Anda di halaman 1dari 64

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan tanaman
sayuran yang sudah dibudidayakan sejak ratusan tahun silam, tetapi belum
diketahui dengan pasti kapan awal penyebarannya. Menurut sejarahnya tanaman
tomat diduga berasal dari Benua Amerika, terutama kawasan Amerika Selatan dan
menyebar di beberapa negara di Eropa, Afrika, dan Asia. Tanaman tomat ini
diduga masuk ke Indonesia pada tahun 1811 (Purwati, 2007).
Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu
jenis sayuran penting di Indonesia. Tomat saat ini merupakan salah satu
komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi. Permintaanya meningkat
dari waktu ke waktu. Buahnya merupakan sumber vitamin dan mineral.
Digunakan sebagai bumbu masak, sebagai bahan baku industri makanan seperti
sari buah dan saus tomat, dan dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam
penyakit. Setiap 100 g buah tomat mengandung kalori (20 kal), protein (1 g),
karbohidrat (4,2 g), lemak (0,3g), kalsium (5 mg), fosfor (26 mg), zat besi (0,5
mg), vitamin A (karoten) 1500 SI, vitamin B (tiamin) 0,06 mg dan vitamin C 40
mg, air (94 g) (Bambang, 2008).
Data produksi tomat di Indonesia menunjukkan bahwa produktivitas tomat
pada tahun 2015 sebesar 16,09 ton/Ha, sedangkan pada tahun 2016
produktivitasnya menurun menjadi 15,31 ton/Ha (Badan Pusat Statistik dan
Direktorat Jenderal Hortikultura, 2017). Penurunan produktivitas tomat tersebut
disebabkan oleh penerapan teknik budidaya yang belum baik dan benar. Salah
satu faktor menurunnya produktifias pada budidaya tomat adalah karena tingginya
kerontokan bunga. Kerontokan bunga disebabkan oleh beberapa faktor yaitu suhu
udara lingkungan yang tinggi dengan kelembaban udara yang rendah, kegagalan
pembungaan, kekurangan air pada saat pembungaan dan kekurangan salah satu
unsur nutrisi. Usaha yang dapat dilakukan dalam menangani penurunan produksi
tomat akibat kerontokan bunga yaitu dengan mengoptimalkan keberhasilan
pembungaan menjadi pembuahan. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan
memberikan hormon serta pupuk pada tanaman tomat.

1
2

Sebagian besar para petani menggunakan hormon serta pupuk sintetis dalam
menanggulangi kerontokan bunga yang mengakibatkan lingkungan menjadi
tercemar atau kurang ramah lingkungan. Selain itu, biaya yang dikeluarkan dalam
memenuhi kebutuhan hormon sintetis membutuhkan biaya yang cukup banyak.
Unsur hara yang berperan dalam memperkuat pembungaan yaitu kalium (K).
Kalium (K) merupakan salah satu unsur hara makro yang penting bagi
tanaman, karena unsur ini terlibat langsung dalam beberapa proses fisiologis
antara lain, berperan dalam pengendalian tekanan osmotik dan turgor sel serta
stabilitas pH, berperan dalam aktivitas enzim pada sintesis karbohidrat dan
protein, serta meningkatkan translokasi fotosintat ke luar daun
(Marschener,1995).
Tanaman tomat menyerap unsur K dalam jumlah yang banyak berkisar
antara 1-5% dari bobot kering tanaman (Chen dan Gabelman, 2000), sementara
ketersediaannya dalam larutan tanah relatif rendah, sehingga terjadi defisiensi K.
Selama pertumbuhan tanaman tomat, kalium berperan dalam pengerasan batang,
penguatan akar, peningkatan kualitas buah, serta peningkatan ketahanan terhadap
beberapa jenis hama, penyakit, dan kekeringan. Defisiensi K menyebabkan
pertumbuhan kuncup terhenti dan mati, pertumbuhan tanaman lemah, daun tua
menunjukkan nekrosis, buah muda rontok, ukuran buah kecil, warna buah
kehijauan, rasa buah kurang mengandung asam (Helena dan Anas, 2016).
Serapan unsur hara K yang dibutuhkan tanaman tomat dalam bobot buah
22,40 ton/Ha adalah 149,10 kg/Ha (Majdid, 2009) atau setara dengan 8,2 g/tan.
Kalium yang bersifat mobile dalam tanaman akan ditranslokasikan menuju bagian
tanaman yang membutuhkan. Apabila unsur hara kalium tidak terpenuhi
kebutuhannya maka akan terjadi translokasi K dari bagian tanaman yang tua
menuju bagian tanaman yang muda (Sutedjo, 2010). Penambahan unsur hara K
bisa melalui tanah dengan pemberian pupuk kimia seperti KCL ataupun melalui
daun dengan pemberian bahan organik. Sebagai upaya dalam meningkatkan
efisiensi penggunaan unsur K, maka teknik pemberian pupuk yang meliputi dosis
dan waktu pemberian yang tepat perlu diperhatikan.
Pemberian bahan organik merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan unsur K pada tomat. Manfaat lain dari penggunaan
3

bahan organik adalah untuk mengurangi pemakaian pupuk kimia, untuk itu upaya
yang dilakukan dalam perkembangan budidaya tanaman adanya bahan-bahan
organik. Salah satu bahan organik tanaman yang diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan tomat akan unsur K adalah pemberian air kelapa tua.
Kandungan unsur kalium pada air kelapa kemungkinan dapat meningkatkan
petumbuhan dan hasil tanaman tomat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air
kelapa kaya akan (K) hingga 17%. Selain kaya mineral, air kelapa juga
mengandung gula antara 1,7 sampai 2,6% dan protein 0,07 hingga 0,55%. Mineral
lainnya antara lain magnesium (Mg), ferum (Fe), cuprun (Cu), dan sulfur (S).
Selain mineral, air kelapa juga mengandung berbagai macam vitamin seperti asam
sitrat, asam nikotinat, asam pantotenal, dan asam folat.
Air kelapa juga mengandung hormon giberelin (0,460 ppm GA3, 0,255 ppm
GA5, dan 0,053 ppm GA7), sitokinin (0,441ppm kinetin dan 0,247 ppm zeatin)
dan auksin (0,237 ppm IAA) (Djamhuri, 2011). Seperti yang sering kita liat, tunas
kelapa mampu tumbuh secara baik dan subur, berkat cadangan makanan untuk
pertumbuhannya yang tersimpan pada air kelapa. Akan tetapi, kebanyakan
masyarakat belum menyadari hal tersebut, bahwa air kelapa dapat digunakan
sebagai pupuk tanaman. Hasil penlitian Ritawati, Firnia, dan Rosyitah (2017)
memperlihatkan perlakuan pemberian DOSIS konsentrasi air kelapa 1000 ml (100
%) memberikan pengaruh terbaik terhadap parameter bobot buah tomat per
tanaman (84,63 g) dan diameter buah (28,68 mm). Belum Nampak di
Pendahuluan, hubungan dosis dan waktu pemberian air kelapa thdp pertumbuhan
dan hasil tomat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi hasil tentang dosis
yang paling optimum dan waktu pemberian air kelapa yang tepat dimana air
kelapa digunakan sebagai pupuk organik cair sekaligus hormon pertumbuhan
sehingga dalam pengaplikasiannya sesuai dengan tujuan utama yaitu
meningkatkan pertumbuhan dan hasil dari tanaman tomat.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah dosis pemberian air kelapa dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) ?
4

2. Apakah waktu pemberian air kelapa yang berbeda berpengaruh terhadap


pertumbuhan dan hasil tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.)?
3. Apakah ada interaksi antara dosis dan waktu pemberian air kelapa terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.)?

1.3. Tujan Penelitian


1. Mengetahui pengaruh pemberian air kelapa terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.)
2. Mengetahui dosis air kelapa yang optimum bagi pertumbuhan dan hasil
tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.)
3. Mengetahui waktu pemberian air kelapa yang tepat bagi pertumbuhan dan hasil
tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.)

1.4. Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang perbandingan
dan interaksi antara dosis air kelapa dan interval waktu penyiraman air kelapa
pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) yang dapat
mengoptimalkan pertumbuhan dan hasilnya dengan ramah lingkungan,
mengurangi penggunaan pupuk kimia serta mendukung sistem pertanian yang
berkelanjutan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum L )


Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan tanaman
semusim. Klasifikasi tanaman tomat yaitu sebagai berikut (Supriadi, 2013):
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatopyhta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa/ordo : Tubiflorae
Suku/familia : Solanaceae
Marga/genus : Lycopersicum
Jenis/spesies : Lycopersicum esculentum Mill.
Tanaman tomat merupakan salah satu tanaman hortikultura yang sangat
banyak dibudidayakan, baik di Indonesia maupun di dunia. Buah tomat juga
banyak dimanfaatkan bahan baku industri, misalnya tomat segar dapat diolah
menjadi saus, bahan kosmetika, bahkan sebagai bahan obat-obatan. Kandungan
vitaminnya yang cukup lengkap dalam buah tomat dipercaya dapat
menyembuhkan berbagai penyakit. Mengkonsumsi buah tomat secara teratur
dapat mencegah penyakit kanker, terutama kanker prostat (Saragih, 2008).

2.2. Morfologi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum L)


Tanaman tomat secara morfologi berbentuk perdu atau semak yang menjalar
pada permukaan tanah dengan panjang mencapai sekitar 2 meter. Tomat termasuk
golongan tanaman semusim atau berumur pendek. Maksudnya hanya sekali
berproduksi dan setelah itu mati. Tanaman tomat terdiri atas bagian akar,
batang,daun bunga, dan buah sebagai bagian terpenting dari hasil utama produk.
Bagian-bagian tubuh tumbuhan tersebut berperan dalam aktivitas hidup
tumbuhan, seperti penyerapan air, pernapasan, fotosintesis, pengangkutan zat
makanan, dan perkembangbiakan (Widya, 2009).
2.2.1. Akar
Akar tumbuhan merupakan struktur tumbuhan yang terdapat dalam tanah.
Akar sebagai tempat masuknya mineral (zat-zat hara) dari tanah menuju keseluruh

5
6

bagian tumbuhan. Akar merupakan kelanjutan sumbu tumbuhan. Sebagai


tumbuhan dikotil, maka tanaman tomat memiliki akar tunggang yang tumbuh
menembus ke dalam tanah dan akar serabut yang tumbuh menyebar ke arah
samping. Perakaran tanaman tomat tidak terlalu dalam, menyebar ke segala arah
hingga kedalaman rata-rata 30-40 cm, namun dapat mencapai 60-70 cm (Purwati
dan Khairunisa, 2007).
Menurut Purwati dan Khairunisa (2007), Secara morfologi (struktur luar)
akar tersusun atas rambut akar, batang akar, ujung akar, dan tudung akar. Adapun
secara anatomi (struktur dalam), akar tersusun atas epidermis, korteks,
endodermis, dan silinder pusat. Akar tanaman tomat berfungsi untuk menopang
berdirinya tanaman serta menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah. Oleh
karena itu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman
tomat (Pitojo, 2005).
2.2.2. Batang
Batang tanaman tomat berwarna hijau berbentuk persegi empat hingga
bulat, berbatang lunak tetapi cukup kuat, berbulu atau berambut halus dan diantara
bulu-bulu itu terdapat rambut kelenjar (Tugiyono, 2005). Batang dapat naik dan
bersandar pada turus atau merambat pada tali, namun harus dibantu dengan
beberapa ikatan. Batang tanaman tomat berbentuk silinder dengan diameter bisa
mencapai 4 cm walaupun batangnya tidak sekeras tanaman tahunan, tetapi cukup
kuat. Permukaan batang ditutupi oleh bulu-bulu rambut halus terutama dibagian
yang berwarna hijau. Tanaman tomat jika dibiarkan akan menjadi melata dan
cukup rimbun hingga menutupi tanah. Bercabang banyak sehingga secara
keseluruhan berbentuk perdu (Rismunandar, 2001).
Berdasarkan tipe pertumbuhan batangnya, tanaman tomat dapat dibedakan
menjadi 3 tipe yaitu (1) Determinate: pertumbuhan batang yang diakhiri dengan
rangkaian bunga atau buah, periode panen buah relatif pendek, dan habistus
tanaman relatif rendah. (2) Indeterminate: pertumbuhan batang yang tidak diakhiri
dengan rangkaian bunga atau buah, periode panen buah relatif panjang, dan
habitus tanaman umumnya timggi. (3) Semi-intermediet: pertumbuhan batang
yang mempunyai sifat-sifat deteminate dan indeteminate (Supriadi, 2013).
7

2.2.3. Daun
Secara morfologi, pada umumnya Daun memiliki bagian-bagian helaian
daun (lamina) dan tangkai daun (petiolus) pada tangkai daun terdapat bagian yang
menempel pada batang yang disebut tangkai daun. Daun majemuk pada tanaman
tomat tumbuh berselang seling atau tersusun mengelilingi batang tanaman. Daun
berbentuk oval, berwarna hijau, bagian tepi daun bergerigi daun tomat terdiri atas
helaian daun dan tangkai daun. Pada dasarnya, anatomi daun serupa dengan
anatomi batang. Bila kita Pengamatan mengamati daun dibawah mikroskop, akan
tampak bagian-bagian dari atas ke bawah yaitu epidermis, jaringan tiang (jaringan
palisade), jaringan bunga karang (jaringan spons), dan berkas pembuluh angkut
daun. Jumlah daun biasanya ganjil, yakni berjumlah 5 atau 7 helai (Purwati dan
Khairunisa, 2007).
Daun merupakan organ pada tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat
fotosintesis, transpirasi, dan sebagai alat pernapasan. Hasil fotosintesis berupa
gula (glukosa) dan oksigen. Glukosa hasil-hasil fotosintesis akan diangkut oleh
pembuluh tapis dan diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan. Oksigen dikeluarkan
melalui stomata daun dan sebagian digunakan untuk respirasi sel-sel di daun.
Daun juga berperan penting dalam transpirasi, dimana transpirasi merupakan
peristiwa penguapan pada tumbuhan. Transpirasi dapat pula melalui batang, tetapi
umumnya berlangsung melalui daun. Melauli transpirasi, air dari tumbuhan dalam
bentuk uap air akan dikeluarkan melauli stomata ke udara. Adanya transpirasi
menyebabkan aliran air dan mineral dari akar, batang, dan tangkai daun terjadi
secara terus-menerus (Purwati dan Khairunisa, 2007). Ini cerita fisiologi, bukan
botani atau morfologi
2.2.4. Bunga
Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan kuntum bunganya terdiri dari
lima helai daun kelopak dan lima helai mahkota. Pada serbuk sari bunga terdapat
kantong yang letaknya menjadi satu dan membentuk bumbung yang mengelilingi
tangkai kepala putik. Bunga tomat dapat melakukan penyerbukan sendiri karena
tipe bunganya berumah satu, meskipun demikian tidak menutup kemungkinan
terjadi penyerbukan silang. Bunga tersusun dalam dompolan dengan jumlah 5-10
bunga per dompolan atau tergantung dari varietasnya (Wiryanta, 2002).
8

Tipe bunga tomat yaitu hermaprodit dimana posisi stigma lebih rendah dari
pada tabung polen. Tomat memiliki perhiasan bunga berupa mahkota yang
memiliki tiga warna yaitu kuning, orange, dan putih. Bunganya berada pada
tandan bunga dengan posisi tandan bunga berada ujung pucuk (terminal) dan
berada diantara buku buku batang (aksial). Posisi tandan bunga inilah yang
menunjukkan tipe tomat berdasarkan tipe pertumbuhan (Syukur, Saputra, dan
Heryanto, 2015).
2.2.5. Buah
Bentuk dan ukuran buah tomat juga beragam dimana buahnya memiliki
rongga minimal dua. Jumlah rongga buah 2 dan 4 yang banyak diminati
konsumen yang digunakan dalam penyajian buah meja (Syukur et al., 2015). Buah
tomat termasuk buah buni, berdaging, beragam dalam bentuk, dan ukuranya yang
memiliki 2 atau 3 ruang yang berisi biji didalamnya (Pitojo, 2005).
Buah tomat memiliki bentuk bervariasi tergantung pada jenisnya.
Bentuknya ada yang bulat, agak bulat, agak lonjong, bulat telur (oval), dan bulat
persegi. Ukuran buah tomat juga sangat bervariasi, dari yang berukuran paling
kecil seberat 8 gram hingga yang berukuran besar seberat sampai180 gram
(Tugiyono, 2005).
Diameter buah tomat antara 2-15 cm, tergantung varietasnya Buah yang
masih muda berwarna hijau dan berbulu serta relatif keras, setelah tua berwarna
merah muda, merah, atau kuning, cerah dan mengkilat, serta relatif lunak. Jumlah
ruang di dalam buah juga bervariasi, ada yang hanya dua seperti pada buah tomat
cherry dan tomat roma atau lebih dari dua seperti tomat marmade yang beruang
delapan (Pitojo, 2005).
2.2.6. Biji
Biji tomat berbentuk pipih, berbulu, dan berwarna putih, putih kekuningan
atau coklat muda. Biji saling melekat, diselimuti daging buah, dan tersusun
berkelompok dengan dibatasi daging buah. Panjangnya 3-5 mm dan lebar 2-4
mm. Jumlah biji setiap buahnya bervariasi, tergantung pada varietas dan
lingkungan, maksimum 200 biji per buah. Biji biasanya digunakan untuk bahan
perbanyakan tanaman. Biji mulai tumbuh setelah ditanam 5-10 hari (Tugiyono,
2005). Tomat memiliki banyak biji yang berbentuk seperti ginjal atau buah pear
9

dengan permukaan yang berbulu, dan embrio yang terdapat di dalam endosperm
(Naika, Gofau, dan Hilmi, 2005).

2.3. Stadia Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Tomat


(Lycopersicum esculentum L)
Pertumbuhan didefinisikan sebagai suatu peningkatan ukuran yang proses
tidak dapat balik (Ireversible), serta dihasilkan dari pembelahan sel dan
perbesaran sel. Pertumbuhan menyangkut aspek kuantitatif sehingga dapat
dinyatakan dengan angka dan dapat diukur dengan alat ukur panjang atau berat.
Melalui suatu rangkaian pembelahan mitosis, zigot akan menjadi embrio
multiseluler didalam sebuah biji. Setelah perkecambahan, terjadi pembelahan
mitosis yang sebagian besar terpusat pada meristem apikal dekat dengan ujung
akar dan ujung tunas. Pembesaran sel-sel yang baru dibuat inilah yang
bertanggung jawab terhadap peningkatan ukuran sesungguhnya dari suatu
tumbuhan (Campbell, 2003).
Tanaman tomat dalam pertumbuhannya memerlukan zat-zat makanan atau
unsur hara yang terdiri atas unsur hara makro, seperti N, P, K, S, Mg, Ca dan
unsur hara mikro. Seperti Mo, Cu, B, Zn, Fe, Mn. Unsur hara makro merupakan
unsur hara yang paling banyak diperlukan tanaman dalam pertumbuhannya.
Sedangkan unsur hara mikro hanya diperlukan dalam jumlah sedikit oleh
tanaman, namun unsur hara mikro harus tetap tersedia didalam tanah. Sebab,
kekurangan salah satu dari unsur hara tersebut tanaman akan menunjukkan gejala
defisiensi sehingga dapat mengganggu pertumbuhannya (Santi, 2006).

2.4. Syarat Tumbuh Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum L)


2.4.1. Iklim
Tanaman tomat dapat tumbuh pada kondisi lingkungan yang beragam.
Namun, untuk memperoleh hasil yang optimum, tomat membutuhkan lingkungan
yang memiliki sistem pengairan dan sinar matahari yang cukup. Pengairan yang
berlebihan dapat menyebabkan kelembapan tanah menjadi tinggi sehingga timbul
berbagai macam penyakit (Purwati dan Khairunisa, 2007). Suhu yang paling ideal
untuk perkecambahan benih tomat adalah 25-30°C, sedangkan suhu ideal untuk
pertumbuhan tanaman tomat adalah 24-28°C. Suhu yang ideal berpengaruh baik
10

terhadap warna buah tomat sehingga warna yang dihasilkan merah merata
(Ashari, 1995). Kelembaban relatif yang baik untuk pertumbuhan tanaman tomat
ialah 25%. Keadaan ini akan merangsang pertumbuhan untuk tanaman tomat yang
masih muda karena asimilasi CO2 menjadi lebih baik melalui stomata yang
membuka lebih banyak. Akan tetapi, kelembaban relatif yang tinggi juga dapat
merangsang mikroorganisme pengganggu tanaman (Leovini, 2012). Kelembapan
udara yang tinggi akan menyebabkan tanaman tomat terserang penyakit busuk
daun (Sutini, 2008)
Tanaman Tomat dapat tumbuh dengan baik didaerah dataran rendah
hingga dataran tinggi sampai ketinggian 1.250 mdpl. Di Indonesia, tanaman tomat
banyak dibudidayakan di daerah dengan ketinggian mulai 100 mdpl (Sutini,
2008). Curah hujan yang optimum untuk tanaman tomat yaitu 100-200mm/bulan.
Waktu penanaman tanaman tomat yang baik adalah 2 bulan sebelum musim hujan
atau awal musim kemarau dan diusahakan pada waktu musim hujan atau awal
musim kemarau (Elmi, 2006).
Tanaman tomat membutuhkan penyinaran penuh sepanjang hari untuk
produksi yang menguntungkan, tetapi dengan iklim yang sejuk dan sinar yang
tidak terlalu terik. Menurut Harjadi dan Sunarjono (1989) cahaya sebaiknya tidak
terlalu terik ataupun terlalu redup. Cahaya yang terlalu terik dapat meningkatkan
transpirasi, memperbanyak gugur bunga dan gugur buah. Kekurangan sinar
matahari akan menyebabkan pertumbuhan memanjang, lemah dan pucat (Elmi,
2006). Tanaman tomat memerlukan intensitas cahaya matahari sekurang-
kurangnya 10-12 jam setiap hari. Cahaya matahari tersebut dipergunakan untuk
proses fotosintesis, pembentukan bunga, pembentukan buah, dan pemasakan buah
(Wiryanta, 2002).
2.4.2. Tanah
Tomat membutuhkan media tanam berupa tanah yang gembur, berpasir,
subur dan banyak mengandung humus. Supaya mendapatkan hasil yang baik,
tomat memerlukan tanah dengan derajat keasaman (pH tanah) 5,5-6,5. Tanah yang
ber-pH rendah (asam), perlu ditambahkan kapur Dolomit (CaCO3) (Purwati dan
Khairunisa, 2007). Tanaman tomat tidak menyukai tanah yang tergenang air atau
becek. Tanah yang demikian menyebabkan akar tanaman mudah busuk dan tidak
11

mampu mengambil zat-zat hara dari dalam tanah karena sirkulasi udara dalam
tanah di sekitar akar tanaman tomat kurang baik, akibatnya tanaman tomat mati
(Tugiyono, 2005).
Kandungan bahan organik dalam tanah juga mempengaruhi ketersediaan
unsur hara. Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi memiliki kapasitas
tukar kation yang tinggi, hal ini mempengaruhi ketersediaan hara yang dapat
diserap oleh tanaman. Selain itu, kandungan bahan organik dalam tanah
menimbulkan adanya aktivitas mikroorganisme dalam tanah, bakteri pengurai,
jamur, yang mengundang organisme lainnya seperti cacing, sehingga terbentuk
rongga dalam tanah yang dapat menjadi pori udara dan pori air. Dengan demikian,
ketersediaan air dan udara dalam tanah tercukupi (Tafajani, 2010).

2.5. Kandungan Gizi dan Manfaat Buah Tomat


Tomat sangat bermanfaat bagi tubuh, karena mengandung vitamin dan
mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan. Buah tomat juga
mengandung zat pembangun jaringan tubuh manusia dan zat yang dapat
meningkatkan energi untuk bergerak dan berpikir, yakni karbohidrat, protein,
lemak, dan kalori (Cahyono, 2008).
Sebagai sumber vitamin, buah tomat sangat baik untuk mencegah dan
mengobati berbagai macam penyakit, seperti sariawan karena kekurangan vitamin
C, xeropthalmia pada mata karena kekurangan vitamin A, bibir merah dan radang
lidah karena kekurangan vitamin D (Cahyono, 2008). Sebagai sumber mineral,
buah tomat bermanfaat untuk pembentukan tulang dan gigi (zat kapur dan fosfor).
Sedangkan zat besi (Fe) yang terkandung dalam buah tomat dapat berfungsi untuk
pembentukan sel darah atau hemoglobin (Cahyono, 2008).
Buah tomat juga mengandung serat yang berfungsi memperlancar proses
pencernaan makanan dalam perut. Selain itu buah tomat juga mengandung
potasium yang sangat bermanfaat untuk menurunkan gejala tekanan darah tinggi
(Cahyono, 2008). Zat belerang (Sulfur) yang terkandung dalam buah tomat dapat
mencegah radang hati dan radang usus buntu. Zat klorin yang ada di dalam buah
tomat dapat merangsang fungsi hati lebih aktif membersihkan zat-zat tidak
berguna (Cahyono, 2008).
12

Tomat banyak mengandung likopen yang merupakan kelompok karotenoid


seperti beta-karoten yang bertanggung jawab terhadap warna merah pada tomat.
Di dalam tubuh, likopen dapat melindungi dari penyakit seperti kanker prostat
serta beberapa jenis kanker lain serta penyakit jantung koroner. Kemampuan
likopen dalam meredam oksigen tunggal dua kali lebih baik daripada beta karoten
dan sepuluh kali lebih baik daripada alfa-tokoferol (Sunarmani, 2008).
Kandungan Gizi dan Kalori per 100 gram buah tomat adalah sebagai berikut
(Tabel 2.1) :
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Dan Kalori Per 100 Gram Buah Tomat
No Jenis Zat Jumlah
1 Kalori 20 kal
2 Protein 1g
3 Lemak 0,3 g
4 Karbohidrat 4,2 g
5 Vitamin A 1.500 SI
6 Vitamin B 0,06 mg
7 Vitamin C 40 mg
8 Kalsium 5 mg
9 Fosfor 26 mg
10 Besi 0,5 mg
11 Air 94 g
Sumber: Purwati dan Khairunisa, 2007.

2.6. Varietas Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum L)  utk apa ??


Penggunaan varietas yang dapat beradaptasi dan menghasilkan produksi yang
tinggi merupakan pilihan dalam pengembangan tanaman tomat karena tanaman
tomat yang diusahakan masih didominasi varietas lokal. Di dataran rendah
pengembangan varietas berdaya hasil tinggi mengalami hambatan karena tidak
tahan terhadap temperatur tinggi dan adanya penyakit layu bakteri. Namun pada
saat ini sudah banyak dihasilkan varietas-varietas yang berdaya hasil tinggi dan
dapat beradaptasi di dataran rendah, baik varietas unggul maupun varietas hibrida
(Nurita, Fauziati, Maftu’ah, dan Simatupang, 2004).
13

Menurut Suraniningsih (2009), untuk menunjang keberhasilan budidaya


tomat dikembangkan barbagai varietas unggul yang memiliki sifat-sifat antara lain
produktifitas tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit serta daya tahan adaptasi
tinggi. Penggunaan varietas unggul di dataran rendah terkait erat dengan usaha
perbaikan tanaman dan peningkatan produktivitas. Dengan menggunakan varietas
yang telah diketahui keunggulan sifatnya dan mampu beradaptasi di dataran
rendah, Abnormalitas tanaman yang mungkin saja terjadi bisa dihindari (Purwati
dan Khairunisa, 2007).
Tomat Tantyna F1 merupakan varietas yang direkomendasikan untuk dataran
rendah-menengah. Memiliki beberapa keunggulan yaitu tahan Virus Gemini dan
tahan layu yang diakibatkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum. Buah besar
mencapai 70-80 gram/buah dengan warna buah yang menarik (merah menyala).
Dapat dipanen pada umur 70-75 HST dengan potensi hasil mencapai 50-60
ton/hektar. Ketersediaan air terutama pada fase generatif sangat berpengaruh
terhadap performa tanaman dan kualitas buah tomat Tantyna F1 (Panah Merah,
2020). Keunggulan lain yang dimiliki adalah rasa buah yang manis dengan tekstur
daging buah yang halus. Selain itu, Tantyna F1 merupakan varietas yang juga
tahan terhadap blossom end rot¸dan pecah buah (Nurul dan Rahmansyah, 2013).

2.7. Manfaat Air Kelapa


Air kelapa merupakan salah satu produk tanaman yang dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Air kelapa yang sering dibuang oleh
para pedagang di pasar tidak ada salahnya bila dimanfaatkan sebagai penyiram
tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air kelapa kaya akan Kalium (K),
Kalsium (Ca), Natrium (Na), Magnesium (Mg), Ferum (Fe), Cuprum (Cu), dan
Sulfur (S), gula dan protein. (Suryanto, 2009). Berikut ini disajikan Menurut ???
komposisi mineral dalam air kelapa muda dan air kelapa tua adalah sebagai
berikut (Tabel 2.2):
14

Tabel 2.2 Komposisi Mineral Dalam Air Kelapa Muda dan Air Kelapa Tua
Mineral Air Kelapa Air Kelapa
Muda Tua
(mg/100ml) (mg/100ml)
N 43,00 -
P 13,17 12,50
K 14,11 15,37
Mg 9,11 7,52
Fe 0,25 0,32
Na 21,07 20,55
Zn 1,05 3,18
Ca 24,67 26,50
Sukrosa 4,89 3,45
Sumber. Kristina dan Syahid (2012)
Menurut Monique (2007) Air kelapa dapat mempercepat pertambahan tinggi
pada tanaman, dalam air kelapa terkandung hormon-hormon yang membantu
menstimulisir pertumbuhan dan perkembangan jaringan, seperti auksin, sitokinin,
dan giberelin. Hormon seperti sitokinin, auksin, dan giberelin yang terdapat dalam
air kelapa ini juga dapat membantu proses pembentukan serta perkembangan daun
dan bunga serta akar.  mana hasil penelitian nya
Kandungan auksin dan sitokinin yang terdapat dalam air kelapa mempunyai
peranan penting dalam proses pembelahan sel sehingga membantu pembentukan
tunas dan pemanjangan batang. Auksin akan memacu sel untuk membelah secara
cepat dan berkembang menjadi tunas dan batang juga percabangan akar serta
perkembangan buah (Pamungkas, 2009). Ini didukung oleh hasil penelitian platos
15

dalam Suryanto (2009) yang menyatakan bahwa hormon tumbuh dalam air kelapa
mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman apa hingga 20-70%.
Sitokinin mempengaruhi pertumbuhan dan deferensiasi, mendorong
pembelahan sel dan pertumbuhan secara umum, dan mendorong perkecambahan.
Giberelin mendorong perkembangan biji, perkembangan kuncup, perpanjangan
batang dan pertumbuhan daun, mendorong pembungaan dan perkembangan buah
(Amsar, 2011).
Air kelapa mengandung banyak jaringan meristem, sehingga hormon
perangsang tumbuhan yang diproduksi didalamnya sangat besar sekali (Ummi dan
Hayati, 2011). Air kelapa mengandung asam amino, asam-asam organik, asam
nukleat, purin, gula, vitamin dan mineral (Netty 2002; Ma et al. 2008). Air kelapa
merupakan senyawa organik yang mengandung 1,3 diphenilurea, zeatin, zeatin
glukosida, zeatin ribosida, sukrosa, fruktosa, glukosa, protein, karbohidrat,
mineral, vitamin, sedikit lemak (Yong, Ge, dan Tan, 2009) dan kinetin
(Barciszewski, Massino, dan Clark, 2007).
Zeatin, zeatin glukosida, zeatin ribosida merupakan ZPT yang dapat
meningkatkan pembelahan sel dan perpanjangan sel. Asam amino, gula dan
vitamin dapat meningkatkan metabolisme sel dan berperan sebagai energi, enzim
dan co-faktor. Kinetin berperan penting dalam meningkatkan kandungan klorofil
dalam daun sehingga memacu aktivitas fotosintensis dan meningkatkan
pertumbuhan tanaman serta produksi (Gore dan Sreenivasa 2011).
Komposisi air kelapa secara langsung dipengaruhi oleh varietas kelapa dan
perbedaan tingkat kemasakan buah. Dilaporkan juga kandungan unsur mineral K
pada air kelapa tua lebih tinggi dibandingkan air kelapa muda (Thampan dan
Rethinam 2004). Kadar kalium air kelapa tua 21,0 mg/L, sedangkan air kelapa
muda 7,0 mg/L (Minawati, 2011). menurut Sutedjo (2008), bahwa unsur hara K
(kalium) memiliki peran yaitu meningkatkan kualitas buah dan biji. Perbedaan air
kelapa muda dan air kelapa tua bahwa air kelapa muda memiliki Kalori 68,0 kal,
Protein 0,20 gr, karbohidrat 14,0 gr, Fosfor 30,0 mg, Vitamin B1 0,06 mg,
Vitamin C 4,0 mg dan Air 95,5 mg. Sedangkan untuk air kelapa tua yaitu Kalori
359,0 kal, Protein 3,4 gr, karbohidrat 14,0 gr, Fosfor 98,0 mg, Vitamin B1 0,1 mg,
Vitamin C 4,0 mg dan Air 91,50 mg (Djamhuri, 2011).
16

Menurut penelitian Amsar (2011), pada variabel total produksi buah tomat
varietas lokal muna secara mandiri pupuk guano dan air kelapa memberikan
pengaruh yang sangat nyata terhadap total produksi buah tomat (ton/ha) dengan
total produksi sebesar 2,79 ton/ha. Pengaruh yang sangat nyata dihasilkan dari
pemberian konsentrasi air kelapa sebanyak 750 ml yang berperan sebagai hormon
tumbuh. Hasil penelitian Sari (2017) menunjukkan konsentrasi air kelapa yang
paling berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yaitu pada konsentrasi 50%
dengan nilai rata-rata tinggi tanaman 64,40 cm , jumlah cabang daun 14, dan umur
berbunga 35,8 yang paling optimum dalam pertumbuhan tanaman tomat.
Hasil penelitian Ritawati et al (2017) dengan judul pengaruh pemberian
beberapa jenis pupuk kotoran hewan dan konsentrasi air kelapa terhadap hasil
tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) menunjukkan hasil bahwa
Perlakuan pemberian konsentrasi air kelapa 1000 ml memberikan pengaruh
terbaik terhadap parameter bobot buah per tanaman (84,63 g) dan diameter buah
(28,68 mm). Penelitian Totong et al (2016) dengan judul pertumbuhan dan hasil
tanaman tomat (lycopersicum esculentum mill) pada berbagai media tumbuh
dengan interval penyiraman air kelapa yang berbeda menunjukkan hasil Interval
penyiraman air kelapa 4 hari sekali memberikan pengaruh paling baik terhadap
produksi tanaman tomat.
Mayura (2017) melaporkan pemberian air kelapa pada konsentrasi 500 ml
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, panjang dan lebar daun
serta diameter batang tanaman kayu manis. Kristina dan Syahid (2012) juga
melaporkan bahwa zeatin dan auksin serta vitamin dan mineral yang terkandung
dalam air kelapa dapat meningkatkan multiplikasi benih temulawak secara in
vitro. Perbanyakan tunas temulawak pada medium cair mengandung air kelapa
15% Auksin yang terkandung dalam air kelapa dapat mendukung peningkatan
permeabilitas masuknya air ke dalam sel, mempertinggi penyerapan unsur N, Mg,
Fe, Cu serta dapat menaikkan tekanan osmotik, menyebabkan pengurangan
tekanan pada dinding sel, meningkatkan sintesis protein, meningkatkan plastisitas
dan pengembangan dinding sel. Selain itu Wulandari, Linda, dan Mukarlina
(2013) melaporkan bahwa pemberian air kelapa 60% dapat meningkatkan jumlah
daun 4,5 helai, berat basah tajuk 2,37 g, dan berat kering tajuk 0,90 g pada stek
17

melati putih. Pemberian air kelapa 250 ml juga memacu pertumbuhan tanaman
anggrek macan (Grammatophyllum scriptum) (Katuuk, 2000).
Menurut hasil penelitian BIOTECH di UP Los Banos (2006) dalam Fatimah
(2008) Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk hormon dari air kelapa ini
mampu meningkatkan hasil kedelai hingga 64%, kacang tanah hingga 15% dan
sayuran hingga 20 - 30%. Dengan kandungan unsur kalium yang cukup tinggi, air
kelapa dapat merangsang pembungaan pada anggrek seperti Anggrek dendrobium
dan Anggrek phalaenopsis.

2.8. Hipotesis
1. Diduga terdapat interaksi nyata antara dosis dan waktu pemberian air kelapa
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum
Mill.).
2. Diduga dosis air kelapa sebanyak 1000 ml menghasilkan dapat
mengoptimalkan pertumbuhan dan hasil pada tanaman Tomat tertinggi dan
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (Lycopersicum esculentum Mill.).
3. Diduga waktu penyiraman air kelapa yang berbeda berpengaruh nyata pada
pertumbuhan dan hasil tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.).
III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2020 hingga Juni 2020
bertempat di Lahan Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur di
Jalan Rungkut Madya, Gunung Anyar, Surabaya.

3.2. Bahan dan Alat


3.2.1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tanaman
tomat dengan varietas Tantyna F1, media tanam berupa tanah, kompos,
dan arang sekam dengan perbandingan 1:1:1, media semai berupa tanah,
kompos, dan cocopeat dengan perbandingan 1:1:1, plastik semai, pupuk
dasar dan susulan berupa TSP Urea dan KCL, polibag ukuran 40 cm x 40
cm, air, air kelapa, pengendalian hama dan penyakit dengan Furadan 3G,
atau disesuaikan dengan kondisi, kayu sebagai ajir, tali, label.
3.2.2. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah cetok, cangkul, ember,
handsprayer, gembor, timbangan analitik, gelas ukur, kamera, meteran
atau pnggaris, alat tulis.

3.3. Metode Penelitian


Penelitian ini merupakan percobaan faktorial yang disusun
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor dan
tiga kali ulangan. Faktor pertama adalah dosis air kelapa dan faktor ke dua
adalah waktu pemberian air kelapa. Ragam faktor perlakuan sebagai
berikut :
Faktor Pertama yaitu dosis air kelapa, antara lain :
1. D0 : 0 ml air kelapa (Kontrol)
2. D1 : 500 ml air kelapa/tanaman
3. D2 : 1000 ml air kelapa/tanaman
4. D3 : 1500 ml air kelapa /tanaman

18
19

Faktor Ke dua yaitu waktu pemberian air kelapa. antara lain :


1. W1 : 30 Hari Setelah Tanam (HST)
2. W2 : 45 Hari Setelah Tanam (HST)
3. W3 : 60 Hari Setelah Tanam (HST)
Dua faktor perlakuan yaitu dosis air kelapa dan waktu pemberian air
kelapa menghasilkan 12 kombinasi perlakuan (Tabel 3.1), yaitu:
Tabel 3.1. Kombinasi Dosis Dan Waktu Pemberian Air Kelapa.
Dosis Air Kelapa Waktu Pemberian Air Kelapa
W1 W2 W3
D0 D0W1 D0W2 D0W3
D1 D1W1 D1W2 D1W3
D2 D2W1 D2W2 D2W3
D3 D3W1 D3W2 D3W3

Keterangan :
D0W1: Dosis 0 ml air kelapa + Waktu pemberian 30 HST (Kontrol)
D0W2: Dosis 0 ml air kelapa + Waktu pemberian 45 HST (Kontrol)
D0W3: Dosis 0 ml air kelapa + Waktu pemberian 60 HST (Kontrol)
D1W1: Dosis 500 ml air kelapa + Waktu pemberian 30 HST
D1W2: Dosis 500 ml air kelapa + Waktu pemberian 45 HST
D1W3: Dosis 500 ml air kelapa + Waktu pemberian 60 HST
D2W1: Dosis 1000 ml air kelapa + Waktu pemberian 30 HST
D2W2: Dosis 1000 ml air kelapa + Waktu pemberian 45 HST
D2W3: Dosis 1000 ml air kelapa + Waktu pemberian 60 HST
D3W1: Dosis 1500 ml air kelapa + Waktu pemberian 30 HST
D3W2: Dosis 1500 ml air kelapa + Waktu pemberian 45 HST
D3W3: Dosis 1500 ml air kelapa + Waktu pemberian 60 HST
Hasil kombinasi tersebut diulang sebanyak tiga kali sehingga
menghasilkan 36 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdapat 3
tanaman sampel, sehingga terdapat 108 tanaman tomat yang disusun
dalam denah percobaan sebagai berikut (Gambar 3.1) :
20

Gambar 3.1. Denah Percobaan Penelitian

3.4. Pelaksanaan Penelitian


3.4.1. Penyediaan Media Tanam
Media tanam terdiri dari campuran tanah, kompos, dan arang sekam
dengan perbandingan 1:1:1 (Supriati dan siregar, 2015) media tersebut
dicampur dalam ember. Media tanam yang telah dicampur selanjutnya
dimasukkan kedalam polibag ukuran 40 x 40 cm dengan kapasitas 5 kg
hingga 5 cm dari bibir mulut polibag. Setelah itu dilakukan penyiraman
pada polybag yang telah di isi dengan media dan dibiarkan selama 1
minggu sebelum ditanami dan ditempatkan di ruang terbuka yang
mendapat sinar matahari langsung pagi. Tujuannya agar media tanam
cukup kompak dan kepadatannya tetap pada saat akan ditanami.
Dilanjutkan dengan pembuatan dan pemasangan label.

3.4.2. Persemaian dan Penanaman


3.4.2.1. Persemaian
Sebelum dilakukan penyemaian perlu dilakukan pemilihan benih
yang baik untuk mengurangi persentase kegagalan perkecambahan. Benih
tersebut diperoleh dengan membeli benih bersertifikat. Benih tomat
direndam kedalam air hangat ±15 menit sehingga benih mampu
21

menghentikan masa dormansinya, dan juga sterilisasi dapat dilakukan


dengan pemberian insektisida atau nematisida dari golongan karbofuran,
seperti furadan 3G. Media tanam berupa campuran tanah, kompos dan
cocopeat dengan perbandingan 1:1:1. Tanah, kompos, dan cocopeat
tersebut diaduk merata, kemudian dimasukkan ke dalam plastik. Media
tanam dilubangi sedalam 0,5-1 cm. Setelah dilubangi benih tomat
dimasukkan dan media tanam ditutup kembali. Selanjutnya media di siram
air bersih menggunakan sprayer. Benih tomat yang telah selesai ditanam
selanjutnya diletakkan ditempat yang ternaungi. Penyiraman dilakukan
secara rutin dan disesuaikan dengan kondisi media. Meskipun telah
berkecambah, media semai harus tetap dijaga kelembapannya sehingga
tetap harus dilakukan penyiraman setiap hari. Selain itu, perlu dilakukan
kegiatan penyiangan, minimal sehari sekali. Setelah berkecambah dan
berumur 3-4 minggu atau tinggi ±10 cm (1-4 helai daun) selanjutnya bibit
dipindah tanamkan kedalam polibag.
3.4.2.2. Penanaman di Polybag
Penanaman dilakukan ketika bibit sudah mulai tumbuh dan siap
untuk dipindahkan, bibit yang terpilih (tergolong sehat) ditanaman
kedalam media tanam dengan memberi lobang persis dibagian tengah
bagian polybag sdalam 5-7 cm. Selanjutnya, bibit ditimbun kembali
dengan media tanam. Media tanam disiram terlebih dahulu sebelum
tanaman dipindahkan. Pemindahan dilakukan pada sore hari untuk
menghindari panas sinar matahari pada waktu siang sehingga bibit tidak
layu setelah dipindah tanam secara hati-hati tanpa merusak akar tanaman.
(Jumlah sampel nya yang diamati ???)
3.4.3. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman tomat dilakukan dengan tujuan agar tanaman tetap
tumbuh dan dapat berkembang biak dengan baik. Pemeliharaan tanaman meliputi
pemasangan ajir, penyiraman, pemupukan, penyulaman, penyiangan, perempelan,
dan pengendalian hama dan penyakit.
3.4.3.1. Pemasangan Ajir
22

Pemberian ajir dilakukan supaya batang tanaman dapat tumbuh


tegak dan tidak mudah rebah, serta untuk mengoptimalkan sinar matahari
ke tanaman. Tanaman determinate memiliki cabang samping yang banyak
sehingga tanaman perlu ditopang agar tidak rebah. Ajir terbuat dari kayu
dengan panjang 100-175 cm. Ajir dipasang pada saat tanaman berumur 4-
5 hari setelah pindah tanam di polibag. Ajir dipasang dengan jarak 10-20
cm dari batang tanaman tomat dengan kedalaman 20 cm. Tanaman tomat
yang telah mencapai ketinggian 10-15 cm harus segera diikat pada ajir.
Pengikatan dilakukan pada batang tanaman tomat menggunakan tali
dengan model angka 8 agar tidak terjadi gesekan yang mengakibatkan
luka. Pengikatan dilakukan secara berkala mengikuti pertumbuhan
tanaman (Supriati dan Siregar, 2015).
3.4.3.2. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi atau sore hari
sebanyak satu kali atau disesuaikan dengan kondisi media, untuk menjaga
kelembaban media tanam. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan
gembor. Penyiraman dilakukan sejak awal penanaman tomat hingga
menjelang panen sehingga tanaman tomat dapat tumbuh dengan baik.
3.4.3.3. Pemupukan
a. Pemupukan Dasar
Pupuk dasar diberikan seminggu sebelum tanam menggunakan pupuk
TSP sebanyak 7 gram tiap tanaman (Litbang Pertanian, 2011).
b. Pemumpukan Susulan
Pupuk susulan diberikan sebanyak tiga kali pada umur 1, 2, dan 3 MST
menggunakan pupuk Urea dan KCL dengan perbandingan 1:1. Jumlah
total Urea dan KCL yang diberikan masing-masing adalah 12 gram per
tanaman.
Tabel 3.2. Pemberian pupuk susulan Urea dan KCL pada tanaman tomat.
Umur Tanaman
(MST) Pupuk Susulan
Urea (g) KCL(g)

1 2 2
2 5 5
23

3 5 5
Pengaplikasian pupuk dilakukan di sekeliling batang tanaman sejauh 5 cm
dengan kedalaman sekitar 1 cm , lalu pupuk ditutup kembali dengan media tanam
dan disiram dengan air (Supriyati dan Siregar, 2015).

c. Pemberian Air Kelapa


Air kelapa diberikan sesuai dengan perlakuan. Pengaplikasiannya
menggunakan handsprayer dan disemprotkan mengikuti arah angin di
bawah permukaan daun. Dilakukan tanaman tomat pada pagi hari atau
sore hari hingga daun basah, digunakan plastik transparan untuk menjaga
kehomogenan akibat terkontaminasi antara perlakuan oleh tekanan
handspayer atau terbawa angin pada saat penyemprotan. Kurang detil,
masing=masing perlakuan pasti beda krn volume nya tdk sama
3.4.3.4. Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 5-7 HST
dengan bibit yang sama untuk mengantikan tanaman yang telah mati atau
layu, maupun yang tumbuhnya abnormal
3.4.3.5. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk dengan cara membersihkan gulma
secara manual dengan cara mencabut rumput-rumput liar yang tumbuh di
sekitar tanaman baik yang di dalam polibag maupun di luar polibag.
Penyiangan dilakukan dengan tujuan untuk menghindari persaingan unsur
hara dan penyinaran matahari dengan tanaman tomat selain itu gulma juga
dapat menjadi tempat hidup hama dan penyakit yang nantinya bisa
menyerang tanaman tomat.
3.4.3.6. Perempelan
Perempelan dengan menghilangkan tunas-tunas air yang ditumbuh
di ketiak daun dan juga daun-daun yang sudah tidak produktif (berwarna
coklat atau terserang hama penyakit). Tujuan perempelan ini agar nutrisi
tanaman terpusatkan dan juga untuk menghentikan pertumbuhan tanaman
tomat guna mempercepat pembungaan dan pematangan buah. Perempelan
24

dilakukan seminggu sekali pada pagi hari agar luka bekas rempelan cepat
kering.
3.4.3.7. Pengendalian Hama Penyakit Tanaman
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman tomat disesuaikan
dengan hama penyakit yang menyerang tanaman tomat. Yang kemarin itu
seperti apa ???
3.4.4. Panen
Umur panen tanaman tomat bervariasi tergantung varietasnya.
Umur panen varietas tomat ??? yang digunakan adalah 70-75 HST.
Pemanenan dilakukan setelah buah tomat masak fisiologis dengan kriteria
buahnya sudah berwarna merah kekuningan ciri terjadi perubahan warna
dari hijau ke kuning dan akhirnya berwarna merah. Pemanenan yang tidak
baik akan mengurangi kualitas dari buah tomat tersebut. Pemanenan yang
tidak dilakukan dengan baik juga akan menyebabkan adanya luka dan
memar yang ada disekitar buah. Pemanenan dilakukan dengan cara
memetik buah tomat cukup dilakukan dengan memutik buah secara hati –
hati hingga tangkai buah terputus. Pemutiran buah harus dilakukan satu
per satu dan dipilih buah yang sudah matang. Bukannya tangkai buah nya
diikutkan

3.5. Parameter Pengamatan


Pengamatan dilakukan secara non distruktif dan destruktif. Pengamatan
non destruktif dilakukan terhadap peubah pertumbuhan vegetatif tanaman yang
dilakukan setiap minggu sampai dengan umur ????, sedangkan pengamatan secara
destruktif dilakukan dengan cara membongkar tanaman terhadap peubah hasil
tanaman tomat. dengan mengamati semua bagian tomat setiap minggu. Variabel
pengamatan yang digunakan sebagai Peubah yang diamati pada pengamatan non
destruktif adalah sebagai berikut: terhadap periode parameter yang diukur pada
pertumbuhan tanaman tomat adalah :
1. Pertumbuhan Vegetatif
a. Tinggi Tanaman (cm)
25

Diukur dengan menggunakan penggaris mulai dari pangkal batang (diatas


permukaan tanah) hingga titik tumbuh tanaman tomat. Tinggi tanaman tomat
diamati seminggu sekali hingga panen
b. Jumlah Daun Per Tanaman
Dihitung sejak daun majemuk membuka sempurna dilakukan seminggu sekali
hingga panen dimulai saat tanaman berumur 7 HST dengan cara menghitung
jumlah cabang daun yang telah membuka.
2. Pertumbuhan Generatif
a. Umur Muncul Bunga (Hari Setelah Transplanting Pindah Tanam)
Dihitung saat munculnya bunga pertama kali setelah transplanting dengan
ditandainya adanya bentuk bunga berwarna kuning membentuk seperti
mahkota dengan bertambahnya umur tanaman akan berubah menjadi buah
tomat hingga siap akan di panen. Ketika tanaman sudah muncul bunga artinya
sudah memasuki fase generatif.
b. Jumlah Bunga
Dihitung dengan menjumlahkan banyaknya bunga yang telah membuka
sempurna pada tanaman tomat. Dimulai saat muncul bunga pertama hingga
pada saat panen. Pengamatan dilakukan 3 hari sekali dengan memberikan tanda
dengan spidol pada bagian batang bunga yang telah membuka sempurna.

c. Persentase Bunga Menjadi Buah (Fruitset)


Dapat dilihat secara langsung setelah tanaman berumur 33 – 40 hari, dengan
ditandai bunga yang berubah bentuk mulai membentuk buah. Perhitungan
persentase bunga menjadi buah per tanaman menggunakan rumus
(Kusumayati, Nurlaeli, dan Setyobudi. 2015):
Jumlah buah terbentuk
% Fruit Set: x 100%
Jumlah bunga terbentuk
e. Jumlah Buah Per Tanaman Per Periode Panen (Buah)
Dihitung berdasarkan jumlah buah yang di panen pertanaman yang merupakan
buah yang telah masak. Pengamatan dilakukan pada saat pemanenan buah
26

yaitu dengan menghitung jumlah buah dari hasil panen pertama hingga panen
kelima per periode panen.
f. Jumlah Buah Total Per Tanaman (Buah)
Dihitung dengan menjumlahkan total jumlah buah panen per tanaman dari
panen pertama hingga panen kelima.
g. Bobot Buah Pertanaman Per Periode Panen (g)
Menimbang buah tomat dari masing-masing tanaman setiap kali panen dari
panen pertama hingga panen kelima. Menggunakan timbangan analitik.
h. Bobot Buah Total Panen Per Tanaman (kg)
Menjumlahkan total bobot buah per tanaman per periode panen dari panen
pertama sampai panen kelima.
i. Fruit-Set

3.6. Analisis Data


Analisis data secara statistik menggunakan analisis sidik ragam
berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial untuk mengetahui
pengaruh perlakuan dilakukan analisis variansi (ANNOVA). Analisa data
menggunakan Microsoft Excel 2016. Adapun rumus Rancangan Acak
Lengkap (RAL) Faktorial adalah sebagai berikut (Sudarwati, Natsir, dan
Nurgia. 2019) :
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + Σijk ;
Keterangan :
i : banyaknya perlakuan macam konsenterasi air kelapa
j : banyaknya perlakuan interval waktu penyiraman air kelapa
k : banyaknya ulangan
Yijk : nilai pengamatan atau respon pada kelompok ke-k yang memperoleh taraf
ke-I dari perlakuan macam dosis air kelapa dan taraf ke-j dari perlakuan
waktu penyiraman air kelapa.
µ : nilai tengah umum
αi : pengaruh aditif dari faktor macam dosis air kelapa pada taraf ke-i
βj : pengaruh aditif dari waktu pemberian air kelapa pada taraf ke-j
(αβ)ij : Pengaruh interaksi taraf ke-I perlakuan macam dosis air kelapa dan taraf
ke-j dari perlakuan waktu pemberian air kelapa.
27

Σijk : Pengaruh kesalahan (galat) percobaan untuk faktor macam dosis air
kelapa taraf ke-I dan faktor waktu pemberian air kelapa taraf ke-j, interaksi
kedua faktor tersebut yang ke-I dn ke-j.
Apabila F-Hitung < 5%, berarti Ho diterima sedangkan Ha ditolak.
Dapat dinyatakan bahwa perlakuan yang diberikan tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan, sehingga tidak dilanjutkan dengan uji BNJ 5%.
Jika F-hitung 5% berarti Ho ditolak sedangkan Ha diterima. Dapat
dinyatakan dalam perlakuan yang berarti mempunyai pengaruh yang
signifikan, sehingga dapat dilanjutkan dengan uji BNJ 5%. Adapun rumus
Uji BNJ sebagai berikut (Sudarwati et al, 2019) :

BNJ0,05 = Q0,05 (p;db galat) x


√ KT Galat
Ulangan
Dimana :
BNJ0,05 = Beda Nyata Jujur pada taraf 5 %
q0,05 ( p;dbg ) = Nilai baku q pada taraf 5 %; ( jumlah perlakuan p dan derajat
bebas galat)
KT g = Kuadrat tengah galat
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Tinggi Tanaman
Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan dosis dan waktu pemberian
air kelapa terhadap tinggi tanaman tomat menunjukkan adanya interaksi
nyata pada umur 35-49 HST. Demikian juga faktor tunggal perlakuan
dosis air kelapa berpengaruh sangat nyata pada umur 35 dan 49 HST dan
sedangkan berpengaruh nyata pada umur 42 HST dan perlakuan waktu
pemberian berpengaruh sangat nyata pada umur 35 HST sedangkan tidak
berpengaruh nyata pada umur 42-49 HST (Tabel Lampiran 1-7). Nilai
rata-rata tinggi tanaman tomat akibat perlakuan kombinasi dosis dan
waktu pemberian air kelapa disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Rata-rata Tinggi Tanaman Tomat (cm) Oleh Pengaruh Perlakuan
Kombinasi antara Dosis dan Waktu Pemberian Air Kelapa pada Umur
35-49 HST.
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)
Umur
Kombinasi W₁ (30 HST) W₂ (45 HST) W₃ (60 HST)
87,22 e
35 HST D₀ (0 ml) 70,72 a belum di 75,17 abc
treatment
D₁ (500 ml) 82,83 de 81,61 cde 79,61 bcd
D₂ (1000 ml) 77,67 abcd 80,78 bcde 73,67 ab
D₃ (1500 ml) 80,67 bcde 76,22 abcd 77,67 abcd
BNJ 5% 7,19
42 HST D₀ (0 ml) 81,11 a 92,72 abc 88,00 ab
D₁ (500 ml) 98,17 c 87,78 ab 84,56 ab
D₂ (1000 ml) 86,45 ab 92,94 abc 84,22 ab
D₃ (1500 ml) 87,44 ab 80,67 a 86,84 ab
BNJ 5% 10,01
49 HST D₀ (0 ml) 86,95 a 97,28 cd 96,00 bcd
D₁ (500 ml) 108,61 e 95,00 bc 95,44 bcd
D₂ (1000 ml) 95,11 bcd 102,72 de 92,28 abc
D₃ (1500 ml) 94,22 abc 88,78 ab 92,78 abc
BNJ 5% 7,69
Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf yang sama pada umur yang
sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%; D = dosis
air kelapa; W = waktu pemberian; HST = hari setelah tanam.
Yang dibahas yang terbaik di masing-masing umur pengamatan

28
29

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa interaksi yang sangat nyata akibat


perlakuan kombinasi kombinasi perlakuan antara dosis dan waktu
pemberian air kelapa terhadap tinggi tanaman tomat pada umur 35-49
HST. Perlakuan D1W1 pada pengamatan umur 42 dan 49 HST
menunjukkan hasil terbaik daripada perlakuan lainnya. Hasil rata-rata
tinggi tanaman tomat pada umur 35 HST yang tertinggi pada perlakuan
W2D0 (87,22 cm) tetapi tidak 26
berbeda nyata dengan D 1W1, D3W1, D1W2,
dan D2W2. Sedangkan rata-rata tinggi tanaman terendah pada perlakuan
D0W1 (70,72 cm) tetapi tidak berbeda nyata dengan D2W1, D3W2, D0W3,
D2W3, dan D3W3. Pada umur 42 HST yang tertinggi pada perlakuan D 1W₁
(98,17 cm) tetapi tidak berbeda nyata dengan D 0W2 dan D2W2. Sedangkan
rata-rata tinggi tanaman terendah pada perlakuan D3W2 (80,67 cm) tetapi
tidak berbeda nyata dengan D0W1, D2W1, D3W1, D0W2, D1W2, D2W2,
D0W3, D1W3, D2W3, D3W3. Pada umur 49 HST yang tertinggi pada
perlakuan D1W₁ (108,61 cm) tetapi tidak berbeda nyata dengan D2W2,
sedangkan rata-rata tinggi tanaman terendah pada perlakuan D0W1 (86,95
cm) tetapi tidak berbeda nyata dengan D3W1, D3W2, D2W3, D3W3.

Ini mahasiswa statistic……sentuhan agronomi nya mana ??

4.1.2. Jumlah Daun


Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan dosis dan waktu pemberian
air kelapa terhadap jumlah daun tanaman tomat menunjukkan adanya
interaksi nyata pada umur 42 HST dan sangat nyata pada umur 49 HST.
Demikian juga faktor tunggal perlakuan dosis air kelapa berpengaruh
nyata pada umur 49 HST sedangkan waktu pemberian berpengaruh nyata
pada umur 42 HST (Tabel Lampiran 8-14). Nilai rata-rata jumlah daun
tanaman tomat akibat perlakuan kombinasi dosis dan waktu pemberian air
kelapa disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Tomat (helai) Oleh Pengaruh
Perlakuan Kombinasi antara Dosis dan Waktu Pemberian Air Kelapa
pada Umur 42 dan 49 HST.

Perlakuan Jumlah Daun (helai)


Umur
Kombinasi W₁ (30 HST) W₂ (45 HST) W₃ (60 HST)
30

42 HST D₀ (0 ml) 16,11 a 20,56 ab 19,45 ab


D₁ (500 ml) 19,44 ab 18,11 ab 18,33 ab
D₂ (1000 ml) 17,56 ab 21,78 b 18,89 ab
D₃ (1500 ml) 17,89 ab 17,11 a 18,44 ab
BNJ 5% 4,47
49 HST D₀ (0 ml) 18,78 a 23,33 bc 22,89 abc
D₁ (500 ml) 24,00 bc 20,11 ab 20,45 ab
D₂ (1000 ml) 21,00 abc 25,11 c 23,22 abc
D₃ (1500 ml) 22,00 abc 20,44 ab 20,22 ab
BNJ 5% 4,51
Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf yang sama pada umur yang
sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%; D = dosis
air kelapa; W = waktu pemberian; HST = hari setelah tanam.
Tabel 4.2 menunjukkan interaksi yang nyata akibat perlakuan
kombinasi antara dosis dan waktu pemberian air kelapa terhadap tinggi
tanaman tomat pada umur 42 dan 49 HST. Perlakuan D 2W2 menunjukkan
hasil terbaik daripada perlakuan lainnya. Hasil rata-rata jumlah daun
tanaman tomat pada umur 42 HST yang tertinggi pada perlakuan D 2W2
(21,78 helai) tetapi tidak berbeda nyata dengan D 1W1, D2W1, D3W1, D0W2,
D1W2, D0W3, D1W3, D2W3, D3W3. Sedangkan rata-rata jumlah daun
terendah pada perlakuan D0W1 (16,11 helai) tetapi tidak berbeda nyata
dengan D1W1, D2W1, D3W1, D0W2, D3W2, D0W3, D1W3, D2W3, D3W3. Pada
umur 49 HST menunjukkan hasil rata-rata jumlah daun tanaman tomat
yang tertinggi pada perlakuan D2W2 (25,11 helai) tetapi tidak berbeda
nyata dengan D1W1, D2W1, D3W1, D0W2, D0W3, D2W3. Sedangkan rata-rata
jumlah daun terendah pada perlakuan D0W1 (18,78 helai) tetapi tidak
berbeda nyata dengan D2W1, D3W1, D1W2, D3W2, D0W3, D1W3, D2W3,
D3W3.

4.1.3. Umur Muncul Bunga


Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan dosis dan waktu pemberian
air kelapa menunjukkan tidak terdapat interaksi nyata terhadap umur
muncul bunga tanaman tomat (Tabel Lampiran 15). Secara terpisah
perlakuan dosis dan waktu pemberian air kelapa tidak berpengaruh nyata
terhadap parameter umur muncul bunga tanaman tomat. Nilai rata-rata
31

umur muncul bunga tanaman tomat akibat perlakuan kombinasi dosis dan
waktu pemberian air kelapa disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Rata-rata Umur Muncul Bunga Tanaman Tomat (HST) Oleh Pengaruh
Perlakuan Kombinasi Dosis dan Waktu Pemberian Air Kelapa.

Perlakuan Umur Muncul Bunga (HST)

Dosis Air Kelapa


D0 (0 ml) 23,07

D1 (500 ml) 23,15


D2 (1000 ml) 23,26
D3 (1500 ml) 23,19
BNJ 5% tn

Waktu Pemberian
W1 (30 hst) 23,00

W2 (45 hst) 23,28

W3 (60 hst) 23,22


BNJ 5% tn
Keterangan : tn = tidak nyata.
Tabel 4.3 menunjukkan interaksi yang tidak nyata akibat perlakuan
kombinasi antara dosis dan waktu pemberian air kelapa yang berbeda
terhadap umur muncul bunga tanaman tomat.
4.1.4. Jumlah Bunga
Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan kombinasi dosis dan waktu
pemberian air kelapa terhadap jumlah bunga tomat menunjukkan interaksi
yang sangat nyata terhadap jumlah bunga tomat (Tabel Lampiran 16).
32

Demikian juga secara terpisah, perlakuan dosis dan waktu pemberian air
kelapa berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah bunga tanaman tomat.
Nilai rata-rata jumlah bunga tomat akibat perlakuan kombinasi dosis dan
waktu pemberian air kelapa disajikan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Rata-rata Jumlah Bunga Tanaman Tomat (bunga) Oleh Pengaruh
Perlakuan Kombinasi antara Dosis dan Waktu Pemberian Air Kelapa.

Perlakuan Jumlah Bunga (bunga)


Kombinasi W₁ (30 HST) W₂ (45 HST) W₃ (60 HST)
46,00
D0 (0 ml) 37,33 a 62,33 d
b
62,22
D1 (500 ml) 63,45 de 53,67 bc
d
58,89 61,89
D2 (1000 ml) 44,00 a
cd d
71,01
D3 (1500 ml) 62,00 d 56,22 cd
e
BNJ 5% 8,09
Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada uji BNJ 5%; D = dosis air kelapa; W = waktu
pemberian; HST = hari setelah tanam.
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi dosis air
kelapa 1500 ml/tanaman dan waktu pemberian 60 HST (D3W3)
menghasilkan jumlah bunga paling banyak (71,01 bunga) tetapi berbeda
nyata dengan D1W1. Sedangkan perlakuan kombinasi dosis air kelapa 0
ml/tanaman dan waktu pemberian 30 HST (D0W1) menghasilkan jumlah
bunga paling sedikit (37,33 bunga) tetapi tidak berbeda nyata dengan
D2W1.
4.1.5. Fruitset
33

Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan kombinasi dosis dan waktu


pemberian air kelapa menunjukkan tidak terdapat interaksi nyata terhadap
fruitset tanaman tomat (Tabel Lampiran 117). Secara terpisah perlakuan
dosis dan waktu pemberian air kelapa tidak berpengaruh nyata terhadap
parameter fruitset tanaman tomat. Nilai rata-rata fruitset tanaman akibat
perlakuan kombinasi dosis dengan waktu pemberian air kelapa disajikan
pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Rata-rata Fruitset Tanaman Tomat (%) Oleh Pengaruh Perlakuan Dosis
dan Waktu Pemberian Air Kelapa.

Perlakuan Fruitset (%)


Dosis Air Kelapa
D0 (0 ml) 6.60
D1 (500 ml) 8.26
D2 (1000 ml) 7.01
D3 (1500 ml) 6.10
BNJ 5% tn
Waktu Pemberian
W1 (30 hst) 6.63
W2 (45 hst) 6.93
W3 (60 hst) 7.42
BNJ 5% tn
Keterangan : tn = tidak nyata.

Tabel 4.5 menunjukkan interaksi yang tidak nyata akibat perlakuan


kombinasi antara dosis dan waktu pemberian air kelapa yang berbeda
terhadap fruitset tanaman tomat.
34

4.1.6. Jumlah Buah Per Periode Panen


Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan kombinasi dosis dan waktu
pemberian air kelapa menghasilkan interaksi yang sangat nyata terhadap
jumlah buah per periode panen pada pangamatan periode panen ke-2 (67
HST), 4 (81 HST), dan 5 (88 HST) juga menghasilkan interaksi yang
nyata pada pengamatan periode ke-3 (75 HST) (Tabel Lampiran 18-22).
Demikian juga faktor tunggal perlakuan dosis air kelapa berpengaruh
sangat nyata pada periode panen ke-1 (60 HST), 4 (81 HST), dan 5 (88
HST). Perlakuan waktu pemberian berpengaruh sangat nyata pada periode
panen ke-4 (81 HST) sedangkan berpengaruh nyata pada periode panen
ke-3 (75 HST). Nilai rata-rata jumlah buah per periode panen akibat
perlakuan kombinasi dosis dan waktu pemberian air kelapa disajikan pada
Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Rata-rata Jumlah Buah Per Periode Panen Oleh Pengaruh Perlakuan
Kombinasi antara Dosis dan Waktu Pemberian Air Kelapa.
Perlakuan Jumlah Buah Per Periode Panen (g)
Umur
Kombinasi W₁ (30 HST) W₂ (45 HST) W₃ (60 HST)
67 HST D₀ (0 ml) 1,83 abc 2,33 abc 1,33 ab
(2) D₁ (500 ml) 1,67 ab 3,50 bc 3,17 abc
D₂ (1000 ml) 3,00 abc 2,83 abc 1,83 abc
D₃ (1500 ml) 1,00 a 1,17 ab 4,17 c
BNJ 5% 2,44
81 HST D₀ (0 ml) 7,33 cde 8,00 e 3,33 ab
(4) D₁ (500 ml) 4,33 bc 8,33 e 7,83 e
D₂ (1000 ml) 4,50 bcd 4,00 ab 9,33 e
D₃ (1500 ml) 1,33 a 3,00 ab 7,50 de
BNJ 5% 3,01
88 HST D₀ (0 ml) 1,83 abc 1,67 abc 1,83 abc
(5) D₁ (500 ml) 3,17 bcd 4,17 d 3,67 cd
D₂ (1000 ml) 2,50 abcd 2,17 abc 2,50 abcd
D₃ (1500 ml) 4,17 d 2,83 abcd 1,00 a
BNJ 5% 1,95
Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf yang sama pada umur yang
sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%; tn = tidak
nyata, D = dosis air kelapa; W = waktu pemberian; HST = hari
setelah tanam.

Tabel 4.9 menunjukkan interaksi yang sangat nyata akibat


perlakuan kombinasi antara dosis dan waktu pemberian air kelapa terhadap
35

jumlah buah per periode panen tanaman tomat. Perlakuan kombinasi D1W2
(4,17 buah) menghasilkan jumlah buah tertinggi tetapi tidak berbeda nyata
dengan D1W1, D2W1, D3W1, D3W2, D1W3, D2W3. Sedangkan perlakuan
kombinasi D₃W3 (1,00 buah) menghasilkan jumlah buah terendah tetapi
tidak berbeda nyata dengan D0W1, D2W1, D0W2, D2W2, D3W2, D0W3,
D2W3.  trus aspek agronomisnya apa ???

4.1.7. Jumlah Buah Panen Total


Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan dosis dan waktu pemberian
air kelapa terhadap jumlah buah panen total tanaman tomat menunjukkan
adanya interaksi yang sangat nyata terhadap jumlah buah panen total
tanaman tomat (Tabel Lampiran 23). Demikian juga faktor tunggal
perlakuan dosis dan waktu pemberian air kelapa berpengaruh sangat nyata
terhadap jumlah buah panen total tanaman tomat. Nilai rata-rata jumlah
buah panen total tomat akibat perlakuan kombinasi dosis dan waktu
pemberian air kelapa disajikan pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Rata-rata Jumlah Buah Panen Total Tanaman Tomat Oleh Pengaruh
Perlakuan Kombinasi antara Dosis dan Waktu Pemberian Air Kelapa.

Perlakuan Jumlah Buah Panen Total (buah)


Kombinasi W₁ (30 HST) W₂ (45 HST) W₃ (60 HST)
11,22 14,88 7,44
D0 (0 ml)
bc cd ab
15,44
D1 (500 ml) 8,55 ab salah 13,33 c
d
13,21
D2 (1000 ml) 8,22 ab salah 9,11 ab salah
c salah
8,89 17,82
D3 (1500 ml) 7,22 a
ab d
BNJ 5% 3,99
Keterangan : Angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%; D = Dosis air
kelapa; W = Waktu pemberian.
36

Tabel 4.11 menunjukkan interaksi yang sangat nyata akibat


perlakuan kombinasi antara dosis air kelapa dengan waktu pemberian yang
berbeda terhadap jumlah buah panen total tanaman tomat. Perlakuan
kombinasi D3W3 (17,82 buah) menghasilkan jumlah buah tertinggi tetapi
tidak berbeda nyata dengan D0W2 dan D1W3. Sedangkan perlakuan
kombinasi D3W1 (7,22 buah) menghasilkan jumlah buah terendah tetapi
tetapi tidak berbeda nyata dengan D1W1, D2W1, D2W2, D3W2, dan D0W3.

4.1.8. Bobot Buah Per Periode Panen


Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan kombinasi antara dosis
dan waktu pemberian air kelapa menunjukkan interaksi yang sangat nyata
terhadap parameter bobot buah per periode panen tanaman tomat (Tabel
Lampiran 24-28). Demikian juga faktor tunggal perlakuan dosis dan waktu
pemberian air kelapa berpengaruh sangat nyata terhadap bobot buah per
periode panen tanaman tomat. Nilai rata-rata berat buah per periode panen
akibat perlakuan kombinasi dosis dan waktu pemberian air kelapa
disajikan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Rata-rata Bobot Buah Per Periode Panen Oleh Pengaruh Perlakuan
Kombinasi antara Dosis dan Waktu Pemberian Air Kelapa.
Perlakuan Bobot Buah Per Periode Panen (g)
Umur
Kombinasi W₁ (30 HST) W₂ (45 HST) W₃ (60 HST)
60 HST D₀ (0 ml) 12,29 bc 39,61 g 29,29 f
(1) D₁ (500 ml) 17,48 d 41,11 g 37,16 g
D₂ (1000 ml) 13,22 c 4,73 a 8,98 b
D₃ (1500 ml) 24,10 e 23,47 e 37,45 g
BNJ 5% 4,10
67 HST D₀ (0 ml) 54,09 d 67,65 e 37,93 b
(2) D₁ (500 ml) 39,99 b 46,57 e 99,88 f
D₂ (1000 ml) 68,97 e 65,99 e 34,94 b
D₃ (1500 ml) 28,69 a 27,93 a 118,90 g
BNJ 5% 5,24
75 HST D₀ (0 ml) 47,47 b 85,10 ef 82,64 e
(3) D₁ (500 ml) 72,13 d 128,31 i 111,49 h
37

D₂ (1000 ml) 29,48 a 96,32 g 88,28 f


D₃ (1500 ml) 63,49 c 81,02 e 94,24 g
BNJ 5% 5,61
81 HST D₀ (0 ml) 31,30 c 76,66 g 34,28 c
(4) D₁ (500 ml) 70,29 f 83,69 h 66,26 f
D₂ (1000 ml) 48,98 e 41,44 d 87,90 h
D₃ (1500 ml) 11,68 a 23,63 b 111,02 i
BNJ 5% 5,26
88 HST D₀ (0 ml) 24,72 cde 18,43 b 41,89 g
(5) D₁ (500 ml) 26,55 de 29,36 ef 32,89 f
D₂ (1000 ml) 23,51 cd 11,40 a 46,22 g
D₃ (1500 ml) 33,01 f 20,51 bc 11,50 a
BNJ 5% 4,90
Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf yang sama pada umur yang
sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%; D = dosis air kelapa; W
= waktu pemberian; HST = hari setelah tanam.
Tabel 4.8 menunjukkan interaksi yang sangat nyata akibat
perlakuan kombinasi antara dosis air kelapa dengan waktu pemberian yang
berbeda terhadap bobot buah per periode panen tanaman tomat. Perlakuan
kombinasi dosis air kelapa 1000 ml/tanaman dan waktu pemberian 60
HST (D2W3) menghasilkan bobot buah tertinggi (46,22 gram) tetapi tidak
berbeda nyata dengan D0W3. Sedangkan perlakuan kombinasi dosis air
kelapa 1000 ml/tanaman dan waktu pemberian 45 HST (D 2W₂)
menghasilkan bobot buah terendah (11,40 gram) tetapi tidak berbeda nyata
dengan D3W3.

4.1.9. Bobot Buah Panen Total


Hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh perlakuan kombinasi
antara dosis dan waktu pemberian air kelapa menunjukkan interaksi yang
sangat nyata terhadap parameter bobot buah total tanaman tomat (Tabel
Lampiran 29). Demikian juga faktor tunggal perlakuan dosis dan waktu
pemberian air kelapa berpengaruh sangat nyata terhadap bobot buah total
tanaman tomat. Nilai rata-rata bobot buah total akibat perlakuan kombinasi
dosis dan waktu pemberian air kelapa disajikan pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Rata-rata Bobot Buah Panen Total Oleh Pengaruh Perlakuan
Kombinasi antara Dosis dan Waktu Pemberian Air Kelapa
38

Perlakuan Bobot Buah Total (buah)


Kombinasi W₁ (30 HST) W₂ (45 HST) W₃ (60 HST)
156,24 e
D0 (0 ml) 225,51 h
salah 150,16 d
D1 (500 ml) 130,86 c salah 200,72 g 224,39 h
D2 (1000 ml) 122,19 b 158,42 e 178,03 f
248,34 I
D3 (1500 ml) 107,49 a 116,93 b
salah
BNJ 5% 5,64
Keterangan : Angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%; D = dosis air
kelapa; W = waktu pemberian.
Tabel 4.9 menunjukkan interaksi yang sangat nyata akibat
perlakuan kombinasi antara dosis dan waktu pemberian air kelapa terhadap
bobot buah total tanaman tomat. Perlakuan kombinasi dosis air kelapa
1500 ml/tanaman dan waktu pemberian 60 HST (D 3W3) menghasilkan
berat buah tertinggi (248,34 gram), sedangkan perlakuan kombinasi dosis
air kelapa 1500 ml/tanaman dan waktu pemberian 30 HST (D3W1)
menghasilkan berat buah terendah (107,49 gram).

4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengaruh Perlakuan Kombinasi Dosis Air Kelapa dengan Waktu
Pemberian Yang Berbeda terhadap ???
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi nyata
antara perlakuan dosis (D) dan waktu pemberian air kelapa (W) pada
tanaman tomat. Interaksi nyata yang terjadi antara perlakuan dosis dan
waktu pemberian air kelapa terdapat pada parameter tinggi tanaman pada
umur pengamatan 35-49 HST, jumlah daun pada umur pengamatan 42 dan
49 HST, jumlah bunga, jumlah buah per periode panen (periode ke-2, 4,
dan 5), jumlah buah total, berat buah per periode panen, dan berat buah
total.
Perlakuan kombinasi W1D1 (waktu pemberian pada umur 30 HST dan
dosis air kelapa sebanyak 500 ml) menunjukkan terjadinya interaksi yang sangat
39

nyata pada tinggi tanaman tomat umur pengamatan 42 dan 49 HST. Kondisi ini
diduga pada perlakuan tersebut sesuai dengan kebutuhan tanaman dalam
menyerap unsur hara sehingga dapat mencukupi kebutuhan tanaman tomat dengan
baik. Yusnida (2006) mengungkapkan bahwa air kelapa adalah salah satu bahan
alami yang didalamnya terdapat hormon berupa sitokonin, auksin dan sedikit
giberalin yang dapat menstimulasi pertumbuhan. Peningkatan serapan hara
menyebabkan perkembangan sel dan jaringan tanaman semakin aktif sehingga
mendorong pertumbuhan akar selanjutnya memacu pertumbuhan bagian batang
dan daun sehingga meningkatkan tinggi tanaman. Peningkatan pertumbuhan
tanaman yang optimal pada fase vegetatif terus berlanjut sampai fase generatif.
Pertumbuhan yang berlangsung baik akan memberikan dampak peningkatan pada
fase perkembangan dan produksi. Puspitasari (2010) juga menambahkan, jika
suatu tanaman ditempatkan pada kondisi lingkungan yang mendukung dengan
unsur hara dan mineral yang sesuai, maka tanaman tersebut akan mengalami
pertumbuhan ke atas dan mengakibatkan tanaman menjadi lebih tinggi.
Perlakuan W2D2 (waktu pemberian pada umur 45 HST dan dosis
air kelapa 1000 ml) menunjukkan terjadinya interaksi yang nyata pada
jumlah daun umur 42 HST dan menunjukkan interaksi yang sangat nyata
pada umur 49 HST. Hal tersebut diduga karena pada dosis dan waktu
tersebut sudah mencukupi kebutuhan tanaman sehingga unsur hara dan
ZPT yang terkandung didalamnya dapat diserap secara optimal. Tanaman
yang mempunyai daun yang lebih banyak pada awal pertumbuhan akan
membantu pertumbuhan tanaman lebih maksimal karena kemampuan
menghasilkan fotosintat yang lebih tinggi. Selaras dengan pernyataan
Nana (2014) bahwa penyiraman dengan pemberian air kelapa tua
mengakibatkan pertumbuhan jumlah daun yang terus mengalami
peningkatan dibandingkan perlakuan tanpa penyiraman air kelapa, air
kelapa tua berperan penting dalam pembentukkan serta pertumbuhan daun,
karena air kelapa mempunyai hormon sitokinin yang mampu merangsang
pembentukkan daun dengan maksimal.
Perlakuan kombinasi W3D3 (waktu pemberian 60 HST dengan dosis air
kelapa 1500 ml) menunjukkan terjadinya interaksi yang sangat nyata pada
40

parameter jumlah bunga, jumlah buah per periode panen ke-2, jumlah buah total,
bobot buah per periode panen ke-2 dan ke-4 dan bobot buah total tanaman tomat.
Hal ini diduga pengaplikasian air kelapa dengan dosis dan waktu pemberian
tersebut sudah sesuai dengan nutrisi yang dibutuhkan tanaman tomat sehingga
mengakibatkan unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersedia dalam keadaan
seimbang dan memicu peningkatan hasil tanaman tomat. Adanya unsur kalium
pada air kelapa mencegah terjadinya kerontokan bunga tanaman. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Novizan (2005) dalam Sari dkk menyatakan bahwa kalium
berfungsi memperkuat tubuh tanaman agar bunga tidak mudah rontok. Kalium
merupakan bahan dalam membentuk kualitas tomat, dengan meningkatkan dosis
kalium akan sejalan dengan peningkatan kandungan kualitas tomat (Wardhani
dkk, 2019). Kalium merupakan unsur esensial yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah yang cukup besar. Kalium menduduki posisi kedua setelah unsur hara
nitrogen yang diperlukan oleh semua tanaman untuk tumbuh dan berkembang
selama siklus hidupnya. Pemberian unsur hara K dapat menyeimbangkan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara anataomi dan morfologinya,
serta dapat menyeimbangkan proses metabolisme (Wang et al, 2012). Selanjutnya
menurut Sutejo (2010) bahwa unsur P merangsang pembentukan bunga, buah dan
biji serta mempercepat pembentukan dan pematangan buah tomat. Sesuai dengan
pernyataan Marliah et al. (2012) bahwa pertumbuhan dan hasil tanaman tomat
akan lebih baik apabila semua unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman berada
dalam keadaan yang cukup. Unsur hara merupakan faktor yang mempengaruhi
banyaknya jumlah buah dikarenakan dalam pembentukan buah, tanaman
memerlukan unsur hara dalam jumlah besar antara lain pospor dan kalium. Hal ini
juga didukung dari pernyataan Hardjowigeno (2007) bahwa penyerapan hara
melalui mulut daun (stomata) berjalan cepat, sehingga perbaikan tanaman cepat
terlihat. Selain itu, unsur hara yang diberikan lewat daun hampir seluruhnya dapat
diambil tanaman dan lebih cepat diproses dalam fotosintesis dan ditranslokasikan
dengan cepat sampai ke buah sebagai lumbung penyimpanan akan bertambah
besar.
Perlakuan dosis dan waktu pemberiam air kelapa tidak
menunjukkan interaksi pada parameter tertentu seperti umur muncul
41

bunga, friutset, jumlah buah per periode panen ke-1 dan ke-3. Hal ini
disebabkan karena tidak berbeda nyatanya hasil yang ditunjukan terhadap
beberapa parameter diatas diduga karena kebutuhan unsur hara disetiap
umur tanaman berbeda sehingga kandungan unsur hara dan ZPT yang
terdapat didalam air kelapa belum mampu memacu pertumbuhan tanaman
tomat dalam pembelahan dan pembesaran sel juga adanya faktor lain yang
sangat berpengaruh pada hasil tanaman tomat salah satunya serangan hama
dan penyakit. Steel dan Torrie (1991), mengungkapkan bahwa bila
pengaruh interaksi berbeda tidak nyata, maka disimpulkan bahwa diantara
faktor-faktor perlakuan tersebut bertindak bebas satu terhadap lainnya.
Kejadian ini disebabkan karena selama pertumbuhan dan perkembangan
tanaman terdapat fase-fase pertumbuhan yang membutuhkan unsur hara
yang berbeda-beda atau tidak sama banyaknya.
Persentase pembentukan buah pada tanaman tomat dipengaruhi
oleh lingkungan tumbuh tanaman. Salah satu faktor yang mempengaruhi
persentase terbentuknya buah ialah jumlah bunga yang menjadi buah.
Apabila jumlah bunga yang mekar tinggi tetapi jumlah bunga yang jadi
buah rendah maka persentase terbentuknya buah juga rendah. Pemberian
perlakuan dosis dan waktu air kelapa berpengaruh sebagai faktor utama
pertumbuhan dan hasil tanaman tomat namun selain itu ada faktor lain
yang juga memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
tomat. Dalam budidaya tanaman, dua faktor yaitu faktor genetik dan
lingkungan sangat menentukan keberhasilan usaha budidaya tersebut.
Kondisi optimal kedua faktor tersebut akan memberikan hasil yang
optimal pada tanaman yang dibudidayakan. Berdasarkan penelitian yang
sudah dilakukan dapat dilihat pada (Gambar lampiran 1 dan 2) serangan
hama ulat pada tanaman tomat menyebabkan hasil tomat yang tidak
maksimal, hal ini serupa dengan pernyataan Nirwana (2013) bahwa
adanya hama dan penyakit tanaman dapat mempengaruhi kegiatan
budidaya tanaman yaitu dapat menurunkan kualitas dan kuantitas produk
yang dihasilkan.
42

4.2.2. Pengaruh Perlakuan Dosis Air Kelapa terhadap ??


Perlakuan air kelapa dengan dosis 500 ml (D 1) memberikan hasil terbaik
pada beberapa parameter pengamatan seperti tinggi tanaman umur 35-49 HST,
jumlah buah per periode panen ke-1, ke-4, dan ke-5, jumlah buah total, bobot
buah per periode panen, dan bobot buah total tanaman tomat. Hal ini berarti
bahwa penggunaan air kelapa memiliki keefektivan terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman tomat. Menurut Monique (2007) mengungkapkan bahwa air kelapa
dapat mempercepat pertambahan tinggi pada tanaman, dalam air kelapa
terkandung hormon-hormon yang membantu menstimulisir pertumbuhan dan
perkembangan jaringan, seperti auksin, sitokinin, dan giberelin. Hormon seperti
sitokinin, auksin, dan giberelin yang terdapat dalam air kelapa ini juga dapat
membantu proses pembentukan serta perkembangan daun dan bunga serta akar.
Kandungan auksin dan sitokinin yang terdapat dalam air kelapa mempunyai
peranan penting dalam proses pembelahan sel sehingga membantu pembentukan
tunas dan pemanjangan batang. Auksin akan memacu sel untuk membelah secara
cepat dan berkembang menjadi tunas dan batang juga percabangan akar serta
perkembangan buah (Pamungkas, 2009). Didukung oleh hasil penelitian platos
dalam Suryanto (2009) yang menyatakan bahwa hormon tumbuh dalam air kelapa
mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman hingga 20-70%.
4.2.3. Pengaruh Perlakuan Waktu Pemberian Air kelapa Yang Berbeda
terhadap ?
Perlakuan waktu pemberian air kelapa 60 HST (W3) memberikan
perlakuan terbaik daripada perlakuan lainnya khususnya pada fase generatif.
Jumlah bunga, jumlah buah per periode panen ke-4, jumlah buah total, bobot buah
per periode panen ke-1,2,4, dan 5, serta bobot buah total menunjukkan interaksi
yang nyata pada perlakuan W3. Hal ini diduga waktu pemberian air kelapa yang
tepat mampu meningkatkan hasil tanaman tomat. Sesuai dengan pernyataan
Rosmarkam dan Yuwono (2011) bahwa waktu dan cara pemberian pupuk yang
tepat sangat penting, terutama pada saat persediaan pupuk terbatas, maka
penggunaan pupuk harus tepat waktu pemberiannya dan tepat cara aplikasinya
sehingga meningkatkan hasil seoptimal mungkin. Menurut Sutejo (2010)
pemakaian pupuk secara berlebihan, baik berupa dosis maupun waktu
43

pemberiannya, selain tidak ekonomis dapat pula membahayakan pertumbuhan


tanaman. Samekto (2006) juga menjelaskan bahwasannya penyemprotan pupuk
yang tepat akan merangsang tanaman dalam meningkatkan hasil. Demikian juga
sebaliknya, apabila penyemprotan pupuk yang tidak tepat dosis dan waktunya,
maka akan menurunkan hasil produksi tanaman.
44

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan  Sesuaikan dengan hipotesis


Penelitian pengaruh dosis dan waktu pemberian air kelapa terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman tomat (lycopersicum esculentum mill.) dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Perlakuan beberapa dosis dan waktu pemberian air kelapa terjadi interaksi ??
pada beberapa parameter pengamatan. Perlakuan W1D1 (waktu pemberian 30
HST dan dosis air kelapa 500 ml) menunjukkan hasil tinggi tanaman pada 42
HST (98,17 cm), tinggi tanaman pada 49 HST (108,61 cm). Perlakuan W2D2
(waktu pemberian 60 HST dan dosis air kelapa 1000 ml) menunjukkan hasil
jumlah daun pada 42 HST (21,78 helai), jumlah daun pada 49 HST (25,11
helai). Perlakuan W3D3 (waktu pemberian 60 HST dan dosis air kelapa 1500
ml) menunjukkan hasil jumlah bunga (71,01 bunga), jumlah buah periode 2
(4,17 buah), jumlah buah total (17,82 buah), bobot buah periode 2 (118,90
gram), bobot buah periode 4 (112,02 gram), dan bobot buah total (246,34
gram).
2. Perlakuan dosis air kelapa D1 (dosis air kelapa 500 ml) menunjukkan
pengaruh yang sangat nyata pada parameter tinggi tanaman pada 35 HST
(81,35 cm), tinggi tanaman pada 42 HST (90,17 cm), tinggi tanaman pada 49
HST (99,69 HST), jumlah buah periode 1 (1,78 buah), jumlah buah periode 4
(6,83 buah), jumlah buah periode 5 (3,67 buah), jumlah buah total (12,44
buah), bobot buah periode 1 (31,92 gram), bobot buah periode 2 (62,15
gram), bobot buah periode 3 (103,98 gram), bobot buah periode 4 (73,38
gram), bobot buah periode 5 (29,63 gram), dan bobot buah total (185,33
gram). Terus apa makna dari kesimpulan ini dari aspek agronomis nya ??
3. Perlakuan waktu permberian air kelapa W 3 menunjukkan pengaruh yang
sangat nyata pada parameter jumlah bunga (60,28 buah), jumlah buah periode
4 (7 buah), jumlah buah total (13,48 buah), bobot buah periode 1 (28,22
gram), bobot buah periode 2 (72,91 gram), bobot buah periode 4 (74,87

42
45

gram), bobot buah periode 5 (33,12 gram), dan bobot buah total (200,23
gram).

5.2. Saran
Sebagai pengembangan penelitian, penulis memberikan beberapa
saran diantaranya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada musim
kemarau sehingga tanaman dapat tumbuh dan berproduksi secara
maksimal guna mengetahui dosis dan waktu pemberian air kelapa yang
tepat sehingga dapat menunjang kebutuhan nutrisi tanaman secara
maksimal dan juga pengendalian hama ulat yang sesuai agar tidak
mempengaruhi hasil tanaman tomat.==> berarti penelitianmu gagal ???

DAFTAR PUSTAKA
46

Ajizah, Hayati. 2011. Pengaruh Frekuensi Dan Konsentrasi Pemberian Air Kelapa
Terhadap Pertumbuhan Jamur Merang (Volvariella Volvaceae). Skripsi.
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.
Jember. 92 hal.
Amsar, A. Sarawa. C. Tresjia., dan Rakian. 2011. Pertumbuhan Dan Produksi
Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) Yang Diberi Pupuk
Guano Dan Air Kelapa. Jurnal Penelitian. Program Studi Agroteknologi,
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Halueleo. Kendari.
Vol 1:5-19 hal.
Armawi. 2009. Pengaruh Tingkat Kemasakan Buah Kelapa Dan Konsentrasi Air
Kelapa Pada Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih
(Pleurotus Ostreatus). Skripsi. Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Biologi,
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim. Malang. 116 hal.
Ashari, S. 1995. Hortikultura: Aspek Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia.
490 Hal.
Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Hortikultura. 2017. Sub Sektor
Hortikultura. Online. http://pertanian.go.id/ap_pages/mod/datahorti. Diakses
pada tanggal 13 Januari 2020.
Barciszewski, J., F. Massino., dan B.F.C, Clark. 2007. Kinetin—A Multiactive
Molecule. International Journal of Biological Macromolecules. 40 (3), 182–
192.
Bernadus. T, dan Wahyu. 2011. Bertanam Tomat. Jakarta. Agro Media Pustaka.
102 hal.
Cahyono, B. 2008. Tomat Usaha Tani dan Penanganan Pasca Panen.
Yogyakarta: Kanisius. 136 hal.
Campbell, N. A., J. B., Reece, dan I. G. Mitchell. 2003. Biologi Edisi Kelima-Jilid
2. Jakarta: Erlangga. 472 Hal.
Chen, J., W. H. Gabelman. 2000. Morphological and Physiological Characteristics
of Tomato Roots Associated with Potassium-acquisition Efficiency. Scientia
Horticulture. 83:213-255.
Didit. 2010. Cara Budidaya Tomat (Lycopersicom esculentum Mill.). Online.
http://tani.blog.fisip.uns.ac.id/2010/11/14/ . Diakses pada tanggal 12 Januari
2020.
Djamhuri E. 2011. Pemanfaatan Air Kelapa untuk Meningkatkan Pertumbuhan
Setek Pucuk Meranti Tembaga (Shorea leprosula Miq.). J. Silvikultur
Tropika. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor. Vol 02(01): 5-8.
Elmi, Kamsiati. 2006. Pembuatan Bubuk Sari Buah Tomat (Lycopersicom
esculentum Mill.) dengan “Metode Foam-Mat Drying”. Jurnal Teknologi

43
47

Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Kalimantan Tengah.


Vol.7 No 2:113-119.
Fatimah, N. S. 2008. Efektivitas Air Kelapa dan Leri Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Hias Bromelia (Neoregelia carolinae) Pada Media Yang Berbeda.
Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Solo. 80 hal.
Gore, N.S. dan M.N., Sreenivasa. 2011. Influence of Liquid Organic Manures on
Growth, Nutrient Content and Yield of Tomato (Lycopersicon esculentum
Mill.) in the Sterilized Soil. Karnataka Journal of Agricultural Sciences. 24
(2), 153–156.
Harjadi. S. S. 1989. Budidaya Tomat. Hal 1-26. Dalam S. S. Harjadi (ed). Dasar-
Dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Bogor.
IPB. 506 Hal.
Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Akademia Pressindo, Jakarta. 288 hal.
Hati, P. A. H., dan A. D. Susila. 2016. Optimasi Dosis Pemupukan Kalium Pada
Budidaya Tomat. Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
Jurnal Agrohorti. 4(2):173-179.
Hidayati, Nurul., dan R. Darmawan. 2013. Tomat Unggul. Penebar Swadaya.
Jakarta. 108 Hal.
Katuuk, 2000. Aplikasi Mikropropagasi Anggrek Macan (Grammatohyllum
sciptum) dengan Menggunakan Air Kelapa. Jurnal Penelitian IKIP Manado.
(iv):290-298.
Kristina, N.N. dan S.T., Syahid. 2012. Pengaruh Air Kelapa Muda terhadap
Multiplikasi Tunas In Vitro, Produksi Rimpang, dan Kandungan
Xanthorrhizol Temulawak di Lapangan. Jurnal Littri. 18 (3), 125–134.
Kusumayati, N., E. E. Nurlaelih., dan L. Setyobudi. 2015. Tingkat Keberhasilan
Pembentukan Buah Tiga Varietas Tanaman Tomat (Lycopersicum
esculentum Mill) Pada Lingkungan yang Berbeda. Jurnal Produksi
Tanaman. Vol 3(8):683-688.
Leovini, H. 2012. Pemanfaatan Pupuk Organik Cair pada Budidaya Tanaman
Tomat (Solanum lycopersicumL.) Makalah Seminar Umur. Jurusan
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta. 26 Hal.
Ma, Z., L, Ge., A.S.Y. Lee. J.W.H., Yong, S.N. Tan, dan E.S. Ong. 2008.
Simultaneous Analysis of Different Classes of Phytohormones on Coconut
(Cocos nucifera L.) Water Using High-Performance Liquid Chromatography
and Liquid Chromatography-Tandem Mass Spectrometry after Solid-Phase
Extraction. Analytica Chimica Acta. 610 (2), 274–281. doi:10.1016/j.
aca.2008.01.045.
48

Majdid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jurusan Ilmu Tanaman, Fakultas


Pertanian. UNSRI. Mataram. Bahan Ajar Online.
http://dasar2ilmutanah.com. Diakses pada tanggal 14 Januari 2020.
Marliah, A., Hayati, M., dan Muliansyah. 2012. Pemanfaatan Pupuk Organik Cair
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa Varietas Tomat (Lycopersicum
esculentum L.). Jurnal Agrista, 16(3), 122–128.
Marschner, H. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plant. Second Edition.
Academic Press. Harcourt Brace and Company. Publisher. London. Annals
of Botany. Vol 78(4):527-528.
Mayura, E. 2017. Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa terhadap Pertumbuhan Bibit
Kayumanis Seilon (Cinnamomum zeylanicum Blume). Jurnal Ilmiah
Tambua. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. 13 (2), 153–
158.
Minawati. 2011. Penetapan Kadar Kalium dan Natrium pada Air Kelapa Hijau
(Cocos Nucifera L varietas viridis) dan Air Kelapa Gading (Cocos nucifera
L varietas Eburnia). Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara.
Medan. 82 hal.
Monique, Y. 2007. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Air Kelapa Terhadap
Pembentukan Bunga dan Pertumbuhan Akar Setek Batang Mi Hong (Aglaia
odorata). Jurnal Primordia 3 (1): 47-48 hal.
Naika, Shankara. Goffau, de Marja., Hilmi, Martini., D.V. Barbara. 2005.
Cultivation Of Tomato. Agrodok 17. PROTA. Netherlands. Hal 91.
Nana, S. A., dan Salamah, Z. 2014. Pertumbuhan Tanaman Bawang Merah
(Allium cepa L.) dengan Penyiraman Air Kelapa (Cocos nucifera L.)
Sebagai Sumber Belajar Biologi SMA Kelas XII. JUPEMASI-PBIO, 1(1):
82.
Netty, 2002. Air kelapa sebagai nutrisi tanaman . Rineka Cipta, Jakarta. 35 hal.
Nirwana, V.M., I.K. Sastrahidayat dan A, Muhibuddin. 2013. Pengaruh Populasi
Tanaman Terhadap Hama Dan Penyakit Tanaman Tomat Yang
Dibudidayakan Secara Vertikultur. Jurnal HPT. 1(4) : 67-79.
Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
130 hal.
Nurita, N, E. Fauziati., R.S. Maftu’ah, dan Simatupang. 2004. Pengaruh Olah
Tanah Konservasi Terhadap Hasil Varietas Tomat di Lahan Lebak. Balai
Penelitian Pertanian Lahan Rawa. 360-367 hal. Online. http://www.
balittra.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 12 Januari 2020.
Pamungkas, F. T,. D. Sri, dan R. Budi. 2009. Pengaruh Konsentrasi dan Lama
Perendaman dalam Supernatan Kultur Bacillus sp. Terhadap Pertumbuhan
49

Setek Horizontal Batang Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Jurnal Sains dan
Matematika. Universitas Diponegoro. Semarang. 17(3):12-14.
Panah Merah East Weed. 2020. Tomat Varietas Tantyna F1. Online.
http://panahmerah.id. Diakses pada tanggal 14 Januari 2020.
Pitojo. S. 2005. Benih Tomat. Yogyakarta. Kanisius. 94 hal.
Purwati, E dan Khairunisa. 2007. Budidaya Tomat Dataran Rendah. Jakarta.
Penebar Swadaya. 68 Hal.
Purwati, 2007. Budidaya Tomat. Jakarta. Penebar Swadaya. 67 hal.
Puspitasari, D., 2010, Bakteri Pelarut Fosfat Sebagai Biofertilizer Pada
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.), skripsi,
Fakultas Sains dan Teknologi. Jurusan Biologi. Universitas Airlangga.
Surabaya. 70 hal.
Rismunandar. 2001. Tanaman Tomat. Sinar Baru Algesindo: Jakarta. 60 hal.
Ritawati, Sri,. Firnia, Dewi,. Rosyitah. Ita. 2017. Pengaruh Pemberian Beberapa
Jenis Pupuk Kotoran Hewan dan Konsentrasi Air Kelapa Terhadap Hasil
Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.). Jurnal Agroteknologi.
Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian. Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Banten. 9(10):48-55.
Rosmarkam, A., dan N.W Yuwono. 2011. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.
Yogyakarta. 20 Hal.
Samekto, Riyo. 2006. Pupuk Kompos. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama. 44 hal.
Santi, T.K. 2006. Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) Jurnal Ilmiah Progresif.
3(9):1-9.
Saragih, W.C. 2008. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tomat Terhadap
Pemberian Pupuk Phospat dan Bahan Organik. Skripsi. Universitas
Sumatera Utara. 88 hal.
Sari, N. R. 2017. Pengaruh Pemberian Air Kelapa Terhada Pertumbuhan Tanaman
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.). Jurusan Agtoteknologi, Fakultas
Pertanian. IAIN. Palangkaraya. Skripsi. 87 Hal.
Sholikhah, Ummi., dan A. Hayati. 2011. Pengaruh Pemberian Air Kelapa
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jamur Merang. Jurusan Agroteknologi,
Fakultas Pertanian. Univesitas Jember. Jember. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian.
11(1):58-62
Steel, P. G. D. and J. H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika suatu
Pendekatan Geometrik. Terjemahan B. Sumantri. PT Gramedia. Jakarta. 772
hal.
50

Sudarwati, H., M.H. Natsir, dan V.M.A. Nurgiatiningsih. 2019. Statistika dan
Rancangan Percobaan Penerapan dalam Bidang Peternakan. Malang :
UB Press. 190 hal.
Sunarmani, Kun., dan D. Tanti. 2008. Parameter Likopen Dalam Standarisasi
Konsentrat Buah Tomat. Proiding PPI Standarisasi. Jakarta. 8 hal.
Supriadi. 2013. Pengaruh Pemberian Dosis Pupuk Kandang Kotoran Ayam Pada
Tanah Gambut Pedalaman Terhadap Pertumbuhan Tanaman Tomat
(Lycopersicum esculentum Mill.) Skripsi. Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Palangka raya. Hal 11-12.
Supriati, Y., dan D. S. Firmansyah. 2015. Bertanam Tomat di Pot (Edisi Revisi).
Jakarta. Penebar Swadaya. 90 hal.
Suraniningsih. 2009. Mari Berkebun Tomat. CV Sinar Cemerlang Abadi, Jakarta
60 hal.
Suryanto, 2009. Respon Stek Pucuk Camelia japonica terhadap Pemberian Zat
Pengatur Tumbuh Organik. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat
Biodiversifikasi Indonesia. 23 hal.
Sutedjo, M. M. 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta. Rineka Cipta. 1 hal.
Sutini. 2008. Analisis Stabilitas Insersi dan Ekspresi Fenotipik Gen Partenokarpi
DeFH9-iaaaM Pada T3 Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.)
Transgenik Asal Varietas Opal. Skripsi. Fakultas Matematika dan
Pengetahuan Alam Departemen Biologi Depok. 40 hal.
Syukur. M., H. E. Saputra., R. Hermanto. 2015. Bertanam Tomat Di Musim
Hujan. Jakarta Timur. Penebar Swadaya. 146 hal.
Tafajani, D. S. 2010. Panduan Komplit Bertanam Sayur dan Buah-Buahan.
Yogyakarta. Cahaya Atma. 110 hal.
Thampan, P.K. dan P. Rethinam. 2004 Coconut Products for Health and
Medicine. Indian Coconut J. 35, 6– and Yield of Tomato (Lycopersicon
esculentum Mill.) in the Sterilized Soil. Karnataka Journal of Agricultural
Sciences. 24 (2), 153–156.
Totong, Oscar., Hadid, Abdul. dan H. Mas’ud. 2016. Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill) Pada Berbagai Media
Tumbuh Dengan Interval Penyiraman Air Kelapa Yang Berbeda. Program
Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako. Palu. Jurnal
Agrotekbis 4(6):693-701.
Tugiyono. 2005. Tanaman Tomat. Jakarta: Agromedia Pustaka. 250 halaman.
Wang S, Liang X, Luo Q, Fan F, Chen Y. and Z. Li, 2012. Fertilization increases
paddy soil organic carbon density. Journal. Zhejiang University. 13(4):274-
82.
51

Wardhani, K. R. V., A. Deffi dan Koesriharti. Pengaruh Pemberian Pupuk


Kandang Ayam dan Pupuk Kalium terhadap Pertumbuhan, Hasil dan
Kualitas Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.). Jurnal Produksi
Tanaman. Fakultas Aroteknologi, Jurusan Agronomi, Universitas
Brawijaya. Malang. Vol. 7 No. 9, September 2019: 1752–176.
Wiryanta, B. T. W. 2002. Kiat megatasi permasalahan praktis. Bertanam tomat.
Agro Media Pustaka. Jakarta. 102 Hal.
Wulandari, R.C., R. Linda, dan Mukarlina 2013. Pertumbuhan Stek Melati Putih
(Jasminum sambac (L) W.Ait.) dengan Pemberian Air Kelapa dan IBA
(Indole Butyric Acid ). Jurnal Protobiont. 2 (2), 39–43.
Yong, J.W.H., L., Ng, Y.F. Ge, dan S. Tan. 2009. The Chemical Composition and
Biological Properties of Coconut (Cocos nucifera L.) Water. Jurnal
Molecules. 14, 5144–5164.
Yrama, Widya. 2009. Pedoman Bertanam Tomat. Bandung: CV. Yrama Widya.
134 hal .
Yusnida, B. 2006. Pengaruh Pemberian Giberelin (GA3) dan Air Kelapa
Terhadap Perkecambahan Bahan Bij Anggrek Bulan (Phalaenopsis ambilis
BL) Secara In Vitro. Online. (http://biologifkip.unri.ac.id/karya_tulis/1
%20beyPENGARUH%20PEMBERIAN%20GIBERELIN%2041-46.pdf).
Diakses pada tanggal 12 November 2020.
52

Tabel Lampiran 1. Anova Tinggi Tanaman 7 HST


SK db JK KT Fhit F Tabel Ket
0.05 0.01
Perlakuan 11 30.98 2.82 0.45 2.22 3.09 tn
D 3 8.17 2.72 0.44 3.01 4.72 tn
W 2 2.51 1.26 0.20 3.40 5.61 tn
DxW 6 20.29 3.38 0.54 2.51 3.67 tn
Galat 24 149.55 6.23
Total 35 180.52 5.16
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata

Tabel Lampiran 2. Anova Tinggi Tanaman 14 HST


SK Db JK KT Fhit F Tabel Ket
5% 1%
Perlakuan 11 141.95 12.90 0.67 2.22 3.09 tn
D 3 26.42 8.81 0.46 3.01 4.72 tn
W 2 26.01 13.01 0.68 3.40 5.61 tn
DxW 6 89.51 14.92 0.78 2.51 3.67 tn
Galat 24 461.81 19.24
Total 35 603.76 17.25      
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata

Tabel Lampiran 3. Anova Tinggi Tanaman 21 HST


SK Db JK KT Fhit F Tabel Ket
5% 1%
Perlakuan 11 474.66 43.15 0.86 2.22 3.09 tn
D 3 122.41 40.80 0.81 3.01 4.72 tn
W 2 102.80 51.40 1.02 3.40 5.61 tn
DxW 6 249.45 41.57 0.83 2.51 3.67 tn
Galat 24 1203.94 50.16
Total 35 1678.61 47.96
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata
53

Tabel Lampiran 4. Anova Tinggi Tanaman 28 HST


SK Db JK KT Fhit F Tabel Ket
5% 1%
Perlakuan 11 514.38 46.76 0.57 2.22 3.09 tn
D 3 73.32 24.44 0.30 3.01 4.72 tn
W 2 90.62 45.31 0.55 3.40 5.61 tn
DxW 6 350.43 58.41 0.71 2.51 3.67 tn
Galat 24 1984.67 82.69
Total 35 2499.04 71.40
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata

Tabel Lampiran 5. Anova Tinggi Tanaman 35 HST


SK Db JK KT Fhit F Tabel Ket
5% 1%
Perlakuan 11 650.62 59.15 9.91 2.22 3.09 **
D 3 90.47 30.16 5.05 3.01 4.72 **
W 2 154.21 77.10 12.91 3.40 5.61 **
DxW 6 405.94 67.66 11.33 2.51 3.67 **
Galat 24 143.28 5.97
Total 35 793.91 22.68
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata

Tabel Lampiran 6. Anova Tinggi Tanaman 42 HST


SK Db JK KT Fhit F Tabel Ket
5% 1%
Perlakuan 11 838.61 76.20 6.59 2.22 3.09 **
D 3 122.54 40.85 3.53 3.01 4.72 *
W 2 50.66 25.33 2.19 3.40 5.61 tn
DxW 6 665.02 110.84 9.58 2.51 3.67 **
Galat 24 277.56 11.57
Total 35 1115.78 31.88
Keterangan : * = berpengaruh nyata
** = berpenharuh sangat nyata
tn = tidak berpengaruh nyata
54

Tabel Lampiran 7. Anova Tinggi Tanaman 49 HST


SK Db JK KT Fhit F Tabel Ket
5% 1%
Perlakuan 11 1096.72 99.70 14.60 2.22 3.09 **
D 3 324.87 108.29 15.86 3.01 4.72 **
W 2 31.18 15.59 2.28 3.40 5.61 tn
DxW 6 740.67 123.45 18.08 2.51 3.67 **
Galat 24 163.91 6.83
Total 35 1260.62 36.02
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata
tn = tidak berpengaruh nyata

Tabel Lampiran 8. Anova Jumlah Daun 7 HST

SK Db JK KT Fhit F Tabel Ket


5% 1%
Perlakuan 11 9.16 0.83 0.98 2.22 3.09 tn
D 3 0.90 0.30 0.35 3.01 4.72 tn
W 2 0.47 0.23 0.27 3.40 5.61 tn
DxW 6 7.80 1.30 1.53 2.51 3.67 tn
Galat 24 20.43 0.85
Total 35 29.59 0.85
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata

Tabel Lampiran 9. Anova Jumlah Daun 14 HST

F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakuan 11 8.61 0.78 1.37 2.22 3.09 tn
D 3 0.70 0.23 0.41 3.01 4.72 tn
W 2 2.94 1.47 2.57 3.40 5.61 tn
DxW 6 4.97 0.83 1.45 2.51 3.67 tn
Galat 24 13.72 0.57
Total 35 22.33 0.64
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata
55

Tabel Lampiran 10. Anova Jumlah Daun 21 HST

F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakuan 11 15.12 1.37 1.37 2.22 3.09 tn
D 3.01 4.72
3 2.34 0.78 0.78 tn
W 3.40 5.61
2 1.89 0.95 0.95 tn
DxW 2.51 3.67
6 10.89 1.82 1.81 tn
Galat 24 24.04 1.00
Total 35 39.16 1.12
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata

Tabel Lampiran 11. Anova Jumlah Daun 28 HST

F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakua 2.22 3.09
n 11 18.43 1.68 0.68 tn
D 3.01 4.72
3 6.33 2.11 0.85 tn
W 3.40 5.61
2 1.50 0.75 0.30 tn
DxW 2.51 3.67
6 10.59 1.76 0.71 tn
Galat 24 59.27 2.47
Total 35 77.69 2.22
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata

Tabel Lampiran 12. Anova Jumlah Daun 35 HST

F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakuan 11 33.01 3.00 1.52 2.22 3.09 tn
D 3.01 4.72
3 4.97 1.66 0.84 tn
W 3.40 5.61
2 2.28 1.14 0.58 tn
DxW 2.51 3.67
6 25.75 4.29 2.18 tn
Galat 24 47.34 1.97
Total 35 80.34 2.30
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata
56

Tabel Lampiran 13. Anova Jumlah Daun 42 HST

F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakua 2.22 3.09
n 11 77.27 7.01 3.05 *
D 3.01 4.72
3 11.46 3.82 1.66 tn
W 3.40 5.61
2 16.47 8.23 3.57 *
DxW 2.51 3.67
6 49.34 8.22 3.57 *
Galat 24 55.33 2.31
Total 35 132.60 3.79
Keterangan : * = berpengaruh nyata
tn = tidak berpengaruh nyata

Tabel Lampiran 14. Anova Jumlah Daun 49 HST

F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakua 2.22 3.09
n 11 120.56 10.96 4.67 **
D 3.01 4.72
3 23.82 7.94 3.38 *
W 3.40 5.61
2 4.07 2.04 0.87 tn
DxW 2.51 3.67
6 92.68 15.45 6.58 **
Galat 24 56.38 2.35
Total 35 176.95 5.06
Keterangan : * = berpengaruh nyata
** = berpengaruh sangat nyata
tn = tidak berpengaruh nyata

Tabel Lampiran 15. Anova Umur Muncul Bunga

F Tabel Ket
SK Db JK KT Fhit
5% 1%
Perlakuan 11 3.89 0.35 1.42 2.22 3.09 tn
D 3.01 4.72
3 0.16 0.05 0.21 tn
W 3.40 5.61
2 0.52 0.26 1.04 tn
DxW 2.51 3.67
6 3.21 0.54 2.14 tn
Galat 24 6.00 0.25
Total 35 9.89 0.28
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata
57

Tabel Lampiran 16. Anova Jumlah Bunga

F Tabel Ket
SK Db JK KT Fhit
5% 1%
Perlakuan 11 2589.65 235.42 31.21 2.22 3.09 **
3.01 4.72
D 3 574.37 191.46 25.38 **
3.40 5.61
W 2 223.23 111.61 14.80 **
2.51 3.67
DxW 6 1792.06 298.68 39.60 **
Galat 24 181.03 7.54
Total 35 2770.68 79.16
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata

Tabel Lampiran 17. Anova Perhitungan Fruitset

F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakua 2.22 3.09
n 11 92.08 8.37 0.41 tn
D 3.01 4.72
3 23.20 7.73 0.38 tn
W 3.40 5.61
2 3.79 1.89 0.09 tn
DxW 2.51 3.67
6 65.08 10.85 0.53 tn
Galat 24 20.48 0.85
Total 35 112.56 3.22
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata

Tabel Lampiran 18. Anova Jumlah Buah Per Periode Panen (60 HST)

F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakua 2.22 3.09
n 11 10.58 0.96 1.80 tn
D 3.01 4.72
3 4.91 1.64 2.38 tn
W 3.40 5.61
2 0.10 0.05 0.09 tn
DxW 2.51 3.67
6 1.40 0.23 0.44 tn
Galat 24 12.83 0.53
Total 35 23.41 0.67
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata
tn = tidak berpengaruh nyata
58

Tabel Lampiran 19. Anova Jumlah Buah Per Periode Panen (67 HST)

F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakua 2.22 3.09
n 11 33.58 3.05 4.44 **
D 3.01 4.72
3 4.91 1.64 2.38 tn
W 3.40 5.61
2 3.72 1.86 2.71 tn
DxW 2.51 3.67
6 24.94 4.16 6.05 **
Galat 24 16.50 0.69
Total 35 50.08 1.43
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata
tn = tidak berpengaruh nyata

Tabel Lampiran 20. Anova Jumlah Buah Per Periode Panen (75 HST)

F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakua 2.22 3.09
n 11 64.39 5.85 4.51 **
D 3.01 4.72
3 6.33 2.11 1.63 tn
W 3.40 5.61
2 35.76 17.88 13.77 **
DxW 2.51 3.67
6 22.29 3.72 2.86 *
Galat 24 31.17 1.30
Total 35 95.56 2.73
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata
* = berpengaruh nyata
tn = tidak berpengaruh nyata

Tabel Lampiran 21. Anova Jumlah Buah Per Periode Panen (81 HST)

F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakua 2.22 3.09
n 11 222.08 20.19 19.25 **
D 3.01 4.72
3 42.24 14.08 13.43 **
W 3.40 5.61
2 41.51 20.76 19.79 **
DxW 2.51 3.67
6 138.32 23.05 21.98 **
Galat 24 25.17 1.05
59

Total 35 247.24 7.06


Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata
tn = tidak berpengaruh nyata

Tabel Lampiran 22. Anova Jumlah Buah Per Periode Panen (88 HST)
F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakua 2.22 3.09
n 11 33.69 3.06 7.00 **
D 3.01 4.72
3 16.74 5.58 12.76 **
W 3.40 5.61
2 2.79 1.40 3.19 tn
DxW 2.51 3.67
6 14.15 2.36 5.39 **
Galat 24 10.50 0.44
Total 35 44.19 1.26
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata
tn = tidak berpengaruh nyata

Tabel Lampiran 23. Anova Jumlah Buah Panen Total

F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakua 2.22 3.09
n 11 282.25 25.56 13.98 **
D 3.01 4.72
3 48.44 16.15 8.80 **
W 3.40 5.61
2 71.61 35.81 19.51 **
DxW 2.51 3.67
6 162.20 27.03 14.73 **
Galat 24 44.04 1.83
Total 35 326.29 9.32
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata

Tabel Lampiran 24. Anova Bobot Buah Per Periode Panen (60 HST)

F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakuan 11 4862.32 442.03 228.12 2.22 3.09 **
D 3 2647.23 882.41 455.38 3.01 4.72 **
W 2 733.35 366.67 189.23 3.40 5.61 **
DxW 6 1481.74 246.96 127.45 2.51 3.67 **
Galat 24 46.51 1.94
60

Total 35 4908.82 140.25


Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata

Tabel Lampiran 25. Anova Bobot Buah Per Periode Panen (67 HST)

F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
470.2 2.22 3.09
Perlakuan 11 16392.82 1490.26 **
2
140.0 3.01 4.72
D 3 1331.58 443.86 **
5
235.3 3.40 5.61
W 2 1491.98 745.99 **
8
713.5 2.51 3.67
DxW 6 13569.82 2261.54 **
8
Galat 24 76.06 3.17
Total 35 16468.88 470.54
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata

Tabel Lampiran 26. Anova Bobot Buah Per Periode Panen (75 HST)

F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakuan 11 23770.36 2160.94 595.93 2.22 3.09 **
D 3 2869.70 956.57 263.80 3.01 4.72 **
1772.6 3.40 5.61
W 2 12855.52 6427.76 **
0
DxW 6 8045.13 1340.86 369.77 2.51 3.67 **
Galat 24 87.03 3.63
Total 35 23857.38 681.64
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata

Tabel Lampiran 27. Anova Bobot Buah Per Periode Panen (81 HST)

F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakuan 11 21464.71 1951.34 611.43 2.22 3.09 **
D 3.01 4.72
3 6811.08 2270.36 711.39 **
W 3.40 5.61
2 3849.13 1924.56 603.04 **
61

DxW 2.51 3.67


6 10804.50 1800.75 564.25 **
Galat 24 76.59 3.19
Total 35 21541.30 615.47
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata

Tabel Lampiran 28. Anova Bobot Buah Per Periode Panen (88 HST)

F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakuan 11 4237.90 385.26 139.15 2.22 3.09 **
D 3 456.33 152.11 54.94 3.40 5.61 **
W 2 905.92 452.96 163.60 3.01 4.72 **
DxW 6 2875.66 479.28 173.11 2.51 3.67 **
Galat 24 66.45 2.77
Total 35 4304.35 122.98
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata

Tabel Lampiran 29. Anova Bobot Buah Total Per Tanaman

F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
0.05 0.01
Perlakuan 11 52303.65 4754.88 1297.12 2.22 3.09 **
D 3.01 4.72
3 16959.40 5653.13 1542.16 **
W 3.40 5.61
2 18472.53 9371.26 2556.46 **
DxW 2.51 3.67
6 16601.72 2766.95 754.82 **
Galat 24 87.98 3.67
Total 35 52391.62 1496.90
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata
62

Tabel Lampiran 30. Deskripsi Tanaman Tomat Varietas Tantyna F1

No Uraian Keterangan
1 Nomor Seleksi 4275/kpts/SR.120/10/2011
2 Asal Persilangan -
3 Golongan Hibrida
4 Umur Tanaman 60-105 (HSS)
5 Umur Panen 70-75 (HST)
6 Tinggi Tanaman 100-115 cm
7 Diameter Pangkal Batang 1012 mm
8 Tipe Daun Tidak bergerigi
9 Lebar Daun 6-9 cm
10 Muka Daun Halus dan lembut
11 Posisi Daun Datar menurun
12 Panjang Tangkai Daun 27-32 cm
13 Warna Daun Hijau
14 Warna Mahkota Bunga Kuning
15 Jumlah Bunga Per Tandan 6-10 bunga
16 Jumlah Tandan Bunga 13-15 tandan
17 Jumlah Buah Per Tandan 4-10 buah
18 Bentuk Buah Bulat
19 Diameter Buah 4-5 cm
20 Warna Buah Muda Hijau
21 Warna Buah Tua Merah
23 Tekstur Buah Agak renyah
24 Rasa Buah Manis-masam
25 Jumlah Buah Per Tanaman 50-58 buah
26 Berat Per Buah 70-80 g
27 Rata-Rata Produksi 50-60 ton/Ha
28 Ketahanan Penyakit Layu bakteri, bercak bakteri, gemini
virus, hawar daun iklim panas, cracking
29 Rekomendasi Beradaptasi baik di dataran rendah
sampai sedang dengan ketinggian 50-
600 mdpl
Sumber : PT. East West Seed Indonesia, 2020.
63

Gambar Lampiran 1. Hama Ulat Pada Tanaman Tomat

Gambar Lampiran 2. Serangan Hama Ulat


64

Anda mungkin juga menyukai