Anda di halaman 1dari 33

PENGARUH KONSENTRASI NUTRISI AB MIX TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS TOMAT MINI


(GOLDEN SWEET, RED RUBY DAN CHEERY) HIDROPONIK SISTEM
NFT

Oleh Kelompok 2:
Dina Majuba Yahya (1903401011016)
Nadzifatin (1903401011013)
Sap’aina (1903401011012)
Indah Rifatul Qomariyah (1903401011009)
Megy Dinda Nurisma (1903401011003)
Marmarotul Mufida (1903401011007)
Moh. Fathurrosi (1903401011034)
Moh.Yusfi Arifandi (1903401011020)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM JEMBER
2023
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tomat merupakan tanaman hortikultura yang populer di dunia termasuk di
indonesia. Tanaman tomat (Licopersicon esculentum) termasuk dalam famili
Solanaceae. Tomat cherry merupakan varietas tomat yang sangat potensial untuk
dikembangkan dan bernilai ekonomi tinggi, harga jualnya mulai Rp. 20.000/kg -
Rp.30.000/kg bila dibandingkan dengan tomat jenis mutiara yang harga
jualnya mulai Rp. 8.000/kg – Rp. 12.000/kg. Tanaman ini bermanfaat bagi
kesehatan karena mengandung vitamin A, B, C, karbohidrat, lemak, dan protein
yang lebih tinggi dibanding tomat biasa (Afandi, 2016)
Kebutuhan akan tanaman ini mulai meningkat dan mulai banyak
dikonsumsi segar masyarakat sebagai buah meja maupun dalam bentuk olahan
seperti tomat cherry kalengan, pasta, saus, ice cream, dan juice. Saat ini tomat
cherry sering ditemukan di pasar modern seperti supermarket, hypermarket dan
di restoranrestoran untuk masakan seperti salad, sedangkan tomat cherry di pasar
tradisional masih sulit ditemukan, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tomat
cherry, Indonesia sering mengimport tomat cherry dari luar negeri. Selain itu,
tomat cherry juga kurang banyak dibudidayakan karena pada umumnya tomat
cherry dibudidayakan di dataran tinggi (Manalu dan Rahmawati, 2019).
Permasalahan yang timbul pada budidaya tomat cherry dataran rendah
terletak pada kurangnya kesuburan tanah, sumber air dan kelembabannya,
sehingga diperlukan pemberian air dan pupuk yang cukup. Untuk meningkatkan
produksi tomat cherry di dataran rendah, diperlukan teknologi budidaya tanaman
dengan sistem hidroponik. Sistem hidroponik di lingkungan yang terkendali
membuat produksi buah tomat cherry menjadi maksimal, karena pengelolaan
unsur hara dan air sesuai dengan kebutuhan tanaman (Hidayat et al., 2018).
Hidroponik merupakan budidaya tanaman yang memanfaatkan air dan
tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam. Salah satu jenis tomat yang
cocok dengan sistem hidroponik adalah tomat cherry, karena tomat cherry
memiliki bentuk yang mungil seukuran buah cherry, serta hama dan penyakit
tanaman dapat dikendalikan pada sistem hidroponik (Prabowo dkk, 2018).
Keunggulan teknologi hidroponik adalah pertumbuhan tanaman lebih
cepat, kuantitas dapat meningkat, kualitas hasil tanaman terjaga, terbebas dari
pestisida dan logam berat industri yang ada di dalam tanah serta produknya
higienis. Kekurangan dari sistem hidroponik adalah modal yang besar karena
biaya produksi yang tinggi sehingga belum banyak pelaku usaha hidroponik
dalam skala bisnis terutama komoditas buah-buahan (Wibowo dan Asriyanti,
2013).
Prinsip budidaya tanaman secara hidroponik adalah menyediakan nutrisi
yang diperlukan dalam bentuk air. Terdapat berbagai metode dalam memberikan
nutrisinya. Metode pemberian nutrisi menentukan jenis sistem yang digunakan.
Salah satu metode pemberian nutrisi adalah sistem Nutrient Film Technique
(NFT). Cara bercocok tanam teknik NFT adalah dengan menempatkan akar
tanaman pada aliran nutrisi yang dangkal sehingga tidak terendam sepenuhnya.
Dengan begitu, maka tanaman akan memperoleh nutrisi berupa nutrisi dan
oksigen secara optimal. terdapat beberapa kelebihan dari sistem NFT. Pertama,
sistem NFT sangat cocok untuk tanaman yang membutuhkan banyak air
dikarenakan sistem NFT akan membuat aliran terpenuhi dengan mudah. Kedua,
penanaman tanaman akan lebih banyak dikarenakan sistem NFT dapat
memberikan waktu tanam yang singkat. Terakhir, tanaman akan memperoleh
nutrisi yang seragam dikarenakan NFT bekerja dengan sistem aliran yang stabil
dan satu jalur (Khoiriyah dan Aprian, 2021).
Nutrisi yang biasa digunakan pada teknik hidroponik adalah nutrisi AB
Mix. AB mix merupakan larutan hara yang terdiri dari stok A dan stok B yang
mengandung unsur makro dan unsur mikro. Nutrisi yang mengandung unsur
makro yaitu nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah banyak seperti N, P, K, S, Ca,
dan Mg. Nutrisi yang mengandung unsur mikro merupakan nutrisi yang
dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit seperti Mn, Cu, Zn, Cl, Cu, Na dan Fe
(Hidayati dan Kartika, 2019).
Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang
pengaruh konsentrasi nutrisi AB mix terhadap pertumbuhan dan produksi tiga
varietas tomat mini (golden, red ruby dan cheery) hidroponik sistem NFT.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, perumusan masalah penelitian ini
yaitu:
1. Apakah terdapat konsentrasi nutrisi AB mix yang terbaik terhadap
pertumbuhan dan produksi tiga varietas tomat mini (golden sweet, red
ruby dan cheery) hidroponik sistem NFT?
2. Bagaimana pertumbuhan dan produksi tiga varietas tomat mini (golden
sweet, red ruby dan cheery) hidroponik sistem NFT pada konsentrasi
nutrisi AB mix?
3. Apakah terdapat interaksi konsentrasi AB mix dan tiga varietas tomat mini
terhapat pertumbuhan dan produksi?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan diatas, penulis bertujuan untuk:
1. Mengetahui konsentrasi nutrisi AB Mix yang terbaik terhadap
pertumbuhan dan produksi tiga varietas tomat mini (golden sweet, red
ruby, dan cheery) hidropomik sistem NFT
2. Mengetahui pertumbuhan dan produksi tiga varietas tomat mini (golden
sweet, red ruby dan cheery) hidroponik sistem NFT pada konsentrasi
nutrisi AB mix
3. Mengetahui interaksi konsentrasi AB mix dan tiga varietas tomat mini
terhadap pertumbuhan dan produksi
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan konsentrasi AB Mix yang terbaik terhadap pertumbuhan dan
produksi tiga varietas tomat mini (golden sweet, red ruby, dan cheery)
hidropomik sistem NFT
2. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan acuan bagi
peneliti selanjutkan ataupun masyarakat.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Tanaman Tomat

Tomat merupakan tanaman yang sekerabat dengan kentang, cabai, dan


terong dalam famili Solanaceae. Tomat terdiri dari banyak varietas sekitar 400
yang salah satunya adalah tomat. Tomat diperkirakan mulai dikenal pada tahun
1800-an dan berasal dari Peru dan Chilli bagian utara. (Dyka, 2018) Tanaman
tomat diklasifikasikan sebagai berikut :
Devisi : Spermatophyta (tanaman berbiji),
Subdivisi : Angiospermae ( biji berada didalam buah),
Kelas : Dicotyledonae ( biji berkeping dua),
Ordo : Tubiflorae,
Familia : Solanaceae,
Genus : Lycopersicon,
Spesies : Lycopersicon lycopersicum (L) Karst.
Tanaman tomat termasuk tanaman semusim (berumur pendek). Artinya
tanaman hanya satu kali produksi dan setelah itu mati. Tanaman tomat berbentuk
perdu dan memanjangnya sampai ±2 meter. Oleh karena itu tomat perlu diberi ajir
dari terus bambu atau turus kayu agar tidak roboh ditanam tetapi tumbuh secara
vertical (Bambang, 2016)
Akar tanaman tomat berupa akar tunggang, akar cabang, serta akar serabut
yang berwarna keputih-putihan dan berbau khas. Perakaran tanaman tomat tidak
terlalu dalam, menyebar ke semua arah hingga kedalaman rata-rata 30-40 cm,
namun dapat mencapai kedalaman hingga 60-70 cm. Akar tomat berfungsi untuk
menopang berdirinya tanaman serta menyerap air dan unsur hara. Oleh karena itu,
tingkat kesuburan tanah di bagian atas sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman dan produksi buah serta benih tomat yang dihasilkan (Pitojo, 2005 dalam
Febriyanto 2020).
Menurut Marliana, Danuarta dan Fahmi (2015) batang tomat cukup kuat
walaupun tidak sekeras tanaman tahunan. Warna batang hijau dan berbentuk
persegi sampai bulat. Pada permukaan batangnya banyak ditumbuhi rambut halus
terutama bagian warna hijau. Di Antara rambut-rambut tersebut terdapat rambut
kelenjar. Pada bagian buku-bukunya terjadi pembelahan dan kadang-kadang pada
buku bagian bawah terdapat akar-akar pendek. Jika dibiarkan (tidak dibungkus)
tanaman tomat akan memiliki banyak cabang yang menyebar rata. Sebagaimana
tanaman dikotil lainnya, tanaman tomat berakar samping yang menjalar ke tanah.
Daun tanaman tomat mempunyai bentuk yang khas, yaitu berbentuk oval,
bergerigi, dan mempunyai celah yang menyirip. Daun tomat berwarna hijau dan
berbulu mempunyai panjang sekitar 20-30 cm dan lebar daun 15-20 cm. Daun
tomat tumbuh dekat ujung dahan atau cabang, sementara itu, tangkai daun
berbentuk bulat memanjang sekitar 7-10 cm dan ketebalan 0,3- 0,5 mm
(Wiryanta, 2004 dalam Febriyanto 2020).
Bunga tomat berukuran kecil, berdiameter sekitar 2 cm dan berwarna
kuning cerah. Kelopak bunga yang berjumlah 5 buah dan berwarna hijau terdapat
pada bagian bawah atau pangkal bunga. Bagian lain bunga tomat adalah mahkota
bunga, yaitu bagian terindah dari bunga tomat. Mahkota bunga berwarna kuning
cerah, berjumlah sekitar 6 buah dan berukuran sekitar 1 cm. Bunga tomat
merupakan bunga sempurna, karena benang sari atau tepung sari dan kepala
benang sari atau kepala putik terletak pada bunga yang sama. Bunganya memiliki
6 buah tepung sari dengan kepala putik berwarna sama dengan mahkota bunga,
yakni kuning cerah. Bunga tomat tumbuh dari batang (cabang) yang masih muda
(Djati, 2014)
Buah tomat memiliki bentuk yang bervariasi, mulai dari lonjong, bulat
halus, bulat beralur, bulat dengan bentuk datar pada ujung atau pangkalnya,
hingga berbentuk yang tidak beraturan. Bentuk dan ukuran tergantung dari
varietasnya. Ketika masih muda buahnya berwarna hijau muda sampai hijau tua,
berbulu dan memiliki rasa asam getir dan berbau tidak enak karena mengandung
lycopersicin. Saat tua buahnya menjadi sedikit kuning, merah cerah atau gelap,
merah kekuning-kuningan, kuning atau merah kehitaman dan rasanya pun enak
karena semakin matang kandungan lycopersicin hilang (Dalimunte, 2018).
Biji tomat berbentuk pipih, berbulu dan berwarna putih kekuningan dan
coklat muda. Panjang biji 3-5 mm dan lebarnya 2-4 mm. Biji tomat saling melekat
dan diselimuti daging buah yang tersusun berkelompok dan dibatasi daging buah.
Jumlah biji tergantung varietas dan lingkungan, maksimum 200 biji per buah.
(Redaksi Agromedia, 2007 dalam Febriyanto 2020).
Tomat dapat tumbuh didataran rendah sampai dataran tinggi dengan lahan
yang dapat ditanami seperti lahan bekas sawah dan lahan kering. Idealnya,
tanaman tomat tumbuh di tempat yang cuaca kering, cuaca dingin, dan dataran
tinggi (1000- 1250 m dpl), (Suarni, 2006 dalam Siregar, 2018).
Suhu yang optimum untuk pertumbuhan dan pembungaan tomat yaitu 23
0C pada siang hari dan 17 0C pada malam hari. Perbedaan yang besar untuk siang
dan malam cenderung meningkatkan pembungaan, pembentukan dan kualitas
buah. Pembentukan buah sangat ditentukan oleh faktor suhu di malam hari.
Pembentukan buah yang terbaik yaitu suhu antara 18 0C dan 24 0C, pada suhu
dibawah 15 0C dan diatas 30 0C pembentukan buah berlangsung buruk. Untuk
pembentukan buah suhu malam lebih kritis dari suhu siang. Tomat memerlukan
sinar matahari minimal 8 jam per hari. Tomat tidak dapat tahan terhadap sinar
matahari yang terik dan hujan lebat (Sutapradja, 2008 dalam Siregar 2018).
Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman tomat 750 mm-1250
mm/tahun. Keadaan ini berhubungan erat dengan ketersediaan air tanah bagi
tanaman tomat, terutama bagi daerah yang tidak ada irigasi teknis. Curah hujan
yang tinggi juga dapat menghambat persarian (Sutapradja, 2008 dalam Siregar
2018).
Keadaan temperatur dan kelembaban yang tinggi (95%) berpengaruh
kurang baik terhadap pertumbuhan, produksi dan kualitas buat tomat. Hal ini
terjadi karena kelembaban yang tinggi akan merangsang peningkatan laju
transpirasi melalui stomata yang membuka pada kelembaban yang tinggi. Selain
itu kelembaban yang tinggi juga dapat merangsang pertumbuhan organisme
pengganggu tanaman (Budhiani, 2011).
Tanaman menyenangi tempat yang terbuka dan cukup sinar matahari.
Kurangnya sinar matahari menyebabkan pertumbuhan tanaman memanjang,
lemah dan pucat karena pembentukan zat hijau daun (klorofil) tidak sempurna.
Namun sinar matahari yang terlampau terik juga kurang baik karena transpirasi
akan meningkat serta buah akan gugur. Pada fase perkecambahan, tanaman tomat
memerlukan intensitas sinar matahari yang lemah. Oleh karna itu, pada fase
perkecambahan tanaman tomat memerlukan naungan karena sinar matahari
langsung dapat membakar bibit yang sedang tumbuh (Bambang, 2016).
Hidroponik merupakan metode bercocok tanam atau budidaya tanaman
tanpa menggunakan tanah, melainkan dengan menggunakan media selain tanah
seperti sabut kelapa, serat mineral, pasir, serbuk kayu, sebagai pengganti media
tanah. Hidoponik biasanya di gunakan untuk menanam sayuran dan buah-buahan.
Tanaman yang telah sering di jumpai dalam hidroponik seperti tomat, melon,
timun, pakcoy, caisim, selada, cabe dan tanaman lain-lain (Achmad, 2015).
Beberapa keuntungan bercocok tanam secara hidroponik secara berikut :
persoalan sempitnya lahan bukan lagi menjadi masalah karna kegiatan bercocok
tanam bias dilakukan dimanapun, baik di dalam rumah, di kapal, di lahan kritis, di
padang pasir, maupun di tengah kota yang sempit, penanaman tidak tergantung
musim, media tanam bisa digunakan berulang-ulang, jika penanaman dilakukan di
rumah kaca, resiko serangan hama dan penyakit menjadi lebih kecil, penggunaan
pupuk lebih efektif dan efisien tetapi tanaman mampu memberikan hasil dengan
kualitas dan kuantitas yang maksimal, bebas dari gulma serta pertumbuhan
tanaman lebih terkontrol. Sedangkan kerugiannya ketersedian dan pemeliharaan
perangkat hidroponik agak sulit, memerlukan keterampilan dan pengetahuan
khusus, investasi awal agak mahal, dan identik ketergantungan dengan listrik
(Hudoro, 2011).
Hidroponik NFT merupakan salah satu tipe dalam hidroponik dengan
konsep dasar suatu metode budidaya tanaman dengan akar tumbuh dengan lapisan
nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi sehingga tanaman dapat memperoleh cukup
air, nutrisi dan oksigen. Banyak alasan untuk melakukan budidaya tanaman secara
hidroponik, diantaranya adalah keberhasilan tanaman lebih terjamin, dan dapat
memelihara tanaman lebih banyak dalam ruang yang sempit daripada bercocok
tanam tradisional, selain itu hampir semua tanaman dapat di hidroponikan
(Paputungan, Fitria, Bagu, dan Limonu, 2011).
Pada budidaya tanaman dengan media tanah, tanaman dapat memperoleh
unsur hara dari larutan nutrisi yang dipersiapkan khusus. Pada sistem NFT larutan
nutrisi dapat diberikan dalam bentuk genangan atau dalam mengalir
(Suhardiyanto, 2010).
Nutrisi hidroponik yang umum di pakai merupakan hasil formulasi dari
unsur-unsur hara makro dan mikro yang terkandung dalam pupuk tunggal maupun
pupuk majemuk yang formulasinya yang di pisahkan antara makro dan mikro,
yang nantinya akan dilarutkan dalam bentuk stock nutrisi dan dilarutkan air
dengan tempat atau wadah yang berbeda (Rukmana, 2010).
Dalam sistem hidroponik pemberian nutrisi sangat penting karena dalam
medianya tidak terkandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Berbeda dengan
penanaman padi di sawah, tanah sendiri telah mengandung zat hara sehingga
pemupukan hanya bersifat tambahan. Pemberian nutrisi untuk hidroponik harus
sesuai jumlahnya dan macamnya sesuai dengan kebutuhan tanaman serta
diberikan secara kontinyu (Kesuma dan Zuchrotus,2013).
Pembuatan larutan nutrisi AB Mix dengan cara melarutkan KH2PO4 (13,6
gram), CaNO (1,6 gram), MgSO4 (49,2 gram), KNO3 (29,2 gram), K3SO4 (25,6
gram), CuSO4 (0,011 gram), Fe-EDTA (0,51 gram), MnSO4 (0,073 gram),
ZnSO4 (0,006 gram), H3BO3 (0,059 gram) ke dalam 500 ml air kedua larutan
tersebut kemudian dicampur ke dalam 100 liter air selanjutnya diaduk hingga
tercampur rata (Mas`ud, 2010).
Tanaman untuk hidup, tumbuh, dan berkembang memerlukan unsur hara.
Unsur hara dibagi menjadi dua, yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro.
Unsur hara makro berfungsi untuk menumbuhkan bagian tubuh tanaman,
sementara unsur hara mikro berfungsi sebagai pelengkap rasa, kadar gula, warna,
dan ketahanan tanaman terhadap penyakit (Sumadi, 2012).
Pekatan A (makro) yaitu Unsur Hara Makro adalah unsur-unsur hara
yangdibutuhkan tumbuhan dalam jumlah yang relatif besar dan sedangkan
pekatan B (mikro) adalah mikro adalah unsur yang diperlukan tanaman dalam
jumlah sedikit. Walaupun hanya diserap dalam jumlah kecil, tetapi amat penting
untuk menunjang keberhasilan proses-proses dalam tumbuhan (Anonim. 2015).
Menurut Putra, Wulandari, dan Fauziah (2014), nutrisi AB Mix
merupakan nutrisi yang diginakan untuk menanam secara hidroponik. Dari hasil
wawancara penelitian dengan beberapa pembudidaya tanaman secara hidroponik,
salah satu nutisi yang digunakan adalah nutrisi AB Mix. Nutrisi AB Mix
mempunyai kelebihan karena terdiri dari nutrisi A yang mengandung unsur hara
makro seperti Fe, Mn, Bo, Xn, Cu dan Mo. Pembuatan larutan nutisi AB Mix
dilakukan dengan cara melarutkan nutrisi A dan nutrisi B secara terpisah, dari
hasil larutan yang terpisah ini baru kemudian kedua larutan tersebut digabung
menjadi satu larutan yaitu larutan nutrisi AB Mix.
Tingkat kepekatan nutrisi yang dibutuhkan setiap tanaman berbeda-beda
misalnya tanaman sayuran buah pada umumnya membutuhkan ppm yang lebih
tinggi di bandingkan dengan sayuran daun. Akan tetapi hal tersebut tidak selalu
berlaku, sebab ada juga sayuran daun yang lahap nutrisi dan membutuhkan ppm
tinggi. selain ppm ada juga yang harus diperhatikan dalam hidroponik adalah
tingkat kemasaman air atau pH. Kepekatan nutrisi hidroponik diukur denga
sebuah alat yang disebut TDS meter dengan satuan ppm. Sedangkan alat untuk
mengukur pH larutan adalah pH meter (Azzmy, 2015).
Konsentrasi nutrisi pada umumnya merupakan bagian penting dalam
pertumbuhan pada tanaman. Pada saat tanaman berumur 5-7 hari. Pada tanaman
tomat konsentrasi nutrisi anjuran yaitu 1400-3600 ppm yang di ukur dengan alat
EC meter atau TDS dengan satuan ppm (Azzamy, 2015).
Kondisi pH optimum yang direkomendasikan untuk tanaman tomat pada
kultur hidroponik yaitu berkisar antara 6.0-6.5 yang di ukur dengan alat ukur pH
meter. Bila nilai pH lebih besar atau lebih kecil dari angkah tersebut, maka daya
larutan unsur hara akan terganggu. Selain itu, unsur hara akan mengendap
sehingga tidak dapat diserap oleh akar tanaman (Azzamy, 2015).
Menurut penelitian haris (2018), rata-rata hasil produksi tanaman tomat
yang di budidaya secara hidroponik lebih tinggi di bandingkan dengan
konvisional. Pada tanaman tomat yang ditanam secara hidroponik menghasilkan
bobot segar dengan rata-rata 86,72 g/pertanaman, sedangkan pada tanaman tomat
secara konvisional menghasilkan 40,70 g/pertanaman dan pemberian nutrisi
terbaik pada tanaman tomat hidroponik yaitu dengan menggunakan 2000 ppm.
Menurut Putra, Wulandari, dan Fauziah (2014), perlakuan dengan
menggunakan pupuk AB Mix, memiliki pertumbuhan vegetatif dan hasil panen
terbaik pada tanaman tomat, pakhcoy dan selada. Kandungan pupuk AB Mix
diduga memiliki komposisi seimbang yang dibutuhkan oleh tanaman. Komposisi
hara seimbang yang dimaksud adalah kandungan unsur hara makro dan mikro
yang dibutuhkan tanaman telah terkandung didalam larutan hara AB Mix dan
nutrisi yang diperoleh tanaman dari larutan AB Mix telah memenuhi kebutuhan
tanaman.
Menurut hasil penelitian Suribno (2018), mengenai penggunaan AB Mix
pada tanaman selada merah menunjukan bahwa berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman, jumlah daun, berat kering tanaman, panjang akar, dan nisbah tajuk akar.
Pada penelitian penulis salah satu bahan racikan nutrisi AB Mix adalah kalium
nitrat, kalium sulfat, dan kalium dihidrofosfat yang menyuplai unsur hara kalium.
Unsur kalium berfungsi meningkatkan esistensi tanaman terhadap hama dan
penyakit serta meningkatkan kualitas buah tanamn tomat.
Selain itu bahannya adalah Fe EDTA, magnesium yang menyuplai unsur
hara fe. Unsur hara Fe meskipun sebagai unsur hara mikro, namun memiliki
peranan yang sangat penting yaitu pembentukan zat hijau daun (klorofil). Serta
bahan pelengkap unsurhara mikro lainnya seperti BMX dan ammonium sulfat.
(Riwandi, Prasetyo, Hasanudin, dan Cahyadinata, 2017).
Menurut Susila (2013), intensitas cahaya tinggi dan hari panjang dapat
meningkatkan laju pertumbuhan dan mempercepat pekembangan tanaman tomat
yang dibudidayakan secara hidroponik dan dapat di panen lebih cepat. Tanaman
yang di budidayakan secara hidroponik dapat tumbuh optimal bila didukung
dengan penggunaan media tanam yang baik. Jenis media tanam yang di gunakan
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Media
yang baik membuat unsur hara tetap tersedia, kelembaban terjamin dan drainase
baik. Media yang digunakan harus dapat menyediakan air, zat hara dan oksigen
serta tidak mengandung zat yang beracun bagi tanaman, bahan-bahan yang bisa
gunakan sebagai media tanam dalam hidroponik antaranya arang sekam,
Rockwool merupakan salah satu media tanam yang banyak digunakan
oleh para petani hidroponik. Media tanam ini mempunyai kelebihan dibandingkan
dengan media lainnya terutama dalam hal perbandingan komposisi air dan udara
yang dapat disimpan oleh media tanam ini. Bentuknya seperti spon yang memiliki
daya serap air yang baik sehingga baik untuk mendukung perkembangan dan
pertumbuhan tanaman.
Rockwool terbuat daribebatuan, umumnya kombinasi dari batuan basalt,
batu kapur, dan batu bara, yang dipanaskan mencapai suhu 1.600 derajat celcius
sehingga meleleh menjadi seperti lava, dalam keadaan mencair ini, batuan
tersebut disentrifugal membentuk serat-serat. Setelah dingin, kumpulan serat ini
dipotong dengan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan. Keuntungan rockwool
adalah mampu menyerap air dan nutrisi serta sirkulasi udara dengan baik, tingkat
kecambah benih tinggi dan lain sebagainya. Sedangkan kekurangannya adalah
harga yang mahal, sulit di dapatkan (Anonim, 2017).
Menurut Mulyani (2011) media tanam dari tanaman hidroponik harus
dapat berfungsi sebagai penegak tanaman dan penghantar unsur hara. Penguunaan
media tanam hidroponik harus sesuai dengan tanamannya. Hasil penelitian
Wulandari, Sutarmi, dan Suhartono (2015) penggunaan media arang sekam
memberikan pengaruh paling baik terhadap serapan nitrogen pada tanaman tomat
secara hidroponik.

2.2 Hipotesis
1. Terdapat Pengaruh konsentrasi nutrisi AB mix yang terbaik terhadap
pertumbuhan dan produksi tiga varietas tomat mini (golden sweet, red ruby
dan cheery) hidroponik sistem NFT?
2. Pertumbuhan dan produksi tiga varietas tomat mini (golden sweet, red ruby
dan cheery) hidroponik sistem NFT berbeda pada konsentrasi nutrisi AB mix.
3. Terdapat Pengaruh interaksi konsentrasi AB mix dan tiga varietas tomat mini
terhadap pertumbuhan dan produksi.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Greenhouse DnR Hindroponik Farm


Perumahan Pondok Bedadung Indah Blok AA.01 Kec. Sumbersari, Kab. Jember,
Jawa Timur dengan ketinggian 70 mdpl mulai Oktober 2022 sampai Januari 2023

3.2 Bahan dan Alat


Bahan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah benih tiga varietas
tomat yaitu tomat red ruby, tomat cherry, tomat golden sweet, nutrisi AB Mix,
rockwool, dan asam nitrat.

Alat yang di gunakan dalam penelitian ini adalah instalasi NFT, netpot,
sumbu kain flanel, nampan semai, pH meter, TDS meter, bak air, gergaji besi,
sprayer, pompa air, aerator, gelas ukur, timbangan digital, cetakan rockwool,
refractometer.

3.3 Metode Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) faktorial 3 x 2 dengan 4 ulangan.

Faktor pertama adalah konsentrasi nutrisi AB Mix (K) dengan 2 taraf yaitu :
K1: 1700 ppm
B2: 2000 ppm

Faktor kedua adalah varietas tomat (V) yaitu :


V1: Tomat Red Ruby
V2: Tomat Golden Sweet
V3: Tomat Cherry

Sehingga memperoleh 6 kombinasi perlakuan sebagai berikut:

K1V1 K2V1

K1V2 K2V2

K1V3 K2V3
Model matematis RAL menurut metode statistik yang akan digunakan
adalah sebagai berikut :
Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + ε ijk
Keterangan:
i : 1, 2 dan 3
j : 1, 2 dan 3
k : 1, 2 dan 3
Yijk : Nilai pengamatan unit percobaan pada perlakuan banyaknya tanaman
per lubang tanam ke-j dan varietas sawi ke k
µ : Nilai tengah umum
αi : Pengaruh perlakuan banyaknya tanaman per lubang tanam ke-i
βj : Pengaruh perlakuan varietas sawi ke-j
(αβ)ij : Pengaruh interaksi antara banyaknya tanaman per lubang tanam ke-i
dengan varietas sawi ke-j
ε ijk : Galat percobaan pengamatan pada perlakuan banyaknya tanaman per
lubang tanam ke-i dan perlakuan varietas sawi ke-j pada satuan
percobaan ke k. (Hajar, 2016)

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan Instalasi NFT


Sebelum dimulainya penelitian yang harus dilakukan yaitu pembersihan
(sterilisasi) untuk memutus penyebaran penyakit dan jamur. Pembersihan pertama
yang dilakukan yaitu penyemprot rumput liar yang ada di sekitar greenhouse
dengan herbisida, memcuci bersih bak persemaian dan pipa paralon instalasi
hidroponik menggunakan air yang mengalir atau disemprot dengan selang, tidak
hanya pembersihan, pengengecekan pipa instalasi hidroponik perlu dilakukan agar
tidak terjadi kebocoran saat proses penelitian dimulai. Kemudian biarkan
beberapa hari agar pipa mengering dan penyakit atau jamur hilang.

Sterilisasi greenhouse dilakukan dengan cara membersihkan dinding dan


lantai greenhouse dari kotoran, hama dan penyakit bekas tanaman sebelumnya.
Greenhouse disapu, instalasi NFT di bersihkan, dikeringkan dan disemprot
pestisida (Sesanti et al., 2018).

3.4.2 Penyemaian Benih Tomat


Menyiapkan benih tiga varietas tomat yang akan disemaikan dengan media
rockwool untuk pengecambahan. Memotong rockwool dengan ukuran 2,5 cm 3
atau ukuran dadu, lubangi bagian atas rockwoll sesuai ukuran bibit tomat,
kemudian direndam dalam air selama 15 menit dan diletakkan dalam baki atau
tray semai. Selanjutnya benih tomat dimasukkan ke lubang tanam sedalam kurang
lebih 0,5-1 cm. Selanjutnya disiram menggunakan air biasa dan tidak boleh
terendam (Ifanto dan Suprihati, 2018).

Media tanam untuk berupa rockwool merupakan pilihan yang baik,


dikarenakan rockwool mampu menyediakan komposisi air, dan udara ideal bagi
tumbuhan (Warjoto dkk., 2020).

3.4.3 Melarutkan Nutrisi


Membuat larutan induk nutrisi AB Mix 500 gram A dan 500 gram B
menjadi 5 liter nutrisi A, 5 liter nutrisi B. Melarutkan nutrisi AB Mix dengan cara
Nutrisi A dan B dilarutkan dalam masing-masing 3 liter air kemudian tambahkan
2 liter air lagi sehingga larutan nutrisi menjadi 5 liter . Nutrisi A 5 liter dan B 5
liter.

Tanaman sayuran buah menghendaki konsentrasi larutan nutrisi yang lebih


pekat dibandingkan dengan tanaman sayuran daun (Sundari, 2016)

3.4.4 Pindah Tanam

Pemindahan bibit tanaman tomat dilakukan pada saat bibit berumur 14 hari
setelah semai dan telah memiliki 4 daun ke dalam rak NFT, bibit dimasukan
dalam netpot yang telah dipasang sumbu kain flannel, setelah itu letakan di lubang
tanam/ paralon (Phina, 2014)

3.4.5 Pemeliharaan

Mengatur pemberian nutrisi agar tetap tersirkulasi. Pemberian air bila sudah
mendekati pompa air dengan mengecek ppm nutrisi dan tingkat keasaman tetap
netral 6,5. Pengggantian cairan nutrisi, pengendalian hama dan penyakit secara
manual/tidak memakai pestisida (Anugrah, 2021).

3.4.6 Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada umur 40 hari setelah tanam. Kriteria panen
untuk tanaman sawi yaitu sudah memiliki ukuran yang cukup besar, batang
herbanya sudah mulai mengeras namun belum berbunga (Kurniawan, 2019).

Pemanenan dilakukan dengan cara mengangkat netpot dan mencabut


tanaman sawi hingga akarnya dan membuang daun yang rusak

3.5 Parameter Pengamatan


Data diperoleh dengan melakukan pengamatan dan pengukuran terhadap
karakter karakter tiga varietas sawi berikut :
1. Tinggi Tanaman (cm),
2. Jumlah Daun (helai)
3. Jumlah Tandan
4. Jumlah Buah Pertanaman
5. Jumlah Buah Pertandan
6. Panjang Buah
7. Lingkar Buah
8. Volume Buah
9. Diameter Buah
10. Tebal Daging Buah
11. Berat Buah
12. Kadar Gula

3.6 Analisis Data


Data dianalisis menggunakan uji F. Jika antar perlakuan terjadi perbedaan
yang signifikan maka dilanjutkan dengan uji lanjutan DMRT (Duncan Multiple
Range Test) dengan taraf eror 5% menggunakan software IBM SPSS Statistic 26
for windows.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Parameter Tinggi Tanaman


Tabel 1. Hasil F-Hitung Tinggi Tanaman
F hitung f hitung f tabel
7 hst 14 hst 21 hst 28 hst 35 hst 0,05 0,01
Varietas 64,8** 23,4** 5,70 2,19 12,7** 3,55 6,01
Konsentrasi 7,49** 4,72* 4,81* 0,9 1,89 3,55 6,01
varietas x
2,04 0,74 1,7 1,94 0,56 2,93 4,58
konsentrasi
Hasil analisis sidik ragam menujukkan bahwa pemberian Konsentrasi dan
varietas yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap
pertumbuhan tinggi tanaman tomat. Hasil uji lanjut perbedaan rata – rata tinggi
tanaman. Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa berbeda sangat nyata. Hal
ini kemungkinan disebabkan oleh konsentrasi AB mix 1 adalah konsentrasi yang
tepat dan sesuai dengan kebutuhan tanaman tomat.
Hidayati dan Kartika (2019) menyebutkan bahwa pertumbuhan tanaman
pada sistem hidroponik dibantu oleh nutrisi AB mix yang mengandung unsur hara
makro. Umumnya unsur hara makro berfungsi untuk merangsang pertumbuhan,
mensintesa asam amino dan protein, merangsang pertumbuhan akar dan biji,
merangsang pembelahan sel tanaman, memperkuat batang tubuh tanaman dan
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap penyakit. Adapun unsur hara mikro
berfungsi sebagai penyusun enzim dan vitamin. Rambe (2013) juga menyatakan
bahwa ketersediaan unsur hara merupakan hal yang sangat penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena kandungan unsur hara akan
membantu memperlancar proses metabolisme tanaman diantaranya proses
fotosintesis sehingga fotosintat yang dihasilkan tinggi, yang selanjutnya akan
ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman. Untuk mengetahui respon AB mix
lebih jelas dapat dilihatpada gambar di bawah ini.
Rata-rata Tinggi Tanaman
140
120 K1V1

Tinggi Tanaman
100 K1V2
80 K1V3
60 K2V1
40 K2V2
20
K2V3
0
7 HST 14 HST 21 HST 28 HST 35 HST
Umur Tanaman

Gambar 1. Pengaruh Aplikasi Perlakuan Terhadap Tinggi Tanaman


4.2 Parameter Berat Buah

Tabel 2. Hasil F-hitung Parameter Berat Buah

F hitung f hitung f tabel keputusan


88 hst 0,05 0,01 88 hst
Varietas 2,686 3,55 6,01 Ns
konsentrasi 0,033 3,55 6,01 Ns
varietas x
1,427 2,93 4,58 Ns
konsentrasi

Data pengamatan berat buah menunjukkan bahwa konsentrasi nutrisi AB


mix berpengaruh tidak nyata terhadap berat buah. Pemberian konsentrasi nutrisi
1200 ppm sampai 1400 ppm pada varietas tomat hasil analisis sidik ragam juga
menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap pengamatan bobot buah tomat yang
dipanen. Hal ini berkaitan dengan jumlah buah yang terbentuk pada setiap
tanaman. Semakin tinggi jumlah buah yang dipanen maka semakin tinggi bobot
buah. Suhu di dalam greenhouse yang mencapai 450C memberi pengaruh
negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tomat. Pengaruh negatif tersebut
menyebabkan rendahnya perkembangan polen, berkurangnya proses penyerbukan,
hancurnya sel embrio pada putik sehingga menurunkan pembentukan buah (Kuo,
1979). Untuk hasil perbedaan pengaruh aplikasi AB mix dapat di lihat di bawah
ini.
Rata-rata Berat Buah
120
100 K1V1
80 K1V2
Berat Buah 60 K1V3
40 K2V1
K2V2
20
K2V3
0
64 HST 88 HST
Umur Tanaman Berat Buah

Gambar 2. Pengaruh Aplikasi Perlakuan terhadap Berat Buah

4.3 Parameter Jumlah Daun


Tabel 3. Hasil F-hitung Parameter Jumlah Daun

f hitung f tabel
F hitung
7 hst 14 hst 21 hst 28 hst 35 hst 0,05 0,01
Varietas 1,30 2,52 0,09 0,51 1,6 3,55 6,01
Konsentrasi 1,60 0,48 1,01 0,16 1,3 3,55 6,01
varietas x
0,10 0,48 0,25 0,51 1,9 2,93 4,58
konsentrasi

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara


varietas tomat dengan nutrisi AB mix jenis yang berbeda terhadap jumlah daun
tanaman tomat. Hal ini diduga karena kondisi pertumbuhan tanaman yang kurang
optimum sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman seprti
kurangnya nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Banyak sedikitnya jumlah daun
antara lain dipengaruhi oleh unsur hara nitrogen yang terkandung di dalam larutan
nutrisi. Karena nitrogen adalah komponen utama dari berbagai subtansi penting di
dalam pembentukan daun tanaman. Nitrogen juga dibutuhkan untuk membentuk
senyawa penting seperti klorofil, asam nukleat, dan enzim (Novizan, 2007). Untuk
mengetahui respon perbedaan Konsentrasi AB mix dengan varietas tomat dapt
dilihat di diagram batang berikut.

Gambar 3. Pengaruh Aplikasi Perlakuan terhadap Jumlah Daun


Rata-rata Jumlah Daun
14
12 K1V1
10 K1V2
Jumlah Daun 8 K1V3
6 K2V1
4 K2V2
2 K2V3
0
7 HST 14 HST 21 HST
Umur Tanaman

4.4 Parameter Jumlah Buah Per tanaman


Tabel 4. Hasil F-hitung Parameter Jumlah Buah Pertanaman
F hitung f hitung f table

64 hst 88 hst 0,05 0,01


Varietas 2,063 1,67 3,554557 6,012905
Konsentrasi 2,728 0,017 3,554557 6,012905
varietas x
0,597 0,725 2,927744 4,579036
konsentrasi

Berdasarkan analisis sidik ragam, Pangaruh Apliaksi AB mix tidak


memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah Buah pertanaman, namun
konsentrasi AB mix menghasilkan jumlah buah per tanaman terbanyak. Tingginya
jumlah buah pertanaman pada perlakuan AB mix diduga karena ketersedian
larutan nutrisi makro dan mikro dapat tersedia dengan sempurna. Hal ini diperkuat
oleh pendapat Widdana (2010) menatakan bahwa tinggi rendahnya suatu hasil
produksi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor sperti ketersedian karbohidrat
dan protein oleh tanaman yang sangat berperan aktif dalam proses fotosintesis
serta pemupukan bahan organik yang dimanfaatkan tanaman untuk pertumbuhan
dan pembentukan buah.
Dengan ketersedian hara makro dan mikro bagi tanaman yang diberikan
melalui nutrisi yang dialirkan ke tanaman merupakan hal yang sangat mendukung
untuk pertumbuhan tanaman tomat, baik pertumbuhan vegetatif maupun generatif,
terpenuhinya batas maksimal unsur hara yang diberikan pada tanaman merupakan
faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman (Rinsema, 2011). Untuk
hasil respon pengaruh perlakuan AB mix terhadap jumlah buah pertanaman dapat
dilihat di diagram batang berikut ini.

Rata-rata Jumlah Buah Per Tanaman


7
Jumlah Buah Per Tanaman

6 K1V1
5 K1V2
4 K1V3
3 K2V1
2 K2V2
1 K2V3
0
64 HST 88 HST
Umur Tanaman Jumlah Buah Pertanaman

Gambar 2. Pengaruh Aplikasi Perlakuan terhadap Jumlah Buah Pertanaman

4.5 Jumlah Buah Pertandan

Tabel 5. Hasil F-hitung Parameter Jumlah Buah Pertandan

F hitung f hitung f table


64 hst 88 hst 0,05 0,01
3,55455
varietas 0,987 7,275 6,012905
7
3,55455
konsentrasi 0,158 1,200 6,012905
7
varietas x 2,92774
0,276 0,525 4,579036
konsentrasi 4

Konsentrasi nutrisi AB mix menunjukkan berpengaruh nyata untuk


peningkatan parameter jumlah buah pertandan pada tanaman tomat. Pembuahan
yang terjadi pada bunga akan menghasilkan buah, yang menjadi tanda bahwa
tanaman tomat telah memasuki fase generatif. Jumlah dan total buah dihitung
untuk melihat hasil produksi yang dilakukan selama penelitian. Panen buah tomat
dilakukan selama 2 kali panen yaitu pada 64 HST dan 88 HST. Jumlah buah
pertanaman menunjukkan bahwa taraf perlakuan yang paling besar adalah
menghasilkan produksi buah tomat yg banyak. Berikut diagram batang jumlah
buah pertandan. Lestari (2009) menyebutkan bahwa nutrisi yang diberikan pada
tanaman harus dalam komposisi yang tepat. Bila kekurangan atau kelebihan akan
mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu dan hasil produksi yang
diperoleh kurang makasimal. Untuk hasil perbedaan lebih jelas dapat dilihat pada
diagram batang di bawah ini.

Rata-rata Jumlah Buah Pertandan


3.5
jumlah buah pertandan

3 K1V1
2.5 K1V2
2 K1V3
1.5 K2V1
1 K2V2
0.5 K2V3
0
64 Hst 88Hst
Umur Tanaman Jumlah Buah Per Tandan

Gambar 5. Pengaruh Perlakuan Terhadap Parameter Jumlah Buah Pertandan


4.6 Parameter Panjang Buah
Tabel 6. Hasil F-hitung Parameter Panjang Buah
F hitung f hitung f table

64 hst 88 hst 0,05 0,01


3,55455
Varietas 0,682 0,062 6,012905
7
3,55455
konsentrasi 3,997* 0,109 6,012905
7
varietas x 2,92774
0,659 0,647 4,579036
konsentrasi 4
Pada tabel diatas, menunjukkan panjang buah dipengaruhi perlakuan. Hal
ini diduga jumlah cabang memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap
panjang buah. Namun, jumlah buah memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap panjang buah. Dimana semakin banyak jumlah buah yang dipelihara,
maka ukuran buah akan semakin kecil. Penurunan ukuran buah dengan semakin
banyaknya buah disebabkan oleh fotosintat yang dihasilkan tidak cukup untuk
memenuhi kapasitas lubuk untuk meningkatkan ukuran buah (Zamzami et al.
2015). Berikut hasil perbedaan pengaruh nutrisi AB mix terhadap panjang buah.
Rata-rata Panjang Buah
5.6
5.4 K1V1

panjang buah
K1V2
5.2 K1V3
5 K2V1
4.8 K2V2
K2V3
4.6
64 Hst 88Hst
Umur Tanaman Panjang Buah

Gambar 6. Pengaruh aplikasi Perlakuan Terhadap Parameter Panjang Buah


4.7 Parameter Volume Buah
Tabel 7. Hasil F-hitung Parameter Volume Buah
F hitung f hitung f table
64 hst 88 hst 0,05 0,01

Varietas 0,256 0,156 3,55 6,01


konsentrasi 0,211 0,103 3,55 6,01
varietas x
0,42 1,113 2,93 4,58
konsentrasi

Konsentrasi AB mix memberikan respon yang tidak berpengaruh nyata. Hal


ini diduga karena tanaman tomat kekurangan unsur hara P. karena unsur hara
Fosfat (P) dalam pembentukan bunga sangat mempengaruhi pembentukan dan
ukuran buah. Volume buah diduga karena besarnya buah yang dihasilkan tanaman
pada masing-masing petak perlakuan hampir sama, selain itu karena faktor genetis
tanaman dan keadaan lingkungan pertanman tomat.
Rata-rata Volume Buah
20
K1V1
15
K1V2
volume buah
10 K1V3
K2V1
5 K2V2
K2V3
0
64 Hst 88Hst
Umur Tanaman Volume Buah

Gambar 7. Pengaruh aplikasi perlakuan terhadap volume buah


4.8 Parameter Lingkar Buah

Tabel 8. Hasil F-hitung parameter lingkar buah

F hitung f hitung f table

64 hst 88 hst 0,05 0,01


10,298* 3,55455 6,01290
Varietas 2,865
* 7 5
3,55455 6,01290
konsentrasi 4,562 0,89
7 5
varietas x 2,92774 4,57903
2,374 0,675
konsentrasi 4 6

Pada tabel di atas perlakuan memberikan pengaruh yang nyata terhadap lingkar
buah. Hal ini diduga karena besarnya lingkar buah ini disebabkan karena hasil
fotosintesis lebih banyak disimpan pada jaringan yang terdapat pada buah,
terjadinya aktifitas fotosintesis yang lebih banyak untuk mengisi jaringan
penyimpanan cadangan makanan. Lingkar buah berkaitan dengan berat buah,
semakin berat buah melon maka semakin besar pula lingkar buahnya.
Pertumbuhan generatif tanaman sangat bergantung pada proses penyerapan hara,
penyerapan hara akan berjalan optimal apabila didukung dengan kondisi
penyinaran yang cukup, tanaman melon memerlukan penyiran 10-12 jam/hari
pada masa vegetatif, namun pada penelitian lamanya penyinaran tidak mencapai
10/12 jam/hari sehingga pertumbuhan dan produksi tidk optimal (Budiana, 2008).
Selanjutnya tanaman melon memerlukan penyinaran penuh selama proses
pertumbuhannya. Lama penyinaran diperlukan tanaman melon berkisar 10-12 jam
sehari. Sinar matahari membantu prosesfotosintesis sehingga menghasilkan zat
gula (pati) yang menyebabkan ukuran buah besar dan manis (Prajnanta, 2007)
Lingkar buah dan berat buah sangat berkaitan dengan ketebalan daging
buah. Hal ini karena ketebalan buah berpengaruh terhadap ukuran buah melon
yang dipanen. Hasil asimilasi tanaman tersimpan dalam bentuk cadangan
makanan seperti buah sehingga semakin besar ukuran buah, maka semakin tebal
daging buah. Lingkar buah sangat berkaitan dengan berat buah dan ketebalan
daging buah. Penyerapan unsur hara nitrogen dan fosfor berpengaruh pada
pertumbuhan vegetatif tanaman, yaitu dapat memacu pertumbuhan akar,
pembelahan sel, memacu pembungaan, dan pembentukan biji. Jumlah akar yang
banyak maka mempermudah tanaman dalam mendapatkan air beserta unsur hara
dalam proses pembungaan serta produksi buah dan biji (Budiana, 2008)

Rata-rata Lingkar Buah


10
8 K1V1
K1V2
Lingkar Buah

6
K1V3
4 K2V1
K2V2
2
K2V3
0
64 Hst 88Hst
UmurTanaman Lingkar Buah

Gambar 8. Pengaruh Aplikasi Perlakuan Terhadap Lingkar Buah

4.9 Parameter Kadar Gula

Tabel 9. Hasil F-hitung Parameter Kadar Gula


F hitung f hitung f table
64 hst 88 hst 0,05 0,01
Varietas 1,411 0,087 3,55 6,01
Konsentrasi 2,248 0,196 3,55 6,01
varietas x
0,918 0,196 2,93 4,58
konsentrasi
Hasil pengukuran kadar gula menunjukkan tidak ada perbedaan nyata pada
tiap perlakuan. Hal ini diduga pada masa simpan 10 hari belum memberikan
perubahan yang nyata pada kadar gula total buah tomat .
Menurut, Affandi (2004) bobot per buah dan panjang buah yang lebih tinggi
memiliki daging buah yang tebal. Kualitas buah salah satunya ditentukan dengan
nilai padatan total terlarutnya. Tingginya kadar padatan terlarut total pada buah
melon akan menyebabkan meningkatnya kualitas buah. Disamping itu karakter
tersebut telah digunakan sebagai indikator tingkat kemanisan, rasa dan
kematangan.

Rata-rata Kadar Gula


6.4
6.2
K1V1
6
5.8 K1V2
Kadar Gula

5.6 K1V3
5.4 K2V1
5.2 K2V2
5 K2V3
4.8
64 Hst 88Hst
Umur Tanaman Kadar Gula

Gambar 9. Pengaruh aplikasi perlakuan terhadap parameter kadar gula


4.10 Parameter Diameter Buah
Tabel 1. Hasil F-hitung Parameter Diameter Buah
F hitung f hitung f table
64 hst 88 hst 0,05 0,01
Varietas 1,394 0,167 3,55 6,01
Konsentrasi 0,493 0,303 3,55 6,01
varietas x
0,456 1,491 2,93 4,58
konsentrasi

Dari hasil analisis data pengamatan diameter buah diketahui bahwa


kombinasi kedua perlakuan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Hasil
analisis data pengamatan diameter buah dapat dilihat pada tabel diatas . Hal ini
diduga karena perbedaan jumlah buah yang diseleksi, jumlah buah yang lebih
sedikit cendrung lebih besar diameter buahnya sedangkan jumlah buah yang
banyak cenderung lebih kecil diameter buahnya Peningkatan panjang, diameter
dan lingkar buah tersebut akan menghasilkan bobot perbuah semakin tinggi,
sehingga daging buah semakin tebal.
Hal ini juga diduga dikarenakan diameter buah umumnya sangat
berpengaruh pada berat buah, karena semakin besar ukuran bobot buah, diameter
buah juga ikut berpengaruh. Menurut Rahmi (2002) yang menyatakan bahwa
bobot buah cenderung positif terhadap diameter buah serta pemangkasan yang
dilakukan juga mempengaruhi terhadap diameter buah. Menurut Prayoda dkk.,
(2015) juga menyatakan bahwa serangan dari organisme Pengganggu tanaman
juga berpengaruh dalam pembesaran buah sehingga buah yang seharusnya
berkembang dengan baik menjadi tidak berkembang secara optimal. Akibatnya
akan terjadinya menurunnya kualitas buah seperti rasa, berat, diameter dan
produksi. Ukuran buah khususnya diameter buah lebih banyak dipengaruhi oleh
sifat genetik tanaman walaupun pertumbuhan dan perkembangan daun
dipengaruhi oleh lingkungan, antara lain intensitas cahaya, temperatur, dan
ketersediaan unsur hara, terutama unsur Nitrogen dan Phospat (Sutapradja dan
Sumarni, 1996).

Rata-rata Diameter Buah


2.95
2.85 K1V1
Diameter Buah

K1V2
2.75
K1V3
2.65 K2V1
K2V2
2.55
K2V3
2.45
64 Hst 88Hst
Umur Tanaman Diameter Buah

Gambar 10. Pengaruh Aplikasi Perlakuan Terhadap Diameter Buah


4.11 Parameter Tebal Daging Buah

Tabel 11. Hasil F-hitung Parameter Tebal Daging Buah

F hitung f hitung f table


64 hst 88 hst 0,05 0,01
Varietas 2,27 8,76 3,55 6,0129
Konsentrasi 0,12 7,19 3,55 6,01
varietas x
0,78 1,61 2,93 4,58
konsentrasi

Pada tabel di atas, interaksi AB mix dengan Varietas Tomat memberikan


penegrauh yang nyata terhadap parameter tebal buah daging. Hal ini diduga
karena berkaitan dengan bobot buah. Menurut, Affandi (2004) bobot per buah dan
panjang buah yang lebih tinggi memiliki daging buah yang tebal. Kualitas buah
salah satunya ditentukan dengan nilai padatan total terlarutnya. Tingginya kadar
padatan terlarut total pada buah melon akan menyebabkan meningkatnya kualitas
buah.

Karakter panjang buah memiliki korelasi positif terhadap karakter tebal


daging buah, yang menunjukkan bahwa buah yang panjang cenderung memiliki
daging buah yang lebih tebal. Karakter tebal daging buah memiliki korelasi yang
negatif terhadap kekerasan buah. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada
jaminan buah yang keras memiliki daging buah tebal (Tabel 5). Prihadi (1993)
menyatakan bahwa kekerasan buah dipengaruhi oleh kondisi kulit epidermis yang
tidak sama tingkat kelihatannya pada masing-masing genotipe, sehingga tidak
terdapat hubungan yang jelas antara tebal daging buah dan kekerasan buah.
Yunianti et al. (2010) mengatakan bahwa korelasi yang tinggi menunjukkan
keeratan hubungan antar karakter dan tidak menunjukkan hubungan sebab akibat.
Rata-rata Tebal Daging Buah
1.6
1.4
K1V1

Tebal Daging Buah


1.2
1 K1V2
0.8 K1V3
0.6 K2V1
0.4 K2V2
0.2 K2V3
0
64 Hst 88Hst
Umur Panen Tebal Daging Buah

Gambar 11. Pengaruh aplikasi perlakuan terhadap tebal buah


4.12 Jumlah tandan

F hitung f hitung f table


28hst 35hst 64hst 0,05 0,01
Varietas 0,513 1,601 1,591 3,554557 6,012905
Konsentrasi 0,158 1,297 0,365 3,554557 6,012905
varietas x
0,513 1,845 0,395 2,927744 4,579036
konsentrasi

Data hasil proses analisis jumlah tandan buah pada perlakuan beberapa
varietas tomat dan konsentrasi AB mix tidak menghasilkan yang nyata. Hal ini
diduga dikarenakan pemanenan tomat tidak dapat dilakukan sekaligus, tetapi
harus dilakukan berkali-kali sesuai dengan kematangan tomat. Semakin tinggi
tandan, bobot panen tomat semakin menurun. Penyerapan unsur hara menurun
seiring dengan bertambahnya umur tanaman pada akhir masa panen sehingga 20
semakin rendah produktivitasnya. Selain itu, penggunaan pupuk yang optimal dan
kondisi lingkungan yang mendukung dapat menyebabkan produksi tomat lebih
tinggi. Menurut Wijayani dkk., (2005) menyatakan bahwa kemampuan tomat
untuk dapat menghasilkan buah sangat tergantung pada interaksi antara
pertumbuhan tanaman dan kondisi lingkungannya.
Rata-rata Jumlah Tandan
6
5 K1V1
Jumlah Tandan 4 K1V2
3 K1V3
K2V1
2
K2V2
1 K2V3
0
28 Hst 35 Hts 64 Hst
Umur Panen Jumlah Tandan

Gambar 12. Pengaruh aplikasi perlakuan terhadap tebal buah


BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan:

1. Konsentrasi nutrisi AB mix 2000 ppm memberikan respon terbaik terhadap


tinggi tanaman dan lingkar buah.
2. Varietas tomat red ruby memberikan respon terbaik pada konsentrasi nutrisi
AB mix 2000 ppm terhadap jumlah buah pertanaman, berat buah dan kadar
gula buah.
3. Tidak terdapat interaksi konsentrasi nutrisi AB mix dan perlakuan varietas
berbeda tidak nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tiga varietas tomat
mini hidroponik sistem NFT.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disarankan:

1. Dianjurkan dalam budidaya tanaman tomat mini hidroponik menggunakan


konsentrasi nutrisi AB mix 2000 ppm agar mendapatkan pertumbuhan dan
produksi tomat mini yang baik.
2. Untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan konsentrasi nutrisi AB mix
yang bervariasi pada varietas tomat mini lainnya untuk mendapatkan
pertumbuhan dan produksi yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, D. 2016. Pengaruh Konsentrasi Nutrisi dan Macam Media Substrat


terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tomat Cherry (Lycopersicon
esculentum var cerasiforme) dengan Sistem Hidroponik. Skripsi. Fakultas
Pertanian. Universitas Jember, Jember.
Hidayanti, L., dan Kartika, T. 2019. Pengaruh nutrisi AB Mix terhadap
pertumbuhan tanaman bayam merah (Amaranthus tricolor L.) secara
hidroponik. Sainmatika: Jurnal Ilmiah Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, 16(2): 166-175.
Hidayat, C., Frasetya, B., dan Syamsudin, I. N. 2018. Adjustment of Phosphorus
Concentration to Increase Growth and Yield of Cherry Tomato Using
Hydroponic Drip System Pengaturan Konsentrasi Fosfor untuk
Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat Cherry pada
Sistem Hidroponik Irigasi Tetes. Jurnal Agro, 5(2): 140-147.
Khoiriyah, F., dan Aprian, A. 2021. Prototipe Pengontrolan Kepekatan Larutan
Nutrisi pada Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum) Berbasis Jaringan
Sensor Nirkabel. Doctoral dissertation, Akademi Metrologi dan
Instrumentasi.
Manalu, G. dan Rahmawati, N. 2019. Pertumbuhan dan Produksi Tomat Cherry
pada Konsentrasi Nutrisi yang Berbeda dengan Sistem Hidroponik: The
Growth and Production of Cherry Tomato at Different Concentrations of
Nutrient with Hydroponic System. Jurnal Online Agroekoteknologi, 7(1):
117-124.
Prabowo, R. N., Suwandi, S., dan Qurthobi, A. 2018. Perancangan Kontrol Kadar
Keasaman Menggunakan Hybrid Fuzzy Pid Pada Sistem Hidroponik
Untuk Pertumbuhan Tomat. eProceedings of Engineering, 5(1): 923-930.
Wibowo, S., dan Asriyanti, S. A. 2013. Aplikasi Hidroponik NFT pada Budidaya
Pakcoy (Brassica rapa chinensis). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, 2:
13.
Achmad. 2015. Pengaruh konsentrasi nutrisi dan media tanam terhadap
pertumbuhan dan hasil sawi pakcoy (brassica parachinensis) system
hidroponik vertikultur. Jurnal Inovasi Pertanian, 13(2): 21 – 28.
Arifin, Y. M. (2020). Pengaruh Konsentrasi Racikan Pupuk AB Mix dan Media
Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Serta Hasil Tanaman Tomat
(Lycopersicum Esculentum Mill) Secara Hidroponik NFT (Doctoral
dissertation, Universitas Islam Riau).
Lingga. 2012. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Mas`ud. 2010. Sistem hidroponik dengan nutrisi dan media tanam berbeda
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat (Licopersicum esculentum
Mill) secara hidroponik. Jurnal Penelitian. 2(2) : 1-5.
Suhardiyanto. 2010. Pengaruh larutan nutrisi AB MIX dan pemberian pomi
terhadap pertumbuhan serta hasil baby kailan (Brassica oleracaea Var.
Acephala) secara NFT. Skripsi Falkultas Pertanian. Universitas Islam
Riau.
Suribno, R.K.S. 2018. Pengaruh Waktu Pengairan Nutrisi AB Mix Dan Bokashi
Kotoran Walet Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Selada Merah (Lactuca
Sativa L) Dengan System Budidaya Hidroponik NFT. Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Islam Riau. Pekanbaru.
Rambe, M. Y. (2013). Penggunaan Pupuk Kandang Ayam dan Pupuk Urea
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) di
media gambut .(Skripsi). Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau Pekanbaru.

Anda mungkin juga menyukai