Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tomat tergolong tanaman hortikultura yang ketersediaannya cukup penting


untuk memenuhi konsumsi segar maupun olahan. Buah tomat juga merupakan
salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi.
Hal ini menyebabkan kebutuhan manusia akan tomat menjadi sangat tinggi,
namun sayangnya terdapat beberapa kendala dalam produksi tomat, antara lain
makin terbatasnya sumberdaya lahan dan berkembangnya penyakit tular tanah
pada daerah sentra produksi yang mengakibatkan terjadinya penurunan
produktifitas dan kualitas buah tomat.Apabila dilihat dari rata-rata produksinya,
ternyata tomat di Indonesia masih rendah, yaitu 6,3 ton/ha jika dibandingkan
dengan negara-negara Taiwan, Saudi Arabia dan India yang berturut-turut 21
ton/ha, 13,4 ton/ha dan 9,5 ton/ha (Kartapradja dan Djuariah, 1992). Rendahnya
produksi tomat di Indonesia kemungkinan disebabkan varietas yang ditanam tidak
cocok, kultur teknis yang kurang baik atau pemberantasan hama/penyakit yang
kurang efisien.
Kebanyakan varietas tomat hanya cocok ditanam di dataran tinggi, tetapi oleh
Badan Penelitian dan Pengambangan Pertanian telah dilepas varietas tomat untuk
dataran rendah, yaitu Ratna, Berlian, Mutiara serta beberapa varietas lainnya
(Purwati dan Asga, 1990). Namun seringkali terjadi penanaman tomat tanpa
memperhatikan kualitasnya, sehingga hasil dan kualitas buahnya sangat rendah.
Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan tomat yang semakin tinggi maka
penelitian perlu diarahkan untuk meningkatkan hasil dan kualitas buah tomat
dengan menanam varietas-varietas unggul untuk mencapai mutu jual yang tinggi.

1
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam karya tulis ini adalah:


A. Apakah penggunaan berbagai media tanam berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan kualitas tanaman tomat?
B. Bagaimana upaya pengendalian hama dan penyakit pada tanaman tomat
supaya tetap menjaga kualitas tomat?
C. Bagaimana perkembangan pasar ekspor impor tomat segar Indonesia?

1.3 Metode Penelitian

Metode yang di gunakan penulis untuk membuat karya tulis ini adalah
sebagai berikut:
A. Metode studi pustaka yaitu dilakukan dengan cara mempelajari buku
dan artikel dengan analisis sistem.
B. Metode Browsing, yaitu metode yang mengambil atau mencari bahan
materi melalui internet.
C. Metode observasi, yaitu metode yang memulai kunjungan secara
langsung. Di kebun tomat Dono Arum Seputih Agung.

1.4 Tujuan dan kegunaan penelitian

Adapun tujuan dan kegunaan dari penulis dalam menulis karya tulis ini antara
lain:
A. Untuk mengetahui pengaruh media tanam bagi perkembangan dan
kualitas tomat.
B. Untuk mengetahui upaya pengendalian hama dan penyakit pada
tumbuhan tomat supaya tetap menjaga kualitas tomat.
C. Untuk mengetahui peningkatan mutu jual pada pasar ekspor impor
tomat segar Indonesia.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian tomat

Tanaman tomat merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai


ekonomi tinggi. Tomat merupakan komoditas sayuran yang sangat penting dalam
menunjang ketersediaan pangan dan kecukupan gizi masyarakat. Tomat banyak
digemari orang karena rasanya enak, segar dan sedikit asam serta mengandung
banyak vitamin A, C dan sedikit vitamin B (Sugito et al., 2010 dalam Vika, 2013).
Tanaman tomat (Lycopersicum esculentun Mill.) adalah tumbuhan setahun,
berbentuk perdu atau semak dan termasuk kedalam golongan tanaman berbunga
(Angiospermae). Buahnya berwarna merah merekah, rasanya manis agak
kemasam-masaman. Tomat banyak mengandung vitamin dan mineral. Sebenarnya
tanaman tomat memang bersifat racun karena mengandung Lycopersicin. Akan
tetapi, kadar racunnya rendah dan akan hilang dengan sendirinya apabila buah
telah tua atau matang. Barangkali karena racun ini pulalah tomat yang masih
muda terasa getir dan berbau tidak enak (Santi, 2006).
Tomat (Lycopersicum esculentun Mill.) merupakan salah satu tanaman
sayuran yang dapat tumbuh di seluruh dunia. Luas tanaman tomat di China lebih
dari 5.000.000 ha dengan produksi mendekati 129.000.000 ton atau lebih dari ¼
luas tanaman tomat di dunia. Jenis tomat liar berasal dari bagian barat daya
Amerika. Ada dua hipotesis yang menyatakan bahwa tomat berasal dari Negara
Peru dan Amerika (Peralta dan Spooner, 2007 dalam Srinivasan, 2010)
Perkembangan adalah suatu proses kemajuan yang terjadi secara
berangsur-angsur dari kompleksitas rendah ke kompleksitas tinggi dan terjadi
differensiasi. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil interaksi antara
faktor-faktor yang terdapat didalam tubuh organisme, seperti sifat genetika yang
ada didalam gen dan hormon yang merangsang pertumbuhan.7 Untuk

3
membuktikan teori tersebut mengenai pertumbuhan dan perkembangan pada suatu
tumbuhan perlu dilakukannya pengamatan, yang fungsinya untuk
mengaplikasikan sejumlah teori yang dipelajari untuk membuktikannya secara
nyata. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan adalah faktor media tanam. Media tanam yang akan digunakan harus
disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan ditanam. Secara umum, dalam
menentukan media tanam yang tepat, media tanam harus dapat menjaga
kelembaban daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan
ketersediaan unsur hara.8 5 Frank B.Salisbury, Fisiologi Tumbuhan Jilid III,
(Bandung: ITB, 1995), h. 2. 6 Syamsuri, Istamar, Biologi, (Jakarta: Erlangga,
2003), h. 2. 7Campbell, dkk, Biologi Edisi Kedelapan Jilid II, (Jakarta: Erlangga,
2008), h. 315. 8 Salwa Lubnan Dalimoenthe, “Pengaruh media tanam organik
terhadap pertumbuhan dan perakaran pada fase awal benih teh di pembibitan”.
Jurnal Penelitian Teh dan Kina, Vol. 16, No. 1, 2013, h. 2. 3 Media tanam sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Media tanam berfungsi sebagai
tempat melekatnya akar, juga sebagai penyedia unsur hara bagi tanaman.
Campuran beberapa bahan untuk media tanam harus menghasilkan struktur yang
sesuai karena setiap jenis media mempunyai pengaruh yang berbeda bagi
tanaman. Media tanam dapat diperbaiki dengan pemberian bahan organik seperti
pupuk dan bahan organik lainnya. Media tanam yang baik harus memiliki sifat-
sifat fisik, kimia dan biologi yang sesuai dengan kebutuhan tanaman.9 Media
tanam yang kurang baik adalah media tanam yang keras, tidak mengandung unsur
hara mikro dan makro, dan pH yang tidak normal. Taraf pH normal tanah berada
pada kisaran 6 hingga 8 atau pada kondisi terbaik memiliki pH 6,5 hingga 7,5.
Tanah dengan tingkat pH yang netral memungkinkan untuk tersedianya berbagai
unsur tanah yang seimbang.10 Unsur hara makro terdiri dari Nitrogen, Fosfor,
Kalsium, Kalium, Belerang, dan Magnesium. Unsur hara makro diperlukan
tanaman dan terdapat dalam jumlah lebih besar dibandingkan dengan unusr hara
mikro. Unsur hara mikro merupakan unsur-unsur kimia alam yang juga berperan
dalam proses pertumbuhan tanaman. Unsur ini memang hanya diperlukan
tanaman dalam jumlah sedikit, tetapi kekurangan unsur ini tidak bisa digantikan
oleh unsur hara ____________ 9 Endra Syahputra,dkk, “Pengaruh Komposisi

4
Media Tanam Dan Konsentrasi Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Selada (Lactuca sativa L.). Jurnal Florantek, Vol. 9, No. 1, 2014, h. 40.
10Belinda, dkk, “Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati (Biofertilizer) dan Media
Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat (Lycopersicum
Esculentum Mill.)”. Jurnal Sains, Vol. 4, No. 1, 2014, h. 3. 4 lainnya. Unsur hara
mikro adalah klor, besi, mangan, boron, kobal, iodium, seng, selenium,
molibdenum, flour, dan tembaga.11 Pertumbuhan tanaman sangat berpengaruh
pada media tanamnya. Karena media tanam yang baik akan menghasilkan
pertumbuhan yang baik. Sebaliknya, media tanam yang tidak baik akan
menghasilkan pertumbuhan yang tidak baik pula apabila tanah (media tanam)
yang digunakan baik dan subur maka tanaman yang ditanam akan mengalami
pertumbuhan yang baik dengan seizin Allah SWT, sedangkan apabila tanah
(media tanam) yang digunakan tidak baik dan subur, maka pertumbuhan suatu
tanaman juga akan terhambat dan sulit untuk tumbuh dengan baik.13 Maka dapat
disimpulkan, media tanam sangat berperan penting bagi pertumbuhan suatu
tanaman. ____________ 11Sukamto Hadisuwito, Membuat Pupuk.

2.2 Macam-macam hama dan pengendaliannya pada tanaman tomat

Ketika membudidayakan tanaman tomat, resiko kerugian seperti gagal panen


akibat serangan penyakit mungkin saja bisa terjadi. Bahkan pada kasus tertentu
kerusakan yang diakibatkan oleh penyakit dapat mencapai 100%. Maka dari itu,
supaya budidaya tomat yang dilakukan menghasilkan keuntungan, perlu kiranya
memahami jenis penyakit yang berpotensi merusak tanaman tomat sekaligus cara
mengatasinya.
Hama merupakan salah satu faktor penyebab kegagalan produksi tanaman
tomat serangan hama ini dapat menurunkan kualitas dan kuantitas buah tomat
sehingga pengetahuan tentang hama yang menyerang tanaman ini sangat penting
untuk diketahui secara mendalam baik oleh petani maupun para hobiis.

5
1. Ulat Tanah (Agrotis ipsilo Hufn)

Hama ini di tandai dengan terpotongnya tanaman pada bagian pangkal


batang yang akan menyebabkan tanaman menjadi mati dan rusak.
Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan melakukan sanitasi kebun atau
lahan selain itu juga dapat dengan melakukan peyemprotan dengan insektisida
sesuai dengan dosis.

2. Ulat Buah Tomat

Ulat buah tomat ini menyerang bagian daun, bunga, dan buah tanaman tomat.
Ciri-ciri dari hama ulat buah tomat adalah memiliki panjang tubuh sekitar 3
cm.Warna tubuh dari ulat ini adalah cokelat hingga hitam. Tubuhnya diselubungi
oleh bulu-bulu halus. Yang akan terjadi jika ulat buah tomat ini menyerang salah
satu bagian tanaman seperti buah tomat adalah munculnya lubang yang
mengelilingi buah. Lama kelamaan buah tomat akan mengalami infeksi dan
terjadi busuk lunak.
Pengendalian ulat buah tomat ini dapat dilakukan dengan memasang perangkat
yang memiliki cahaya ultraviolet, membunuh telur beserta ulatnya, dan
membersihkan tanaman liar di sekitar tanaman tomat.

3. Layu Fusarium

Serangan bakteri Ralstonia solanacearum pada tanaman tomat tergolong cukup


mengkhawatirkan. Hal ini dikarenakan tanaman yang terjangkit oleh bakteri
Ralstonia tidak menunjukkan gejala sakit seperti daun yang menguning atau
bintik-bintik coklat. Sebaliknya, daun yang masih hijau secara tiba-tiba akan mati
terkulai.
Biasanya penyakit ini menyerang pada tanaman solanaceae yang ditanam di
musim hujan. Yaitu ketika kelembaban udaranya tinggi disertai dengan suhu

6
udara yang hangat. Yang perlu diperhatikan adalah bakteri Ralstonia
solanacearum bisa bertahan hidup di tanah dalam keadaan dorman tanpa inang
selama 2 tahun.
Pengendalian serangan layu bakteri bisa dilakukan melalui perbaikan sistem
drainse, aplikasi pupuk nitrogen yang sesuai takaran, menggunakan benih dari
varietas yang toleran, memusnahkan tanaman yang terinfeksi, serta penggunaan
obat bakterisida Dazomet, Streptomycine sulfat dan Asam Oksolinik.

4. Bercak Kering Alternaria ( Early Blight)

Sesuai dengan namanya, serangan penyakit yang satu ini ditandai dengan
bercak kecoklatan berbentuk bulat pada bagian daun tanaman. Biasanya yang
pertama kali terjangkit adalah pada kanopi paling bawah. Nantinya bercak
tersebut terus melebar hingga keseluruhan daun menjadi coklat dan mati. Buka
hanya bagian daun, penyakit ini juga akan menyerang batang dan buah tomat.
Penyakit bercak kering disebabkan oleh jamur Alternaria tomatophila dan A.
solani. Tanaman tomat yang dibudidayakan di dalam greenhouse sangat rentan
terserang oleh penyakit ini. Selain itu, ketika jarak tanam yang digunakan tidak
ideal atau terlalu berdempetan, serta cabang yang tumbuh tidak diatur, maka
sirkulasi udara yang buruk dapat menambah tinggi presentase munculnya
penyakit jamur Alternaria.
Solusi penanganan untuk penyakit yang disebabkan oleh cendawan ini
pertama-tama adalah mencabut dan memusnahkan tanaman tomat yang terserang.
Sedangkan untuk pencegahan bisa dilakukan dengan cara menggunakan benih
yang resistan dan bersertifikat. Kemudian jaga supaya sirkulasi udara di lahan
tetap terjaga dengan cara membersihkan lahan dari gulma, lakukan juga
pemangkasan pada cabang air yang terlalu rimbun.Bagi yang membudidayakan
tanaman tomat secara organik, tersedia pula pilihan pengendalian jamur
Alternanaria menggunakan biofungisida yang mengandung bakteri Bacillus
subtilis dan Pseudomonas fluorescens. Atau bisa juga dengan aplikasi fungisida
berbahan aktif Tembaga hidroksida (Copper hydroxide). Apabila kerusakan sudah
mencapai 25% dari keseluruhan tanaman, maka sebaiknya aplikasikan fungisida

7
kimia konvensional yang berbahan aktif dimetomorf, karbendazim, ziram,
mancozeb atau benomil.

2.3 Perkembangan Ekspor Impor di Indonesia

Perkembangan Volume Ekspor Impor Tomat di Indonesia Perkembangan


volume ekspor tomat selama periode 2000-2013 cenderung fluktuatif (Gambar
3.14). Kode HS yang digunakan untuk tomat adalah 0702000000 (tomat
segar/dingin). Pada tahun 2000 volume ekspor tomat Indonesia sebesar 2.373 ton
dan turun menjadi 365 ton pada tahun 2013 atau meningkat sebesar 54,65% per
tahun. Volume ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2000 (Lampiran 12). Sementara
itu perkembangan volume impor tomat Indonesia selama periode 2000-2013 juga
cenderung fluktuatif sebagaimana perkembangan volume ekspornya (Gambar
3.14). Rata-rata pertumbuhan volume impornya sebesar 62,66% per tahun. Tahun
2000 volume impor tomat sebesar 607 ton dan pada tahun 2013 volume impornya
turun menjadi 11 ton. Volume impor tertinggi dicapai pada tahun 2002 yaitu
sebesar 1.711 ton dengan laju pertumbuhan 654,28% terhadap tahun 2001
Perkembangan nilai ekspor dan impor tomat cenderung fluktuatif pada
periode 2000-2013 (Gambar 3.15). Pada tahun 2000 nilai ekspor tomat Indonesia
655 ribu US$ dan turun mencapai 454 ribu US$ pada tahun 2013 dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 44,69% per tahun. Nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun
2007 dimana nilai ekspornya naik sebesar 694,57% terhadap tahun sebelumnya
(Lampiran 12). Rata-rata pertumbuhan nilai impor tomat Indonesia pada periode
2000-2013 lebih rendah dibanding rata-rata pertumbuhan nilai ekspornya, yaitu
sebesar 15,73% per tahun. Tahun 2000 nilai impor tomat sebesar 223 ribu US$
dan turun menjadi 56 ribu US$ pada tahun 2013. Nilai impor tertinggi dicapai
pada tahun 2002 yaitu sebesar 552 ribu US$ dengan laju pertumbuhan 209,33%
terhadap tahun sebelumnya.

8
Karakteristik Tomat Standar Mutu
(Solanum lycopersicum) Mutu 1 Mutu 2
Keseragaman sifat varietas Seragam Seragam
Keseragaman bentuk Seragam Seragam
Keseragaman ukuran Seragam Seragam
Kadar busuk maksimal (%) 1 1 s/d 2
Kadar kotoran maksimal (%) Tidak ada Tidak ada
Kerusakan maksimal 5 5
Tua tapi tidak terlalu Tua tapi terlalu matang
Tingkat ketuaan
matang dan tidak lunak dan lunak

2.4 Standar Mutu Expor Buah Tomat

Standar mutu Tomat Segar - Tomat atau dalam bahasa latin Solanum


lycopersicum tergolong dalam sayuran komersil sehingga sayuran tomat tidak
diatur dalam harga jualnya. Definisi tomat segar menurut SNI 01-3162-1992
adalah buah dari tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) dalam keadaan
utuh, segar dan bersih.
Standar mutu tomat segar sendiri digolongkan ke dalam 3 jenis kategori sesuai
beratnya, adapun kategori-kategori dari tomat segar tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Tomat ukuran besar yaitu tomat besar memiliki berat lebih dari 150 gram
per buah.
2. Tomat ukuran sedang yaitu tomat sedang memiliki berat 100 – 150 gram
per buah.
3. Tomat ukuran kecil yaitu tomat segar kecil mempunyai ukuran berat
kurang dari 100 gram per buah.

Keterangan:

9
Kesamaan sifat dan varietas: kesamaan sifat varietas dinyatakan seragam apabila
terdapat keseragaman dalam bentuk tomat normal (bulat, bulat lonjong, bulat
pipih, lonjong, dan beralur) dan warna kulit.
Tingkat ketuaa buah tomat dinyatakan tua apabila buah tomat telah mencapai
tingkat perkembangan fisiologis yang menjamin proses pematangan yang
sempurna, isi dari dua atau lebih rongga buah telah berisi bahan yang mempunyai
kekentalan serupa jelly, dan biji-biji telah mencapai tingkat perkembangan yang
sempurna.
Buah tomat dinyatakan terlalu matang dan lunak apabila buah tomat telah
mencapai tingkat kematangan penuh dengan tekstur daging yang lunak. Ukuran
dinyatakan seragam apabila telah sesui dengan penggolongan tiga macam ukuran
berat yang ditentukan dengan toleransi maksimum 5%. Kotoran dinyatakan tidak
ada apabila tidak terdapat kotoran atau benda-benda asing yang menempel pada
tomat atau berada dalam kemasan yang dapat mempengaruhi pada
penampakannya.Bahan penyekat dan pembungkus tidak dianggap sebagai
kotoran. Kerusakan tomat dinyatakan rusak apabila mengalami kerusakan atau
cacat pada permukaan buah. Tomat dinyatakan busuk apabila mengalami
pembusukan akibat kerusakan biologis.
Pelaksanaan pengujian mutu dilakukan oleh petugas yang berpengalaman atau
telah dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan badan hukum. Cara
pengujian mutu dilakukan dengan mengambil beberapa sampel secara acak.
Dari setiap kemasan diambil sampel sebanyak 20 buah dari bagian atas, tengah,
dan bawah. Sampel ini diacak bertingkat (stratified random sampling) sampai
diperoleh sampel sekurang kurangnya 20 buah tomat untuk dianalisis. Khusus
untuk pengujian kerusakan, sampel yang dianalisis adalah 100 buah. Misalnya,
jumlah kemasan dalam partainya 100 kemasan, maka hasil pengambilan acak
yang diperoleh adalah 100 (5 x 20) buah tomat. Kemudiandari 100 buah tomat
tersebut dicampur secara merata dan diambil 20 buah tomat secara acak. Ke-20
buah tomat inilah yang kemudian dianalisis. Hal ini juga berlaku untuk jumlah
kemasan dalam partai yang banyak, tetapi pada jumlah kemasan partai ini
dilakukan dalam beberapa tingkat.

10
Tomat segar yang telah memenuhi standar mutu ekspor dapat segera dikemas
dengan keranjang atau bahan lain dengan berat bersih maksimum 50 kg dan
ditutup dengan anyaman bambu atau bahan lain, kemudian diikat dengan tali rotan
atau bahan lain. Isi tidak melebihi permukaan kemasan. Di bagian luar keranjang
diberi label yang antara lain bertuliskan nama barang. jenis mutu, nama produsen,
berat bersih, hasil Indonesia, dan negara tujuan ekspor.

BAB III

11
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Tanaman tomat di Desa Dono Arum kec.Seputih Agung ditanam secara


intensif artinya bahwa tomat diusahakan secara sungguh-sungguh hal ini juga
dipengaruhi oleh faktor resiko yang cukup besar dan iklim yang sudah tidak bisa
dibaca secara pasti. Adapun cara-cara budidaya tanaman tomat yang dilakukan
petani di Desa Dono Arum adalah sebagai berikut:

1. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan dilakukan dengan cara dicangkul atau dibajak secara merata
kemudian lahan dibiarkan selama satu minggu untuk mematangkan tanah, satu
minggu setelah pengolahan lahan, dibuatlah bedengan-bedengan untuk media
tanam dengan ukuran lebar bedeng antara 120-130 cm sedangkan panjang
bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan.  Untuk penggunaan ukuran lebar
bedengan tersebut digunakan oleh seluruh petani yang ada di lokasi penelitian.

2. Penyemaian

Untuk memudahkan perawatan, biji yang sudah mendapat perlakuan fungisida,


disemaikan dalam wadah yang terbuat dari kotak kayu, polibag, pot bunga dan
sebagainya.  Biji disebar merata diatas pesemaian berupa tanah yang bersih yang
sudah diayak dan dicampur dengan pasir bersih serta pupuk kandang
(perbandingan 1:1:1).  Kemudian ditutup dengan tanah yang dilewatkan melalui
sebuah ayakan, tidak tebal tetapi asal dapat menutup media.  Media untuk
pesemaian ini dipilih yang mempunyai aerasi baik, subur dan gembur, maka akar
akan tumbuh lurus dan memudahkasn pemindahan bibit ke polibag pembesaran.

3. Pemupukan Dasar

12
Pemupukan dasar dilakukan setelah bedengan telah siap. Pupuk dasar yang
digunakan antara lain, kapur, pupuk kandang, ponska, dan KCL. Pupuk diberikan
secara bersamaan sebelum dilakukan pemasangan rnulsa, untuk luas lahan 0,4 ha
kapur, pupuk kandang, ponska, dan KCL. Pemupukan dilakukan dengan cara
ditabur secara merata di atas bedengan yang kemudian dicangkul kembali dengan
halus agar pupuk yang ditabur dapat tercampur dengan sempurna.  Semua
responden di lokasi penelitian menggunakan pupuk kandang, KCl, kapur dan
Mutiara, sedangkan pada pupuk Ponska hanya digunakan 11 responden dan pada
pupuk Tensil Organik  hanya digunakan 8 responden.
Cara pemupukan di lokasi penelitian dilakukan secara terus menerus dan
takaran pupuk disesuaikan dengan usia tanamannya.  Sebelum menabur pupuk
terlebih dahulu dibuat tanaman itu dengan batang tanaman sebagai pusat
lingkaran.  Garis tengah lingkaran selalu berubah-ubah mengikuti pertumbuhan
tajuk tanaman.  Dengan demikian, makin bertambahnya usia tanaman maka makin
lebar tajuknya, maka makin besar pula lingkaran yang mengelilingi tanaman itu
untuk menabur pupuk.  Sesudah pupuk ditabur merata di dalam rorakan
selanjutnya ditutup kembali dengan tanah.
Mengenai dosis/takaran pemupukan belum ada ketentuannya.  Kebanykan
petani scukup melakukan pemupukan secara umum saja, yaitu sekedar memberi
pupuk organik (pupuk kandang) atau pupuk hijau (yang kebetulan tumbuh di
sekitar kebun).  Sampai kini, berapa banyak takaran pupuk dan apa yang
dibutuhkan belum ada kepastiannya.

4. Pemasangan Mulsa

Sejalan dengan semakin berkembangnya teknologi budidaya tanaman, telah


diperkenalkan dengan teknik kultur sistem mulsa plastik, terutama MPHP. 
Berdasarkan hasil-hasil penelitian di lapangan, sistem pemulsaan ini berpengaruh
baik terhadap peningkatan kuantitas dan kualitas hasil tomat.  Penggunaan mulsa
plastik hitam perak sebagai mulsa lebih praktis dibanding dengan penggunaan
sisa-sisa tanaman yang telah mati atau jerami.  Penggunaan mulsa plastik
dibanding lebih praktis, karena mudah didapat, mudah penggunaannya sehingga

13
lebih menghemat biaya pada musim tanam berikutnya. Pemasangan mulsa
dilakukan pada saat bedengan benar-benar sempurna, mulsa yang digunakan
adalah jenis mulsa plastik hitam perak, pemasangan mulsa bertujuan untuk
menjaga tingkat kelembaban media tanam, menekan pertumbuhan gulma,
mengurangi tingkat serangan hama dari penyakit tanaman. Semua responden yang
ada di lokasi penelitian melakukan pemasangan mulsa.

5. Pembuatan lubang tanam

Setelah persiapan lahan pertanaman rampung/selesai pekerjaan selanjutnya


pada areal pertanaman adalah mempersiapkan lubang tanam.  Pembuatan lubang
tanam dilakukan satu minggu sebelum penanaman bibit.
Lubang tanam dibuat sesuai dengan jarak tanam yang telah ditentukan yaitu 60
cm X 80 cm dan alat yang digunakan untuk membuat lubang tanam ada berbagai
jenis. Misalnya kaleng silinder, ataupun alat yng dibuat secara khusus untuk
membut lubang tanam.  Jarak tanam harus diatur dengan baik dan jangan terlalu
rapat, karena dapat mengurangi penerimaan sinar matahari.  Tanaman tomat yang
kurang menerima sinar matahari akan mengakibatkan proses fotosintesis tidak
dapat berlangsung dengan baik.  Jarak yang terlalu rapat dapat mengakibatkan
tingkat kelembaban menjadi tinggi dan persaingan dalam penyerapan air dan
unsur hara pun terjadi.  Ukuran ini juga digunakan oleh seluruh responden di
lokasi penelitian.

6. Penanaman

Bibit seharusnya sudah diseleksi pada temat pembibitan sebelumnya diangkut


ke lahan pertanaman.  Bibit tomat adapat dipindahkan ke lahan pertanaman
apabila telah berumur antara 30 – 45 hari di pesemaian.  Bibit yang terpilih
sebaiknya yang berpenampilan sehat, tumbuh subur dan tegak serta daunnya tidak
ada yang rusak. Bibit dirawat agar terhindar dari serangan hama dan penyakit. 
Kesehatan bibit yang sudah terjamin baik dapat diperhastikan dari petumbuhannya
yang normal dan tanaman tampak subur. Bibit tanaman tomat di tempat

14
pembibitan itu biasanya dinaungi atau tidak mendapat sinar matahari secara
langsung.  Jadi sebelum ditanam di areal pertanaman, bibit itu harus cukup
terbiasa mendapat sinar matahari langsung karena pada areal pertanaman tidak
ada lagi yang dapat menaunginya.
Saat yang terbaik untuk menanam sayuran tomat adalah tiga hari sesudah
lubang tanam dipersiapkan dan diusahakan pada pagi atau sore hari.  Pada saat
pagid an sore hari, keadaan cuaca belum panas sehingga tanaman dapat terhindar
dari kelayuan.  Kelayuan dapat terjadi karena tidak adanya keseimbangan antara
jumlah air yang diserap oleh akar tanaman adengan proses transpirasi (penguapan)
yang terjadi pada tanaman itu sendiri. Penanaman tomat pada umumnya ditanam
dengan jarak 60 cm X 80 cm dengan jumlah rumpun satu rumpun setiap lubang
tanam.  Penanaman dengan jarak ini digunakan oleh seluruh responden yang ada
di lokasi penelitian.

7. Penyulaman

Penyulaman adalah kegiatan untuk mengganti tanaman yang mati, rusak atau
yang pertumbuhannya tidak normal.  Penyulaman tanaman biasanya dilakukan
antara 4-7 hari setelah tanam. Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang
mati atau tumbuh secara abnormal dan bibit yang digunakan untuk menyulam
haruslah berasal dari bibit yang sama dengan harapan tanaman yang ada tumbuh
secara seragam.  Untuk perlakuan penyulaman ada yang 4-7 hari setelah tanam
ada juga yang 3 hari karena pada saat itu sudah dapat terlihat adanya tanaman
yang pertumbuhannya tidak normal.  Pertumbuhan yang tidak normal itu dapat
terjadi disebabkan oleh kesalahan pada saat penanaman.
Bibit yang digunakan untuk penyulaman adalah bibit yang sengaja disisakan
atau dibiarkan tumbuh pada lahan pembibitan sebagai bibit cadangan.  Bibibt
yang digunakan untuk penyulaman adalah bibit yang sama umurnya dengan
tanaman yang tidak disulam, sehingga pertumbuhan semua tanaman seragam.

8. Pemasangan ajir/turus

15
Pemasangan turus berguna untuk menegakkan tanaman tumbuh.  Tanaman
tomat yang tingginya kira-kira 25 cm atau sekitar 21 hari sejak ditanam harus
diberi ajir/turus atau penunjang.  Tanaman tomat yang memiliki batang yang
kurang kuat untuk menopang pertumbuhannya harus dipasang turus untuk
membantu menopang buah.  Selain itu, pemberian turus juga dapat menjadi
tempat tanaman merambat vertikal ke atas dan tanaman mendapatkan pernyinaran
sinar matahari yang lebih baik dibandingkan bila tanaman itu menjalar horizontal
diatas tanah.
Turus/ajir atau alat penopang pertumbuhan tomat ini dapat dibuat dari bahan
bambu yang ditancapkan tegak diatas tanah dekat pada batang tanaman.  Untuk
menguatkan turus tetap tertancap tegak, maka setiap turus diikat pada bambu yang
dibuat melintang.  Konstruksi turus dapat dibentuk dengan palang segitiga, yaitu
posisi turus pada setiap tanaman dipasang miring sehingga ujung turus dapat
disatukan dengan ujung turus yang berada di depan atau disebelahnya.  
Konstruksi bangun ini seperti sangat sesuai bila sistem penanaman dilakukan
dengan pola barisan berganda.

9. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Tomat

Kerusakan pada suatu tanaman biasa disebabkan oleh faktor biotis, seperti
sbangsa jamur, bakteri, insekta, virus dan gulma.  Untuk memberantas jamur
digunakan fungisida, memberantas bakteri digunakan bakterisida dan
memberantas insekta digunakan insektisida.  Untuk memberantas virus umumnya
masih dilakukan dengan pencabutan kemudian dimusnahkan, sedangkan untuk
memberantas gulma digunakan herbisida.
Hama adalah hewan yang merusak tanaman atau hasil tanaman karena aktivitas
hidupnya, terutana aktivitas untuk memperoleh makanan.  Hama tanaman
memiliki kemampuan merusak yang sangat hebat.  Akibatnya tanamana dapat
rusak atau bahkan tidak dapat menghasilkan sama sekali. Hama pada tanaman
terdiri dari atas hewan mamalia, serangga dan burung.  Hama tanaman berupa
hewan mamalia terdiri dari tikus, babi hutan dan kera.  Hama tanaman berupa
burung terdiri dari burung gelatik dan burung pipit.  Hama tanaman berupa

16
serangga misalnya wereng, kutu daun, walang sangit, belalang, berbagai ulat dan
berbagai kumbang.

10. Panen

Penentuan panen sangat mempengaruhi mutu dan harga tomat saat di


pasarkan.  Pemanenan secara periodik dilakukan 2 atau 3 kali sepekan bergantung
pada keadaan buah yang matang. Adapun ciri buah tomat dalam proses perubahan
warna buah tomat:

1. Panen Tomat Warna Hijau : Panen dilakukan pada saat seluruh


permukaan buah berwarna hijau, mungkin hijau cerah atau hijau
pekat. Di sekitar biji terdapat lendir dan jika buah dipotong bijinya
menyamping atau dengan kata lain tidak terpotong.
2. Panen Tomat Warna Gading : Panen dilakukan pada saat tomat
berwarna gading mulai muncul di ujung buah. Perubahan warna
tidak lebih dari 10%. Permukaan buah berubah kekuningan, jingga
atau merah dan selebihnya hijau.
3. Panen Tomat Warna Kuning : Panen dilakukan pada saat warna
tomat mulai berubah dari warna hijau menjadi kuning, oranye atau
merah.
4. Panen Tomat Merah Muda : Panen dilakukaan pada saat buah
berwarna merah muda atau setengah masak. Warna hijau pada
tomat hampir sama dengan kuning, oranye atau merah.
5. Panen Tomat Merah : Panen dilakukan pada saat buah berwarna
merah atau buah masak, permukaan buah lebih banyak berwarna
kuning, oranye, jingga atau merah. Warna hijau berangsur
berkurang hanya sekilas.

11. Pemasaran hasil

17
Penanganan hasil panen adalah suatu rangkaian kegiatan yang dimulai dari
pengumpulan hasil panen sampai pada tahap siap untuk dipasarkan.  Penanganan
hasil panen harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati karena sangat
menentukan mutu akhir buah.  Pemasaran hasil tanaman tomat di Desa
Lapandewa pada umumnya petani menjual langsung ke tengkulak yang kemudian
tengkulak membawa dan menjualnya di pasar-pasar terdekat yang ada.

BAB IV

18
SARAN DAN KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan pada saat penelitian dapat di
simpulkan bahwa penyebab banyaknya hasil panen tomat petani yang kurang baik
antara lain disebabkan oleh kurang tepatnya tata cara para petani dalam mengolah
lahan pertanian yang di garapnya dan mekanisme perawatan yang kurang optimal
sehingga sering terserang penyakit sehingga mempengaruhi mutu jual tanaman
tomat.

4.2 Saran

Dengan sengaja kami buat karya ilmiah ini yang bertujuan agar membantu petani
dalam peningkatan produksi secara kuantitas dan kualitas. Karya tulis ini
membahas seluk beluk budi daya tomat. Perlu diperhatikan untuk penulisan
berikutnya bahwa masih perlu disempurnakan. Terutama revisi secara teknik budi
daya tomat. Dengan demikian, kami berharap pembaca dapat menerapkan
informasi yang disajikan,terutama teknik dasar budi daya tomat.

19
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B. 1998. Tomat Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius,  


Yogyakarta.

http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/84218/Pengendalian-Penyakit-
Pada-Tanaman-Tomat/
https://alamtani.com/budidaya-tomat/
http://repository.sb.ipb.ac.id/1793/3/R36-03-Nisa-Ringkasan.pdf

AD

LAMPIRAN

20
21
22

Anda mungkin juga menyukai