Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

CEKAMAN AIR TERHADAP TANAMAN


JAGUNG DAN KEDELAI
MATA KULIAH : FISIOLOGI TANAMAN (PKD-1221)

Disusun Oleh :

1. Hairun Nisah 23722089


2. Fitri Linda Sari 23722088
3. Indra Setiawan 23722091
4. Langen Febri Antika 23722093
5. Martin Handoyo 23722095
6. Lukvan ansori 23722094
7. Ivan Ade Saputra 23722092
8. Hilmansyah 23722090

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


PROGRAM STUDI PRODUKSI DAN MANAJEMEN INDUSTRI
PERKEBUNAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan praktikum dengan tepat pada waktunya. Laporan ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan laporan ini. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan praktikum ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Akhir kata kami
berharap semoga laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Bandar Lampung, 2 November 2023

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cekaman air adalah kondisi di mana tanaman mengalami masalah terkait
ketersediaan air yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan mereka.
Beberapa latar belakang cekaman air terhadap tanaman meliputi 7 jenis masalah.
Yang pertama kekurangan air (defisit hidrist) dalam hal ini tanaman akan
mengalami cekaman air jika kekurangan pasokan air yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan fotosintesis dan pertumbuhan. Ini bisa terjadi karena kurangnya curah
hujan atau irigasi yang tidak memadai. Yang kedua, kelebihan Air (Kegemukan
Hidris) dalam hal ini sebaliknya, terlalu banyak air di sekitar akar tanaman dapat
menyebabkan akumulasi air berlebih di akar, yang mengurangi aerasi tanah dan bisa
menyebabkan akar mati karena kekurangan oksigen. Yang ketiga, tanah yang tidak
memadai (drainase) dalam hal ini tanah yang tidak memiliki kemampuan drainase
yang baik dapat menyebabkan penumpukan air dan cekaman air pada tanaman.
Yang keempat kualitas air yang buruk, air yang mengandung garam berlebih atau
bahan kimia beracun dapat merusak tanaman dan menyebabkan cekaman air. Yang
kelima variabilitas iklim atau perubahan cuaca ekstrem seperti kekeringan yang
berkepanjangan atau banjir tiba-tiba juga dapat menyebabkan cekaman air pada
tanaman. Selanjutnya yang ketujuh meliputi jenis tanaman tertentu, beberapa
tanaman lebih toleran terhadap cekaman air daripada yang lain. Kultivar yang tahan
cekaman air telah dikembangkan untuk mengatasi masalah ini. Dan yang terakhir
manajemen irigasi yang tidak tepat, dalam hal ini pengelolaan irigasi yang tidak
efisien atau over-irigasi dapat menyebabkan cekaman air pada tanaman.

3
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum yang berjudul "Cekaman air terhadap tanaman
jagung dan kedelai” adalah untuk mengetahui respon tanaman dalam berbagai
kondisi cekaman air.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cekaman Air

Cekaman air merupakan kondisi lingkungan dimana tanaman tidak menerima


asupan air yang cukup, sehingga tanaman tidak dapat melakukan proses pertumbuhan
dan perkembangan secara optimal serta membuat produksi menurun (Yuniarsih, 2017).
Faktor penyebab cekaman pada tanaman salah satunya adalah ketersediaan air.
Ketersediaan air pada tanaman sangat mempengaruhi proses pertumbuhan dan rata-rata
hasil panen. Kurangnya ketersediaan air menjadi faktor yang paling banyak
menghambat pertumbuhan tanaman diseluruh dunia. Dibawah cekaman kekeringan air
dizona akar menjadi negatif dan membatasi jangkauan akar akan air sehingga
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi hasil tanaman .
Cekaman (stress) merupakan factor lingkungan hiotik dan abiotik yang dapat
mengurangi laju proses fisiologi. Tanaman mengimbangi efek merusak dari cekaman
melalui berbagai mekanisme yang beroperasi lebih dari skala waktur yang berbeda,
tergantung pada sifat dari cekaman dan proses fisiologis yang terpengaruh Respon ini
bersama-sama memungkinkan tanaman untuk mempertahankan tingkat yang relatif
konstan dari proses fisiologis meskipun terjadinya cekaman secara berkala dapat
mengurangi kinerja tanaman tersebut. Jika tanaman akan mampu bertahan dalam
lingkungan yang tercekam, maka tanaman tersebut memiliki tingkat resistensi terhadap
cekaman Contoh cekaman adalah kekurangan nitrogen, kelebihan logam berat,
kelebihan garam dan naungan oleh tanaman lain (Lambers, 1998).
Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil
tanaman adalah air. Air merupakan faktor yang penting bagi tanaman, karena berfungsi
sebagai pelarut hara, berperan dalam translokasi hara dan fotosintesis (Harwati,2007).
Hal ini karena air merupakan penyusun utama dari protoplasma sel, sebagai bahan
sebagai bahan pelarut dan pelarut dan memberikan suatu memberikan suatu media
untuk media untuk pengangkutan. pengangkutan. Air juga diperlukan diperlukan

5
sebagai sebagai bahan penyusun penyusun senyawa senyawa baru, pemelihara
pemelihara tekanan tekanan turgor, dan turgor, dan secara tidak langsung secara tidak
langsung dapat memelihara suhu dapat memelihara suhu tanaman, tanaman.
Pertumbuhan akan menjadi tidak normal (terganggu) apabila tanaman tumbuh di tempat
yang kelebihan atau kekurangan air. Gangguan pertumbuhan tanaman sebagai akibat
kelebihan atau kekurangan air berupa kelayuan tanaman.
Air merupaakan komponen utama penyususn tanaman hijau, 70-90% dari
berat segar kebanyakan spesies tanaman terdiri dari air. Air sangat penting bagi tanaman
karana air memiliki beberap fungsi seperti : 1) pengisi cairan protoplasma sel
pada tubuh tanaman, 2) pelarut unsur hara yang terdapat di dalam tanah, 3) membantu
penyerapan unsur hara dari dalam tanah oleh akar tanaman,4) mengangkut unsur hara
ke seluruh organ tanaman, 5) membantu memperlancar metabolisme terutama sebagai
reagen penting dalam proses fotosintesis, lalu mengangkut hasil fotosintesis dari daun
ke seluruh bagian tanaman yang membutuhkan, 6) melancarkan aerasi udara dan suplai
oksigen dalam tanah. Keberadaan air di dalam tanah harus sesuai dengan kebutuhan
tanaman, kebutuhan air tanaman sama dengan kehilangan air per satuan luas yang
diakibatkan oleh kanopi atau tajuk tanaman yang disebut dengan proses transpirasi,
ditambah dengan hilangnya air melalui permukaan tanah pada luasan tertentu yang
disebut evaporasi. Air dibutuhkan tanaman pada waktu yang tepat dan jumlah yang
tepat. Jika lahan pertanaman mengalami kekurangan air akan menyebabkan tanaman
menjadi kerdil, perkembangannya menjadi abnormal, pada tanaman yang kekurangan
air turgiditas sel-sel tanaman menurun, stomata daun tertutup sehingga menyebabkan
proses fotosintesis terganggu. Turgor sel pada tunas-tunas tanaman adalah penentu
utama pertumbuhan tanaman karena pada sel-sel yang turgid yang mengandung
banyak air sebagai penyusun protoplasma sel, proses pembelahan sel akan berjalan
dengan sangat baik sehingga menyebabkan terjadinya perluasan daun, pertumbuhan
batang, pertumbuhan akar dan bagian tanaman yang lainnya (Karyati, 2018). Peran air
yang sangat penting tersebut menimbulkan konsekuensi bahwa langsung atau tidak

6
langsung kekurangan air pada tanaman akan mempengaruhi semua proses metaboliknya
sehingga dapat menurunkan pertumbuhan tanaman (Sinaga, 2002).

2.2 Kedelai

Kacang kedelai (Glycine max (L.) Merril) termasuk dalam kelas


Dicotyledoneae, ordo rosales, famili Leguminosae, dan genus Glycine. Kacang ini
menjadi salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak
makanan dari Asia Timur seperti tahu dan tempe. Berdasarkan peninggalan arkeologi,
tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur.Kedelai putih
diperkenalkan ke Nusantara oleh pendatang dari Cina sejak maraknya perdagangan
dengan Tiongkok, sementara kedelai hitam sudah dikenal lama oleh penduduk
setempat.Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia.
Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan merupakan
tanaman semusim.Morfologi tanaman kedelai didukung oleh komponen utamanya,
yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji sehingga pertumbuhannya bisa optimal.Sistem
perakaran tanaman kedelai terdiri dari akar tunggang, akar sekunder (serabut) yang
tumbuh dari akar tunggang.Perkembangan akar tunggang dari akar radikal sudah mulai
muncul sejak masa perkecambahan.Akar ini mempunyai akar-akar cabang yang lurus.
Akar serabut merupakan akar yang tumbuh ke bawah sepanjang 20 cm. Tanaman ini
juga memiliki akar-akar lateral (cabang) yang tumbuh ke samping sepanjang 5-25 cm.
Akar serabut, yang terdapat pada akar lateral berfungsi untuk menghisap air dan unsur
hara, pada akar ini juga terdapat bintil akar (nodule) yang mengandung bakteri
Rhizobium, kegunaannya sebagai pengikat zat nitrogen dari udara (Pratiwi, 2016:8-9).
Tanaman kedelai mempunyai daun majemuk bersirip genap.Setiap helai daun terdiri
dari tiga helai anak daun.Permukaan daunnya sedikit berbulu, berfungsi sebagai
penahan atau penyimpan debu. Di Indonesia, kedelai berdaun sempit lebih banyak
ditanam oleh petani dibandingkan tanaman kedelai berdaun lebar, walaupun dari aspek
penyinaran sinar matahari, tanaman kedelai berdaun lebar menyerap sinar matahari
lebih banyak daripada yang berdaun sempit. Namun, keunggulan tanaman kedelai

7
berdaun sempit adalah sinar matahari akan lebih mudah menerobos di antara kanopi
daun sehingga memacu pembentukan bunga (Pratiwi, 2016:9).
Di Indonesia, kedelai menjadi sumber gizi protein nabati utama, meskipun
Indonesia harus mengimpor sebagian besar kebutuhan kedelai. Ini terjadi karena
kebutuhan Indonesia yang tinggi akan kedelai putih. Kedelai putih bukan asli tanaman
tropis sehingga hasilnya selalu lebih rendah daripada di Jepang dan Cina.Pemuliaan
serta domestikasi belum berhasil sepenuhnya mengubah sifat fotosensitif kedelai putih.
Di sisi lain, kedelai hitam yang tidak fotosensitif kurang mendapat perhatian dalam
pemuliaan meskipun dari segi adaptasi lebih cocok bagi Indonesia (Setiawati 2006:142-
143).

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai

Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah asal drainase (tata air)
dan earasi (tata udara) tanah cukup baik, curah hujan 100 – 400 mm/bulan, suhu
udara 23 – 30 ºC, kelembaban 60 – 70 %, pH tanah 5,8 – 7, ketinggian kurang dari 600
m dpl.

2.3.1 tanah

Tanaman kedelai sebenarnya dapat tumbuh di semua jenis tanah, namun


demikian, untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang optimal, kedelai
harus ditanam pada jenis tanah berstruktur lempung berpasir atau liat berpasir. Hal ini
tidak hanya terkait dengan ketersediaan air untuk mendukung pertumbuhan, tetapi juga
terkait dengan faktor lingkungan tumbuh yang lain. Faktor lain yang mempengaruhi
keberhasilan pertanaman kedelai yaitu kedalaman olah tanah yang merupakan media
pendukung pertumbuhan akar. Artinya, semakin dalam olah tanahnya maka akan
tersedia ruang untuk pertumbuhan akar yang lebih bebas sehingga akar tunggang yang
terbentuk semakin kokoh dan dalam. Pada jenis tanah yang bertekstur remah dengan
kedalaman olah lebih dari 50 cm, akar tanaman kedelai dapat tumbuh mencapai

8
kedalaman 5 m. Sementara pada jenis tanah dengan kadar liat yang tinggi, pertumbuhan
akar hanya mencapai kedalaman sekitar 3 m. Upaya program pengembangan kedelai
bisa dilakukan dengan penanaman di lahan kering masam dengan pH tanah 4,5 – 5,5
yang sebenarnya termasuk kondisi lahan kategori kurang sesuai. Untuk mengatasi
berbagai kendala, khususnya kekurangan unsur hara di tanah tersebut, tentunya akan
menaikkan biaya produksi sehingga harus dikompensasi dengan pencapaian
produktivitas yang tinggi (> 2,0 ton/ha).

Untuk dapat tumbuh dengan baik, kedelai menghendaki tanah yang subur, dan
kaya akan humus serta bahan organik dengan pH 6-7. Bahan organik yang cukup dalam
tanah akan memperbaiki daya olah tanah dan merupakan sumber makanan jasad renik
yang akan membebaskan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman (Yenita, 2002).
Keadaan pH tanah yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman kedelai berkisar antara 5,5-
6,5. Selain mempengaruhi penyerapan hara oleh perakaran tanaman, tanah masam (pH
tanah 4,6-5,5) juga mempengaruhi kemampuan penetrasi bakteri Rhizobium ke
perakaran tanaman untuk membentuk bintil akar. Pada tanah dengan nilai pH lebih dari
7, kedelai sering menampakkan gejala klorosis karena kekurangan hara besi (Masruroh,
2008).

2.3.2 iklim

Untuk mencapai pertumbuhan tanaman yang optimal, tanaman kedelai


memerlukan kondisi lingkungan tumbuh yang optimal pula. Tanaman kedelai sangat
peka terhadap perubahan faktor lingkungan tumbuh, khususnya tanah dan iklim.
Kebutuhan air sangat tergantung pada pola curah hujan yang turun selama pertumbuhan,
pengelolaan tanaman, serta umur varietas yang ditanam. Iklim kering lebih disukai
tanaman kedelai dibandingkan dengan iklim sangat lembab. Tanaman kedelai sebagian
besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis.

a) Suhu Tanaman kedelai dapat tumbuh pada kondisi suhu yang beragam. Suhu tanah
yang optimal dalam proses perkecambahan yaitu 30°C. Bila tumbuh pada suhu
tanah yang rendah (30°C), banyak biji yang mati akibat respirasi air dari dalam biji

9
yang terlalu cepat. Disamping suhu tanah, suhu lingkungan juga berpengaruh
terhadap perkembangan tanaman kedelai. Bila suhu lingkungan sekitar 40°C pada
masa tanaman berbunga, bunga tersebut akan rontok sehingga jumlah polong dan
biji kedelai yang terbentuk juga menjadi berkurang. Suhu yang terlalu rendah
(10°C), seperti pada daerah subtropik, dapat menghambat proses pembungaan dan
pembentukan polong kedelai. Suhu lingkungan optimal untuk pembungaan bunga
yaitu 24 -25°C.
b) Panjang hari (photoperiode) Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan
panjang hari atau lama penyinaran sinar matahari karena kedelai termasuk tanaman
“hari pendek”. Artinya, tanaman kedelai tidak akan berbunga bila panjang hari
melebihi batas kritis, yaitu 15 jam perhari. Oleh karena itu, bila varietas yang
berproduksi tinggi dari daerah subtropik dengan panjang hari 14 – 16 jam ditanam
di daerah tropik dengan rata-rata panjang hari 12 jam maka varietas tersebut akan
mengalami penurunan produksi karena masa bunganya menjadi pendek, yaitu dari
umur 50 – 60 hari menjadi 35 – 40 hari setelah tanam. Selain itu, batang tanaman
pun menjadi lebih pendek dengan ukuran buku subur juga lebih pendek. Perbedaan
di atas tidak hanya terjadi pada pertanaman kedelai yang ditanam di daerah tropik
dan subtropik, tetapi juga terjadi pada tanaman kedelai yang ditanam di dataran
rendah (1000 m dpl). Umur berbunga pada tanaman kedelai yang ditanam di daerah
dataran tinggi mundur sekitar 2-3 hari dibandingkan tanaman kedelai yang ditanam
di datarn rendah. Kedelai yang ditanam di bawah naungan tanaman tahunan, seperti
kelapa, jati, dan mangga, akan mendapatkan sinar matahari yang lebih sedikit. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa naungan yang tidak melebihi 30% tidak banyak
berpengaruh negatif terhadap penerimaan sinar matahari oleh tanaman kedelai.
c) Distribusi curah hujan Hal yang terpenting pada aspek distribusi curah hujan yaitu
jumlahnya merata sehingga kebutuhan air pada tanaman kedelai dapat terpenuhi.
Jumlah air yang digunakan oleh tanaman kedelai tergantung pada kondisi iklim,
sistem pengelolaan tanaman, dan lama periode tumbuh. Namun demikian, pada
umumnya kebutuhan air pada tanaman kedelai berkisar 350 – 450 mm selama masa

10
pertumbuhan kedelai. Pada saat perkecambahan, faktor air menjadi sangat penting
karena akan berpengaruh pada proses pertumbuhan. Kebutuhan air semakin
bertambah seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Kebutuhan air paling tinggi
terjadi pada saat masa berbunga dan pengisian polong. Kondisi kekeringan menjadi
sangat kritis pada saat tanaman kedelai berada pada stadia perkecambahan dan
pembentukan polong. Untuk mencegah terjadinya kekeringan pada tanaman
kedelai, khususnya pada stadia berbunga dan pembentukan polong, dilakukan
dengan waktu tanam yang tepat, yaitu saat kelembaban tanah sudah memadai untuk
perkecambahan. Selain itu, juga harus didasarkan pada pola distribusi curah hujan
yang terjadi di daerah tersebut. Tanaman kedelai sebenarnya cukup toleran terhadap
cekaman kekeringan karena dapat bertahan dan berproduksi bila kondisi cekaman
kekeringan maksimal 50% dari kapasitas lapang atau kondisi tanah yang optimal.
Selama masa stadia pemasakan biji, tanaman kedelai memerlukan kondisi
lingkungan yang kering agar diperoleh kualitas biji yang baik. Kondisi lingkungan
yang kering akan mendorong proses pemasakan biji lebih cepat dan bentuk biji yang
seragam (UNPAD, 2009).

2.3.3 Pupuk NPK

Pupuk NPK disebut sebagai pupuk majemuk lengkap (complete fertilizer) Papuk
NPK mengandung hara utama dan hara sekunder yaitu: Nitrogen (N) - 16% fosfor
(P205) 16%, Kalium (K20) 16 %, Magnesium (MgO) - 2% dan Kalsium (Ca)-6%
Kandungan Nitrogen (N) dalam bentuk Nitrat (NO3) dan Phospatadalam bentuk
poliphosphatyang langsung dan cepat tersedia bagi tanaman, pupuk ini sangat cocok
digunakan pada tahap pertumbuhan vegetatif dan generatif.

2.3.4 Jagung

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang digunakan
sebagai makanan pokok kedua setelah padi di Indonesia. Suarni dan Yasin (2011)
memaparkan bahwa jagung merupakan sumber protein yang penting bagi masyarakat.
Jagung mengandung serat pangan yang dibutuhkan tubuh seperti asam lemak esensial,

11
isoflavon, mineral (Ca, Mg, K, Na, P, Ca dan Fe), antosianin, betakaroten, komposisi
asam amino esensial, dan lainnya. Berdasarkan temuan-teman genetik antropologi, dan
arkeologi di ketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika. Tanaman jagung (Zea
mays L.) merupakan tanaman rumput-rumputan dan berbiji tunggal (monokotil). Jagung
merupakan tanaman rumput kuat, sedikit berumpun dengan batang kasar dan tingginya
berkisar 0,6-3 m. Tanaman jagung termasuk jenis tumbuhan musiman dengan umur ± 3
bulan.
Jagung dikenal luas oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan makanan pokok
pengganti nasi dan berbagai macam makanan olahan. Selain itu bagian dari tanaman
jagung juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti daun, batang, klobot dan
janggelnya. Tanaman jagung tumbuh didataran rendah sampai tinggi hingga 1200 meter
dpl, memerlukan media tanah lempung, lempung berpasir, tanah vulkanik, yang subur,
gembur, kaya bahan organic, memerlukan sinar matahari minimal 8 jam per hari suhu
udara 20-33 derajat celsius, curah hujan sedang, ph tanah 5,5-7 dengan drainase yang
baik. Untuk dapat mencapai hasil yang tinggi dalam budidaya tanaman jagung. Faktor
utama yang harus diperhatikan adalah varietas jagung yang akan ditanam, kesuburan
tanah, air yang cukup dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT)
(Indonesia, 2022).
Tanaman ini memiliki klasifikasi dalam sistem botani, (1) Kingdom: Plantae;
(2) Divisi: Spermatophyta; (3) Subdivisi: Angiospermae; (4) Kelas: Monocotyledoneae;
(5) Famili: Graminae; (6) Genus: Zea Spesies: Zea mays (Faradiba, 2022).

12
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum yang berjudul cekaman air terhadap tanaman jagung dan kedelai
dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 2023 pukul 09:00-10:00 WIB Bertempat di
pembibitan dan greenhouse, Politeknik Negeri Lampung.

3.2 Alat dan Bahan


Alat :
1. Polybag
2. Ember
3. Gembor
4. Alat tulis &Nampan

Bahan :

1. Pasir
2. Benih Jagung
3. Benih Kedelai

3.3 Cara Kerja


1. Alat dan bahan yang ingin digunakan disiapkan terlebih dahulu
2. Diambil polybag dengan jumlah 13 buah perkelompok, kemudian semua
polybag di isi dengan pasir
3. Selanjutnya setiap kelompok melakukan penanaman dengan benih jagung dan
kedelai di setiap polybag sebanyak 2-3 butir benih perpolybag
4. Dilakukan penyiraman setiap harinya.
5. Setelah 1 minggu, dilakukan penyulaman benih yang tidak tumbuh
6. Dilakukan penyiraman tiap harinya dan dilakukan pengamatan setiap 1 minggu
sekali.

13
7. Selanjutnya diukur tinggi tanaman jumlah daun,bobot akar dan tajuknya.
8. Simpan data setiap melakukan pengamatan.

14
BAB IV

HASIL & PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan


Berdasarkan hasil pengamatan selama kurang lebih 4 minggu, kelompok kami
mencatat perkembangan sebagai berikut:
1. Minggu pertama, penyediaan media tanam yang berupa pasir putih yang
dimasukan kedalam polybag hitam dengan hasil sebanyak 13 polybag.
2. Minggu kedua, mulai melakukan penanaman bibit kedelai dan jagung dengan
masing-masing polybag yang berjumlah 2 benih (satu polybag ditanam dua biji
benih dengan tanaman yang sejenis), kemudian dilakukan penyiraman selama 2
hari 1x dilakukan pada waktu sore hari.
3. Minggu ketiga, penyulaman tanaman jagung, serta penambahan unsur hara
berupa 3 macam pupuk berupa pupuk tunggal, pupuk TSP, pupuk KCL yang di
taruh dalam masing-masing nampan dengan kombinasi pupuk yang berbeda.
Nampan pertama: -N, nampan kedua: -K, nampan ketiga: -P, nampan keempat:
komplit (N, K, P), nampan kelima: Tidak pakai pupuk sama sekali.
4. Minggu keempat, melakukan penyiraman rutin serta pengamatan terakhir
cekaman air. Pada pengamatan terakhir ini kelompok kami mengamati bahwa di
dalam greenhouse terjadinnya cekaman kekeringan pada tanaman dapat
disebabakan oleh dua faktor, yaitu; suplay air diperakaran sudah mulai
berkurang sehingga akar harus memanjang untuk mendapatkan suplay air
tersebut, dan terjadi laju evaporasi yang lebih tinggi dari pada proses absorsi air
tanah.

4.2 Pembahasan
Cekaman air pada tanaman kedelai dan jagung dapat bervariasi tergantung pada
berbagai faktor, termasuk jenis tanah, iklim, dan keadaan lingkungan. Namun,

15
secara umum, tanaman kedelai cenderung lebih toleran terhadap kekeringan
dibandingkan dengan jagung.
Kedelai memiliki akar yang lebih dalam dan lebih efisien dalam menyerap air
dari tanah. Selain itu, tanaman kedelai memiliki mekanisme fisiologis yang
memungkinkannya bertahan dalam kondisi kekeringan. Mereka dapat mengatur
pembukaan dan penutupan stomata (pori-pori pada daun) untuk mengurangi
penguapan air. Selain itu, mereka juga dapat memperlambat pertumbuhan vegetatif
dan mengalihkan sumber daya ke reproduksi untuk tetap bertahan dalam kondisi
kekeringan.
Di sisi lain, jagung cenderung lebih peka terhadap kekeringan. Mereka memiliki
akar yang lebih dangkal dan tidak efisien dalam menyerap air dari tanah. Selain itu,
jagung juga memiliki permukaan daun yang lebih besar, yang dapat menyebabkan
penguapan air yang lebih cepat. Ketika kekurangan air terjadi, jagung cenderung
mengalami stres, yang dapat menghambat pertumbuhan dan hasil panen.
Namun, penting untuk dicatat bahwa tanaman kedelai dan jagung memiliki
kerentanan yang berbeda terhadap kekeringan tergantung pada varietasnya.
Beberapa varietas kedelai dan jagung telah dikembangkan untuk menjadi lebih
toleran terhadap kekeringan. Selain itu, pengelolaan air yang baik seperti irigasi
yang tepat dapat membantu mengurangi cekaman air pada kedua tanaman ini.

16
BAB V

KESIMPULAN

Praktikum cekaman air pada tanaman kedelai dan jagung di greenhouse akan
tergantung pada hasil pengamatan dan data yang dikumpulkan selama praktikum.
Namun, berikut adalah beberapa kesimpulan umum yang mungkin diambil:

1. Kedelai cenderung lebih toleran terhadap kekeringan daripada jagung. Ini dapat
terlihat dari pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai yang lebih baik
dibandingkan dengan jagung saat terjadi kekurangan air.
2. Kedelai memiliki akar yang lebih dalam dan lebih efisien dalam menyerap air dari
tanah, yang membantu mereka bertahan dalam kondisi kekeringan.
3. Jagung cenderung lebih peka terhadap kekeringan. Mereka memiliki akar yang lebih
dangkal dan permukaan daun yang lebih besar, yang menyebabkan penguapan air
yang lebih cepat dan pertumbuhan tanaman yang terhambat saat terjadi kekurangan
air.
4. Pengelolaan air yang baik, seperti irigasi yang tepat, sangat penting dalam
mengurangi cekaman air pada kedua tanaman ini.
5. Varietas tanaman kedelai dan jagung yang lebih toleran terhadap kekeringan
mungkin tersedia dan dapat memberikan hasil yang lebih baik dalam kondisi
cekaman air.

17
DAFTAR PUSTAKA

Faradiba, N. (2022, Januari 04). Mengenal Tanaman jagung, Klasifikasi, Varietasnya.


Retrieved from Kompas.com:
https://www.kompas.com/sains/read/2022/01/04/202900823/mengenal-
tanaman-jagung-klasifikasi-morfologi-dan-varietasnya
Indonesia, K. P. (2022, 11 21). Info Teknologi: Budidaya Jagung. Retrieved from
Kementerian Pertanian republik Indonesia:
https://pustaka.setjen.pertanian.go.id/info-literasi/budidaya-jagung
Karyati, N. K. (2018). Mengenal Lebih Dekat Kebutuhan Air Bagi Tanaman. Retrieved
from Universitas Dwijendra: https://undwi.ac.id/blog/mengenal-lebih-dekat-
kebutuhan-air-bagi-
tanaman.html#:~:text=Air%20sangat%20penting%20bagi%20tanaman,seluruh
%20organ%20tanaman%2C%205)%20membantu
UNPAD, P. (2009, 03). Retrieved from Pustaka UNPAD:
https://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/03/budidaya_tanaman_kedelai.pdf
Yuniarsih, D. (2017). Pengaruh Cekaman Air Terhadap Kandungan Protein Kacang
Kedelai. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi Jurusan
Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta 2017 (p. 1).
Yogyakarta: Seminar UNY.

18
Polybag Lahan Terbuka
Tanaman Tinggi Jumlah Daun
Polybag
Jagung Kedelai J K J K
1 1 60,4 cm 7
2 59,5 cm 9
2 1 62 cm 7
2 56,5 cm 8
3 56 cm 7
3 1 25,5 cm 11
4 1 24 cm 15
2 24,5 cm 8

Polybag Penaung Jaring


Tanaman Tinggi Jumlah Daun
Polybag
J K J K J K
1 1 51 cm 7
2 67,5 cm 5
3 73 cm 9
2 1 65,5 cm 5
2 65 cm 7
3 51 cm 5
3 1 65 cm 7
2 50,8 cm 5
4 1 23 cm 12
2 39,5 cm 16

19
Polybag Penaung Sawit
Tanaman Tinggi Jumlah Daun
Polybag
J K J K J K
1 1 76 cm 5
2 79 cm 7
3 64 cm 5
2 1 64 cm 7
2 70 cm 5
3 60 cm 7
3 1 18 cm 13
2 25,5 cm 10

20

Anda mungkin juga menyukai