Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani, hal ini ditunjang dengan banyaknya lahan yang dapat
dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, tanah mengandung unsur hara yang
diperlukan untuk pertumbuhan tanaman dan Indonesia juga memiliki iklim tropis
sehingga sebagian besar tanaman dapat ditanam di wilayah Indonesia.
Komoditas hortikultura yang terdiri dari buah, sayuran, obat-obatan dan
tanaman hias memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa terlepas dari komoditas tersebut,
sehingga peluang pasar untuk komoditas hortikultura tersebut khususnya sayuran
sangat terbuka baik pasar regional maupun internasional. Sayuran merupakan
komoditas hortikultura yang banyak diminati oleh masyarakat, sehingga peluang
pasar untuk komoditas sayuran sangat terbuka untuk pasar nasional maupun
internasional. Sayuran memiliki kandungan gizi yang sangat bermanfaat bagi
kesehatan manusia, dapat dimanfaatkan batangnya, buahnya, daunnya, umbinya
maupun bunganya dan dapat dikonsumsi dalam keadaan mentah ataupun diolah
terlebih dahulu sebelum dikonsumsi sesuai dengan kebutuhannya. Salah satu
komoditas sayuran yang sangat dibutuhkan oleh hampir semua orang dari
berbagai lapisan masyarakat adalah cabai merah.
Cabai merah merupakan salah satu produk sayuran yang memiliki prospek
pengembangan yang cukup luas. Cabai merah memiliki pasar yang luas, baik
sebagai komoditas yang dikonsumsi di dalam negeri maupun untuk ekspor
kepasar luar negeri. Cabai merah juga memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi,
pada saat-saat tertentu harga cabai merah melambung cukup tinggi, juga memiliki
tingkat daya adaptasi yang tinggi untuk diusahakan pada berbagai kondisi wilayah
(Kusmana, dkk., 2009).

1
2

Cabai merah memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, dalam 100 gram
cabai merah terkandung kalori 31,0 kal; protein 1 g; lemak 0,3 g; karbohidrat 7,3
g; kalsium 29,0 mg; fosfor 24,0 mg; besi 0,5 mg; vitamin A 470 Sl; vitamin C
18,0 mg; vitamin B1 0,05 mg; vitamin B2 0,03 mg; niasin 0,20 mg; kapsaikin 0,1
s/d 0,5 %; pectin 2,33 %; pentosan 8,57 dan pati 0,8 s/d 1,4 % (Salim, 2013).
Permintaan cabai dari tahun ketahun semakin meningkat, hal tersebut terjadi
karena jumlah penduduk di Indonesia terus meningkat. Selain permintaan oleh
rumah tangga, permintaan terhadap cabai juga datang dari subsektor industri
pengolahan bahan makanan, yang memerlukan cabai sebagai bahan baku utama
atau bahan baku campuran. Meningkatnya permintaan cabai dan prospek peluang
pasar cabai yang sangat luas dan besar tersebut mendorong petani untuk
membudidayakan cabai, sehingga permintaan terhadap kebutuhan benih cabai
varietas unggul juga akan semakin meningkat. Menurut Syukur, dkk., (2010)
salah satu penentu keberhasilan dalam suatu usaha budidaya tanaman adalah
faktor penggunaan benih yang berasal dari varietas unggul.
Salah satu lembaga pemerintah yang melakukan kegiatan produksi benih
cabai unggul adalah Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BP2TPH) yang terdapat di wilayah Ngipiksari, Kaliurang, Sleman,
Yogyakarta. Balai ini terletak di daerah Kaliurang yang memiliki ketinggian
tempat 850 m dpl. BP2TPH merupakan salah satu unit pelaksanaan teknis dari
Dinas Pertanian Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang memiliki
fungsi melaksanakan sebagian tugas Dinas Pertanian DIY di bidang pembenihan
tanaman hortikultura. Produksi benih unggul yang dihasilkan oleh BP2TPH
antara lain benih tomat, cabai dan jamur. Jenis benih cabai merah yang
dikembangkan di BP2TPH ini adalah cabai merah varietas Branang, Gantari dan
Lokal-pakem.
1.2 Permasalahan
Benih unggul merupakan hal yang sangat penting dalam budidaya
pertanian dan merupakan awal untuk mendapatkan hasil yang tinggi. Cabai merah
3

merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi
dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Permasalahannya produsen benih saat ini
dalam melakukan penanganan pascapanen belum sesuai dengan syarat-syarat
yang telah ditentukan sehingga mutu benih kurang terjamin. Dalam praktik kerja
lapangan ini dikaji bagaimana penanganan pascapanen cabai merah yang baik
untuk produksi benih supaya menghasilkan benih cabai merah yang unggul.
1.3 Tujuan
1 Sebagai syarat untuk memenuhi kurikulum Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Tidar,
2 Mengetahui proses penanganan pascapanen cabai merah untuk produksi benih
di Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura
Ngipiksari Yogyakarta,
3 Memperoleh keterampilan dalam bidang produksi benih cabai merah.
1.4 Manfaat
1 Memahami teknik penanganan pascapanen cabai merah untuk produksi
benih,
2 Terampil dalam penanganan pascapanen cabai merah untuk produksi benih.
1.5 Ruang Lingkup
Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura
(BP2TPH) yang terdapat di wilayah Ngipiksari, Kaliurang, Sleman, Yogyakarta.
Balai ini terletak di daerah Kaliurang yang memiliki ketinggian tempat 850 m dpl.
BP2TPH merupakan salah satu unit pelaksana teknis dari Dinas Pertanian
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang memiliki fungsi melaksanakan
sebagian tugas Dinas Pertanian DIY di bidang pembenihan tanaman hortikultura.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Cabai


Tanaman cabai atau lombok termasuk kedalam famili Solanaceae.
Tanaman lain yang masih sekerabat dengan cabai diantaranya adalah kentang
(Solanum tuberosum, L.), terung (Solanum melongena, L.), leunca (Solanum
nigrum, L.), akokak (Solanum torvum, Swartz) dan tomat (Solanum
lycopersicum) (Rukmana, 2002).
Tanaman cabai merupakan tanaman semusim yang tumbuh tegak dengan
batang berkayu dan cabang berjumlah banyak, ketinggian bisa sampai 120 cm
dengan lebar tajuk tanaman sampai 90 cm (Wiryanta, 2002).
Cabai merupakan tanaman perdu yang dikenal sejak dahulu sebagai bumbu
masakan. Awalnya tanaman cabai merupakan tanaman liar di hutan-hutan,
beberapa referensi menyebutkan bahwa cabai berasal dari Amerika Selatan,
tepatnya di Bolivia kemudian menyebar hingga ke Amerika Tengah dan akhirnya
ke seluruh dunia (Salim, 2013).
1 Klasifikasi tanaman cabai merah
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Familia : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuum, L (Rukmana, 1996).
Cabai merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah
ataupun dataran tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan
vitamin C serta mengandung minyak atsiri capsaicin yang menyebabkan rasa
pedas dan memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-

4
5

rempah (bumbu dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa
dipakai untuk kebutuhan sehari-hari tanpa harus membelinya dipasar
(Harpenas, dkk., 2010).
2 Morfologi tanaman cabai merah
a Akar
Cabai adalah tanaman yang mempunyai akar tungang dan sistem
perakaran agak menyebar, panjangnya berkisar 25 - 35 cm, akar ini
berfungsi menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta
menguatkan berdirinya batang tanaman. Akar tanaman cabai tumbuh tegak
lurus ke dalam tanah, berfungsi sebagai penegak pohon yang memiliki
kedalaman kurang lebih 200 cm serta berwarna coklat. Dari akar tunggang
tumbuh akar-akar cabang, akar cabang tumbuh horizontal didalam tanah,
dari akar cabang tumbuh akar serabut yang berbentuk kecil-kecil dan
membentuk masa yang rapat.
b Batang
Batang utama tanaman cabai tegak, pangkalnya berkayu dengan
panjang 20 - 28 cm dan diameter 1,5 - 2,5 cm. Batang percabangan
berwarna hijau dengan panjang mencapai 5 – 7 cm, diameter batang
percabangan mencapai 0,5 - 1 cm. Percabangan bersifat dikotomi atau
menggarpu, tumbuhnya cabang beraturan secara berkesinambungan.
c Daun
Daun cabai berbentuk hati, lonjong, atau agak bulat telur dengan
posisi berselang-seling, ujung meruncing atau diistilahkan dengan oblongus
acutus, tulang daun berbentuk menyirip dilengkapi urat daun. Bagian
permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua, sedangkan bagian
permukaan bawah berwarna hijau muda atau hijau terang. Panjang daun
berkisar 9 - 15 cm dengan lebar 3,5 - 5 cm (Herwindati, dkk., 2006).
6

d Bunga
Bentuk bunga cabai merah umumnya tunggal yang keluar dari
ketiak-ketiak daun. Bunga berwarna putih atau ungu, dan mempunyai lima
benang sari serta satu buah putik. Penyerbukan dapat berlangsung secara
silang ataupun menyerbuk sendiri, buah yang terbentuk umumnya tunggal.
Struktur buah cabai merah terdiri atas kulit, daging buah, dan didalamnya
terdapat sebuah plasenta (tempat biji menempel secara tersusun). Buah
cabai banyak mengandung karoten, vitamin A, dan Vitamin C (Rukmana,
1996).
e Buah dan biji
Bentuk dan ukuran buah cabai berbeda-beda. Cabai besar yang lurus
bisa mencapai ukuran sebesar ibu jari, cabai keriting dan cabai rawit
ukurannya kecil-kecil tapi pedas, cabai paprika bentuknya ada yang seperti
buah apel (Wijoyo, 2008).
3 Syarat tumbuh tanaman cabai
Syarat tumbuh tanaman cabai dalam budidaya tanaman cabai adalah
sebagai berikut :
a Iklim
Iklim sangat penting untuk diperhatikan dalam budidaya cabai,
faktor iklim meliputi angin, curah hujan, cahaya matahari, suhu dan
kelembaban. Iklim mempengaruhi jenis tanaman yang sesuai untuk
dibudidayakan pada suatu kawasan, penjadwalan budidaya pertanian dan
teknik budidaya yang harus digunakan. Tanaman cabai akan tumbuh
optimal dengan distribusi curah hujan merata berkisar 1.500 - 2.500 mm
per tahun, suhu udara 16 - 32 °C. Tanaman cabai memerlukan kelembaban
relatif 80% dan sirkulasi udara yang lancar. Suhu untuk perkecambahan
benih paling baik antara 25 - 30°C. suhu optimal untuk pertumbuhan
adalah 24 - 28°C. Pada suhu <15°C atau >32°C buah yang dihasilkan
kurang baik. Lamanya penyinaran yang dibutuhkan tanaman cabai antara
7

10 - 12 jam/hari. Intensitas cahaya ini dibutuhkan untuk fotosintesis,


pembentukan buah, pembentukan bunga dan pemasakan buah. Faktor angin
juga harus diperhatikan. Angin yang terlalu kencang dapat merusak
tanaman dan proses pembungaan. Angin yang berhembus perlahan
diperlukan dalam proses penyerbukan, membawa uap air, dan melindungi
tanaman dari terik matahari sehingga tidak terjadi penguapan yang
berlebihan (Salim, 2013).
b Ketinggian tempat
Secara umum cabai dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran
tinggi hingga mencapai ketinggian 2.000 meter diatas permukaan laut.
Tanaman cabai memiliki kemampuan daya adaptasi yang cukup baik pada
berbagai lahan seperti sawah, pegunungan, pekarangan atau daerah tepi
pantai (Salim, 2013).
c Tanah
Cabai sangat sesuai ditanam pada tanah yang datar, dapat juga
ditanam pada lereng-lereng gunung atau bukit, tetapi kelerengan lahan atau
tanah untuk cabai adalah antara 0 - 10°. Tanaman cabai juga dapat tumbuh
dan beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah, mulai dari tanah
berpasir hingga tanah lempung (Harpenas, dkk., 2010).
Pertumbuhan tanaman cabai akan optimal jika ditanam pada tanah
dengan pH 6 - 7, tanah yang gembur, subur dan banyak mengandung
humus (bahan organik) (Sunaryono dan Rismunandar, 2007). Tanaman
cabai dapat tumbuh disegala macam tanah, akan tetapi tanah yang cocok
adalah tanah yang mengandung unsur-unsur pokok yaitu unsur N dan K,
tanaman cabai tidak suka dengan air yang menggenang.
2. 2 Syarat Cabai Untuk Benih
1 Persyaratan umum :
a Sumber benih harus benar. Benih merupakan salah satu factor penentu
kesuksesan dalam budi daya tanaman, maka untuk memperoleh hasil yang
8

maksimal serta sesuai dengan yang diinginkan dalam budi daya harus
menggunakan sumber benih yang benar dan berkualitas.
b Benih ditanam pada lahan yang bersih, bebas dari gulma atau tanaman
lain. Areal pertanaman yang akan dipergunakan untuk lahan penanaman
cabai harus bersih, bebas dari gulma atau sisa tanaman, hal ini untuk
menghindari adanya kompetisi terutama untuk unsur air dan unsur hara
serta untuk mencegah kemungkinan timbulnya penyakit.
c Benih ditanam pada lahan yang sebelumnya tidak ditanami tanaman
keluarga / famili terung - terungan. Areal pertanaman yang akan
digunakan bukan bekas tanaman cabai atau tanaman yang termasuk famili
Solanaceae, jika tanaman sebelumnya adalah yang termasuk famili
Solanaceae seperti kelompok cabai, tomat, terung atau kentang, maka
sebaiknya tanah harus diberakan sekurang – kurangnya selama 3 bulan.
d Isolasi pertanaman yang baik untuk mencegah terjadinya penyerbukan
silang dengan varietas lain. Isolasi dapat dilakukan dengan menanam
cabai dengan jarak 200 meter antar galur, kemudian apabila
penanamannya dengan skala besar (minimal 1 hektar) dapat menggunakan
tanaman penghalang yaitu tanaman yang memiliki tinggi tanaman
melebihi cabai seperti tebu, jagung atau sorghum di sekeliling cabai,
namun untuk skala kecil dapat dilakukan penutupan bunga sebelum mekar
menggunakan kantung kertas atau kantung kain kasa.
e Pencegahan kemungkinan tercampurnya benih dengan benih varietas lain
pada saat panen dan prosesing benih apabila waktu tanam beberapa
varietas terjadi pada waktu yang bersamaan, maka harus diperhatikan
jangan sampai buah cabai dari varietas yang berbeda tercampur. Demikian
pula dalam prosesing benih, perlu memperhatikan kebersihan alat yang
dipergunakan.
f Benih diberi label yang benar dan jelas menurut nama varietas, atau
dengan keterangan lain, seperti daya kecambah dan kadar air benih.
9

Pelabelan dilakukan sejak di persemaian, tanam, prosesing, sampai


penyimpanan benih (Kusandriyani, dkk., 2005).
2 Panen
a Waktu panen dapat dilakukan antara jam 08.00 - 17.00 WIB.
b Panen dianjurkan pada pagi hari setelah ada sinar matahari, sehingga
embun yang menempel di buah cabai sudah hilang, buah cabai yang
dipanen ketika masih basah akan menyebabkan buah cepat busuk.
c Tanaman cabai yang ditanam di dataran rendah dapat dipanen pada umur
70 - 75 hari setelah tanam, sedangkan yang ditanam di dataran tinggi dapat
dipanen mulai umur 4 - 5 bulan setelah tanam.
d Kriteria buah cabai merah siap dipanen yaitu ketika buah sudah masak
yang ditandai dengan perubahan warna buah menjadi merah lebih dari 60
% (Anonim, 2009).
2. 3 Penanganan Pascapanen
Panen merupakan rangkaian kegiatan pengambilan hasil budidaya
berdasarkan umur, waktu, dan cara sesuai dengan sifat dan atau karakter
produk. Istilah panen biasanya digunakan sebagai penanda berakhirnya kegiatan
budidaya di lahan. Penanganan saat panen sangat penting diperhatikan agar
produk dari budidaya yang dihasilkan dapat maksimal. Penanganan saat panen
yang salah dapat mengakibatkan kehilangan hasil hingga mencapai 20 %.
Kehilangan hasil tersebut umumnya disebabkan karena penentuan waktu panen
dan cara panen yang kurang tepat (Sesanti, 2017).
Pascapanen merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai dari kegiatan
pengumpulan hasil panen, proses penanganan hingga produk siap dikonsumsi
oleh konsumen. Pascapanen menjadi faktor penting yang harus dilakukan,
karena penanganan pascapanen yang tidak tepat dapat menyebabkan kerusakan
produk yang berarti kerugian bagi petani. Penanganan pascapanen produk
tanaman pangan berbeda dengan penanganan produk hortikultura. produk
hortikultura yang telah dipanen hanya dapat dipertahankan kualitasnya atau
10

setidaknya meminimalisir kerusakan hingga produk dikonsumsi. Penanganan


produk hortikultura secara umum meliputi panen, sortasi, grading, pengemasan,
penyimpanan dan pengangkutan (Sesanti, 2017).
Penanganan pascapanen pada produksi benih bertujuan mendapatkan
benih yang baik dan mempertahankan daya kecambah benih dan vigornya
sampai waktu penanaman. Teknologi benih meliputi pemilihan buah,
pengambilan biji, pembersihan, penjemuran, sortasi, pengemasan, penyimpanan
dan lain-lain (Mutiarawati, 2007).
2.4 Pengertian Benih
Benih adalah biji dari tanaman yang digunakan untuk tujuan pertanian,
memiliki fungsi agronomi yang dapat dipergunakan sebagai bahan tanam. Benih
merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya tanaman
dan perannya tidak dapat digantikan oleh faktor lain, karena benih sebagai bahan
tanaman dan pembawa potensi genetik terutama untuk varietas-varietas unggul.
2.5 Cara Mendapatkan Benih Varitas Baru
1 Mengumpulkan (koleksi) plasma nutfah dan mengkarakterisasi
Mengumpulkan plasma nutfah tanaman cabai dapat dilakukan dengan
cara eksplorasi atau mencari berbagai genotipe cabai dan introduksi atau
mendatangkan dari luar negeri. Selanjutnya berbagai genotipe cabai tersebut
dikarakterisasi berdasarkan pedoman atau panduan Descriptors for Capsicum
yang ditetapkan oleh International Plant Genetic Resources Institute (IPGRI).
2 Seleksi atau memilih genotipe yang diinginkan diikuti dengan pemurnian
(penggaluran).
Seleksi pemilihan plasma nutfah yang telah dikoleksi berdasarkan
karakterisasi yang sudah dilakukan. Plasma nutfah yang dikoleksi harus
banyak dan beragam sehingga akan memudahkan kita dalam memilih. Seleksi
diarahkan untuk medapatkan varietas yang diinginkan dan untuk memilih
genotipe-genotipe yang akan dijadikan tetua sebagai bahan persilangan. Proses
seleksi diikuti dengan pemurnia (penggaluran) yaitu melakukan selfing
11

(penyerbukan sendiri) dengan menutup indiividu tanaman dengan sungkup


kasa atau dengan mengisolasi individu bunga yang masih kuncup
menggunakan selotip.
3 Hibridisasi atau persilangan diantara genotipe terpilih (sebagai tetua)
Berdasarkan hasil seleksi pada kegiatan sebelumnya, dapat
diidentifikasi genotipe tanaman cabai yang diinginkan sebagai tetua. Tahapan
persilangan tanaman cabai yaitu : 1) persiapan, untuk melakukan kastrasi dan
penyerbukan silang disiapkan alat-alat seperti pisau kecil yang tajam, gunting
kecil, pinset dengan ujung yang tajam, alkohol (75 - 85 %) atau spiritus dalam
botol kecil untuk mensterilkan alat-alat tersebut, gelas atau cangkir untuk
tempat benang sari, kuas untuk meletakkan serbuk sari di atas kepala putik
serta kantong isolatif untuk membungkus bunga yang sudah dilakukan
penyerbukan, 2) kastrasi, yaitu membersihkan bagian tanaman yang ada
disekitar bunga yang akan diemaskulasi dari kotoran, serangga serta mahkota
dan kelopak, 3) emaskulasi, yaitu pembuangan alat kelamin jantan (stamen)
pada tetua betina sebelum bunga mekar atau sebelum terjadi penyerbukan
sendiri, 4) penyerbukan, yaitu peletakan serbuk sari ke kepala putik. Beberapa
hal yang harus diperhatikan ketika melakukan persilangan diantaranya
penyesuaian waktu berbunga serta waktu emaskulasi dan penyerbukan, 5)
isolasi, isolasi dilakukan agar bunga yang telah diserbuki tidak terserbuki oleh
serbuk sari asing, dengan demikian betinanya harus ditutupi dengan isolatif
misalnya, 6) pelabelan, ukuran dan bentuk label berbeda tergantung jenis
tanamannya, pada dasarnya label terbuat dari kertas kera tahan air atau plastik.
Label antara lain tertulis informasi tentang nomor yang berhubungan dengan
lapangan, waktu persilangan, nama tetua jantan dan betina dan kode
pemulia/penyilang.
12

4 Evaluasi terhadap hasil seleksi dan atau hibridisasi


Hasil seleksi dan hibridisasi dalam masing-masing metode yang
diterapkan perlu adanya tahapan evaluasi untk menghasilkan varitas baru yang
diinginkan (Syukur, 2010).
BAB 3
METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN

3.1 Tempat dan Waktu


Praktik Kerja Lapangan (PKL) tentang penanganan pasca panen cabai
merah (Capsicum annuum L.) untuk produksi benih dilaksanakan selama 30
hari kerja di Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan
Hortikultura Ngipiksari Yogyakarta. Pelaksanaan kegiatan praktik kerja
lapangan pada Bulan Juli sampai Agustus 2018 dengan 5 hari kerja dalam satu
minggu.
3.2 Materi Praktik Kerja Lapangan
Materi praktik kerja lapangan terdiri dari materi umum dan materi
khusus. Materi secara umum meliputi pengenalan struktur organisasi dan
kegiatan dan kegiatan di Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan
dan Hortikultura Ngipiksari Yogyakarta, sedangkan materi khusus adalah
penanganan pasca panen cabai merah untuk produksi benih di Balai
Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura Ngipiksari
Yogyakarta.
3.3 Metode Pengumpulan Data
1 Pengumpulan data secara langsung
a Observasi, yaitu pengumpulan data dengan pengamatan,
peninjauan dan praktik secara langsung di lapangan,
b Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan secara langsung kepada pihak yang terkait di Balai
Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura
Ngipiksari Yogyakarta. (Lampiran 2).
2 Pengumpulan data secara tidak langsung
Studi pustaka, yaitu pengumpulan data dengan cara membaca
dan menelaah buku maupun referensi yang terkait dengan penanganan
pasca panen untuk produksi benih cabai merah.
3.5 Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Pelaksanaan kegiatan praktik kerja lapangan dilakukan pada Bulan Juli
sampai Agustus 2018 dengan 5 hari kerja dalam satu minggu. Keseluruhan

13
14

kegiatan pelaksanaan praktik kerja lapangan dilaksanakan selama 5 bulan,


yaitu mulai pengambilan data, analisis masalah, dan penyusunan laporan akhir
serta ujian. Jadwal pelaksanaan praktik kerja lapangan disajikan dalam tabel
sebagai berikut :

Bulan Keterangan
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5

1 Observasi lokasi PKL

2 Pembuatan Proposal

3 Pelaksanaan PKL

4 Penyusunan laporan
dan Ujian PKL
15

BAB 4
KEADAAN UMUM

4.1 Profil Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura


(BPPTPH)
Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura
(BPPTPH) merupakan salah satu Unit Pelakasanaan Teknis Dinas (UPTD)
dari Dinas Pertanian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. BPPTPH bekerja
di bawah pengawasan dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pertanian
Provinsi DIY. BPPTPH berlokasi di Jalan Kaliurang Km. 23 Ngipiksari,
Pakem, Sleman, Yogyakarta.
Tahun 1960 pemerintah Yogyakarta mendirikan Kebun Percontohan
Hortikultura Kaliurang tepatnya di Ngipiksari, Hargobinangan, Pakem,
Sleman. Kebun Percontohan yang mempunyai luas 2,4 ha tersebut
mengemban tugas melaksanakan budidaya tanaman hortikultura dan
memproduksi benih maupun bibitnya. Tahun 1981-1982 luas arealnya
berkurang menjadi 1,25 ha karena diminta oleh Pemerintah Daerah untuk
digunakan sebagai Kebun Percontohan Perkebunan yang terletak di sebelah
selatan Kebun Percontohan Hortikultura.
Pada tanggal 10 Februari 1982 pemerintah dalam mempercepat laju
swastanisasi mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Direktorat Jendral Pertanian
No: 1 A5.B2.6 tentang pembentukan Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH)
Ngipiksari, Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Status BPIH
Ngipiksari adalah binaan dari Departemen Pertanian dan berlokasi atau daerah
kerjanya merupakan milik Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta maka
dengan memperhatikan Surat Menteri Dalam Negeri No: 06.1/9975/85
tanggal 26 September 1987 tentang Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD)
pada lingkup Dinas Pertanian, dengan menunggu dikeluarkannya pedoman
dari Departemen Dalam Negeri maka dibentuk UPTD. UPTD tersebut
dibentuk berdasarkanSurat Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
No: 61/KPTS/1988 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja UPTD
Balai Benih atau Benih Padi, Palawija, Hortikultura dan Lembaga Pendidikan
Usaha Tani (LPUT) pada Dinas Pertanian Provinsi Daerah Istimewa
16

Yogyakarta. Tahun 2002 berdasarkan PERDA No: 7 Tanggal 3 Agustus 2002


dan diundangkan oleh DPRD DIY tanggal 12 Agustus 2002, Balai Benih
Induk Hortikultura (BBIH) diubah menjadi Balai Pengembangan dan Promosi
Agribisnis Perbenihan Hortikultura (BPPAPH), fungsi dari BBPAPH sama
dengan BBIH. Tahun 2010, BBPAPH berubah nama menjadi Balai
Pengembangan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPPTPH).
Fungsi BPPTPH adalah melaksanakan tugas dari Dinas Pertanian DIY
di bidang pengembangan dan perbenihan tanaman dan hortikultura, antara
lain:
1 Penyusunan program kerja dan rencana kegiatan,
2 Pelaksanaan pengembangan dan pelayanan perbenihan tanaman pangan,
3 Pelaksanaan pengembangan dan pelayanan perbenihan tanaman
hortikultura,
4 Pelaksanaan kegiatan ketatausahaan, dan
5 Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan program atau kegiatan.
4.2 Letak Geografis Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BPPTPH)
BPPTPH Ngipiksari terletak di lintas jalan Yogyakarta-Kaliurang
KM.23, sebelah utara Kota Yogykarta serta berjarak ± 2 km dari lokasi
wisata Kaliurang dan dekat dengan Gunung Merapi. BPPTPH terletak di
Dusun Ngipiksari, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten
Sleman.
Batas-batas wilayah adalah sebagai berikut:
1 Sebelah utara berbatasan dengan Dusun Ngipiksari,
2 Sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Banteng,
3 Sebelah timur berbatasan dengan Kali Kuning, dan
4 Sebelah barat berbatasan dengan Jalan kaliurang.
Lokasi BPPTPH Ngipiksari terletak pada ketimggian 850 meter diatas
permukaan laut dengan topografi 50% kondisi tanah datar, 35% kondisi tanah
bergelombang dan 15% kondisi tanah agak curam. Kadar keamsaman tanah
(pH) berkisar 5,3 – 6,3 dengan curah hujan rata-rata 14 hari hujan/bulan atau
17

termasuk kategori tipe basah, suhu minimal rata-rata ± 18oC dan suhu
maksimal rata-rata ± 30oC dengan kelembaban ± 82%.
4.3 Visi dan Misi Balai Pengembangan Perbeniha Tanaman Pangan dan
Hortikultur (BPPTPH)
 Visi:
Sebagai Balai yang Bergerak dalam agribisnis perbenihan
tanaman pangan dan hortikultura, serta melayani dinamika kebutuhan
benih.
 Misi:
1 Menghasilkan benih tanaman pangan dan hortikultura berkualitas
untuk mendukung peningkatan kesejahteraan petani;
2 Melaksanakan upaya pemurnian/pemutihan varietas unggul lokal
maupun nasional tanaman pangan dan hortikultura;
3 Meningkatkan daya saing dalam agribisnis perbenihan;
4 Mengembangkan jejaring kerjasama kelompok penangkar;
5 Mengembangkan kapasitas Balai untuk meningkatkan kemampuan dan
profesionalisme dengan melaksanakan pengamatan, pengkajian, dan
pengembangan varietas unggul tanaman pangan dan hortikultura.
4.4 Susunan Organisasi Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BPPTPH)
Susunan organisasi Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan
dan Hortikultura Ngipiksari sebagai berikut :
1 Kepala Balai
2 Subbagian Tata Usaha
3 Seksi Pengembangan Produksi Benih Tanaman Pangan
4 Seksi Pengembangan Produksi Benih Hortikultura dan
5 Kelompok Jabatan Fungsional.
18

KEPALA BALAI

POK JAB FUNG

KASI PPBTP KASUB BAG TU KASI PPBH

UNIT WIJILAN UNIT NGIPIKSARI

UNIT GADING UNIT WONOCATUR

UNIT BERBAH UNIT TAMBAK

UNIT GESIKAN

Seksi Pengembangan Produksi Benih Hortikultura berkantor di Jl.


Kaliurang, Ngipiksari, Hargobinangun, Sleman. Dalam menjalankan tugas
dan fungsinya, seksi PPBH mempunyai 3 unit kerja yaitu unit kerja
Ngipiksari, Tambak dan Wonocatur, untuk mencukupi kebutuhan asyarakat,
seksi PPBH mempunyai kegiatan perbanyakan bibit buah-buahan dan
beberapa benih sayuran. Tanaman buah-buahan yang diperbanyak meliputi
durian, sirsak, jambu dalhari, jambu Kristal, dan pisang hasil kultur jaringan.
Seksi PPbh mempunyai pohon indukan durian, pisang, jambu dan sirsak
sebagai mata tempel yang keberadaannya sudah di daftarkan di BPSPB
(Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian) sebagai pohon induk
(PI).
Yogyakarta sebagai salah satu kota wisata yang sering menggelar
perhelatan berskala nasional, yang tidak pernah lepas dari rangkaian suatu
perhelatan adalah dekorasi, baik dekorasi bunga maupun tanaman indoor.
Peluang ini dikembangkan oleh petani tanaman hias yang kebanyakan berada
di lereng gunung Merapi. Untuk mendukung kebutuhan benih tanaman hias
ditingkat petani, seksi PPBH juga melaksanakan perbanyakan benih sumber
anggrek dan tanaman hias daun. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan
19

petani jamur konsumsii, seksi PPBH juga melaksanakan perbanyakan benih


jamur edible atau jamur konsumsi.
4.5 Sarana Produksi Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BPPTPH)
Sarana dan fasilitas yang tersedia cukup memadai untuk melaksanakan
tugas dan fungsi BPPTPH tersebut, meskipun masih diperlukan penambahan
fasilitas dan sarana. Sarana dan prasarana yang ada adalah kantor utama
untuk kegiatan administrasi dan pemasaran benih. Sarana lain meliputi
gudang penyimpanan alat pertanian, laboratorium benih, laboratorium kultur
jaringan, peralatan processing dan penyimpanan benih, peralatan pengolahan
lahan, lahan pertanian dan sarana pengairan.
Bidang usaha yang dilakukan untuk setiap tahunnya bervariasi
tergantung pada musim, kecenderungan kebutuhan konsumen dan anggaran
belanja yang tersedia. Komoditas usaha yang diusahakan dibedakan menjadi
beberapa kelompok, anatara lain:
1 Komoditas benih sayuran yaitu tomat, cabai, buncis, dan kacang
panjang,
2 Komoditas bibit buah-buahan yaitu jeruk keprok, jeruk siam,
kelengkeng, durian, jambu kristal dan jambu dalhari,
3 Komoditas bibit tanaman hias yaitu anggrek dan krisan, dan
4 Komoditas bibit jamur yaitu jamur kuping dan jamur tiram.
Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura,
Kaliurang, Kabupaten Sleman, Yogyakarta selalu mengadakan berbagai
kegiatan seperti pebanyakan bibit buah-buahan yang dapat menghasilkan
bibit atau tanaman yang lebih produktif melalui teknik perbanyakan
vegetative seperti cangkok, okulasi, dan sambung pucuk. Kemudian
perbanyakan benih sayur seperti tomat, cabai, kacang panjang, dan buncis.
Selain kegiatan umum,kegiatan lainnya yang dilaksanakan di BPPTPH
sebagai berikut:
1 Kegiatan pemeliharaan pohon induk,
2 Kegiatan pemurnian benih sayuran,
3 Uji adaptasi varietas sayuran local dan impor,
20

4 Kegiatan pemeliharaan tanaman hias anggrek dan non anggrek,


5 Kegiatan perbanyakan benih jamur, dan
6 Kegiatan promosi dan pemasaran benih.
4.6 Tugas dan Fungsi
Tugas dan fungsi merupakan sasaran utama atau pekerjaan yang
dibebankan kepada suatu organisasi, unit atau bidang untuk dapat dicapai dan
dilakukan. antara tugas pokok dan fungsi telah menjadi satu kesatuan yang
saling terkait. Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, maka
diperlukan suatu pedoman dan arahan yang jelas sebagai acuan untuk
mencapai sasaran yang diinginkan. Pedoman dan arahan ini dituangkan
dalam strategi rencana kerja beserta seluruh aspek yang berkaitan dengannya.
Tugas dan fungsi menunjukkan makna dari pekerjaan yang telah dan
akan dilakukan. hal ini sangat mempengaruhi keberhasilan dalam suatu
kegiatan atau tujuan organisasi. Dengan disusunnya rencana strategis ini
diharapkan dapat mengoptimalkan kinerja dan mencapai sasaran yang telah
ditetapkan. Seksi Pengembangan Produksi Benih Hortikultura mempunyai
tugas melaksanakan perbenihan hortikultura. Untuk melaksanakan tugas
tersebut maka seksi PPBH mempunyai fungsi :
1. Penyusunan Program Seksi Pengembangan Perbenihan Tanaman
Hortikultura
2. Pengembangan Produksi Benih Sumber Hortikultura
3. Identifikasi dan Pengembangan Varietas Unggul Lokal
4. Pengembangan dan Kerjasama Produksi Benih Sumber
5. Pemurnian/Pemutihan Varietas-varietas
6. Pengelolaan Sarana Prasarana Produksi Benih
7. Fasilitas Penyelenggaraan dan Pengembangan Kemitraan Usaha Benih
8. Penyebarluasan Varietas Unggul Baru
9. Fasilitas Pemberdayaan Penangkar dan Produsen Benih
10. Pelayanan dan Penyebaran Informasi Perbenihan
11. Pelaksanaan Evaluasi dan Penyusunan Laporan Program Seksi
Pengembangan Produksi Benih Hortikultura
BAB 5
PEMBAHASAN

Berdasarkan praktik kerja lapangan yang telah dilaksanakan di UPTD


BP2TPH Ngipiksari Yogyakarta dapat diketahui bahwa benih cabai merah yang
diproduksi adalah benih cabai merah varietas Branang, Gantari serta Cipanas
(Lokal pakem) dengan kelas Benih Pokok (SS) dan berlabel ungu.
Pengembangannya dilakukan melalui budidaya di lapang dan dihasilkan benih
cabai merah varietas Branang, Gantari dan Cipanas (Lokal pakem) bersertifikat
dari BPSB yang berkelaskan Benih Sebar (ES) dengan warna label biru.
Sebelum melakukan produksi benih, terlebih dahulu dilakukan kegiatan
pemurnian agar nantinya benih yang ditanam benar-benar baik sehingga hasil
produksi benih yang didapatkan benar-benar berkualitas dan bermutu tinggi.
Bahan tanam yang digunakan dalam kegiatan produksi benih didapatkan dari
benih hasil pengembangan sendiri / hasil pemurnian yang dilakukan BP2TPH.
Dalam produksi benih cabai merah, tahapan yang dilakukan yaitu mulai dari
budidaya tanaman cabai merah hingga penanganan pascapanen. Tahapan dalam
produksi benih cabai yang dilakukan di BP2TPH adalah sebagai berikut :
5.1 Budidaya Tanaman Cabai
1 Penyemaian
Cabai merupakan salah satu komoditas yang memerlukan tahap
persemaian sebelum ditanam di lapangan. Persemaian dilakukan untuk
memperoleh bibit yang baik serta mempermudah dalam perawatan. Penyemaian
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara manual dan menggunakan
minitray. Penyemaian dilakukan di dalam rumah plastik untuk melindungi
benih dari terpaan air hujan. Media yang digunakan dalam proses penyemaian
ini yaitu tanah dan kompos. Penyemaian secara manual dilakukan di tanah
langsung. Langkah yang pertama yaitu melakukan pengolahan tanah sampai
gembur, kemudian membuat guludan kurang lebih tingginya 15 cm, meratakan

21
22

guludan dengan tepi lebih tinggi daripada bagian tengahnya untuk efisiensi
penyiraman, membuat garis pada guludan tersebut dengan kedalaman 2-3 cm
untuk penyemaian benih dengan jarak antar baris 5 cm, menaburkan benih
dalam baris dan menambahkan diazinon sebagai insektisida dengan cara
menaburkannya diatas benih, menaburkan pupuk kompos, dan meratakan
kembali, menutup permukaan tanah menggunakan daun kaliandra atau daun
lamtoro dan melakukan penyiraman menggunakan gembor dua kali sehari
ketika benih belum berkecambah dan satu kali sehari ketika benih sudah
berkecambah. Apabila terdapat hama / penyakit langsung menyemprot
meggunakan pestisida dengan dosis yang rendah. Penutupan menggunakan
daun kaliandra atau lamtoro berfungsi untuk mendinginkan / menurunkan suhu,
supaya air tidak mudah menguap dan dapat dijadikan sebagai pupuk. Ketika
bibit berumur 30 hari, bibit sudah dapat dipindah tanamkan ke lahan.
Penyemaian menggunakan minitray, media yang digunakan yaitu tanah dan
kompos. Pertama, mengayak tanah dan kompos sampai tercampur. Setelah
tercampur, memasukkan media kedalam minitray, meratakan media dan
membuat lubang tanam, memasukkan benih kedalam lubang tanam masing-
masing satu benih, menaburkan diazinon dan pupuk kompos, menutup
permukaan media dengan daun kaliandra atau lamtoro dan menyiram setiap hari
pada pagi hari.

Gambar 1 Proses penyemaian secara manual di lahan persemaian


23

Gambar 2 Penyemaian menggunakan minitray


2 Pengolahan tanah dan pembuatan bedeng
Proses pengolahan tanah dilakukan sebelum tanaman dipindahkan dari
persemaian. Pengolahan tanah dilakukan sebanyak dua kali dengan menggunakan
traktor dan cangkul. Pengolahan tanah pertama dilakukan dengan cara dibajak
menggunakan traktor dengan kedalaman olah tanah 20 – 30 cm kemudian tanah
didiamkan selama 1-2 minggu. Hal ini bertujuan untuk membalikkan tanah dan
supaya gulma yang ada didalam tanah mati. Pengolahan tanah kedua dilakukan
menggunakan cangkul kemudian dibuat bedengan. Lebar bedengan kurang lebih
1 meter , tinggi bedeng 15 - 30 cm dengan jarak antar bedeng 60 cm yang
digunakan sebagai parit.
3 Pemupukan
Pemberian pupuk bertujuan agar nutrisi dalam tanah yang dibutuhkan
tanaman cabai dapat terpenuhi. Pupuk yang diberikan yaitu pupuk kandang ayam
dan pupuk kimia (Urea, SP-36, KCl) sebagai pupuk dasar. Pupuk kandang ayam
mengadung unsur N dan P lebih banyak dibandingkan pupuk kandang jenis
lainnya. Pupuk kandang ayam memiliki sifat dapat menahan air dengan baik,
mampu memperbaiki struktur tanah dan mampu mempertahankan kesuburan
tanah. Dosis pupuk kandang ayam yang digunakan yaitu 1 - 2 ton/ha. Cara
pengaplikasiannya, pupuk kandang disebarkan diatas bedengan yang sudah dibuat
setinggi ± 15 cm kemudian dicampur dengan tanah menggunakan rotary. Setelah
24

tercampur rata ditambahkan pupuk kimia (Urea, SP-36, KCL) dengan


perbandingan 2 : 1 : 1 serta dolomite dan kemudian ditutup tanah kembali.

Gambar 3 Pencampuran pupuk kandang dengan tanah menggunakan rotary

Gambar 4 Pemberian pupuk organik (kiri) serta pemberian pupuk kimia dan
dolomite (kanan)
3 Pemasangan mulsa dan pembuatan lubang tanam
Setelah pembuatan bedeng selesai, tanah ditutup menggunakan mulsa
hitam perak dan dipasang dengan kencang. Mulsa yang dipasang dibagian atas
berwarna perak dan yang dibagian bawah berwarna hitam. Pemasangan mulsa
bertujuan untuk mempermudah kegiatan pemeliharaan tanaman cabai yang akan
ditanam karena mulsa dapat mengurangi fluktuasi suhu tanah, mengurangi laju
evaporasi tanah, mengurangi kerusakan (erosi) tanah karena air hujan, menekan
pertumbuhan gulma dan lain sebagainya. Lahan yang akan dipasang mulsa
25

didiamkan selama kurang lebih 1 - 2 minggu setelah itu dibuat lubang tanam.
Jarak antar lubang 50 x 50 cm. Setelah pembuatan lubang tanam, lahan didiamkan
1 - 2 hari atau 1 minggu sebelum ditanami tanaman cabai, hal ini bertujuan agar
pupuk kandang yang diberikan menjadi lebih matang.

Gambar 5 Pemasangan mulsa


4 Penanaman
Bibit dari persemaian yang berumur 30 hari telah siap untuk dipindah
tanam di lahan. Setiap lubang tanam ditanami satu bibit tanaman cabai. Apabila
bibit diambil dari persemaian menggunakan minitray, ketika mengambil bibit
harus hati-hati agar bibit tidak rusak. Bibit yang diambil sebelumnya telah disiram
terlebih dahulu supaya bibit mudah diambil dari minitray sehingga tidak terjadi
kerusakan pada akar yang dapat menyebabkan tanaman menjadi stress dan mati.
Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu dilakukan seleksi dengan memisahkan
bibit yang tumbuh tidak normal, kerdil, daun berwarna pucat maupun benih yang
terserang penyakit sehingga bibit yang ditanam benar-benar bibit yang baik,
sehingga nantinya tanaman tumbuh dengan optimal dan mampu menghasilkan
benih bermutu tinggi. Kriteria bibit yang baik untuk ditanam di lapang yaitu
sudah membentuk 4 – 5 helai daun dengan tinggi 5 – 10 cm. Penanaman
dilakukan pada pagi atau sore hari apabila cuaca tidak terlalu panas, kedalaman
lubang tanam untuk penanaman bibit cabai sekitar 15 cm.
26

5 Pemeliharaan
Pemeliharaan untuk tanaman cabai meliputi beberapa hal, diantaranya
sebagai berikut :
a Penyulaman
penyulaman tanaman dilakukan tiga hari setelah tanam. Penyulaman
dimaksudkan untuk mengganti tanaman yang mati atau tidak tumbuh maupun
tanaman yang tidak sehat pertumbuhannya. Bibit untuk penyulaman diambil
dari tempat persemaian cadangan. Tujuan dilakukan penyulaman adalah untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan lahan dan penyeragaman pertumbuhan
tanaman, sebab apabila pertumbuhan tanaman tidak seragam akan dapat
menyulitkan pemeliharaan.
b Penyiraman atau pengairan
Penyiraman dilakukan setiap hari sampai bibit umur 1 bulan di lahan.
Setelah bibit berumur lebih dari 1 bulan, penyiraman dilakukan 2 kali dalam
seminggu. Penyiraman dilakukan sampai panen dengan melihat kondisi lahan,
apabila kondisi lahan kering, maka harus segera dilakukan penyiraman, namun
apabila kondisi lahan tidak terlalu kering atau setelah turun hujan maka
pengairan atau penyiraman tidak perlu dilakukan. Pengairan atau penyiraman
yang dilakukan di BP2TPH ada 2 tipe yaitu disemprot dan di lep. Penyiraman
dilakukan pada pagi hari dengan sistem kocor per lubang menggunakan
gembor.
c Pemupukan susulan
Pemupukan susulan diberikan setelah tanaman berumur ± 21 HST
dengan tujuan untuk menjaga kesuburan tanah dan meningkatkan pertumbuhan
tanaman cabai. Waktu pemberian pupuk susulan ini tidak terjadwal, selalu
melihat kondisi tanaman apakah tanaman membutuhkan pemupukan kembali
atau tidak. Pemberian pupuk ini dapat dilakukan dengan sistem kocor maupun
disemprot. Pupuk yang diberikan adalah campuran antara calsimax dan NPK
dengan perbandingan 1 : 1 pada 1 liter air. Dosis pemupukan susulan untuk
27

Calsimax adalah 3 g/l apabila pemupukan sengan disemprot dan 10 g/l apabila
dikocor. Dosis pupuk NPK yang diberikan yaitu 20 g/l.
d Pengocoran
Pengocoran merupakan istilah dalam pemberian pupuk yang diberikan
dengan cara dikocor. Pupuk yang digunakan untuk pengocoran tanaman cabai
yaitu pupuk rumput laut dan NPK. Pupuk rumput laut dibuat dengan
memfermentasi rumput laut, tetes tebu dan alkohol. Dosis yang digunakan yaitu
5 cc fermentasi rumput laut ditambah 1 liter air dan 1 cc NPK yang sudah
dilarutkan ditambah 1 liter air. Pupuk ini juga bisa digunakan untuk pengocoran
bibit cabai. Pengocoran dilakukan setiap 3 minggu sekali. Total dilakukan
pengocoran selama budidaya yaitu 4 - 5 kali dengan pengocoran terakhir yaitu
pada panen kedua.
e Pemasangan ajir
Pemasangan ajir dilakukan setelah tanaman cabai berumur 1 bulan
setelah tanam. Pemasangan ajir dibuat berbentuk silang karena tanahnya yang
bersifat semi pasir. Pemasangan ajir ini bertujuan untuk menjaga agar tanaman
tidak roboh. Cara pemasangannya dilakukan dengan menancapkan sebilah
bambu yang tingginya kurang lebih 1 meter pada tiap lubang tanam yang
dipasang dipinggir lubang tanam agar tidak merusak perakaran dan tanaman
cabai tersebut.
f Pemangkasan dan penyiangan
Pemangkasan dan penyiangan merupakan tindakan yang tidak bisa
ditinggalkan dalam budidaya cabai merah. Dalam budidaya cabai merah istilah
pemangkasan disebut dengan pewiwilan. Pewiwilan merupakan proses
pemotongan atau pembuangan tunas maupun daun yang sudah tua yang
bertujuan agar nutrisi yang diserap tanaman terpusat pada batang utama
sehingga menghasilkan kualitas buah yang baik. Pewiwilan dilakukan sebanyak
3 kali. Tunas yang dipelihara adalah tunas yang berbentuk Y. tunas yang
berbentuk Y keatas dipelihara, sedangkan yang dibawahnya diwiwil. Pewiwilan
28

dilakukan pada tunasnya saja bukan dengan daunnya. Tunas yang berbetuk Y
diikat dengan ajir.
Penyiangan merupakan tindakan pengendalian gulma yang tumbuh
disekitar tanaman cabai. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma
yang tumbuh dengan menggunakan tangan atau peralatan lain seperti sabit,
selain itu penyiangan juga dapat dilakukan menggunakan herbisida round up.
g Pengendalian hama penyakit
Keberadaan hama dan penyakit di lahan dapat menurunkan produktifitas
tanaman cabai, maka dari itu perlu adanya pengendalian. Pengendalian hama
penyakit pada tanaman cabai dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida
maupun fungisida. Pestisida dan fungisida yang diberikan tergantung dari
kebutuhan tanaman dan tingkat hama penyakit yang menyerang. Macam-
macam pestisida yang digunakan yaitu Ridomil gold (merupakan fungisida
yang digunakan untuk pengendalian jamur, dosis yang diberikan 1 g/l air),
Jossefat (untuk pengendalian ulat namun lebih cocok untuk pengendalian lalat
buah, pestisida ini digunakan sebagai pengganti Yellow trap, dosis yang
digunakan yaitu 1 g/l air), Curacron (untuk pengendalian lalat buah dan ulat,
dosis 1 cc/l air), Dithane (fungisida, untuk pengendalian jamur, dosis yang
digunakan 1 g/l air) dan Bramek (untuk meluruskan buah cabai, dosis yang
digunakan 0,5 cc/l air). Pengendalian dapat dilakukan mulai umur 3 minggu
setelah tanam dengan penyemprotan. Penyemprotan ini dilakukan setiap 1
minggu sekali sampai panen. Dalam penyemprotan, alat yang digunakan adalah
sprayer dengan muatan 16 liter. Pestisida yang digunakan biasanya dioplos serta
ditambah perekat dan ridomil.
h Panen
Panen merupakan tahapan terakhir dari suatu kegiatan budidaya tanaman.
Panen buah unuk dijadikan benih sebaiknya dilakukan apabila buah telah
mencapai masak fisiologis dengan ciri-ciri seluruh buahnya berwarna merah
dan mengkilat. Panen pertama dilakukan ketika tanaman berumur 4 bulan atau
29

setelah buah cabai masak fisiologis. Kriteria panen yang ditentukan di BP2TPH
untuk buah siap panen adalah yang warnanya merah sempurna, buah lebat dan
lurus-lurus, tingginya sejajar, panjang buah sama dan daun tidak berwarna
kuning. Jarak panen yaitu 5 hari sekali dan total pemanenan cabai yaitu
sebanyak 7 kali. Cabai untuk produksi benih semakin tua umurnya maka
semakin bagus. Cabai yang dipanen harus benar-benar matang agar benih yang
dihasilkan bermutu tinggi. Setelah dipanen, cabai segera disimpan di gudang
penyimpanan dengan menghamparkannya dilantai agar sirkulasi udara tetap
terjaga. Dasuki dan Muhamad (1997) menyatakan bahwa, penyimpanan dengan
udara terkontrol dan dimodifikasi dapat menghambat metabolisme sehingga
menunda pematangan dan pembusukan buah. Oleh karena itu, cabai yang akan
disimpan hendaknya sehat dan seragam kematangannya.

Gambar 6 Proses pemanenan cabai


5.2 Penanganan pascapanen
Penanganan pascapanen cabai untuk menghasilkan benih yang dilakukan di
BP2TPH terdiri dari beberapa tahapan, yang meliputi :
1 Seleksi buah
Seleksi buah dilakukan pada saat proses pemanenan dan pascapanen di
gudang. Pada proses pemanenan, cabai yang dipanen hanyalah cabai yang sehat
dan tidak busuk dengan ciri-ciri masak fisiologis yaitu warna buah 80 % merah
sempurna. Seleksi kembali dilakukan setelah cabai berada di gudang
penyimpanan dengan cara menyortir cabai yang busuk, tidak terkena penyakit
30

serta memisahkan varietas yang tidak diharapkan. Hal ini bertujuan supaya benih
yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik.
2 Ekstraksi
Buah cabai yang sudah diseleksi kemudian diekstrak untuk diambil bijinya.
Ekstraksi dilakukan menggunakan mesin ekstraksi (ekstrac pulper) (Gambar 7).
Cabai dimasukkan kedalam mesin untuk memisahkan antara kulit buah dengan
bijinya (Gambar 8). Biji dan kulit buah akan terpisah dan keluar melalui saluran
yang berbeda. Biji yang terpisah ditampung dalam karung goni besar (Gambar
9), sedangkan kulit buah ditampung menggunakan ember bak besar yang akan
diproses kembali. Proses ekstraksi ini dilakukan sebanyak 3 – 4 kali atau sampai
kelihatan tidak ada lagi biji yang masih menempel pada daging buah cabai.
Kemudian benih yang telah diekstrak diletakkan pada ember-ember untuk
dilakukan pencucian (Gambar 10).

Gambar 7 Mesin ekstraksi (Ekstrac pulper)

Gambar 8 Cabai dimasukkan ke dalam mesin


31

Gambar 9 Tempat keluarnya biji

Gambar 10 Biji yang akan dicuci


3 Pencucian
Proses selanjutnya adalah pencucian biji yang bertujuan supaya biji
terpisah dari kotoran-kotoran ketika proses ekstraksi. Pencucian dilakukan
dengan menambahkan air bersih ke dalam ember-ember yang sudah berisi biji
hasil proses ekstraksi. Setelah beberapa saat, biji dan kotoran akan terpisah, biji
yang tidak bernas dan kotoran akan mengambang. Langkah selanjutnya adalah
membuang air yang ada di dalam ember dengan hati-hati agar biji yang
tenggelam tidak ikut terbuang. Proses pencucian ini dilakukan 5 - 6 kali sampai
biji benar-benar bersih.
32

Gambar 11 Proses pencucian benih


4 Pengeringan
Proses pengeringan bertujuan mengurangi kadar air dalam biji cabai
agar dapat disimpan lebih lama. Pengeringan biji cabai dilakukan secara
alami menggunakan sinar matahari langsung dengan cara biji yang sudah
benar-benar bersih diletakkan diatas nampan yang terbuat dari strimin plastik
dan terpal (Gambar 12). Pengeringan dilakukan selama ±7 hari sampai
diperoleh kadar air biji ≤ 7 %. Setiap 25 kg cabai segar menghasilkan 1 kg
biji cabai kering. Setelah proses pengeringan selesai, biji yang sudah kering
dimasukkan kedalam kantong plastik dengan takaran 5 kg / bungkus yang
akan dikirimkan ke BPSB untuk dilakukan pengujian benih dan pemberian
sertifikat (Gambar 13).

Gambar 12 Proses penjemuran benih


33

Gambar 13 Benih siap dikirim ke BPSB


5.3 Sertifikasi Benih
Proses sertifikasi benih dari BPSB yang dilakukan pada benih cabai merah
di BP2TPH dimulai dari permohonan sertifikasi, permohonan pemeriksaan
lapangan untuk sertifikasi, permohonan pemeriksaan pendahuluan, permohonan
pemeriksaan fase pertumbuhan (vegetatif), dan permohonan uji laboratorium.
1 Permohonan sertifikasi
UPTD BP2TPH mengajukan permohonan sertifikasi kepada BPSB untuk
menghasilkan benih bersertifikat. surat pengajuan ini dikirim paling lambat 1
bulan sebelum tanam. Caranya adalah mengisi formulir yang mencakup tanggal
tanam, nama varietas, nama dan alamat pemohon, tempat areal, jarak lahan
dengan kantor, blok berapa, luas berapa, kelas benih yang diproduksi dan kapan
kira-kira siap diperiksa.
2 Permohonan pemeriksaan pendahuluan
Dari BP2TPH menyampaikan pemberitahuan siap untuk diperiksa
lapangan pendahuluan kepada BPSB DIY paling lambat 10 hari sampai 1
minggu sebelum tanam. Pemeriksaan dilakukan oleh pengawas dari BPSB
dengan menguji kebenaran data lapangan dan memeriksa kondisi lapangan yang
akan digunakan sebagai tempat / lahan area penanaman benih. Jika data
34

lapangan menunjukkan kesesuaian dan bukan bekas dari tanaman sefamili maka
lahan penangkaran tersebut syah sebagai lahan produksi benih bersertifikat.
3 Permohonan pemeriksaan fase pertumbuhan (Vegetatif)
Pengawas BPSB datang memeriksa pertumbuhan vegetative tanaman
cabai merah yang ditanam dengan kriteria apakah terdapat campuran tanaman
varietas lain atau tidak, apakah terjadi penyimpangan sifat tanaman dan
bagaimana kondisi rumput atau gulma pada area tersebut. Apabila hasil
pemeriksaan oleh pengawas BPSB dinyatakan lulus maka lahan tersebut dapat
diteruskan untuk proses sertifikasi selanjutnya.
4 Permohonan uji laboratorium
Pada tahap ini benih yang telah selesai diproses kemudian dikirim ke
BPSB untuk dilakukan pengujian laboratorium. Pengujian laboratorium
bertujuan memenuhi syarat pelabelan, antara lain kadar air, daya tumbuh,
kemurnian varietas dan kesehatan benih. Benih yang lulus uji laboratorium
BPSB diberi label sertifikasi dengan warna biru.
5.4 Pengujian Benih
Benih yang sudah dikeringkan dan dikemas dalam kemasan 5 kg
selanjutnya dilakukan pengujian benih. Pengujian benih tidak dilakukan di
BP2TPH namun dilakukan di BPSB DIY. Pengujian yang dilakukan oleh BPSB
antara lain diantaranya uji kadar air, uji kemurnian benih dan uji daya tumbuh.
Waktu yang diperlukan untuk melakukan pengujian tersebut yaitu 3 minggu.
1 Uji kadar air
Standar benih cabai merah bermutu baik yaitu jika kadar airnya < 7 %.
Jika kadar air melebihi standar tersebut maka benih tidak lolos uji laboratorium
sehingga tidak bisa dikatakan sebagai benih bermutu. Apabila kadar air belum
memenuhi standar yang sudah ditentukan maka benih dikembalikan ke
BP2TPH untuk dikeringkan kembali sampai pada kadar air yang dianjurkan,
kemudian dapat mengajukan untuk uji laboratorium kembali. Cara yang
digunakan untuk mengetahui kadar air benih yaitu metode oven. Metode oven
35

yaitu metode pengeringan benih dengan menggunakan oven. Pertama,


menimbang botol timbang, mengisi botol timbang dengan benih kemudian
ditimbang kembali, memasukkannya kedalam oven dengan suhu 103° C
selama 17 jam dengan 2 ulangan. Kemudian botol timbang ditutup sebelum
dikeluarkan dari oven dan memasukkannya kedalam eksikator untuk
menghilangkan uap air. Selanjutnya menimbang botol timbang dan
menghitung kadar air dengan rumus : ((M2-M3)/(M2-M1)) x 100. Keterangan
M1 : berat botol timbang, M2 : berat botol timbang dan isinya sebelum
dipanaskan, M3 : berat botol timbang dan isinya setelah dipanaskan.
2 Uji kemurnian benih
Pengujian selanjutnya yaitu pengujian kemurnian benih. Pengujian
kemurnian benih dilakukan dengan cara memisah-misahkan secara manual.
Pertama mengambil contoh benih sebanyak 150 g, kemudian memisahkan
benih cabai merah, benih varietas lain, dan kotoran benih. Terdapat beberapa
kategori benih dikatakan benih murni, yaitu 1/3 benih rusak namun masih bisa
dikenali termasuk benih muda mengkerut, murni, benih utuh. Sedangkan yang
termasuk kategori varietas lain yaitu benih dari tanaman lain atau gulma.
Kemudian untuk kategori kotoran benih yaitu batu, kerikil, dan pasir. Standar
untuk kemurnian benih kurang lebih 90 %.
3 Uji daya tumbuh
Pengujian daya tumbuh atau daya kecambah ini bertujuan untuk
mengetahui presentase daya tumbuh atau daya kecambah dari benih cabai
merah. Alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian ini yaitu kertas
merang, aquades, petridis dan benih cabai yang akan diuji. Pertama,
meletakkan kertas merang pada petridis, membasahi kertas merang tersebut
kemudian memasukkan benih cabai yang ditata rapi dengan jarak yang tidak
terlalu dekat. Kecambah yang tidak normal dicirikan dengan tunas keluar
terlebih dahulu kemudian akarnya, benih sama sekali tidak mengeluarkan akar
namun hanya mengeluarkan tunas, akar berkecambah membentuk spiral /
36

ujungnya tumpul dan yang keluar bukan akar utama akan tetapi akar samping.
Cara mengetahui daya tumbuh yaitu menghitung rata-rata benih yang
berkecambah dari semua ulangan. Standar daya tumbuh yang dapat dinyatakan
lolos uji laboratorium adalah jika daya tumbuhnya ±85 %.
5.5 Pengemasan
Setelah benih lolos uji laboratorium dan proses sertifikasi dari BPSB, benih
dikemas dengan berat 10 g per bungkus untuk selanjutnya dipasarkan. Harga per
sachet kemasan 10 g sebesar Rp.10.000 dengan merk “Tugu Jogja” (Gambar 14).

Gambar 14 Benih siap dipasarkan


37

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan Dan Hortikultura
merupakan Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) dari Dinas Pertanian Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY) yang bergerak dalam bidang pengembangan
perbenihan tanaman pangan dan hortikultura. Dari praktik kerja lapangan yang
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa benih yang dihasilkan di UPTD BP2TPH
adalah benih yang bersertifikat. Dalam menghasilkan benih bersertifikat hal
penting yang harus diperhatikan adalah proses budidaya tanaman. Proses
budidaya tanaman untuk menghasilkan benih bersertifikat ini berada dibawah
pengawasan BPSB. Selain budidaya tanaman hal penting lain yang harus
diperhatikan dalam menghasilkan benih bersertifikat adalah penanganan
pascapanen, dengan penanganan pascapanen yang baik dan sesuai standar, akan
dihasilkan benih yang berkualitas dan bermutu tinggi. Penanganan pascapanen
yang dilakukan di BP2TPH meliputi beberapa tahap diantaranya seleksi buah
cabai, ekstraksi, pencucian, pengeringan, uji sertifikasi, pengujian laboratorium
dan pengemasan. Kemudian, tahapan selanjutnya yang harus dilakukan setelah
proses budidaya dan penanganan pascapanen untuk mendapatkan label benih
bersertifikat adalah uji sertifikasi. Dengan adanya uji sertifikasi, benih yang
dihasilkan akan mendapatkan label benih sesuai dengan yang diinginkan. Varietas
benih cabai merah yang dihasilkan UPTD BP2TPH adalah cabai merah varietas
Branang, Gantari serta Cipanas (Lokal pakem) dengan kelas benih sebar (ES) dan
warna label biru. Benih yang dipasarkan dikemas dalam kemasan sachet 10 g
dengan harga yang cukup murah sebesar Rp.10.000 dengan merk “Tugu Jogja”.
6.2 Saran
UPTD BP2TPH sebagai produsen benih yang dapat memenuhi kebutuhan
benih khususnya di wilayah DIY hendaknya meningkatkan pengawasan mutu
38

benih dari sebelum tanam sampai dipasarkan ke konsumen. Agar dalam kegiatan
produksi benih cabai merah diperoleh hasil yang lebih maksimal, maka
keterampilan dari sumber daya manusia atau pekerja di lapang perlu diperhatikan
dan ditingkatkan sehingga semua rangkaian kegiatan produksi benih cabai merah
dapat dilaksanakan secara maksimal. Selain itu sarana prasarana di BP2TPH
harus diperbarui atau ditingkatkan khususnya sarana prasarana untuk
penggilingan cabai misalnya dengan penambahan mesin ekstraksi yang baru.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. SOP Budidaya Cabai Merah Gunungkidul. Dinas Pertanian


Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta . Yogyakarta.
Dasuki, I.M dan H. Muhamad. 1997. Pengaruh Cara Pengemasan dan Waktu
Simpan terhadap Mutu Buah Salak Enrekang Segar. Jurnal Hortikultura
7(1): 566-573.
Harpenas, Asep dan R. Dermawan. 2010. Budidaya Cabai Unggul. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Hewindati, Yuni Tri, Inggit Winarni, Kristanti Ambar Puspitasari, Nurmawati,
Hurip Pratomo, Elizabeth Novi K, Adi Waskito, Susi Silistiana, dan Lula
Nadia . 2006. Hortikultura. Universitas Terbuka . Jakarta.
Kusandriani, Yenni dan Agus Muharam. 2005. Produksi Benih Cabai. Balai
Penelitian Tanaman Sayuran . Bandung.
Kusmana, R., I.M. Kirana, Hidayat dan Y. Kusandriani. 2009. Uji Adaptasi
Beberapa Galur Cabai Merah di Dataran Medium Garut dan Dataran
Tinggi Lembang. J.Hort. 19(4): 371-376.
Mutiarawati, T. 2007. Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian. Universitas
Padjajaran Press . Bandung.
Rukmana, Rahmat. 1996. Cabai Hibrida Sistem Mulsa Plastik. Kanisius .
Yogyakarta.
Rukmana, Rahmat. 2002. Usaha Tani Cabai Rawit. Kanisius . Yogyakarta.
Salim. 2013. Meraup Untung Bertanam Cabe Hibrida Unggul di Lahan dan
Polybag. ANDI . Yogyakarta.
Sesanti, Rizka Novi. 2017. Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan.
Sunaryono, H., dan Rismunandar. 2007. Kunci Bercocok Tanam Sayur-sayuran
Penting di Indonesia. CV. Sinar Baru . Bandung.
Syukur, M. 2010. Teknik Pemuliaan Tanaman Cabai. Bogor Agricultural
University (IPB) . Bogor.
Syukur, M., Sujiprihati, S., Yuniarti, R., dan Kusumah, D. A. 2010. Evaluasi
Daya Hasil Cabai Hibrida dan Daya Adaptasinya di Empat Lokasi dalam
Dua Tahun. J. Agron. Indonesia, 38(1): 43-51.

39
40

Wijoyo, Padmiyarso M. 2008. Taktik Jitu Menanam Cabai di Musim Hujan. Bee
Media Indonesia : Jakarta.
Wiryanta, Bernardius T. Wahyu. 2002. Bertanam Cabai Pada Musim Hujan.
Agro Media Pustaka . Depok.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar pertanyaan tentang masalah umum di Balai Pengembangan dan
Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura Ngipiksari Yogyakarta.
1. Dimana lokasi Balai Pengembangan dan Perbenihan Tanaman Pangan dan
Hortikultura Ngipiksari Yogyakarta ?
2. Bagaimana sejarah singkat, latar belakang, fungsi serta peranan Balai
Pengembangan dan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura Ngipiksari
Yogyakarta ?
3. Apa visi dan misi Balai Pengembangan dan Perbenihan Tanaman Pangan dan
Hortikultura Ngipiksari Yogyakarta ?
4. Bagaimana struktur organisasi di Balai Pengembangan dan Perbenihan
Tanaman Pangan dan Hortikultura Ngipiksari Yogyakarta ?
5. Benih unggul apa saja yang diproduksi di Balai Pengembangan dan
Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura Ngipiksari Yogyakarta ?
6. Bagaimana ketenagakerjaan di Balai Pengembangan dan Perbenihan Tanaman
Pangan dan Hortikultura Ngipiksari Yogyakarta ?

41
42

Lampiran 2. Daftar pertanyaan tentang masalah khusus di Balai Pengembangan dan


Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura Ngipiksari Yogyakarta.
1. Bagaimana cara penanganan pascapanen cabai merah (Capsicum annuum L.)
untuk produksi benih ?
2. Bagaimana cara menghasilkan benih cabai merah (Capsicum annuum L.)
unggul dan bersertifikat ?
3. Apa saja kendala yang dihadapi dalam penanganan pascapanen cabai merah
(Capsicum annuum L.) ?
4. Apa saja kendala yang dihadapi dalam produksi benih cabai merah (Capsicum
annuum L.) unggul ?
5. Berapa lama waktu yang dibutuhkan sampai menghasilkan benih cabai merah
(Capsicum annuum L.) unggul ?
6. Apa keuntungan budidaya tanaman dengan menggunakan benih unggul ?

Anda mungkin juga menyukai