PENDAHULUAN
1
2
Sebagian besar para petani menggunakan hormon serta pupuk sintetis dalam
menanggulangi kerontokan bunga yang mengakibatkan lingkungan menjadi
tercemar atau kurang ramah lingkungan. Selain itu, biaya yang dikeluarkan dalam
memenuhi kebutuhan hormon sintetis membutuhkan biaya yang cukup banyak.
Unsur hara yang berperan dalam memperkuat pembungaan yaitu kalium (K).
Kalium (K) merupakan salah satu unsur hara makro yang penting bagi
tanaman, karena unsur ini terlibat langsung dalam beberapa proses fisiologis
antara lain, berperan dalam pengendalian tekanan osmotik dan turgor sel serta
stabilitas pH, berperan dalam aktivitas enzim pada sintesis karbohidrat dan
protein, serta meningkatkan translokasi fotosintat ke luar daun
(Marschener,1995).
Tanaman tomat menyerap unsur K dalam jumlah yang banyak berkisar
antara 1-5% dari bobot kering tanaman (Chen dan Gabelman, 2000), sementara
ketersediaannya dalam larutan tanah relatif rendah, sehingga terjadi defisiensi K.
Selama pertumbuhan tanaman tomat, kalium berperan dalam pengerasan batang,
penguatan akar, peningkatan kualitas buah, serta peningkatan ketahanan terhadap
beberapa jenis hama, penyakit, dan kekeringan. Defisiensi K menyebabkan
pertumbuhan kuncup terhenti dan mati, pertumbuhan tanaman lemah, daun tua
menunjukkan nekrosis, buah muda rontok, ukuran buah kecil, warna buah
kehijauan, rasa buah kurang mengandung asam (Helena dan Anas, 2016).
Serapan unsur hara K yang dibutuhkan tanaman tomat dalam bobot buah
22,40 ton/Ha adalah 149,10 kg/Ha (Majdid, 2009) atau setara dengan 8,2 g/tan.
Kalium yang bersifat mobile dalam tanaman akan ditranslokasikan menuju bagian
tanaman yang membutuhkan. Apabila unsur hara kalium tidak terpenuhi
kebutuhannya maka akan terjadi translokasi K dari bagian tanaman yang tua
menuju bagian tanaman yang muda (Sutedjo, 2010). Penambahan unsur hara K
bisa melalui tanah dengan pemberian pupuk kimia seperti KCL ataupun melalui
daun dengan pemberian bahan organik. Sebagai upaya dalam meningkatkan
efisiensi penggunaan unsur K, maka teknik pemberian pupuk yang meliputi dosis
dan waktu pemberian yang tepat perlu diperhatikan.
Pemberian bahan organik merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan unsur K pada tomat. Manfaat lain dari penggunaan
3
bahan organik adalah untuk mengurangi pemakaian pupuk kimia, untuk itu upaya
yang dilakukan dalam perkembangan budidaya tanaman adanya bahan-bahan
organik. Salah satu bahan organik tanaman yang diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan tomat akan unsur K adalah pemberian air kelapa tua.
Kandungan unsur kalium pada air kelapa kemungkinan dapat meningkatkan
petumbuhan dan hasil tanaman tomat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air
kelapa kaya akan (K) hingga 17%. Selain kaya mineral, air kelapa juga
mengandung gula antara 1,7 sampai 2,6% dan protein 0,07 hingga 0,55%. Mineral
lainnya antara lain magnesium (Mg), ferum (Fe), cuprun (Cu), dan sulfur (S).
Selain mineral, air kelapa juga mengandung berbagai macam vitamin seperti asam
sitrat, asam nikotinat, asam pantotenal, dan asam folat.
Air kelapa juga mengandung hormon giberelin (0,460 ppm GA3, 0,255 ppm
GA5, dan 0,053 ppm GA7), sitokinin (0,441ppm kinetin dan 0,247 ppm zeatin)
dan auksin (0,237 ppm IAA) (Djamhuri, 2011). Seperti yang sering kita liat, tunas
kelapa mampu tumbuh secara baik dan subur, berkat cadangan makanan untuk
pertumbuhannya yang tersimpan pada air kelapa. Akan tetapi, kebanyakan
masyarakat belum menyadari hal tersebut, bahwa air kelapa dapat digunakan
sebagai pupuk tanaman. Hasil penlitian Ritawati, Firnia, dan Rosyitah (2017)
memperlihatkan perlakuan pemberian DOSIS konsentrasi air kelapa 1000 ml (100
%) memberikan pengaruh terbaik terhadap parameter bobot buah tomat per
tanaman (84,63 g) dan diameter buah (28,68 mm). Belum Nampak di
Pendahuluan, hubungan dosis dan waktu pemberian air kelapa thdp pertumbuhan
dan hasil tomat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi hasil tentang dosis
yang paling optimum dan waktu pemberian air kelapa yang tepat dimana air
kelapa digunakan sebagai pupuk organik cair sekaligus hormon pertumbuhan
sehingga dalam pengaplikasiannya sesuai dengan tujuan utama yaitu
meningkatkan pertumbuhan dan hasil dari tanaman tomat.
5
6
2.2.3. Daun
Secara morfologi, pada umumnya Daun memiliki bagian-bagian helaian
daun (lamina) dan tangkai daun (petiolus) pada tangkai daun terdapat bagian yang
menempel pada batang yang disebut tangkai daun. Daun majemuk pada tanaman
tomat tumbuh berselang seling atau tersusun mengelilingi batang tanaman. Daun
berbentuk oval, berwarna hijau, bagian tepi daun bergerigi daun tomat terdiri atas
helaian daun dan tangkai daun. Pada dasarnya, anatomi daun serupa dengan
anatomi batang. Bila kita Pengamatan mengamati daun dibawah mikroskop, akan
tampak bagian-bagian dari atas ke bawah yaitu epidermis, jaringan tiang (jaringan
palisade), jaringan bunga karang (jaringan spons), dan berkas pembuluh angkut
daun. Jumlah daun biasanya ganjil, yakni berjumlah 5 atau 7 helai (Purwati dan
Khairunisa, 2007).
Daun merupakan organ pada tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat
fotosintesis, transpirasi, dan sebagai alat pernapasan. Hasil fotosintesis berupa
gula (glukosa) dan oksigen. Glukosa hasil-hasil fotosintesis akan diangkut oleh
pembuluh tapis dan diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan. Oksigen dikeluarkan
melalui stomata daun dan sebagian digunakan untuk respirasi sel-sel di daun.
Daun juga berperan penting dalam transpirasi, dimana transpirasi merupakan
peristiwa penguapan pada tumbuhan. Transpirasi dapat pula melalui batang, tetapi
umumnya berlangsung melalui daun. Melauli transpirasi, air dari tumbuhan dalam
bentuk uap air akan dikeluarkan melauli stomata ke udara. Adanya transpirasi
menyebabkan aliran air dan mineral dari akar, batang, dan tangkai daun terjadi
secara terus-menerus (Purwati dan Khairunisa, 2007). Ini cerita fisiologi, bukan
botani atau morfologi
2.2.4. Bunga
Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan kuntum bunganya terdiri dari
lima helai daun kelopak dan lima helai mahkota. Pada serbuk sari bunga terdapat
kantong yang letaknya menjadi satu dan membentuk bumbung yang mengelilingi
tangkai kepala putik. Bunga tomat dapat melakukan penyerbukan sendiri karena
tipe bunganya berumah satu, meskipun demikian tidak menutup kemungkinan
terjadi penyerbukan silang. Bunga tersusun dalam dompolan dengan jumlah 5-10
bunga per dompolan atau tergantung dari varietasnya (Wiryanta, 2002).
8
Tipe bunga tomat yaitu hermaprodit dimana posisi stigma lebih rendah dari
pada tabung polen. Tomat memiliki perhiasan bunga berupa mahkota yang
memiliki tiga warna yaitu kuning, orange, dan putih. Bunganya berada pada
tandan bunga dengan posisi tandan bunga berada ujung pucuk (terminal) dan
berada diantara buku buku batang (aksial). Posisi tandan bunga inilah yang
menunjukkan tipe tomat berdasarkan tipe pertumbuhan (Syukur, Saputra, dan
Heryanto, 2015).
2.2.5. Buah
Bentuk dan ukuran buah tomat juga beragam dimana buahnya memiliki
rongga minimal dua. Jumlah rongga buah 2 dan 4 yang banyak diminati
konsumen yang digunakan dalam penyajian buah meja (Syukur et al., 2015). Buah
tomat termasuk buah buni, berdaging, beragam dalam bentuk, dan ukuranya yang
memiliki 2 atau 3 ruang yang berisi biji didalamnya (Pitojo, 2005).
Buah tomat memiliki bentuk bervariasi tergantung pada jenisnya.
Bentuknya ada yang bulat, agak bulat, agak lonjong, bulat telur (oval), dan bulat
persegi. Ukuran buah tomat juga sangat bervariasi, dari yang berukuran paling
kecil seberat 8 gram hingga yang berukuran besar seberat sampai180 gram
(Tugiyono, 2005).
Diameter buah tomat antara 2-15 cm, tergantung varietasnya Buah yang
masih muda berwarna hijau dan berbulu serta relatif keras, setelah tua berwarna
merah muda, merah, atau kuning, cerah dan mengkilat, serta relatif lunak. Jumlah
ruang di dalam buah juga bervariasi, ada yang hanya dua seperti pada buah tomat
cherry dan tomat roma atau lebih dari dua seperti tomat marmade yang beruang
delapan (Pitojo, 2005).
2.2.6. Biji
Biji tomat berbentuk pipih, berbulu, dan berwarna putih, putih kekuningan
atau coklat muda. Biji saling melekat, diselimuti daging buah, dan tersusun
berkelompok dengan dibatasi daging buah. Panjangnya 3-5 mm dan lebar 2-4
mm. Jumlah biji setiap buahnya bervariasi, tergantung pada varietas dan
lingkungan, maksimum 200 biji per buah. Biji biasanya digunakan untuk bahan
perbanyakan tanaman. Biji mulai tumbuh setelah ditanam 5-10 hari (Tugiyono,
2005). Tomat memiliki banyak biji yang berbentuk seperti ginjal atau buah pear
9
dengan permukaan yang berbulu, dan embrio yang terdapat di dalam endosperm
(Naika, Gofau, dan Hilmi, 2005).
terhadap warna buah tomat sehingga warna yang dihasilkan merah merata
(Ashari, 1995). Kelembaban relatif yang baik untuk pertumbuhan tanaman tomat
ialah 25%. Keadaan ini akan merangsang pertumbuhan untuk tanaman tomat yang
masih muda karena asimilasi CO2 menjadi lebih baik melalui stomata yang
membuka lebih banyak. Akan tetapi, kelembaban relatif yang tinggi juga dapat
merangsang mikroorganisme pengganggu tanaman (Leovini, 2012). Kelembapan
udara yang tinggi akan menyebabkan tanaman tomat terserang penyakit busuk
daun (Sutini, 2008)
Tanaman Tomat dapat tumbuh dengan baik didaerah dataran rendah
hingga dataran tinggi sampai ketinggian 1.250 mdpl. Di Indonesia, tanaman tomat
banyak dibudidayakan di daerah dengan ketinggian mulai 100 mdpl (Sutini,
2008). Curah hujan yang optimum untuk tanaman tomat yaitu 100-200mm/bulan.
Waktu penanaman tanaman tomat yang baik adalah 2 bulan sebelum musim hujan
atau awal musim kemarau dan diusahakan pada waktu musim hujan atau awal
musim kemarau (Elmi, 2006).
Tanaman tomat membutuhkan penyinaran penuh sepanjang hari untuk
produksi yang menguntungkan, tetapi dengan iklim yang sejuk dan sinar yang
tidak terlalu terik. Menurut Harjadi dan Sunarjono (1989) cahaya sebaiknya tidak
terlalu terik ataupun terlalu redup. Cahaya yang terlalu terik dapat meningkatkan
transpirasi, memperbanyak gugur bunga dan gugur buah. Kekurangan sinar
matahari akan menyebabkan pertumbuhan memanjang, lemah dan pucat (Elmi,
2006). Tanaman tomat memerlukan intensitas cahaya matahari sekurang-
kurangnya 10-12 jam setiap hari. Cahaya matahari tersebut dipergunakan untuk
proses fotosintesis, pembentukan bunga, pembentukan buah, dan pemasakan buah
(Wiryanta, 2002).
2.4.2. Tanah
Tomat membutuhkan media tanam berupa tanah yang gembur, berpasir,
subur dan banyak mengandung humus. Supaya mendapatkan hasil yang baik,
tomat memerlukan tanah dengan derajat keasaman (pH tanah) 5,5-6,5. Tanah yang
ber-pH rendah (asam), perlu ditambahkan kapur Dolomit (CaCO3) (Purwati dan
Khairunisa, 2007). Tanaman tomat tidak menyukai tanah yang tergenang air atau
becek. Tanah yang demikian menyebabkan akar tanaman mudah busuk dan tidak
11
mampu mengambil zat-zat hara dari dalam tanah karena sirkulasi udara dalam
tanah di sekitar akar tanaman tomat kurang baik, akibatnya tanaman tomat mati
(Tugiyono, 2005).
Kandungan bahan organik dalam tanah juga mempengaruhi ketersediaan
unsur hara. Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi memiliki kapasitas
tukar kation yang tinggi, hal ini mempengaruhi ketersediaan hara yang dapat
diserap oleh tanaman. Selain itu, kandungan bahan organik dalam tanah
menimbulkan adanya aktivitas mikroorganisme dalam tanah, bakteri pengurai,
jamur, yang mengundang organisme lainnya seperti cacing, sehingga terbentuk
rongga dalam tanah yang dapat menjadi pori udara dan pori air. Dengan demikian,
ketersediaan air dan udara dalam tanah tercukupi (Tafajani, 2010).
Tabel 2.2 Komposisi Mineral Dalam Air Kelapa Muda dan Air Kelapa Tua
Mineral Air Kelapa Air Kelapa
Muda Tua
(mg/100ml) (mg/100ml)
N 43,00 -
P 13,17 12,50
K 14,11 15,37
Mg 9,11 7,52
Fe 0,25 0,32
Na 21,07 20,55
Zn 1,05 3,18
Ca 24,67 26,50
Sukrosa 4,89 3,45
Sumber. Kristina dan Syahid (2012)
Menurut Monique (2007) Air kelapa dapat mempercepat pertambahan tinggi
pada tanaman, dalam air kelapa terkandung hormon-hormon yang membantu
menstimulisir pertumbuhan dan perkembangan jaringan, seperti auksin, sitokinin,
dan giberelin. Hormon seperti sitokinin, auksin, dan giberelin yang terdapat dalam
air kelapa ini juga dapat membantu proses pembentukan serta perkembangan daun
dan bunga serta akar. mana hasil penelitian nya
Kandungan auksin dan sitokinin yang terdapat dalam air kelapa mempunyai
peranan penting dalam proses pembelahan sel sehingga membantu pembentukan
tunas dan pemanjangan batang. Auksin akan memacu sel untuk membelah secara
cepat dan berkembang menjadi tunas dan batang juga percabangan akar serta
perkembangan buah (Pamungkas, 2009). Ini didukung oleh hasil penelitian platos
15
dalam Suryanto (2009) yang menyatakan bahwa hormon tumbuh dalam air kelapa
mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman apa hingga 20-70%.
Sitokinin mempengaruhi pertumbuhan dan deferensiasi, mendorong
pembelahan sel dan pertumbuhan secara umum, dan mendorong perkecambahan.
Giberelin mendorong perkembangan biji, perkembangan kuncup, perpanjangan
batang dan pertumbuhan daun, mendorong pembungaan dan perkembangan buah
(Amsar, 2011).
Air kelapa mengandung banyak jaringan meristem, sehingga hormon
perangsang tumbuhan yang diproduksi didalamnya sangat besar sekali (Ummi dan
Hayati, 2011). Air kelapa mengandung asam amino, asam-asam organik, asam
nukleat, purin, gula, vitamin dan mineral (Netty 2002; Ma et al. 2008). Air kelapa
merupakan senyawa organik yang mengandung 1,3 diphenilurea, zeatin, zeatin
glukosida, zeatin ribosida, sukrosa, fruktosa, glukosa, protein, karbohidrat,
mineral, vitamin, sedikit lemak (Yong, Ge, dan Tan, 2009) dan kinetin
(Barciszewski, Massino, dan Clark, 2007).
Zeatin, zeatin glukosida, zeatin ribosida merupakan ZPT yang dapat
meningkatkan pembelahan sel dan perpanjangan sel. Asam amino, gula dan
vitamin dapat meningkatkan metabolisme sel dan berperan sebagai energi, enzim
dan co-faktor. Kinetin berperan penting dalam meningkatkan kandungan klorofil
dalam daun sehingga memacu aktivitas fotosintensis dan meningkatkan
pertumbuhan tanaman serta produksi (Gore dan Sreenivasa 2011).
Komposisi air kelapa secara langsung dipengaruhi oleh varietas kelapa dan
perbedaan tingkat kemasakan buah. Dilaporkan juga kandungan unsur mineral K
pada air kelapa tua lebih tinggi dibandingkan air kelapa muda (Thampan dan
Rethinam 2004). Kadar kalium air kelapa tua 21,0 mg/L, sedangkan air kelapa
muda 7,0 mg/L (Minawati, 2011). menurut Sutedjo (2008), bahwa unsur hara K
(kalium) memiliki peran yaitu meningkatkan kualitas buah dan biji. Perbedaan air
kelapa muda dan air kelapa tua bahwa air kelapa muda memiliki Kalori 68,0 kal,
Protein 0,20 gr, karbohidrat 14,0 gr, Fosfor 30,0 mg, Vitamin B1 0,06 mg,
Vitamin C 4,0 mg dan Air 95,5 mg. Sedangkan untuk air kelapa tua yaitu Kalori
359,0 kal, Protein 3,4 gr, karbohidrat 14,0 gr, Fosfor 98,0 mg, Vitamin B1 0,1 mg,
Vitamin C 4,0 mg dan Air 91,50 mg (Djamhuri, 2011).
16
Menurut penelitian Amsar (2011), pada variabel total produksi buah tomat
varietas lokal muna secara mandiri pupuk guano dan air kelapa memberikan
pengaruh yang sangat nyata terhadap total produksi buah tomat (ton/ha) dengan
total produksi sebesar 2,79 ton/ha. Pengaruh yang sangat nyata dihasilkan dari
pemberian konsentrasi air kelapa sebanyak 750 ml yang berperan sebagai hormon
tumbuh. Hasil penelitian Sari (2017) menunjukkan konsentrasi air kelapa yang
paling berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yaitu pada konsentrasi 50%
dengan nilai rata-rata tinggi tanaman 64,40 cm , jumlah cabang daun 14, dan umur
berbunga 35,8 yang paling optimum dalam pertumbuhan tanaman tomat.
Hasil penelitian Ritawati et al (2017) dengan judul pengaruh pemberian
beberapa jenis pupuk kotoran hewan dan konsentrasi air kelapa terhadap hasil
tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) menunjukkan hasil bahwa
Perlakuan pemberian konsentrasi air kelapa 1000 ml memberikan pengaruh
terbaik terhadap parameter bobot buah per tanaman (84,63 g) dan diameter buah
(28,68 mm). Penelitian Totong et al (2016) dengan judul pertumbuhan dan hasil
tanaman tomat (lycopersicum esculentum mill) pada berbagai media tumbuh
dengan interval penyiraman air kelapa yang berbeda menunjukkan hasil Interval
penyiraman air kelapa 4 hari sekali memberikan pengaruh paling baik terhadap
produksi tanaman tomat.
Mayura (2017) melaporkan pemberian air kelapa pada konsentrasi 500 ml
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, panjang dan lebar daun
serta diameter batang tanaman kayu manis. Kristina dan Syahid (2012) juga
melaporkan bahwa zeatin dan auksin serta vitamin dan mineral yang terkandung
dalam air kelapa dapat meningkatkan multiplikasi benih temulawak secara in
vitro. Perbanyakan tunas temulawak pada medium cair mengandung air kelapa
15% Auksin yang terkandung dalam air kelapa dapat mendukung peningkatan
permeabilitas masuknya air ke dalam sel, mempertinggi penyerapan unsur N, Mg,
Fe, Cu serta dapat menaikkan tekanan osmotik, menyebabkan pengurangan
tekanan pada dinding sel, meningkatkan sintesis protein, meningkatkan plastisitas
dan pengembangan dinding sel. Selain itu Wulandari, Linda, dan Mukarlina
(2013) melaporkan bahwa pemberian air kelapa 60% dapat meningkatkan jumlah
daun 4,5 helai, berat basah tajuk 2,37 g, dan berat kering tajuk 0,90 g pada stek
17
melati putih. Pemberian air kelapa 250 ml juga memacu pertumbuhan tanaman
anggrek macan (Grammatophyllum scriptum) (Katuuk, 2000).
Menurut hasil penelitian BIOTECH di UP Los Banos (2006) dalam Fatimah
(2008) Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk hormon dari air kelapa ini
mampu meningkatkan hasil kedelai hingga 64%, kacang tanah hingga 15% dan
sayuran hingga 20 - 30%. Dengan kandungan unsur kalium yang cukup tinggi, air
kelapa dapat merangsang pembungaan pada anggrek seperti Anggrek dendrobium
dan Anggrek phalaenopsis.
2.8. Hipotesis
1. Diduga terdapat interaksi nyata antara dosis dan waktu pemberian air kelapa
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum
Mill.).
2. Diduga dosis air kelapa sebanyak 1000 ml menghasilkan dapat
mengoptimalkan pertumbuhan dan hasil pada tanaman Tomat tertinggi dan
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (Lycopersicum esculentum Mill.).
3. Diduga waktu penyiraman air kelapa yang berbeda berpengaruh nyata pada
pertumbuhan dan hasil tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.).
III. METODE PENELITIAN
18
19
Keterangan :
D0W1: Dosis 0 ml air kelapa + Waktu pemberian 30 HST (Kontrol)
D0W2: Dosis 0 ml air kelapa + Waktu pemberian 45 HST (Kontrol)
D0W3: Dosis 0 ml air kelapa + Waktu pemberian 60 HST (Kontrol)
D1W1: Dosis 500 ml air kelapa + Waktu pemberian 30 HST
D1W2: Dosis 500 ml air kelapa + Waktu pemberian 45 HST
D1W3: Dosis 500 ml air kelapa + Waktu pemberian 60 HST
D2W1: Dosis 1000 ml air kelapa + Waktu pemberian 30 HST
D2W2: Dosis 1000 ml air kelapa + Waktu pemberian 45 HST
D2W3: Dosis 1000 ml air kelapa + Waktu pemberian 60 HST
D3W1: Dosis 1500 ml air kelapa + Waktu pemberian 30 HST
D3W2: Dosis 1500 ml air kelapa + Waktu pemberian 45 HST
D3W3: Dosis 1500 ml air kelapa + Waktu pemberian 60 HST
Hasil kombinasi tersebut diulang sebanyak tiga kali sehingga
menghasilkan 36 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdapat 3
tanaman sampel, sehingga terdapat 108 tanaman tomat yang disusun
dalam denah percobaan sebagai berikut (Gambar 3.1) :
20
1 2 2
2 5 5
23
3 5 5
Pengaplikasian pupuk dilakukan di sekeliling batang tanaman sejauh 5 cm
dengan kedalaman sekitar 1 cm , lalu pupuk ditutup kembali dengan media tanam
dan disiram dengan air (Supriyati dan Siregar, 2015).
dilakukan seminggu sekali pada pagi hari agar luka bekas rempelan cepat
kering.
3.4.3.7. Pengendalian Hama Penyakit Tanaman
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman tomat disesuaikan
dengan hama penyakit yang menyerang tanaman tomat. Yang kemarin itu
seperti apa ???
3.4.4. Panen
Umur panen tanaman tomat bervariasi tergantung varietasnya.
Umur panen varietas tomat ??? yang digunakan adalah 70-75 HST.
Pemanenan dilakukan setelah buah tomat masak fisiologis dengan kriteria
buahnya sudah berwarna merah kekuningan ciri terjadi perubahan warna
dari hijau ke kuning dan akhirnya berwarna merah. Pemanenan yang tidak
baik akan mengurangi kualitas dari buah tomat tersebut. Pemanenan yang
tidak dilakukan dengan baik juga akan menyebabkan adanya luka dan
memar yang ada disekitar buah. Pemanenan dilakukan dengan cara
memetik buah tomat cukup dilakukan dengan memutik buah secara hati –
hati hingga tangkai buah terputus. Pemutiran buah harus dilakukan satu
per satu dan dipilih buah yang sudah matang. Bukannya tangkai buah nya
diikutkan
yaitu dengan menghitung jumlah buah dari hasil panen pertama hingga panen
kelima per periode panen.
f. Jumlah Buah Total Per Tanaman (Buah)
Dihitung dengan menjumlahkan total jumlah buah panen per tanaman dari
panen pertama hingga panen kelima.
g. Bobot Buah Pertanaman Per Periode Panen (g)
Menimbang buah tomat dari masing-masing tanaman setiap kali panen dari
panen pertama hingga panen kelima. Menggunakan timbangan analitik.
h. Bobot Buah Total Panen Per Tanaman (kg)
Menjumlahkan total bobot buah per tanaman per periode panen dari panen
pertama sampai panen kelima.
i. Fruit-Set
Σijk : Pengaruh kesalahan (galat) percobaan untuk faktor macam dosis air
kelapa taraf ke-I dan faktor waktu pemberian air kelapa taraf ke-j, interaksi
kedua faktor tersebut yang ke-I dn ke-j.
Apabila F-Hitung < 5%, berarti Ho diterima sedangkan Ha ditolak.
Dapat dinyatakan bahwa perlakuan yang diberikan tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan, sehingga tidak dilanjutkan dengan uji BNJ 5%.
Jika F-hitung 5% berarti Ho ditolak sedangkan Ha diterima. Dapat
dinyatakan dalam perlakuan yang berarti mempunyai pengaruh yang
signifikan, sehingga dapat dilanjutkan dengan uji BNJ 5%. Adapun rumus
Uji BNJ sebagai berikut (Sudarwati et al, 2019) :
4.1. Hasil
4.1.1. Tinggi Tanaman
Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan dosis dan waktu pemberian
air kelapa terhadap tinggi tanaman tomat menunjukkan adanya interaksi
nyata pada umur 35-49 HST. Demikian juga faktor tunggal perlakuan
dosis air kelapa berpengaruh sangat nyata pada umur 35 dan 49 HST dan
sedangkan berpengaruh nyata pada umur 42 HST dan perlakuan waktu
pemberian berpengaruh sangat nyata pada umur 35 HST sedangkan tidak
berpengaruh nyata pada umur 42-49 HST (Tabel Lampiran 1-7). Nilai
rata-rata tinggi tanaman tomat akibat perlakuan kombinasi dosis dan
waktu pemberian air kelapa disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Rata-rata Tinggi Tanaman Tomat (cm) Oleh Pengaruh Perlakuan
Kombinasi antara Dosis dan Waktu Pemberian Air Kelapa pada Umur
35-49 HST.
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)
Umur
Kombinasi W₁ (30 HST) W₂ (45 HST) W₃ (60 HST)
87,22 e
35 HST D₀ (0 ml) 70,72 a belum di 75,17 abc
treatment
D₁ (500 ml) 82,83 de 81,61 cde 79,61 bcd
D₂ (1000 ml) 77,67 abcd 80,78 bcde 73,67 ab
D₃ (1500 ml) 80,67 bcde 76,22 abcd 77,67 abcd
BNJ 5% 7,19
42 HST D₀ (0 ml) 81,11 a 92,72 abc 88,00 ab
D₁ (500 ml) 98,17 c 87,78 ab 84,56 ab
D₂ (1000 ml) 86,45 ab 92,94 abc 84,22 ab
D₃ (1500 ml) 87,44 ab 80,67 a 86,84 ab
BNJ 5% 10,01
49 HST D₀ (0 ml) 86,95 a 97,28 cd 96,00 bcd
D₁ (500 ml) 108,61 e 95,00 bc 95,44 bcd
D₂ (1000 ml) 95,11 bcd 102,72 de 92,28 abc
D₃ (1500 ml) 94,22 abc 88,78 ab 92,78 abc
BNJ 5% 7,69
Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf yang sama pada umur yang
sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%; D = dosis
air kelapa; W = waktu pemberian; HST = hari setelah tanam.
Yang dibahas yang terbaik di masing-masing umur pengamatan
28
29
umur muncul bunga tanaman tomat akibat perlakuan kombinasi dosis dan
waktu pemberian air kelapa disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Rata-rata Umur Muncul Bunga Tanaman Tomat (HST) Oleh Pengaruh
Perlakuan Kombinasi Dosis dan Waktu Pemberian Air Kelapa.
Waktu Pemberian
W1 (30 hst) 23,00
Demikian juga secara terpisah, perlakuan dosis dan waktu pemberian air
kelapa berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah bunga tanaman tomat.
Nilai rata-rata jumlah bunga tomat akibat perlakuan kombinasi dosis dan
waktu pemberian air kelapa disajikan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Rata-rata Jumlah Bunga Tanaman Tomat (bunga) Oleh Pengaruh
Perlakuan Kombinasi antara Dosis dan Waktu Pemberian Air Kelapa.
Tabel 4.5. Rata-rata Fruitset Tanaman Tomat (%) Oleh Pengaruh Perlakuan Dosis
dan Waktu Pemberian Air Kelapa.
Tabel 4.6. Rata-rata Jumlah Buah Per Periode Panen Oleh Pengaruh Perlakuan
Kombinasi antara Dosis dan Waktu Pemberian Air Kelapa.
Perlakuan Jumlah Buah Per Periode Panen (g)
Umur
Kombinasi W₁ (30 HST) W₂ (45 HST) W₃ (60 HST)
67 HST D₀ (0 ml) 1,83 abc 2,33 abc 1,33 ab
(2) D₁ (500 ml) 1,67 ab 3,50 bc 3,17 abc
D₂ (1000 ml) 3,00 abc 2,83 abc 1,83 abc
D₃ (1500 ml) 1,00 a 1,17 ab 4,17 c
BNJ 5% 2,44
81 HST D₀ (0 ml) 7,33 cde 8,00 e 3,33 ab
(4) D₁ (500 ml) 4,33 bc 8,33 e 7,83 e
D₂ (1000 ml) 4,50 bcd 4,00 ab 9,33 e
D₃ (1500 ml) 1,33 a 3,00 ab 7,50 de
BNJ 5% 3,01
88 HST D₀ (0 ml) 1,83 abc 1,67 abc 1,83 abc
(5) D₁ (500 ml) 3,17 bcd 4,17 d 3,67 cd
D₂ (1000 ml) 2,50 abcd 2,17 abc 2,50 abcd
D₃ (1500 ml) 4,17 d 2,83 abcd 1,00 a
BNJ 5% 1,95
Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf yang sama pada umur yang
sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%; tn = tidak
nyata, D = dosis air kelapa; W = waktu pemberian; HST = hari
setelah tanam.
jumlah buah per periode panen tanaman tomat. Perlakuan kombinasi D1W2
(4,17 buah) menghasilkan jumlah buah tertinggi tetapi tidak berbeda nyata
dengan D1W1, D2W1, D3W1, D3W2, D1W3, D2W3. Sedangkan perlakuan
kombinasi D₃W3 (1,00 buah) menghasilkan jumlah buah terendah tetapi
tidak berbeda nyata dengan D0W1, D2W1, D0W2, D2W2, D3W2, D0W3,
D2W3. trus aspek agronomisnya apa ???
Tabel 4.8. Rata-rata Bobot Buah Per Periode Panen Oleh Pengaruh Perlakuan
Kombinasi antara Dosis dan Waktu Pemberian Air Kelapa.
Perlakuan Bobot Buah Per Periode Panen (g)
Umur
Kombinasi W₁ (30 HST) W₂ (45 HST) W₃ (60 HST)
60 HST D₀ (0 ml) 12,29 bc 39,61 g 29,29 f
(1) D₁ (500 ml) 17,48 d 41,11 g 37,16 g
D₂ (1000 ml) 13,22 c 4,73 a 8,98 b
D₃ (1500 ml) 24,10 e 23,47 e 37,45 g
BNJ 5% 4,10
67 HST D₀ (0 ml) 54,09 d 67,65 e 37,93 b
(2) D₁ (500 ml) 39,99 b 46,57 e 99,88 f
D₂ (1000 ml) 68,97 e 65,99 e 34,94 b
D₃ (1500 ml) 28,69 a 27,93 a 118,90 g
BNJ 5% 5,24
75 HST D₀ (0 ml) 47,47 b 85,10 ef 82,64 e
(3) D₁ (500 ml) 72,13 d 128,31 i 111,49 h
37
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengaruh Perlakuan Kombinasi Dosis Air Kelapa dengan Waktu
Pemberian Yang Berbeda terhadap ???
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi nyata
antara perlakuan dosis (D) dan waktu pemberian air kelapa (W) pada
tanaman tomat. Interaksi nyata yang terjadi antara perlakuan dosis dan
waktu pemberian air kelapa terdapat pada parameter tinggi tanaman pada
umur pengamatan 35-49 HST, jumlah daun pada umur pengamatan 42 dan
49 HST, jumlah bunga, jumlah buah per periode panen (periode ke-2, 4,
dan 5), jumlah buah total, berat buah per periode panen, dan berat buah
total.
Perlakuan kombinasi W1D1 (waktu pemberian pada umur 30 HST dan
dosis air kelapa sebanyak 500 ml) menunjukkan terjadinya interaksi yang sangat
39
nyata pada tinggi tanaman tomat umur pengamatan 42 dan 49 HST. Kondisi ini
diduga pada perlakuan tersebut sesuai dengan kebutuhan tanaman dalam
menyerap unsur hara sehingga dapat mencukupi kebutuhan tanaman tomat dengan
baik. Yusnida (2006) mengungkapkan bahwa air kelapa adalah salah satu bahan
alami yang didalamnya terdapat hormon berupa sitokonin, auksin dan sedikit
giberalin yang dapat menstimulasi pertumbuhan. Peningkatan serapan hara
menyebabkan perkembangan sel dan jaringan tanaman semakin aktif sehingga
mendorong pertumbuhan akar selanjutnya memacu pertumbuhan bagian batang
dan daun sehingga meningkatkan tinggi tanaman. Peningkatan pertumbuhan
tanaman yang optimal pada fase vegetatif terus berlanjut sampai fase generatif.
Pertumbuhan yang berlangsung baik akan memberikan dampak peningkatan pada
fase perkembangan dan produksi. Puspitasari (2010) juga menambahkan, jika
suatu tanaman ditempatkan pada kondisi lingkungan yang mendukung dengan
unsur hara dan mineral yang sesuai, maka tanaman tersebut akan mengalami
pertumbuhan ke atas dan mengakibatkan tanaman menjadi lebih tinggi.
Perlakuan W2D2 (waktu pemberian pada umur 45 HST dan dosis
air kelapa 1000 ml) menunjukkan terjadinya interaksi yang nyata pada
jumlah daun umur 42 HST dan menunjukkan interaksi yang sangat nyata
pada umur 49 HST. Hal tersebut diduga karena pada dosis dan waktu
tersebut sudah mencukupi kebutuhan tanaman sehingga unsur hara dan
ZPT yang terkandung didalamnya dapat diserap secara optimal. Tanaman
yang mempunyai daun yang lebih banyak pada awal pertumbuhan akan
membantu pertumbuhan tanaman lebih maksimal karena kemampuan
menghasilkan fotosintat yang lebih tinggi. Selaras dengan pernyataan
Nana (2014) bahwa penyiraman dengan pemberian air kelapa tua
mengakibatkan pertumbuhan jumlah daun yang terus mengalami
peningkatan dibandingkan perlakuan tanpa penyiraman air kelapa, air
kelapa tua berperan penting dalam pembentukkan serta pertumbuhan daun,
karena air kelapa mempunyai hormon sitokinin yang mampu merangsang
pembentukkan daun dengan maksimal.
Perlakuan kombinasi W3D3 (waktu pemberian 60 HST dengan dosis air
kelapa 1500 ml) menunjukkan terjadinya interaksi yang sangat nyata pada
40
parameter jumlah bunga, jumlah buah per periode panen ke-2, jumlah buah total,
bobot buah per periode panen ke-2 dan ke-4 dan bobot buah total tanaman tomat.
Hal ini diduga pengaplikasian air kelapa dengan dosis dan waktu pemberian
tersebut sudah sesuai dengan nutrisi yang dibutuhkan tanaman tomat sehingga
mengakibatkan unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersedia dalam keadaan
seimbang dan memicu peningkatan hasil tanaman tomat. Adanya unsur kalium
pada air kelapa mencegah terjadinya kerontokan bunga tanaman. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Novizan (2005) dalam Sari dkk menyatakan bahwa kalium
berfungsi memperkuat tubuh tanaman agar bunga tidak mudah rontok. Kalium
merupakan bahan dalam membentuk kualitas tomat, dengan meningkatkan dosis
kalium akan sejalan dengan peningkatan kandungan kualitas tomat (Wardhani
dkk, 2019). Kalium merupakan unsur esensial yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah yang cukup besar. Kalium menduduki posisi kedua setelah unsur hara
nitrogen yang diperlukan oleh semua tanaman untuk tumbuh dan berkembang
selama siklus hidupnya. Pemberian unsur hara K dapat menyeimbangkan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara anataomi dan morfologinya,
serta dapat menyeimbangkan proses metabolisme (Wang et al, 2012). Selanjutnya
menurut Sutejo (2010) bahwa unsur P merangsang pembentukan bunga, buah dan
biji serta mempercepat pembentukan dan pematangan buah tomat. Sesuai dengan
pernyataan Marliah et al. (2012) bahwa pertumbuhan dan hasil tanaman tomat
akan lebih baik apabila semua unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman berada
dalam keadaan yang cukup. Unsur hara merupakan faktor yang mempengaruhi
banyaknya jumlah buah dikarenakan dalam pembentukan buah, tanaman
memerlukan unsur hara dalam jumlah besar antara lain pospor dan kalium. Hal ini
juga didukung dari pernyataan Hardjowigeno (2007) bahwa penyerapan hara
melalui mulut daun (stomata) berjalan cepat, sehingga perbaikan tanaman cepat
terlihat. Selain itu, unsur hara yang diberikan lewat daun hampir seluruhnya dapat
diambil tanaman dan lebih cepat diproses dalam fotosintesis dan ditranslokasikan
dengan cepat sampai ke buah sebagai lumbung penyimpanan akan bertambah
besar.
Perlakuan dosis dan waktu pemberiam air kelapa tidak
menunjukkan interaksi pada parameter tertentu seperti umur muncul
41
bunga, friutset, jumlah buah per periode panen ke-1 dan ke-3. Hal ini
disebabkan karena tidak berbeda nyatanya hasil yang ditunjukan terhadap
beberapa parameter diatas diduga karena kebutuhan unsur hara disetiap
umur tanaman berbeda sehingga kandungan unsur hara dan ZPT yang
terdapat didalam air kelapa belum mampu memacu pertumbuhan tanaman
tomat dalam pembelahan dan pembesaran sel juga adanya faktor lain yang
sangat berpengaruh pada hasil tanaman tomat salah satunya serangan hama
dan penyakit. Steel dan Torrie (1991), mengungkapkan bahwa bila
pengaruh interaksi berbeda tidak nyata, maka disimpulkan bahwa diantara
faktor-faktor perlakuan tersebut bertindak bebas satu terhadap lainnya.
Kejadian ini disebabkan karena selama pertumbuhan dan perkembangan
tanaman terdapat fase-fase pertumbuhan yang membutuhkan unsur hara
yang berbeda-beda atau tidak sama banyaknya.
Persentase pembentukan buah pada tanaman tomat dipengaruhi
oleh lingkungan tumbuh tanaman. Salah satu faktor yang mempengaruhi
persentase terbentuknya buah ialah jumlah bunga yang menjadi buah.
Apabila jumlah bunga yang mekar tinggi tetapi jumlah bunga yang jadi
buah rendah maka persentase terbentuknya buah juga rendah. Pemberian
perlakuan dosis dan waktu air kelapa berpengaruh sebagai faktor utama
pertumbuhan dan hasil tanaman tomat namun selain itu ada faktor lain
yang juga memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
tomat. Dalam budidaya tanaman, dua faktor yaitu faktor genetik dan
lingkungan sangat menentukan keberhasilan usaha budidaya tersebut.
Kondisi optimal kedua faktor tersebut akan memberikan hasil yang
optimal pada tanaman yang dibudidayakan. Berdasarkan penelitian yang
sudah dilakukan dapat dilihat pada (Gambar lampiran 1 dan 2) serangan
hama ulat pada tanaman tomat menyebabkan hasil tomat yang tidak
maksimal, hal ini serupa dengan pernyataan Nirwana (2013) bahwa
adanya hama dan penyakit tanaman dapat mempengaruhi kegiatan
budidaya tanaman yaitu dapat menurunkan kualitas dan kuantitas produk
yang dihasilkan.
42
42
45
gram), bobot buah periode 5 (33,12 gram), dan bobot buah total (200,23
gram).
5.2. Saran
Sebagai pengembangan penelitian, penulis memberikan beberapa
saran diantaranya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada musim
kemarau sehingga tanaman dapat tumbuh dan berproduksi secara
maksimal guna mengetahui dosis dan waktu pemberian air kelapa yang
tepat sehingga dapat menunjang kebutuhan nutrisi tanaman secara
maksimal dan juga pengendalian hama ulat yang sesuai agar tidak
mempengaruhi hasil tanaman tomat.==> berarti penelitianmu gagal ???
DAFTAR PUSTAKA
46
Ajizah, Hayati. 2011. Pengaruh Frekuensi Dan Konsentrasi Pemberian Air Kelapa
Terhadap Pertumbuhan Jamur Merang (Volvariella Volvaceae). Skripsi.
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.
Jember. 92 hal.
Amsar, A. Sarawa. C. Tresjia., dan Rakian. 2011. Pertumbuhan Dan Produksi
Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) Yang Diberi Pupuk
Guano Dan Air Kelapa. Jurnal Penelitian. Program Studi Agroteknologi,
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Halueleo. Kendari.
Vol 1:5-19 hal.
Armawi. 2009. Pengaruh Tingkat Kemasakan Buah Kelapa Dan Konsentrasi Air
Kelapa Pada Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih
(Pleurotus Ostreatus). Skripsi. Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Biologi,
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim. Malang. 116 hal.
Ashari, S. 1995. Hortikultura: Aspek Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia.
490 Hal.
Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Hortikultura. 2017. Sub Sektor
Hortikultura. Online. http://pertanian.go.id/ap_pages/mod/datahorti. Diakses
pada tanggal 13 Januari 2020.
Barciszewski, J., F. Massino., dan B.F.C, Clark. 2007. Kinetin—A Multiactive
Molecule. International Journal of Biological Macromolecules. 40 (3), 182–
192.
Bernadus. T, dan Wahyu. 2011. Bertanam Tomat. Jakarta. Agro Media Pustaka.
102 hal.
Cahyono, B. 2008. Tomat Usaha Tani dan Penanganan Pasca Panen.
Yogyakarta: Kanisius. 136 hal.
Campbell, N. A., J. B., Reece, dan I. G. Mitchell. 2003. Biologi Edisi Kelima-Jilid
2. Jakarta: Erlangga. 472 Hal.
Chen, J., W. H. Gabelman. 2000. Morphological and Physiological Characteristics
of Tomato Roots Associated with Potassium-acquisition Efficiency. Scientia
Horticulture. 83:213-255.
Didit. 2010. Cara Budidaya Tomat (Lycopersicom esculentum Mill.). Online.
http://tani.blog.fisip.uns.ac.id/2010/11/14/ . Diakses pada tanggal 12 Januari
2020.
Djamhuri E. 2011. Pemanfaatan Air Kelapa untuk Meningkatkan Pertumbuhan
Setek Pucuk Meranti Tembaga (Shorea leprosula Miq.). J. Silvikultur
Tropika. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor. Vol 02(01): 5-8.
Elmi, Kamsiati. 2006. Pembuatan Bubuk Sari Buah Tomat (Lycopersicom
esculentum Mill.) dengan “Metode Foam-Mat Drying”. Jurnal Teknologi
43
47
Setek Horizontal Batang Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Jurnal Sains dan
Matematika. Universitas Diponegoro. Semarang. 17(3):12-14.
Panah Merah East Weed. 2020. Tomat Varietas Tantyna F1. Online.
http://panahmerah.id. Diakses pada tanggal 14 Januari 2020.
Pitojo. S. 2005. Benih Tomat. Yogyakarta. Kanisius. 94 hal.
Purwati, E dan Khairunisa. 2007. Budidaya Tomat Dataran Rendah. Jakarta.
Penebar Swadaya. 68 Hal.
Purwati, 2007. Budidaya Tomat. Jakarta. Penebar Swadaya. 67 hal.
Puspitasari, D., 2010, Bakteri Pelarut Fosfat Sebagai Biofertilizer Pada
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.), skripsi,
Fakultas Sains dan Teknologi. Jurusan Biologi. Universitas Airlangga.
Surabaya. 70 hal.
Rismunandar. 2001. Tanaman Tomat. Sinar Baru Algesindo: Jakarta. 60 hal.
Ritawati, Sri,. Firnia, Dewi,. Rosyitah. Ita. 2017. Pengaruh Pemberian Beberapa
Jenis Pupuk Kotoran Hewan dan Konsentrasi Air Kelapa Terhadap Hasil
Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.). Jurnal Agroteknologi.
Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian. Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Banten. 9(10):48-55.
Rosmarkam, A., dan N.W Yuwono. 2011. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.
Yogyakarta. 20 Hal.
Samekto, Riyo. 2006. Pupuk Kompos. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama. 44 hal.
Santi, T.K. 2006. Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) Jurnal Ilmiah Progresif.
3(9):1-9.
Saragih, W.C. 2008. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tomat Terhadap
Pemberian Pupuk Phospat dan Bahan Organik. Skripsi. Universitas
Sumatera Utara. 88 hal.
Sari, N. R. 2017. Pengaruh Pemberian Air Kelapa Terhada Pertumbuhan Tanaman
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.). Jurusan Agtoteknologi, Fakultas
Pertanian. IAIN. Palangkaraya. Skripsi. 87 Hal.
Sholikhah, Ummi., dan A. Hayati. 2011. Pengaruh Pemberian Air Kelapa
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jamur Merang. Jurusan Agroteknologi,
Fakultas Pertanian. Univesitas Jember. Jember. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian.
11(1):58-62
Steel, P. G. D. and J. H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika suatu
Pendekatan Geometrik. Terjemahan B. Sumantri. PT Gramedia. Jakarta. 772
hal.
50
Sudarwati, H., M.H. Natsir, dan V.M.A. Nurgiatiningsih. 2019. Statistika dan
Rancangan Percobaan Penerapan dalam Bidang Peternakan. Malang :
UB Press. 190 hal.
Sunarmani, Kun., dan D. Tanti. 2008. Parameter Likopen Dalam Standarisasi
Konsentrat Buah Tomat. Proiding PPI Standarisasi. Jakarta. 8 hal.
Supriadi. 2013. Pengaruh Pemberian Dosis Pupuk Kandang Kotoran Ayam Pada
Tanah Gambut Pedalaman Terhadap Pertumbuhan Tanaman Tomat
(Lycopersicum esculentum Mill.) Skripsi. Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Palangka raya. Hal 11-12.
Supriati, Y., dan D. S. Firmansyah. 2015. Bertanam Tomat di Pot (Edisi Revisi).
Jakarta. Penebar Swadaya. 90 hal.
Suraniningsih. 2009. Mari Berkebun Tomat. CV Sinar Cemerlang Abadi, Jakarta
60 hal.
Suryanto, 2009. Respon Stek Pucuk Camelia japonica terhadap Pemberian Zat
Pengatur Tumbuh Organik. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat
Biodiversifikasi Indonesia. 23 hal.
Sutedjo, M. M. 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta. Rineka Cipta. 1 hal.
Sutini. 2008. Analisis Stabilitas Insersi dan Ekspresi Fenotipik Gen Partenokarpi
DeFH9-iaaaM Pada T3 Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.)
Transgenik Asal Varietas Opal. Skripsi. Fakultas Matematika dan
Pengetahuan Alam Departemen Biologi Depok. 40 hal.
Syukur. M., H. E. Saputra., R. Hermanto. 2015. Bertanam Tomat Di Musim
Hujan. Jakarta Timur. Penebar Swadaya. 146 hal.
Tafajani, D. S. 2010. Panduan Komplit Bertanam Sayur dan Buah-Buahan.
Yogyakarta. Cahaya Atma. 110 hal.
Thampan, P.K. dan P. Rethinam. 2004 Coconut Products for Health and
Medicine. Indian Coconut J. 35, 6– and Yield of Tomato (Lycopersicon
esculentum Mill.) in the Sterilized Soil. Karnataka Journal of Agricultural
Sciences. 24 (2), 153–156.
Totong, Oscar., Hadid, Abdul. dan H. Mas’ud. 2016. Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill) Pada Berbagai Media
Tumbuh Dengan Interval Penyiraman Air Kelapa Yang Berbeda. Program
Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako. Palu. Jurnal
Agrotekbis 4(6):693-701.
Tugiyono. 2005. Tanaman Tomat. Jakarta: Agromedia Pustaka. 250 halaman.
Wang S, Liang X, Luo Q, Fan F, Chen Y. and Z. Li, 2012. Fertilization increases
paddy soil organic carbon density. Journal. Zhejiang University. 13(4):274-
82.
51
F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakuan 11 8.61 0.78 1.37 2.22 3.09 tn
D 3 0.70 0.23 0.41 3.01 4.72 tn
W 2 2.94 1.47 2.57 3.40 5.61 tn
DxW 6 4.97 0.83 1.45 2.51 3.67 tn
Galat 24 13.72 0.57
Total 35 22.33 0.64
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata
55
F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakuan 11 15.12 1.37 1.37 2.22 3.09 tn
D 3.01 4.72
3 2.34 0.78 0.78 tn
W 3.40 5.61
2 1.89 0.95 0.95 tn
DxW 2.51 3.67
6 10.89 1.82 1.81 tn
Galat 24 24.04 1.00
Total 35 39.16 1.12
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata
F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakua 2.22 3.09
n 11 18.43 1.68 0.68 tn
D 3.01 4.72
3 6.33 2.11 0.85 tn
W 3.40 5.61
2 1.50 0.75 0.30 tn
DxW 2.51 3.67
6 10.59 1.76 0.71 tn
Galat 24 59.27 2.47
Total 35 77.69 2.22
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata
F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakuan 11 33.01 3.00 1.52 2.22 3.09 tn
D 3.01 4.72
3 4.97 1.66 0.84 tn
W 3.40 5.61
2 2.28 1.14 0.58 tn
DxW 2.51 3.67
6 25.75 4.29 2.18 tn
Galat 24 47.34 1.97
Total 35 80.34 2.30
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata
56
F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakua 2.22 3.09
n 11 77.27 7.01 3.05 *
D 3.01 4.72
3 11.46 3.82 1.66 tn
W 3.40 5.61
2 16.47 8.23 3.57 *
DxW 2.51 3.67
6 49.34 8.22 3.57 *
Galat 24 55.33 2.31
Total 35 132.60 3.79
Keterangan : * = berpengaruh nyata
tn = tidak berpengaruh nyata
F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakua 2.22 3.09
n 11 120.56 10.96 4.67 **
D 3.01 4.72
3 23.82 7.94 3.38 *
W 3.40 5.61
2 4.07 2.04 0.87 tn
DxW 2.51 3.67
6 92.68 15.45 6.58 **
Galat 24 56.38 2.35
Total 35 176.95 5.06
Keterangan : * = berpengaruh nyata
** = berpengaruh sangat nyata
tn = tidak berpengaruh nyata
F Tabel Ket
SK Db JK KT Fhit
5% 1%
Perlakuan 11 3.89 0.35 1.42 2.22 3.09 tn
D 3.01 4.72
3 0.16 0.05 0.21 tn
W 3.40 5.61
2 0.52 0.26 1.04 tn
DxW 2.51 3.67
6 3.21 0.54 2.14 tn
Galat 24 6.00 0.25
Total 35 9.89 0.28
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata
57
F Tabel Ket
SK Db JK KT Fhit
5% 1%
Perlakuan 11 2589.65 235.42 31.21 2.22 3.09 **
3.01 4.72
D 3 574.37 191.46 25.38 **
3.40 5.61
W 2 223.23 111.61 14.80 **
2.51 3.67
DxW 6 1792.06 298.68 39.60 **
Galat 24 181.03 7.54
Total 35 2770.68 79.16
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata
F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakua 2.22 3.09
n 11 92.08 8.37 0.41 tn
D 3.01 4.72
3 23.20 7.73 0.38 tn
W 3.40 5.61
2 3.79 1.89 0.09 tn
DxW 2.51 3.67
6 65.08 10.85 0.53 tn
Galat 24 20.48 0.85
Total 35 112.56 3.22
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata
Tabel Lampiran 18. Anova Jumlah Buah Per Periode Panen (60 HST)
F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakua 2.22 3.09
n 11 10.58 0.96 1.80 tn
D 3.01 4.72
3 4.91 1.64 2.38 tn
W 3.40 5.61
2 0.10 0.05 0.09 tn
DxW 2.51 3.67
6 1.40 0.23 0.44 tn
Galat 24 12.83 0.53
Total 35 23.41 0.67
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata
tn = tidak berpengaruh nyata
58
Tabel Lampiran 19. Anova Jumlah Buah Per Periode Panen (67 HST)
F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakua 2.22 3.09
n 11 33.58 3.05 4.44 **
D 3.01 4.72
3 4.91 1.64 2.38 tn
W 3.40 5.61
2 3.72 1.86 2.71 tn
DxW 2.51 3.67
6 24.94 4.16 6.05 **
Galat 24 16.50 0.69
Total 35 50.08 1.43
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata
tn = tidak berpengaruh nyata
Tabel Lampiran 20. Anova Jumlah Buah Per Periode Panen (75 HST)
F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakua 2.22 3.09
n 11 64.39 5.85 4.51 **
D 3.01 4.72
3 6.33 2.11 1.63 tn
W 3.40 5.61
2 35.76 17.88 13.77 **
DxW 2.51 3.67
6 22.29 3.72 2.86 *
Galat 24 31.17 1.30
Total 35 95.56 2.73
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata
* = berpengaruh nyata
tn = tidak berpengaruh nyata
Tabel Lampiran 21. Anova Jumlah Buah Per Periode Panen (81 HST)
F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakua 2.22 3.09
n 11 222.08 20.19 19.25 **
D 3.01 4.72
3 42.24 14.08 13.43 **
W 3.40 5.61
2 41.51 20.76 19.79 **
DxW 2.51 3.67
6 138.32 23.05 21.98 **
Galat 24 25.17 1.05
59
Tabel Lampiran 22. Anova Jumlah Buah Per Periode Panen (88 HST)
F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakua 2.22 3.09
n 11 33.69 3.06 7.00 **
D 3.01 4.72
3 16.74 5.58 12.76 **
W 3.40 5.61
2 2.79 1.40 3.19 tn
DxW 2.51 3.67
6 14.15 2.36 5.39 **
Galat 24 10.50 0.44
Total 35 44.19 1.26
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata
tn = tidak berpengaruh nyata
F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakua 2.22 3.09
n 11 282.25 25.56 13.98 **
D 3.01 4.72
3 48.44 16.15 8.80 **
W 3.40 5.61
2 71.61 35.81 19.51 **
DxW 2.51 3.67
6 162.20 27.03 14.73 **
Galat 24 44.04 1.83
Total 35 326.29 9.32
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata
Tabel Lampiran 24. Anova Bobot Buah Per Periode Panen (60 HST)
F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakuan 11 4862.32 442.03 228.12 2.22 3.09 **
D 3 2647.23 882.41 455.38 3.01 4.72 **
W 2 733.35 366.67 189.23 3.40 5.61 **
DxW 6 1481.74 246.96 127.45 2.51 3.67 **
Galat 24 46.51 1.94
60
Tabel Lampiran 25. Anova Bobot Buah Per Periode Panen (67 HST)
F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
470.2 2.22 3.09
Perlakuan 11 16392.82 1490.26 **
2
140.0 3.01 4.72
D 3 1331.58 443.86 **
5
235.3 3.40 5.61
W 2 1491.98 745.99 **
8
713.5 2.51 3.67
DxW 6 13569.82 2261.54 **
8
Galat 24 76.06 3.17
Total 35 16468.88 470.54
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata
Tabel Lampiran 26. Anova Bobot Buah Per Periode Panen (75 HST)
F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakuan 11 23770.36 2160.94 595.93 2.22 3.09 **
D 3 2869.70 956.57 263.80 3.01 4.72 **
1772.6 3.40 5.61
W 2 12855.52 6427.76 **
0
DxW 6 8045.13 1340.86 369.77 2.51 3.67 **
Galat 24 87.03 3.63
Total 35 23857.38 681.64
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata
Tabel Lampiran 27. Anova Bobot Buah Per Periode Panen (81 HST)
F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakuan 11 21464.71 1951.34 611.43 2.22 3.09 **
D 3.01 4.72
3 6811.08 2270.36 711.39 **
W 3.40 5.61
2 3849.13 1924.56 603.04 **
61
Tabel Lampiran 28. Anova Bobot Buah Per Periode Panen (88 HST)
F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
5% 1%
Perlakuan 11 4237.90 385.26 139.15 2.22 3.09 **
D 3 456.33 152.11 54.94 3.40 5.61 **
W 2 905.92 452.96 163.60 3.01 4.72 **
DxW 6 2875.66 479.28 173.11 2.51 3.67 **
Galat 24 66.45 2.77
Total 35 4304.35 122.98
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata
F Tabel
SK Db JK KT Fhit Ket
0.05 0.01
Perlakuan 11 52303.65 4754.88 1297.12 2.22 3.09 **
D 3.01 4.72
3 16959.40 5653.13 1542.16 **
W 3.40 5.61
2 18472.53 9371.26 2556.46 **
DxW 2.51 3.67
6 16601.72 2766.95 754.82 **
Galat 24 87.98 3.67
Total 35 52391.62 1496.90
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata
62
No Uraian Keterangan
1 Nomor Seleksi 4275/kpts/SR.120/10/2011
2 Asal Persilangan -
3 Golongan Hibrida
4 Umur Tanaman 60-105 (HSS)
5 Umur Panen 70-75 (HST)
6 Tinggi Tanaman 100-115 cm
7 Diameter Pangkal Batang 1012 mm
8 Tipe Daun Tidak bergerigi
9 Lebar Daun 6-9 cm
10 Muka Daun Halus dan lembut
11 Posisi Daun Datar menurun
12 Panjang Tangkai Daun 27-32 cm
13 Warna Daun Hijau
14 Warna Mahkota Bunga Kuning
15 Jumlah Bunga Per Tandan 6-10 bunga
16 Jumlah Tandan Bunga 13-15 tandan
17 Jumlah Buah Per Tandan 4-10 buah
18 Bentuk Buah Bulat
19 Diameter Buah 4-5 cm
20 Warna Buah Muda Hijau
21 Warna Buah Tua Merah
23 Tekstur Buah Agak renyah
24 Rasa Buah Manis-masam
25 Jumlah Buah Per Tanaman 50-58 buah
26 Berat Per Buah 70-80 g
27 Rata-Rata Produksi 50-60 ton/Ha
28 Ketahanan Penyakit Layu bakteri, bercak bakteri, gemini
virus, hawar daun iklim panas, cracking
29 Rekomendasi Beradaptasi baik di dataran rendah
sampai sedang dengan ketinggian 50-
600 mdpl
Sumber : PT. East West Seed Indonesia, 2020.
63