OLEH :
GOLONGAN AB-1
1.2 Tujuan
Adapun tujuan diadakannya praktium atau pengamatan ini yaitu agar:
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi ingkat kesuburan kimia tanah.
2. Mahasiswa mampu memahapi pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan
tanaman cabai dan tomat.
3. Mahasiswa mampu membuat dan menghitung pupuk yang dibutuhkan oleh
tanaman cabai dan tomat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Tomat
Tomat merupakan tanaman sayuran yang sudah dibudidayakan sejak ratusan
tahun silam, tetapi belum diketahui dengan pasti kapan awal penyebarannya. Jika
ditinjau dari sejarahnya, tanaman tomat berasal dari Amerika, yaitu daerah Andean
yang merupakan bagian dari negara Bolivia, Cili, Kolombia, Ekuador, dan Peru.
Semula di negara asalnya, tanaman tomat hanya dikenal sebagai tanaman gulma.
Namun, seiring dengan perkembangan waktu, tomat mulai ditanam, baik di lapangan
maupun di pekarangan rumah, sebagai tanaman yang dibudidayakan atau tanaman
yang dikonsumsi (Purwati dan Khairunisa, 2007).
Di negara tropis seperti Indonesia, tanaman tomat memiliki daerah penyebaran
yang cukup luas, yaitu di dataran tinggi (≥ 700 m dpl), dataran medium tinggi (450 -
699 m dpl), dataran medium rendah (200 - 499 m dpl), dan dataran rendah (≤ 199 m
dpl) (Purwati dan Khairunisa., 2007).
Klasifikasi Tomat (Lycopersicon esculentum) Menurut Simpson (2010)
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Solanales
Family : Solanaceae
Genus : Lycopersicon
Species : Lycopersicon esculentum
Syarat Tumbuh Tomat yaitu :
1. Keadaan iklim
Iklim yang cocok untuk tanaman tomat adalah pada musim kemarau dengan
pengairan yang cukup. Kekeringan menyebabkan banyak daun gugur, lebih-lebih bila
disertai dengan angin kencang. Sebaliknya, pada musim hujan pertumbuhannya kurang
baik karena kelembapan dan suhu yang tinggi akan menimbulkan banyak penyakit
(Pracaya, 1998).
Pertumbuhan tanaman tomat akan baik bila udara sejuk, suhu pada malam hari antara
100C – 200C dan pada siang hari antara 180C – 290C. Suhu yang terlalu tinggi
menyebabkan banyak buah rusak terkena sengatan matahari. Suhu di atas 400C
menyebabkan pertumbuhan terhambat, sedangkan pada suhu 600C tanaman tomat
tidak dapat hidup/ mati (Pracaya, 1998).
2. Media Tanam
Media tanam yang dapat digunakan untuk tanaman tomat pada umumnya adalah
tanah. Tanaman tomat dapat ditanam di segala jenis tanah, mulai tanah pasir (ukuran
partikel 0,05 - 2.0 mm) sampai tanah lempung (ukuran partikel kurang dari 0,002 mm).
Akan tetapi, tanah yang ideal adalah tanah lempung berpasir yang subur, gembur,
banyak mengandung bahan organik serta unsur hara, dan mudah merembaskan air
(Pracaya, 1998).
Untuk komoditas sayuran seperti tomat, pH tanah yang cocok adalah 5,5-7 atau
agak asam hingga netral. Bila pH tanah terlalu asam, (pH < 5), maka tanaman akan
kekurangan kalsium sehingga berpotensi terserang penyakit busuk ujung buah atau
blossom and root, dengan gejala bagian ujung buah membusuk (Tafajani, 2010).
Kandungan bahan organik dalam tanah juga mempengaruhi ketersediaan unsur
hara. Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi memiliki kapasitas tukar kation
yang tinggi, hal ini mempengaruhi ketersediaan hara yang dapat diserap oleh tanaman.
Selain itu, kandungan bahan organik dalam tanah menimbulkan adanya aktivitas
mikroorganisme dalam tanah, bakteri pengurai, jamur, yang mengundang organisme
lainnya seperti cacing, sehingga terbentuk rongga dalam tanah yang dapat menjadi pori
udara dan pori air. Dengan demikian, ketersediaan air dan udara dalam tanah tercukupi
(Tafajani, 2010).
Berdasarkan pembentukannya, pupuk terbagi menjadi (1) pupuk buatan dan (2)
pupuk alam. Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat secara industri dan mengandung
unsur hara tertentu yang umumnya berkadar tinggi, contohnya pupuk Urea, SP 36 dan
KCl. Pupuk alam dihasilkan dari alam seperti endapan batuan, contohnya fosfat alam
dari batuan fosfat, dan kalsit serta dolomit dari batuan kapur. Dibandingkan dengan
pupuk alam, pupuk buatan mempunyai keunggulan dan kelemahan. Keunggulan pupuk
buatan: (a) lebih mudah menentukan jumlah pupuk berdasarkan kebutuhan tanaman,
(b) hara yang diberikan dalam bentuk yang cepat tersedia, (c) dapat diberikan pada saat
yang lebih tepat dan (d) pemakaian dan pengangkutannya lebih murah karena kadar
haranya tinggi. Kelemahan pupuk buatan ialah: (a) merusak lingkungan jika
penggunaannya tidak dengan perhitungan yang akurat dan (b) pada umumnya hanya
mengandung sedikit unsur mikro (Swastika et al. 2017).
Berdasarkan unsur hara yang dikandung, pupuk terbagi menjadi (1) pupuk
tunggal dan (2) pupuk majemuk. Pupuk tunggal mengandung satu jenis hara tanaman,
contohnya Urea, SP 36 dan KCl. Pupuk majemuk mengandung lebih dari satu unsur
hara, contohnya NPK. Berdasarkan senyawa kimia pembentuknya, pupuk terbagi
menjadi (1) pupuk anorganik dan (2) pupuk organik. Pupuk anorganik dari senyawa
anorganik yang dihasilkan dari proses rekayasa kimia, contohnya Urea , SP, Kl, ZA,
ZK, Phonska. Pupuk organik terbentuk dari senyawa organik yang berasal dari
tumbuhan atau hewan, contohnya Super Kascing, Subur Ijo, kompos, dll (Swastika et
al. 2017).
Ketersediaan unsur-unsur hara, baik hara makro (N, P, K, Ca, Mg dan S) ataupun
hara mikro (Zn, Fe, Mn, Co, dan Mo) yang cukup dan seimbang dalam tanah
merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil yang tinggi dengan kualitas yang
baik. Setiap unsur hara mempunyai peran spesifik di dalam tanaman. Kekurangan atau
kelebihan unsur hara dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan menurunkan hasil.
Dosis pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tiap jenis tanaman (Swastika et al. 2017)
Menurut Andayani (2008) pemupukan merupakan upaya untuk menyediakan
unsur hara yang cukup untuk mendorong peertumbuhan vegetatif tanaman dan
produksi tandan buah segar (TBS) secara maksimum dan ekonomis, serta untuk
ketahanan terhadap hama dan penyakit. Pemberian pupuk yang tepat dapat
meningkatkan produksi untuk mencapai produtivitas standar yang sesuai dengan kelas
kesesuaian lahan. Jenis dan kegunaan unsur hara penting dalam kegiatan pemupukan
di perkebunan cabai. Pengetahuan ini bertujuan untuk meningkatkan ketepatan baik
jumlah, saat pemupukan, dan efektivitas pupuk terhadap produksi tanaman. Beberapa
unsur hara yang penting bagi cabai, antara lain:
1. Nitrogen (N), unsur hara ini diperlukan dalam jumlah banyak dan berguna
bagi pertumbuhan tanaman, pembentukan protein, sintesis klorofil.
Kekurangan unsur N mengakibatkan pertumbuhan tanaman menurun dan
produksi daun juga menurun. Gejala kekurangan N adalah pertumbuhan
terhambat dan daun tua berwarna hijau pucat kekuningan. Sumber pupuk
yang mengandung N adalah Urea atau ZA.
2. Phospor (P), merupakan unsur hara yang diperlukan dalam jumlah banyak,
berperan dalam proses transfer energi sebagai penyusun ADP/ATP maupun
4 penyusun kode genetik tanaman, memperkuat perakaran dan batang
tanaman, serta meningkatkan mutu buah. Kekurangan P menyebabkan
tanaman tumbuh kerdil dan daun berwarna keunguan. Sumber unsur hara P
antara lain pupuk SP-18, rock phosphat, SP-36.
3. Kalium (K), unsur ini juga diperlukan dalam jumlah banyak, penting untuk
penyusunan minyak, pengaktifan enzim, mengangkut hasil fotosintesis
dan mempengaruhi jumlah dan ukuran tandan. Kekurangan unsur K akan
terjadi pada daun tua karena K diangkut ke daun muda. Gejalanya akan
timbul bercak transparan, lalu megering. Sumber unsur hara K adalah
pupuk KCl.
Perlakuan
NO
Tomat Cabai
1 20 g 20 g
2 30 g 30 g
3 40 g 40 g
Tabel 4.5 Berat buah masak pada tanaman Tomat dan Cabe merah besar
Tanaman Dosis Berat buah masak (g)
20 250,1
Tomat 30 204,6
40 173,8
20 2,3
Cabai merah 30 3,2
40 13,2
4.2. Pembahasan
Observasi sistem pemupukan tanaman merupakan salah satu cara yang dapat
digunakan untuk mengentahui pengaruh dosis pupuk NPK 15:15:15 + S 2% + Ca 5%
+ Mg 5% + Fe 1% + Cu 1% + Zn 3% + B 5%. bagi tanaman. Metode yang dilakukan
dengan memberikan dosis pupuk yang berbeda yaitu dosis pupuk 20 gr, 30 gr dan 40
gr dengan kandungan dan formulasi yang sama pada tanaman cabai merah dan tanaman
tomat, sehingga didapatkan perlakuan yang memberikan perbedaan hasil antara
perlakuan satu dengan yang lainnya. Dari beberapa perlakuan yang telah diamati akan
adanya hasil yang menunjukkan hasil terendah sampai hasil tertinggi, dari hasil
tersebut dapat menunjukkan besar regresi yang terjadi pada perlakuan yang telah
diberikan. Pengamatan dilakukan selama 5 minggu dengan mengamati beberapa
parameter pengamatan dan didapatkan hasil sebagai berikut.
Parameter tanaman yang diamati antara lain :
1. Tinggi tanaman
Hasil pengamatan yang diperoleh dari pengukuran tinggi tanaman tomat dapat
dilihat pada gambar grafik 4.1 yang menunjukkan bahwa pemberian dosis pupuk yang
berbeda berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman tomat 100%. Dari hasil
tersebut diperoleh hasil tertinggi ditunjukkan pada pemberian dosis pupuk 40gr pada
tanaman dengan rerata tertinggi yaitu 50,6.
80
y = 10.5x2 - 32.5x + 52
70 y = 9x2 - 27x + 45 R² = 1
R² = 1
Minggku ke-1
60
y= 8x2- 25x + 43
Tinggi Tanaman
Minggu ke-2
50 R² = 1
Minggu ke-3
40
Minggu ke-4
30
Minggu ke-5
20
Poly. (Minggku ke-1)
10 Poly. (Minggu ke-2)
0 Poly. (Minggu ke-3)
20 g 30 g 40 g
Perlakuan
70 Minggu ke-2
60 Minggu ke-3
50
Minggu ke-4
40
y = -13.25x2 + 52.75x + 27 Minggu ke-5
30
R² = 1 Poly. (Minggu ke-1)
20
10 Poly. (Minggu ke-2)
0 Linear (Minggu ke-2)
20 g 30 g 40 g
Poly. (Minggu ke-3)
Perlakuan
Linear (Minggu ke-3)
10 Minggu ke-4
Minggu ke-5
5
Poly. (Minggu
ke-1)
0 Poly. (Minggu
ke-2)
20 g 30 g 40 g Poly. (Minggu
Perlakuan ke-3)
35
y = 10.5x2 - 30.5x + 21
y = 9.5x2 - 27.5x + 18 R² = 1
30 R² = 1
y = 9x2 - 25x + 18
25 R² = 1 Minggu ke-1
Minggu ke-2
Jumlah Buah CMB
20
Minggu ke-3
15 Minggu ke-4
Minggu ke-5
10
Poly. (Minggu ke-1)
Poly. (Minggu ke-2)
5
Poly. (Minggu ke-3)
0
20 g 30 g 40 g
-5
Perlakuan
250
Alviana dan Susila. 2009. “Optimasi Dosis Pemupukan pada Budidaya Cabai
(Capsicum annuum L.) Menggunakan Irigasi Tetes dan Mulsa Polyethylene”.
Jurnal Agron Indonesia. Vol. 37. No. 1. Hal: 28–33.
Andayani, R., Maimunah, & Lisawati, Y., 2008. Penentuan Aktivitas Antioksidan,
Kadar Fenolat dan Likopen pada Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.). Jurnal
Sains dan Teknologi Farmasi, 13, 31-37.
Ariani, E. 2009. Uji Pupuk NPK Mutiara 16:16:16 dan Berbagi Jenis Mulsa Terhadap
Hasil Tanaman Cabai (Capsicum annuum L). Jurusan Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pekanbaru. Jurnal SAGU. 8 (1) : 5-9.
Darmosarkoro, W. 2003. Lahan dan Pemupukan Kelapa sawit. Edisi I. Pusat Penelitian
Kelapa Sawit. Medan.
Mujiyati dan Supriyadi. 2009. Pengaruh Pupuk Kandang Dan NPK Terhadap Populasi
Bakteri Azotobacter Dan Azospirillum Dalam Tanah Pada Budidaya Cabai
(Capsicum annuum). Jurnal Bioteknologi. 6 (2) : 63-69.
Pirngadi, K. dan S. Abdulrachman. 2005. Pengaruh pupuk majemuk NPK (15-15- 15)
terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah. Balai Penelitian Tanaman Padi
Subang. Jawa Barat. Jurnal Agrivigor. 4 (3) : 188-197.
Purwati, E. dan Khairunisa. 2007. Budidaya Tomat Dataran Rendah dengan Varietas
Unggul serta Tahan Hama dan Penyakit. Penebar Swadaya. Jakarta. 67 hlm.
Rismunandar. 1995. Tanaman Tomat. Sinar Baru Algensindo. Bandung. 65 hlm.
Sabiham, S., G. Supardi, dan S. Djokodudardjo. 1989. Pupuk dan Pemupukan. Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak dipublikasikan.
Sarief, S. 1985. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. 154 hal.