Anda di halaman 1dari 18

1

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman cabai merupakan salah satu jenis sayuran yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi. Selain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari,
cabai juga banyak digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan farmasi. Hal
tersebut menyebabkan komoditas ini memiliki potensi pemasaran, baik tujuan
domestik maupun ekspor. Cabai mengandung senyawa kimia yang dinamakan
capsaicin. Selain itu, cabai juga mengandung semacam minyak atsiri, yaitu
capsicol (Setiadi, 2012).
Selain sebagai bumbu masak, buah cabai juga digunakan sebagai bahan
campuran industri makanan dan untuk peternakan. Cabai atau lombok termasuk
dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan merupakan tanaman yang mudah
ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabai banyak
mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung kapsidiol, yang
menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan bila digunakan untuk
rempah-rempah (bumbu dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa
dipakai untuk kebutuhan sehari-hari. Hingga kini telah dikenal lebih dari 12 jenis
cabai. Namun demikian, yang paling banyak dibududayakan oleh petani hanya
beberapa saja, yakni : cabai rawit, cabai merah, paprika, dan cabai hias. Cabai
rawit terdiri dari cabai rawit putih, cabai rawit jengki, dan cabai rawit jemprit.
Sektor pertanian dan agribisnis merupakan dua hal berbeda. Sektor pertanian
seringkali diartikan sebagai aktivitas produksi usahatani (production operation on
the farm) semata. Agribisnis memiliki pengertian yang lebih luas dari pada sektor
pertanian, karena ia tidak sekedar mencakup aktivitas produksi usahatani, tetapi
juga aspek hulu (pengadaan bahan baku) dan hilirnya (pengolahan dan
pemasaran). Dengan demikian, pengembangan agribisnis memiliki cakupan yang
lebih luas dibandingkan dengan sektor pertanian. Sektor pertanian memiliki peran
penting dalam pembangunan suatu negara. Jika suatu negara khususnya negara
berkembang menghendaki pembangunan yang lancar dan berkesinambungan,
maka negara tersebut harus memulainya dari daerah pedesaan pada umumnya dan
sektor pertanian pada khususnya (Nazaruddin. 2015).
2

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang
akan dibahas adalah:
1. Bagaimana cara meningkatkan produksi cabai di Kalimantan Tengah
2. Apa tantangan, potensi dan strategi pengembangan Cabai di Kalimantan
Tengah

1.3. Tujuan Penulisan


Dari permasalahan di atas Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui Gambaran Umum Produksi dan Usaha peningkatan Produksi
Cabai (Capsicum annum L.) di Kalimantan Tengah.
2. Tantangan atau hambatan pengembangan Cabai di Kalimantan Tengah
3. Potensi pengembangan Cabai di Kalimantan Tengah
4. Strategi pengembangan Cabai di Kalimantan Tengah

1.4. Manfaat Penulisan


Dari Karya Tulis Ilmiah ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Pemerintah, sebagai bahan evaluasi untuk dapat melihat bagaimana
peningkatan produksi cabai di Kalimantan Tengah.
2. Petani, sebagai bahan referensi dan evaluasi dalam meningkatkan hasil
produksi dan menggunakan teknis budidaya yang telah dianjurkan oleh
penyuluh dan instansi terkait yang terlibat dalam pengembangan tanaman
cabai untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal.
3. Akademisi, sebagai bahan tambahan referensi bagi peneliti lebih lanjut
mengenai strategi dan penerapan kebijakan peningkatan produksi cabai di
Kalimantan Tengah.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Produksi Cabai di Kalimantan Tengah


2.1.1. Taksonomi dan Sejarah Tanaman Cabai
Taksonomi adalah cabang biologi yg menelaah penamaan, perincian, dan
pengelompokan makhluk hidup berdasarkan persamaan dan pembedaan sifatnya.
Cabai atau yang biasa kita kenal disebut lombok  adalah sejenis sayuran buah
semusim yang termasuk dalam anggota genus Capsicum yang banyak diperlukan
oleh masyarakat sebagai penyedap rasa masakan. Cabai (Capsicum annuum L.)
merupakan komoditas sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat. Ciri dari
jenis sayuran ini adalah rasanya yang pedas dan aromanya yang khas, sehingga
bagi orang-orang tertentu dapat membangkitkan selera makan. Karena merupakan
sayuran yang dikonsumsi setiap saat, maka cabai akan terus dibutuhkan dengan
jumlah yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk
dan perekonomian nasional. Tanaman Cabai dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum

Cabai (Capsicum annum L.) merupakan tanaman perdu dari famili terong-
terongan yang dikenal sejak dulu sebagai bumbu masakan. Awalnya tanaman
cabai merupakan tanaman liar di hutan-hutan. Beberapa referensi menyebutkan
bahwa cabai berasal dari amerika selatan, tepatnya di bolivia. Dari sana tanaman
cabai menyebar hingga ke Amerika Tengah dan akhirnya ke seluruh dunia.
Menurut sejarah, masyarakat yang pertama kali memanfaatkan dan
mmebudidayakan tanaman cabai adalah suku inca (Amerika selatan), suku Maya
(Amerika Tengah) dan suku Aztek (Meksiko) pada sekitar 2.500 SM. Pada masa
itu mereka memanfaatkan cabai sebagai bumbu masakan. Orang yang pertama
kali berjasa dalam penyebaran tanaman cabai adalah Christophorus Columbus
(1451-1506), seorang pelaut dari italia yang pernah berlayar dan mendarat di
4

pegunungan  Guanahani, yang kemudian dia namakan Pantai Salvador di


kepulauan Bahama. Di laut karibia pada tanggal 12 oktober 1492, Columbus
menemukan penduduk asli di daerah tersebut memanfaatkan cabai sebagai bumbu
masakan. Ia kemudian membawa pulang biji-biji cabai ke negaranya untuk
dikembangbiakan. Cabai yang dibawa Columbus ke spanyol adalah jenis cabai
merah (Capsicum annum L.). Tanaman cabai pertama kali masuk ke indonesia
karena dibawa oleh pelaut portugis. Ferdinand Magelhaens (1480-1521) yang
melakukan pelayaran atas prakarsa Spanyol. Pada tahun 1519, Magelhaens
mendarat di pulau Maluku. Dalam pelayarannya melalui samudera Atlantik
menuju lautan teduh, ia melewati sebuah selat yang selanjutnya disebut selat
Magelhaens (Lakitan, B. 2010).

2.1.2. Benih Cabai


Benih Cabai merupakan tanaman hortikultura sayur–sayuran buah
semusim untuk rempah-rempah yang diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat
sebagai penyedap masakan dan penghangat badan. Kebutuhan terhadap mata
dagangan ini semakin meningkat sejalan dengan makin bervariasinya jenis dan
menu makanan yang memanfaatkan produk ini. Selain itu, cabai rawit sebagai
rempah-rempah merupakan salah satu mata dagangan yang dapat mendatangkan
keuntungan bagi petani dan pengusaha. Karena selain dalam rangka untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri juga termasuk mata dagangan yang
mempunyai peluang pemasaran ekspor non migas yang sangat baik. Keberhasilan
produksi cabai rawit sangat dipengaruhi oleh dan ditentukan oleh kualitas benih
yang digunakan. Sifat unggul tersebut dicerminkan dari tingginya produksi.
Ketahanan terhadap hama dan penyakit serta tingkat adaptasi tinggi terhadap
perubahan iklim. Musim tanam di daratan tinggi dilakukan antara bulan April –
Mei untuk periode tanam pertama dan antara bulan September – Oktober untuk
periode tanam ke dua. Tanah yang baik untuk pertanaman cabai yaitu lahan yang
tanahnya berstruktur remah atau gembur, subur dan kaya akan bahan organik, pH
tanah antara 6.0 dan 7,0. Oleh karena itu pengolahan tanah yang baik dengan
menggunakan traktor atau menggunakan cangkul, harus mencapai kedalaman olah
Aspek Produksi. (Allard. 2012).
5

2.1.3. Teknik Budidaya Tanaman Cabai


Dalam budidaya cabai adalah pemilihan benih dan pembibitan, kriteria
benih yang baik digunakan sebagai bibit adalah benih berasal dari pohon yang
sehat dalam artian, tanaman induk yang akan diambil buahnya sebagai bibit tidak
terserang hama dan penyakit. Selain itu benih yang dipakai harus benih yang
bernas atau berisi serta ukuran benihnya beragam. Kebutuhan benih setiap hektar
adalah sekitar 150–300 gram dengan daya tumbuh lebih dari 90 gram.
Usaha bercocok tanam cabai masih sangat menguntungkan bagi
masyarakat Indonesia. Kebutuhan masyarakat Indonesia akan cabai tercatat pada
kisaran 3kg/kapita/tahun. Apabila jumlah penduduk Indonesia sebanyak 250 juta,
berarti per tahunnya dibutuhkan sebanyak 750.000 ton. Pada tahun 2009 produksi
cabai di Indonesia mencapai 7,04 ton, sedangkan pada tahun 2010 produksi cabai
di Indonesia mencapai 3,83 ton. Salah satu kendala menurunnya produksi cabai
adalah adanya gangguan penyakit yang dapat menyerang sejak tanaman
disemaikan sampai tanaman dipanen. Gangguan penyakit pada tanaman cabai
sangat kompleks, baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Bahkan dapat
menyebabkan kerugian yang cukup besar (Elvina, 2013).
Berikut ini merupakan tahap-tahap pembudidayaan tanaman cabai
(Capsicum annuum L.)
A. Penyemaian
Menyiapkan media semai berupa tanah dan pupuk kandang dengan
perbandingan 1:1. Dengan ketinggian media semai sekitar 20 cm dan panjang 1m.
Sebaiknya pada persemaian diberi naungan berupa alang alang atau daun lain agar
bibit yang masih muda tidak terkena sinar matahari secara langsung. Selanjutnya
benih disebar pada media semai yang sudah dibuat secara merata kemudian
ditutup dengan tanah tipis. Agar benih cepat tumbuh perlu dilakukan penyiraman
(Pracaya, 1993).

B. Penyiapan Lahan
Tanaman cabai mudah tumbuh hampir pada seluruh lahan pertanian yang
tanaman lain dapat hidup. Namun agar tanaman dapat tumbuh dengan subur dan
menghasilkan buah yang baik, perlu dicari lahan yang subur untuk melakukan
budidaya. Keriteria tanah yang bagus untuk budidaya cabai adalah gembur, kaya
6

bahan organik, tidak berair atau becek,dan memiliki ph sekitar 5–6,8. Tanah pada
lahan yang akan ditanami dibersihkan dari rumput kemudian digemburkan bisa
dengan cara dicangkul atau dibajak dengan traktor. Ssetelah tanah digemburkan
selanjutnya dibuat bedengan dengan arah dari timur kebarat agar seluruh tanaman
nantinya mendapat sinar matahari secara merata. Ukuran bedengsan biasanya
dibuat dengan lebar sekitar 100–150 cm dan panjangnya disesuaikan dengan
kondisi lahan setempat (Pracaya, 1993).

C. Pemasangan Mulsa
Setelah terbentuk bedengan, selanjutnya dipasang mulsa hitam perak
pengan posisi warna perak diatas agar dapat memantulkan sinar matahari sehingga
hama yang bersembunyi dibawah daun akan pergi. Sebaiknya pemasangan mulsa
dilakukan pada siang hari pada saat matahari terik agar mulsa tidak mudah sobek
ketika ditarik. Cara pemasanganya adalah dengan cara menarik kedua ujung
memanjang di atas bedengan, lalu pasang pasak dari bambu berbentuk u pada sisi
kanan dan kiri bedengan. Jika mulsa sudah terpasang, Lubangi mulsa yang telah
terpasang dengan menggunakan potongan kaleng yang tajam dengan cara ditekan,
kemudian buat lubang tanam pada mulsa yang sudah dilubangi. Jarak pembuatan
lubang tam adalah 60x70 atau 70x70 cm (Pracaya, 1993).

D. Penanaman
Penanaman bibit tanaman cabai sebaiknya dilakukan pada sore atau pagi
hari. Karena jika dilakukan pada siang hari, tanaman akan layu karena bibit masih
lemah dan perlu penyesuaian dengan suhu panas secara bertahap. Bibit yang
ditanam sebaiknya bibit yang telah berumur 17–23 hari atau telah memiliki
jumlah daun sebanyak 2–4 helai. Cara penanamanya adalah dengan mengambil
bibit dari tempat persemaia, pengambilan bibit dilakukan secara hati hati. Dengan
mencongkel media semai menggunakan solel agar akar tanaman muda tidak
rusak, pada waktu menanam usahakan akar tunggang tanaman jangan sampai
patah ataupun membengkok. Pada bedengan yang akan ditanami dibuat lubang
tanam sesuai dengan panjang akar tanaman, kemudian beri pupuk dasar dan tanam
tanaman pada lubang tersebut. Setelah ditanam, Sebaiknya tanaman segera
duisiram dan diberi penutup seperti pelepah pisang atau daun daun lainya untuk
mencegah layu yang dapat menyebabkan tanaman mati (Pracaya, 1993).
7

E. Pemeliharaan
Pada fase awal pertumbuhan atau tanaman masih dalam tahap penyesuaia
diri dengan lingkungan baru. Penyiraman tanaman perlu dilakukan secara rutin
setiap hari, terutama pada musim kemarau. Setelah tanaman tumbuh kuat serta
perakaranya dalam , tanaman cukup disiram tiga hari sekali. Bila terdapat banyak
gulma perlu dilakukan penyiangan, agar tidak menjadi pesaing bagi tanaman
kelamaan tanaman akan menjadi kurus dan kerdil. Salah satu penyebab gagal
panen atau penurunan hasil panen adalah adanya serangan hama dan
penyakit,salah satu penyakit yang sering menyebabkan cabai rontok adalah
penyakit busuk buah. Untuk itu perlu dilakukan pengendalian, pengendalian yang
banyak dilakukan adalah dengan penyemprotan menggunakan pestisida. Agar
tanaman dapat tumbuh dengan maksimal dan dapat menghasilkan, perlu dilakukan
pembuangan tunas air, pembuangan tunas air bertujuan untuk mengurangi
pertummbuhan vegetatif agar tanaman tidak terlalu rimbun, serta menghambat
pertumbuhan tinggi tanaman agar mempermudah dalam perawatan serta
pemanenan. Pembuangan tunas air juga bertujuan untuk mengurangi kelembaban
disekitar tanaman , dengan demikian pertumbuhan cendawan akanberkurang serta
meningkatkan pertumbuhan generatif (Pracaya, 1993).

F. Pemupukan
Agar tanaman cabai dapat tumbuh dengan subur dan menghasilkan buah
yang berkualitas pelu dilakukan pemupukan Pada waktu yang tepat serta, serta
dengan dosis yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemupukan yang baik
sesuai dengan jenis pupuknya. Karena pupuk merupakan nutrisi yang sangat
penting dalam pertumbuhan tanaman. Pemupukan pertama dilakukan ketika
tanaman berusia satu minggu pertama, yaitu dengan pupuk kandang yang ditaruh
pada lubang tanam dengan dosis 1ton per hektar atau dapat juga dengan cara
ditugal pada samping tanaman. Pemupukan ketiga dilakukan pada saat tanaman
berusia sekitar tiga bulan, cara pemupukanya adalah dengan mencampurkan
pupuk NPK, KNO putih, urea serta TSP. Dengan perbandingan 4:1:1:1:1,
sehingga total semua 8kg kemudian dilarutkan dengan air sebanyak 250 liter
kemudian dikocorkan pada perakaran tanaman cabai dengan dosis 250 ml per
tanaman. Untuk pemupukan tanaman setelah 3 bulan lebih. Dapat menggunakan
8

pupiuk campuran yang sama pada pemupukan saat tanaman berumur 1 bulan,
hanya saja jumlah dosisnya yang ditambah 2:3:8:2, dan dilarutkan dengan air
sebanyak 250 liter kemudian disiramkan pada perakaran tanaman dengan dosis
250 ml per tanaman, pemiupukan ini daopat dilakukan setiap dua minggu sekali
(Pracaya, 1993).

G. Panen
Jika tanaman dirawat dengan baik biasanya sudah dapat dipanen pada usia
4 bulan, pemanenan dapat dilakukan sebanyak 2 kali seminggu. kriteria buah yang
sudah siap panen adalah buah yang bener bener tua. biasanya ditandai dengan biji
yang padat, berisi dan apabila ditekan buahnya keras, buahnya berwarna hijau tua
atau hijau kemerah merahan. Biasanya pemanenean oleh petani dimajukan atau
diundur beberapa hari tergantung waktu harga yang sedang tinggi. Memanenanya
dilakukan dengan cara memetik tangkai buah secara hati hati agar percabangan
dan calon bunga tidak patah atau rusak. Panen dapat dilakukan sampai tanaman
berumur 2–3 tahun dengan jumlah panen sampai 96 kali. Pada umumnya sawat
panen pertama hanya menghasilkan cabai sedikit kemudian pada panen berikutnya
bertambah terus sampai mencapai puncaknya dan selanjutnya akan semaki
berkurang hingga akhirnya tanaman mati (Pracaya, 1993).

2.2. Usaha Peningkatan Produksi Cabai di Kalimantan Tengah


Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah mendorong seluruh pemerintah
kabupaten dan kota mulai mengembangkan komoditas pertanian dan
perkebunannya yang potensial. Untuk itu, pemerintah provinsi bersama kabupaten
dan kota harus bersinergi, meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM)
yang dimiliki untuk bisa mewujudkannya. Kualitas SDM yang dimiliki sangatlah
penting dan turut menentukan bisa atau tidaknya hal itu terwujud. Dengan
demikian, bantuan yang diberikan oleh pemerintah daerah, diharapkan tidak hanya
berfokus kepada bantuan bibit dan peralatan, namun juga peningkatan
pengetahuan maupun kemampuan masyarakat. Habib menjelaskan salah satu
wilayah di Kalimantan Tengah yang juga cukup potensial untuk dikembangkan,
agar bisa menjadi lumbung pangan pertanian maupun perkebunan, yakni
Lamandau. Salah satu kabupaten pemekaran yang ada di Kalteng itu, memiliki
cakupan tanah luas dan subur. Terkait dengan hal itu, Bupati Lamandau Hendra
9

Lesmana telah memberikan penjelasan kepada dirinya bahwa saat ini mereka
mulai melakukan pengembangan komoditas lain. Salah satunya adalah kopi, yakni
di Desa Kahingai, Kecamatan Belantikan Raya dengan penyediaan lahan sekitar
500 ha (Antara, 2019).
Hal itu senada dengan yang pernah disampaikan Menteri Pertanian Andi
Arman Sulaiman, yakni pihaknya menyiapkan Kalteng sebagai salah satu
lumbung perkebunan maupun produk hortikultura bagi Indonesia, guna
memperkuat ekspor yang selama ini didominasi oleh komoditas dari dua sektor
tersebut. Sebagai salah satu upaya mewujudkannya, pihaknya telah melakukan
peluncuran program benih bermutu perkebunan 500 juta batang (BUN 500) 2019-
2024 di Desa Sido Mulyo, Kecamatan Bukit Batu, Palangka Raya, beberapa
waktu lalu melalui program itu, semua wilayah di Indonesia akan mendapatkan
pembagian benih bermutu sesuai mekanisme yang telah ditentukan, termasuk
Kalteng. Setiap tahunnya ada total sebanyak 100 juta batang yang dibagikan. Andi
menjelaskan semua pihak tentu mengetahui bahwa ekspor Indonesia didominasi
oleh sektor perkebunan dan hortikultura. Jika dipersentasekan, maka jumlahnya
mencapai 90 persen dari total keseluruhan. Untuk itu, pihaknya akan melakukan
pengawalan dengan membangun sentra-sentra bibit berdasarkan keunggulan pada
masing-masing daerah, seperti topografi wilayah, kultur dan lainnya yang
memengaruhi (Antara, 2019).
10

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Gambaran Umum
Kalimantan Tengah adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak
pada Pulau Kalimantan dengan Ibu kotanya adalah Kota Palangka Raya.
Kalimantan Tengah memiliki luas 157.983 km². Kalimantan Tengah mempunyai
13 kabupaten dan 1 kota. Untuk lebih jelas mengenai jumlah penduduk Provinsi
Kalimantan Tengah menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Jumlah Penduduk di Provinsi Kalimantan Tengah menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2020
No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)
1. Kotawaringin Barat 312.911 11,53
2. Kotawaringin Timur 466.366 17,18
3. Kapuas 358.820 13,21
4. Barito Selatan 136.796 5,03
5. Barito Utara 130.713 4,81
6. Sukamara 64.342 2,36
7. Lamandau 82.680 3,04
8. Seruyan 205.880 7,58
9. Katingan 169.997 6,26
10. Pulang Pisau 127.118 4,68
11. Gunung Mas 119.910 4,41
12. Barito Timur 126.874 4,67
13. Murung Raya 120.785 4,44
14. Palangka Raya 291.667 10,74
Total 2.714.859 100,00
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Tengah 2020.

Pada Tabel 1.1. dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Kalimantan


Tengah berjumlah 2.714.859 jiwa, dimana jumlah penduduk terbanyak berada
pada Kabupaten Kotawaringin Timur dan jumlah penduduk terendah berada pada
Kabupaten Sukamara.
Provinsi Kalimantan Tengah salah satu provinsi yang membudidayakan
tanaman cabai, dimana luas panen tanaman cabai di provinsi Kalimantan Tengah
mengalami perubahan setiap tahunnya. Luas panen tertinggi ada pada tahun 2018
sebesar 1.529 hektar. Diikuti tingkat produksi dan produktivitasnya yang juga
mengalami perubahan yang tidak stabil. Untuk lebih jelas mengenai luas panen,
tingkat produksi dan produktivitas tanaman cabai di provinsi Kalimantan Tengah
11

dari 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.2 (BPS Provinsi Kalimantan
Tengah, 2020).
Tabel 1.2.Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Cabai di Provinsi
Kalimantan Tengah dari Tahun 2016-2020
Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha)
2016 1.146 32.396 28,3
2017 1.060 28.446 26,8
2018 1.302 34.112 26,2
2019 1.529 46.872 30,6
2020 1.212 58.645 48,3
Sumber : Kementrian Pertanian RI, 2020.
Berdasarkan Tabel 1.2, menunjukan data rentang waktu lima tahun
terakhir, produksi cabai pada tahun 2016 sebesar 32.396 ton dengan luas panen
1.146 hektar dengan demikian produktivitas cabai sebesar 28,3 ton per
hektar.dibandingkan dengan produksi cabai pada tahun 2017 sebesar 28.446 ton
dengan luas panen 1.060 hektar dengan produktivitas cabai sebesar 26,8 ton per
hektar. Pada tahun 2018 produksi cabai sebesar 34.112 ton dengan luas panen
sebesar 1.302 hektar dan produktivitas cabai sebesar 26,2 ton per hektar. Pada
tahun 2019 produksi cabai sebesar 46.872 ton dengan luas panen 1.529 hektar dan
produktivitas cabai sebesar 30,6 ton per hektar. Pada tahun 2020 produksi cabai
sebesar 58.645 ton dengan luas panen 1.212 hektar dan produktivitas cabain
sebesar 48,3 ton per hektar (Kementrian Pertanian RI, 2020).

3.2. Tantatangan
3.2.1. Tantangan Teknis
Rendahnya produktivitas lahan gambut karena banyaknya kendala yang
ditemukan pada lahan tersebut. Dari segi fisik gambut memiliki bobot volume
rendah sehingga jumlah unsur hara dan air yang dapat disediakan per satuan
volume gambut jauh lebih rendah dibanding tanah mineral. Dari sisi biologi
rendahnya jumlah dan aktivitas mikroorganisme heterotrof menjadikan laju
pematangan gambut lambat padahal tingkat kematangan gambut merupakan
salah satu penentu kesuburan gambut. Kendala dari segi kimia antara lain
gambut bereaksi masam hingga sangat masam, KTK tinggi dengan KB rendah.
Kondisi ini tidak menunjang tersedianya unsur hara yang memadai bagi
12

kebutuhan tanaman terutama unsur hara seperti K, Mg dan Ca. (Halim dkk,
1988).
3.2.2. Tantatangan Ekonomi
Benih, pupuk, pestisida, mulsa dan sebagainya untuk budidaya tanaman
lebih dari 90% masih produk pabrikan dan impor dari luar daerah. Penyediaan
benih, pupuk danpestisida, masih terpusat di kios pertanian tingkat kecamatan,
sehingga harganya menjadi mahal. Penyediaan teknologi budidaya mulai dapat
disediakan secara lokal oleh petani pelopor bagi petani yang mau bergabung
dalam asosiasi atau kelompok tani. Permasalahan yang dihadapi sedikitnya
produsen bibit bermutu, kekurangan alat produksi, pupuk dan pestisida organik;
jaringan dan modal pengecer pupuk/ saprodi kurang (Departemen Pertanian,
2004).

3.3. Hambatan
3.3.1. Sosial
Dari segi sosial para petani Kalimantan tengah kurang suka untuk
mengembangkan tanaman-tanaman yang mebutuhkan perawatan atau perlakuan
khusus yang sangat membutuhkan banyak biaya pengeluaran dan kebanyakan
masyarakat dayak asli atau lokal tidak selalu menggunakan cabai dan rasa pedas
dalam masakan atau makanan sehari-harinya tapi malah lebih cenderung ke
masakan yang asin atau yang manis-manis sehingga pengembangan cabai di
Kalimantan tengah masih kurang oleh karena perlu adanya kebijakan dari
pemerintah (Indraningsih, 2011).
3.3.2. Pencegahan Hama dan Bibit yang Sulit Terkendali
Hasil produksi pertanian cabai selalu menurun, karena masih tergantung
pada iklim yang menyebabkan tanaman sangat rentan terhadap hama dan
penyakit, selain itu adanya pergiliran pola tanam untuk tanaman holtikultura
menjadikan faktor kendala. Sarana pengolahan cabai merah belum ada dan
masyarakat masih mengolah secara sederhana dengan cara penjemuran menjadi
cabai kering (Rangkuti, Freddy 2006).
3.3.3. Infrastruktur
Perlunya tersedia lembaga khusus pemasaran pertanian berupa Sub
Terminal Agribisnis namun belum berjalan dengan baik sehingga petani atau para
13

pedagang yang membeli secara langsung ke pasar induk atau tengkulak, kondisi
jalan di kawasan agropolitan dalam kondisi rusak dan perlu diperbaiki terutama
jalan desa yang menghubungkan pusat kawasan menuju area pertanian agar
aksesibilitas masyarakat tidak terganggu. Tidak adanya angkutan pertanian, ini
dibutuhkan untuk mendistribusikan hasil pertanian supaya dapat menghemat biaya
para petanin (Kahana, Budi. (2018).

3.4. Potensi
3.4.1. Lahan yang Tersedia
Kalimantan Tengah mempunyai luas wilayah 153,564.5 km² yang beribu
kota di Palangka Raya. Sayuran masih didatangkan dari sntra produksi sayuran
di Kecamatan Sebangau maupun Bukit Batu. Jekan Raya sebagai salah satu
kecamatan yang paling dekat dengan pusat kota berpotensi untuk menjadi
sentra penghasil sayuran. Namun kendala yang dihadapi adalah jenis tanah
berupa gambut. Menurut data dari Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi
Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Tengah merupakan wilayah yang
mempunyai lahan gambut terluas ketiga di Indonesia, yaitu 2,934,660 hektar dan
baru dimanfaatkan untuk lahan pertanian seluas 1,320,000 hektar yang berarti
842,000 hektar masih merupakan lahan tidur. Untuk itu perlu dilakukan
pengkajian dan penelitian tentang komoditas yang cocok dan menguntungkan
untuk dikembangkan dilahan gambut, salah satu nya adalah cabai merah
(Rukman 1994).
3.4.2. SDM
Tingkat pendidikan dan pengatahuan juga merupakan faktor penting yang
dapat mempengaruhi cara berpikir dan bertindak seseorang, khususnya dalam
mengambil suatu keputusan dalam mengelola suatu usaha. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang biasanya akan menyebabkan semakin bertambah
pengalaman dan pengetahuan yang didapatnya sehingga mudah dalam menyerap
inovasi baru. Tingkat pendidikan responden cabai rata-rata sudah pernah
bersekolah. Jumlah pendidikan responden yang terbanyak adalah Sekolah Dasar
(60%) dan yang terkecil SMP dan SMA (40%). Hal ini berarti masyarakat tani
cabai di Kalimantan Tengah memiliki pendidikan cukup sehingga pengetahuan
14

yang didapatnya mempermudah dalam menyerap inovasi teknologi baru (Duriad,


2003).
3.4.3. Teknologi
Cabai merah menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi di
Kalimantan Tengah. Hal ini dikarenakan harga cabai yang terus naik,
cenderung tidak stabil serta pasokan yang masih tergantung dari luar
Kalimantan Tengah. Budidaya cabai merah juga belum banyak dikembangkan di
lahan gambut. Kota Palangka Raya mempunyai lahan gambut yang
potensial untuk pengembangan budidaya cabai merah. Pada Juni sampai
Nopember 2014 dengan melakukan penanaman dilahan petani kooperator
seluas 0,25 ha. Teknologi budidaya diadopsi dari Balai Penelitian Tanaman
Sayuran (Balitsa) yang telah dimodifikasi. Varietas yang digunakan adalah
Pilar karena bentuknya disukai oleh pasar. Pemberian pemupukan menggunakan
pupuk kandang 20 t/ha, NPK 16 : 16 : 16 1 t/ha, dolomite 2 t/ha, kapur
bangunan 1 t/ha, calcium boron 14 liter/ha. Hasil pengkajian didapatkan
produksi cabaimerah 16,743 t/ha. Nilai R/C ratio sebesar 5.89 dan B/C
4.89 sehingga usaha tani cabai merah di lahan gambut layak untuk
dikembangkan dan menguntungkan (Muharam, 2003).
Pengkajian ini dilaksanakan di Desa Petuk Katimpun Kecamatan
Jekan Raya jarak desa ke kota Palangka Raya adalah kurang lebih 15 km dan
jarak ini dapat ditempuh menggunakan kendaraan motor atau mobil pribadi
selama kurang lebih 25-30 menit dengan melalui jalan yang sebagian sudah di
aspal

3.5. Strategi
Upaya untuk meningkatkan pasokan berbagai komoditas hortikultura
ditunjang oleh upaya penyediaan benih bermutu. Melalui Direktorat Perbenihan
mengembangkan sistem perbenihan untuk menghasilkan benih bermutu di
berbagai wilayah Kalimantan Tengah. Benih yang dihasilkan dari APBN adalah
benih cabai rawit, cabai merah dan cabai keriting. Produksi benih didukung oleh
sertifikasi dan pengawasan mutu benih untuk memastikan benih yang dihasilkan.
Dukungan penguatan sistem perlindungan merupakan bagian penting dalam
agribisnis hortikultura untuk menghasilkan produk hortikultura yang memiliki
15

kualitas dan kuantitas yang bernilai tinggi, menguntungkan petani, menjamin


kesehatan manusia, dan mempertahankan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu,
implementasi dari upaya penguatan sistem perlindungan telah dilakukan melalui
penerapan Pengendalian Hama Penyakit Terpadu, penanganan dampak perubahan
iklim (DPI), serta penguatan kelembagaan perlindungan hortikultura. Selain itu,
pengembangan desa pertanian organik juga dilakukan untuk mencapai tujuan
meningkatnya produk hortikultura yang bermutu, berdaya saing, dan ramah
lingkungan (Kadarisman, M. 2012).
16

IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil dan pembahasan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Berkurangnya lahan yang produktif untuk budidaya cabai
mengharuskan untuk dilakukan budidaya dilahan yang marjinal.
Berdasarkan data monografi Tahun 2012 Kota Palangka Rayadengan luas
wilayah 2,678.51 Km2 (267,851 Ha) memiliki karakteristik lahan
yang didominasi oleh jenis tanah marjinal berupa tanah pasir kuarsa
dan gambut dengan luas masing-masing 117,606 Ha dan 103,638 Ha.
Dari luasan lahan marjinal tersebut diatas tercatat ±1,265 Ha yang
telah dimanfaatkan sebagai lahan usaha tani tanaman palawija dan
hortikultura.
2. Adanya tantangan dan hambatan dalam pengembangan cabai di Kalimantan
tengah menjadi tugas pemerintah untuk mencari agar usahati tersebut dapat
dikembangkan. Adapun tantangan dan hambatannya yaitu; Tantantangan
Teknis, Tantangan Ekonomi dan dari segi Sosial.
3. Potensi pengembangan cabai menguntungkan baik secara privat maupun
sosial dan tidak ada masyarakat yang dirugikan akibat kegiatan agribisnis
komoditas tersebut. Dengan demikian agribisnis cabai dapat dikembangkan
lebih lanjut Input non-tradeable usahatani cabai telah digunakan secara efisien
dan memberikan nilai tambah bagi petani.
4. Strategi pengembangan yang dapat dilakukan pada usahatani cabai yaitu
dengan meningkatkan keahlian budidaya tanaman, meningkatkan
ketersediaan dan kelayakan green house. Juga meningkatkan kualitas maupun
kuantitas dari budidaya tanaman cabai agar bisa lebih unggul dari pesaing
cabai lainnya.

4.2. Saran
Dari kesimpulan sebelumnya maka disarankan bagi:
1. Untuk pemerintah diharapkan dapat lebih memperhatikan usaha peningkatan
produksi tanaman cabai di provinsi Kalimantan Tengah baik melalui strategi
17

dan kebijakan yang digunakan agar produksi tanaman cabai di Provinsi


Kalimantan Tengah tidak mengalami penurunan yang signifikan.
2. Kepada Petani, disarankan untuk lebih giat berusaha meningkatkan produksi
dan menggunakan teknis budidaya yang telah dianjurkan oleh penyuluh dan
instansi terkait dalam usaha peningkatan produktivitas dan kualitas produksi
cabai.
3. Kepada kalangan akademis diharapkan dapat mengkaji lebih lanjut tentang
teknis usaha peningkatan kuantitas dan kualitas produksi cabai serta upaya
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani cabai di wilayah provinsi
Kalimantan Tengah.
18

DAFTAR PUSTAKA

Allard. 2012. Pemuliaan Tanaman. Bina Aksara. Jakarta.

Antara, 2019. Artikel. Kalimantan Tengah Memaksimalkan Potensi Komoditas


Pertanian dan Perkebunan. Dalam
https://kalimantan.bisnis.com/read/20190808/408/1134087/kalteng-
maksimalkan-potensi-komoditas-pertanian-perkebunan. Di akses 6 Juli
2020

Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah, 2010. Daftar Luas Lahan,
Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Cabai Tahun 2015-
2019. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah

David, 2015. Artikel. Tehnik Budidaya Tanaman Cabai. Dalam


http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/87747/Tehnik-Budidaya-
Tanaman-Cabai/. Diakses 16 Juni 2020
Jawal AS., Apri LS., Aditia MK., dan Yusdar Hilman, 2015. Dinamika Produksi
dan Volatilitas Harga Cabai: Antisipasi Srategi dan Kebijakan
Pengembangan. Pengembangan Inovasi Pertanian Vol. 8: 39
Kementrian Pertanian Republik Indonesia, 2019. Tentang Luas Panen, Produksi
dan Produktivitas Tanaman Cabai Menurut Provinsi. Jakarta

Lakitan, B. 2010. Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Nazaruddin. 2015. Budidaya dan Pengaturan Panen sayuran. PT. Penebar


swadaya. Jakarta.

Stefina LS., Rija S., & Emma TS, 2017. Aplikasi PCO Plus pada Tanah Bekas
Tambang Batu Bata Merah terhadap Serapan P, Ca dan B serta Fruitset
Cabai Merah Besar (Capsicum annuum L.). Jurnal Agrikultura 2017, 28
(2): 69
Suherman, C., M. A. Soleh ., A. Nuraini., & Annisa NF, 2018. Pertumbuhan dan
hasil tanaman cabai (Capsicum Sp.) yang diberi pupuk hayati pada
pertanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) TBM I. Jurnal
Kultivasi Vol. 17 (2): 649

Anda mungkin juga menyukai