Anda di halaman 1dari 5

Tanaman Cabai

Tanaman cabai (Capsicum annum L.) merupakan tanaman setahun yang berbentuk perdu,
banyak dibutuhkan manusia sebagai bumbu masak, karena sifat pedasnya yang berasal dari
minyak atsirim (Sunaryo dan Rismunandar 1981). Dalam klasifikasi, tanaman cabai termasuk
dalam kelas Angiospermae, sub kelas Dicotiledonae, ordo Polimoniales, famili Solanaceae,
genus Capsicum dan spesies Capsicum annum L (Samsudin, 1986).
Pengertian dan Klasifikasi Tanaman Benih Cabai
Benih Cabai (Capsicum sp.) merupakan tanaman hortikultura sayur–sayuran buah
semusim untuk rempah-rempah yang diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai
penyedap masakan dan penghangat badan. Kebutuhan terhadap mata dagangan ini semakin
meningkat sejalan dengan makin bervariasinya jenis dan menu makanan yang memanfaatkan
produk ini. Selain itu, cabai rawit sebagai rempah-rempah merupakan salah satu mata
dagangan yang dapat mendatangkan keuntungan bagi petani dan pengusaha. Karena selain
dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri juga termasuk mata dagangan yang
mempunyai peluang pemasaran ekspor non migas yang sangat baik.
Dalam dunia tumbuh–tumbuhan, cabai diklasifikasikan dalam taksonomi sebagai
berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Subkelas : Sympetalae
Ordo : Tubiflorae (Solanales)
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L
Tanaman cabai atau lombok termasuk ke dalam famili Solanaceae. Tanaman lain
yang masih sekerabat dengan cabai, diantaranya kentang (Solanum tuberosum L), terung
(Solanum melongena L), leunca (Solanum nigrum L), akokak (Solanum torvum Swartz), dan
tomat (Solanum lyopersicum)
Aspek Teknik Budidaya Benih Cabai
Keberhasilan usaha produksi cabai rawit sangat ditentukan oleh aspek taknis budidaya
di lapangan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dengan baik dalam pelaksanaan teknis
budidaya tanaman cabai merah adalah sebagai berikut:
a) Pemakaian benih cabai rawit yang unggul yang tidak terkontaminasi virus.
b) Ketersediaan air yang cukup sepanjang periode tanam/sepanjang tahun.
c) Pola tanaman yang baik dan sesuai dengan iklim.
d) Pengolahan tanah yang disesuaikan dengan kemiringan lereng dan arah lereng.
e) Pemberantasan hama dan penyakit tanaman cabai merah dilaksanakan secara teratur
f) sesuai dengan kondisi serangan hama dan penyakit
g) Cara panen serta penanganan pasca panen cabai merah yang baik dan benar.
Keberhasilan produksi cabai rawit sangat dipengaruhi oleh dan ditentukan oleh kualitas
benih yang digunakan. Sifat unggul tersebut dicerminkan dari tingginya produksi. Ketahanan
terhadap hama dan penyakit serta tingkat adaptasi tinggi terhadap perubahan iklim. Musim
tanam di daratan tinggi dilakukan antara bulan April – Mei untuk periode tanam pertama dan
antara bulan September – Oktober untuk periode tanam ke dua. Tanah yang baik untuk
pertanaman cabai rawit yaitu lahan yang tanahnya berstruktur remah atau gembur, subur dan
kaya akan bahan organik, pH tanah antara 6.0 dan 7,0. Oleh karena itu pengolahan tanah
yang baik dengan menggunakan traktor atau menggunakan cangkul, harus mencapai
kedalaman olah Aspek Produksi

Menurut Rukmana (1994) jenis-jenis tanaman cabai secara garis besar dibagi menjadi dua
jenis yaitu:

1. Cabai kecil

Yang termasuk cabai kecil atau cabai rawit ialah:


a. Cabai Jemprit

Cabai jemprit bentuk buahnya kecil-kecil pendek dan ada pula bentuknya agak bulat. Buah
yang muda bewarna hijau , dan yang masak bewarna merah menyala atau tua. Isinya penuh
dengan biji. Rasanya pedas sekli karena mengandung minyak aetheris (atsiri) yang sangat
tinggi.

b. Cabai Ceplik

Bentuk buahnya sedikit lebih besar dari cabai jemprit. Warna buahnya yang masih muda
bewarna hijau sedangkan yang telah masak bewarna merah. Isinya penuh dengan biji, rasanya
pedas tetapi tidak sepedas cabai jemprit.

c. Cabai Putih

Bentuk buahnya lebih besar dari cabai ceplik dan memanjang, warna buahnya yang masih
muda dan tua tetap bewarna putih, tetapi setelah masak sekali menjadi merah agak kekuning-
kuningan. Isinya penuh dengan biji rasanya kurang enak dan tidak sepedas cabai ceplik.

2. Cabai Besar (Capsicum annum L)

Yang termasuk cabai besar antara lain:

a. Cabai Merah

Bentuk buahnya besar, panjang dan meruncing. Warna buahnya yang masih muda hijau dan
yang masak bewarna merah. Kulit buahnya agak tipis dan di dalam buahnya banyak terdapat
biji, tetapi isinya tidak sepadat seperti cabai kecil. Rasanya pedas akan tetapi tidak sepedas
cabai kecil.

b. Cabai Hijau

Bentuk buahnya besar, panjang dan meruncing seperti cabai merah, tetapi ada juga buahnya
yang pendek dan gemuk tidak meruncing. Warna buahnya yang muda dan yang tua bewarna
hijau, tetapi jika dibiarkan saja masak di pohon menjadi merah tetapi tidak semerah cabai
merah. Di dalam buahnya banyak terdapat biji seperti cabai merah.

c. Cabai Bulat (domba, udel)

Bentuk buahnya pendek dan tumpul. Warna buahnya yang muda hijau dan yang masak
bewarna merah. Kulit buahnya tebal, daging buahnya kosong dan bijinya tidak sebanyak
cabai merah, Rasanya kurang pedas dan sedikit rasa manis.
d. Paprika (Capsicum annum CV. Groscum)

Dilihat dari bentuk buahnya, cabai ini sebenarnya tergolong cabai bulat, tetapi lebih besar
buahnya, karena buahnya yang bulat, gemuk dan tumpul itu banyak orang yang
menganggapnya sebagai cabai hias. Rasanya tidak begitu pedas bijinya jarang, warnanya
hijau seperti cabai hijau ini merupakan tanaman subtropics dan dingin, sesuai dengan daerah
asalnya yaitu Amerika.

Cara penanaman

Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan merupakan
tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabai
banyak mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung minyak atsiri capsaicin,
yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk
rempah-rempah (bumbu dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai
untuk kebutuhan sehari-hari tanpa harus membelinya di pasar.

Tanaman cabai cocok ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur dan sarang, serta
tidak tergenang air; pH tanah yang ideal sekitar 5-6. Waktu tanam yang baik untuk lahan
kering adalah pada akhir musim hujan (Maret-April). Untuk memperoleh harga cabai yang
tinggi, bisa juga dilakukan pada bulan Oktober dan panen pada bulan Desember, walaupun
ada risiko kegagalan. Tanaman cabai diperbanyak melalui biji yang ditanam dari tanaman
yang sehat serta bebas dari hama dan penyakit. Buah cabai yang telah diseleksi untuk bibit
dijemur hingga kering. Kalau panasnya cukup dalam lima hari telah kering kemudian baru
diambil bijinya: Untuk areal satu hektar dibutuhkan sekitar 2-3 kg buah cabai (300-500 gr
biji).

Permasalahan produksi

Salah satu kendala utama dalam sistem produksi cabai di Indonesia adalah adanya
serangan lalat buah pada buah cabai. Hama ini sering menyebabkan gagal panen. Laporan
Departemen Pertanian RI tahun 2006 menunjukkan bahwa kerusakan pada tanaman cabai di
Indonesia dapat mencapai 35%. Buah cabai yang terserang sering tampak sehat dan utuh dari
luar tetapi bila dilihat di dalamnya membusuk dan mengandung larva lalat. Penyebabnya
terutama adalah lalat buah Bactrocera carambolae. Karena gejala awalnya yang tak tampak
jelas, sementara hama ini sebarannya masih terbatas di Indonesia, lalat buah menjadi hama
karantina yang ditakuti sehingga dapat menjadi penghambat ekspor buah-buahan maupun
pada produksi cabai.

Selain lalat buah, Kutudaun Myzus persicae (Hemiptera: Aphididae) merupakan salah
satu hama penting pada budidaya cabai karena dapat menyebabkan kerusakan hingga 80%.
Upaya pengendaliannya dapat menggunakan insektida nabati ekstrak Tephrosia vogelii dan
Alpinia galanga.

Upaya penanggulangan hama

Sebenarnya sudah dilakukan upaya untuk mengendalikan serangan lalat buah ini, di
antaranya adalah pembrongsongan yang dapat mencegah serangan lalat buah. Akan tetapi,
cara ini tidak praktis untuk dilakukan pada tanaman cabai dalam areal yang luas. Sementara
penggunaan insektisida selain mencemari lingkungan juga sangat berbahaya bagi konsumen
buah. Oleh karena itu, diperlukan cara pengendalian yang ramah lingkungan dan cocok untuk
diterapkan di areal luas seperti di lahan sentral produksi cabai. Upaya pengendalian lalat buah
pada tanaman cabai, khususnya cabai merah, adalah penggunaan insektisida sintetik karena
dianggap praktis, mudah didapat, dan menunjukkan efek yang cepat. Selain insektisida
sintetik, insektisida nabati seperti kacang babi Tephrosia vogelii, jeruk purut Citrus hystrix,
serai wangi Cymbopogon citratus efektif sebagai penolak lalat buah.

Adiyoga dan Soetiarso (1999) melaporkan 80% petani sayuran menggunakan


pestisida untuk mengendalikan penyakit tanaman. Akan tetapi penggunaan insektisida
tersebut sering meninggalkan residu yang berbahaya terhadap lingkungan dan kesehatan
manusia (Duriat 1996). Di samping harga insektisida sintetik yang mahal, dampak dari
adanya residu insektisida sintetik dalam bidang ekonomi adalah penolakan ekspor oleh
banyak negara tujuan ekspor atas produk-produk cabai yang mengandung residu fungisida
dan pestisida lain (Caswell & Modjusca 1996). Di antara insektisida yang banyak digunakan
dalam pengendalian serangan lalat buah pada cabai adalah Diazinon, Dursban, Supracide,
Tamaron dengan konsentrasi 3-5%, dan Agrothion (Pracaya 1991).

Anda mungkin juga menyukai