Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI..........................................................................................................4
2.1. Botani Tanaman Cabai Merah..............................................................................................4
2.2. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Cabai Merah...............................................................4
2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Merah................................................................................6
2.4. Ketinggian Tempat................................................................................................................7
2.5. Pupuk....................................................................................................................................7
BAB III PEMBAHASAN................................................................................................................9
3.1. Alat dan Bahan......................................................................................................................9
3.2. Fungsi Alat dan Bahan......................................................................................................9
3.3. Pemupukan Cabai Merah..................................................................................................9
3.4. Teknik Pemupukan.........................................................................................................10
3.5. Jenis, Dosis, dan Waktu Pemupukan Cabai Merah........................................................11
3.6. Prosedur Pelaksanaan......................................................................................................12
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................................14
4.1. Kesimpulan.....................................................................................................................14
4.2. Saran................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Cabai (Capsicum annum L.) adalah sayuran semusim yang termasuk famili terung-
terungan (Solanaceae). Tanaman ini berasal dari benua Amerika, tepatnya di daerah Peru, dan
menyebar ke daerah lain di benua tersebut. Di Indonesia sendiri diperkirakan cabai merah
dibawa oleh saudagar-saudagar dari persia ketika singgah di Aceh antara lain adalah cabai merah
besar, cabai rawit, cabai merah keriting dan paprika. Cabai tidak hanya digunakan untuk
konsumsi rumah tangga sebagai bumbu masak atau bahan campuran pada berbagai industri
pengolahan makanan dan minuman, tetapi juga digunakan u tuk pembuatan obat-obatan dan
kosmetik. Selain itu cabai juga mengandung zat-zat yang sangat diperlukan untuk kesehatan
manusia. Cabai mengandung protein, lemak, karbohidrat, kalsium (Ca), fosfor (P), besi (Fe),
vitamin-vitamin, dan mengandung senyawa alkaloid seperti flafonoid, capsolain dan minyak
esensial (Santika, 2006).
Di Indonesia tanaman cabai merah mempunyai daya adaptasi yang cukup luas. Oleh
karena itu tanaman ini umumnya dapat dibudidayakan hampir diseluruh wilayah Indonesia, baik
di dataran rendah maupun di dataran tinggi sampai ketinggian 1400 mdpl. Suhu yang sesuai
untuk pertumbuhan tanaman cabai merah adalah 25° – 27° C pada siang hari dan 18° – 20° C
pada malam hari. Pembungaan tanaman cabai merah tidak banyak dipengaruhi oleh panjang hari.
Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan cabai merah adalah sekitar 600 – 1200 mm per tahun.
Produksi cabai di Indonesia masih rendah dengan rata-rata nasional 5,5 ton/ha, sedangkan
potensi produksinya dapat mencapai 20 ton/ha (Santika, 2006). Berdasarkan hal itu, maka usaha
peningkatan produksi cabai harus dilakukan baik dilakukan dengan perbaikan budidaya maupun
dengan penggunaan varietas yang sesuai. Salah satu cara usaha peningkatan produksi yaitu
dengan perbaikan teknik budidaya seperti penggunaan pupuk organik. Pupuk organik padat
merupakan pupuk dari hasil pelapukan sisa-sisa tanaman atau limbah organik (Musnamar, 2003).
Limbah yang dimaksud berasal dari pelapukan jaringan-jaringan tanaman atau bahan-bahan
tanaman seperti jerami, sekam, daun-daunan dan rumput-rumputan yang berupa limbah hayati
yang mudah di peroleh dari lingkungan sekitar kita, didaur ulang dan dirombak dengan bantuan
mikroorganisme dekomposer seperti bakteri dan cendawan menjadi unsur-unsur hara yang dapat

1
diserap oleh tanaman. Proses perombakan jenis bahan organik menjadi pupuk organik dapat
berlangsung secara alami atau buatan (Prihmantoro, 2005).
Hasil produksi tanaman cabai mengalami penurunan khususnya pada saat musim
penghujan. Dengan rendahnya hasil produksi, maka perlu di lakukan upaya untuk mengatasi hal
tersebut agar hasil produksi cabai tidak mengalami penurunan, dengan cara melakukan
pemupukan seperti mengkombinasikan pupuk organik dan pupuk kalium.Pemupukan merupakan
sebuah proses pemberian suplemen terhadap tanah untuk meningkatkan aktivitas mikroba yang
memperbaiki sifat fisik tanah. Pupuk memiliki dua bagian yaitu pupuk anorganik dan pupuk
organik.
Pupuk organik adalah zat yang dibutuhkan tanaman dan dapat langsung diserap oleh
tanaman. Pupuk organik adalah yang bahan dasarnya adalah bahan alami yang tidak
mengandung bahan kimia. Pupuk kandang ayam merupakan salah satu pupuk organik padat yang
mengandung dan sebagai penyediaan hara makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium,
dan sulfur) dan mikro seperti, zink, tembaga, kobalt, barium, mangan, dan besi, meskipun
jumlahnya relatif sedikit.Salah satu unsur hara yang dibutuhkan tanaman yaitu unsur hara kalium
(K). K berfungsi sebagai media transportasi yang membawa hara-hara dari akar termasuk hara P
masuk ke daun dan mentranslokasi asimilat dari daun keseluruh jaringan tanaman (Silahoy,
2008). Tanaman yang mengalami difisiensi unsur K mudah terlihat dengan melemahnya tugor
batang, sehingga mudah patah atau mudah rebah, kerentanan terhadap serangan penyakit,
kerusakan pada batang busuk akar dapat menyebabkanrendahnya kualitas produksi tanaman
sayuran olehnya perlu adanya kombinasi pemupukan antara pupuk Organik maupun Anorganik,
untuk meningkatkan hasil produksi tanaman.
Penggunaan pupuk organik pada budidaya tanaman dapat meningkatkan produktivitas
tanaman cabai.Produksi yang tinggi akan dicapai apabila memperhatikan langkah-langkah
budidaya yang baik, salah satu diantaranya adalah pemupukan. Pemupukan bertujuan untuk
memelihara atau memperbaiki struktur tanah. Kandungan bahan organik dalam tanah dapat
ditingkatkan dengan cara pemberian pupuk organik. Oleh karena itu sangat penting untuk dikaji
tentang teknik pemupukan yang tepat untuk tanaman cabai merah sehingga dapat meningkatkan
produksi cabai.

2
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teknik pemukuman yang tepat untuk tanaman cabai merah?
2. Bagaimana jenis, dosis dan waktu pemupukan tanaman cabai merah?
3. Bagaimana Prosedur pemupukan yang tepat untuk tanaman cabai merah?

1.1. Tujuan
1. Untuk mengetahui teknik pemupukan yang tepat untuk tanaman cabai merah.
2. Untuk mengetahui jenis, dosis dan waktu pupuk yang tepat untuk tanaman cabai merah.
3. Untuk mengetahui prosedur pemupukan yang tepat untuk tanaman cabai merah.
4. Untuk mempertahankan status hara tanah agar memenuhi kebutuhan hara tanaman
sehingga dapat menjamin pertumbuhan tanaman secara optimal dan berproduksi dengan
mutu yang optimal.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Botani Tanaman Cabai Merah


Tanaman cabai (Capsicum annum L) berasal dari dunia tropika dan subtropika Benua
Amerika, khususnya Colombia, Amerika Selatan, dan terus menyebar ke Amerika Latin. Bukti
budidaya cabai pertama kali ditemukan dalam tapak galian sejarah Peru dan sisa-sisa biji yang
telah berumur lebih dari 5000 tahun SM didalam gua di Tehuacan, Meksiko. Penyebaran cabai
ke seluruh dunia termasuk negara-negara di Asia, seperti Indonesia dilakukan oleh pedagang
Spanyol dan Portugis (Dermawan, 2010). Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-
terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai mengandung kapsaisin,
dihidrokapsaisin, vitamin (A, C), damar, zat warna kapsantin, karoten, kapsarubin, zeasantin,
kriptosantin, clan lutein. Selain itu juga mengandung mineral, seperti zat besi, kalium, kalsium,
fosfor, dan niasin. Zat aktif kapsaisin berkhasiat sebagai stimulan, jika seseorang mengonsumsi
kapsaisin terlalu banyak akan mengakibatkan rasa terbakar di mulut dan keluarnya airmata.
Selain kapsaisin, cabai juga mengandung kapsisidin, khasiatnya untuk memperlancar sekresi
asam lambung dan mencegah infeksi sistem pencernaan. Unsur lain di dalam cabai adalah
kapsikol yang dimanfaatkan untuk mengurangi pegal-pegal, sakit gigi, sesak nafas, dan gatal-
gatal.

2.2. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Cabai Merah


Menurut klasifikasi dalam tata nama (sistem tumbuhan) tanaman cabaitermasuk
kedalam : Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L
Cabai termasuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan merupakan tanaman yang
mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung

4
vitamin A dan vitamin C serta mengandung minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa
pedas dan memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur).
Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan sehari-hari tanpa
harus membelinya di pasar (Harpenas, Asep & Dermawan, 2010).
1. Akar
Menurut Harpenas (2010) cabai adalah tanaman semusim yang berbentuk perdu dengan
perakaran akar tunggang. Sistem perakaran tanaman cabai agak menyebar, panjangnya berkisar
25-35 cm. Akar ini berfungsi antara lain menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta
menguatkan berdirinya batang tanaman. Sedangkan menurut Tjahjadi (2010) akar tanaman cabai
tumbuh tegak lurus ke dalam tanah,berfungsi sebagai penegak pohon yang memiliki kedalaman
±200 cm serta berwarna coklat. Dari akar tunggang tumbuh akar- akar cabang, akar cabang
tumbuh horisontal didalam tanah, dari akar cabang tumbuh akar serabut yang berbentuk kecil-
kecil dan membentuk masa yang rapat.
2. Batang
Batang utama cabai menurut Hewindati (2006) tegak dan pangkalnya berkayu dengan
panjang 20-28 cm dengan diameter 1,5-2,5 cm. Batang percabangan berwarna hijau dengan
panjang mencapai 5-7 cm, diameter batang percabangan mencapai 0,5-1 cm. Percabangan
bersifat menggarpu, tumbuhnya cabang beraturan secara berkesinambungan. Sedangkan menurut
Anonim (2009) batang cabai memiliki batang berkayu, berbuku-buku, percabangan lebar,
penampang bersegi, batang muda berambut halus berwarna hijau. Menurut Tjahjadi (2010)
tanaman cabai berbatang tegak yang bentuknya bulat. Tanaman cabai dapat tumbuh setinggi 50-
150 cm, merupakan tanaman perdu yang warna batangnya hijau dan beruas-ruas yang dibatasi
dengan buku-buku yang panjang tiap ruas 5-10 cm dengan diameter data 5-2 cm.
3. Daun
Daun cabai menurut Harpenas, Asep & Dermawan (2010) berbentuk hati, lonjong atau
agak bulat telur dengan posisi berselang-seling. Sedangkan menurut Hewindati (2006), daun
cabai berbentuk memanjang oval dengan ujung meruncing, tulang daun berbentuk menyirip
dilengkapi urat daun. Bagian permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua, sedangkan bagian
permukaan bawah berwarna hijau muda atau hijau terang. Panjang daun berkisar 9-15 cm dengan
lebar 3,5-5 cm, selain itu daun cabai merupakan daun tunggal, bertangkai (panjangnya 0,5-2,5

5
cm), letak tersebar. Helaian daun bentuknya bulat telur sampai elips, ujung runcing, pangkal
meruncing, tepi rata, petulangan menyirip, panjang 1,5-12 cm, lebar 1-5 cm, berwarna hijau.
4. Bunga
Menurut Hewindati (2006), bunga tanaman cabai berbentuk terompet kecil, umumnya
bunga cabai berwarna putih, tetapi ada juga yang berwarna ungu. Cabai berbunga sempurna
dengan benang sari yang lepas tidak berlekatan. Disebut berbunga sempurna karena terdiri atas
tangkai bunga, dasar bunga, kelopak bunga, mahkota bunga, alat kelamin jantan dan alat kelamin
betina. Bunga cabai disebut juga berkelamin dua atau hermaphrodite karena alat kelamin jantan
dan betina dalam satu bunga. Bunga cabai merupakan bunga tunggal, berbentuk bintang,
berwarna putih, keluar dari ketiak daun. Tjahjadi (2010) menyebutkan bahwa posisi bunga cabai
menggantung. Warna mahkota putih, memiliki kuping sebanyak 5-6 helai, panjangnya 1-1,5 cm,
lebar 0,5 cm, warna kepala putik kuning.
5. Buah dan Biji
Buah cabai berbentuk kerucut memanjang, lurus atau bengkok, meruncing pada bagian
ujungnya, menggantung, permukaan licin mengkilap, diameter 1-2 cm, panjang 4-17 cm,
bertangkai pendek, rasanya pedas. Buah muda berwarna hijau tua, setelah masak menjadi merah
cerah. Sedangkan untuk bijinya biji yang masih muda berwarna kuning, setelah tua menjadi
cokelat, berbentuk pipih, berdiameter sekitar 4 mm. Rasa buahnya yang pedas dapat
mengeluarkan air mata orang yang menciumnya, tetapi orang tetap membutuhkannya untuk
menambah nafsu makan.

2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Merah


Syarat tumbuh tanaman cabai dalam budidaya tanaman cabai adalah sebagai berikut :
1. Iklim Suhu berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, demikian juga terhadap tanaman cabai.
Suhu yang ideal untuk budidaya cabai adalah 24-28°C. Pada suhu tertentu seperti 15°C dan
lebih dari 32°C akan menghasilkan buah cabai yang kurang baik. Pertumbuhan akan
terhambat jika suhu harian di areal budidaya terlalu dingin. Tjahjadi (2010) mengatakan
bahwa tanaman cabai dapat tumbuh pada musim kemarau apabila dengan pengairan yang
cukup dan teratur. Iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhannya antara lain: a.Sinar
Matahari adalah penyinaran secara penuh bila penyinaran tidak penuh pertumbuhan tanaman
tidak akan normal.

6
2. Curah Hujan adalah untuk tanaman cabai tumbuh baik di musim kemarau tetapi juga
memerlukan pengairan yang cukup. Adapun curah hujan yang dikehendaki yaitu 800-2000
mm/tahun.
3. Suhu dan Kelembaban adalah tinggi rendahnya suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman. Adapun suhu yang cocok untuk pertumbuhannya adalah siang hari 21°C-28°C,
malam hari 13°C-16°C, untuk kelembaban tanaman 80%.
4. Angin yang cocok untuk tanaman cabai adalah angin sepoi-sepoi, angin berfungsi
menyediakan gas CO2 yang dibutuhkannya.

2.4. Ketinggian Tempat


Ketinggian tempat untuk penanaman cabai adalah dibawah 1400 m dpl. Berarti tanaman
cabai dapat ditanam pada dataran rendah sampai dataran tinggi (1400 m dpl). Di daerah dataran
tinggi tanaman cabai dapat tumbuh, tetapi tidak mampu berproduksi secara maksimal 2.3.3.
Tanah Cabai sangat sesuai ditanam pada tanah yang datar. Dapat juga ditanam pada lereng-
lereng gunung atau bukit. Tetapi kelerengan lahan tanah untuk cabai adalah antara 0-
100.Tanaman cabai juga dapat tumbuhdan beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah,
mulai dari tanah berpasir hingga tanah liat (Harpenas, Asep & Dermawan, 2010). Pertumbuhan
tanaman cabai akan optimum jika ditanam pada tanah dengan pH 6-7.
Tanah yang gembur, subur, dan banyak mengandung humus (bahan organik) sangat
disukai, (Sunaryono dan Rismunandar, 2007). Sedangkan menurut Tjahjadi (2010) tanaman
cabai dapat tumbuh disegala macam tanah, akan tetapi tanah yang cocok adalah tanah yang
mengandung unsur-unsur pokok yaitu unsur N dan K, tanaman cabai tidak suka dengan air yang
menggenang. Cabai merah besar memiliki sifat mudah rusak, sifat mudah rusak ini dipengaruhi
oleh kadar air dalam cabai yang sangat tinggi sekitar 90% dari kandungan cabai merah itu
sendiri. Kandungan air yang sangat tinggi ini dapat menjadi penyebab kerusakan cabai pada
musim panen raya. Hal ini dikarenakan hasil panen yang melimpah sedangkan proses
pengeringan tidak dapat berlangsung serentak, sehingga menyebabkan kadar air dalam cabai
masih dalam keadaan besar, sehingga menyebabkan pembusukan (Setiadi, 2005).

7
2.5. Pupuk
Berdasarkan pembentukannya, pupuk terbagi menjadi (1) pupuk buatan dan (2) pupuk
alam. Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat secara industri dan mengandung unsur hara
tertentu yang umumnya berkadar tinggi, contohnya pupuk Urea, SP 36 dan KCl. Pupuk alam
dihasilkan dari alamseperti endapan batuan, contohnya fosfat alam dari batuan fosfat, dan kalsit
serta dolomit dari batuan kapur. Dibandingkan dengan pupuk alam, pupuk buatan mempunyai
keunggulan dan kelemahan. Keunggulan pupuk buatan: (a) lebih mudah menentukan jumlah
pupuk berdasarkan kebutuhan tanaman, (b) hara yang diberikan dalam bentuk yang cepat
tersedia, (c) dapat diberikan pada saat yang lebih tepat dan (d) pemakaian dan pengangkutannya
lebih murah karena kadar haranya tinggi. Kelemahan pupuk buatan ialah: (a) merusak
lingkungan jika penggunaannya tidakperhitungan yang akurat dan (b) pada umumnya hanya
mengandung sedikit unsur mikro.
Berdasarkan unsur hara yang dikandung, pupuk terbagi menjadi (1) pupuk tunggal dan
(2) pupuk majemuk. Pupuk tunggal mengandung satu jenis hara tanaman, contohnya Urea, SP 36
dan KCl. Pupuk majemuk mengandung lebih dari satu unsur hara, contohnya NPK. Berdasarkan
senyawa kimia pembentuknya, pupuk terbagi menjadi (1) pupuk anorganik dan (2) pupuk
organik. Pupuk anorganik dari senyawa anorganik yang dihasilkan dari proses rekayasa kimia,
contohnya Urea , SP, Kl, ZA, ZK, Phonska. Pupuk organik terbentuk dari senyawa organik yang
berasal dari tumbuhan atau hewan, contohnya Super Kascing,Subur Ijo, kompos, dan lainnya
Dalam budidaya tanaman sayuran, pemakaian pupuk organik seperti pupuk kandang atau
kompos merupakan kebutuhan pokok, disamping penggunaan pupuk buatan. Pupuk organik atau
kompos, selain dapat memasok unsur hara bagi tanaman (terutama hara mikro), juga dapat
memperbaiki struktur tanah, memelihara kelembaban tanah, mengurangi pencucian hara, dan
meningkatkan aktivitas biologi tanah. Ketersediaan unsur-unsur hara, baik hara makro (N, P, K,
Ca, Mg dan S) ataupun hara mikro (Zn, Fe, Mn, Co, dan Mo) yang cukup dan seimbang dalam
tanah merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil yang tinggi dengan kualitas yang baik.
Setiap unsur hara mempunyai peran spesifik di dalam tanaman. Kekurangan atau kelebihan
unsur hara dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan menurunkan hasil. Dosis pupuk
disesuaikan dengan kebutuhan tiap jenis tanaman.Waktu dan cara pemupukan harus tepat agar
unsur hara tersedia bagi tanaman. Seminggu sebelum tanam, pupuk kandang ayam (15-20
ton/ha) atau kompos (5-10 ton/ha) dan SP-36 (300-400 kg/ha) diberikan sebagai pupuk dasar.

8
9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Alat dan Bahan


1. Cangkul
2. Ember/gayung
3. Sorong
4. Pupuk kandang/organik
5. Pupuk buatan/anorganik (Unsur N, P, K dan NPK 15-15-15)
6. Pupuk Daun
7. Dolomit

3.2. Fungsi Alat dan Bahan


1. Cangkul berfungsi untuk menggali tanah.
2. Ember sebagai tempat/wadah air.
3. Sorong digunakan untuk mengangkut bahan dan alat ke lokasi pemupukan.
4. Pupuk kandang/organik digunakan untuk memperbaiki tekstur dan struktur tanah.
5. Pupuk buatan/anorganik, digunakan sebagai unsur tambahan hara/nutrisi yang dibutuhkan
tanaman dalam bentuk pupuk tunggal maupun majemuk.
6. Pupuk daun digunakan untuk mengatasi kekurangan jumlah unsur hara mikro yang
diperlukan tanaman.
7. Dolomit digunakan untuk untuk memperbaiki ketidakseimbangan unsur hara yang dapat
diambil tanaman, meningkatkan Ca dan Mg di dalam tanah serta dapat memperbaiki
pertumbuhan tanaman.

3.3. Pemupukan Cabai Merah


1. Pemupukan Dasar
Pemupukan dasar Pupuk dasar diberikan dalam bentuk pupuk kandang yang sudah
matang sekitar 2 minggu sebelum tanam. Pupuk anorganik N, P, K diberikan 5 hari sebelum
tanam dengan cara ditebar, disiram dan ditutup mulsa. Jumlah dan jenis pupuk disesuaikan
dengan rekomendasi spesifik lokasi (Swastika, dkk., 2017). Pupuk kandang dapat

10
digolongkan kedalam pupuk organik yang memiliki kelebihan. Beberapa kelebihan pupuk
kandang sehingga sangat disukai para petani seperti, memperbaiki struktur dan tekstur tanah,
menaikkan daya serap tanah terhadap air, menaikan kondisi kehidupan di dalam tanah dan
sebagai sumber zat makanan bagi tanaman (Andayani dan La Sarido, 2013).

2. Pemupukan Susulan
Pemupukan susulan adalah menambahkan unsur hara ke dalam tanah untuk
meningkatkan kesuburan tanah. Tujuan pemupukan susulan adalah menyediakan unsur hara
yang dapat diserap untuk pertumbuhan tanaman agarmemenuhi kebutuhan hara tanaman
sehingga dapat menjamin pertumbuhantanaman secara optimal dan berproduksi dengan
mutu yang sesuai stándar. Standar tentang pemupukan susulan harus mengacu pada enam
tepat, yaitu tepat dosis, tepat cara, tepat waktu, tepat jenis, tepat harga dan tepat tempat.
Pemupukan harus menghitung jumlah pupuk berdasarkan dosis yang telah ditentukan dan
jenis dan takaran pupuk yang digunakan sesuai rekomendasi (Swastika, dkk., 2017). Pupuk
susulan terdiri atas Urea (150-200 kg/ha), ZA (400-500 kg/ha) dan KCl (150-200 kg/ha) atau
pupuk NPK 16-16-16 (1,0 ton/ha), diberikan 3 kali pada umur 0,1 dan 2 bulan setelah
tanam, masing-masing sepertiga dosis.

3.4. Teknik Pemupukan


1. Pemupukan Melalui Akar
Pemupukan melalui perakaran dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: 1)
dilakukan dengan cara disebar merata di atas tanah di sekitar pertanaman atau pada waktu
pengolahan tanah terakhir, cara ini dilakukan pada tanaman dengan jarak tanam yang sangat
rapat; 2) ditempatkan di antara larikan/ barisan tanaman dengan cara ditaburkan di antara
larikan atau barisan tanaman selanjutnya ditutup dengan tanah; 3) diletakkan di dalam
lubang di sekitar tanaman dengan membuat lubang di sekitar tanaman dengan jarak ± 10 cm
menggunakan tugal, lalu pupuk ditempatkan di dalam lubang tersebut dan ditutup dengan
tanah; 4) disiramkan dengan cara dilarutkan dalam air dengan konsentrasi tertentu,
selanjutnya larutan pupuk disiramkan pada tanah di sekitar batang tanaman. Pada tanaman
cabai, cara pemupukan yang tepat ialah dilakukan di sekitar tanaman dibuat lubang dengan

11
jarak ± 10 cm menggunakan tugal, lalu pupuk ditempatkan di dalam lubang tersebut dan
ditutup dengan tanah.

2. Pemupukan Melalui Daun


Pemupukan melalui daun umumnya yang diaplikasikan adalah pupuk mikro. Pupuk
dilarutkan dalam air sesuai dengan dosis atau konsentrasi yang dianjurkan, selanjutnya
disemprotkan ke daun menggunakan alat semprot. Pemberian pupuk melalui daun
sebenarnya kurang efektif. Hal ini disebabkan daun pada tanaman berfungsi untuk
fotosintesis yang hanya menyerap O2 dan CO2. Fungsi daun tidak seperti akar yang
berfungsimenyerap garam (pupuk) dan air. Dengan demikian, aplikasi pupuk daun dapat
menyebabkan risiko keracunan dan daun dapat terbakar. Beberapa hal menjadi
pertimbangan untuk menggunakan pupuk daun, ialah: 1) jika kondisi tanah membatasi
ketersediaan unsur hara; 2) pada kondisi dimana kehilangan unsur hara pada tanah atau
lahan tersebut sering terjadi; 3) pada tahap pertumbuhan, dimana permintaan tanaman
dengan kondisi lingkungan berinteraksi membatasi pasokan unsur hara ke bagian-bagian
penting tanaman; 4) pada musim kemarau, pupuk daun kemungkinan juga dapat membantu
karena aliran unsur hara agak terkendala sehubungan dengan rendahnya kelembaban tanah;
5) jika terjadi kekurangan unsur Ca, Si, Mn dan B, pemberian unsur tersebut melalui daun
dapat dilakukan secara intensif; 6) jika terjadi kekurangan unsur Fe, Zn, Cu dan Mb,
pemberian unsur tersebut melalui daun dapat dilakukan sekali-kali; 7) untuk unsur yang
mobilitasnya tinggi seperti N, P. K, S, Mg, satu kali aplikasi pupuk daun yang dibarengi
dengan penggunaan pupuk buatan biasa sudah cukup untuk mengatasi defisiensi unsur
tersebut.
Tetesan larutan pupuk daun dari daun harus dicegah agar unsur hara dari pupuk daun
tetap berada di daun dan tidak menetes ke tanah. Terjadinya hujan setelah aplikasi pupuk
daun juga dapat mencuci nutrisi dari daun. Sementara itu, kelembaban rendah dapat
menyebabkan formasi garam di daun meningkat. Hal ini akan menghambat penyerapan
unsur hara dan akan mengakibatkan daun terbakar.

12
3.5. Jenis, Dosis, dan Waktu Pemupukan Cabai Merah

Waktu pemupukan tergantung pada jenis pupuk yang akan diberikan. Pupuk fosfor (P)
dan kalium (K) adalah jenis pupuk yang kelarutannya cukup lama, yaitu sekitar 10-14 hari. Oleh
karena itu untuk tanaman sayuran yang berumur kurang dari 3 bulan kedua jenis pupuk tersebut
sebaiknya diberikan sebagai pupuk dasar, yaitu diaplikasikan 7 hari sebelum tanam. Dengan
demikian pada umur tanaman 14 hari kedua unsur tersebut telah siap digunakan oleh tanaman.
Pupuk Nitrogen (N) merupakan pupuk yang mudah hilang karena pengaruh lingkungan seperti
suhu dan tercuci oleh air. Oleh karena itu pemberian pupuk N harus disesuaikan dengan fase
pertumbuhan tanaman. Pemupukan pada tanaman cabai disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Jenis, Dosis, dan Waktu Pemupukan pada Tanaman Cabai Merah
Pupuk Dasar Pupuk Susulan*
Pupuk Kandang N (Kg/ha) P2O5 (Kg/ha) K2O5 (Kg/ha) N (Kg/ha)
(ton/ha)
15-20 100-120 80 100-120
(Sumber: Swastika, dkk., 2017)
Keterangan :
 Pupuk dasar: diberikan pada umur 0-7 hari sebelum tanam
 Pupuk susulan : diberikan pada umur 10-15 hari, 30-35 hari, dan 40-50 hari setelah tanam
masing-masing sepertiga dosis.

Cabai merah termasuk tanaman yang tidak tahan terhadap kekeringan, tetapi juga tidak
tahan terhadap genangan air. Air tanah dalam keadaan kapasitas lapang (lembab tetapi tidak
becek) sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai merah. Masa kritis
tanaman ini terhadap kebutuhan air adalah saat pertumbuhan vegetatif cepat, pembentukan bunga
dan buah. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kelembaban tanah yang ideal untuk
pertumbuhan dan hasil cabai merah berkisar antara 60-80% kapasitas lapang. Jumlah kebutuhan
air per tanaman selama fase pertumbuhan vegetatif adalah 200 ml tiap 2 hari dan meningkat
menjadi 400 ml tiap 2 hari pada fase pembungaan dan pembuahan. Dalam upaya meningkatkan
efisiensi penggunaan air, penerapan sistem irigasi tetes untuk lahan kering tampaknya akan lebih
efisien, baik ditinjau dari segi penggunaan air.

3.6. Prosedur Pelaksanaan


1. Menghitung jumlah pupuk berdasarkan dosis yang telah ditentukan.

13
2. Dosis pemupukan yang digunakan sebaiknya berdasarkan hasil analisis tanah, daun dan
rekomendasi yang telah dibuat.
3. Menyediakan bahan/pupuk yang akan digunakan, sesuai kebutuhan.
4. Jenis pupuk yang umumnya digunakan untuk menambah hara N,P,K dan S adalah Urea,
ZA, TSP/SP-36, KCl, ZK (K2SO4), untuk menambah hara Ca dan Mg dengan pemberian
kapur, dolomit, dan unsur hara mikro dari pupuk daun.
5. Kebutuhan boron dapat diberikan bersamaan dengan pupuk dasar dalam bentuk pupuk
Borate dengan dosis sesuai kebutuhan. Boron berperan dalam mengoptimalkan proses
fotosintesis.
6. Waktu aplikasi pupuk Nitrogen dan Kalium dilakukan 3 (tiga) kali selama pertumbuhan
yaitu pada umur 3, 6 dan 9 minggu setelah tanam.
7. Aplikasi pupuk SP-36 diberikan sekaligus pada saat tanam.
8. Tanah di dataran rendah didominasi tanah yang memiliki pH rendah yaitu kurang dari 5,
pengapuran dengan dolomit dapat meningkatkan pH tanah.
Agar pupuk lebih cepat bereaksi, sebaiknya pupuk dilarutkan dalam air dan diberikan
ketanaman bersamaan dengan penyiraman. Setiap kegiatan pemupukan yang dilaksanakan harus
tercatat. Sasarannya agar terpenuhi kebutuhan hara tanaman sehingga dapat menjamin
pertumbuhan tanaman secara optimal dan berproduksi dengan mutu yang optimal.

14
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Pemupukan dapat dilakukan dengan cara melalui akar dan daun. Pemupukan tanaman
cabai dilakukan pada saat sebelum proses penanaman yang dinamakan pemupukan dasar dan
pemupukan susulan yang dilakukan pasca tanam.

4.2. Saran
Pemupukan tanaman cabai merah harus tepat dosis, tepat cara, tepat waktu, tepat jenis,
tepat harga dan tepat tempat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat BudidayaTanaman Sayuran & Biofarmaka. 2007. Standar Operasional Prosedur Cabai
Merah, https://distan.jogjaprov.go.id/wp-content/download/teknologi/sop%20cabai.pdf.
Harpenas. 2010. Budidaya Cabai Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.
Harpenas, dan R. Dermawan. 2010. Budidaya Cabai Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hewindati, Yuni Tri dkk. 2006. Hortikultura. Jakarta: Universitas Terbuka.
Swastika, S., Pratama, D., Hidayat, T., Andri, K.B. 2017. Petunjuk Teknis Teknologi Budidaya
Cabai Merah. Riau: Badan Penerbit Universitas Riau UR Press.
Setiadi. 2005. Jenis dan Budidaya Cabai Rawit. Jakarta: Penebar Swadaya.
Tjahjadi, Nur. 2010. Bertanam Cabai. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

16

Anda mungkin juga menyukai