PENDAHULUAN
1
permukaan tanah seperti air hujan (Schwab, 1981). Pemberian air secara curah atau
irigasi bertekanan dilakukan dengan pipa-pipa yang dipasang atau ditanam dengan
bertekanan tertentu diperkirakan pancaran air dapat membasahi seluruh tanah dan
tanaman di lahan. Penggunaan sistem ini untuk pengairan dengan efisiensi tinggi
serta diterapkan pada lahan pertanian yang bergelombang dan harus diperhatikan
mengenai biaya yang cukup tinggi, keahlian yang tepat dalam merancang penempatan
unit di lahan dan kemungkinan kecepatan angin yang berubah-ubah (Kartosapoetra
dan M Sutejo , 1994). Tujuan dari irigasi curah adalah agar air dapat diberikan secara
merata dan efisien pada areal pertanaman dengan jumlah dan kecepatan yang sama
atau kurang dari laju infiltrasi air ke dalam tanah (kapasitas infiltrasi).
Penelitian tentang sprinkler ini dilakukan untuk menganalisis distribusi
sebaran air irigasi curah dengan menggunakan berbagai jenis sprinkler pada tanaman.
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bentuk penemuan tentang irigasi
yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman. Sehingga dapat
membantu petani dalam meningkatkan hasil produksi sayuran dan dapat
meningkatkan kesejahteraannya melalui budidaya sayuran.
2
1.3. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penerapan irigasi curah pada
tanaman tomat
2. Ikut berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya
3. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai info tambahan bagi
penelitian yang memiliki topik yang sama
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.3. Pengaruh Pemberian Air Pada Tomat
Hardjowigeno (1987) menyatakan bahwa air berguna bagi tanaman sebab air
sebagai pelarut unsur hara dan bagian dari sel-sel tanaman, karena air merupakan
bagian dari protoplasma. Air merupakan faktor pembatas yang sangat penting untuk
menghasilkan produksi sayuran. Kehilangan air dari tanaman dipengaruhi oleh
kelembaban relatif udara, luas daun, aktivitas stomata, dan kemampuan tanaman
menyerap air dan tanah. Taraf kecukupan air pada tanaman adalah kunci utama dalam
memperoleh ukuran buah, bobot buah, dan tekstur kulit buah.
Menurut Lestari (2003) tanaman kentang sangat rentan terhadap kekurangan atau
kelebihan air selama masa pertumbuhan. Jumlah air yang tersedia pada penanaman
hingga panen cukup banyak akan mengakibatkan terjadinya.
penurunan hasil. Penurunan hasil dapat disebabkan juga oleh pupuk yang
tercuci akibat taraf pemberian air berlebih sehingga tanaman tidak bisa
memanfaatkan unsur hara yang ada dan umbi kentang mengalami pembasahan
sehingga menyebabkan umbi menjadi busuk. Sama halnya dengan tomat yang
termasuk satu keluarga dengan kentang sangat rentan terhadap taraf dan frekuensi air,
karena dapat mempengaruhi kualitas sifat-sifat fisik buah yang dihasilkan.
Pertumbuhan tanaman tomat akan menjadi baik jika ditanam di tanah yang memiliki
tata air baik. Akar tanaman tomat rentan terhadap kekurangan oksigen, oleh karena
itu air tidak boleh tergenang. Aerasi yang baik akan meningkatkan kadar oksigen
disekitar akar. Oksigen disekitar akar akan meningkatkan penyerapan unsur hara
fosfat, kalium dan besi oleh tanaman tomat (Adams dalam Ridho, 2007).
Gould (1974) mengemukakan bahwa perlu pemberian air yang cukup untuk
kebutuhan selama tanaman tumbuh, pembentukan buah dan periode pembesaran buah
tomat. Jika kebutuhan air tersebut hanya cukup memenuhi salah satu periode saja
maka pembuahan optimum tidak tercapai.
Semakin sering frekuensi pemberian semakin baik pula sifat- sifat fisik buah
tomat yang dihasilkan. Menurut Warsito (1979) waktu menyiram jangan sampai air
jatuh terlalu dekat dengan batang tanaman, karena tanah yang terkena air akan gugur
5
dan akar akan terlihat. Jumlah air yang diberikan tergantung pada iklim, derajat
penguapan tanah, penyebaran akar dan jumlah air yang dapat digunakan oleh tanah
yang bersangkutan.
2.4. Air
Air merupakan unsur penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Air berfungsi sebagai pengangkut zat hara dari dalam tanah menuju tanaman .
terkadang dalam kondisi tertentu keterediaan air pada tanah tidak cukup
untukmemenuhi kebutuhan tanamna. Salah satu upaya untuk menaggulangi masalah
ketersediaan air dilahan adalah dengan melakukan irigasi. (Suwito, 2016)
2.5. Irigasi
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat esensial bagi sistem
produksi pertanian. Fungsi air tidak hanya berkaitan dengan aspek produksi, tapi juga
sangat menentukan potensi perluasan areal tanam, luas areal tanam, intensitas
pertanaman serta kualitas hasil.Ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman dapat
dipenuhi melalui irigasi. Secara umum, air irigasi dapat mengandung nutrisi-nutrisi
seperti Calsium (Ca), Magnesium (Mg) dan Sulfur(S) dalam jumlah besar dan air
mengisi lebih dari 80 % kehidupan dan pertumbuhan sel dari tanaman. Pertumbuhan
tanaman membutuhkan air melalui akar dalam tanah pada jumlah yang besar dan
digunakan untuk proses metabolisme, sehingga air harus tersedia dalam tanah untuk
mengganti air yang hilang karena evaporasi (Thorne, 1979).
Secara fisiologis, air irigasi mengisi kebutuhan air untuk fotosintesis dan
pertumbuhan sel, berperan sebagai medium untuk pemupukan dan pestisida serta
menyediakan tambahan pendinginan (supplemental cooling) (Ling, 2004). Lebih
lanjut Doorenbos dan Pruitt (1977) mengemukakan bahwa dalam proses metabolisme
pertumbuhan, tanaman membutuhkan air dalam jumlah yang berbeda tergantung jenis
tanaman, waktu tanam, iklim saat tanaman tersebut tumbuh,pola tanam serta jenis
tanahnya. Selain itu juga tergantung dari waktu dan cara pemberiannya.
6
Pengairan atau irigasi merupakan proses pemberian air pada tanah untuk
memenuhi kebutuhan tanaman. Kegiatan pengairan meliputi penampungan dan
pengambilan air dari sumbernya, mengalirkannya melalui saluran-saluran ke tanah
atau lahan pertanian, dan membuang kelebihan air keseluruh pembuangan.Pengairan
bertujuan untuk memberikan tambahan air pada air hujan dalam waktu yang cukup
dan pada waktu diperlukan tanaman. Secara umum, pengairan berguna untuk
mempermudah pengelolahan tanah, mengatur suhu tanah dan iklim mikro,
membersihkan atau mencuci tanah dari garam-garam yang larut atau asam-asam
tinggi, membersihkan kotoran atau sampah dalam saluran air, dan menggenangi tanah
untuk memberantas tanaman pengganggu dan hama penyakit (Kurnia, 2004).
7
irigasi sprinkler berdasarkan faktor-faktor perancangan dan parameter iklim
(Sheikhemaeili et al., 2016).
8
dari sprinkler. Tidak seperti impact sprinkler yang memiliki rotasi yang dapat
berhenti kemudian berganti arah. Gear-driven sprinkler berputar secara halus dalam
satu arah tanpa percikan yang terjadi setiap kali semburan menubruk hammer pada
impact sprinkler.
9
Gambar 3. Fixed Head Sprinkler
10
pembangkit. Salah satu cara dengan menggunakan tenaga pembangkit adalah irigasi
dengan menggunakan alat pancar. Irigasi sprinkler adalah cara pemberian air kepada
tanaman yang dilakukan dari atas tanaman berupa pemencaran dimana pemencaran
itu menggunakan tenaga penggerak berupa pompa air. Prinsip yang digunakan sistem
ini adalah memberi tekanan pada air dalam pipa dan memancarkan ke udara sehingga
menyerupai hujan selanjutnya jatuh pada permukaan tanah (Sudjarwadi, 1987).
Umumnya komponen irigasi curah terdiri dari: (a) pompa dengan tenaga
penggerak sebagai sumber tekanan, (b) pipa utama, (c) pipa lateral, (d) pipa peninggi
(riser), dan (e) kepala sprinkler (sprinkler head). (Anonima, 2000).
a. Tenaga penggerak
Sumber tenaga penggerak pompa dapat berupa motor listrik atau motor bakar
(internalcombustion engine)
b. Pipa utama
Pipa utama (main line) adalah pipa yang mengalirkan air dari pompa ke pipa
lateral. Pipa utama dapat dibuat permanen di atas atau di bawah permukaan tanah,
dapat pula berpindah (portable) dari satu lahan ke lahan yang lain... Pipa beton tidak
cocok untuk tekanan tinggi. Untuk pipa utama yang berpindah, pipa biasanya terbuat
dari almunium yang ringan dan dilengkapi dengan quick coupling. Sedangkan untuk
pipa utama yang ditanam, umumnya dipasang pada kedalaman 0,75 m di bawah
permukaan tanah. Pipa utama berdiameter antara 75 200 mm.
11
c. Pipa lateral
Pipa lateral adalah pipa yang mengalirkan air dari pipa utama ke sprinkler. Pipa
utama biasanya terbuat dari baja, beton, asbestos cement, PVC atau pipa fleksibel.
Pipa lateral ini berdiameter lebih kecil dari pipa utama, umumnya lateral berdiameter
50 125 mm, dapat bersifat permanen atau berpindah. Pipa lateral biasanya tersedia
di pasaran dengan ukuran panjang 5, 6 atau 12 meter setiap potongnya. Setiap
potongan pipa dilengkapi dengan quick coupling untuk mempermudah dan
mempercepat proses menyambung dan melepas pipa.
12
Satu nozzle Dua nozzle
Gambar 7. Kepala sprinkler berputar
e. Komponen lain:
1) Saringan
Saringan diperlukan bila sumber air yang digunakan untuk irigasi sprinkler
berupa air permukaan. Saringan harus mampu menahan sisa-sisa tanaman,
sampah, biji-biji rumput dan partikel-partikel kecil lainnya.
2) Kolam Pengendapan
Kolam pengendapan diperlukan untuk mengendapkan pasir dan sedimen yang
terbawa oleh air yang diambil dari sungai, saluran atau sumur yang bergaram.
3) Pompa Buster (booster pump)
Pompa penguat (buster) diperlukan untuk menambah tekanan aliran bila
tekanan pompa utama tidak mampu menjangkau tempat yang jauh atau lebih
tinggi.
4) Katup Sadap
Katup sadap diperlukan untuk mengontrol tekanan pada pipa lateral bila
perbedaan tekanan aliran antara pipa utama dan pipa lateral cukup besar.
5) Katup Pengontrol Aliran
13
Katup pengontrol aliran diperlukan untuk mengatur tekanan dan debit aliran
dari setiap sprinkler bila tekanan sepanjang pipa lateral tidak sama. Katup ini
tidak diperlukan pada petakan yang datar atau sangat landai.
6) Katup Pengaman
Merupakan katup untuk menghindarkan tekanan air di dalam pipa yang
berlebihan.
7) Tangki Injeksi
Larutan pupuk dan kimia lainnya dapat diinjeksikan ke sistem sprinkler
melalui tangki injeksi. Sistem injeksi yang diterapkan dapat berupa tangki
tertutup atau venturi seperti Gambar 6.
14
keluar ditampung dalam wadah. Waktu yang diperlukan untuk memenuhi wadah
dicatat, dan volume wadah diukur, sehingga debit dapat dihitung
Debit dari sprinkler merupakan volume air per unit waktu yang keluar dari
mulut sprinkler. Unit yang digunakan biasanya liter per menit (L/m) dan gallon per
menit (gpm).Debit ditentukan dengan persamaan
Q = V/t..(1)
Dimana:
Q : debit sprinkler (L/ jam)
V : volume tampungan (L)
t : waktu operasi (jam)
2. Jarak Semburan
Jarak atau spasi antara sprinkler bergantung kepada jarak dari air yang disemburkan
oleh sprinkler. Tekanan yang bekerja dan ukuran, bentuk, dan sudut bukaan nozel
menentukan jarak semburan air oleh sprinkler. Jarak semburan dapat meningkat
seiring dengan meningkatnya tekanan yang bekerja, bertambahnya ukuran nozel dan
juga bertambahnya kemiringan sudut dari nozel.
3. Pola Distribusi
Volume dan tingkat aplikasi air di bawah suatu sprinkler secara normal adalah
bervariasi dengan jarak dari sprinkler. Pola dari variasi ini dinamakan pola distribusi,
yang secara normal konsisten untuk sebuah tekanan, bentuk nozel, dan angin yang
diberikan. Ciri khas dari pola-pola disribusi di bawah sebuah impact sprinkler
konvensional dengan bentuk nozel yang tetap dan tekanan yang bervariasi.
Nozel yang beroperasi pada tekanan yang rendah yang memancarkan ukuran
butiran air yang pada dasarnya sama sering memiliki pola distribusi yang berbentuk
donat. Ukuran butiran air yang lebih bemacam yang dikarenakan oleh tekanan nozel
yang lebih tinggi secara normal akan menghasilkan pola distribusi yang berbentuk
segitiga. Tekanan yang sangat tinggi meningkatkan persentasi dari butir-butir air yang
kecil.
15
4. Laju Aplikasi
Laju penyiraman adalah laju jatuhnya air kepermukaan tanah yang
disemprotkan dari lubang nozel . Laju siraman dari sekelompok sprinkler disebut laju
aplikasi (application rate), dinyatakan dengan satuan mm/jam. Dalam rancangan
desain irigasi sprinkler, diameter curahan/penyiraman nozel mempengaruhi nilai laju
penyiraman dan penentuan jarak nozel pada dan antar lateral, serta menentukan luas
lahan yang dapat terairi (Idham, 2010).
Laju aplikasi atau laju penggunaan adalah paramater yang sangat penting yang
digunakan untuk mencocokkan sprinkler dengan tanah, tanaman, dan medan dimana
sprinkler-sprinkler tadi akan beroperasi. Laju aplikasi memiliki dimensi panjang per
unit waktu (Idham, 2010).
Ketika beberapa sprinkler yang identik berjarak Se dengan grid Sl, Persamaan
dapat digunakan untuk menghitung laju aplikasi rata-rata. Besarnya laju infiltrasi
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (Keller dan Bleisner, 1990):
Laju pemberian air maksimum:
360 Q
I= .(2)
Se Sl
Laju pemberian air rata-rata:
K Q
I= ..........................................................................(3)
Se Sl
Dimana :
I : laju penyiraman rata-rata (mm/jam)
K : faktor konversi sebesar 60
q : debit sprinkler (L/menit)
Se : jarak sprinkler dalam lateral (m)
Sl : jarak antar lateral (m)
16
5. Ukuran butir air
Suatu sprinkler umumnya menghasilkan ukuran diameter butiran air dari 0,5 mm
sampai 4,0 mm. Butiran yang lebih kecil umumnya jatuh dekat sprinkler sedangkan
yang lebih besar jatuh lebih jauh. Ukuran butir yang besar dapat merugikan pada
tanaman (terutama sayuran) dan menyebabkan erosi percik yang akhirnya terjadi
pemadatan tanah, sedangkan ukuran butiran yang terlalu kecil akan mudah menguap
sehingga banyak air terbuang dan akibatnya efisiensi irigasi menjadi rendah
6. Tekanan operasi.
Peformansi suatu sprinkler akan baik jika mengikuti tekanan operasi yang disarankan
oleh pabrik pembuatnya. Jika tekanan operasi lebih kecil atau lebih besar dari yang
direkomendasikan maka akan terjadi penyimpangan kinerja. Jika tekanan terlalu
rendah maka jet air tak mudah pecah sehingga sebagain besar air jatuh jauh dari
sprinkler. Butiran air yang besar akan jatuh dan merusak daun tanaman serta akan
memadatkan tanah. Jika tekanan terlalu besar, jet air pecah terlalu banyak
menyebabkan kabut mudah menguap dan hilang ke udara, dan sebagian besar air
akan jatuh dekat sprinkler. Kedua kondisi tersebut menyebabkan pola sebaran
menyimpang jauh dari bentuk segi-tiga.
Pengukuran tekanan operasi pada waktu sistim bekerja dapat menggunakan
Bourdon gauge dilengkapi dengan pilot attachment pada lubang nozzle.
17
7. Sebaran air
Umumnya sebaran air terbanyak berada di dekat sprinkler dan berkurang ke
arah ujung. Pola sebaran berbentuk segitiga. Untuk membuat sebaran lebih seragam
beberapa sprinkler diletakkan secara overlap seperti pada. Pada kondisi tidak ada
angin, jarak spasi antar sprinkler dibuat sekitar 65% dari diameter basah.
Besarnya keseragaman sebaran air dari sprinkler dapat diukur di lapang dengan
memasang beberapa wadah penampung air dalam suatu grid dengan jarak tertentu.
Selama waktu operasi tertentu, jumlah air yang tertampung dalam wadah diukur
volumenya dengan gelas ukur, kemudian dihitung kedalaman airnya dengan cara
membagi volume airdengan luas mulut wadah. Kemudian koefisien keseragaman
(uniformity coefficient) dapatdihitung.
Nilai keseragaman sebaran air dinyatakan dengan suatu parameter yang disebut
koefisien keseragaman (uniformity coefficient, Cu). Koefisien keseragaman (Cu)
dipengaruhi oleh hubungan antara tekanan, ukuran nozzle, spasing sprinkler dan
kondisi angin. Menurut Christiansen (1942), koefisien keseragaman dapat dihitung
dengan persamaan dibawah ini. Nilai Cu sekitar 85% dianggap cukup baik untuk
irigasi curah.
_
Xi X
CU 100 1,0 _
.......................................................................(4)
Xn
Dimana:
X : nilai rata-rata pengamatan (mm);
n : jumlah total pengamatan;
Xi : nilai masing-masing pengamatan(mm).
18
yang dinyatakan dalam persen. Perhitungan nilai keseragaman distribusi lebih rendah
dari koefisien keseragaman. Hal ini terjadi karena nilai koefisien keseragaman
merupakan nilai rata-rata keseluruhan sedangkan nilai distribusi keseragaman
merupakan nilai dari 25% atau seperampat data terendah dan data nilai distribusi
keresagaman pada sprinkler berada pada daerah yang dekat dengan letak sprinkler itu
sendiri.
1
rerata
nilai terendah tampungan
DU 4 100%.................................(5)
rerata volume terendah tampungan
19
BAB III
METODELOGI
20
c. Tentukan frekuensi atau interval irigasi
d. Tentukan kapasitas sistem yang diperlukan
e. Tentukan laju pemberian air yang optimal
3. Desain sistem :
a. Tentukan spasing, debit, ukuran nozle dan tekanan operasi dari sprinkler
pada kondisi laju pemberian air yang optimal serta jumlah sprinkler yang
dioperasikan secara bersamaan
b. Desain tata-letak dari sistem yang terbaik yang memenuhi (a)
c. Bila diperlukan lakukan penyesuaian (adjusment) dari (2) dan (3a)
d. Tentukan ukuran (diameter) dan tekanan pipa lateral
e. Tentukan ukuran (diameter) dan tekanan pipa utama
21
3. Tingkat Distribusi penyebaran air
Tingkat Distribusi penyebaran air dinilai dengan menggunakan indeks DU
(distribution uniformit) yang dinyatakan dengan
1
reratanilai terendah tampungan
DU 4 100%
rerata volume terendah tampungan
4. Laju Aplikasi
Laju pemberian air maksimum:
360 Q
I=
Sl
Laju pemberian air rata-rata:
K Q
I=
Sl
Dimana :
I : laju penyiraman rata-rata (mm/jam)
K : faktor konversi sebesar 60
q : debit sprinkler (L/menit)
Sl : jarak antar lateral (m)
5. Kapasitas sistem sprinkler
Kapasitas sistem sprinkler tergantung pada luas areal lahan yang akan diairi
(design area), kedalaman irigasi kotor (gross) setiap pemberian air dan waktu
operasional yang diijinkan untuk pemberian air tersebut.
Ad
Q = 2,78
fTE
Dimana:
Q: kapasitas debit pompa (lt/det);
A: luas areal yang akan diairi (hektar);
d: kedalaman pemakaian air neto (mm);
f: jumlah hari untuk 1 kali irigasi (periode atau lama irigasi)(hari);
22
T: jumlah jam operasi aktual per hari (jam/hari);
E : efisiensi irigasi.
MULAI
Penentuan Kebutuhan
air irigasi
ya
23
Analisis data kinerja irigasi
springkler
Analisis Data
SELESAI
24
DAFTAR PUSTAKA
Riskiyah, Juli, (Tanpa Tahun). Uji Volume Air pada Berbagai Varietas Tanaman
Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill). Program Sutudi Agroteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Riau. Riau.
Setyaningrum, Diah Ayu, Dkk. 2014. Aplikasi Sistem Irigasi Tetes pada Tanaman
Tomat (lycopersicum Esculentum Mill). Jurnal Teknik Pertanian Lampung.
Vol.3. No.2:127-140.
Tusi, Ahmad dan Budianto Lanya. 2016. Rancangan Irigasi Sprinkler Portable
Tanaman Pakchoy. Jurnal Irigasi. Vol. 11. Hal. 43-54.
Khairiah, Nur Intan. 2014. Evaluasi Kinerja Penggunaan Air Irigasi Sprinkler Studi
Kasus Di Kabupaten Enrekang. Program Studi Keteknikan Pertanian Jurusan
Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Makasar.
25