Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT


Prospek pengembangan budiday tnaman dan produksi tanaman obat makin
cerah dan amat starategis bagi kesejateraan manusia. Pendapat Negara-negara maju
tentang “Back to Nature” (Kembali ke alam) mengisyaratkan bahwa tanaman obat
makin penting peranannya dalam pola konsumsi makanan, minuman, dan obat-
obatan. Tidaklah mengherankan bila Negara-negara maju merupakan pengimpor
terbanyak tanaman obat Dunia.
Indonesia mempunyai potensi besar untuk mengembangkan budidaya dan
produksi tanaman obat. Hal ini berlatar belakang dari factor pendukung yang sangat
menguntungkan, diantaranya adalah ketersediaan potensi tanaman, keadaan tanah dan
iklim. Perkembangan industry obat-obatan modern dan tradisonal, industry makana
dan minuman.
Pengusahaan tanaman obat melibatkan berbagai pihak, terutama petani
pembudidaya, pedagang pengumpul, industry jamu dan obat modern. Oleh karena itu
pengmbangan budidaya tanaman obat secara intensif dan terpadu dapat memacu
pertumbuhan industry pedesaan, peningkatan pendapatan petani, perluasan lapangan
kerja, peningkatan devisa Negara dan kesehatan masyarakat.

B . POTENSI SOSIAL DAN EKONOMI TEMU LAWAK

Temu lawak secara hitoris mempunyai kegunaan tradisional dan social cukup
luas dikenal di kalangan masyarakat Indonesia, oleh karena itu, banyak kalangan
yangmempromosikan temu lawak sebagai tanaman khas Indonesia.
Selama ini upaya mendapatkan produksi temu lawak dilakukan dengan dua
cara. Pertama , adalah melalui pengumpulan pemburuan, penebangan tanaman yang
tumbuh secara liar di hutan-hutan, kebun, tegalan, pematang dan lain lain. Kedua,
melalui penanaman (Pembudidayaan) secara kecil-kecilan di tegalan, kebun dan
pekarangan. Bentuk kultur teknik demikian menyulitkan dalam upaya peningkatan
kuantitas dan kualitas produksi rimpang temu lawak, padahala potensi tanaman ini
dapat diandalkan sebagai salah satu produk komoditas ekspor.
Masalah atau kendala utama yang dihadapi dalam pembudidayaan tanaman
obat khususnya tanaman temu lawak adalah terbatasnya paket teknologi yang
dinajurkan untuk para petani, sekalipun paket teknologi tersebut sudah dihasilkan
para pakar (peneliti) namun belum sampai ketingkat petani, sehingga rata-rata
produksi yang diperoleh rendah dan pemasarannya tidak menentu.
Dilain pihak, pengembangan budidaya temu lawak selain merupakan upaya
pelestarian sumber dimana asal tanaman itu ditemukan. Perbaikan teknik budidaya
secara intensif dan penanganan pasca panen temu lawak yang memadai, diharapkan
berperan dalam menunjang pengembangan industry makanan, minuman, dan
kosmetika.
BAB II
BOTANI TANAMAN TEMU LAWAK

A. MORFOLOGI TANAMAN TEMU LAWAK


Temu lawak termasuk tanaman tahunan yang tumbuh merumpun. Tanaman
ini berbatang semu dan tingginya mencapai 2-2.5 meter. Tiap rumpun tanaman
terdiri atas beberapa tanaman ( anakan) dan tiap tanaman memiliki 2-9 helai daun.
Daun Tanaman temu lawak bentuknya panjang dan agak lebar terdapat garis hitam
pada permukan dan tulang daun. Panjang daun sekitar 50-55 cm, lebarnya -+ 18
cm, dan tiap helai daun melekat pada tangkai daun yang posisinya saling menutupi
secara teratur. Jumlah anakan perumpun antara 3-9 anakan. Tanaman temu lawak
dapat berbunga terus-menerus sepanjang tahun secara bergantian yang keluar dari
rimpangnya. Warna bunga umumnya kuning dengan kelopak bunga kuning tua,
serta pangkal bunganya berwarna ungu. Panjang tangkai bunga -+ 3 cm dan
rangkaian bunga mencapai 1,5 cm, dalam satu ketiak terdapat 3-4 bunga.
Rimpang induk temu lawak bentuknya bulat seperti telur, sedangkan
rimpang cabang terdapat pada bagian samping yang bentuknya memanjang, tiap
tanaman memiliki rimpang cabang antara 3-4 buah. Warna kulit rimpang sewaktu
masih muda maupun tua adalah kuning kecoklatan,cita rasanya pahit, berbau tajam,
serta keharumannya sedang. Rimpang terbentuk dalam tanah pada kedalaman -+ 16
cm. Tiap rumpun tanaman temu lawak umumnya memiliki enam buah rimpang tua
dan lima buah rimpang muda.
Sistem perakaran tanaman temu lawak termasuk akar serabut. Akar-akarnya
melekat dan keluar dari rimpang induk. Panjang akar sekitar 25 cm dan letaknya
tidak beraturan.

B. KANDUNGAN ZAT DALAM RIMPANG


Zat yang terdapat pada rimpang temu lawak, terdiri atas pati, abu, serat dan
minyak atsiri. Rimpang yang dihasilkan dari dataran tinggi lebih banyak kandungan
minyak astirinya dibandingkan dengan rimpang dari dataran rendah. Kelebihan
rimpang yang dihasilkan dari daratan rendah antara lain kandungan patinya lebih
tinggi.
Komponen utama kandungan zat yang terdapat dalam rimpang temu lawak
adalah zat kuning yang disebut Kurkumin dan juga protein, pati, serta zat-zat
minyak astiri. Berkat kandungan minyak astiri dan kurkumin yang merupakan
penyebab berkhasiatnya temu lawak.
Pemakaina rimpang temu lawak sebagai obat cukup banyak dan beragam , dan
berbagai macam penyakit, diantaranya adalah obat sakit gangguan hati, demam,
sakit kuning, pegal-pegal, sembelit, obat kuat, perangasang air susu, dan peluruh
haid.
BAB III
TATALAKSANA BUDIDAYA TEMU LAWAK

A. SYARAT TUMBUH
1. Syarat Iklim
Lingungan tumbuh alami tanaman temu lawak umumnya merupakan
tumbuhan liar di tempat-tempat yang terlindung seperti bawah pohon
,naungan hutan jati, tanah tegalan, padang alang-alang dan hutan belantara
lainya, temu lawak mempunyai daya adapatsi yang luas didaerah yang
beriklim panas.
Temu lawak dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah
sampai pegunungan, yakni mulai dari 5-1.200 dari permukaan laut(dpl).
Hasil penelitian dari Balai penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro)
menunjukan bahwa pembudidayaan temu lawak di dataran rendah pada
ketinggian 240 dpl menghasilkan rimpang yang kandungan patinya lebih
tinggi dibandingkan dengan dataran tinggi, sebaliknnya, pembudidayaan di
dataran tinggi menghasilkan rimpang yang kadar minyak astiri lebih tinggi.
Kondisi iklim yang optimum untuk pengembangan budidaya temu lawak
adalah daerah dataran rendah sampai ketinggian 750 dpl,suhu udaranya
antara 19-30 C , curah hujan tahunan 1.000-4.000 mm.
2. Syarat Tanah
Temu lawak dapat tumbuh pada berbagai tipe atau jenis tanah. Secara alami
tanaman ini dapat tumbuh pada tanah ringan berkapur, agak berpasir , sampai liat
keras. Untuk menghasilakan produksi rimpang yang maksimal temu lawak
membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organic,
tidak mudah becek dan menggenang dan pengairannya teratur.
Jenis tanah yang paling ideal untuk menanam temu lawak adalah liat
berpasir. Meskipun demikian , tanah-tanah bertekstur liat dapat dipilih untuk
lokasi kebun temu lawak, asalkan didukung oleh tingkat pengololaan yang baik,
terutama penambahan pasir dan pemberian pupuk organic.

B. PENYIAPAN BAHAN TANAMAN


Tanaman temu lawak diperbanyak secara vegetative dengan rimpang-
rimpangnya. Bahan tanaman yang akan dijadikan bibit ada dua macam, yaitu
rimpang induk dan rimpang anak. Untuk lahankebun seluas 1 hektar memerlukan
bibit asal rimpang induk sebanyak 1.500- 2.000 kg, sedangkan bibit rimpang anak
antara 500-700 kg.
Tatacara penyiapan bahan tanaman (bibit) temu lawak adalah sebagai
berikut :
1. Bibit Rimpang Induk
- Tentukan rumpun temu lawak yang sudah berumur tua, 10-12 bulan dan
pertumbuhannya subur serta sehat.
- Bongkar rumpun induk tadi, kemudian bersihkan dari akar-akar dan tanah yang
masih menempel.
- Pisah-pisahkan antara rimpang induk dengan rimpang cabang cabang secra
tersendiri, yaitu antara kumpulan rimpang dan kumpulan rimpang cabang.
- Rimpang induk dibelah menjadi empat bagian dengan pisau tajam, tiap bagian
diusahakan mempunyai 2-3 mata tunas.
- Rimpang induk yang dibelah tadi segera dijemur 3-4 jam perhari selama 4-6
hari secara berturut-turut, tujuan penjemuran ini adalah untuk mengurangi
kadar air dalam rimpang sekaligus meransang keluarnya tunas-tunas baru.
Setelah melaluiproses penjemuran, rimpang induk ini dapat langsung ditanam
di kebun.
- Cara lain untuk mempercepat keluarnya tunas-tunas baru adalah menyimpan
rimpang induk dalam satu wadah misalnya, tampah yang dialasi jerami atau
alang-alang, kemudian dibagian atasnya ditutupi lagi dengan jerami. Setelah 1-
2 bulan biasanya sudah keluar tunas-tunas baru sepanjang 2-3 cm. Bibit
rimpang induk ini belah-belah menjadi 3-4 bagian, serta setiap pecahan
mengandung 2-3 mata tunas. Bibit yang sudah bertunas dipilih atau diseleksi
yang baik saja, untuk segera dipindahkan atau ditanam di kebun.
Tujuan Penunasan bahan tanaman (bibit) antara lain untuk mendapatkan
bibit yang berkualitas baik dan pertumbuhannya akan seragam

C. PENYIAPAN LAHAN
Lokasi untuk kebun temu lawak dapat dipilih dilahan-lahan perkebunan,
tegalan maupun di lahan pekarangan. Penyiapan lahan harus dilakukan secara
sempurna, yakni dicangkul atau dibajak sedalam -+ 30 cm hingga struktur tanah
menjadi gembur.
Pengolahan tanah berikutnya adalah membuat bedengan-bedengan selebar
120-200 cm, tinggi 30 cm, dan jarak antar bedengan 30-40 cm. Dapatpula
dipersiapkan dalam bentuk petakan-petakan yang hamparannya agak luas, asalkan
disekelilingnya dilengkapi dengan parit-parit pembuangan dan pemasukan air,
terutama untuk menghadapi musim hujan.
Diatas bedengan ataupun petakan dibuatkan lubang tanam untuk penanaman
bibit temu lawak. Jarak antar lubang ataupun kedalam lubang diatur masing-masing
60 cm, sehingga kelak jarak tanamannya adalah 60x60 cm. Ukuran lubang tanam
dibuat 30x60x60 cm, dan tiap lubang diberi pupuk kandang yang sudah matang
sebanyak 1-2 kg, sehingga dosis perhektarnya antara 20-25 ton.
Penyiapan lahan untuk kebun temu lawak sebaiknya dilakukan 30 hari sebelum
tanam, agar kondisi tanahnya sudah matang benar.

D. PENANAMAN
Waktu tanam yang baik adalah pada awal musim hujan. Meskipun demikian
dapat saja dilakukan setiap saat, asal pengairannya memadai, karena pada fase awal
pertumbuhan tanaman temu lawak memerlukan ketersediaan air yang mencukupi.
Cara penanaman bibit temu lawak adalah meletakkan (memasukkan) bibit
pilihan pada lubang yang tersedia. Tiap lubang ditanami satu bibit temu lawak pada
posisi mata tunasnya menghadap keatas, kemudian ditimbun dengan tanah sedalam
7-10 cm.
Lahan kebun temu lawak seluas 1 hektar yang menggunakan jarak 60x60
cm, secara monokultur terdapat jumlah populasi sebanyak -+ 20.000-25.000
tanaman. Jumlah populasi ini tergantung dari kondisi tofografi tanah, dan luas ahan
yang efektif dapat ditanami temu lawak. Bersamaan dengan tanam, juga diberikan
pupuk dasar berupa TSP sebanyak 100 kg/ha. Cara pemupukannya adalah disebar
secara merata dalam larikan dangkal dinatara barisan tanaman atau dimasukan
kelubang tempat pupuk sejauh -+ 10 cm dari letak bibit, kemudian segera ditutup
dan langsung disiram

E. PEMELIHARAAN TANAMAN

Tanaman temu lawak tidak menuntut pemeliharaan yang khusus, namun


untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi yang baik dapat dipacu dengan
perawatan secara intensif. Kegiatan pokok pemeliharaan tanaman temu lawak
adalah sebagai berikut :
1. Pengairan
- Pase awal pertumbuhan, bibit maupun tanaman muda temu lawak memerlukan
ketersediaan air yang cukup
- Pengairan berikutnya tergantung dari kondisi tanah dan iklim (cuaca)
- Cara pengairannya adalah disiram dengan gembor atau selang.
2. Penyiangan
- Rumput-rumput liar (gulma) yang dapat menjadi pesaing bagi tanaman temu
lawak perlu dibersihkan atau disiangi.
- Waktu penyiangan sebaiknya bersamaan dengan kegiatan pemupukan, yaitu
pada waktu tanaman berumur dua dan empat bulan setelah tanam.
- Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut rumput atau membersihkan
dengan alat bantu koret atau cangkul secara hati-hati agar tidak merusak
perakaran atau rimpang temu lawak.
3. Pemupukan Susulan
- Selama musim tanam, temu lawak dapat dipupuk dengan pupuk susulan antara
dua sampai tiga kali, sebagai pedoman minimal dilakukan 2 kali, dengan
rincian sebagai berikut :
Pada waktu tanaman berumur 2 bulan setelah tanam dipupuk dengan pupuk
kandang sebanyak 0,5 kg/tanaman atau dosisnya sekitar 10-12.5 ton/ha, ditambah
pupuk urea -+95 kg/ha dan KCL -+85 kg/ha. Pupuk susulan berikutnya pada waktu
tanaman berumur 4 bulan setelah tanam dengan pupuk urea dan KCL masing-
masing 40 kg/ha.

4. Pemulsaan
- Seawal mungkin pertanaman temu lawak dapat dilakukan pemulsaan dengan
jerami padi setebal 3-5 cm menutupi permukaan tanah. Mulsa ini berfungsi
ganda untuk menekan pertumbuhan gulma dan mempertahankan kelembaban
tanah. Pada skala peneitian mulsa jerami dapat meningkatkan produksi
rimpang jerami.
- Cara pemasangan mulsa jerami relative gampang dan praktis, yaitu dengan
cara dihamparkan merata menutup permukaan tanah.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Selama ini belum ada laporan tentang serangan hama dan penyakit yang
sifatnya dapat mengagalkan panen, meskipun demikian, hama-hama potensial yang
dapat menyerang temu lawak antara lain, ulat daun, ulat jengkal, ulat tanah dan
lalat rimpang.
Apabila serangan hama tersebut cukup membahayakan pertanaman, maka
harus dilakukan penyemprotan dengan insektisida yang efektif.
Penyakit yang sering ditemukan menyerang tanaman temu lawak adalah
cendawan atau jamur serta bakteri, ketiga jenis penyakit tersebut menyerang pada
rimpang, baik sewaktu masih dikebun ataupun setelah panen.
Gejala serangan penyakit ini adalah mula-mula daun bawah menguning,
kemudian menjadi layu, pucuk tanaman mongering dan tanaman akhirnya mati.
Akar rimpang yang diserang menjadi keriput dan berwarna agak gelap dan
membusuk.
Upaya pengendalian busuk rimpang oleh cendawan (Jamur) antara lain
menggunakan bibit yang benar-benar sehat, perbaikan drainase tanah, mencabut
tanaman yang sakit, agar tidak menular kepada tanaman lainya, melakukan
pergiliran tanaman yang bukan sesjenis. Jika dianggap perlu dapat dilakukan
penyemprotan dengan fungisida yang efektif
BAB IV
PANEN DAN PASCA PANEN TEMU LAWAK

A. PANEN (PEMUNGUTAN HASIL)


Produksi utama dari temu lawak adallah rimpang-rimpangnya. Tanaman ini
dapat dipanen rimpangnya setelah berumur antara 9-10 bulan setelah tanam.
Ciri-ciri umum tanaman temu lawak siap panen adalah daun-daun dan bagian
tanaman menguning atau mongering, dan bila membongkar beberapa rumpun
contoh telah Nampak rimpangnya berukuran besar-besar serta berwarna kuning
kecoklatan.
Cara pengambilan rimpang relative gampang dan praktis, yaitu cukup dengan
menggali rumpun tanaman beserta akar-akarnya. Pada pertanaman yang baik dan
pemeliharaan secara intensif dapat menghasilkan rimpang segar 10-20 ton/ha.

B. PENANGANAN PASCA PANEN

Setelah panen, rimpang-rimpang temu lawak dikumpulkan di suatu tempat


yang strategis dan teduh. Di tempat penampungan sementara ini, rimpang temu
lawak dibersihkan dari akar-akar serta tanah yang masih menempel pada semua
batangnya. Agar mendapatakan rimpang yang berkualitas untuk sasaran pasar
ekspor, penanganan pascsa panen berikutnya adalah sebagai berikut :
1. Pembersihan (Pencucian)
Rimpang temu lawak dicuci bersih dengan air mengalir ataupun dismprotkan,
sehingga bersih dari kotoran atau tanah yang menempel.
2. Pengirisan
Rimpang temu lawak yang telah bersih segera ditiriskan untuk melakukan
pengirisan. Rimpang tadi diiris-iris arah melintang setebal 7-8 mm dengan pisau
yang tajam atau mesin pengiris.
3. Pemanasan
Irisan-irisan rimpang temu lawak didihkan (dipanaskan) dalam larutan Natrium
Karbonat selama 15 menit. Tujuan pemanasan adalah untuk mematikan enzim,
menghilangkan udara,serta mempertahankan warna alami dari irisan rimpang temu
lawak.
4. Pengeringan
- Pengeringan irisan rimpang temu lawak dapat dilakukan dengan 2 cara,
yaitu dijemur dibawah sinar matahari dan dipanaskan dalam alat pengering
listrik.
- Tata cara pengeringan irisan rimpang temu lawak dibawah sinar matahari
adalah dihamparkan pada tikar atau anyaman bambu secara merata
kemudian dijemur selama 10-15 hari hingga kering dan tebal irisan 5-6 mm.
Bila mengunakan alat pengering listrik diatur kisaran 50-60 C agar
pengeringannya berlangsung selama 7 jam.
- Hasil pengeringan ini akan diperoleh irisan rimpang kering yang warnanya
jingga. Kadar air irisan rimpang basah menjadi rimpang kering mencapai
10% pada rimpang cabang, atau 15% untuk rimpang induk.

5. Pengemasan
- Irisan rimpang kering dikemas dalam peti atau wadah yang kapasitasnya
rata-rata 20 kg/peti.
- Produksi akhir rimpang temu lawak dalam bentuk irisan rimpang kering
siap dipasarkan (ekspor).
- Persyaratan kualitas mutu rimpang temu lawak untuk ekspor meliputi :
warna. Aroma, rasa, kelembaban, kadar abu pati, dan minyak atsiri yang
tinggi.

Anda mungkin juga menyukai