Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tomat (Lycopersicum esculentum mill) merupakan salah satu komoditi yang multi guna.
Tomat tidak hanya berfungsi sebagai sayuran dan buah saja, tomat juga sering dijadikan
perlengkapan bumbu masak, minuman segar, sumber vitamin dan mineral, dan bahan pewarna
alami. Tomat termasuk tanaman setahun (annual) yang berarti umurnya hanya untuk satu kali
periode panen. Tanaman ini berbentuk perdu atau semak dengan panjang bisa mencapai 2 meter
dan di dalam buah tomat terkandung gizi-gizi yang penting bagi tubuh seperti karbohidrat,
protein, dan beberapa antioksidan seperti lycopene.
Tanah Podsolik Merah Kuning (PMK) merupakan tanah yang tergolong marginal,
dimana tingkat produktivitasnya masih rendah. Kandungan unsur hara pada tanah PMK
umumnya juga masih rendah, karena biasanya terjadi pencucian basa yang berlangsung secara
intensif. Kandungan bahan organik yang rendah disebabkan oleh proses dekomposisi yang
berjalan begitu cepat. Permasalahan yang dialami oleh tanah PMK juga menjadi alasan mengapa
menggunakan pupuk NPK, terutama pupuk NPK akan dapat mengimbangi kekurangan unsur
hara makro primer pada tanah tersebut.
Biochar atau biasa juga disebut dengan arang hayati dapat dibuat dengan berbagai bahan
baku, misalnya tempurung kelapa, sekam padi, dan kayu. Pembuatan biochar adalah dengan cara
membakar bahan baku tersebut sehingga terjadi proses pirolisis (pembakaran minimum udara)
maka dihasilkanlah biochar yang dapat berfungsi sebagai amelioran yang mampu memperbaiki
sifat fisik, kimia, maupun biologi tanah. Fungsi biochar bagi tanah, yaitu sebagai bahan
amelioran tanah karena memiliki pH dan kapasitas tukar kation (KTK) relatif tinggi.
Biochar adalah arang hitam hasil dari proses pemanasan biomassa pada keadaan oksigen
terbatas atau tanpa oksigen. Biochar juga merupakan bahan organik yang memiliki sifat stabil
dapat dijadikan pembenah tanah lahan kering. Pemilihan bahan baku biochar ini didasarkan pada
produksi sisa tanaman yang melimpah dan belum termanfaatkan (Dermibas, 2004). Untuk saat
ini produksi biomassa yang sangat melimpahdan kurang termanfaatkan ialah sekam padi.
Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting untuk meningkatkan produktivitas
tanaman. Salah satu pupuk yang sering diaplikaskan yaitu pupuk NPK dimana mengandung
unsur Nitrogen, Fospat dan Kalium. Nitrogen merupakan salah satu unsur hara esensial yang
bersifat sangat mobil, baik di dalam tanah maupun di dalam tanaman, Selain itu nitrogen bersifat
sangat mudah larut dan mudah hilang ke atmosfir maupun air pengairan. Kehilangan nitrogen
dapat terjadi karena: (1) diabsorpsi tanaman, (2) volatilisasi, (3) pencucian, (4) erosi, dan (5)
kehilangan bersama panen (Hanafiah, 2010).
B. Masalah Penelitian
Salah satu media tanam yang dapat digunakan untuk budidaya tanaman hortikultura yaitu
tanah PMK, dalam penelitian ini akan digunakan tomat servo F1 sebagai tanaman yang akan di
budidayakan. Tanah PMK sebagai media tanam di hadapkan pada berbagai masalah, mulai dari
kondisi fisik tanah, kimia tanah maupun biologi tanah. Dengan penggunaan biochar sekam padi
yang berperan sebagai amelioran pada tanah bahkan juga dapat menaikan pH tanah serta akan
meningkatkan kadar C- pada tanah. Pemberian biochar akan membantu memperbaiki sifat fisik
tanah terutaman pada tanah PMK.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam menangani masalah pada tanah PMK,
yaitu dengan penambahan pupuk anorganik maupun pupuk organik. Pupuk organik yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah biochar sekam padi. Biochar sekam padi memiliki unsur
yang dapat menaikan pH panah serta memperbaiki sifak fisik tanah PMK. Pupuk anorganik yang
akan di gunakan adalah pupuk NPK mutiara (16-16-16), pupuk mutiara mengandung unsur hara
makro (N, P, dan K), dan mikro (Mg, Ca).
Penggunaan pupuk anorganik yang dilakukan secara terus menerus akan menyebabkan
pencemaran lingkungan dan meningkatkan keasaman pada tanah, untuk mencegah hal itu terjadi,
maka di lakukan penambahan pupuk organik. Pupuk organik selain dapat menambah unsur hara
di dalam tanah juga dapat menaikan pH pada tanah tersebut. Tomat menghendaki pH antara 5, 5
- 7, 7 dalam pertumbuhannya, sedangkan tanah PMK yang akan di gunakan memiliki pH tanah
3, 31. Hal ini merupakan masalah yang sangat penting untuk di atasi, maka perlu di lakukan
pengapuran terlebih dahulu pada tanah.
Berdasarkan hal-hal yang telah di uraikan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengurangi penggunaan pupuk anorganik dengan memanfaatkan biochar sekam padi. Maka
pada penelitian ini dapat di rumuskan masalah apakah akan terjadi interaksi antara biochar
sekam padi dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat pada tanah
PMK.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui interaksi antara biochar
sekam padi dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil tomat pada tanah PMK.
BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Umum Tanaman Tomat
Tomat merupakan jenis sayuran yang memiliki permintaan tinggi di pasaran karena
disukai oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia. Tingginya permintaan tomat bukan
hanya karena multifungsi dalam masakan, tetapi juga memiliki rasa yang manis dan segar.
Untuk mendukung keberhasilan usaha budidaya tanaman tomat, maka diperlukan pemilihan
media tumbuh yang baik karena media tumbuh merupakan faktor yang berpengaruh pada
keberadaan air, suhu, dan bantuan mekanisme unsur hara. Kemampuan media tumbuh dalam
menunjang pertumbuhan akar yang baik tergantung pada distribusi ukuran pori-pori tanah
dan aktivitas jasad mikro tanah (Totong, 2016).
Tomat merupakan tanaman sayuran yang sudah dibudidayakan sejak ratusan tahun
silam, tetapi belum diketahui dengan pasti kapan awal penyebarannya. Ditinjau dari
sejarahnya, tanaman tomat berasal dari Amerika, yaitu daerah Andean yang merupakan
bagian dari negara Bolivia, Cili, Kolombia, Ekuador, dan Peru. Semula di negara asalnya,
tanaman tomat hanya dikenal sebagai tanaman gulma. Namun, seiring dengan
perkembangan waktu, tomat mulai ditanam, baik di lapangan maupun di pekarangan rumah,
sebagai tanaman yang dibudidayakan atau tanaman yang dikonsumsi (Purwati dan
Khairunisa, 2007).

2. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Tomat


Menurut Tjirosoepomo (1991) tanaman tomat dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dycotiledonae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Lycopersicum
Species : Lycopersicum esculentum Mill
Tomat memiliki habitat berupa herba yang hidup tegak atau bersandar pada tanaman
lain, berbau kuat. Batang berbentuk bulat, kasar, memiliki trikhoma, rapuh, dan sedikit
memiliki percabangan. Daun majemuk menyirip gasal berselang seling dan memiliki
trikhoma pada helaian dan tangkai daunya (Cahyono, 2008). Bunga pada tanaman tomat
berkelamin dua (hermaprodit), kelompoknya berjumlah 5 buah dengan warna hijau dan
memiliki trikhoma, sedangkan mahkotanya yang berjumlah 5 buah warna kuning.
Batang tanaman tomat berbentuk bulat dan membengkak pada buku-buku. Bagian
yang masih muda berambut biasa dan ada yang berkalenjar. Mudah patah, dapat naik
bersandar pada turus atau merambat pada tali, namun harus dibantu dengan beberapa ikatan.
Bercabang banyak sehingga secara keseluruhan berbentuk perdu, tinggi batangnya sekitar 1
meter, akan tetapi dengan penanaman secara hidroponik ada yang tingginya lebih dari 3
meter.
Daun tomat mudah dikenali karena mempunyai bentuk yang khas, yaitu berbentuk
oval, bergerigi, dan mempunyai celah yang menyirip. Daunnya yang berwarna hijau dan
berbulu mempunyai panjang sekitar 20-30 cm dan lebar daun 15-20 cm. Daun tomat
tumbuh didekat ujung dahan atau cabang, sementara itu, tangkai daun nya berbentuk bulat
memanjang sekitar 7-10 cm dan ketebalan 0,30,5 mm (Wiryanta, 2004). Bagian ujung daun
meruncing.
Akar tanaman tomat berfungsi untuk menopang berdirinya tanaman serta menyerap
air dan unsur hara dalam tanah. Oleh karena itu, tingkat kesuburan tanah di bagian atas
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi buah serta benih tomat
yang dihasilkan (Pitojo, 2005). Akar tanaman tomat menyebar, tetapi dangkal, akar-akar
cabang, dan rambut-rambut akar banyak terdapat di permukaan tanah. Akar tomat berupa
akar tunggang dengan susunan akar serabut, bercabang banyak, berbentuk bulat sampai agak
persegi dengan posisi tegak, dan berbatang lemah serta basah.
Posisi bunga tanaman tomat adalah menggantung, dengan mahkota yang berwarna
putih kuning. Panjang bunga 1-1,5 cm, lebar sekitar 5-6 cm, dan panjang bunganya 1-2 cm
(Prahasta, 2008). Pembungaan tumbuh dibagian tunas muda atau ujung tanaman tomat.
Bunga tomat adalah bunga sempurna. Bunga pada tanaman tomat umumnya menyerbuk
sendiri.
Bentuk dan ukuran buah tomat juga beragam dimana buahnya memiliki rongga minimal

dua. Jumlah rongga buah 2 dan 4 yang banyak diminati konsumen yang digunakan dalam

penyajian buah meja. Buah tomat termasuk buah buni, berdaging, beragam dalam bentuk,

dan ukuranya yang memiliki 2 atau 3 ruang yang berisi biji di dalamnya dengan diameter

buah berkisar 2 cm hingga 8 cm yang jika telah masak kulit buah akan berwarna merah atau

kuning (Pitojo, 2005).

3. Syarat Tumbuh Tanaman Tomat


Tanaman tomat hidup di daerah yang memiliki ketinggian 1-1.250 meter di atas
permukaan laut. Tanaman ini toleran terhadap dataran tinggi maupun dataran rendah, dan
jenis tanah yang ringan ataupun tanah yang berat dapat digunakan untuk tomat, asalkan
tanah diolah dengan baik. Untuk pertumbuhan dan hasil produksi yang baik, sebaiknya
tanaman tomat di tanam pada tanah berstruktur remah atau gembur dan kaya dengan bahan
organik, dan pH tanah yang dikehendaki antara 5-7 (Prahasta, 2008). Suhu optimal untuk
pertumbuhan tanaman tomat yaitu 23 °C pada siang hari dan 17 °C pada malam hari
(Hanum, 2008), dengan curah hujan curah hujan yang sesuai yaitu 750 mm hingga1.250
mm per tahun dengan intensitas penyinaran cahaya matahari sekitar 8 jam per hari. serta
tomat menghendaki kelembaban yang relative dalam pertumbuhannya adalah berkisar 25%,
dimana keadaan ini akan merangsang pertumbuhan untuk tanaman tomat yang masih muda
karena asimilasi Co2 menjadi lebih baik melalui stomata yang membuka lebih banyak.
4. Tanah Podsolik Merah Kuning
Menurut Salam (2012), tanah PMK termasuk ordo ultisol, merupakan tanah tropik
dengan kejenuhan basa rendah < 35% mendominasi sebagian besar tanah-tanah di Indonesia.
Tanah ini lebih tua beberapa ribu tahun dari pada ordo Alfisol. Biosiklus basa (Ca, Mg dan
K) dalam hutan dengan tanah Ultisol tidak sebaik di tanah Alfisol karena bahan induknya
biasanya tidak mengandung CaCO₃ dan pencucian yang terjadi sepanjang tahun membawa
serta unsur hara. Horizon argilik terjadi akumulasi liat, namun liat ini lebih terlapuk dari
pada dalam horizon yang sama pada tanah ordo Alfisol.
Menurut Rachim (2011), PMK merupakan tanah yang sangat tercuci, lapisan atas
berwarna abu-abu muda sampai kekuningan, lapisan bawah merah atau kuning. Terdapat
akumulasi liat hingga tekstur relatif berat, struktur gumpal, permeabilitas rendah, agregat
rendah, bahan organik rendah, kejenuhan basa rendah dan pH rendah 4, 2-4, 8. Tanah
podsolik merah kuning dapat ditemukan di daerah tropis dengan curah hujan 2500-3500 mm
per tahun dan topografi bergelombang hingga berbukit dengan ketinggian tempat 25 m di
atas permukaan laut. Selain itu jika curah hujan tinggi, maka proses erosi menyebabkan
bagian fraksi tanah halus terutama liat menjadi hilang dan lapisan atas keadaan ini dapat
menyebabkan sifat tanah menjadi jelek terutama merosotnya kematangan agregat dan
struktur tanah.
Tanah PMK sebagai media tanaman tomat dihadapkan pada berbagai masalah, di
antaranya sifat fisik, kimia dan sifat biologis. Sifat fisik yang kurang baik seperti struktur
gumpal, permeabilitas rendah, aerasi dan drainase buruk serta kemampuan menahan air
rendah. Selain itu sifat kimia yang kurang baik adalah pH rendah dan sifat biologis yang
kurang baik sehingga mikroorganisme tidak dapat berkembang dengan baik karena pH tanah
yang masam. Berdasarkan hasil analisis Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura (2021), tanah podsolik merah kuning memiliki
pH H2O 3,31, pH KCl 3,07, C-organik 0,96 % dan Nitrogen Total 0,12 %.
5. Biochar Sekam Padi
Biochar merupakan bentuk karbon stabil yang dihasilkan dari proses pirolisis bahan-
bahan organik (Prasetyo dkk., 2014). Limbah pertanian yang dipilih untuk dijadikan biochar
adalah limbah-limbah yang mengandung lignin. Hal ini dikarenakan limbah yang tidak
mengandung lignin akan menjadi abu jika dilakukan pirolisis. Biochar lebih efektif dalam
retensi hara dan ketersediaannya bagi tanaman dibandingkan dengan bahan organik lain
seperti kompos dan pupuk kandang.
Biochar tidak mampu menyediakan unsur hara secara langsung, tetapi secara tidak
langsung mampu mengurangi kehilangan hara melalui pelindian sehingga dapat
mengefisiensi peningkatan pemupukan. Untuk meningkatkan efektivitas biochar perlu
dilakukan penambahan bahan lain yang berkadar hara tinggi, agar selain berfungsi sebagai
bahan pembenah tanah juga mampu menyumbangkan hara bagi tanaman Noni Sari (2019).
Menurut penelitian Naikofi dkk (2016), bahwa aplikasi biochar sekam padi 2% memberikan
pertumbuhan dan hasil terbaik pada tanaman selada, dan menurut penelitian Tribuyeni dkk
(2016), mengatakan bahwa aplikasi biochar 6 ton/ha atau setara dengan 90 g/polybag
memberikan hasil terbaik pada tanaman kubis bunga di tanah gambut.
Karbon pada biochar bersifat stabil dan dapat disimpan lebih lama di dalam tanah
dibandingkan bahan organik lain sehingga semua manfaat yang berhubungan dengan retensi
hara dan kesuburan tanah dapat berjalan lebih lama dibandingkan bentuk bahan organik lain
yang biasa diberikan (Gani, 2009). Keunggulan biochar sekam padi yaitu dapat
memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Penggunaan biochar sekam padi dalam
memperbaiki sifat fisik maupun kimia tanah terutama pada lahan yang mempunyai drainase
yang buruk akan meningkatkan berat volume tanah (bulk density), sehingga tanah banyak
memiliki pori-pori dan tidak padat. Kondisi tersebut akan meningkatkan ruang pori total dan
mempercepat drainase air tanah.
Biochar telah diketahui dapat meningkatkan kualitas tanah dan digunakan sebagai
salah satu alternativ untuk pembenah. Pemberian biochar ke tanah berpotensi meningkatkan
kadar C-tanah, retensi air dan unsur hara di dalam tanah. (Gani 2009) juga menyatakan
bahwa keuntungan lain dari biochar adalah bahwa karbon pada biochar bersifat stabil dan
dapat tersimpan selama ribuan tahun di dalam tanah. Aplikasi biochar 2 t ha-1 dan 4 t ha-1
mampu menurunkan dosis pupuk NPK hingga 45% (Verdiana dkk, 2016).
6. Pupuk NPK
Tanaman tomat termasuk tanaman yang memerlukan unsur hara N, P, dan K dalam
jumlah yang relatif banyak. Nitrogen diperlukan untuk produksi protein, pertumbuhan daun,
dan mendukung proses metabolisme seperti fotosintesis. Fosfor berperan dalam memacu
pertumbuhan akar dan pembentukan sistem perakaran yang baik pada tanaman muda,
sebagai bahan penyusun inti sel (asam nukleat), lemak, dan protein. Kalium berperan
membantu pembentukan protein dan karbohidrat, meningkatkan resistensi tanaman terhadap
hama dan penyakit, serta memperbaiki kualitas hasil tanaman.
Tanah merupakan salah satu media dalam pemberian hara bagi tanaman. Oleh karena
itu dalam pemupukan perlu memperhatikan sifat dan ciri tanah untuk mendapatkan hasil
yang maksimal. Dalam sistem pertanian, nitrogen merupakan komponen dasar dalam
sintesis protein. Nitrogen terdapat dalam protoplasma sel tanaman yang diperlukan untuk
semua proses pertumbuhan dan merupakan bagian dari klorofil. Klorofil bertanggung jawab
terhadap konversi energy matahari menjadi energi yang dapat digunakan dalam proses
fotosintesis.
Pupuk nitrogen umumnya sangat mobil dalam tanah, sehingga dalam pemupukan
nitrogen perlu memperhatikan berbagai faktor. Bila pupuk nitrogen diberikan ke dalam
tanah, maka harus dijaga dalam aplikasinya agar tidak mudah tercuci sebelum diserap oleh
tanaman. Kehilangan ini dapat diatasi atau dikurangi dengan memasukkan pupuk ke dalam
tanah sekitar 5 cm dan menutupinya dengan tanah. Oleh karena itu nitrogen merupakan
komponen yang sangat penting terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman (Gunadi, 2009).
Menurut Samekto (2006) pemupukan adalah pemberian pupuk untuk menambah
ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam meningkatkan produksi dan mutu
hasil tanaman. Pupuk NPK adalah suatu jenis pupuk majemuk yang mengandung lebih dari
satu unsur hara yang digunakan untuk menambah kesuburan tanah. Pupuk majemuk yang
sering digunakan adalah pupuk NPK karena mengandung senyawa amonium nitrat (NH4),
ammonium dihidrogen fosfat (NO3) dan kalium klorida (KCl).
Tanaman memerlukan paling sedikit 16 unsur hara agar pertumbuhannya optimal.
Dari 16 unsur hara tersebut, 3 unsur (C, H dan O) diperoleh dari udara, sedangkan 13 unsur
lain disediakan oleh media tanam (Lingga, 2002). Terkadang dalam pupuk NPK ditambah
beberapa unsur lainnya baik itu unsur makro maupun mikro. Pupuk NPK umumnya
berbentuk granular terutama pupuk anorganik, dapat juga berbentuk kristal, atau seperti
tepung (Hadjowigeno, 2003).
Lingga dan Marsono (2013), menyatakan bahwa unsur N berfungsi dalam
merangsang pertumbuhan tanaman terutama batang dan daun. Unsur P berfungsi sebagai
bahan dasar pembentukan protein ATP dan ADP, berperan dalam pembentukan jaringan
meristem. Syarief (1986), menyatakan bahwa unsur P berperan dalam pembentukan jaringan
meristem, dimana akan menghasilkan deretan sel yang fungsinya memperpanjang jaringan
sehingga mendorong laju pertumbuhan pada tinggi tanaman. Unsur P berperan juga dalam
respirasi, fotosintesis dan metabolisme tanaman sehingga mendorong laju pertumbuhan
tanaman termasuk percepatan proses pembesaran pematangan buah.
Menurut Salisbury dan Ross (1995), unsur kalium berperan dalam mengaktifkan
sejumlah besar enzim yang penting untuk fotosintesa dan respirasi. Selain itu kalium
berperan dalam mengaktifkan enzim yang diperlukan untuk pembentukkan pati dan protein
serta penentu utama potensial osmotik sel dan tekanan turgor sel penjaga pada stomata.
Stomata membuka karena sel penjaga menyerap air dan didorong oleh adanya solute/zat
terlarut yang lebih banyak. Peningkatan konsentrasi K+ dipacu oleh adanya cahaya matahari
sehingga jumlah K+ tertimbun di vakuola sel penjaga dan menyebabkan stomata membuka
lebih besar.
Menurut Novizan (2002), tanaman memerlukan 13 unsur hara yang diperlukan untuk
proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang meliputi unsur hara makro dan mikro,
dimana kebutuhan unsur hara yang satu dengan unsur hara yang lain saling mendukung
dalam memenuhi kebutuhan tanaman. Terpenuhinya kebutuhan unsur hara tanaman
menyebabkan pertambahan ukuran, berat atau banyaknya jumlah sel yang nantinya menjadi
jaringan, organ dan berkembangnya jaringan meristem sehingga tanaman akan tumbuh
dengan baik.
B. Kerangka Konsep
Sekam sebagai limbah penggilingan padi jumlahnya mencapai 20-23% dari gabah.
Produksi Gabah Kering Giling (GKG) mencapai 71, 29 juta ton, maka jumlah sekam yang
dihasilkan di Indonesia sekitar 16, 39 juta ton (BPS, 2013). Beberapa penelitian mengungkapkan
bahwa biochar sekam padi mampu memperbaiki tanah dan meningkatkan produktivitas tanaman.
Disisi lain penambahan biochar dalam tanah mampu meningkatkan ketersediaan hara bagi
tanaman dan deng an tersedianya hara didalam tanah, akar tanaman mampu meningkatkan
serapan hara.
Berdasarkan hasil penelitian Alianti dkk (2016), bahwa pemberian biochar 6 ton/ha atau
setara dengan 53,3 g/polybag memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik pada tanaman tomat,
sedangkan menurut penelitian Naikofi dkk (2016), menyatakan bahwa aplikasi biochar sekam
padi 2% memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik pada tanaman selada, dan menurut
penelitian Tribuyeni dkk (2016), mengatakan bahwa aplikasi biochar 6 ton/ha atau setara dengan
90 g/polybag memberikan hasil terbaik pada tanaman kubis bunga pada tanah gambut.
Untuk terpenuhinya unsur hara yang sangat diperlukan pada tanaman dapat dilakukan
dengan pemupukan, dimana pemupukan bertujuan agar tanaman dapat tumbuh optimal dan
berproduksi maksimal. Untuk menunjang kesuburan tanaman, tanah harus mengandung beberapa
unsur seperti zat organik, zat anorganik, air dan udara. Penggunaan biochar sekam padi dan
pupuk NPK dapat menjadi solusi dan alternatif dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Penggunaan NPK diharapkan dapat meningkat kandungan unsur hara yang dibutuhkan di dalam
tanah serta dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman (Setiawan dkk., 2018).
Hasil penelitian Karlina (2012) menunjukkan bahwa pemberian biochar pada dosis 4
t/ha dapat meningkatkan produksi mentimun sebesar 20%, dibandingkan dengan tanpa
pemberian biochar. Pemberian biochar ke tanah berpotensi meningkatkan kadar C- tanah, retensi
air dan unsur hara di dalam tanah. (Gani, 2009) juga menyatakan bahwa keuntungan lain dari
biochar adalah bahwa karbon pada biochar bersifat stabil dan dapat tersimpan selama ribuan
tahun di dalam tanah. Menurut (Steiner 2007), penggunaan biochar sekam merupakan bahan
alternatif untuk perbaikan kesuburan tanah sekaligus untuk perbaikan lingkungan yang murah,
berkelanjutan, dan ramah lingkungan. Penambahan biochar ke dalam tanah dapat meningkatkan
KTK dan pH sampai 40%.
Tingginya ketersediaan hara bagi tanaman merupakan hasil dari bertambahnya nutrisi
secara langsung dari biochar dan meningkatnya retensi hara (Zulfita, 2019). Bila digunakan
sebagai pembenah tanah bersama pupuk organik dan anorganik, biochar dapat meningkatkan
produktivitas serta retensi dan ketersediaan hara bagi tanaman (Gani, 2009). Penelitian skala
laboratorium yang dilakukan oleh (Firmansyah, 2010) menunjukkan bahwa biochar yang
berbahan baku dari kayu, sekam padi, dan tempurung kelapa memiliki pH masing-masing
sebesar 8,94; 6,34; dan 9,49, dimana hasil ini menunjukkan bahwa biochar bagus untuk
amelioran bagi tanah masam. Beberapa hasil penelitian yang telah banyak dilakukan
menunjukkan bahwa biochar yang di aplikasikan ke dalam tanah secara nyata berpotensi dalam
meningkatkan beberapa sifat kimia tanah seperti pH tanah, KTK, dan beberapa senyawa seperti
C-organik, N-total, serta dapat mereduksi aktivitas senyawa Fe dan Al yang berdampak negatif
terhadap peningkatan P-tersedia (Nigussie dkk., 2012).
C. Hipotesis
Hipotesis yang di ajukan dalam penelitian ini adalah di duga terdapat interaksi dengan
pemberian biochar sekam padi dan pupuk NPK.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas


Tanjungpura Pontianak. Waktu penelitian direncanakan kurang lebih 3 bulan.
B. Bahan dan Alat
1. Bahan Penelitian

a. Benih
b. Tanah
c. Polybag
d. Pupuk NPK
e. Biochar sekam padi
f. Air
2. Alat Penelitian
Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayakan tanah, cangkul, parang,
timbangan, pH meter, kamera, mistar, alat tulis, terpal, ember, pisau, cutter, kertas label,
karung, meteran, dan alat-alat lainnya yang dapat menunjang penelitian ini.
C. Rancangan Percobaan
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pola faktorial rancangan acak
lengkap (RAL). Faktor pertama yaitu pemberian biochar sekam padi yang terdiri dari 3 taraf,
faktor kedua pemberian pupuk NPK yang terdiri dari 3 taraf. Perlakuan diulang sebanyak 3
ulangan dan tiap ulangan terdapat 3 unit sampel, sehingga diperoleh sebanyak 81 tanaman.
Faktor Perlakuan:
1. Faktor Pemberian Biochar Sekam Padi (b), terdiri dari:
b1= Biochar sebanyak 6 ton/ha, setara dengan 120 g/polybag
b2= Biochar sebanyak 8 ton/ha, setara dengan 160 g/polybag
b3= Biochar sebanyak 10 ton/ha, setara dengan 200 g/polybag
2. Faktor Pemberian Pupuk NPK (p), terdiri dari:
p1= 15 g/polybag
p2= 20 g/polybag
p3= 25 g/polybag
Sehingga diperoleh 9 kombinasi penelitian yaitu: b1p1, b1p2, b1p3, b2p1, b2p2, b2p3,
b3p1, b3p2, b3p3.

D. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini meliputi berbagai kegiatan yang terdiri dari:
1. Persiapan Tempat Penelitian
Lahan yang akan dipakai sebagai tempat penanaman harus dibersihkan terlebih dahulu
dari segala macam gulma dan akar bekas tanaman sebelumnya, pembersihan lahan dengan
menggunakan parang dan cangkul atau sabit agar memudahkan dalam meletakkan polybag.
2. Penyemaian
Penyemaian benih tomat menggunakan gelas plastik, pada media tanam campuran
tanah PMK dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Tanah dan pupuk kandang
tersebut diaduk merata kemudian dimasukkan ke dalam gelas plastik, tiap gelas berisi 1 benih
tomat. Persemaian dilakukan pada kondisi yang cukup sinar matahari, agar tanaman
berkecambah dengan baik dan tidak mengalami etiolasi.
3. Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah tanah PMK. Sebelum melakukan pengambilan tanah
untuk media tanam, terlebih dahulu dilakukan pengambilan sampel tanah untuk dianalisis.
Tanah kemudian dikering anginkan selama satu minggu, lalu dibersihkan dari serasah dan
kerikil-kerikil dengan cara diayak menggunakan ayakan 0, 5 cm x 0,5 cm.
4. Pengapuran
Pengapuran menggunakan kapur dolomit untuk menaikan pH tanah PMK yang
semula 3, 31 menjadi 7. Pengapuran dilakukan 2 minggu sebelum tanam yaitu dengan
mencampurkan kapur dan tanah secara merata kemudian di inkubasi selama 2 minggu.
5. Pengaplikasian biochar sekam padi
Pemberian biochar sesuai dengan dosis perlakuan yang sudah ditentukan, yaitu:
perlakuan b1 = biochar sebanyak 10 ton/ha, atau setara dengan 200 g/polybag, b2= biochar
sebanyak 15 ton/ha, setara dengan 300 g/polybag, b3= biochar sebanyak 20 ton/ha, setara
dengan 400 g/polybag. Biochar diberikan pada tanah 2 minggu sebelum penanaman, yaitu
dengan cara mencampurkan biochar tersebut dengan tanah di dalam polybag secara merata.
6. Penanaman
Penanaman dilakukan setelah tanaman berumur 20 hari di persemaian dan telah
tumbuh 3-4 daun sempurna berwarna hijau, penampakan tanaman segar dan tumbuh tegak.
pemindahan dari persemaian ke polybag dilakukan dengan sistem putaran, yaitu dengan
merobek gelas plastik kemudian mengikutsertakan tanah dari gelas ke dalam media tanam di
polybag yang telah diberi lubang tanam dengan diameter 7 cm dan kedalaman 15 cm, dimana
setiap polybag ditanami 1 tanaman. Proses penanaman dilakukan pada pagi hari, setelah
selesai dipindahkan pada polybag, polybag kemudian diletakkan sesuai denah penelitian,
dengan jarak tanam 40 cm x 50 cm.
Bibit yang sudah disiapkan dipindahkan ke media tanam dengan cara mencabut bibit
beserta sedikit media tanam yang masih menempel. Pemindahan bibit dilakukan dengan
hati-hati supaya perakaran tanaman tidak rusak. Bibit ditanam sedalam leher akar, ditutup
dengan tanah sambil ditekan-tekan dengan jari agar tidak mudah tumbang.
7. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman tanaman dilakukan sebanyak 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore
hari, apabila hujan, tanaman tidak disiram.
b. Penyulaman
Penyulaman dilakukan ketika ada tanaman yang mati, menggunakan tanaman
dengan umur tanam yang sama.
c. Penyiangan gulma
Apabila pada lahan terdapat gulma, maka gulma dikendalikan dengan cara mencabut
secara langsung dengan tangan, kecuali gulma jenis kayu-kayuan, dapat ditebas
menggunakan parang atau cangkul, begitu pula gulma yang terdapat dalam polybag,
dapat dicabut langsung dengan tangan.
d. Pencegahan terhadap hama dan penyakit
Pencegahan hama penyakit menggunakan bawang putih yang di haluskan,
kemudian tambahkan 600 ml air. Air rendaman yang akan di semprotkan pada tanaman
apabila terjadi serangan hama dan penyakit.
e. Pengajiran
Pengajiran dilakukan setelah tanaman berumur 4 minggu setelah tanam agar
tanaman tidak mudah roboh, yaitu menggunakan kayu dengan panjang 175 cm. Pengajiran
dengan cara menancapkan kayu tegak lurus ke atas secara hati-hati agar tidak melukai
perakaran tomat. Setelah ditancapkan, kemudian tanaman diikat pada kayu menggunakan
tali rapia.
8. Panen
Panen dapat dilakukan dengan melihat ciri-ciri kulit buah berubah dari warna hijau
menjadi kekuning-kuningan, bagian tepi daun tua mengering dan batang menguning.
Pemanenan dilakukan dengan cara memotong tangkai buah. Panen dilakukan sebanyak 5
kali dari awal sampai akhir penelitian.

E. Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi:
1. Tinggi tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh tanaman
yang tertinggi. Pengukuran dimulai saat tanaman berumur 14 HST, 24, HST, 34 HST dan 44
HST setelah tanam sampai akhir fase pertumbuhan vegetatif dengan interval 10 hari sekali.
2. Volume akar (cm3)
Pengambilan akar tanaman dilakukan dengan cara membongkar tanah setiap 1 polybag
sampel pada masing-masing ulangan yang telah ditentukan sejak penanaman, lalu akar
tanaman dipotong pada leher akar. Akar dibersihkan kemudian dimasukan dalam gelas ukur
hingga akar tenggelam. Pengukuran volume akar dilaksanakan pada tanaman mencapai fase
vegetatif maksimum. Pengukuran volume akar dilakukan dengan memasukkan akar yang
telah dibersihkan kedalam air yang sudah di ukur volumenya menggunakan gelas ukur.
Setelah terjadi pertambahan volume air maka ukur volume air tersebut, maka selisih volume
air merupakan volume akar.
Rumus: Volume akar = volume air setelah akar dimasukkan-volume air sebelum akar
dimasukan.
3. Berat Kering Tanaman (g)
Pengukuran berat kering dilakukan setelah tanaman memasuki tahap vegetatif
maksimum dan hanya diambil satu sampel tanaman setiap perlakuannya. Tanaman dengan
akarnya dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang menempel kemudian dikeringkan
dengan oven pada suhu 80°C selama 48 jam sampai berat kering konstan. Berat kering
ditimbang dengan timbangan digital.
4. Diameter Batang (cm)
Pengukuran diameter batang dilakukan dengan menggunakan jangka sorong,
pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 21, 28, 36, 43 mst, kemudian data diameter
batang tanaman tomat yang diolah scara statistik yaitu data dari minggu terakir pada
pengamatan fase vegetativ.
5. Jumlah Buah Per tanaman
Jumlah buah per tanaman ditentukan dengan menghitung jumlah buah yang dipanen
pertanaman, dan dilakukan setiap kali panen.
6. Berat Buah Pertanaman (g)
Berat buah ditimbang pertanaman, dilakukan setiap kali panen, dan ditimbang
menggunakan timbangan digital.
7. Berat Buah Per Buah
Setiap buah di timbang kemudian di catat dan di pisahkan berdasarkan perlakuan.
F. Analisis Statistik
Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian di analisis secara statistik terhadap
variabel pengamatan yang telah diamati. Menurut Gaspersz (1994) model matematika yang
digunakan dalam eksperimen lapangan dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL)
factorial adalah sebagai berikut:
Yijk = µ + Ui + Nj + (UN)ij + εijk;
dimana:
Yijk = Hasil pengamatan dan faktor biochar sekam padi taraf ke-I dan pupuk
NPK taraf ke-j pada satuan percobaan ke-k
µ = Rataan umum
Ui = Pengaruh dari biochar sekam padi taraf ke-i
Nj = Pengaruh dari pupuk NPK taraf ke-j
(UN)ij = Pengaruh interaksi dari faktor biochar sekam padi taraf ke-i dan faktor
pupuk NPK taraf ke-j
εijk = Pengaruh galat percobaan dari faktor biochar sekam padi pada taraf ke-i
dan faktor pupuk NPK taraf ke-j pada satuan percobaan ke-k.
I = taraf biochar sekam padi (1,2)
j = taraf dosis NPK (1,2 ...,5)
k = ulangan (1,2,3)
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Miranti Verdiana. Thamrin, Husni Sebayang. Sumarni, Titin. 2016. Pengaruh Berbagai
Dosis Biochar Sekam Padi Dan Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Jagung (Zea mays L.). Jurnal Produksi Tanaman, Vol. 4 No. 8, Desember 2016:
611-616

Alianti, Y., Zubaidah, S. dan Saraswati, D. 2016. Tanggapan Tanaman Tomat Terhadap
Pemberian Biochar dan Pupuk Hayati Pada Tanah Gambut. Jurnal Agri Peat. Vol 17. No:
2, 115-125

Badan Pusat Statistik. 2013. PRODUKTIVITAS TANAMAN PADI DI INDONESIA (Online)


Available at http://www.bps.gp.id

Burhanuddin. Nurmansyah. 2010. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Dan Kapur Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Nilam Pada Tanah Podsolik Merah Kuning. Bul. Littro. Vol.
21 No. 2, 2010, 138 – 144

BPTS. 2009. Respon Tanaman Tomat Terhadap Penggunaan Pupuk Majemuk NPK 15-15-15
Pada Tanah Latosol Pada Musim Kemarau. Tangkuban Perahu: Balai Penelitian
Tanaman Sayuran (BPTS) Indonesia

Febryanto. 2020. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum Esculentum mill).
Skripsi. Pekan Baru: Fakultas Pertanian Dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim
Gani, Anischan. 2009. “Potensi Arang Hayati „ Biochar ‟ Sebagai Komponen Teknologi
Perbaikan Produktivitas Lahan Pertanian. ” Jurnal Iptek Tanaman Pangan 4(1): 33–48

Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan untuk Ilmu-Ilmu Pertanian, Ilmu Teknik
dan Biologi. Bandung: Armico
Herman, W., & Resigia, E. (2018). Pemanfaatan Biochar sekam dan kompos jerami padi
terhadap pertumbuhan dan produksi padi (Oryza sativa) pada tanah ordo ultisol. Jurnal
Ilmiah Pertanian, 42-50

Hadili. 2021. Pengaruh Berbagasi Dosis Biochar Sekam Padi Terhadap Pertumbuhan Dan
Hasil Tanaman Terung Hijau Pada Tanah Podsolok Merah Kuning. Skripsi. Pontianak.
Universitas Tanjungpura, Fakultas Pertanian
Kartika, E., Gani, Z., & Kurniawan, D. (2013). Tanggapan Tanaman Tomat (Lycopersicum
esculentum. Mill) Terhadap Pemberian Kombinasi Pupuk Organik Dan Pupuk
Anorganik. 122-131

Lehmann, J. and S. Joseph. 2009. Biochar For Environmental Management. Earthscan: 127-143.
United Kingdom
Naikofi, Kristina Irna Sari dan Neonbeni, Eduardus Yosef. 2016. Pengaruh Biochar Sekam Padi
yang Diperkaya Hara dan Ketebalan Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada
Darat. Jurnal Pertanian Konservasi Lahan Kering. Vol: 1 (14) 116-117. Savana Cendana

Noni Sari, Kristina. 2019. Pengaruh Kombinasi Biochar Sekam Padi Dan Pupuk Kotoran Ayam
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kale (Brassica oleraceae var. acephala L) Pada
Tanah Gambut. Skripsi. Pontianak. Universitas Tanjungpura, Fakultas Pertanian

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Jakarta : agromedia Pustaka

Nigussie, A., Kissi, E. Misganaw, M., Ambaw, G. 2012. Effect of Biochar Application on Soil
Properties and Nutrient Uptake of Lettuces (Lactuca sativa) Grown in Chromium
Polluted Soils. American-Eurasian J. Agric. and Environ. Sci. 12 (3): 369-376
Prahasta, Arief, M.P. 2008. Agribisnis Tomat. Bandung: PUSTAKA GRAFIKA

Pitojo. S. 2005. Benih Tomat. Kanisius. Yogyakarta

Rachim, A. D dan Mahfud Arifin. 2011. Klasifikasi Tanah di Indonesia. Bandung: Pustaka Reka
Cipta

Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung

Soepardi, G.1983 Sifat dan Ciri Tanah. Bogor: Agro IPB.

Setiawan, M.A., E. Efendi dan R. Mawarni. 2018. Effect of organic fertilizer and NPK Fertilizer
Application on Growth and yield of mungbem (Vigna radiata). Jurnal penelitian pertanian
BERNAS, Vol. 14 No.3 (2018)
Salam, A.K. 2012. Ilmu Tanah Fundamental. Bandar Lampung: Global Medani Press

Tribuyeni. Syahrudin dan Widiastuti, L. Pemberian Biochar Tempurung Kelapa dan Pupuk
Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kubis Bunga (Brassica oleraceae var.
botrytis L) pada Tanah Gambut Pedalaman. Jurnal Agri peat. Vol. 17 No. 1, hal: 1-10.
Bandung

Totong, O., Hadid, A., & Mas'ud, H. (2016). Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Tomat
(Lycopersicum Esculentum Mill) Pada Berbagai Media Tumbuh Dengan Interval
Penyiraman Air Kelapa Yang Berbeda. e-J. Agrotekbis, 693-701
Tjitrosoepomo, G. 1991. Taksonomi Tanaman. Gajah Mada University Press, Yogyakarta

Wiryanta, B.T.W. 2002. Bertanam Tomat. Jakarta: Penerbit Agro Media Pustaka

Y, A., S, Z., & D, S. (2016). TANGGAPAN TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum


Mill.) TERHADAP PEMBERIAN BIOCHAR DAN PUPUK HAYATI PADA TANAH
GAMBUT. Jurnal AGRI PEAT, 115 -125 .

Zulfita, D., Surachman , & Santoso, E. (2019). Aplikasi Biochar Sekam Padi Dan Pupuk NPK
Terhadap Serapan N, P, K Dan Komponen Hasil Jagung Manis Di Lahan Gambut .
http://ejournal.uniska-kediri.ac.id/index.php/HijauCendekia , 42-49.

Anda mungkin juga menyukai