I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Tanaman tomat merupakan salah satu
jenis tanaman holtikultura yang bernilai tinggi, untuk itu diperlukan cara yang
komuditas tanaman yang exis dan multi guna, selain sebagai konsumsi sayuran
dan buah, tomat juga dibudidayakan sebagai bahan dasar kosmetik dan obat-
obatan.
diantaranya sebagai bahan baku untuk sayuran tumis, saos tomat, juice tomat dan
masih banyak lagi menu makanan yang menggunakan buah tomat. Beberapa
varietas tomat yang dibudidayakan oleh petani adalah tomat apel, tomat kentang,
tomat ceri dan tomat biasa. Luas areal penanaman tomat di Kalimantan timur
adalah 1,285 ha dengan tata-rata produksi pada tahun 2013 yaitu 11,647 ton,
samapai dengan tahun 2014 adalah 15,649 ton dengan pertumbuhan 34.73 ton per
tahun, hal ini dipengaruhi oleh curah hujan yang baik, serangan hama dan
penyakit tidak terlalu besar sehingga menyebabkan hasil produksi tomat tahun
2013 dan 2014 mengalami perkembangan yang sangat baik. (Badan pusat
statistik, 2014)
lakukan oleh masyarakat. Upaya untuk meningkatkan produksi tomat di daerah ini
yang secara langsung mempengaruhi pendapatan petani, salah satu jenis diantara
beberapa jenis OPT ini adalah dengan kelompok hama tanaman. Berikut
gangguan hama. Hama penting yang dapat menurunkan hasil produksi seperti
ulat tanah, ulat buah, ulat grayak, lalat putih, lalat buah, tungau bercak daun, dan
siput. Hama penting jika tidak dikendalikan akan menurunkan hasil dari produksi
tanaman tomat dapat dilakukan dengan cara penggunaan pestisida. Namun karena
menjadi sumber pencemaran bagi bahan pangan, air, dan lingkungan hidup
(Admawijaya, 2004).
Pada tanaman yang terserang daun dan menjadi sobek, terpotong-potong dan
berlubang pada buah. Jika tidak segera diatasi maka buah dan daun tanaman
diareal pertanian akan habis, serangan hama pengganggu tanaman yang tidak
terkendali akan menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi para petani (Gusti
dasarnya diperoleh dari tanaman yang dapat dibuat dengan teknologi sederhana.
Pestisida nabati dibuat berupa larutan, hasil perasan, rendaman, ekstrak hasil
3
olahan bagian tanaman, seperti daun, batang, akar, dan buah. Salah satu diantara
Senyawa bio-aktif rotenone (C23H22o6) paling banyak tedapat pada akar tuba
cepat rusak di air dan di tanah, dalam waktu 2-3 hari dengan paparan sinar
matahari seluruh racun rotenone akan hilang. Namun, senyawa bio-aktif rotenone
B. Rumusan Masalah
1. Apakah aplikasi akar tuba mampu menekan intensitas serangan hama pada
tanaman tomat.?
C. Tujuan
D. Manfaat Penelitian
masyarakat dan instansi terkait tentang penggunaan akar tuba sebagai pengendali
ditanam di dataran rendah maupun dataran tinggi. Tanaman tomat berasal dari
benua eropa. Setelah memakan waktu puluhan tahun, akhitnya tanaman tomat
perdu, daunnya bercelah menyirip tersusun pada tangkai dan berwarna hijau.
Buah tomat bentuknya bulat, bulat pipih, adapula yang seperti bola lampu.
Tomat yang masak berwarna merah, yang masih muda berwarna hijau. Daging
buah banyak mengandung air dan menyimpan biji yang jumlahnya banyak. Buah
tomat yang masak banyak digemari orang karena rasanya enak, agak masam, dan
Tomat bisa dikonsumsi sebagai minuman segar, bisa juga dimasak untuk
Tomat akan tumbuh dengan baik di dataran tinggi atau daerah pegunungan.
Tetapi, bisa juga tumbuh di dataran rendah. Tomat bisa tumbuh dengan baik dan
optimal pada ketinggian 1000-2000 meter dari permukaan laut. Tomat akan
tumbuh ditanah yang subur, gembur dan banyak mengandung zat-zat organis.
Tomat sangat cocok dengan jenis tanah andosol dan tanah liat yang mengandung
pasir. Tanah yang tergenang air atau becek tidak cocok untuk ditanami tomat.
membutuhkan penyinaran penuh sepanjang hari, tetapi tidak tahan sinar matahari
yang terlalu panas tomat akan lebih baik pertumbuhannya jika berada di daerah
6
sejuk. Tomat tidak tahan terhadap hujan dan cuaca berawan karena dalam kondisi
ini tanaman tomat mudah terserang penyakit cendawan, busuk daun atau penyakit
lainnya.
Suhu tanah yang terlalu dingin menyebabkan biji tomat sulit tumbuh. Suhu
tanah sebaiknya berkisar antara 15-16⁰C suhu udara optimal untuk tanama tomat
adalah 16-25⁰C dalam keadaan cuaca cerah. Suhu tinggi yang diikuti dengan
kelembapan relatif (RH) tinggi bisa menyebabkan penyakit daun. Sebaiknya, jika
kelembaban udara terlalu rendah maka akan menyulitkan tanaman tomat untuk
mudah rusak serta komponen utama dari mutu ditentukan oleh kandungan air,
bukan oleh kandungan kering (dri matter). Selain itu, bersifat melimpah dan
yang dibutuhkan tubuh. Karena itu, perlakuan pascapanen sangat penting guna
menjaga agar produk bisa bertahan lebih lama. Berdasarkan aspek budidayanya,
tomat dibedakan menjadi dua, yakni tomat yang tidak dibudayakan (tomat liar)
dan tomat yang dibudidayakan. Disebut tomat liar karena jenis ini sulit
tomat ini buahnya berwarna hijau dan atau berwarna semburat merah kuning.
Sementara itu, tomat yang dibududayakan sering disebut esculentum yang berarti
pula mudah disilangkan dengan jenis tomat komersial. Jenis esculentum dibagi
dan L.hirsutum Humb. Umumnya, jenis tomat ini buahnya berwarnah kuning
hingga merah. Buah tomat yang dikenal sehari-hari adalah dari spesies
Karst.
Genus tanaman tomat dibedakan lagi menjadi dua subgenus yaitu, subgenus
warna ungu muda. Umumnya, penampilan buah dan bau cenderung tidak menarik.
Tanaman tomat memiliki akar tunggang, akar cabang serta akar serabut
menopang berdirinya tanaman serta menyerap air dan unsur hara dari dalam
tanah. Oleh karena itu, tingkat kesuburan tanah bagian atas sangat berpengaruh
8
terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi buah, serta benih tomat yang
yang mudah berambut biasa dan ada yang berkelenjar. Mudah patah, dapat naik
bersandar pada tunas atau merambat pada tali, namun harus dibantu dengan
1. Pengolahan Lahan
2. Pemupukan Awal
pupuk organik, pengapuran, serta pemupukan dengan pupuk makro dan mikro.
Pemupukan dengan pupuk kandang yaitu 10-20 ton per hektar atau
menyebar pupuk kandang secara merata diatas bedengan dengan takaran 2-3
b. Pengapuran ………………………………………………………………..
tanah dengan mengambil beberapa contoh tanah secara acak pada kedalaman
9
sampel dan masukan kedalam air. Aduk dan diamkan beberapa lama hingga
tanahnya mengendap. Setelah itu air dituang kedalam gelas lain tanpa
mengikutkan tanahnya, air inilah yang akan diuji dengan kertas lakmus.
Tanaman tomat membutuhkan pupuk makro dan pupuk mikro. Pupuk makro
yang diketahui adalah pupuk tunggal, seperti urea, Za, SP36, KCL, dan pupuk
majemuk seperti NPK. Pupuk mikro yang dipakai berupa boreta atau pupuk
3. Pembibitan
yang telah digemburkan terlebih dahulu agar natinya tomat bisa tumbuh dengan
4. Penanaman
pada lubang yang sebelumnya sudah dibuat, sewaktu menanam bibit usahakan
daun tomat tidak menyentuh tanah atau tidak mengubur terlalu dalam karena
dapat menghambat pertumbuhan tomat bahkan gagal tumbuh akibat akar tidak
mendapatkan oksigen yang cukup dan usahakan tidak ada rongga di dalam tanah
5. Perawatan tanaman
a. Penyulaman
Bibit tomat yang telah ditanam tidak semuanya dapat hidup sempurna bahkan
antara lain faktor penanaman kurang sempurna, sinar matahari terlalu panas,
b. Pemasangan Ajir
Pemasangan ajir atau turus juga diperlukan untuk menopang tanaman agar
c. Pemupukan Susulan
diberikan adalah NPK dan KNO3 pupuk ini diberikan dalam bentuk pupuk
d. Pengairan
6. Pemangkasan
Bagian-bagian tanaman tomat yang dipangkas yaitu tunas air, daun tua,
daun yang terserang penyakit, buah yang cacat, buah yang rusak atau terserang
tanaman tomat cukup banyak. Karena itu, perlu penanganan yang tepat untuk bisa
penggunaan pestisida yang berlebihan dan diagnosis hama yang salah dapat
Hama yang menyerang tanaman tomat dibedakan nenjadi dua yaitu, bersifat
menetap dan bersifat tidak menetap. Hama yang bersifat menetap adalah hama
yang menyerang dan berkembang biak pada tanaman yang diserang. Sementara
itu, hama yang tidak menetap adalah hama yang menyerang sekali waktu dan
1. Ulat Tanah
Ulat tanah atau Agrotis ipsilon Hufn. Merupakan hama yang senang
menyerang sayuran muda, termasuk tomat. Inang utama ulat tanah adalah
buah berwarna coklat tua dengan beberapa titik putih bergaris dan dibagian
depannya berwarna abu-abu atau pucat. Panjang tubuhnya sekitar 2,2 cm. lama
hidupnya 7-14 hari. Ngengat muda mampu menghasilkan 500-2.500 butir telur
dan ulat ini senang menyerang tanaman tomat yang berumur 2-5 minggu
setelah tanam.
12
2. Ulat Buah
Ulat buah (Helicoverpa armigera Hubn.) memiliki daur hidup berkisar 52-
58 hari.ngengat bisa bertelur hingga 1.000 butir. Warna ulat berfariasi, mulai
dari hijau, hijau kekuningan, hijau kecoklatan, dan coklat kehitaman. Tampilan
ulat bagian samping memiliki garis bergelombang dan berwarna lebih muda.
Pada tubuhnya kelihatan banyak kutil dan berbulu. Panjang badan 1,5-2 cm dan
3. Ulat Grayak
Ulat grayak (Spodoptera litura F.) memiliki daur hidup mulai dari telur
hinga dewasa selama 30-61 hari. Telut memiliki warna putih mutiara dengan
bentuk bulat dan berdiameter 0,5 mm. Jumlah telur yang mampu dihasilkan
ulat grayak betina 2.000-3.000 butir. Ulat dewasa memiliki warna sedikit gelap
4. Lalat Putih
Lalat putih (Bemisia tabaci) juga dikenal dengan kutu kebul. Lalat dewasa
1 mm. sayap tertutup lapisan tepung lilin berwarna putih. Memiliki mata
berwarna merah. Lalat betina memiliki ukuran tubuh lebih besar daripada lalat
5. Lalat Buah
transparan dengan panjang 5-7 mm, sementara panjang tubuh 6-8 mm. bagian
perut berwarna coklat muda dengan garis melintang berwarna coklat tua
panjang tubuh 0,3-0,4 mm. selain itu, kedua sisi samping berwarna kuning
7. Siput
Siput (Gastropoda) siput yang dapat menyerang tanaman tomat ada dua
jenis yakni, Achatina fulica Bowd dan Parmarion pupillaris Humb. Achatina
berukuran kecil dan bagian lainnya tidak memiliki cangkan sama sekali,
sehingga dari luar tampak setengah telanjang (Tri Listyarini, 2007 (135-183)).
menyirip ganjil beranak daun 7-25 helai, bertangkai 13-23 cm, anak daun
berbentuk terbalik, 4-24×2-8 cm, dengan sisi bawah keabu-abuan atau kebiru-
biruan, daun yang masih muda berwarna coklat ungu, bunga terkumpul dalam
14
tandan, kelopak bunga berbentuk tawan, berambut coklat rapat, tinggi 6-8 mm,
hanya bunga bawah yang tumbuh sempurna, mahkota bunga hijau dengan warna
ros pucat berambut rapat dibagian luar, bundar telur sampai oval.
disepanjanng tepi buahnya, tidak membuka. Biji 1-2, jarang sampai memiliki 3
biji. Tumbuh liar didalam semak-semak dekat tepi hutan, tepi sungai dan kadang-
Tuba sudah digunakan sejak lama oleh nenek moyang orang Indonesia.
Akar tuba biasanya digunakan untuk menangkap ikan disungai, namun seiring
dengan perkembangan zaman akar tuba sudah digunakan sebagai pestisida nabati
sebagai racun anak panah. Menurut Ernawati, (2009), ekstrak akar tuba dengan
konsentrasi 50 g L-1 air efektif untuk mengendalikan hama pada tanaman tomat.
15
A. Kerangka Pemikiran
memiliki nilai ekonomi, tomat juga memiliki kandungan gizi yang baik untuk
kesehatan tubuh. Tomat memiliki kandungan nutrisi baik itu vitamin ataupun zat
gizi lain dalam buah tomat sangatlah baik untuk kekebalan tubuh dari bakteri
organisme pengganggu tanaman (OPT). Hama dapat merusak sejak fase vegetatif
untuk meningkatkan hasil tanaman yaitu dengan cara mengendalikan hama, yang
merupakan hama penting pada tanaman tomat. Penggunaan pestisida sintetis dapat
berdampak negatif pada hasil panen, oleh sebab itu dicari cara lain yang lebih
ramah lingkungan yaitu penggunaan pestisida nabati ekstrak akar tuba dapat
tomat. Pemberian ekstrak akar tuba memberikan kegunaan bagi petani karena
kandungan racun yang terdapat pada akar tuba mudah hilang yaitu antara 2-3 hari
sehingga tidak merusak lingkungan dan juga kesehatan. Ekstrak akar tuba dapat
digunakan sebagai pestisida nabati. Akar tuba ini memiliki kandungan rotenone
sejenis racun kuat untuk serangga (insektisida) bahan aktif ini ditemukan pada
akar tuba dengan kadar antara 25,3 % paling banyak terkandung pada akar.
Tuba sudah digunakan sejak lama oleh nenek moyang orang Indonesia.
Akar tuba biasanya digunakan untuk menangkap ikan disungai, namun seiring
16
dengan perkembangan zaman akar tuba sudah digunakan sebagai pestisida nabati
Tanaman Tomat
Mempertahankan
penghasilan tinggi
Gambar 1 : Bagan alur pemikiran pengaruh ekstrak akar tuba terhadap serangan
ulat buah pada tanaman tomat.
17
B. Hipotesis
1. Pemberian ekstrak akar tuba dapat menekan serangan hama pada tanaman
tomat
2. Konsentrasi akar tuba yang efektif untuk menekan serangan hama pada
2016 terhitung sejak pengolahan lahan sampai panen. Penelitian ini di lakukan di
Kalimantan Timur
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah parang, arit, cangkul,
meteran, tali plastik, kayu atau bambu, saringan, hand sprayer, kain, lesung
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tomat varietas
pertama (F1), pupuk kandang, unsur hara makro (urea dan KCL) dan mikro
(pupuk daun) , air, dan akar tuba, sabun/deterjen, serta bahan lain yang
C. Rancangan Penelitian
atas enam perlakuan dan empat ulangan. Adapun perlakuannya adalah sebagai
berikut:
D. Prosedur Penelitian
1. Persiapan Lahan
Lahan yang akan digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu dibersihkan
dari rerumputan, kayu dan akar tumbuhan dengan menggunakan parang. Setelah
sebanyak 24 petak. Jarak antar petak 100 cm dan jarak antara ulangan 100 cm.
2. Persemaian Benih
digemburkan dan diberi abu bekas bakaran agar benih dapat tumbuh dengan baik.
Penyiraman dilakukan setiap hari, pagi dan sore hari. Benih akan dicabut untuk
3. Penanaman
atau bambu dengan kedalaman 4-10 cm. Bibit tomat yang berumur 15-20 hari dan
berdaun kira-kira 3-4 helai merupakan bibit yang sudah kuat untuk dipindahkan
ke pertanaman dan setiap petak terdiri dari 16 bibit tomat dengan jarak tanam
75×50 cm.
Akar tuba yang akan diekstraksi dibersihkan terlebih dahulu dari sisa tanah
yang masih menempel, kemudian ditimbang 187,5 g akar tuba dan ditumbuk
20
hingga halus. Setelah itu, disaring dengan menggunakan kain. Setiap satu liter air
dicampur dengan 12,5 g, 25 g, 37,5 g, 50 g, 62,5 g akar tuba L-1 air, serta deterjen
5. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari atau disesuaikan dengan
kondisi lingkungan. Jika turun hujan maka tidak perlu dilakukan penyiraman
b. Pemupukan
pupuk dasar berupa pupuk kandang sebanyak 1000 kg ha-1 atau setara dengan
Pemupukan pertama menggunakan pupuk urea dengan dosis 250 kg ha-1 setara
berumur 30 hst setelah tanam dengan menggunakan pupuk urea dan KCL
dengan dosis yang sama, dan pemupukan berikutnya diberikan setelah tanaman
berumur 45 hst.
21
c. Penyulaman
jika mengalami pertumbuhan yang tidak normal atau mati. Cara menyulamnya
yaitu dengan cara mencabut tanaman yang mati kemudian diganti dengan bibit
yang baru.
d. Pemasangan turus
Setelah tanaman tomat tumbuh dan memiliki cabang yang banyak maka
perlu diberikan turus untuk menopang tanaman tetap berdiri dan tidak jatuh ke
berukuran panjang 150 cm. pemasangan turus dilakukan pada setiap tanaman.
e. Penyiangan
diaplikasikan pada sore hari. Aplikasi ekstrak akar tuba dilakukan setiap 7 hari
sekali mulai sejak fase vegetatif hingga memasuki fase generatif. Pengendalian
penyakit dilakukan jika terdapat gejala tanaman terserang penyakit tanaman tomat
(Nurlinda 2012).
22
7. Pemanenan
Pemanenan buah tomat dilakukan jika buah tomat sudah berwarna agak
E. Pengambilan Data
dengan cara:
buah yang terserang hama. Pengamatan buah yang terserang hama dilakukan
Buah dianggap terserang apabila pada buah terdapat gigitan, berlubang, busuk
Hasil tanaman tomat dihitung dengan cara menimbang seluruh buah sehat
ragam dan bila terdapat perbedaan yang nyata maka akan dilanjutkan dengan uji
BNT 5%.
24
A. Hasil Penelitian
1. Intensitas serangan hama pada daun tanaman tomat umur 15 hari setelah
tanam (HST)
akar tuba terhadap rata-rata intensitas serangan pada daun tomat umur 15 hst
intensitas serangan hama pada tanaman tomat pada umur 15 hst (data awal dan
Tabel 1. Pengaruh aplikasi ekstrak akar tuba terhadap rata-rata intensitas serangan
hama pada daun tomat umur 15 hst.
Rata-rata intensitas serangan hama
Perlakuan data awal (%) data transformasi ke
Arc sin-1 √×
(D0) 0 g L-1 air 10,20 19,86
(D1) 12,5 g L-1 air 8,89 19,03
-1
(D2) 25 g L air 10,57 20,87
-1
(D3) 37,5 g L air 6,99 16,65
-1
(D4) 50 g L air 7,23 17,16
(D5) 62,5 g L-1 air 7,21 16,74
25
2. Intensitas serangan hama pada daun tanaman tomat umur 22 hari setelah
tanam (HST)
tuba terhadap rata-rata intensitas serangan hama pada daun tanaman tomat pada
intensitas serangan hama pada tanaman tomat umur 22 hst (data awal dan data
Tabel 2. Pengaruh aplikasi ekstrak akar tuba terhadap rata-rata intensitas serangan
hama pada daun tomat umur 22 hst.
Rata-rata intensitas serangan hama
Perlakuan data awal (%) data transformasi ke
Arc sin-1 √×
(D0) 0 g L air 21,97 23,38c
(D1) 12,5 g L air 9,65 19,95bc
(D2) 25 g L air 9,91 20,38bc
(D3) 37,5 g L air 8,11 18,27ab
(D4) 50 g L air 6,26 16,08ab
(D5) 62,5 g L air 5,34 14,31a
Keterangan = Angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata pada uji BNT taraf 5% (BNT=4,36)
Berdasarkan uji BNT taraf 5% menunjukkan bahwa perlakuan D0 (kontrol)
berbeda tidak nyata dengan perlakuan D1 dan D2. Perlakuan D1 berbeda tidak
nyata dengan perlakuan D2, D3 dan D4, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan D5.
3. Intensitas serangan hama pada daun tanaman tomat umur 29 hari setelah
tanam (HST)
tuba terhadap rata-rata intensitas serangan hama pada daun tanaman tomat pada
intensitas serangan hama pada tanaman tomat umur 29 hst (data awal dan data
Tabel 3. Pengaruh aplikasi ekstrak akar tuba terhadap rata-rata intensitas serangan
hama pada daun umur 29 hst.
Rata-rata intensitas serangan hama
Perlakuan data awal (%) data transformasi ke
Arc sin-1 √×
(D0) 0 g L air 11,43 21,8d
(D1) 12,5 g L air 10,01 20,13cd
(D2) 25 g L air 8,49 18,79bcd
(D3) 37,5 g L air 7,49 17,49bc
(D4) 50 g L air 5,91 15,61ab
(D5) 62,5 g L air 4,44 13,41a
Keterangan = Angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda
nyata pada uji BNT taraf 5% (BNT =3,95)
Berdasarkan uji BNT taraf 5% menunjukkan perlakuan D0 (kontrol)
berbeda tidak nyata dengan perlakuan D1 dan D2. Perlakuan D1 berbeda tidak
nyata dengan perlakuan D2 dan D3. Perlakuan D2 berbeda tidak nyata dengan
perlakuan D3 dan D4. Perlakuan D4 berbeda tidak nyata dengan perlakuan D5.
27
4. Intensitas serangan hama pada daun tanaman tomat umur 36 hari setelah
tanam (HST)
tuba terhadap rata-rata intensitas serangan hama pada daun tanaman tomat pada
intensitas serangan hama pada tanaman tomat umur 36 hst (data awal dan data
Tabel 4. Pengaruh aplikasi ekstrak akar tuba terhadap rata-rata intensitas serangan
hama pada daun tomat umur 36 hst.
Rata-rata intensitas serangan hama
Perlakuan data awal (%) data transformasi ke
Arc sin-1 √×
0 g L air (D0) 12,05 22,55d
12,5 g L air (D1) 8,41 18,64c
25 g L air (D2) 8,02 18,20c
37,5 g L air (D3) 6,92 16,91bc
50 g L air (D4) 5,85 15,52ab
62,5 g L air (D5) 4,63 13,79a
Keterangan = Angka reta-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata pada uji BNT taraf 5% (BNT=2,60)
Berdasarkan uji BNT taraf 5% menunjukkan bahwa perlakuan D0 berbeda
perlakuan D2 dan D3, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan D4 dan D5. Perlakuan
tuba terhadap rata-rata intensitas serangan hama pada buah tomat berbeda nyata
(Lampiran 7).
intensitas serangan hama pada buah tanaman tomat (data awal dan data
Tabel 5. Pengaruh aplikasi ekstrak akar tuba terhadap rata-rata intensitas serangan
hama pada buah tomat.
Rata-rata intensitas serangan hama
Perlakuan data awal (%) data transformasi ke
Arc sin-1 √×
(D0) 0 g L air 39,59 42,93c
(D1) 12,5 g L air 35,48 40,18bc
(D2) 25 g L air 31,17 37,55bc
(D3) 37,5 g L air 28,27 34,63abc
(D4) 50 g L air 24,01 32,46ab
(D5) 62,5 g L air 21,54 29,43a
Keterangan = Angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata pada uji BNT taraf 5% (BNT=7,76)
Berdasarkan uji BNT taraf 5% menunjukkan bahwa perlakuan D0 (kontrol)
berbeda tidak nyata dengan perlakuan D1, D2 dan D3. Perlakuan D1 berbeda tidak
nyata dengan perlakuan D2, D3, dan D4 tetapi, berbeda nyata dengan perlakuan
Berat buah per tanaman (g) dan hasil buah per Hektar (Mg ha-1).
ekstrak akar tuba terhadap berat buah per tanaman dan hasil buah per hektar
berat buah per tanaman dan hasil buah per hektar tanaman tomat dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6. Pengaruh aplikasi ekstrak akar tuba terhadap rata-rata berat buah per
tanaman (g) dan hasil buah per hekta (Mg ha-1).
Rata-rata berat buah
Perlakuan Per tanaman (g) Per hektar (Mg ha-1)
(D0) 0 g L air 109a 2,90a
(D1) 12,5 g L air 125,68a 3,09a
a
(D2) 25 g L air 127,06 3,38a
(D3) 37,5 g L air 338,24b 8,41b
(D4) 50 g L air 415,81c 11,08c
(D5) 62,5 g L air 536,68d 14,34d
Keterangan = Angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak
nyata pada uji BNT taraf 5% (BNT berat buah per taman = 58,66) dan
BNT hasil buah per hektar = 1,89.
Berdasarkan uji BNT taraf 5% hasil buah tomat per hektar menunjukkan
bahwa perlakuan D0 (kontrol) berbeda tidak nyata dengan perlakuan D1 dan D2,
tetapi berbeda nyata dengan perlakuan D3, D4, dan D5. Perlakuan D3 berbeda nyata
dengan perlakuan D4 dan D5. Perlakuan D4 berbeda nyata dengan perlakuan D5.
B. Pembahasan
ekstrak akar tuba terhadap intensitas serangan hama pada tanaman tomat berbeda
tidak nyata pada umur 15 hst. Hal ini dikarenakan serangan hama sudah terlihat
sejak umur 4 hst, sedangkan pengaplikasian ekstrak akar tuba di lakukan setelah
31
tanaman berumur 8 hst. Hal ini mengakibatkan serangan hama berbeda tidak
ekstrak akar tuba terhadap intensitas serangan hama pada daun tanaman tomat
berbeda nyata pada umur 22, 29 dan 36 hst. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak
akar tuba yang diaplikasikan mampu menekan intensitas serangan hama (ish).
Tinggi rendahnya ish tergantung pada konsentrasi ekstrak akar tuba yang
memiliki kandungan bahan aktif yang dapat menghambat hama untuk menyerang
tanaman.
Dari uji BNT 5% menunjukkan bahwa pada umur 22 dan 29 hst perlakuan
bahkan pada umur 36 hst terlihat serangan tertinggi terdapat pada perlakuan D0
(kontrol). Hal ini disebabkan karena pada perlakuan kontrol (D0) tanaman tomat
tidak mendapat perlakuan ekstrak akar tuba sehingga hama dapat lebih muda
menyerang tanaman tomat, akibatnya populasi dan jenis hama pada perlakuan
tersebut cukup banyak. Menurut Novizan (2002) bahwa pada kenyataannya dalam
jangka waktu yang pendek dapat terlihat perbedaan antara tanaman yang
insektisida nabati.
Tingkat serangan hama pada perlakuan D1, D2, D3 dan D4 berbeda tidak
nyata. Hal ini disebabkan oleh tingkat konsentrasi aplikasi ekstrak akar tuba yang
diaplikasikan pada tanaman tomat dengan konsentrasi yang rendah lebih mudah
32
hilang dan tercuci oleh air hujan dan paparan sinar matahari langsung. Ekstrak
akar tuba dengan perlakuan D1, D2, D3 dan D4 tidak mampu bertahan lama pada
tingkat serangan yang nyata antara setiap perlakuan. Rata-rata intensitas serangan
hama terendah cenderung terdapat pada perlakuan D5. Hal ini disebabkan karena
konsentrasi ekstrak akar tuba pada perlakuan tersebut lebih tinggi, sehingga
meskipun ada pencucian oleh air hujan tetapi masih ada residu yang tersisa
sehingga lebih mampu menekan ish pada tanaman tomat dibanding konsentrasi
lain. Rotenon yang terkandung di dalam ekstrak akar tuba selain merupakan racun
kontak dan racun perut juga mampu mengurangi keinginan makan dari serangga
menjadi rendah.
merupakan racun sel yang sangat kuat sehingga mengakibatkan respirasi sel yang
berdampak pada jaringan saraf dan otot yang menyebabkan serangga berhenti
makan walau hanya tercium. Rotenon yang terkandung dalam akar tuba memiliki
bau yang khas seperti bau pesing sehingga hama tidak menyukai bau ini dan tidak
terkandung di dalam ekstrak akar tuba bersifat racun kontak dan racun perut.
Semakin tinggi kandungan ekstrak akar tuba yang diaplikasikan, maka semakin
ekstrak akar tuba terhadap intensitas serangan hama pada buah berbeda nyata. Hal
ini menunjukkan bahwa ekstrak akar tuba yang diaplikasikan mampu menekan
intensitas serangan hama pada tanaman tomat. Intensitas serangan pada buah
tergantung pada konsentrasi ekstrak akar tuba yang diaplikasikan pada buah
tomat.
tidak nyata dengn perlakuan D1, D2, dan D3. Hal ini diduga disebabkan oleh
belum terlihat perbedaan yang nyata. Perlakuan kontrol (D0) pada tanaman tidak
mendapat perlakuan ekstrak akar tuba sehingga serangan hama pada perlakuan D0
cenderung paling besar tingkat serangannya. Hama yang menyerang buah pada
tanaman tomat secara terus menerus akan berpengaruh terhadap hasil produksi
buah tomat. Menurut Abdullah (2008) bahwa suplai makanan yang cukup
Tingkat serangan hama pada perlakuan D4, dan D5 berbeda tidak nyata.
Hal ini diduga karena tingkat konsentrasi pada perlakuan D3, D4 dan D5 cukup
tinggi sehingga jika terjadi pencucian oleh air hujan dan paparan sinar matahari
tingkat serangan hama pada buah cukup rendah, intensitas serangan hama yang
atau hasil buah perhektar (Mg ha-1) berbeda nyata. Berdasarkan uji BNT taraf 5%
rata-rata berat buah pertanaman (g) dan hasil buah perhektar (Mg ha-1) terendah
cenderung terdapat pada kontrol (D0) yaitu 109 g dan 2,90 Mg ha-1. Hal ini
tanaman pada fase vegetatif dan fase generatif. Serangan ulat dan kutu pada fase
vegetatif mengakibatkan kerusakan pada daun. Daun yang terserang hama luas
permukaannya menjadi lebih kecil, bahkan tinggal tulang daunnya saja, pada
Perbedaan berat buah pertanaman (g) dan hasil buah perhektar (Mg ha-1)
pada perlakuan D1, D2, D3, D4 dan D5 dikarenakan oleh kerusakan yang
ditimbulkan oleh hama mulai dari fase vegetatif hingga fase generatif. Meskipun
demikian serangan hama pada fase generatif sangat berpengaruh terhadap hasil
pada tanaman tomat. Hal ini dikarenakan jika terjadi serangan hama pada buah
maka akan mengurangi hasil produksi buah secara langsung. Rata-rata berat buah
pertanaman (g) dan hasil buah perhektar (Mg ha-1) tertinggi terdapat pada
serangan hama pada buah tanaman tomat yang mendapat perlakuan D5 berbeda
tidak nyata dengan perlakuan D4 namun intensitas serangan hama pada buah yang
Kondisi serangan pada fase vegetatif dan generatif inilah yang menyebabkan hasil
lainnya. Pada fase vegetatif daun pada tanaman berfungsi sebagai tempat
fotosintesis harus berlangsung dengan baik karena produksi suatu tanaman juga
ditentukan oleh kegiatan yang berlangsung dalam sel jaringan tanaman yaitu
hama yang terjadi pada fase generatif lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat
serangan hama yang terjadi pada fase vegetatif. Serangan hama yang terjadi pada
kerusakannya karena hama menyerang langsung pada buah yang merupakan hasil
dari tanaman. Pada tingkat serangan yang berat menyebabkan buah menjadi busuk
(Rukmana, 1997). Sedangkan serangan hama yang terjadi pada fase vegetatif juga
dapat menyebabkan turunnya produksi buah pada tanaman tomat akan tetapi,
langsung pada buah. Soegiarto (1996) menyatakan bahwa, kerusakan yang berat
tomat ditemukan berbagai jenis hama, mulai dari fase vegetatif sampai dengan
fase generatif. Adapun jenis hama yang dominan pada fase vegetatif adalah
kumbang daun (Epilachna sp.), kutu daun (M. persicae), ulat gerayak (S. litura)
dan ulat jengkal (Chysodeixis chalcites) sedangkan hama yang dominanpada fase
generatif adalah ulat buah (D. dorsalis). Hama ini merupakan hama yang penting
tomat yang menyerang tanaman dari fase vegetatif. Kumbang daun ini pada fase
larva daun stadium serangan dewasa menyerang tanaman dengan cara menggigit
atau memakan daun permukaan dan bagian bawah. Akibat dari serangan ini daun
rusak atau berlubang tidak teratur. Pada tingkat serangan yang berat menyebabkan
semua jaringan daun rusak dan hanya tinggal tulang-tulang daun saja (Tjahjadi,
1989).
Kutu daun (M. persicae), merupakan hama yang poliphag (perasaan lapar
dan ingin makan terus) dan kosmopolotan (menyerang semua bagian tanaman
mulai dari daun, batang dan buah), sehingga apabila populasinya tinggi dapat
menghisap cairan kuncup (daun-daun muda), bunga, batang muda dan buah,
kerdil. Menurut Rukmana (1997), kutu daun dapat menghasilkan embun madu
Ulat jengkal (Chysodeixis chalcites), dan ulat grayak (S. litura), juga
merusak daun tanaman tomat, baik tanaman yang masih muda maupu tanaman
yang sudah tua. Daun yang terserang ulat jengkal dan ulat grayak hanya tersisa
tulang daun saja. Akibatnya, tanaman menjadi kerdil karena tidak sempurna
Lalat buah (D. dorsalis), merupakan hama yang menyerang buah tomat.
Lalat buah menyerang dengan cara merusak dinding buah, sehingga menyebabkan
menjadi busuk, berlubang dan di dalamnya terdapat larva (ulat). Pada tingkat
(Rukmana, 1997). Lalat buah juga memiliki penciuman yang sangat tajam
antenanya dengan indera penciuman ini, lalat buah dapat mengenali bau pada
tanaman melalui aroma yang semerbak dari tanaman.dengan adanya aroma yang
semerbak dari tanaman tersebut, mengundang lalat buah betina untuk datang dan
(Kalie, 1999).
A. KESIMPULAN
berikut:
1. Ekstrk akar tuba (Derris elliptica) mampu menekan intensitas serangan hama
2. Perlakuan konsentrasi 62,5 g akar tuba L-1 air (D5) cenderung lebih efektif
B. Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diberikan saran sebagai berikut:
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, tentang pengaruh aplikasi ekstrak akar
DAFTAR PUSTAKA
39
Adharini G. 2008. Uji Kemampuan Ekstrak Akar Tuba (Derris eliptica (Roxb.)
Benth) Untuk Pengendalian Rayap Tanah Coptotermes curvignathus
Holmgren.Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Admawijaya, 2004.Peningkatan produksi tanaman tomat menggunakan pestisida
kimia. Jakarta.
Arsin., A.A, Ishak., H, Jayadipraja.,A.E., 2012. UJi Efektivitas Ekstrak Akar
Tuba (Derris elliptica) Terhadap Mortalitas Larva Anopheles Sp. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin. Makasar.
Gusti nyurah gede dharma putra, 2013. Pestisida nabati ramuan dan aplikasi.
Penebar swadaya Jakarta.
Pitojo, 2005. Budidaya tanaman tomat dan cabai besar. PT. Gramedia Pustaka
Umum, Jakarta.
Kardinan, 2002. Pestisida nabati ramuan dan aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta
2004.
Sarjan, 2012. Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman tomat. Gadjah Mada
University Press, Yokyakarta.
Setiawati,1991. Daur hidup ulat buah tomat Heliothis armigera pada tanaman
tomat. Diakses 2 desember 2013.
Soegiarto, B. 1986. Pengaruh kehilangan daun terhadap hasil dan komponen hasil
tanaman kedelai. Desertasi Instilasi Pertanian Bogor.
L. try, 2007. Jenis-jenis siput yang dapat menurunkan produksi tanaman. Dalam
jurnal syamsuddin, makassar 2015.
Daftar Lampiran
41
Lampiran 1: Sidik ragam rata-rata intensitas serangan hama pada daun (%)
tanaman tomat umur 15 hari setelah tanam (HST).
Sumber keragaman db JK KT F. Hitung F. Tabel
5% 1%
tn
Kelompok 3 36,88395 12,29465 0,568622 3,29 5,42
Perlakuan 5 63,91993 12,78399 0,591254tn 2,9 4,56
Galat 15 324,3275 21,62183
Total 23 425,1314
KK : 25,28 %
tn
) Berbeda tidak nyata
*) Berbeda nyata
**) Berbeda sangat nyata
Lampiran 2 : Sidik ragam rata-rata intensitas serangan hama pada daun (%)
tanaman tomat umur 22 hari setelah tanam (HST).
Sumber keragaman db JK KT F. Hitung F. Tabel
5% 1%
tn
Kelompok 3 14,13907 4,713022 0,561083 3,29 5,42
Perlakuan 5 210,3097 42,06194 5,007454** 2,9 4,56
Galat
15 125,998 8,399866
Total 23 350,4467
KK : 15,47 %
tn
) Berbeda tidak nyata
*) Berbeda nyata
**) Berbeda sangat nyata
Lampitan 3 : Sidik ragam rata-rata intensitas serangan hama pada daun (%)
tanaman tomat umur 29 hari setelah tanam (HST).
Sumber keragman db JK KT F. Hitung F. Tabel
5% 1%
Kelompok 3 11.40662 3.802206 0.552704 3.29 5.42
Perlakuan 5 186.7826 37.35652 5.430295 2.9 4.56
Galat 15 103.1892 6.87928
Total 23 289.9718
KK : 14,65 %
tn
) Berbeda tidak nyata
*) Berbeda nyata
**) Berbeda sangat nyata
Lampitan 4 : Sidik ragam rata-rata intensitas serangan hama pada daun (%)
tanaman tomat umur 36 hari setelah tanam (HST).
42
Lampiran 5 : Sidik ragam rata-rata intensitas serangan hama pada buah (%)
tanaman tomat.
Sumber keragaman db JK KT F. Hitung F. Tabel
5% 1%
tn
Kelompok 3 20,30617 6,768722 0,254781 3,29 5,42
*
Perlakuan 5 491,6222 98,32444 3,701029 2,9 4,56
Galat 15 398,5018 26,56679
Total 23 910,4301
KK: 14,17 %
tn
) Berbeda tidak nyata
*) Berbeda nyata
**) Berbeda sangat nyata
5% 1%
tn
Kelompok 3 7,792801 2,5976 1,739134 3,29 5,42
Perlakuan 5 469,6378 93,92757 62,88598** 2,9 4,56
Galat 15 22,40426 1,493617
Total 23 499,8349
KK : 16,96 %
tn
) Berbeda tidak nyata
*) Berbeda nyata
**) Berbeda sangat nyata
Jenis : Hibrida
- Diameter : 5,5-6 cm