikro Teknik Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang 65145,
Jawa Timur, Indonesia. Telp. & Fax: +62-341-575840.
Alamat korespondensi*: nharijati@g.mail.com

ABSTRAK
Cabai katokkon (Capsicum chinense Jacq.) adalah flora spesifik lokasi di Indonesia yang banyak
ditemukan di dataran tinggi Toraja-Sulawesi Selatan pada ketingian 800-1.800 meter di atas pemukaan
laut (m dpl). Tanaman ini berpotensi ekstensifikasi di luar habitat aslinya, di dataran yang tersedia
luas di Indonesia. Penelitian ini bersifat eksperimen semu dengan pendekatan kuantitatif yang
bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produktivitas cabai katokkon pada ketinggian tempat
yang berbeda (600 m dpl dan 1200 m dpl). Jumlah tanaman tiap perlakuan sebanyak 30 tanaman.
Khusus untuk pengukuran data fase vegetatif, diambil 10 sampel secara acak. Data kuantitatif yang
diperoleh dianalisis dengan menggunakan Independent T-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ketingggian tempat tidak berpengaruh pada tinggi tanaman dan diameter batang utama cabai
katokkon. Ketinggian tempat berpengaruh terhadap waktu berbunga dan berbuah serta produktivitas
cabai. Cabai katokkon berbunga dan berbuah lebih cepat di ketinggian 1.200 m dpl dibandingkan pada
ketinggian 600 m dpl. Produktivitas cabai katokkon di ketinggian 1.200 m dpl sebesar 916,3-1.089,3
g/tanaman, sedangkan pada ketinggian 600 m dpl sebesar 661,9-989,8 g/tanaman. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa produktivitas cabai katokkon di ketinggian tempat 1.200 m dpl lebih tinggi
dibandingkan pada ketinggian 600 m dpl. Ekstensifikasi cabai katokkon dapat dilakukan di kedua
ketinggian tempat, namun dataran tinggi adalah tempat yang paling sesuai untuk pembudidayaan cabai
katokkon.

Kata kunci: Ekstensifikasi, katokkon, produktivitas, ketinggian tempat

ABSTRACT
Katokkon pepper (Capsicum chinense Jacq.) is pepper which is found in highlands of Toraja-South
Sulawesi on 800-1800 m asl. This plant is potentially extent cultivation outside their habitat, i.e. in high-
medium lands which is widely available in Indonesia. This research used quasi-experiment design with
quantitative approaches. The research aimed to evaluate growth and yield of Capsicum chinense as
well as their morphological performance in two different altitudes (600 m asl and 1200 m asl). Thirty
plants of Capsicum chinense were planted at each altitude. Specifically, 10 plants were randomly taken
at each trial for measurement of vegetative character (plant height and main-stem diameter).
Quantitative data were analyzed used Independent T-test. The results indicated that plant height and
stem diameter were not significantly difference in both 1200 m asl (Pujon) and 600 m asl (Tidar).
However, katokkon pepper in 1.200 m asl showed earliness for flowering and fruit ripening than those
cultivated in 600 m asl. Capsicum chinense yield was about 916.3-1089.3 g/plant in 1.200 m asl,
while in 600 m asl produced 661.9-989.8 g/plant. From these studies, Capsicum chinense can
be recommended to farmers and stakeholders of the horticultural industry for cultivation extension
in both 1.200 m and 600 m asl, but highland was the best preference.

Keywords: Cultivation extension, katokkon, yield, level altitude

PENDAHULUAN famili terung-terungan (Solanaceae). Tanaman


cabai banyak dimanfaatkan sebagai bumbu
Cabai merupakan salah satu komoditas dapur, bahan baku industri pangan dan
hortikultura yang dibudidayakan secara farmasi. Manfaat cabai antara lain buahnya
komersial di negara-negara tropis termasuk yang masih muda dapat digunakan sebagai
Indonesia. Cabai adalah tanaman perdu dari sumber vitamin karena kaya akan vitamin A,

Jurnal Biotropika | Vol. 5 No. 2 | 2017 44


C dan E, sedangkan yang sudah masak dapat yang lebih rendah dan dataran medium
dipakai sebagai bumbu masak atau bahan (300-700 m di atas permukaan laut/dpl) yang
pembuatan saus [1]. Tanaman ini juga sangat arealnya cukup tersedia luas di Indonesia,
berperan di bidang kesehatan karena berfungsi serta di dataran tinggi yang memiliki topografi
sebagai antioksidan dan anti- inflamasi yang hampir sama dengan Kabupaten Tana Toraja.
berasal dari karotenoid cabai. Tanaman cabai Data dan informasi yang relevan tentang
juga digunakan untuk terapi dan pengobatan pertumbuhan dan produktivitas cabai
arthritis, rematik, sakit perut, ruam kulit, dan katokkon di luar habitat asli tanaman
gigitan ular. Aplikasi terapi ini terkait dengan tersebut baik di dataran rendah, dataran
kapsaisin, senyawa fenol, dan karotenoid medium, dan di dataran tinggi belum
tanaman cabai [2]. dipublikasikan sampai sekarang ini. Untuk itu
Tanaman cabai menjadi salah satu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk
komoditas sayuran yang penting di Indonesia. mengkaji pertumbuhan dan produksi cabai
Ketergantungan terhadap rasa pedas pada katokkon pada dua ketinggian tempat yang
cabai terbilang tinggi sehingga menjadikan berbeda. Hal tersebut nantinya merupakan
Indonesia salah satu pengkonsumsi cabai informasi yang penting bagi para petani dalam
terbesar. Cabai menjadi komoditas tanaman memilih ketepatan lahan kultivasi cabai
sayuran yang sangat prospektif dan handal, katokkon di luar habitat aslinya. Pada
karena tanaman cabai mempunyai nilai penelitian ini dilakukan kultivasi di dua
ekonomi tinggi. Pembudidayaan komoditas ini ketinggian tempat yang berbeda yaitu pada
mempunyai prospek cerah karena dapat ketinggian 1.200 m dpl (Pujon, Kabupaten
mendukung upaya peningkatan pendapatan Batu) dan 600 m dpl (Tidar, Kabupaten
petani, pengentasan kemiskinan, perluasan Malang). Kabupaten Malang dengan
kesempatan kerja, pengurangan impor dan ketinggian 450 - 650 m dpl merupakan
peningkatan ekspor non migas. Kebutuhan daerah subur karena merupakan dataran yang
terhadap cabai terus meningkat setiap tahun dikelilingi oleh gunung Arjuno, Semeru,
sejalan dengan meningkatnya jumlah Kawi, dan Kelud. Temperatur harian antara
penduduk dan perekonomian nasional [3]. 22,1oC-26,8oC. Kabupaten Batu juga
Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap merupakan daerah subur dengan ketinggian
cabai tercatat pada kisaran 3 kg/kapita/tahun. 680 - 1.500 m dpl. Temperatur harian
Apabila jumlah penduduk Indonesia sebanyak 21,5oC dengan temperature terendah 14,9oC
250 juta, berarti per tahunnya dibutuhkan dan temperatur tertinggi 27,2oC [6].
sebanyak 750.000 ton [10].
Salah satu jenis cabai di Indonesia METODE PENELITIAN
yang memiliki potensi ekonomis yang tinggi
namun belum banyak dieksplorasi serta Tempat Penelitian
diidentifikasi adalah varietas cabai katokkon. Penelitian dilakukan di dua lokasi dengan
Cabai katokkon merupakan salah satu ketinggian tempat yang berbeda yaitu:
komoditi yang paling banyak diminati 1. Lahan di Pujon, Kecamatan Bumiaji, Kota
masyarakat sekitar Kabupaten Tana Toraja Batu dengan ketinggian 1.200 m dpl.
karena aroma yang khas dan rasa pedas yang 2. Lahan di Tidar, Kecamatan Merjosari,
terasa. Cabai katokkon berpotensi dalam Malang dengan ketinggian 600 mdpl.
pengembangan bisnis dan industri bahan
olahan seperti saos dan cabai bubuk. Pembibitan Cabai Katokkon
Tanaman ini tumbuh baik di daerah tropis Buah cabai yang digunakan berasal dari
dan banyak dibudidayakan di dataran tinggi Tana Toroja dengan ciri fisik antara lain
kabupaten Tana-Toraja dan Enrekang, bentuk, ukuran dan warna seragam,
Sulawesi Selatan [4]. permukaan kulitnya bersih, tidak keriput dan
Usaha meningkatkan produksi tidak cacat serta kulitnya berwarna cerah. Biji
komoditi pertanian dan perkebunan dapat cabai dikeringanginkan dulu selama 24 jam
dilakukan selain melalui intensifikasi, yaitu kemudian disemaikan pada nampan
diperlukan upaya ekstensifikasi pada lahan perkecambahan (germination tray). Tiap
yang sesuai. Upaya peningkatan produksi lubang ditanam 5 biji. Biji yang tumbuh
cabai katokkon secara ekstensifikasi dapat jelek dicabut, yang baik dibiarkan tumbuh
berupa pengembangan penanaman di luar hingga muncul 4-6 daun (berumur 1 bulan)
habitat aslinya yang diarahkan ke dataran
kemudian bibit cabai dipindahkan ke polibag.

Jurnal Biotropika | Vol. 5 No. 2 | 2017 45


sejak panen pertama hingga panen terakhir.
Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Hal ini bertujuan untuk mengetahui
Polibag yang digunakan untuk produktivitas tanaman cabai katokkon selama
penanaman cabe berukuran ukuran 5 kg, satu siklus pertumbuhan dan perkembangan.
dengan diameter 20 cm. Penelitian ini
menggunakan media siap pakai dengan Rancangan Percobaan dan Analisis Data
komposisi pupuk kandang, tanah gunung, Penelitian ini merupakan penelitian
humus, dan sekam bakar. Pemeliharaan eksperimen semu dengan pendekatan
meliputi penyiraman dan penyiangan. kuantitatif. Perlakuan terdiri atas penanaman
Penyiraman dilakukan setiap 2 (dua) hari cabai di ketinggian 1.200 m dpl dan
sekali. Penyiangan dilakukan secara manual penanaman cabai di ketinggian 600 mdpl.
dengan mencabut gulma yang tumbuh di Jumlah tanaman per perlakuan adalah 30
polibag. tanaman, sehingga jumlah tanaman seluruhnya
60 tanaman. Data kuantitatif yang diperolah
Parameter Terikat yang Digunakan ditabulasi menggunakan Microsoft Excel
Pada penelitian ini parameter yang dan perbedaan ketinggian terhadap variabel
diamati meliputi tinggi tanaman, diameter terikat dianalisis menggunakan Independent T-
batang utama, waktu berbunga, waktu test dengan bantuan program SPSS versi 19
berbuah, jumlah buah/tanaman, berat buah for Windows.
masak-matang, dan total buah/tanaman.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengambilan data fase vegetatif tanaman Fase Vegetatif
cabai katokkon
Rata-rata laju penambahan tinggi
Fase vegetatif dimulai sejak tanaman cabai di ketinggian 1.200 m dpl
perkecambahan biji, kemudian tumbuh sebesar 4,8 cm per 5 hari (0,96/hari) terhitung
menjadi bibit dengan ciri terbentuknya daun sejak hari ke-5 hingga hari ke-115 setelah
pertama dan berlangsung terus-menerus pindah tanam. Memasuki tahap stasioner, rata-
sampai tanaman membentuk primordia bunga. rata laju penambahan tinggi tanaman sebesar
Pada penelitian ini, karakter vegetatif yang 1,2 cm per 5 hari (0,24 cm/hari), dan nyaris 0
diukur adalah tinggi tanaman dan diameter cm pada hari ke 130. Tinggi tanaman cabai
batang utama. Tinggi tanaman diukur dari katokkon pada hari ke 130 di ketinggian 600
pangkal batang di permukaan tanah sampai m dpl dan 1.200 m dpl masing-masing
ujung tertinggi tanaman. Diamater batang setinggi 117,3 cm dan 119,3 cm (Tabel 1).
diukur pada bagian pangkal batang 1 cm dari Rata-rata penambahan ukuran diameter
permukaan media tanah menggunakan jangka batang tanaman setiap pengamatan dari hari
sorong. ke-5 sampai hari ke-130 hampir sama yaitu
± 0,06 mm per 5 hari (0,012 mm/hari).
Pengambilan data fase generatif tanaman Diameter batang utama tanaman cabai
cabai katokkon katokkon yang ditanam di ketinggian 1.200
Fase generative adalah fase yang ditandai m dpl juga bergerak linear dari waktu ke
dengan lebih pendeknya panjang ranting dan waktu sampai pengamatan pada hari ke-130.
ruas, lebih pendeknya jarak antar daun pada Rata-rata penambahan ukuran diameter batang
pucuk tanaman, dan pertumbuhan pucuk tanaman setiap pengamatan dari hari ke-5
terhenti. Pada fase ini terjadi pembentukan sampai hari ke-130 sebesar ± 0,07 mm per 5
dan perkembangan bunga dan buah. Seperti hari (0,014/hari). Rata-rata diameter batang
halnya pengambilan data pada fase vegetatif, utama (Tabel 1) yang ditanam di ketinggian
pengambilan data pada fase generatif 600 m dpl setelah 130 hari tanam sebesar
dilakukan tiap 5 hari sekali. Variabel yang 1,84 cm, sedangkan di ketinggian 1.200 m
diukur pada fase generatif tanaman cabai dpl sebesar 1,94 cm.
katokkon meliputi: waktu berbunnga pertama
kali, waktu berbuah pertama kali, jumlah dan
berat buah masak/panen serta produktivitas
tanaman. Produktivitas cabai per pohon
dihitung dengan menjumlahkan berat buah

Jurnal Biotropika | Vol. 5 No. 2 | 2017 46


Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman dan diameter untuk meminimalisasi lodging (rebah) tanaman
cabai katokkon (Capsicum chinense [12], [13]. Fungsi batang selain sebagai
Jacq.) setelah 130 hari tanam pada dua penopang, juga berperan dalam transport
ketinggian tempat nutrisi. Sistem transportasi mencakup seluruh
sistem pengangkutan pada tanaman, yang di
antaranya adalah xilem, floem, sel-sel penjaga
serta konsentrasi ion K dan Na dalam jaringan
[14]. Oleh karena itu ada kemungkinan batang
Keterangan : Rata-rata nilai yang diikuti huruf tanaman dari spesies yang sama dengan
yang sama pada masing-masing baris diameter lebih lebar mampu berproduksi lebih
menunjukkan tidak berbeda nyata tinggi dibandingkan yang mempunyai diameter
berdasarkan uji T tidak berpasangan. lebih sempit.
Pada waktu fase generatif belum dimulai,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa asimilat disimpan di dalam batang tanaman
pergeseran ketinggian tempat tidak pada jaringan parenkim [ 1 5] . Kapasitas
berpengaruh signifikan pada karakter vegetatif xylem dalam mengangkut hara dan air dari
tanaman yang diamati, yaitu tinggi dan dalam tanah ke lokasi source (daun) dapat
diameter batang utama cabai katokkon. mempengaruhi produksi asimilat oleh source
Capsicum chinense Jacq. adalah tanaman tersebut, demikian halnya dengan kapasitas
perennial yang tumbuh baik di daerah tropis floem dapat mempengaruhi besar-kecilnya
dan sub-tropis. Di daerah tropis secara umum penimbunan asimilat di lokasi sink. Untuk
dicirikan dengan keadaan iklim yang hampir mentranslokasikan asimilat tersebut,
seragam, sehingga tanaman cabai dapat diperlukan suatu sistem pengangkutan yang
tumbuh dengan baik apabila di tanam pada baik agar laju translokasi asimilat berlangsung
kondisi lingkungan yang sesuai dengan optimal. Laju translokasi asimilat akan
persyaratan tumbuhnya [7]. Marame et al. [8] bergantung kepada diameter batang. Diameter
juga mengungkapkan bahwa varietas cabai batang yang besar memiliki luas potongan
dapat beradaptasi dengan baik karena varietas melintang floem yang lebih besar. Luas
terdiri dari satu macam genotip dengan potongan melintang floem dapat
susunan genetik yang mampu mengendalikan memaksimalkan laju translokasi asimilat [15].
sifat morfologi dan fisiologi sehingga dapat
menyesuaikan diri pada lingkungan perubahan. Fase Generatif
Meskipun tidak ada perbedaan yang
signifikan antara rata-rata tinggi tanaman di Waktu berbunga dan waktu berbuah
ketinggian 600 m dpl dan 1.200 m dpl, namun Tanaman cabai katokkon yang ditanam
terdapat variasi tinggi tanaman di setiap di ketinggian tempat 600 m dpl rata- rata
perlakuan. Variasi tinggi tanaman cabai dapat mulai berbunga pada hari ke-176, terhitung
terjadi karena kemampuan adaptif satu setelah bibit tanaman dipindahkan dari tray ke
spesies/varietas terhadap kondisi lingkungan polibag, sedangkan pada perlakuan
tumbuhnya, berbeda dengan individu yang penanaman di ketinggian tempat 1.200 m dpl
lainnya [9]. Tinggi tanaman cabai dikendalikan rata- rata mulai berbunga pada hari ke-80
oleh faktor genetik, faktor lingkungan, dan waktu pengamatan (Tabel 2). Tanaman cabai
kemampuan absorbsi nutrisi [10]. katokkon yang ditanam di ketinggian tempat
Karakter tinggi tanaman memiliki arti 600 m dpl rata- rata mulai berbuah pada hari
penting dalam posisi buah terhadap permukaan ke-191waktu pengamatan, sedangkan pada
tanah. Karakter tinggi tanaman pada cabai perlakuan penanaman di ketinggian tempat
berhubungan dengan ketahanan terhadap 1.200 m dpl rata- rata mulai berbuah pada
penyakit antraknosa. Buah dari tanaman yang hari ke-96 waktu pengamatan. Rata-rata
posisinya lebih tinggi dari permukaan tanah lama waktu dari berbunga hingga berbuah
dan tidak menyentuh tanah dapat mengurangi antar perlakuan sama yaitu selama 15-20 hari.
percikan air dari tanah ke buah yang
merupakan salah satu sumber infeksi cendawan
[11].
Pertambahan tinggi tanaman seringkali
disertai dengan peningkatan ketebalan batang

Jurnal Biotropika | Vol. 5 No. 2 | 2017 47


Tabel 2. Waktu berbunga dan waktu berbuah yang masak dengan sempurna ditandai dengan
tanaman cabai Katokkon (Capsicum warna merah terang. Panen pertama dilakukan
chinense Jacq.) 15 hari setelah ‘inisiasi’ buah, dan
selanjutnya berturut- turut setiap 7 hari sekali
hingga panen ke-3.
Jika berpegang pada waktu antesis
pembungaan tanaman cabai katokkon,
Keterangan : Rata-rata nilai yang diikuti huruf penghitungan jumlah buah masak dan
yang sama pada masing-masing baris penimbangan berat buah masak/pohon lebih
menunjukkan tidak berbeda nyata
dahulu dilakukan di ketinggian 1.200 m dpl
berdasarkan uji T tidak berpasangan.
karena berdasarkan waktu, tanaman ini
diindikasikan panen lebih cepat pada
Pembungaan merupakan suatu proses
fisiologis dan morfologis dengan spektrum ketinggian tersebut dibandingkan dengan
perlakuan penanaman di ketinggian 600 m
yang luas. Proses ini diawali dengan
dpl. Jumlah dan berat buah masak/pohon di
perubahan primodia batang menjadi primodia
ketinggian 1.200 m dpl dihitung sejak
bunga [16]. Pembungaan adalah salah satu
dilakukan panen pertama kali yaitu pada hari
proses fisiologis vital terkait eksistensi
tanaman. Waktu berbunga menentukan waktu ke-110 (30 hari setelah waktu berbunga) dan
selanjutnya berturut-turut setiap 7 hari sekali
berbuah dan hasil panen. Waktu berbuah
lebih awal adalah informasi yang penting bagi hingga hari ke 124. Hal ini juga berlaku pada
penanaman di ketinggian 600 m dpl terhitung
para petani dalam memilih ketepatan lahan
sejak hari ke-205 (30 hari setelah waktu
kultivasi di luar habitat aslinya. Informasi
waktu berbunga lebih awal pada tanaman cabai berbunga) hingga hari ke-219.
Hasil penghitungan jumlah buah
merupakan ciri agronomi yang penting karena
hal ini membuka kemungkinan suksesnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
jumlah buah masak/pohon antara kedua
kultivasi di daerah dengan ciri musim hujan
ketinggian tempat pada panen pertama. Rata-
pendek atau daerah lain yang memiliki musim
rata jumlah buah masak/pohon pada panen
hujan yang lebih lama [17]. Waktu berbunga
pertama di ketinggian 600 m dpl sebanyak 39
merupakan salah satu bagian utama yang
penting diketahui, karena hal ini adalah buah, sedangkan di ketinggian 1.200 m dpl
sebanyak 60 buah (Tabel 3). Namun pada hasil
salah satu komponen adaptasi kultivar pada
panen selanjutnya tidak ditemukan perbedaan
lingkungan tertentu [18]. Pertumbuhan dan
yang signifikan dalam hal jumlah buah masak
perkembangan tanaman, khususnya
baik yang ditanam di ketinggian 600 m dpl
pembungaan tergantung pada interaksi
antara proses-proses kompleks yang maupun di ketinggian 1200 m dpl.
dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan.
Tabel 3. Jumlah dan berat buah masak per
Cepat atau lambatnya waktu berbunga pohon selama 219 hari tanam pada
dapat dikaitkan dengan aklimatisasi ketinggian tempat 600 mdpl dan 124
(misalnya adaptasi terhadap perubahan iklim) hari tanam pada ketinggian tempat 1.200
awal pada lingkungan tumbuhnya dan juga mdpl
terkait pada kemampuan tanaman bertahan
pada gangguan lingkungan [19].

Jumlah dan berat buah cabai masak-


matang
Panen dapat dilakukan setelah buah
masak dengan ciri-ciri sudah mengalami
Keterangan : Rata-rata nilai yang diikuti huruf yang
perubahan warna dari hijau ke oranye, dari
sama pada masing-masing baris
merah sebagian buah, hingga merah seluruh menunjukkan tidak berbeda nyata
buah. Selain itu buah yang mengalami berdasarkan uji T tidak berpasangan.
kerusakan baik terserang penyakit maupun
hama juga dipanen untuk mengantisipasi Rata-rata berat buah masak per pohon
terjadinya penularan yang diakibatkan (Tabel 3) di ketinggian 600 m dpl pada
penyakit dan virus tersebut. Cabai Katokkon panen pertama sebanyak 242,2 g (0,24

Jurnal Biotropika | Vol. 5 No. 2 | 2017 48


kg/tanaman), pada panen kedua sebanyak yang penting diketahui petani terkait nilai
234,6 g (0,23 kg/tanaman) dan panen ketiga ekonomis tanaman cabai Katokkon. Namun
sebanyak 236,2 g (0,24 kg/tanaman). Rata- perlu dilakukan penelitian lebih lanjut apakah
rata berat buah masak-matang per pohon variasi jumlah buah per axil diperoleh karena
di ketinggian 1.200 m dpl panen pertama tanaman berasal dari benih unggulan, hibrida,
sebanyak 332,1 g (0,33 kg/tanaman), pada atau diperoleh dari benih tanaman asli namun
panen kedua sebanyak 218,0 g (0,22 memiliki variasi genetik yang tinggi.
kg/tanaman) dan panen ketiga sebanyak
241,4 g (0,30 kg/tanaman). Jumlah dan berat total buah cabai
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Total buah cabai per pohon dihitung
terdapat perbedaan dalam jumlah dan berat sejak panen pertama hingga panen terakhir.
buah masak/pohon pada penanaman di Pada akhir panen, selain buah yang masak,
ketinggian 1.200 m dpl dan di ketinggian 600 buah yang masih berwarna hijau sebagian
m dpl. Hasil penelitian menunjukkan terdapat dan hijau seluruhnya juga dipanen. Hal ini
perbedaan berat buah masak per pohon antara bertujuan untuk mengetahui berapa total buah
kedua ketinggian tempat setiap panen. Adanya yang dihasilkan tanaman cabai katokkon
perbedaan rata-rata berat buah masak per selama satu siklus pertumbuhan dan
pohon di ketinggian 600 m dpl dan 1.200 m perkembangan.
dpl, dipengaruhi oleh variasi berat buah dan Rata-rata total buah cabai per pohon
besar buah cabai katokkon. Berdasarkan yang ditanam di ketinggian 600 m dpl
pengamatan, bentuk dan ukuran buah cabai sebanyak 128 buah, sedangkan di ketinggian
katokkon yang ditanam di ketinggian 600 m 1.200 m dpl sebanyak 149 buah (Tabel 4).
dpl dan 1.200 m dpl tidak menunjukkan Nilai T hitung untuk total buah per pohon
perbedaan yang berarti. Variasi berat, menunjukkan perbedaan yang signifikan
ukuran dan bentuk dapat ditemukan baik di antara rata-rata total buah per pohon yang
ketinggian 600 m dpl, maupun di ketinggian ditanam di ketinggian 600 m dpl dan di
1.200 m dpl. Selain itu, berat buah per pohon ketinggian 1.200 m dpl. Rata-rata total buah
juga dipengaruhi oleh berat buah yang yang dihasilkan tanaman cabai katokkon per
terserang penyakit. Beberapa buah yang pohon lebih banyak pada penanaman di
diserang penyakit ditandai dengan ketinggian 1.200 m dpl daripada di ketinggian
pembusukan memiliki kadar air yang lebih 600 m dpl.
banyak dibandingkan buah yang sehat.
Beberapa buah juga ditemukan Tabel 4. Jumlah dan berat total buah hingga
mengeriput/kering. Berdasarkan pengamatan, panen terakhir di dua ketinggian tempat
buah cabai yang tidak sehat lebih banyak
ditemukan di ketinggian 1.200 m dpl
dibandingkan di ketinggian 600 m dpl.
Jumlah buah masak/pohon cenderung
lebih banyak di ketinggian 1.200 m dpl
Keterangan : Rata-rata nilai yang diikuti huruf
dibandingkan di ketinggian 600 m dpl. Hal yang sama pada masing-masing
ini dapat terjadi karena pada waktu baris menunjukkan tidak
pemanenan, sampel tanaman memiliki berbeda nyata berdasarkan uji T
karakter morfologi yang berbeda, misalnya tidak berpasangan.
jumlah buah yang dihasilkan per axil berbeda-
beda. Beberapa tanaman terdiri atas 5-7 buah Berat buah cabai per pohon juga
per axil, sedangkan yang lainnya terdiri atas dilakukan pada saat pengukuran total buah per
1-2 buah/axil. Berdasarkan pengamatan, pohon yang dihitung sejak panen pertama
individu tanaman cabai katokkon yang terdiri hingga panen terakhir. Rata-rata produksi
atas 5-7 buah per aksilar cenderung lebih cabai katokkon (Tabel 4) yang ditanam di
banyak/dominan di ketinggian 1.200 m dpl ketinggian 600 m dpl sebanyak 823,7 g (0,82
dibanding di ketinggian 600 m dpl. Hal kg/pohon ), sedangkan di ketinggian 1.200 m
tersebut tentu saja berpengaruh pada nilai dpl sebanyak 977,9 g (0,98 kg/pohon). Nilai T
produktivitas tanaman cabai katokkon setiap hitung untuk produktivitas cabai katokkon per
perlakuan. Adanya variasi jumlah buah per pohon menunjukkan perbedaan yang
axil juga merupakan salah satu ciri agronomi signifikan antara rata-rata produktivitas buah

Jurnal Biotropika | Vol. 5 No. 2 | 2017 49


cabai per pohon yang ditanam di ketinggian tanaman cabai katokkon. Intensitas cahaya
600 m dpl dan di ketinggian 1.200 m dpl. yang meningkat pada musim kemarau
Produktivitas rata-rata cabai katokkon per berakibat pada penurunan kelembaban dan
pohon di ketinggian 1.200 m dpl lebih besar temperatur, sehingga dapat menyebabkan stres
dibandingkan di ketinggian 600 m dpl. kekeringan. Hal sebaliknya terjadi pada
Berdasarkan pengamatan di habitat aslinya, musim hujan dimana curah hujan yang tinggi
cabai katokkon menghasilkan 0,8 kg-1,2 kg berakibat pada perubahan kondisi lingkungan
per pohon. Dengan demikian, jumlah buah dan menyebabkan stres tergenang air. Semua
cabai katokkon pada ketinggian 1200 m dpl jenis tanaman memiliki toleransi berbeda-beda
dan 600 m dpl masih berada pada rentang terhadap perubahan kondisi lingkungan.
produksi di Tana Toraja. Toleransi tanaman terhadap kondisi
Tanaman cabai katokkon di habitat tergenang berbeda- beda pada musim hujan.
aslinya merupakan tanaman yang adaptif pada Tanaman yang tergenang pada fase
dataran tinggi [5]. Produktivitas suatu tanaman vegetatif kurang berpengaruh terhadap
dipengaruhi oleh kemampuan beradaptasi penurunan hasil dibandingkan pada fase
dengan lingkungannya [19]. Egesi et al. [20] generatif [22]. Hasil penelitian pada tanaman
menyatakan bahwa tiap-tiap varietas terdiri cabai (Capsicum annum L.) yang tergenang
dari sejumlah genotip yang berbeda dan selama 4 hari pada fase pembentukan buah
mempunyai kemampuan adaptasi yang juga (fase generatif ) menyebabkan penurunan laju
berbeda terhadap lingkungan tertentu. Ciri- fotosintesis sebesar 60 persen dibandingkan
ciri tertentu dari suatu pertumbuhan dapat dengan laju fotosintesis sebelum tergenang
dipengaruhi oleh faktor genetik, sedangkan [23].
yang lain oleh faktor lingkungan. Secara Gonzalez-Dugo et al. [24]
genetik ada varietas yang mempunyai potensi mengemukakan bahwa tanaman dikatakan
hasil tingggi, namun hasil tersebut hanya toleran bila mengalami perubahan atau
dapat tercapai setelah berinteraksi dengan hambatan metabolisme, produksi
lingkungan yang tepat, maka pertumbuhan tanamannya hanya sampai 80 % dari 100 %
varietas tersebut dipengaruhi oleh faktor produktivitas tanaman ketika tidak
eksternal atau berasal dari lingkungan tergenang. Dijelaskan selanjutnya oleh Van
tumbuhnya [21]. Toai et al. [25], toleransi terhadap genangan
Percobaan penanaman diluar habitat asli merupakan suatu kemampuan tanaman untuk
tanaman ini juga memberi informasi tentang mempertahankan hasil pada kondisi tergenang,
toleransi tanaman cabai katokkon pada walaupun hasilnya tidak optimal.
perubahan lingkungan dan pengaruhnya Dorji et al. [26] menyatakan bahwa stres
terhadap produktivitas. Salah satu perubahan kekeringan juga berdampak pada karakter
kondisi lingkungan yang terlihat jelas adalah fisiologi tanaman terkait fotosintesis dan
pergantian musim hujan dan musim kemarau transpirasi. Tanaman yang mengalami stres
selama proses pertumbuhan dan kekeringan menunjukkan penurunan petensial
perkembangan tanaman cabai Katokkon. air pada daun. Luas daun yang merupakan
Tanaman cabai katokkon yang ditanam di indikator laju fotosintesis mengalami
ketinggian 1.200 m dpl, tumbuh lebih cepat penurunan yang signifikan sebagai hasil dari
sebelum pergantian musim sehingga terhindar stres kekeringan [27], dan berdampak pada
dari stres perubahan kondisi lingkungan. Beda produktivitas buah. Namun, luas penampang
halnya dengan tanaman cabai katokkon yang daun yang kecil dapat menurunkan laju
ditanam di ketinggian 600 m dpl melewati transpirasi selama kondisi stres kekeringan.
perubahan kondisi lingkungan, sehingga Tanaman cabai katokkon yang merupakan
berdampak pada proses pertumbuhan dan tanaman perennial memiliki kemampuan
perkembangannya. adaptasi pada kondisi stres kekeringan. Rata-
Pergantian musim juga berpengaruh rata luas daun pada tanaman cabai katokkon
secara berkesinambungan dengan suhu, yang ditanam di ketinggian 600 m dpl lebih
intensitas cahaya matahari, kelembaban udara, kecil daripada yang ditanam di ketinggian
dan lain-lain. Kondisi lingkungan yang 1.200 m dpl. Luas daun yang kecil sebagai
ekstrim baik itu yang terjadi pada musim hasil dari toleransi stres kekeringan
kemarau maupun musim hujan, berpengaruh merupakan salah satu bentuk kemampuan
pada pertumbuhan dan perkembangan adaptasi tanaman cabai katokkon yang

Jurnal Biotropika | Vol. 5 No. 2 | 2017 50


ditanam di luar habitat aslinya. Hal ini sesuai 1.200 m dpl. Jumlah ruas/nodus pada tanaman
pada penelitian Phimchan et al. [28] yang cabai katokkon yang ditanam di dataran
membuktikan bahwa kultivar Capsicum rendah juga lebih banyak dibandingkan yang
chinense Jacq. di Thailand dengan luas daun ditanam di dataran tinggi. Perbedaan
kecil, ukuran buah kecil, dengan “perennial banyaknya buah per axil juga ditemukan, baik
habit” memiliki retensi air yang lebih baik. yang ditanam pada ketinggian tempat 600 m
Luas penampang daun juga merupakan satu dpl, maupun di ketinggian 1.200 m dpl.
ciri pembeda tanaman cabai katokkon yang Jumlah bunga menjadi buah per axil
ditanam di ketinggian 600 m dpl dan di bervariasi, ada yang bergerombol dengan
ketinggian 1.200 m dpl. Perlu dilakukan rata-rata jumlah buah 5-7 buah per axil, dan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui ada yang hanya terdiri atas 2 buah per axil
kemampuan adaptasi dan toleransi tanaman (Gambar 1). Jumlah buah Capsicum chinense
Katokkon pada kondisi lingkungan yang di habitat asalnya yaitu Yucatan (Guatemala),
berbeda. pada tiap-tiap aksilar rata-rata sebanyak 1-2
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat buah. Jumlah buah cabai katokkon per aksilar
disimpulkan bahwa cabai katokkon di habitat aslinya di Tana Toraja juga
berpotensi ekstensifikasi secara luas di bervariasi, terdiri atas dua buah/aksilar dan
Indonesia. Namun, jika ditinjau dari segi bergerombol banyak di setiap aksilar. Ferrara
ekonomis, budidaya tanaman cabai katokkon et al. [18] mengungkapkan bahwa variasi
di dataran tinggi lebih menguntungan jumlah buah diluar habitat aslinya merupakan
dibandingkan di dataran rendah. Selain dari hasil domestikasi, serta bibit dapat berasal dari
segi pertumbuhan dan perkembangan, perlu hasil hibrida dan pemuliaan. Selain itu
ditinjau dan dilakukan penelitian lebih lanjut didapatkan dua jenis bentuk buah yang
terkait level kepedasan dan kandungan cabai berbeda baik yang ditanam di ketinggian 600
katokkon yang ditanam di dataran rendah, m dpl maupun di ketinggian 1.200 m dpl yaitu
sedang, dan tinggi untuk menilai potensi bentuk meruncing pada ujung buah (ditandai
ekonomisnya. warna merah) dan rata pada ujung buah
(Gambar 2).
Karakter morfologi tanaman cabai
katokkon
Secara umum karakter morfologi
tanaman cabai katokkon yang ditanam di
ketinggian 600 m dpl dan di ketinggian 1.200
m dpl hampir sama. Batang bentuk
silindris berwarna hijau dengan
percabangan batang simpodial. Ujung daun
meruncing, warna daun hijau tua, letak daun
mendatar, susunan tulang daun menyirip, Gambar 1. Variasi jumlah buah per axil baik
duduk daun bersilang. Bunga majemuk, yang di ketinggian 600 m dpl dan
bentuk bunga terompet, warna bunga mekar 1.200 m dpl (A) Bergerombol banyak,
putih keunguan, warna mahkota bunga putih (B) Hanya terdiri dari dua buah
keunguan, warna benang sari kuning, jumlah
bunga per axil 10-15. Bentuk buah
menyerupai cabai paprika dengan ukuran yang
lebih mini, buah yang muda berwarna hijau,
dan yang sudah masak berwarna oranye
sebagian sampai merah seluruh bagian.
Perbedaan karakter morfologi tanaman
cabai katokkon yang ditanam di ketinggian
600 meter dan 1.200 meter di atas permukaan
laut (dpl) terletak pada jumlah ruas/nodus
Gambar 2. Variasi bentuk ujung buah baik yang
batang, luas daun, dan banyak buah per axil.
di ketinggian 600 m dpl dan 1.200 m
Luas penampang daun cabai katokkon yang dpl (A) ujung buah datar, (B) ujung
ditanam di ketinggian 600 m dpl lebih kecil buah ‘runcing’ (lingkar merah)
dibandingkan yang ditanam di ketinggian

Jurnal Biotropika | Vol. 5 No. 2 | 2017 51


KESIMPULAN (Lycopersicum annum). Pusat PVTPP.
Jakarta
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
[6] Badan Pusat Statistik Kota Batu. 2015.
1. Tinggi tanaman cabai katokkon yang
Kota Batu dalam angka 2015.
ditanam pada ketinggian 1.200 m dpl
[7] El-Tohamy, W.A., A.A. Ghoname and
lebih tinggi dibandingkan dengan yang
S.D. Abou-Hussein, 2006. Improvement
ditanam di ketinggian 600 m dpl. Rata-
of pepper growth and productivity in
rata tinggi untuk 1200 m dpl dan 600 m
sandy soil by different fertilization
dpl masing-masing adalah 119,3 cm dan
treatments under protected cultivation. J.
117,3 cm.
Applied Sci., 8-12.
2. Diamater batang utama tanaman cabai
[8] Marame, F., L. Desalegne, H. Singh.,
katokkon yang ditanam pada ketinggian
C. Fininsa and R. Sigvald, 2008.
1.200 m dpl lebih besar dibandingkan
Genetic components and heritability of
dengan yang ditanam di ketinggian 600 m
yield and yield related traits in hot
dpl. Rata-rata diameter batang untuk 1200
pepper. Res. J. Agric. Biol.Sci.: 803-809.
m dpl dan 600 m dpl masing-masing
[9] Prajnanta. 2007. Kiat sukses bertanam
adalah 1,94 cm dan 1,84 cm.
cabai di musim hujan. Penebar swadaya.
3. Tanaman cabai katokkon yang ditanam di
Cetakan ke XII. Jakarta 64h.
ketinggian 1.200 m dpl berbunga pada
[10] Egharevba, R.K.A and K.E. Law-
hari ke-80 dan berbuah pada hari ke-96,
Ogbomo, 2007. Comparative effects of
memasuki fase generatif lebih cepat
two Nitrogen sources on the growth and
dibandingkan penanaman di ketinggian
600 m dpl yaitu berbunga pada hari ke- productivity in sandy soil by different
176 dan berbuah pada hari ke-191. fertilization treatments under protected
4. 4. Produktivitas cabai katokkon juga cultivation. J. Applied Sci. Res., 8-12.
lebih tinggi pada penanaman di ketinggian [11] Kirana, R. dan E. Sofiari, 2007.
1.200 m dpl dibanding di ketinggian 600 Heterosis dan heterobeltiosis pada
m dpl. Rata- rata produksi cabai katokkon persilangan 5 genotip cabai dengan
di ketinggian 1.200 m dpl sebanyak 977,3 metode dialil. J.Hort. 17(2): 111‒117.
g (0,97 kg) dan 827,4 g (0,82 kg) di [12] Rodell, P., 1994. Anatomy of flowering
ketinggian 1.200 600 m dpl. plants an introduction to structure and
development. 2nd Ed., Cambridge
DAFTAR PUSTAKA University Press. Cambridge.
[13] Nkansah, G.O., P. Okyere, R. Coffie, and
[1] Djarwaningsih, T. 2005. Capsicum J. M. Voisard, 2007. Evaluation of four
spp. (cabai): asal, persebaran dan nilai exportable hybrid okra varieties in three
ekonomi. Biodiversitas. 6:292-296. different ecological zones of Ghana.
[2] Ortega, H. M, A.O. Navarro, M.D.H. Ghana J. Horticult., 6:25-31.
Cevallos, G.C. Alvarez, and H.N. [14] Amrullah, 2000. Tingkat kandungan
Mondrag´on, 2012. Antioxidant, klorofil daun dan kontribusinya serta
antinociceptive, and anti inflammatory pengaruh pemupukan NPKMg dan
effects of carotenoids extracted from dried pemberian metanol terhadap
pepper (Capsicum annuum L.). kandungan klorofil, pertumbuhan dan
J.Biomed.Biotech. 10, 1155. produktivitas tanaman cabai merah
[3] Setiawati, Y. 2005. Analisis varietas dan (Capsicum annuum L.). Program
polybag terhadap pertumbuhan serta hasil Pascasarjana IPB, Bogor.
cabai (Capsicum annuum L.) sistem [15] Gardner, F.P., R.B. Pearce, and R.L.
hidroponik. Buletin Penelitian No. 8. Mitchell, 1991. Physiology of crop
Tersedia online di: plants. IOWA University Press.
http://research.Mercubuana.ac.id. Diakses Diterjemahkan oleh Herawati Susilo dan
11 Desember 2014. Subiyanto. 1991. Fisiologi tanaman
[4] Warisno dan K. Dahana, 2010. Peluang budidaya. Universitas Indonesia Press.
usaha dan budidaya cabai. PT Gramedia Jakarta.
Pustaka Utama. Jakarta. [16] Marcellis, L.F.M., E. Heuvelink, L. R. B.
[5] Berita Resmi PVT. 2014. Pendaftaran Hofman-Eijer, J.D. Bakker and L.B. Xue,
varietas lokal cabai katokkon 2005. Flower and fruit abortion in sweet

Jurnal Biotropika | Vol. 5 No. 2 | 2017 52


pepper in relation to source and sink [23] Lakitan, B., 2011. Dasar-Dasar
strength. J. Exp. Bot., 55: 2261-2268. Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo
[17] Adeyanju, A.O. and M.F. Ishiyaku, 2007. Persada. Jakarta.
Genetic study of earliness in cowpea [24] Gonzalez-Dugo, V., F. Orgaz, and E.
(Vigna unguiculata L. Walp) under screen Fereres. 2007. Responses of pepper to
house condition. Int. J. Plant Breed. deficit irrigation for paprika production.
Genet., 1 :34-37. Sci. Hort. 114: 77-82.
[18] Ferrara, A., S. Lovelli, T.Tommaso and [25] VanToai, T.T., A.F. Beuerlein, S.K.
M. Perniola, 2011. Growth, flowering, Scjimit-thenner, and S.K. St. Martin,
and fruit setting in greenhouse bell 1994. Genetic variaability for flooding
pepper under water stress. J. Agron., tolerance in soybeans. Crop Sci. 34:
10:12-19. 1112 1115.
[19] Sana, M., A. Ali, M. A. Malik, M.F. [26] Dorji, K., M.H. Behboudian, and J.A.
Saleem and M. Rafiq, 2003. Zegbe Domınguez, 2005. Water relations,
Comparative yield potential and oil growth, yield, and fruit quality of hot
contents of different canola cultivars pepper underdeficit irrigation and partial
(Brassica napus L.). J. Agron., 2: 1-7. root zone drying. Sci. Hort. 104:137–
[20] Egesi, C. N., P. Ilona, F.O. Ogbe, M.O 149.
Akoroda and A. Dixon, 2007. Genetic [27] Ismail, M. R., W.J. Davies, and M.H.
variation and genotype x environment Awad. 2002. Leaf growth and stomatal
interaction for yield and other agronomic sensitivity to ABA in droughted pepper
trait in cassava in Nigeria. Agron. J., 99: plants. Sci. Hort. 96:313-327.
1137-1142. [28] Phimchan, P and T. Suchila, 2012. Impact
[21] Andoko, A. 2004. Budidaya cabai of drought stress on the accumulation of
merah secara vertikultur organik. capsaicinoids in Capsicum cultivars with
Cetakan I. Penebar swadaya. Jakarta. different initial capsaicinoid levels. Khon
[22] Linkemer, G., J.E. Board, and M.E. Kaen University, Khon Kaen 40.002,
Musgrave, 1998. Water logging effect on Thailand.
growth and yield component in late-
planted soybean. Crop Sci. (38):
1576 1584.

Jurnal Biotropika | Vol. 5 No. 2 | 2017 53

Anda mungkin juga menyukai