Anda di halaman 1dari 51

Laporan Tugas Akhir

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Di Indonesia bawang daun sudah ditanam sejak lama bersamaan dengan

lintas perdagangan jenis sayuran komersil lainnya. Daerah pusat penyebaran

bawang daun semula terkosentrasi di daerah tinggi (pegunungan) yang berudara

sejuk seperti di Cipanas, Cianjur, Lembang, dan Malang. Dalam perkembangan

selanjutnya, budidaya bawang daun meluas ke berbagai daerah di seluruh

nusantara, baik ditanam di dataran tinggi maupun di dataran rendah

(Rukmana, 2005).

Bawang daun adalah salah satu jenis tanaman sayuran yang berpotensi

dikembangkan secara intensif dan komersil. Pemasaran produksi bawang daun

segar tidak hanya untuk pasar dalam negeri melainkan juga pasar luar negeri.

Jenis bawang daun yang diekspor ke Singapura dan Belanda adalah bawang prei.

Selain itu, permintaan bawang daun semakin meningkat seiring dengan

meningkatnya laju pertumbuhan penduduk. Peningkatan permintaan terutama

berasal dari perusahaan mie instant yang menggunakan bawang daun sebagai

bumbu bahan penyedap rasa (Anonimous, 2015 ).

Peluang bawang daun cukup baik dan cerah karena dibutuhkan oleh

masyarakat, terutama sebagai bahan sayuran dan bumbu penyedap masakan.

Kebutuhan akan bawang daun ini meningkat seiring dengan kenaikan jumlah

penduduk, kenaikan tingkat pendapatan, kenaikan tingkat pendidikan, dan

kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan (Rismunandar, 2003).

Bawang daun banyak mengandung saponin, tanin, dan minyak atsiri, dan

dengan kandungannya tersebut bawang daun berkhasiat untuk meredakan perut

1 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

kembung, batuk, flu, sesak nafas karena flu, diuretik, diaforetik, nyeri sendi dan

anti radang, menghilangkan bengkak karena bisul serta menghilangkan bekas

gigitan serangga (Agil, 2015).

Peningkatan kuantitas dan kualitas produksi bawang daun penting artinya

bagi tata ekonomi rumah tangga maupun negara. Sumbangan dari usaha tani

bawang daun cukup besar terhadap usaha peningkatan pendapatan petani,

perbaikan gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan agribisnis,

dan peningkatan ekspor. Untuk mendapatkan nilai jual hasil panen yang tinggi

maka dibutuhkan sortasi (Cahyono, 2006).

Sortasi sangat penting dilakukan untuk menambah nilai jual bagi produk

sayuran terutama bawang daun, selain itu sortasi dapat menambah ketertarikan

konsumen untuk membelinya karena berbeda dengan bawang daun yang dijual di

pasaran. Pemisahan komoditas yang layak pasar yaitu bawang daun yang

memiliki kualitas segar dan tidak cacat (rusak), dan yang tidak layak pasar, yaitu

bawang daun yang cacat (rusak), yang terkena hama dan penyakit. Kegiatan

sortasi dapat menambah keuntungan yang sangat besar karena dengan melakukan

sortasi ini harga jual pada bawang daun berbeda harganya dengan harga jual

bawang daun yang tidak dilakukan sortasi (Rismunandar, 2003).

Salah satu perusahaan yang melakukan sortasi bawang daun adalah P4S

Agrofarm Cianjur. P4S Agrofarm Cianjur melakukan sortasi bawang daun untuk

meningkatkan nilai jual bawang daun, karena komoditas hasil pertanian pada

umunya bersifat mudah rusak dan tidak memiliki umur simpan yang panjang.

Apabila tidak melakukan sortasi, nilai jual bawang daun akan menurun drastis.

Agar kualitas dan kesegaran bawang daun tetap dapat dipertahankan selama

2 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

dalam penyimpanan, maka tindakan penanganan yaitu dengan melakukan sortasi

haruslah dilakukan secara baik dan benar. Pemasaran dipengaruhi oleh

penanganan sayuran seperti sortasi bawang daun, karena itu sortasi merupakan

salah satu faktor penting dalam meningkatkan nilai jual di P4S Agrofram Cianjur.

Sortasi merupakan fungsi utama yang perlu diperhatikan dalam distribusi

sayuran, Karena biasanya lahan sayur terletak jauh dari daerah pemasaran

sehingga diperlukan sarana dan prasarana yang memadai untuk mempercepat

pendistribusian. P4S Agrofarm Cianjur menerapkan sistem distribusi satu tingkat,

pada sistem ini P4S Agrofarm Cianjur langsung memasarkan sayuran yang telah

dilakukan tahap sortasi yaitu dengan melakukan pengemasan dengan cara

mengikat bawang daun yang telah bersih dengan menggunakan selotip fresh.

Pendistribusian sayuran pada umumya hanya sederhana seperti menggunakan

karung, lain halnya dengan P4S Agrofarm Cianjur yang menggunakan keranjang

sayur (kontener) disamping itu juga menggunakan kemasan sehingga mutu sayur

akan lebih terjaga.

1.2. Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan PKPM (Pengalaman Kerja Praktek

Mahasiswa) adalah:

1. Untuk mengetahui cara budidaya, panen dan pasca panen dan pemasaran

bawang daun di P4S Agrofarm Cianjur.

2. Mengetahui sortasi untuk dapat meningkatkan nilai jual dari produk bawang

daun yang dilakukan oleh perusahaan

3 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran umum Komoditi

Bawang daun diduga berasal dari daerah Asia Tenggara (Cina dan Jepang)

yang memiliki iklim panas (tropis). Pada mulanya, tanaman bawang daun tumbuh

secara liar, Kemudian secara berangsur-angsur sesuai dengan perkembangan

peradaban manusia tanaman ini dibudidayakan sebagai bahan sayur (daun dan

batang) dan bahan obat (akar, batang dan daun). Di Indonesia, budidaya bawang

daun pada mulanya terpusat di pulau Jawa (Jawa Barat dan Jawa Timur), terutama

di daerah dataran tinggi (pegunungan) yang berhawa sejuk (dingin), seperti

Cipanas, Cianjur, Lembang (Bandung) dan Malang (Jawa Timur) (Cahyono,

2005).

Prospek pengembangan bawang daun secara komersial dan dikelola dalam

skala agribisnis cukup cerah, karena pemasaran hasilnya tidak hanya dilakukan di

dalam negeri (domestik), tetapi juga keluar negeri (ekspor). Pasar yang potensial

untuk ekpor bawang daun segar antara lain Jepang, Malaysia, Singapura, Taiwan,

Thailand, Hongkong, Timor Timur, Persatuan Emirat Arab, Mauritius, Vietnam

dan negara lainnya. Sedangkan untuk pasar bawang daun adalah Belanda,

Inggris, Jepang, Timor Timur, Singapura, Saudi Arabia, Taiwan Hongkong,

Jerman, Australia dan negara lainnya. Permintaan pasar jepang terhadap bawang

daun rata-rata 50.000 ton pertahun, (Departemen Pertanian, 2006).

4 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

2.2. Taksonomi

Menurut Rukmana (2005) kedudukan tanaman bawang daun dalam

sistematika diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tanaman berbiji)

Subdivisi : Angiospermae (berbiji berada di dalam buah)

Kelas : Monocotyledonae (biji tidak terbelah)

Ordo : Liliflorae

Famili : Liliaceace

Genus : Allium

2.3. Morfologi Tanaman Bawang Daun

2.3.1 Akar (radix)

Bawang daun berakar serabut pendek yang tumbuh dan berkembang ke

semua arah di sekitar permukaan tanah. Tanaman ini tidak mempunyai akar

tunggang. Perakaran bawang daun cukup dangkal, antara 8-10 cm, perakaran

bawang daun dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang

gembur, subur, mudah menyerap air, dan kedalaman tanah (solum tanah) cukup

gembur (Sutrisna dkk, 2003).

2.3.2 Batang (caulis)

Bawang daun memiliki dua macam batang, yaitu batang sejati dan batang

semu. Batang sejati dan batang semu berukuran sangat pendek, berbentuk cakram,

dan terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah (Rukmana, 2004).

5 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

2.3.3 Daun (folium)

Daun tanaman bawang daun berbentuk bulat, memanjang, berlubang

menyerupai pipa, dan bagian ujungnya meruncing ukuran panjang bawang daun

sangat bervariasi, antara 18-40 cm, tergantung pada varietasnya. Daun berwarna

muda sampai hijau tua dan permukaan daun halus. Tanaman bawang daun

merupakan tanaman yang dikonsumsi sebagai bumbu penyedap sayuran dan

memiliki rasa yang agak pedas (Rukmana, 2004).

2.3.4 Bunga (flous)

Bunga bawang daun tergolong bunga sempurna (bunga jantan dan betina

pada satu bunga). Bunga secara keseluruhan berbentuk panjang majemuk atau

panjang berganda dan berwarna putih. Tangkai tandan bunga keluar dari dasar

cakram, merupakan tunas inti yang pertama kali muncul seperti halnya daun

biasa, namun lebih ramping, bulat, bagian ujungnya membentuk kepala yang

meruncing seperti tombak, dan terbungkus oleh lapisan daun (seludang). Panjang

tangkai tandan bunga dapat mencapai 50 cm atau lebih, sedangkan panjang

tangkai, bunga berkisar antara 8,0- 1,8 cm (Rukmana, 2004).

2.3.5 Buah (fructus)

Buah bawang daun berbentuk bulat, terbagi atas tiga ruang, berukuran kecil,

dan berwarna hijau muda. Satu bawang daun mengandung 6 biji yang berukuran

sangat kecil. Dalam satu tandan terdapat sekitar 61-74 buah (Rukmana, 2004).

2.3.6 Biji (semen)

Biji bawang daun yang masih muda berwarna hijau dan setelah tua

berwarna hitam, berukuran sangat kecil, berbentuk bulat agak pipih, dan

6 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

berkeping satu. Biji bawang daun tersebut dapat digunakan sebagai bahan

perbanyakan tanaman (Rukmana, 2004).

2.3.7 Umbi

Bawang daun dapat membentuk umbi, tetapi pertumbuhan dan

perkembangan umbi berbeda dangan jenis bawang lainnya. Umbi yang berbentuk

pada bawang daun berukuran kecil. Umbi ini dapat digunakan untuk mengobati

borok atau koreng (Cahyono, 2005)

2.4. Syarat Tumbuh

2.4.1 Keadaan iklim

Keadaan iklim yang harus diperhatikaan dalam pemilihaan lokasi usaha

tani daun adalah suhu, kelembaban udara, curah hujan, penyinaran matahari, dan

keadaan tanah (Susiyanti, 2008). Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Suhu
Bawang daun mengkehendaki suhu udara berkisar antara lebih 19 – 24 °C.

Daerah yang memiliki kisaran suhu udara tersebut adalah yang memiliki

ketinggian 400 -1.200m di atas permukaan laut (dpl). Oleh karena itu,

bawang daun cocok bila di tanam di daerah tersebut. Suhu udara yang tinggi

(lebih 24 °C) dapat menyebabkan bawang daun tidak dapat tumbuh dengan

baik.

2. Kelembaban udara

Kelembaban udara yang optimal bagi pertumbuhan bawang daun berkisar

antara 80 – 90 %. Kelembaban udara yang tinggi (lebih dari 90 %)

menyebabkan pertumbuhan bawang daun tidak sempurna, jumlah anakan

sedikit dan tidak subur. Kelembaban udara yang rendah juga menyebabkan

7 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

tanaman sulit menyerap zat hara nitrogen (N) dan fosfat (P). Demikian pula

bila kelembaban udara terlalu tinggi, zat nitrogen sulit diserap oleh tanaman.

3. Curah hujan
Bawang daun dapat ditanam sepanjang tahun (sepanjang musim). Bila

bawang daun tergolong tanaman yang tahan terhadap hujan sehingga dapat

ditanam pada musim hujan serta memberikan hasil yang cukup baik. Curah

hujan yang cocok bagi bawang daun sekitar 1.000-1.500 mm/tahun. Daerah

curah hujan sekitar 1.000 - 1.500 m dpl.

4. Penyinaran Matahari

Sinar matahari merupakan sumber energi yang diperlukan untuk

melangsungkan proses fotosintesis. Energi kinetik matahari optimal yang

diperlukan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan produksi berkisar antara

350-400 kal/cm setiap hari. Intesitas sinar matahari yang cukup akan

meningkatkan pertumbuhan vegetatif bawang daun, seperti pembentukan

daun, anakan, batang, dan perakaran. Disamping itu, sinar matahari yang

cukup akan meningkatkan pertumbuhan generatif tanaman, seperti

pembentukan bunga, buah, dan biji.

5. Sifat tanah

Pemilihan lokasi untuk usaha tani bawang harus memperhatikan keadaan

tanah yang meliputi: sifat fisik, sifat kimia, sifat biologis, dan letak

geografis. Adapun uraiannya sebagai berikut:

8 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

a) Keadaan fisik

Sifat tanah yang cocok bagi tanaman bawang daun adalah tanaman

gembur, memiliki solum tanah yang cukup dalam dan mudah mengikat

air. Kondisi fisik tanah yang baik akan meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan perakaran tanaman sehingga menyerap tanaman sebagai

penyerap zat hara (makanan) didalam tanah dan dapat berjalan dengan

baik. Jika sifat fisik bahan tanah gembur , peredaran udara berlangsung

dengan baik sehingga dalam tanah cukup oksigen, dan pembuangan

drainase dengan baik (Cahyono, 2005)

b) Sifat kimia

Kondisi tanah yang cocok dan baik untuk bawang daun adalah tanah

yang memiliki derajat keasaman tanah (pH tanah) berkisar antara 6,5-7,5.

Tanah memiliki pH rendah menyulitkan tanaman dalam menyerap zat

hara sehingga tumbuh tanaman terganggu, menyebabkan beberapa unsur

hara seperti magnesim (Mg), boron (B), dan molibdenun (Mo) menjadi

tidak tersedia (Cahyono, 2005).

c) Sifat biologis

Sifat biologis tanah yang baik adalah yang banyak mengandung humus,

unsur hara yang berguna untuk tanaman, dan jasad renik (organisme

tanah) yang menguraikan bahan organik tanah (Cahyono, 2005).

d) Letak geografis

Ketinggian tempat sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan dan

produksi bawang daun karena berhubungan erat dengan kondisi iklim.

Daerah dataran tinggi dengan ketinggian 700-1.200 m dpl, sangat cocok

9 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

ditanam bawang daun. Bawang daun masih toleran terhadap ketinggian

tempat sampai 1.700 mdpl, dan di antara daratan medium dengan

ketinggian 250m dpl. Namun, hasil yang diperoleh tidak sebaik bawang

daun yang ditanam pada ketinggian antara 700-1.200 m dpl (Rukmana,

2005).

2.5. Aspek Produksi

Menurut Anonimous (2015) aspek produksi bawang daun dapat diuraikan

sebagai berikut:

1. Pengadaan bibit

Dalam budidaya bawang daun ini bibit yang digunakan adalah benih yang

telah memiliki sertifikat, varietas yang digunakan adalah varietas hibrida. Ada 2

jenis pengadaan bibit bawang daun yaitu:

1. Pembibitan dengan Persemaian

a) Benih disemaikan dalam bedengan dengan lebar 100-120 cm dan panjang

lahan. Tanah diolah sedalam 30 cm campur pupuk kandang yang telah

diayak sebanyak 2 kg/m.

b) Bedengan diberi atap plastik bening setinggi 100-150 cm di sisi Timur

dan 60-80 cm di sisi Barat.

c) Benih ditaburkan di dalam larikan melintang sedalam 1 cm dengan jarak

antar larikan 10 cm.

d) Tutup dengan daun pisang/karung goni basah.

e) Setelah berkecambah penutup dibuka.

f) Penyiraman setiap hari.

10 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

g) Tanaman dipupuk dengan pupuk daun sebanyak 1/3 - 1/2 dosis anjuran

dengan cara semprot (umur 1 bulan).

h) Bibit berumur 2 bulan dengan ketinggian 10-15 cm siap dipindah

tanamkan.

2. Pembibitan dari anakan

a) Rumpun yang akan dijadikan bibit berumur 2,5 bulan dan sehat

b) Rumpun dibongkar bersama akarnya, bersihkan tanah yang menempel

dan akar/daun tua.

c) Pisahkan rumpun sehingga didapatkan beberapa rumpun baru yang

terdiri atas 1-3 anakan.

d) Buang sebagian daun.

e) Bibit disimpan di tempat lembab dan teduh selama 5-7 hari.

2. Persiapan Lahan

Pengolahan tanah pertama dilakukan dengan menggunakan traktor, lalu

setelah itu lahan dibersihkan terlebih dahulu secara manual dan semi manual.

Pengolahan kedua dilakukan dengan menggunakan koret, garu, dan cangkul agar

tanah menjadi gembur dan bisa menghasilkan bawang daun yang baik. Jarak

waktu pengolahan tanah pertama dengan pengolahan tanah kedua adalah 2

minggu. Pada kegiatan ini dilanjutkan dengan pembersihan lahan, pembuatan

bedengan dan drainase.

Setelah pengolahan tanah telah selesai dilanjutkan dengan pembuatan

bedengan dengan ukuran 80 x 100 cm. Dan lalu pemberian pupuk kandang secara

merata di atas permukaan tanah yang telah digemburkan.

11 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

3. Pemupukan

Bersamaan dengan kegiatan penyiangan dilakukan pula pemupukan. Jenis

dan dosis pupuk yang di berikan adalah Urea sebanyak 30-40 kg/ha atau ZA 50-

60 kg/ha. Jumlah dosis pupuk tersebut dapat diberikan sekaligus pada waktu

tanaman berumur 3-4 minggu setelah tanam , atau dua kali yaitu pada umur 3-4

minggu dan 6 minggu setelah tanam masing – masing setengah dosis. Perkiraan

dosis dan waktu aplikasi pemupukan disajikan pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Dosis dan aplikasi pemupukan


Usia Urea ZA SP36 KCI Target
Kg/ha/musim tanam 65
Preplant 47 100 311 56 -
2 MST 93 200 112 -
5 MST 47 100 56 -
MST= Minggu Setelah Tanam
4. Penanaman

Penanaman bawang daun dapat dilakukan sepanjang musim atau sepanjang

tahun asalkan kesedian air yang memadai. Tanaman ini tergolong tahan terhadap

air hujan. Waktu tanam yang paling baik adalah pada awal musim hujan atau awal

musim kemarau. Jarak tanam yang digunakan yaitu 20 x 20 cm dapat berisi

sekitar 3-4 barisan tanaman. Syarat penanaman bawang daun yaitu :

1. Biasanya ditanam dengan pola tanam tumpang sari.

2. Bibit ditanam di antara tanaman utama yang berumur lebih panjang dari

bawang daun.

3. Sebelum kanopi tanaman utama saling menutup, bawang daun harus sudah

dipanen.

12 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

4. Sistem tumpang sari yang sekarang banyak ditanam adalah dengan tanaman

cabe, wortel dan sayuran daun lain.

5. Waktu tanam terbaik awal musim hujan (Oktober) atau awal kemarau

(Maret).

6. Lubang tanam dibuat pada jarak 20 x 20 cm sedalam 10 cm. Sebelum

penanaman, bibit dari persemaian dicabut dengan hati-hati, sebagian akar

dan daun dipotong.

7. Sebagian akar dari bibit dari rumpun induk juga dibuang.

8. Rendam dalam larutan fungisida konsentrasi rendah (30-50 prosen dari

dosis anjuran) selama 10-15 menit.

9. Tanam bibit dalam lubang dan padatkan tanah di sekitar pangkal bibit pelan-

pelan.

5. Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan adalah penyulaman, penyiangan, penyiraman,

pengendalian hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan pada saat satu minggu

setelah tanam. Penyiraman harus rutin dilakukan agar pertumbuhan bawang daun

tidak terganggu. pada tanaman bawang daun harus dilakukan penyiangan secara

rutin agar produksi dari tanaman bawang daun tidak menurun yang disebabkan

oleh gulma. Hama dan penyakit pun bisa datang jika gulma tidak disiang. selain

disiang juga dilakukan pembumbunan agar pupuk tidak larut terbawa oleh air.

Hama dan Penyakit yang menyerang tanaman bawang daun adalah sebagai

berikut:

13 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

6. Ulat bawang/ulat grayak (Spodoptera exiqua Hbn.)

Pengendalian :

Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan Liliaceae dan pengendalian

kimia dengan Hostathion 40 EC, Orthene 75 SP, Cascade 50 EC atau

dengan perangkap ngengat.

7. Ulat tanah (Agrotis ypsilon Hufn.)

Pengendalian :

Mengumpulkan ulat di malam hari, menjaga kebersihan kebun dan

pergiliran tanaman dengan tanaman bukan Liliaceae.

8. Thrips/kutu loncat/kemeri (Thrips tabbaci Lind.)

Pengendalian :

Pergiliran tanaman bukan Liliaceae; menanam secara serempak; memasang

perangkap serangga berupa kertas/dengan insektisida Mesurol 50 WP.

9. Bercak ungu (Alternaria porri (Ell.) Cif.

Pengendalian :

Perbaikan tata air tanah, pergiliran tanaman dengan tanaman bukan

Liliaceae dan menggunakan bibit sehat. Fungisida yang digunakan adalah

Antracol 70 WP, Dithane M-45, Orthocide 50 WP atau Difolatan 4F.

10. Busuk daun/embun tepung (Peronospora destructor (Berk.) Casp)

pengendalian :

Menggunakan benih/bibit sehat, rotasi tanaman dengan tanaman bukan

Liliaceae dan fungisida Dithane M-45, Antracol 70 WP atau Daconil 75 SP.

14 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

11. Busuk leher batang (Bortrytis allii Munn.)

Gejala :

leher batang menjadi lunak, berwarna kelabu, bentuknya menjadi bengkok

dan busuk.

Pengendalian :

pergiliran tanaman bukan Liliacea, penggunaan benih/bibit sehat,

meningkatkan kebersihan kebun dan tanaman dan fungisida Dithane M-45

atau Daconil 75 WP.

12. Antraknose (Collectotrichum)

Gejala :

daun bawah rebah, pangkal daun mengecil dan tanaman mati mendadak.

Pengendalian :

menggunakan bibit/benih sehat, perbaikan tata air, rotasi tanaman dengan

tanaman bukan Liliaceae, mencabut tanaman yang sakit dan fungisida

Antracol 70 WP dan Daconil 75 WP.

Adapun pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan secara umum

adalah dengan kultur teknis, fisik mekanis, cara biologi, dan cara kimiawi

(Anonimous, 2015)

a. Pengendalian secara teknik

 Pengolahan tanah yang baik dan benar

 Penggunaan bibit dari varietas yang tahan penyakit, bermutu, dan sehat

 Penggunaan jarak tanam, pola tanam, dan waktu tanam yang tepat.

 Pemupukan yang berimbang

 Pengaturan drainase atau tata air

15 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

 Penanaman tanaman perangkap atau pengikat hama

 Sanitasi

 Pemusnahan gulma, dan pembuangan bagian tanaman yang terserang.

b. Pengendalian secara fisik/mekanik

 Sanitasi atau eradikasi selektif terhadap tanaman yang terserang

penyakit

 Sanitasi terhadap tumbuhan pengganggu yang kemungkinan menjadi

tanaman inang lain dari penyakit.

 Pengambilan kelompok telur, larva, atau imago vektor virus langsung

dari tanaman

 Dengan penggunaan kain kassa atau kelambu, baik di bedengan

persemaian maupun di kebun

c. Pengendalian Biologi

Pemanfaatan musuh alami, agen hayati lainnya yang sangat spesifik.

d. Pengendalian Kimiawi

Cara kimiawi dalam hal menekan populasi hama, dan penggunaan

insektisida yang efektif, terdaftar, dan diizinkan menteri pertanian.

Mengeksplorasi bahan aktifnya. Pestisida dibagi dalam dua bagian, yaitu

pestisida hayati dan sintesis, adapun uraian pestisida tersebut adalah sebagai

berikut:

1) Pestisida Hayati

Pestisida yang dieksplorasi dari mahluk hidup karena kandungan bahan

aktifnya yang dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit. Penyakit

hayati berupa pestisida nabati dan agen hayati.

16 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

2) Pestisida Sintesis

Bahan aktif dari hasil sintesis kimia. Usaha untuk memperkecil dampak

negatif pestisida sintesis, mengurangi residu pestisida, aplikasi pestisida

sintesis harus memenuhi kriteria berikut :

 Tepat Jenis

Jenis pestisida yang digunakan dalam pengendalian penyakit harus

efektif terhadap pemberantasan penyakit.

 Tepat Mutu

Pestisida sintesis yang digunakan harus bermutu baik. Untuk itu, pilih

pestisida yang terdaftar dan diizinkan, tidak kadaluwarsa, tidak rusak,

atau hindari dari pemalsuan obat yang digunakan.

 Tepat Sasaran

Pestisida yang digunakan adalah pestisida yang berdasarkan hasil

pengamatan rutin memang tepat sesuai dengan jenis penyakitnya.

Usahakan hanya bagian tanaman yang terserang penyakit yang diberi

tindakan pencegahan maupun pengobatan.

 Tepat Dosis Konsentrasi

Dosis yang digunakan dalam pencegahan harus sesuai dengan petunjuk

penggunaan pada label kemasan, dan tepat dosis untuk memberantas atau

mencegah hama dan penyakit yang dimaksud.

 Tepat Waktu

Aplikasi pestisida dilakukan pagi atau sore hari, saat udara cerah, amgin

tidak terlalu kencang dan tidak hujan. Disamping itu, penyakit masih

17 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

berada pada stadia awal, dan populasi atau intensitas seranganya sudah

melampaui ambang pengendalian.

 Tepat Cara dan alat aplikasi

Cara aplikasi pestisida yang digunakan harus sesuai antara alat yang

digunakan dengan jenis pestisida, fase tanaman yang disemprot, serta

penyakit sasaran.

6. Panen

Adapun kriteria panen pada bawang daun adalah sebagai berikut :

1. Umur Panen 2,5 bulan setelah tanam.

2. Jumlah anakan maksimal (7-10 anakan), beberapa daun menguning

3. Seluruh rumpun dibongkar dengan cangkul/kored di sore hari/pagi hari.

4. Bersihkan akar dari tanah yang berlebihan.

5. Jumlah anakan per rumpun telah maksimal ( banyak )

6. Beberapa helai daun bawah mulai menguning atau mengering.

7. Pasca panen

Pada penanganan pasca panen, ada beberapa tindakan yang harus dilakukan

segera setelah panen, tindakan tersebut bila tidak dilakukan segera, akan

menurunkan kualitas dan mempercepat kerusakan sehingga komoditas tidak tahan

lama disimpan. Perlakuan tersebut antara lain:

a. Pengeringan (drying) bertujuan mengurangi kadar air dari komoditas. Pada

biji-bijian pengeringan dilakukan sampai kadar air tertentu agar dapat

disimpan lama. Pada bawang merah pengeringan hanya dilakukan sampai

kulit mengering.

18 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

b. Pendinginan pendahuluan (precooling) untuk buah-buahan dan sayuran

buah. Buah setelah dipanen segera disimpan di tempat yang dingin/sejuk,

tidak terkena sinar matahari, agar panas yang terbawa dari kebun dapat

segera didinginkan dan mengurangi penguapan, sehingga kesegaran buah

dapat bertahan lebih lama. Bila fasilitas tersedia, precooling ini sebaiknya

dilakukan pada temperatur rendah (sekitar 10 °C) dalam waktu 1 – 2 jam.

c. Pemulihan (curing) untuk ubi, umbi dan rhizom. Pada bawang merah, jahe

dan kentang dilakukan pemulihan dengan cara dijemur selama 1 – 2 jam

sampai tanah yang menempel pada umbi kering dan mudah dilepaskan /

umbi dibersihkan, telah itu juga segera disimpan di tempat yang dingin /

sejuk dan kering. Untuk kentang segera disimpan di tempat gelap (tidak

ada penyinaran). Curing juga berperan menutup luka yang terjadi pada saat

panen.

d. Pengikatan (bunching) dilakukan pada sayuran daun, umbi akar (wortel) dan

pada buah yang bertangkai seperti rambutan, lengkeng dll. Pengikatan

dilakukan untuk memudahkan penanganan dan mengurangi kerusakan.

e. Pencucian (washing) dilakukan pada sayuran daun yang tumbuh dekat tanah

untuk membersihkan kotoran yang menempel dan memberi kesegaran.

Selain itu dengan pencucian juga dapat mengurangi residu pestisida dan

hama penyakit yang terbawa. Pencucian disarankan menggunakan air yang

bersih, penggunaan desinfektan pada air pencuci sangat dianjurkan.

Kentang dan ubi jalar tidak disarankan untuk dicuci. Pada mentimun

pencucian berakibat buah tidak tahan simpan, karena lapisan lilin pada

19 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

permukaan buah ikut tercuci. Pada pisang pencucian dapat menunda

kematangan.

f. Pembersihan ( cleaning, trimming) yaitu membersihkan dari kotoran atau

benda asing lain, mengambil bagian-bagian yang tidak dikehendaki seperti

daun, tangkai atau akar yang tidak dikehendaki.

g. Sortasi yaitu pemisahan komoditas yang layak pasar (marketable) dengan

yang tidak layak pasar, terutama yang cacat dan terkena hama atau penyakit

agar tidak menular pada yang sehat

2.6. Teknologi

2.6.1 Tinjauan Tentang Sortasi

Sortasi adalah kegiatan pemisahan bawang daun berdasarkan ukuran

panjang pada bawang daun dan kualitas berdasarkan kesegaran daun. Kegiatan

sortasi juga dapat dilakukan bersamaan dengan ukuran pembersihan dan

pemotongan bagian utama (akar dan ujung daun). Kriteria sortasi bawang daun

yang baik adalah batang panjang dan padat, warna daun hijau bersih, tidak cacat

(rusak), tidak layu, dan tidak terserang hama ataupun penyakit. (Gumbira dan

Intan, 2001).

Produk pertanian umumnya memiliki sifat rawan terhadap kerusakan

(perishable), memiliki ukuran yang besar pertumpukan (bulky/voluminous), dan

beraneka ragam mutunya (quality variation). Kerawanan terhadap kerusakan dan

ukuran yang besar pertumpukannya sangat berperan untuk menentukan metode

dan tempat penyimpanan, metode dan alat pengangkutan, serta penjadwalan. Di

lain pihak, keanekaragaman mutu memerlukan standarisasi, penyortiran, dan

pengelompokan berdasarkan standar produk yang baku atau diinginkan oleh

20 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

konsumen (Gumbira dan Intan, 2001). Agar kualitas bawang daun tetap dapat

dipertahankan selama dalam penyimpanan, maka tindakan sortasi haruslah

dilakukan secara baik dan benar.

Dalam penanganan pasca panen, adapun kerusakan bawang daun setelah

panen yang disebabkan faktor tersebut dapat dicegah atau dihambat melalui

penanganan pasca panen yang baik dan benar melalui sortasi. Menurut Cahyono

(2005) penanganan bawang daun dalam sortasi meliputi:

1. Pengumpulan

Bawang daun yang telah dipanen harus segera dikumpulkan di tempat

penampungan yang teduh, sebelum dilakukan penanganan lebih lanjut.

2. Pembersihan

Bawang daun yang telah terkumpul segera dibersihkan dari tanah yang

menempel dari bagian-bagian yang tidak berguna, misalnya bagian bawang

daun yang rusak, menguning, atau kering. Selanjutnya, akar dan daun

dipotong dengan pisau yang tajam.

3. Pencucian

Bawang daun yang telah dibuang sebagian akar dan daunnya serta bagian-

bagian lain yang tidak berguna harus segera dicuci dengan air bersih dan

larutan.Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang masih

melekat pada daun, batang, dan akar.

4. Pengikatan

Bawang daun yang telah disortasi, pengikatan bawang daun harus dilakukan

sebaik dan serapi mungkin. Pengikatan dilakukan pada dua tempat, yakni

pada bagian batang (agak tengah) dan pada bagian daun (agak ujung). Tali

21 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

untuk mengikat bawang daun dapat berupa tali rafia atau bahan yang halus.

Pengikatan yang baik dan rapi dapat memberikan penampilan yang lebih

menarik. Di samping itu, pengikatan juga akan memudahkan pemasaran.

Berat bawang daun pada pengikatan berkisar 10 - 15 kg ( Rukmana, 2005 ).

5. Pengemasan

Pengemasan bertujuan untuk melindungi bawang daun dari kerusakan

mekanis, kerusakan biologis, atau kerusakan mikrobiologis. Pengemasan

yang baik dapat memberikan daya tarik tersendiri konsumen, memudahkan

penyimpanan dan terhindar dari kerusakan.

Setelah melakukan sortasi, dilakukan pengemasan bawang daun yang

bertujuan melindungi bawang daun dari kerusakan mekanis, kerusakan biologis,

atau kerusakan mikrobiologis selama pengangkutan dari produsen ke pusat

pemasaran. Dalam pengemasan bawang daun tersebut menggunakan kantong

plastik, kantong plastik tersebut yang harus transparan yang memiliki ketebalan

0,02 mm. Kantong plastik tersebut dilubangi kecil-kecil (diameter lubang sekitar

0,5 mm) dengan jarak antara lubang 5 cm. Setiap kemasan diisi dengan seikat

bawang daun menurut kelas standar kualitas (Rukmana, 2004)

2.6.2 Manfaat sortasi

Adapun manfaat sortasi menurut Samadi (2006) adalah sebagai berikut:

1. Agar sayuran yang telah disortasi tetap baik mutunya atau tetap segar

seperti ketika sudah dipanen.

2. Agar sayuran menjadi lebih menarik ( warna, rasa, atau aroma )

3. Agar sayuran dapat memenuhi standar perdagangan

22 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

4. Agar mutu sayuran selalu terjamin untuk dijadikan bahan baku bagi para

konsumen industri yang memerlukannya

5. Agar hasil sayuran lebih awet dan sewaktu-waktu bisa digunakan atau

dipasarkan dengan kulaitas yang tetap terjamin.

Sortasi bawang daun dapat memberikan beberapa keuntungan, baik bagi

produsen (petani) maupun konsumen. Menurut Cahyono (2005) beberapa

keuntungan yang dapat diperoleh antara lain sebagai berikut:

a) Pemasaran sangat mudah, baik di dalam maupun di luar negeri karena

setiap konsumen memiliki standar kualitas yang berbeda.

b) Pedagang atau produsen (petani) mudah menentukan harga karena

adanya keseragaman kualitas.

c) Konsumen mudah mendapatkan bawang daun dengan kualitas yang

sesuai dengan kebutuhannya.

d) Kepuasaan dan kepercayaan meningkat sehingga kesetabilan pemasaran

terjamin.

2.6.3 Tujuan Sortasi

Tujuan melakukan sortasi adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh simplisia( bahan yang belum mengalami pengolahan)

yang dikehendaki, baik kemurnian maupun kebersihannya (Widyastuti,

2005).

2. Memilih dan memisahkan simplisia yang baik dan tidak cacat .

3. Memisahkan bahan yang masih baik dengan bahan yang rusak akibat

kesalahan panen atau serangan patogen, serta kotoran berupa bahan asing

yang mencemari tanaman obat (Santoso, 2009).

23 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

Tujuan utama sortasi adalah untuk mengoptimalkan kegunaannya untuk

tugas-tugas tertentu. Sortasi merupakan pemisahan makanan ke dalam kategori

berdasarkan sebuah fisik yang dapat diukur properti atau proses pengklasifikasian

bahan berdasarkan sifat fisiknya. Hampir semua produk makanan melewati tahap

penyortiran. Terdapat beberapa manfaat, termasuk kebutuhan penyortiran unit

berdasarkan operasi berat dan pengisian dan keuntungan estetika dan berbagai

keuntungan pemasaran yang menyediakan berbagai jenis ataupun warna yang

berbeda. Contohnya membersihkan dan menyortir harus digunakan sebaik

mungkin untuk memastikan suatu produk pengolahan pangan. Keempat sifat fisik

yang terdapat dalam pemisahan makanan atau sortasi adalah ukuran, warna,

bentuk dan berat.

24 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

III. METODOLOGI PELAKSANAAN

3.1. Waktu dan Tempat

Pengalaman kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) dilaksanakan selama 2,5

bulan dimulai yaitu dari tanggal 23 Maret 2015 sampai dengan tanggal 30 Mei

2015 bertempat di P4S Agrofarm Cianjur yang beralamat Jl. Raya Cipanas –

Cianjur KM 4 Cigombong Ciherang, Pacet Cianjur –Jawa Barat .Telp/ Fax : 0263

– 519808.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam proses produksi yaitu sebagai

berikut :

Tabel 2. Alat yang dibutuhkan untuk sortasi produksi bawang daun

No Jenis alat Satuan Jumlah

1 Pisau Buah 10
2 Mesin packing Unit 4
3 Timbangan listrik Unit 2
4 Timbangan duduk Unit 1
5 Keranjang sayur ( kontener) Buah 20
6 Ember Buah 10

Tabel 3. Bahan yang dibutuhkan untuk sortasi produksi bawang daun


No Jenis bahan Satuan Jumlah

1 Bawang daun Kg 50
2 Seloptip fress Buah 15
3 Karung Buah 8
4 Plastik Kg 30

25 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

3.3. Ruang Lingkup

Kegiatan yang dilakukan di P4S Agrofarm Cianjur terdiri dari 2 jenis

kegiatan yaitu kegiatan budidaya dan kegiatan pemasaran bawang daun. Kegiatan

budidaya dilakukan di lahan milik perusahaan yaitu di Desa Cigombong dan di

Desa Tunggilis. Ada beberapa kelompok kegiatan dalam proses budidaya yang

dilakukan yaitu pembersihan lahan, persiapan lahan (pembuatan bedengan,

pemupukan dasar), penanaman, pemeliharaan (penyiangan, pemupukan,

penanganan hama dan penyakit), panen dan penanganan pasca panen (sortasi,

grading dan pengemasan).

3.4. Data dan sumber data

3.4.1 Data Primer

Adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan, yang dianggap relevan

seperti observasi lapangan, dan wawancara dengan narasumber yang dinilai

memberikan jawaban yang relevan bagi penulis.

3.4.2 Data Sekunder

Adalah data yang bersumber dari buku - buku pedoman, literatur yang

disusun oleh para ahli dan berbagai artikel yang berhubungan dengan masalah

yang diteliti serta data-data perusahaan yang berkaitan dengan penulisan laporan

ini.

26 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

3.5. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan untuk mendapatkan informasi dari P4S Agrofarm

Cianjur yaitu dengan metode wawancara dengan pebimbing lapangan dan

karyawan perusahaan.

27 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran umum perusahaan

4.1.1 Sejarah singkat P4S Agrofarm Cianjur

Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) merupakan

lembaga swadaya masyarakat yang ideal untuk meningkatkan pengetahuan,

keterampilan dan sikap petani dalam mengelola usaha tani yang berorientasi

agribisnis. Subsistem agribisnis merupakan mega sektor dalam pengembangan

petani dan pertanian, diantaranya ; sub sistem input, on farm, off farm, dan

lembaga penunjang.

P4S Agrofarm Cianjur berdiri dan dikukuhkan pada bulan Juli tahun 2009

oleh Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. P4S Agrofarm mendapatkan Sertifikasi

Prima tahun 2011 yang dikeluarkan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa

Barat, dengan Nomor Registrasi GAP. 01- 32.03.41-II.52 dan Nomor Sertifikasi :

32/03-3-01-II-052-021-12/2011.

P4S Agrofarm Cianjur berdiri dan dikukuhkan pada bulan Juli tahun 2009

oleh Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. Perintis dan pengurus P4S Agrofarm

Cianjur merupakan para petani muda yang memiliki pengetahuan dan pengalaman

dibidang pengelolaan agribisnis, sehingga mampu menjadi agen of change dalam

pembangunan agribisnis di pedasaan. Model kegiatan pelatihan yang

disampaikan oleh para fasilitator P4S Agrofarm Cianjur berorientasi kepada

pendekatan bisnis yang nyata dan dinamis dengan perkembangan teknologi, baik

tangible (mindset) maupun intangible (mekanisasi).

28 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

Perkembangan kegiatan P4S dari tahun 2009 sampai sekarang semakin

pesat, baik peserta pelatihan dari petani, pemerintah, swasta, institusi penididkan,

maupun akademisi . Diantarnya peserta pelatihan dari BBPPSDMP Kementerian

Pertanian RI, PPMKP Ciawi, BBPP Lembang, BPAPK Cinagara, SMK Pertanian,

Universitas Padjajaran, Institut Pertanian Bogor, University of Tokyo, University

Tohoku, dan lain sebagainya.

Dalam rangka peningkatan kualitas pelatihan sumber daya manusia

pertanian di pedesaan yang berbasis usaha agribisnis, Pusat Pelatihan Pertanian

dan Perdesaan Swadaya (P4S) Agrofarm Cianjur merupakan suatu tempat yang

sangat ideal untuk berlatih para petani dari mulai kegiatan budidaya, panen, pasca

panen, dan pemasaran hasil, serta manajemen pertanian. Pengembangan

keterampilan SDM pertanian di P4S Agrofarm Cianjur dalam berbagai tahapan

kegiatan tersebut sekaligus diarahkan dalam rangka meningkatkan produksi

pertanian dan sekaligus meningkatkan mutu dan kualitas hasil produk pertanian

yang dapat bersaing di pasar, sehingga dapat meningkatkan nilai jual produk dan

pada gilirannya dapat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan petani.

Upaya yang dilakukan para petani untuk pengembangan kegiatan usaha

agribisnis saat ini masih banyak yang belum optimal, karena masih banyak yang

belum dibekali dengan kemampuan manajemen pertanian yang baik, sehingga

tingkat produksi yang kurang maksimal, tujuan pasar yang belum jelas, serta nilai

jual produk yang belum memuaskan. Pasar dan harga yang baik merupakan nilai

penentu bagi usaha pertanian, maka peran P4S sangat diperlukan karena selain

sebagai sumber informasi juga sebagai tempat berlatihnya bagi para petani. Peran

pemerintah untuk menfasilitasi kegiatan pelatihan pertanian tersebut sangat

29 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

diperlukan, dan juga perbaikan dan penyediaan sarana prasarana, pengetahuan

keterampilan sumber daya manusia dan kebijakan - kebijakan regulasi perlu terus

dilaksanakan.

4.1.2 Struktur Organisasi perusahaan


Di bawah ini merupakan Struktur kepengurusan P4S Agro Farm Cianjur :

Gambar 1. Struktur organisasi perusahaan

4.1.3 Visi dan misi P4S Agrofarm Cianjur

Visi :

“Peduli dan berpartisipasi aktif dalam meningkatkan kemampuan usaha

petani agar tercapai perubahan kehidupan petani yang lebih baik, terampil, cerdas,

sehat dan lebih sejahtera serta berakhlakul karimah”.

30 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

Misi :

1. Memfasilitasi petani di bidang informasi, komunikasi dan konsultasi

bidang agribisnis

2. Menyelenggarakan pelatihan dan mediasi bidang agribisnis

3. Membangun sistem kerja sama dan pola usaha tani dengan orientasi

pasar yang jelas dan terarah

Keterangan:

1) Ketua

Ketua merupakan posisi tertinggi dalam struktur organisasi P4S Agrofarm

Cianjur. Ketua bertugas mengawasi serta mengontrol seluruh kegiatan perusahaan

melalui pertanggungjawaban seluruh divisi.

2) Sekertaris

Tugas yang dimiliki oleh sekertaris adalah membantu ketua dalam mengelola

P4S Agrofarm Cianjur serta tugas-tugas ketua yang lainnya, melaksanakan fungsi

administrasi dan kesekertariatan di P4S Agrofarm Cianjur.

3) Bendahara

Tugas bendahara adalah terkait pengontrolan dan pencatatan seluruh

pemasukan dan pengeluaran keuangan perusahaan, mengkoordinasikan seluruh

kegiatan keuangan, serta melakukan analisa keuangan kegiatan perusahaan

meliputi analisa arus kas, dan analisa biaya-biaya.

31 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

4) Divisi diklat

Divisi ini berkaitan dengan kegiatan penelitian baik yang dilakukan oleh

pihak perusahaan maupun pihak lain seperti mahasiswa dan dinas. Divisi diklat ini

bertugas memproduksi program-program pelatihan yang ditawarkan oleh

perusahaan dan mengevaluasi kinerja program-program tersebut secara

keseluruhan, serta meneliti kekurangan yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk

mengembangkan P4S Agrofarm Cianjur.

5) Divisi IT

Divisi ini membuat dan mengelola website P4S Agrofarm Cianjur serta

membantu divisi pemasaran dalam melakukan promosi produk P4S Agrofarm

Cianjur melalui media sosial.

6) Divisi Pemasaran

Divisi pemasaran bertugas dan berhubungan dengan pengelolaan peningkatan

kunjungan dan pelatihan dengan cara melakukan promosi.

7) Divisi Agribisnis

Divisi ini bertugas memantau sistem kerja agribisnis yang dimulai dari

kegiatan budidaya hingga pemasaran, khususnya dalam bidang unit kerja agro

segar yang dimiliki oleh perusahaan.

8) Divisi usaha kreatif

Divisi ini bertugas untuk menciptakan atau membuat konsep pelatihan P4S

Agrofarm Cianjur, serta mengevaluasi konsep pelatihan yang telah diterapkan

untuk mengembangkan P4S Agrofarm Cianjur

32 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

9) Divisi akom dan log

Divisi ini bertugas mempersiapkan dan menyediakan logistic serta informasi

mengenai fasilitas serta tempat-tempat yang dapat digunakan untuk pelatihan

sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

4.1.4 Sumber daya manusia

Sumber daya manusia yang ada di Struktur Organisasi P4S Agrofarm

Cianjur berjumlah sebanyak 12 orang tenaga kerja tetap dengan pembagian 4

orang untuk pekerja lapangan yang bertugas melakukan proses produksi dan

pekerja lapangan memiliki wewenang mengerjakan kegiatan yang berkaitan

dengan proses produksi serta bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan

produksi, 2 orang untuk distribusi yang bertugas melakukan proses pemasaran

dan memiliki wewenang mengerjakan kegiatan yang berkaitan dengan proses

pemasaran serta bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan pemasaran , 1 orang

bagian administrasi yang bertugas melakukan proses pencatatan seperti orderan

perhari, penawaran ke pasar dan memiliki wewenang mengerjakan kegiatan yang

berkaitan dengan proses administrasi serta bertanggung jawab penuh terhadap

kegiatan Administrasi, 5 orang untuk kegiatan penanganan pasca panen yang

bertugas melakukan proses penanganan pasca panen dan memiliki wewenang

mengerjakan kegiatan yang berkaitan dengan proses pasca panen serta

bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan tersebut P4S Agrofarm Cianjur juga

memiliki 4 orang tenaga kerja lepas yang bertangung jawab di lapangan untuk

kegiatan pemeliharaan.

Nama-nama sumber daya manusia di P4S Agrofam Cianjur dalam unit

kerja dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini.

33 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

Tabel 4. Nama-nama sumber daya manusia di P4S Agrofarm Cianjur


No Nama Tugas Pendidikan Terakhir
1 Ujil Lapangan (Kebun) SD
2 Ibah Lapangan (Kebun) SMP
3 Ata Lapangan (Kebun) SD
4 Rohatta Lapangan (Kebun) SD
5 Rosita Lapangan (Kebun) SD
6 Aik Lapangan (Kebun) SD
7 Ujang Penanganan pasca panen SD
8 Dedek Penanganan pasca panen SMA
9 Iwan Penanganan pasca panen SMP
10 Tole Penanganan pasca panen SD
11 Adek Distribusi SMP
12 Heni Administrasi SMA
Sumber : P4S Agrofarm Cianjur (2015)

4.1.5 Fasilitas yang dimiliki

Fasilitas yang dimiliki oleh P4S Agrofarm Cianjur seperti lahan seluas 2 ha,

kendaraan, ruang untuk penanganan pasca panen, tempat untuk memberikan

pelatihan serta fasilitas pendukung kegiatan pelatihan dan produksi lainnya.

4.1.6 Kondisi keuangan

Kondisi keuangan P4S Agrofarm Cianjur pada saat ini cukup baik dengan

penghasilan per hari lebih kurang Rp 8.000.000 dengan asumsi 1 tahun 365 hari

jadi Rp 8.000.000 x 365 hari = Rp 2.920.000.000 per tahun. Aset yang dimiliki

oleh P4S Agrofarm dapat dilihat pada tabel berikut.

34 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

Tabel 5. Aset perusahaan P4S Agrofarm Cianjur


No Nama Alat Satuan Jumlah Harga per Total (Rp)
unit (Rp)
1 Mobil Pick Up Unit 2 110.000.000 220.000.000
2 Mobil Toyota Rush Unit 1 228.700.000 228.700.000
3 Alat packing (Hand Packer) Unit 1 2.000.000 2.000.000
4 Timbangan elektrik (kecil) Unit 2 450.000 900.000
5 Timbangan elektrik (besar) Unit 1 2.500.000 2.500.000
6 Timbangan biasa Unit 1 500.000 500.000
7 Meja packing ukuran 5,5 m
Unit 2 5.000.000 10.000.000
x 1,15 m
8 Meja dan kursi administrasi Unit 1 500.000 500.000
9 Pisau cutter Unit 8 1.500 12.000
10 Nampan atau tampah Unit 3 50.000 150.000
11 Telepon Unit 2 500.000 1.000.000
12 Garu Unit 3 25.000 75.000
13 Container plastik ukuran Unit 13 100.000 1.300.000
45x60 cm tinggi 35 cm
14 Alat pemotong selotip (tape Unit 4 25.000 100.000
cutter)
15 Container plastik ukuran Unit 5 50.000 250.000
45x60 cm tinggi 20 cm
16 Gembor kapasitas 5 liter Unit 2 75.000 150.000
17 Tripong Unit 5 25.000 125.000
18 Hand sprayer kapasitas 17 Unit 1 500.000 500.000
liter
19 Lahan Ha 2 7.000.000 14.000.000
20 Mesin air Unit 1 2.000.000 2.000.000
21 Sepeda Motor (supra x 125) Unit 1 17.050.000 17.050.000
22 Sepeda Motor (Beat) Unit 1 14.350.000 14.350.000
Total 508.150.000
Sumber : P4S Agrofarm Cianjur (2015)

4.1.7 Deskripsi Kegiatan Bisnis Perusahaaan

a. Deskripsi produksi

Kegiatan produksi yang dilakukan oleh P4S Agrofarm Cianjur adalah mulai

dari kegiatan budidaya tanaman hortikultura sampai kepada kegiatan pemasaran.

35 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

b. Deskripsi produk

Produk utama yang dihasilkan oleh P4S Agrofarm Cianjur adalah pelatihan

dari mulai kegiatan budidaya, panen, pasca panen, dan pemasaran hasil, serta

manajemen pertanian. Pengembangan keterampilan SDM pertanian di P4S

Agrofarm Cianjur dalam berbagai tahapan kegiatan tersebut sekaligus diarahkan

dalam rangka meningkatkan produksi pertanian dan sekaligus meningkatkan

mutu dan kualitas hasil produk pertanian yang dapat bersaing di pasar, sehingga

dapat meningkatkan nilai jual produk dan pada gilirannya dapat berpengaruh

terhadap peningkatan pendapatan petani kegiatan pelatihan yang disampaikan

oleh para fasilitator P4S Agrofarm Cianjur berorientasi kepada pendekatan bisnis

yang nyata dan dinamis dengan perkembangan teknologi, baik tangible (mindset)

maupun intangible (mekanisasi).

Produk sampingan ini merupakan produk yang tidak dapat dihindari dari

hasil setting produk utama tersebut, dan mau tidak mau harus diterima sebagai

konsekuensi dari tujuan produksi. Produk sampingan dari P4S Agrofarm Cianjur

adalah beberapa jenis tanaman sayuran. Macam macam bawang daun di P4S

Agrofarm Cianjur ( lampiran 3 )

c. Deskripsi pelanggan

Pelanggan utama adalah peserta pelatihan dari petani, pemerintah, swasta,

institusi pendidikan, maupun akademisi diantaranya peserta pelatihan dari

BBPPSDMP Kementerian Pertanian RI, PPMKP Ciawi, BBPP Lembang, BPAPK

Cinagara, SMK Pertanian, Universitas Padjajaran, Institut Pertanian Bogor,

University of Tokyo, University Tohoku, dan lain sebagainya. ( lampiran 2)

36 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

Disamping pelanggan utama yaitu peserta pelatihan, P4S Agrofarm Cianjur

memiliki pelanggan sampingan yaitu dari pemasaran sayuran yang diusahakan,

pelanggan tersebut adalah restoran, supermarket Korea dan Jepang yang ada di

kota Jakarta, Tangerang, Bekasi, Cibubur, dan sebagainya. Pelanggan

supermarket meliputi Golden Century, Yani Mart, Gangsan, Hanyang

Garden,Cikareng Bekasi sedangkan pelanggan rumah makan meliputi Amaro,K-

Mart, Hanil Mart dan sebagainya. ( lampiran 2 )

d. Deskripsi pemasok bahan baku

Pemasok bahan baku dikelompokan ke dalam 2 jenis, yaitu pemasok bahan

baku untuk kegiatan pelatihan, dan pemasok bahan baku untuk usaha pemasaran

sayuran. Pemasok bahan baku untuk kegiatan pelatihan adalah pihak internal dan

pihak eksternal. Pihak internal berasal dari P4S Agrofram Cianjur, sedangkan

pihak eksternal berasal dari Dinas Pertanian Kecamatan Pacet, Kabupaten Canjur,

Dosen Universitas Surya Kencana, dan yang berasal dari Balai-Balai Pelatihan

Pertanian seperti Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang.

Pemasok bahan baku untuk kegiatan pemasaran sayuran adalah petani mitra,

dan kebun P4S Agrofarm Cianjur.

1) Petani Mitra

Pemasok bahan baku bawang daun yang utama adalah petani mitra, yang

merupakan rekan kerja sama P4S Agrofarm Cianjur. Dalam kerja sama

yang dilakukan, kriteria bawang daun yang akan dipasok ke P4S

Agrofarm Cianjur seperti ukuran, kualitas dan kuantitas ditentukan dan

disepakati oleh kedua belah pihak, yaitu P4S Agrofarm Cianjur dan

Petani Mitra. Petani Mitra berjumlah 3 orang dengan pasokan bahan baku

37 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

yang berbeda-beda beratnya untuk P4S Agrofarm Cianjur. Nama-nama

Petani Mitra dan jumlah pasokan bahan bakunya dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 6. Nama petani mitra dan jumlah pasokan bahan bakunya


No Nama petani Pasokan bahan baku (kg)

1 Dadang 15
2 Tatang 15
3 Dedeh 20

Jumlah 50 kg

2) Kebun P4S Agrofarm Cianjur

Bahan baku juga berasal dari kebun yang diusahakan oleh P4S Agrofarm

Cianjur, namun hanya sebagai bahan baku cadangan apabila pasokan

bahan baku dari Petani Mitra tidak memenuhi jumlah yang diminta,

sehingga P4S Agrofarn Cianjur bisa memenuhi atau menutupi

kekurangan yang ada dengan produk yang dihasilkan sendiri.

e. Deskripsi kegiatan pemasaran

Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh P4S Agrofarm Cianjur adalah

dengan melakukan kegiatan pameran dan bazar untuk memperkenalkan produk-

produk pertanian kepada masyarakat luas bahwa P4S Agrofarm Cianjur

menghasilkan produk pertanian yang berkualitas dan bermutu, karena produk

sayuran yang dihasilkan oleh P4S Agrofarm Cianjur menggunakan kemasan

sehingga produk yang dijual terjaga mutu dan kualitasnya.

Penyaluran barang yang dilakukan oleh perusahaan sudah menggunakan

fasilitas yang cukup memadai seperti kendaraan dan kontrainer.Kegiatan

38 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

distribusi langsung dilakukan oleh perusahaan tanpa menggunakan lembaga jasa

distribusi.

39 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

4.2 Aspek Produksi

4.2.1 Bagan alur proses produksi

Proses produksi bawang daun dalam Budidaya meliputi beberapa tahapan

yaitu mulai dari penyiapan bahan tanam sampai dengan pemasaran seperti pada

bagan alur proses produksi sebagai berikut:

Pengadaan alat dan


bahan Persiapan Lahan

Pengolahan lahan
Persiapan Lahan dan
pemberian pupuk dasar

Pemberian pupuk
dasar
Penanaman
Penyiraman

Penyulaman
Pemeliharaan
Penyiangan

Pemupukan susulan
Panen dan Pasca Panen

Pemasaran

Gambar 2. Skema / Bagan Alur Proses Produksi

40 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

4.2.2 Proses Produksi

1. Pengadaan Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam memproduksi bawang daun yang dilakukan oleh

P4S Agrofarm Cianjur.

2. Pengolahan Lahan dan Pemberian Pupuk Dasar

 Persiapan Lahan

Persiapan lahan yaitu segala tindakan yang dilakukan sebelum melakukan

penanaman, seperti pembersihan lahan dari gulma maupun dari benda-benda

lain yang tidak diinginkan di areal budidaya. Lahan yang digunakan dalam

budidaya bawang daun seluas 250 m2.

 Pengolahan Lahan

Langkah awal yang dilakukan dalam budidaya bawang daun yaitu melakukan

pengolahan tanah. Pada pengolahan lahan, tanah dicangkul sedalam 30 cm.

Kemudian tanah diratakan dengan menggunakan garu, yang bertujuan untuk

menghancurkan bongkahan tanah dan meratakan permukaan lahan untuk

budidaya bawang daun.

 Pemberian Pupuk Dasar

Setelah bedengan diratakan, diberikan pupuk kandang sebanyak 1 karung per

bedengan dengan cara ditabur. Selain dari pupuk kandang, untuk pupuk dasar

ini juga diberikan pupuk NPK dan Urea. Masing –masing dosis pupuk

tersebut adalah:

Urea : 2 kg / bedengan

NPK : 1,5 kg/bedengan

41 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

3. Penanaman

Sebelum penanaman dilakukan bawang daun yang akan ditanam dipotong

setengah bagian ujung, dan dibuat lobang tanam dengan jarak 30 cm, setelah

lobang tanam selesai dibuat bawang daun ditanam dengan jumlah 2 rumpun

pada tiap lobang tanam.

4. Pemeliharaan

 Penyiraman

Penyiraman dilakukan 1 kali sehari yaitu pagi hari. Penyiraman dilakukan

dengan gembor penyiraman.

 Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh.

Penyulaman yang dilakukan yaitu pada saat satu minggu setelah tanam.

 Penyiangan

Penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu. Penyiangan

dilakukan dengan cara manual, yaitu mencabut gulma dengan menggunakan

tangan.

 Pemupukan Susulan

Setelah kegiatan penyiangan dilakukan pula pemupukan susulan. Pupuk

yang diberikan adalah NPK sebanyak 1 Kg per bedengan. Pemupukan

susulan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu dan 4 minggu

setelah tanam.

42 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

5. Panen dan Pasca Panen

a. panen

Ciri – ciri tanaman bawang daun sudah saatnya di panen di P4S adalah:

 Umur Panen 2,5 bulan setelah tanam

 Jumlah anakan maksimal (1-7 anakan), beberapa daun menguning/

kelihatan Tua.

 Seluruh rumpun dibongkar atau dicabut dengan menggunakan tangan di

pagi atau sore hari.

b. Pasca panen

Proses pasca panen bawang daun dilakukan oleh karyawan dan Mahasiswa

Magang di P4S Arofarm Cianjur. Kegiatan yang dilakukan yaitu pengikatan,

sortasi, pencucian, pemotongan, penyimpanan, dan pengemasan, yaitu sebagai

berikut :

 Bawang daun yang telah di panen dibersihkan tanah-tanah yang

menempel dengan menggunakan air.

 Satu ikat bawang daun beratnya 500 gr.

 Ujung daun dipotong sekitar 10 cm.

 Bawang daun yang besar dipisahkan dengan yang kecil ( grading).

 Setelah itu diikat dengan menggunakan selotip fresh.

 Lalu di susun di dalam kontainer untuk memudahkan pendistribusian

barang.

43 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

6. Pemasaran

Pemasaran bawang daun di P4S Agrofarm Cianjur dilakukan dengan cara

memasarkan langsung kepada Supermarket dan Rumah Makan yang berada di

daerah Jakarta, Cibubur, Tanggerang dan Cikareng.

4.3 Teknologi

4.3.1 Analisis teknologi tentang Sortasi di P4S Agrofarm Cianjur

Sortasi adalah kegiatan pemisahan bawang daun berdasarkan ukuran

panjang pada bawang daun dan kualitas berdasarkan kesegaran daun. Kegiatan

sortasi juga dapat dilakukan bersamaan dengan pembersihan dan pemotongan

bagian utama (akar dan ujung daun). Kriteria sortasi bawang daun yang baik

adalah batang panjang, padat, warna daun hijau bersih, tidak cacat (rusak), tidak

layu, dan tidak terserang hama serta penyakit (Gumbira dan Intan, 2001).

Di P4S Agrofarm Cianjur sortasi bawang daun dilakukan dengan cara

memilih bawang daun yang segar, tidak rusak (cacat), warna daun hijau dan tidak

terserang hama serta penyakit. Tahapan-tahapan sortasi bawang daun di P4S

Agrofram Cianjur diuraikan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

44 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

Dadang Tatang Dedeh


petani 1 Petani 2 Petani 3
p

Bawang daun 50 kg

Sortasi

Pemotongan akar

Pembersihan/pencucian

Pengeringan

Pengikatan

Penimbangan

Pengemasan

Gambar 3. Bagan proses sortasi di P4S Agrofarm Cianjur

45 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

Tahapan sortasi di P4S Agrofarm Cianjur:

1. Pemasok bahan baku

P4S Agrofarm Cianjur membeli bawang daun dari ketiga petani mitra, yaitu

Dadang, Tatang, dan Dedeh. Dadang memasok bahan baku sebanyak 15 kg,

Tatang 15 kg, sedangkan Dedeh 20 kg dan jumlah bawang daun yang dibeli

dari ketiga petani mitra tersebut sebanyak 50 kg.

2. Sortasi P4S

P4S Agrofarm Cianjur melakukan sortasi bawang daun untuk meningkatkan

nilai jual bawang daun. Bawang daun disortasi dengan cara memilih bawang

daun yang segar, tidak rusak (cacat), warna daun hijau, tidak terserang hama

dan penyakit. Dari 50 kg bawang daun yang dibeli terjadi penyusutan 10%

dan penyusutan ini disebabkan adanya sortasi, sehingga diperoleh berat

akhir bawang daun yang menjadi produk P4S Agrofarm Cianjur setelah di

sortasi sebesar 45 kg. ( lampiran 1, gbr b )

3. Pemotongan akar

Bawang daun yang telah disortasi dilakukan pemotongan akar dengan

menggunakan pisau. Pemotongan akar bawang daun dilakukan sampai

habis, sampai akar tidak tersisa pada batang bawang daun, hal ini bertujuan

untuk memperindah bentuk atau tampilan bawang daun yang akan

dipasarkan.

4. Pembersihan/pencucian

Bawang daun dibersihkan dan dicuci dari kotoran yang menempel, guna

untuk meningkatkan mutu. Dalam pembersihan/pencucian bawang daun

dilakukan dengan hati-hati agar tidak rusak, karena bawang daun

46 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

merupakan salah satu produk pertanian yang mudah rusak jika tidak hati-

hati dalam penangannya. ( lampiran 1, gbr a )

5. Pengeringan

Bawang daun yang telah dicuci, selanjutnya dilakukan pengeringan untuk

menghindari kerusakan pada bawang daun. Pengeringan dilakukan dengan

cara meniriskan bawang daun diatas para-para selama 10 menit.

6. Pengikatan

Pengikatan bawang daun dilakukan dengan cara mengikat bawang daun

menggunakan seloptip fresh, dan setiap 1 ikat bawang daun beratnya 500 gr.

Jumlah seluruh bawang daun yang telah diikat sebanyak 90 ikat.( lampiran

1, gbr c )

7. Penimbangan

Penimbangan bawang daun dilakukan untuk mengecek ulang berat bawang

daun yang telah diikat menggunakan seloptip fresh. Bawang daun ditimbang

menggunakan timbangan duduk dan timbangan listrik.

8. Pengemasan

Pengemasan dilakukan dengan cara menyusun bawang daun ke dalam

kontener. Pengemasan ke dalam kontener ini bertujuan untuk memudahkan

dalam pemasaran bawang daun ke setiap Supermarket dan Rumah Makan.

Selain itu juga untuk menjaga kualitas bawang daun agar tidak rusak atau

cacat akibat proses pemasaran. ( lampiran 1 gbr d)

Para Petani Mitra sudah bekerja sama dengan perusahaan untuk menjual

hasil panennya kepada P4S Agrofarm Cianjur, penjualan bawang daun kepada

perusahan P4S Agrofarm Cianjur seharga Rp 6.000/ kg. Dengan adanya Petani

47 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

Mitra, pembelian bawang daun atau bahan baku di P4S Agrofarm Cianjur tidak

terkendala.

Kesepakatan pemasok bahan baku yang telah ditetapkan oleh P4S Agrofarm

Cianjur dengan Petani Mitra`yaitu berupa kualitas dsan kuantitas produk. Hal ini

dilakukan agar dapat mempertahankan standar kualitas produk bawang daun serta

posisi produk dalam pasarnya. Pemesanan produk bawang daun yang dilakukan

oleh P4S Agrofarm Cianjur lewat via sms/telp.

Di dalam kondisi persaingan saat ini, sangat berbahaya jika perusahaan

hanya mengandalkan produk tanpa memperhatikan kualitas serta kuantitas,

dimana hal ini berdampak pada daya tarik konsumen untuk membeli produk yang

dihasilkan. Kualitas produk merupakan suatu alat dalam mencapai posisi produk

serta menyatakan tingkat kemampuan produk dalam melaksanakan fungsi yang

diharapkan di P4S Agrofarm Cianjur. Dalam menghasilkan produk yang

berkualitas P4S Agrofarm Cianjur melakukan sortasi, yaitu dengan memilih

produk yang segar, tidak cacat dan warna daun bawang hijau, dan tidak terserang

hama serta penyakit. Kondisi fisik produk bawang daun yang telah di sortasi

mempengaruhi daya tarik konsumen untuk membeli, karena kualitasnya terjamin.

Selain dari kualitas, yang diperhatikan selanjutnya yaitu kuantitas produk. Dalam

pemenuhan kuantitas produk bawang daun yang diminta oleh konsumen, P4S

Agrofarm Cianjur membeli bahan baku atau bawang daun kepada Petani Mitra.

Bawang daun merupakan tanaman komersial yang memiliki harga cukup

fluktuatif. Hal ini terlihat pada saat panen raya harga bawang daun sangat rendah

yaitu Rp 2.000 - 3.500 per kg, sedangkan pada saat kondisi langka harga bawang

daun melonjak naik yaitu mencapai Rp 19.000 per kg. Kondisi yang seperti ini

48 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

dapat menyebabkan ketidakseimbangan keuntungan antara produsen dan

konsumen. P4S Agrofarm Cianjur menetapkan harga beli bahan baku atau

bawang daun kepada Petani Mitra sebesar Rp 6.000/kg.

Harga bawang daun yang dijual ke rumah makan yaitu sebesar 15.000/kg,

sedangkan untuk supermarket dijual dengan harga 20.000/kg, dan dengan

demikian perusahaan berhasil meningkatkan nilai jual dengan melakukan sortasi.

Hal tersebut dilihat dari pembelian bahan baku kepada Petani Mitra dengan harga

Rp. 6000/kg, dan dijual kepada Rumah Makan seharga Rp. 15.000/kg serta dijual

kepada Supermarket dengan harga Rp. 20.000/kg. Peningkatan nilai jual bawang

daun yang dilakukan oleh perusahaan meningkat 2 kali lipat lebih dari harga beli

bahan baku.

Pendapatan per hari dari penjualan bawang daun ke Supermarket dan

Rumah Makan dapat dilihat dari tabel 7 dan 8 berikut:

49 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

Tabel 7. Pendapatan perhari penjualan bawang daun besar ke Supermarket


Nama supermarket Harga Penjualan Pendapatan
No dan rumah makan (Rp) (kg/hari) (Rp)

1. Golden sentury Rp 20.000 3 Rp 60.000

2. Hanyang garden Rp 20.000 6 Rp 120.000

3. Gangsan Rp 20.000 2 Rp 40.000

4. Cikarang bekasi Rp 20.000 3 Rp60.000

5. Yani mart Rp 20.000 5 Rp100.000

Jumlah Rp100.000 19 Rp 380.000

Jadi pendapatan Bawang daun besar yang diperoleh P4S Agrofarm Cianjur
ke Supermarket adalah Rp. 380.000/hari.

Tabel 8. Pendapatan perhari penjualan bawang daun besar dari Rumah Makan
No Nama Rumah Makan Harga(Rp) Penjualan(kg/hari) Pendapatan
(Rp)

1. Mhu Gung Hwa Rp 15.000 4 Rp 60.000


2. Hanil mart Rp 15.000 3 Rp 45.000
3. Asia mart Rp 15.000 3 Rp 45.000
4. Amaro Rp 15.000 2 Rp 30.000
5. Kimart Rp 15.000 4 Rp 60.000
6. Tanggerang mart Rp 15.000 4 Rp 60.000
7. Cibubur Rp 15.000 4 Rp 60.000
8. Lb mart Rp 15.000 2 Rp 30.000

Jumlah Rp 120.000 26 Rp 390.000

Jadi pendapatan Bawang daun besar yang diperoleh P4S Agrofarm Cianjur
ke Supermarket adalah Rp. 390.000/hari.

50 Program Studi Agribisnis


Laporan Tugas Akhir

V. KESIMPULAN

Dari hasil dan pembahasan laporan pengalaman kerja praktek mahasiswa

(PKPM) Sortasi penanganan pasca panen Bawang Daun maka dapat disimpulkan:

1. Sortasi penanganan pasca panen yang dilakukan secara intensif pada

tanaman sayuran dapat meningkatkan kualitas, mutu dan nilai jual dari

produk sayuran bawang daun sehingga pendapatan yang didapatkan oleh

petani lebih besar dibandingkan tidak melakukan proses penanganan pasca

panen.

2. Berdasarkan pengetahuan dan kemampuan kegiatan yang diperoleh selama

PKPM inovasi yang dilakukan perusahaan menambahkan penanganan pasca

panen yaitu sortasi pada komoditi khususnya sayuran, sehingga harga jual

dari produk sayuran menjadi lebih tinggi dibandingkan tidak melakukan

sortasi.

3. Dari Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) yang telah dilakukan

selama 2,5 bulan di P4S Agrofarm Cianjur tentang Sortasi Bawang Daun

dapat menjadi landasan untuk mencoba berwirausaha di bidang pertanian

khususnya penanganan pasca panen pada komoditi tanaman sayuran, karena

dapat meningkatkan harga jual dari produk sayuran tersebut.

51 Program Studi Agribisnis

Anda mungkin juga menyukai