Anda di halaman 1dari 47

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sayuran merupakan sumber vitamin, mineral dan serat yang diperlukan bagi

kesehatan tubuh manusia. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat

terhadap pola hidup sehat menyebabkan minat masyarakat terhadap konsumsi

sayuran semakin bertambah. Selain itu, permintaan akan komoditas sayuran

mengalami peningkatan (Dirjen Hortikultura 2010). Pada tahun 2008 konsumsi

sayuran masyarakat Indonesia sebesar 41,32 kilogram per kapita per tahun

meningkat pada tahun 2009 menjadi 43,5 kilogram per kapita per tahun.

Meskipun demikian, tingkat konsumsi sayuran di Indonesia masih di bawah

standar. Standar konsumsi sayuran di Indonesia berdasarkan anjuran Food and

Agriculture Organization yaitu 75 kg per kapita per tahun (FAO, 2010).

Produksi tomat di Indonesia tahun 2013 mencapai 992.780 ton (Dirjen

hortikultura, 2015), tetapi permintaan pasar terhadap tomat pada tahun tersebut

belum sepenuhnya terpenuhi sehingga Indonesia mengimpor tomat sebesar 11 ton

(Pusdatin, 2014). Menurut data Dirjen Hortikultura (2015), produksi tomat di

Indonesia pada tahun 2014 dan tahun 2015 mengalami penurunan masing-masing

sebesar 7,74% dan 4,17%. Selain itu, kebutuhan produksi tomat belum dapat

diimbangi karena nilai rata-rata produktivitasnya sebesar 15,75 ton ha-1 masih

tergolong rendah dibandingkan dengan potensi produktivitasnya, yaitu 45,7–80,0

ton ha-1 (Kementan, 2012). Terjadinya penurunan produksi tomat di Indonesia

disebabkan karena semakin sempitnya lahan pertanian yang subur dan adanya

konversi lahan pertanian menjadi non pertanian, seperti di Jawa Barat pada tahun

2014 terjadi penurunan luas lahan pertanian seluas 337.817,82 ha (Pusdatin,


2

2015). Hal ini menyebabkan kuantitas dan kualitas tomat masih rendah sehingga

belum dapat memenuhi kebutuhan konsumen.

Tomat adalah komoditas hortikultura yang cukup penting dan bernilai

ekonomis, karena penggunaanya sebagai bahan konsumsi masyarakat dan bahan

industri terus meningkat. Buah tomat dapat dikonsumsi sebagai sayur atau buah

segar maupun dalam bentuk olahan seperti saus tomat. Tanaman tomat merupakan

tumbuhan dari keluarga Solanaceae yang banyak mengandung vitamin dan

mineral. Nilai gizi dalam buah tomat terdapat 30 kalori, vitamin C 40 mg, vitamin

A 1.500 SI, zat besi, kalsium dan mineral lainnya (Tugiyono. 2001)

Salah satu perkembangan teknologi budidaya pertanian yang layak

disebarluaskan adalah teknologi hidroponik. Hal ini disebabkan oleh semakin

langkanya sumberdaya lahan, terutama akibat perkembangan sektor industri dan

jasa, sehingga kegiatan usaha pertaniani cara konvensional semakin tidak

kompetitif karena cukup tingginya harga suatu lahan. Teknologi

budidaya pertanian sistem hidroponik memberikan alternatif bagi para petani yang

memiliki lahansempit atau yang hanya memiliki pekarangan rumah untuk dapat

melaksanakan kegiatan usaha yang dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan

yang memadai

Hidroponik ialah suatu metode budidaya yang dalam penanamannya tidak

lagi menggunakan tanah. Media tanam yang umum digunakan yaitu tanah dapat

diganti dengan air, arang sekam, cocopeat, hydroton, pasir dan lain-lain. Teknik

hidroponik tidak hanya di kembangkan dalam sekala yang besar tetapi dengan

skala yang kecil. Tanaman hidroponik ini berguna untuk mengganti tanah yang

tersedia di daerah tersebut dengan media tanam lain. Tanaman hidroponik apabila

di jual harganya di atas rata-rata harga umumnya. Media hidroponik sangat mudah
3

dikembangkan sebagai suatu hobi. Dalam pertanian hidroponik banyak di

tekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi dan kesuburan pada tanamannya.

Peningkatan produksi hasil pertanian menjadi hal yang sangat penting

terutama di bidang pangan, segala upaya ditempuh untuk meningkatkan hasil

pertanian seperti membuat media tanam baru, perbaruan sistem pertanaman,

rekayasa genetik, penambahan nutrient dan penerapan metode budidaya yang

terbarukan agar produksi pangan mencukupi kebutuhan seluruh manusia

(Buckman dan Brady 1996).

Salah satu metode untuk meningkatkan produksi hasil pertanian yaitu

dengan menggunakan sistem penanaman hidroponik sistem dutch bucket.

Budidaya tomat menggunakan sistem dutch bucket yang dilakukan tanpa

menggunakan tanah masih asing dalam kalangan para masyarakat. Penanaman

dengan cara ini terhambat karena banyak yang meragukan tentang hasil dari

tanaman hidroponik. Menanam hidroponik biasanya memang cocok untuk di

tanam pada tanaman budidaya. Dalam penggunaan media tanam hidroponik,

media tanam yang digunakan juga sangat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan pada tanaman.

Sistem dutch bucket (DBS) yaitu salah satu sistem hidroponik yang

menggunakan tetesan air nutrisi yang menetes secara terus menerus ke dalam bak

atau ember tanaman dan sisa air nutrisi dialirkan kembali melalui selang atau pipa

yang menuju ke penampungan air nutrisi yang nantinya akan digunakan kembali.

Untuk mengalirkan cairan nutrisi membutuhkan pompa air dan listrik yang stabil,

kemudian timer disesuaikan dengan kebutuhan untuk mengatur berjalannya aliran

nutrisi tersebut.
4

Secara umum hidroponik ini memiliki beberapa masalah dan salah satunya

yaitu media yang umum digunakan cukup mahal harganya di Indonesia,

contohnya yaitu perlite dan hydroton. Perlite dan hydroton umum digunakan di

Negara maju di sektor pertanian sistem hidroponik seperti Jerman, Israel, Amerika

Serikat dan Jepang. Terlepas dari semua permasalahan itu, terdapat suatu solusi

untuk mengatasi media yang mahal di atas seperti cocopeat, arang sekam, pecahan

genteng dan batu bata yang memiliki potensi besar menggantikan media perlite

dan hydroton. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengetahui komposisi

media sebagai alternatif yang lebih efektif untuk produksi tanaman tomat

menggunakan sistem hidroponik dutch bucket

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh

komposisi media tehadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat menggunakan

sistem dutch bucket (DBS).

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menjadi bahan informasi tentang

media alternatif yang efektif untuk digunakan pada budidaya tomat menggunakan

sistem dutch bucket.

Hipotesis Penelitian

Kombinasi media arang sekam, cocopeat dan pecahan batu bata (BAC)

adalah komposisi media yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan dan hasil

tanaman tomat menggunakan sistem dutch bucket (DBS).

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Tomat
5

Tomat memiliki nama daerah terong kaluwat (Sumatera), tomat, ranti

(Jawa), kemantes (Sulawesi) dan nama asing tomato (Inggris) dan tomate

(Jerman). Tomat termasuk genus Lycopersicon dari keluarga Solanaceae

(Anonimous, 2011). Tomat merupakan tanaman sayuran yang sudah

dibudidayakan sejak ratusan tahun silam, tetapi belum diketahui dengan pasti

kapan awal penyebarannya. Jika ditinjau dari sejarahnya, tanaman tomat berasal

dari Amerika, yaitu daerah Andean yang merupakan bagian dari negara Bolivia,

Cili, Kolombia, Ekuador, dan Peru. Semula di negara asalnya, tanaman tomat

hanya dikenal sebagai tanaman gulma. Namun, seiring dengan perkembangan

waktu, tomat mulai ditanam, baik di lapangan maupun di pekarangan rumah,

sebagai tanaman yang dibudidayakan atau tanaman yang dikonsumsi (Purwati

dan Khairunisa, 2007).

Pertumbuhan dan Perkembangan Generatif Tanaman Tomat Tanaman

tomat dibagi ke dalam dua fase pertumbuhan yaitu fase pertumbuhan vegetatif dan

fase pertumbuhan generatif (Wahyudi, 2012). Pertumbuhan dan perkembangan

tomat diawali terjadinya proses perkecambahan. Perkecambahan adalah proses

pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang memiliki kemampuan

tumbuh yang normal menjadi tanaman baru (Ashari, 1995). Fase vegetatif

merupakan fase yang menentukan produktivitas suatu tanaman. Jika pada fase

vegetatif terbentuk perakaran yang luas dan sehat, batang yang besar dan daun

yang lebar, maka pertumbuhan selanjutnya mampu berlangsung dengan baik

hingga dihasilkan produksi yang tinggi. Fase vegetatif tanaman tomat berakhir

pada saat terbentuk bunga dan berlangsung selama 45-55 hari jika dinulai dari

benih dan selama 25-35 hari jika melalui proses persemaian terlebih dahulu

(Wahyudi, 2012). Fase generatif tanaman ditandai dengan mulai terbentuknya


6

bunga kemudian secara terus-menerus dan bertahap menghasilkan bakal buah dan

buah. Pertumbuhan dan perkembangan tomat memerlukan energi untuk proses

pembentukam akar, batang, daun, bunga dan buah. Seiring bertambahnya umur

tanaman, energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan

meningkat, dan akan mencapai puncaknya pada saat pembesaran dan pematangan

buah, yaitu sekitar umur 75-105 hari jika ditanam langsung dari benih atau 60-90

hari jika melalui proses persemaian terlebih dahulu (Wahyudi, 2012). Fase

genertif akan berakhir tergantung pada tipe tanaman, kondisi kesuburan tanah

Syarat Tumbuh Tomat

1. Iklim

Iklim yang cocok untuk tanaman tomat adalah pada musim kemarau

dengan pengairan yang cukup. Kekeringan menyebabkan banyak daun gugur,

lebih-lebih bila disertai dengan angin kencang. Sebaliknya, pada musim hujan

pertumbuhannya kurang baik karena kelembapan dan suhu yang tinggi akan

menimbulkan banyak penyakit (Pracaya, 1998)

2. Suhu

Anomsari dan Prayudi (2012) menyatakan bahwa kisaran temperatur yang

baik untuk pertumbuhan tomat ialah antara 20-27ºC. Jika temperatur berada lebih

dari 30ºC atau kurang dari 10ºC, maka akan mengakibatkan terhambatnya

pembentukan buah tomat. Di negara-negara yang mempunyai empat musim,

biasanya digunakan pemanas (heater) untuk mengatur udara ketika musim dingin,

udara panas dari heater disalurkan ke dalam green house melalui saluran fleksibel

warna putih.

3. Kelembaban
7

Kelembaban relatif yang baik untuk pertumbuhan tanaman tomat ialah 25

%. Keadaan ini akan merangsang pertumbuhan untuk tanaman tomat yang masih

muda karena asimilasi CO2 menjadi lebih baik melalui stomata yang membuka

lebih banyak. Akan tetapi, kelembaban relatif yang tinggi juga dapat merangsang

mikroorganisme pengganggu tanaman (Anomsari dan Prayudi, 2012).

4. Media Tanam

Secara umum, tanaman tomat dapat ditanam di segala jenis tanah, mulai dari

tanah pasir sampai tanah lempung berpasir yang subur, gembur, berporus, banyak

mengandung bahan organik dan unsur hara, serta mudah merembeskan air.

Tingkat kemasaman tanah (pH) yang sesuai untuk budidaya tomat ialah berkisar

5,0-7,0. Akar tanaman tomat rentan terhadap kekurangan oksigen. Oleh karena itu,

tanaman tomat tidak boleh tergenangi oleh air. Dalam pembudidayaan tanaman

tomat, sebaiknya dipilih lokasi yang topografi tanahnya datar sehingga tidak perlu

dibuat teras-teras dan tanggul (Didit, 2010).

5. Ketinggian Tempat

Tanaman tomat dapat tumbuh di berbagai ketinggian tempat, baik di dataran

tinggi maupun di dataran rendah, tergantung varietasnya. Tanaman tomat yang

sesuai untuk ditanam di dataran tinggi, misalnya varietas Kada, sedangkan

varietas yang sesuai ditanam di dataran rendah, misalnya varietas Intan, varietas

Ratna, varietas LV, dan varietas CLN. Selain itu, ada varietas tanaman tomat yang

cocok ditanam di dataran rendah maupun di dataran tinggi, antara lain varietas

tomat GH 2, varietas tomat GH 4, varietas Berlian, dan varietas Mutiara (Didit,

2010).

Hidroponik Dutch Bucket System (DBS)


8

Hidroponik yang berasal dari bahasa Latin yang berarti hydro (air) dan

ponos (kerja). Istilah hidroponik pertama kali dikemukakan oleh W.F. Gericke dari

University of California pada awal tahun 1930-an, yang melakukan percobaan

hara tanaman dalam skala komersial yang selanjutnya disebut nutrikultur atau

hydroponics. Selanjutnya hidroponik didefinisikan secara ilmiah sebagai suatu

cara budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah, akan tetapi menggunakan

media inert (tidak menyediakan unsur hara seperti pasir. yang diberikan larutan

hara yang mengandung semua elemen esensial yang diperlukan untuk

pertumbuhan dan perkembangan normal tanaman (Susila, 2013).

Budidaya tanaman secara hidroponik memiliki beberapa keuntungan

dibandingkan dengan budidaya secara konvensional, yaitu pertumbuhan tanaman

dapat dikontrol, tanaman dapat berproduksi dengan kualitas dan kuantitas yang

tinggi, tanaman jarang terserang hama penyakit karena terlindungi, pemberian air

irigasi dan larutan hara lebih efisien dan efektif, dapat diusahakan terus menerus

tanpa tergantung oleh musim dan dapat diterapkan pada lahan yang sempit

(Susila, 2013). Pada dasarnya ada beberapa jenis sistem hidroponik, yaitu sumbu

(wick), aquaponic, DFT, dutch bucket sistem, nutrient film technique (NFT) dan

aeroponik. Diantara berbagai jenis sistem hidroponik, cara bertanam hidroponik

dutch bucket system lah jenis yang paling efisien dalam budidaya tanaman

berbuah (Anonim, 2012).

Secara umum pengertian Dutch Bucket System (Sistem DB) adalah salah

satu teknik bercocok tanam hidroponik yang ditekankan pada sirkulasi dan

efesiensi penggunaan air. Pada teknik hidroponik sistem ini air nutrisi dialirkan

dari tandon nutrisi ke media tanam secara terus menerus dan sebagian air nutrisi

tersebut kembali ka tandon. Air nutrisi tersebut dialirkan secara periodik selama
9

waktu tertentu dan diatur sesuai dengan keinginan. Cara kerja sistem DB mirip

dengan nutrient film technique System, hanya saja instalasinya yang berbeda.

Hidroponik duth bucket yaitu suatu sistem hidroponik yang menggunakan tetesan

air nutrisi yang menetes secara terus menerus ke dalam bak/ember tanaman dan

sisa air nutrisi di alirkan kembali melalui selang/pipa yang menuju ke

penampungan air nutrisi yang nantinya akan di gunakan kembali dan untuk

mengalirkan cairan nutrisi membutuhkan pompa air dan listrik yang stabil,

kemudian timer di sesuaikan dengan kebutuhan untuk mengatur berjalannya

alirannutrisi tersebut (Anonim, 2012).

Macam-macam Media Tanam Hidroponik

Media tanam berfungsi sebagai tempat berpegangnya akar tanaman yang

ditanam dan untuk menyerap larutan nutrisi saat disiramkan atau diteteskan.

Larutan nutrisi tersebut lalu diserap oleh perakaran (Hartus, 2006). Media tanam

pada sistem hidroponik subtrat macamnya ada banyak, hal ini disesuaikan dengan

jenis tanaman yang dibudidayakan. menyatakan bahwa bahan organik sebagai

penahan kelembaban, dan bahan anorganik sebagai bahan yang tepat untuk

penyedia porositas di media pertumbuhan. Tanaman yang berbeda mengkendaki

media yang berbeda sebab setiap media tanam mempunyai sifat fisik dan kimia

sendiri yang berbeda antar satu dengan lainnya (Hesami, 2012).

Bertanam secara hidroponik sistem dutch bucket juga dapat menggunakan

media media lain selain tanah. Persyaratan terpenting untuk media hidroponik

harus ringan dan porous. Tiap media mempunyai berat dan porositas yang

berbeda, oleh karena itu dalam memilih media sebaiknya dicari yang paling

ringan dan yang mempunyai porositas yang baik (Prihmantoro dan Indriyani,

2005).
10

Kemampuan mengikat air suatu media tergantung dari ukuran partikel,

bentuk dan porositasnya. Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas

permukaan pori, maka semakin besar pula kemampuan menyerap dan menahan

air. Media yang berpori juga memiliki kemampuan lebih besar menahan air

(Lingga, 2006).

Ada beberapa media yang umum digunakan untuk budidaya menggunakan

sistem dutch bucket yaitu.

1. Cocopeat

Cocopeat merupakan salah satu alternatif media tanam pengganti tanah yang

dibuat dari sabut kelapa. Oleh karena itu, paling mudah ditemukan di negara-

negara tropis dan kepulauan, seperti Indonesia. Banyak manfaat yang bisa didapat

dengan menggunakannya. Baik untuk digunakan bersama tanah, atau berdiri

sendiri. Cocopeat juga banyak dipilih sebagai pengganti tanah dan memiliki sifat

mudah menyerap dan menyimpan air. Ia juga memiliki pori-pori, yang

memudahkan pertukaran udara, dan masuknya sinar matahari. Cocopeat

merupakan salah satu media tumbuh yang dihasilkan dari proses penghancuran

sabut kelapa, proses penghancuran sabut dihasilkan serat atau fiber, serta serbuk

halus atau cocopeat (Irawan dan Hidayah, 2014). Kelebihan cocopeat sebagai

media tanam dikarenakan karakteristiknya yang mampu mengikat dan menyimpan

air dengan kuat, serta mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium

(Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (N), dan fosfor (P) (Muliawan,

2009).

2. Arang sekam

Arang sekam padi mengandung N 0,32%, PO 15%, KO 13%, CA 0,95%

dan Fe 180 ppm,Zn 14,1 ppm dan pH 6,8. Karakter lain dari arang sekam yaitu
11

ringan (berat jenis 0,2 kg/l. sirkulasi udara yang cukup tinggi tetapi kapasitas

menahan air yang relatif rendah, berwarna hitam dan dapat mengabsorsi cahaya

matahari dengan efektif. (Wulyaningsih, S., 2006)

Limbah tanaman padi yang berupa sekam seringkali menjadi masalah

tersendiri bagi kita. Kalau didaerah saya sekam padi sebagian besar digunakan

hanya untuk bahan campuran pembuatan batu bata. Menurut saya limbah sekam

jangan hanya digunakan untuk bahan bangunan karena sangat bagus kalau

digunakan sebagai bahan penyubur tanah kita. Jika anda punya hasrat bisnis,

arang sekam juga bisa dijual ditoko tanaman hias karena digunakan sebagi bahan

dasar media tanaman hias.

Pada lahan pertanian arang sekam sangat baik untuk membantu

menyuburkan tanah kita. Menurut beberapa informasi arang sekam bisa berfungsi

sebagai penyimpan sementara unsur hara dalam tanah sehingga tidak mudah

tercuci oleh air. Dan akan sangat mudah dilepaskan ketika dibutuhkan atau

diambil oleh akar tanaman. Bisa dikatakan arang sekam akan berfungsi seperti

zeolit. Arang sekam memiliki peranan penting sebagai media tanam pengganti

tanah. Arang sekam bersifat porous, ringan, tidak kotor dan cukup dapat menahan

air. Penggunaan arang sekam cukup meluas dalam budidaya tanaman hias

maaupun sayuran (terutama budidaya secara hidroponik). Arang sekam dapat

dengan mudah diperoleh di toko-toko pertanian. Namun tidak ada salahnya

memproduksi sendiri arang sekam untuk keperluan sendiri dan bahkan mungkin

dapat menjualnya nanti.

3. Batu bata

Media tanam batu bata sangat baik sebagai tempat melekat dan tumbuhnya

akar, pengatur kelembapan sekitar akar dan tempat menyimpan air serta larutan
12

unsur hara. Selain itu media tanam batu bata ini tidak mudah melapuk serta

mempunyai drainase dan aerasi yang cukup baik. Penempatan media tanam ini

dalam hal daya serap air, media tanam ini lebih baik dari media tanam pecahan

genteng (Anonim 2012).

Nutrisi AB Mix

Nutrisi Hidroponik Nutrisi tanaman terlarut dalam air yang digunakan

dalam hidroponik sebagian besar anorganik dan dalam bentuk ion. Nutrisi utama

tersebut diantaranya dalam bentuk kation terlarut (ion bermuatan positif), yakni

Ca2+ (kalsium), Mg2+ (magnesium), dan K+ (kalium); larutan nutrisi utama

dalam bentuk anion adalah NO3-(nitrat), SO42-(sulfat), dan H2PO4 - (dihidrogen

fosfat).

Banyak formula yang dapat digunakan sebagai nutrisi hidroponik. Sebagian

besar formula tersebut menggunakan berbagai kombinasi bahan yang biasa

digunakan sebagai sumber hara makro dan mikro. Unsur hara makro meliputi

kalium nitrat, kalsium nitrat, kalium fosfat, dan magnesium sulfat. Hara mikro

biasanya ditambahkan ke dalam nutrien hidroponik guna memasok unsur-unsur

mikro penting, di antaranya adalah Fe (besi), Mn (mangan), Cu (tembaga), Zn

(seng), B (boron), Cl (klorin), dan Ni (nikel). Unsur hara makro dibutuhkan dalam

jumlah besar dan konsentrasinya dalam larutan relatif tinggi. Unsur hara mikro

hanya diperlukan dalam konsentrasi yang rendah.

Nutrisi hidroponik biasanya menggunakan konsep formulasi AB mix. Yaitu

kalsium pada grup A dan tidak bertemu sulfat dan fosfat pada grup B. Membuat

larutan A. Siapkan kemasan AB mix yang hendak dilarut, dua buah ember atau

wadah apa saja yang dapat menampung air dan tempat penyimpanan hasil larutan,
13

bisa ember yang ada tutupnya atau jerigen bekas minyak goreng. Isi ember

pertama dengan air 5 liter atau 5000 mililiter. Buka kemasan larutan A, yang berisi

butiran nutrisi dan satu kemasan kecil berisi serbuk di dalamnya. Masukkan

butiran-butiran ini ke dalam air kemudian diaduk dengan gayung atau kayu

hingga terlarut semua. Simpan hasilnya dalam jerigen yang sudah dibersihkan

terlebih dahulu tentunya. Membuat larutan B. Sebanyak 5 liter air bersih

dituangkan dalam ember, kemudian kemasan B berikut bungkusan kecil di

dalamnya dibuka dan isinya dituang ke ke dalam ember. Aduk hingga rata dan

hasilnya disimpan dalam jerigen yang kedua lalu larutan nutrisi yang telah dibuat

tadi masih bersifat pekat.

Untuk pemakaian larutan AB mix model ini, 5 ml larutan A dan 5 ml larutan

B dicampurkan lagi ke dalam 1 liter air kemudian diaduk rata. Larutan encer ini

siap digunakan untuk nutrisi hidroponik yang ditanam. Untuk membuat 10 liter

larutan siap pakai berarti diperlukan 50 ml larutan pekat A dan 50 ml larutan pekat

B, demikian seterusnya setiap liter yang diperlukan dikalikan 5. Dari 5 liter

larutan pekatan A dan B ini dapat diperoleh sebanyak 1000 liter larutan

hidroponik siap pakai. Tentunya tidak semua harus langsung dilarutkan, namun

disesuaikan dengan kebutuhan.

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Maros Kecamatan Tanralili Desa

Cendana, penelitian dilaksanakan selama tiga (3) bulan, dari bulan Juni sampai

bulan Agustus 2019

Bahan dan Alat


14

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih tomat

Varietas Timothy F1, nutrisi AB Mix buah, cocopeat, arang sekam, pecahan batu

bata. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu timbangan digital,

penggaris, alat tulis, TDS meter, tray semai, kamera, ember, selang, pompa dan

pipa

Metode Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

acak kelompok (RAK) yang terdiri atas 4 perlakuan perbandingan komposisi

sebagai berikut:
1. CB = Cocopeat + Batu bata 1:1 (v/v)
2. AB = Arang Sekam + Batu bata 1:1 (v/v)
3. CA = Cocopeat + Arang sekam 1:1 (v/v)
4. BAC = Batu bata + Arang sekam + Cocopeat 1:1:1 (v/v)
Setiap unit perlakuan terdiri atas 3 pot dengan 4 ulangan sehingga diperoleh

48 pot. Penempatan perlakuan dilakukan secara acak. Untuk melihat pengaruh

perlakuan dilakukan analisis sidik ragam (Uji F) dan uji lanjut (Uji BNJ).

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap yakni :

1. Persiapan

a) Tempat

lokasi untuk ditempatkannya instalasi hidroponik sistem DB tempat

penelitian dibersihkan dari kotoran agar steril untuk memindahkan tanaman ke

tempat penanaman

b) Media Tanam

Media tanam yang digunakan pada penelitian ini yaitu cocopeat, arang

sekam dan pecahan batu bata berukuran kecil dengan perbandingan 1:1:1

2. penyiapan larutan
15

Larutan yang digunakan yaitu larutan khusus hidroponik yaitu AB mix

buah untuk pertumbuhan vegetatif dan AB mix buah untuk pertumbuhan

generatif pada tanaman tomat, dengan takaran pekatan larutan yang di

sesuaikan sesuai kebutuhan pertumbuhan dan produksi tanaman tomat.

3. Pengisian Media Tanam Pada Instalasi

Media tanam tomat yang terdiri dari cocopeat, arang sekam dan batu bata

disiapkan terlebih dahulu lalu kemudian dimasukkan ke netpot untuk di

tempatkan pada instalasi penanaman, takaran pencampuran jenis media yang di

berikan yaitu perbandingan 1:1

4. Penanaman

Benih terlebih dahulu disemaikan pada tray semai selama 20 hari,

kemudian di pindahkan pada instalasi yang telah disiapkan. Tanaman yang

digunakan adalah tanaman yang mempunyai pertumbuhan baik dan sehat.

Proses penyeleksian ini berakhir pada saat tanaman berumur sekitar umur 20

hari setelah penyemaian .

5. Pemeliharaan

a) Pemupukan

Tanaman tomat yang telah dipindahkan ke instalasi hidroponik di beri

larutan nutrisi dengan dosis 5 ml/l AB mix khusus daun konsentrasi 1000 –

2500 ppm pada awal penanaman sampai fase vegetatif dan selanjutnya

memasuki fase generatif, pupuk AB mix khusus daun di ganti dengan pupuk

AB mix khusus buah dengan konsentrasi larutan 3800 ppm sampai panen.

b) Pemasangan ajir
16

Pemasangan ajir dilakukan sebelum tanam, agar dapat membantu

menopang tanaman tomat, ajir yang digunakan adalah tali wool yang

dipasang menggantung

c) Panen

Panen di lakukan pada saat buah telah berwarna kuning kemerahan,

waktu pemanenan dilakukan pada sore hari sekitar jam 17:00, cara

pemanenan dilakukan dengan cara memotong tangkai buah menggunakan

gunting yang tajam

Parameter Pengamatan

Untuk melihat pengaruh komposisi media terhadap pertumbuhan tanaman

tomat, maka dilakukan pengamatan terhadap komponen pertumbuhan dan

produksi, sebagai berikut:

1. Tinggi tanaman (cm) dan jumlah daun diukur mulai dari pangkal batang

sampai titik tumbuh terakhir. Pengamatan dilakukan seminggu sekali,

mulai 2 (dua) Minggu setelah tanam dan hanya dilakukan hanya pada fase

vegetatif

2. Waktu munculnya bunga (50%), dihitung mulai pada saat muncul bunga

50% dari tunas tanaman

3. Jumlah cabang produktif, dihitung berdasarkan pada cabang yang

menghasilkan bunga atau buah. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman

mulai berbunga

4. Jumlah buah, dihitung pada saat panen pertama hingga panen ketiga

5. Berat total buah panen per perlakuan, dihitung pada saat panen pertama

sampai ketiga ketika buah berwarna kuning sampai kemerah merahan


17

6. Bobot buah pertanaman, dihitung pada saat panen pertama hingga panen

ketiga

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi Tanaman 2 MST sampai 5 MST (cm)

Rata-rata tinggi tanaman tomat 2 minggu setelah tanam sampai 5 minggu

setelah tanam dari berbagai komposisi media dan sidik ragam disajikan pada

Tabel Lampiran 1a dan 1b sampai 3a dan 3b. Sidik ragam menunjukkan bahwa

berbagai perlakuan media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan

tinggi tanaman pada umur 3 MST.


18

Gambar 1. Rata-rata tinggi tanaman tomat 2 MST sampai 5 MST

Berdasarkan Gambar 1, rata-rata tinggi tanaman pada umur 5 MST,

cenderung lebih tinggi pada perlakuan komposisi media cocopeat, arang sekam

dan batu bata (BAC) dan terendah pada perlakuan komposisi media batu bata dan

arang sekam (AB).

Jumlah Daun 2 MST sampai 5 MST

Rata-rata jumlah daun pada tanaman tomat per minggu dari berbagai

komposisi media dan sidik ragam disajikan pada Tabel Lampiran 4a dan 4b

sampai 7a dan 7b. Sidik ragam menunjukkan bahwa berbagai perlakuan media

tanam berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun.


19

Gambar 2. Rata-rata jumlah daun dari 2 MST sampai 5 MST

Berdasarkan Gambar 2, rata-rata jumlah daun pada umur 5 MST,

cenderung lebih tinggi pada perlakuan komposisi media arang sekam dan batu

bata (AB) dan terendah pada perlakuan komposisi media batu bata, arang sekam

dan cocopeat (BAC).

Waktu Berbunga (50%)

Rata-rata Waktu berbunga pada tanaman setelah tanam dari berbagai

komposisi media dan sidik ragam disajikan pada Tabel Lampiran 8a dan 8b. Sidik

ragam menunjukkan bahwa berbagai perlakuan media tanam berpengaruh tidak

nyata terhadap parameter waktu berbunga.


20

Gambar 3. Rata-rata waktu berbunga 50%

Berdasarkan Gambar 3, rata-rata waktu berbunga 50%, cenderung lebih

tinggi pada perlakuan komposisi media batu bata dan cocopeat (CB) dan terendah

pada perlakuan komposisi media arang sekam dan cocopeat (CA).

Jumlah Cabang Produktif 3 MST sampai 7 MST

Rata-rata jumlah cabang produktif pada tanaman tomat 3 - 7 minggu

setelah tanam dari berbagai komposisi media dan sidik ragam disajikan pada

Tabel Lampiran 9a dan 9b sampai 13a dan 13b. Sidik ragam menunjukkan bahwa

berbagai perlakuan media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang

produktif.
21

Gambar 4. Rata-rata jumlah cabang produktif 3 - 7 MST

Berdasarkan Gambar 4, rata-rata tinggi tanaman pada umur 3 - 7 MST,

cenderung lebih tinggi pada perlakuan komposisi media batu bata dan arang

sekam (AB) dan terendah pada perlakuan komposisi media batu bata dan cocopeat

(CB).

Total jumlah buah

Rata-rata total jumlah buah pada tanaman tomat dari berbagai komposisi

media dan sidik ragam disajikan pada Tabel Lampiran 15a dan 15b. Sidik ragam

menunjukkan bahwa berbagai perlakuan media tanam berpengaruh tidak nyata

terhadap total jumlah buah.


22

Gambar 5. Rata-rata total jumlah buah pada tanaman tomat

Berdasarkan gambar 5, rata-rata bobot per buah pada saat panen pertama

hingga ketiga cenderung lebih tinggi pada perlakuan komposisi media batu bata,

arang sekam dan cocopeat (BAC) dan terendah pada perlakuan komposisi media

arang sekam dan cocopeat (CA).

Bobot per buah pada saat panen pertama hingga ketiga

Rata-rata bobot per buah saat panen pertama pada tanaman tomat dari

berbagai komposisi media dan sidik ragam disajikan pada Tabel Lampiran 16a

dan 16b. Sidik ragam menunjukkan bahwa berbagai perlakuan media tanam

berpengaruh tidak nyata terhadap bobot per buah.


23

Gambar 6. Rata-rata bobot per buah pada saat panen pertama hingga ketiga

Berdasarkan Gambar 5, rata-rata bobot per buah pada saat panen pertama

hingga ketiga cenderung lebih tinggi pada perlakuan komposisi media batu bata,

arang sekam dan cocopeat (BAC) dan terendah pada perlakuan komposisi media

batu bata dan cocopeat (CB).

Berat total Buah Per Tanaman Pada Saat Panen Pertama hingga Panen
Ketiga
Rata-rata berat total buah per tanaman saat panen pertama hingga panen

ketiga pada tanaman tomat dari berbagai perlakuan media dan sidik ragam

disajikan pada Tabel Lampiran 19a dan 19b. Sidik ragam menunjukkan bahwa
24

berbagai perlakuan media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap parameter

berat total buah pertanaman.

Gambar 7. Rata-rata berat total buah per tanaman pada saat panen pertama sampai
ketiga

Berdasarkan Gambar 8, rata-rata berat total buah pertanaman pada saat

panen pertama hingga ketiga, cenderung lebih tinggi padaperlakuan komposisi

media batu bata, arang sekam dan cocopeat (BAC) dan terendah pada perlakuan

komposisi media batu bata, arang sekam dan batu bata (AB).

Pembahasan

Komposisi media tanam dalam sistem hidroponik dutch bucket merupakan

salah satu aspek penting yang memberi pengaruh pertumbuhan dan produksi pada

tanaman tomat. Akan tetapi dari data pengamatan diperoleh dari penggunaan

media tanam cocopeat, arang sekam dan pecahan batu bata pada sistem
25

hidroponik dutch bucket berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan dan hasil

tanaman tomat.

Tinggi Tanaman (cm)

Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang

nyata dari komposisi media tanam pada parameter tinggi tanaman. Akan tetapi

Berdasarkan Gambar 1, rata-rata tinggi tanaman pada umur 5 MST, cenderung

lebih tinggi pada perlakuan komposisi media cocopeat, arang sekam dan batu bata

(BAC) dengan rata-rata tinggi tanaman pada hari terakhir yaitu 143,5 cm

Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembaban daerah

sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur

hara. Campuran antara sekambakar dan sabut kelapa merupakan media tanam

yang dapat menjaga kelembaban. Hal ini disebabkan sekam bakar lebih porous

karena memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang, sehingga

sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang

tinggi (Wuryan, 2008).

Jumlah Daun

Analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang nyata

dari komposisi media tanam pada parameter jumlah daun, jumlah daun tertinggi

pada minggu kelima diperoleh pada perlakuan AB. Tabel Gambar 6 data analisis

akhir menunjukkan bahwa perlakuan beberapa komposisi media tanam

memberikan rata rata jumlah daun perlakuan AB dengan rata-rata 218,92.

perlakuan AB dengan komposisi media tanam batu bata dan arang sekam dengan

perbandingan yaitu 1:1


26

Arang sekam yang memiliki sirkulasi udara yang cukup tinggi tetapi

kapasitas menahan air yang relatif rendah, berwarna hitam dan dapat mengabsorsi

cahaya matahari dengan efektif (Wulyaningsih, 2006).

Waktu Berbunga

Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang

nyata dari komposisi media tanam pada parameter rata-rata waktu berbunga 50%,

berdasarkan Gambar 3 pada pengamatan waktu berbunga 50%, menunjukkan

bahwa komposisi media terhadap pengaruh waktu berbunga memperlihatkan rata-

rata waktu berbunga dengan rata-rata yang cenderung lebih tinggi yaitu pada

perlakuan CA dan BAC dengan masing-masing bernilai 24.00 dengan nilai 31,59

dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Jumlah Cabang Produktif

Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang

nyata pada komposisi media tanam terhadap parameter jumlah cabang produktif,

data menunjukkan bahwa perlakuan beberapa komposisi media tanam

memberikan rata rata jumlah cabang produktif pada perlakuan media arang sekam

dan batu bata dengan rata-rata 15,92. Berdasarkan pada gambar 4, rata-rata jumlah

cabang produktif pada umur 7 MST, rata-rata yang tertinggi yaitu pada perlakuan

media arang sekam dan batu bata (AB) dan terendah pada perlakuan media

cocopeat dan batu bata (CB) pada. Analisis ragam menunjukkan bahwa tidak

terdapat pengaruh yang nyata dari komposisi media tanam pada parameter jumlah

cabang produktif.

Bobot Buah per Tanaman

Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang

nyata dari komposisi media tanam pada parameter bobot buah per tanaman,
27

berdasarkan gambar 6, rata-rata bobot buah pertanaman pada saat panen pertama

hingga ketiga cenderung lebih tinggi pada perlakuan komposisi media arang

sekam, batu bata dan cocopeat (BAC).

Terdapat satu kendala pada pemberian nutrisi yaitu kurangnya unsur hara

yang dibutuhkan tanaman yang berperan dalam pembentukan buah sehingga

bobot buah tidak optimal seperti pada umumnya, Kekurangan atau kelebihan salah

satu unsur hara maka akan terjadi gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan

fisiologis tanaman dan berdampak pula pada proses metabolism tanaman

(wahono, 2011) .

Berat Total Buah Panen Per Perlakuan

Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang

nyata dari komposisi media tanam pada parameter berat total buah, Data

menunjukkan bahwa perlakuan beberapa komposisi media tanam memberikan

rata rata berat buah panen per perlakuan pada saat panen pertama hingga ketiga,

cenderung lebih tinggi padaperlakuan komposisi media batu bata, arang sekam

dan cocopeat (BAC)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Komposisi media tanam yang digunakan dalam penelitian ini berpengaruh

tidak nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat yang ditanam secara

sistem hidroponik dutch bucket system (DBS). Terdapat kecenderungan pada

media campuran cocopeat, arang sekam dan pecahan batu bata lebih baik terhadap
28

pertumbuhan dan hasil tanaman tomat yang ditanam secara hidroponik dutch

bucket system (DBS)

Saran

Dalam budidaya tanaman tomat secara hidroponik sistem dutch bucket,

dapat menggunakan media tanam cocopeat, arang sekam dan pecahan batu bata,

karena lebih praktis dan lebih baik. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

terhadap jenis dan konsentrasi pemberian nutrisi pada sistem hidroponik dutch

bucket

DAFTAR PUSTAKA

Anomsari, S. D. dan B. Prayudi (2012) - Budidaya Tomat. Balai Pengkajian


Teknologi pertanian Jawa Tengah, Semarang.
Anonim, kompasiana.com/dean/554859fc547b61d30b2524cf/dutch-bucket ystem-
narasi-hidup-sebuah-bangsa. Diakses pada tanggal 21 Maret 2019
Anonim . bnetpwj.blogspot.com/2014/12/makalah-hidroponik.html. Diakses pada
tanggal 21 Maret 2019
Anonim
.properti.kompas.com/read/2009/04/14/10523297/cocopeat.media.tanam.alt
ernatif.selain.tanah. Diakses pada tanggal 21 Maret 2019
29

Anonim. mitalom.com/hidroponik-dutch-bucket-system-hidroponik-sistem-db/.
Diakses pada tanggal 21 Maret 2019
Anonim . urbanina.com/hidroponik/kelebihan-dan-kekurangan-hydroton/. Diakses
pada tanggal 21 Maret 2019
Anonim
.academia.edu/21596614/Budidaya_Tanaman_Tomat_Solanum_lycopersicu
m_Sistem_Hidroponik_Tipe_Nutrient_Film_Technique_NFT_ Diakses
pada tanggal 21 Maret 2019
Anonim.google.com/search?q=
%28+Lycopersicon.esculentum.utf8&aq=t&rls=org.mozilla:en-
US:official&client=firefoa&channel. Diakses pada tanggal 21 Maret 2019
Buckman, O.H dan C.N Brady, 1996. The nature and Properties of soil. Edisi
Terjemahan Soegiman.
Didit, 2010. Cara Budidaya Tomat (Lycopersicon esculentum Mill).
<http://tani.blog.fisip.uns.ac.id/2010/11/24/cara-budidaya-tomat, Diakses 21
Maret 2019
Hesami A. 2012. Date-peat as an alternative in hydroponic strawberry
production. J Agri. 7(23): 3453-3458. DOI: 10.5897/AJAR11.1933. Diakses
21 Maret 2019
Indrawati, R., D. Indradewa dan S.N.H. Utami, 2012. Pengaruh Komposisi Media
dan Kadar Nutrisi Hidroponik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tomat
(Lycopersicon esculentum Mill). UGM, Yogyakarta. Diakses 22 Maret 2019
Lingga, 2006., scribd.com/doc/21326336/Budidaya Tomat Hidroponik
Lingga, P. 2005. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah.Jakarta: Penebar
Swadaya. 80 hlm. Diakses 23 Maret 2019
Maspary. 2011. Fungsi dan Kandungan Arang Sekam/Sekam Bakar. Diakses 23
Maret 2019
Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3S. Jakarta. Diakses 24 Maret
2019
Muliawan, L. 2009. Pengaruh Media Semai Terhadap Pertumbuhan Pelita
(Eucalyptus pellita F.Muell). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 104
hlm.. Diakses pada tanggal 23 Maret 2019
Pracaya, 1998. Bertanam Tomat. Kanisius, Yogyakarta. Diakses pada tanggal 23
Maret 2019
Prihmantoro dan Indriyani, 2005.-. Hidroponik – Tanaman- Buah.dan- Hidroponik
Sayuran Semusim. Jakarta: Diakses pada tanggal 23 Maret 2019

Purwati dan Khairunisa, 2007.-. Panduan Lengkap Budidaya Tomat. Agromedia,


Jakarta. Rezaei, E., M. R. Dadnia, S. Allahdad, Diakses pada tanggal 23
Maret 2019
30

Soekartawi . 1994. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian: Teori dan Aplikasi.


Rajawali. Press. Jakarta. Diakses pada tanggal 23 Maret 2019
Susila, 2013. Sistem Hidroponik. Departemen Agronomi Fak. Pertanian Institut
Pertanian Bogor. Diakses pada tanggal 23 Maret 2019
Tugiyono, H. 2001. Bertanam Tomat. Penebar Swadaya, Jakarta. Diakses pada
tanggal 23 Maret 2019
Wibowo (2007).-. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Parsada.
Diakses pada tanggal 23 Maret 2019
Wahono, Haikal. 2011. Identifikasi Gejala Defisiensi dan kelebihan Unsur Hara
Mikro dan Makro Pada Tanaman
Wulyaningsih, S., 2006, Pertumbuhan Beberapa Tanaman Menggunakan 3
Media,.Jurnal Penelitian Pertanian., Diakses pada tanggal 23 Maret 2019

LAMPIRAN TABEL

Tabel 1a. Rata-rata tinggi tanaman (cm) pada umur 2 MST dengan kombinasi media
tanam pada pengamatan di minggu pertama.

Ulangan Rata-
Perlakuan Jumlah
I II II IV Rata
CB 28,33 34,00 30,33 30,33 122,99 30,75
AB 33,67 31,67 29,33 31,67 126,34 31,59
BAC 32,00 30,67 27,67 33,33 123,67 30,92
CA 31,00 31,67 30,33 25,00 118,00 29,50
125,00 128,01 117,66 120,33 491,00 30,69
31

Tabel 1b. Sidik ragam rata-rata tinggi tanaman umur 2 MST pada kombinasi media
tanam pada tanaman tomat.

Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0,05 0,01
Kelompok 3 16,124 5,37455 13,124** 3,86 6,99
Perlakuan 3 9,089 3,02955 0,065tn 3,86 6,99
Galat 9 55,592 46,592
Total 15 80,804

KK 66,72

Keterangan: tn: Berpengaruh tidak nyata


* : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,05
** : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,01

Tabel 2a. Rata-rata tinggi tanaman (cm) pada umur 3 MST dengan kombinasi media
tanam pada pengamatan di minggu pertama.

Kombinasi Ulangan Rata-


Jumlah
Perlakuan I II II IV Rata
CB 56,00 61,67 60,33 58,67 236,67 59,17
AB 58,33 61,33 59,00 61,67 240,33 60,08
BAC 57,67 57,33 58,67 59,67 233,34 58,34
CA 56,67 60,00 57.00 51,67 116,67 58,34
228,67 240,33 178,00 231,68 827,01 58,98

Tabel 2b. Sidik ragam rata-rata tinggi tanaman umur 3 MST pada kombinasi
media tanam pada tanaman tomat.
32

Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0.05 0.01
Kelompok 3 597.116 199.039 0.97934tn 3.86 6.99
Perlakuan 3 884.368 294.789 1.45047tn 3.86 6.99
Galat 9 1829.133 203.237
Total 15 3310.618

KK 3,02

Keterangan: tn: Berpengaruh tidak nyata


* : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,05
** : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,01

Tabel 3a. Rata-rata tinggi tanaman (cm) pada umur 4 MST dengan kombinasi
media tanam pada pengamatan di minggu pertama.

Kombinasi Ulangan Rata-


Jumlah
Perlakuan I II II IV Rata
CB 83,33 93,67 90,33 92,33 359,66 89,92
AB 88,33 95,33 94,00 98,00 375,66 93,92
BAC 86,67 99,00 88,67 93,00 367,34 91,84
CA 85,00 91,33 101,33 88,67 366,33 91,58
343,33 379,33 374,33 372,00 1468,99 91,81

Tabel 3b. Sidik ragam rata-rata tinggi tanaman umur 4 MST pada kombinasi media
tanam pada tanaman tomat.
33

Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0,05 0,01
Kelompok 3 197,695 65,898473 3,90346* 3,86 6,99
Perlakuan 3 32,298 10,76589 0,63771tn 3,86 6,99
Galat 9 151,939 16,882062
Total 15 381,932

KK 13,42%
Keterangan: tn: Berpengaruh tidak nyata
* : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,05
** : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,01

Tabel 4a. Rata-rata tinggi tanaman (cm) pada umur 5 MST dengan kombinasi media
tanam pada pengamatan di minggu pertama.

Kombinasi Ulangan Rata-


Jumlah
Perlakuan I II II IV Rata
CB 129,67 139,00 153,67 139,67 562,01 140,50
AB 108,00 147,33 143,00 138,00 536,33 134,08
BAC 154,33 139,00 139,33 141,33 573,99 143,50
CA 108,33 141,67 157,67 142,67 550,34 137,59
500,33 567,00 593,67 561,67 2222,67 138,918

Tabel 4b. Sidik ragam rata-rata tinggi tanaman umur 5 MST pada kombinasi
media tanam pada tanaman tomat.
Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0,05 0,01
34

Kelompok 3 1167,721 389,24 2,27765tn 3,86 6,99


Perlakuan 3 194,566 64,8552 0,3795tn 3,86 6,99
Galat 9 1538,061 170,896
Total 15 2900,347
KK 28,23%
Keterangan: tn: Berpengaruh tidak nyata
* : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,05
** : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,01

Tabel 5a. Rata-rata jumlah daun umur 2 MST pada kombinasi media
tanam pada tanaman tomat.

Kombinasi Ulangan Rata-


Jumlah
Perlakuan I II III IV Rata
CB 28,67 30,33 26,67 30,67 116,34 29,09
AB 29,67 31,67 31,00 29,67 122,01 30,50
BAC 27,33 35,00 30,00 30,67 123,00 30,75
CA 27,33 30,67 32,67 27,33 118,00 29,50
113,00 127,67 120,34 118,34 479,35 29,96

Tabel 5b. Sidik ragam rata-rata jumlah daun umur 2 MST pada kombinasi media
tanam pada tanaman tomat.

Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0,05 0,01
Kelompok 3 27,649 9,21621 2,26763tn 3,86 6,99
Perlakuan 3 7,583 2,52751 0,62189tn 3,86 6,99
35

Galat 9 36,578 4,06424


Total 15 71,809
KK 20,18%
Keterangan: tn: Berpengaruh tidak nyata
* : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,05
** : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,01

Tabel 6a. Rata-rata jumlah daun umur 3 MST pada kombinasi media
tanam pada tanaman tomat.

Kombinasi Ulangan Rata-


Jumlah
Perlakuan I II III IV Rata
CB 66,33 80,00 88,00 78,67 313,00 78,25
AB 58,67 73,33 87,67 87,67 307,34 76,84
BAC 88,00 80,33 84,67 84,67 337,67 84,42
CA 88,00 61,67 86,00 86,00 321,67 80,42
301,00 295,33 346,34 337,01 1279,68 79,98

Tabel 6b. Sidik ragam rata-rata jumlah daun umur 3 MST pada kombinasi media
tanam pada tanaman tomat.

Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0,05 0,01
Kelompok 3 488,180 162,727 1,76405tn 3,86 6,99
Perlakuan 3 131,067 43,689 0,47361tn 3,86 6,99
Galat 9 830,216 92,2462
Total 15 1449,463
36

KK 36,02%
Keterangan: tn: Berpengaruh tidak nyata
* : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,05
** : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,01

Tabel 7a. Rata-rata jumlah daun umur 4 MST pada kombinasi media
tanam pada tanaman tomat.

Kombinasi Ulangan Rata-


Jumlah
Perlakuan I II III IV Rata
CB 141,00 129,33 128,67 133,33 532,33 133,08
AB 130,00 156,33 149,00 133,00 568,33 142,08
BAC 142,00 154,00 136,33 126,67 559,00 139,75
CA 142,33 160,33 133,33 133,33 569,32 142,33
555,33 599,99 547,33 526,33 2228,98 139,31

Tabel 7b. Sidik ragam rata-rata jumlah daun umur 4 MST pada kombinasi media
tanam pada tanaman tomat.

Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0,05 0,01
Kelompok 3 721,212 240,404 2,95854tn 3,86 6,99
Perlakuan 3 223,130 74,3767 0,91532tn 3,86 6,99
Galat 9 731,317 81,2575
Total 15 1675,659

KK 19,41%
37

Keterangan: tn: Berpengaruh tidak nyata


* : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,05
** : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,01

Tabel 8a. Rata-rata jumlah daun umur 5 MST pada kombinasi media
tanam pada tanaman tomat.

Kombinasi Ulangan Rata-


Jumlah
Perlakuan I II III IV Rata
CB 200,67 215,33 223,00 207,67 846,67 211,67
AB 191,33 237,67 227,00 219,67 875,67 218,92
BAC 171,67 211,33 196,00 230,00 809,00 202,25
CA 169,00 236,67 174,67 288,00 868,34 217,09
732,67 901,00 820,67 945,34 3399,68 212,48

Tabel 8b. Sidik ragam rata-rata jumlah daun umur 5 MST pada komposisi media
tanam pada tanaman tomat.

Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0,05 0,01
Kelompok 3 6579,317 2193,11 3,16898tn 3,86 6,99
Perlakuan 3 671,842 223,947 0,3236tn 3,86 6,99
Galat 9 6228,484 692,054
Total 15 13479,643

KK 37,14%
Keterangan: tn: Berpengaruh tidak nyata
38

* : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,05


** : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,01

Tabel 10a. Rata-rata jumlah cabang produktif umur 3 MST pada tanaman tomat.

Kombinasi Ulangan Rata-


Jumlah
Perlakuan I II III IV Rata
CB 1.00 1.00 0.67 1.00 3.67 0.92
AB 0.67 1.33 1.00 1.00 4.00 1.00
BAC 0.67 1.00 1.00 1.00 3.67 0.92
CA 1.00 1.33 0.67 1.00 4.00 1.00
3.34 4.66 3.34 4.00 15.34 0.96

Tabel 10b. Sidik ragam jumlah cabang produktif minggu ke 3 MST pada
tanaman tomat.

Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0,05 0,01
Kelompok 3 0,299 0,09983 3,2434tn 3,86 6,99
Perlakuan 3 0,027 0,00907 0,27273tn 3,86 6,99
Galat 9 0,299 0,03328
Total 15 0,626

KK 57,07%
Keterangan: tn: Berpengaruh tidak nyata
* : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,05
** : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,01
39

Tabel 11a. Rata-rata jumlah cabang produktif umur 4 MST pada tanaman tomat.

Kombinasi Ulangan Rata-


Jumlah
Perlakuan I II III IV Rata
CB 3,00 3,00 3,33 4,33 13,66 3,42
AB 3,33 3,33 3,67 3,67 14,00 3,50
BAC 2,67 3,33 4,67 4,00 14,67 3,67
CA 3,33 4,00 4,67 3,33 15,33 3,83
12,33 13,66 16,34 15,33 42,33 3,60

Tabel 11b. Sidik ragam jumlah cabang produktif umur 4 MST pada tanaman tomat.

Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0,05 0,01
Kelompok 3 2,542 0,84742 4,80652* 3,86 6,99
Perlakuan 3 1,648 0,54927 3,11542tn 3,86 6,99
Galat 9 1,587 0,17631
Total 15 5,777

KK 34,74%
Keterangan: tn: Berpengaruh tidak nyata
* : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,05
** : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,01
40

Tabel 12a. Rata-rata jumlah cabang produktif umur 5 MST pada tanaman tomat.

Ulangan Rata-
Perlakuan Jumlah
I II III IV Rata
CB 6,67 6,00 7,00 7,00 26,67 6,67
AB 7,33 7,00 7,33 6,67 28,33 7,08
BAC 6,33 6,33 7,00 7,00 26,66 6,67
CA 7,33 6,33 8,00 7,33 28,99 7,25
27,66 25,66 29,33 28,00 110,65 6,92

Tabel 12b. Sidik ragam jumlah cabang produktif umur 5 MST pada tanaman tomat.

Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0,05 0,01
Kelompok 3 1,726 0,57537 4,66264* 3,86 6,99
Perlakuan 3 1,049 0,34982 2,83485tn 3,86 6,99
Galat 9 1,111 0,1234
Total 15 3,886

KK 15,23%
Keterangan: tn: Berpengaruh tidak nyata
* : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,05
** : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,01
41

Tabel 13a. Rata-rata jumlah cabang produktif umur 6 MST pada tanaman tomat.

Ulangan Rata-
Perlakuan Jumlah
I II III IV Rata
CB 9,67 12,67 11,33 11,00 44,67 11,17
AB 12,00 11,33 13,00 9,67 46,00 11,50
BAC 9,67 10,33 12,67 11,33 44,00 11,00
CA 10,33 11,33 13,67 7,33 42,66 10,67
41,67 45,66 50,67 39,33 177,33 11,08

Tabel 13b. Sidik ragam jumlah cabang produktif umur 6 MST pada tanaman
tomat.

Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0,05 0,01
Kelompok 3 18,510 6,17001 3,12941tn 3,86 6,99
Perlakuan 3 1,451 0,48352 0,24524tn 3,86 6,99
Galat 9 17,745 1,97162
Total 15 37,705

KK 38,00%
Keterangan: tn: Berpengaruh tidak nyata
* : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,05
** : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,01
42

Tabel 14a. Rata-rata jumlah cabang produktif umur 7 MST pada tanaman tomat.

Ulangan Rata-
Perlakuan Jumlah
I II III IV Rata
CB 13,33 16,33 14,33 16,00 59,99 15,00
AB 18,00 17,67 12,67 16,33 64,67 16,17
BAC 16,00 14,67 15,67 17,00 63,34 15,84
CA 14,00 15,33 18,00 16,33 63,66 15,92
61,33 64,00 60,67 65,66 251,66 15,73

Tabel 14b. Sidik ragam jumlah cabang produktif umur 7 MST pada tanaman tomat.

Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0,05 0,01
Kelompok 3 4,066 1,35538 0,39207tn 3,86 6,99
Perlakuan 3 3,093 1,03094 0,29822tn 3,86 6,99
Galat 9 31,113 3,45698
Total 15 38,272

KK 35,46%
Keterangan: tn: Berpengaruh tidak nyata
* : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,05
** : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,01
43

Tabel 15a. Rata-rata total jumlah buah pada tanaman tomat.

Kombinasi Ulangan Rata-


Jumlah
Perlakuan I II II IV Rata
CB 136,00 138,00 141,00 133,00 548,00 137,00
AB 137,00 135,00 136,00 137,00 545,00 136,25
BAC 143,00 146,00 142,00 135,00 566,00 141,50
CA 132,00 137,00 124,00 131,00 393,00 131,00
548,00 556,00 543,00 536,00 2052,00 136,44

Tabel 15b. Sidik ragam total jumlah buah pada tanaman tomat.

Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0,05 0,01
Kelompok 3 34727,250 11575,8 0,40277tn 3,86 6,99
Perlakuan 3 4864,500 1621,5 0,05642tn 3,86 6,99
Galat 9 258661,250 28740,1
Total 15 298253,000

KK 39,65

Keterangan: tn: Berpengaruh tidak nyata


* : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,05
** : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,01
44

Tabel 16a. Rata-rata bobot per buah panen pertama hingga ketiga pada tanaman
tomat.
Kombinasi Ulangan Rata-
Jumlah
Perlakuan I II III IV Rata
MCB 33,10 30,48 34,36 38,04 135,99 34,00
MAB 31,02 33,85 34,78 36,26 135,91 33,98
MBAC 33,93 35,33 32,87 36,92 139,05 34,76
MCA 46,93 36,19 37,59 34,22 154,93 38,73
144,98 135,86 139,60 145,44 565,87 35,37

Tabel 16b. Sidik ragam bobot per buah panen pertama hingga ketiga pada
tanaman tomat.
Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0,05 0,01
Kelompok 3 15,767 5,25564 0,35568 3,86 6,99
Perlakuan 3 62,011 20,6702 1,39889 3,86 6,99
Galat 9 132,985 14,7761
Total 15 210,763

KK 32,60%
Keterangan: tn: Berpengaruh tidak nyata
* : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,05
** : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,01
45

Tabel 17a. Rata-rata berat total buah per tanaman panen pertama hingga ketiga
pada tanaman tomat.
Ulangan Rata-
Perlakuan Jumlah
I II III IV Rata
CB 1659,33 1150,67 1731,67 1672,67 6214,34 1553,59
AB 1149,33 1103,00 1662,00 1650,67 5565,00 1391,25
BAC 1195,67 1696,67 1731,33 1622,67 6246,34 1561,59
CA 1093,33 1700,00 1529,67 1594,33 5917,33 1479,33
5097,66 5650,34 6654,67 6540,34 23943,01 1496,44

Tabel 19b. Sidik ragam berat total buah per tanaman panen pertama hingga
ketiga pada tanaman tomat.

Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0,05 0,01
Kelompok 3 414056,938 138019 2,5574tn 3,86 6,99
Perlakuan 3 75468,099 25156 0,46613tn 3,86 6,99
Galat 9 485715,568 53968,4
Total 15 975240,604

KK 46,57%
Keterangan: tn: Berpengaruh tidak nyata
* : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,05
** : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,01
46

Deskripsi Benih Tomat Varietas F1

TYMOTI F1 merupakan tomat dataran rendah – menengah yang memiliki


beberapa keunggulan yaitu tahan virus Gemini, tahan layu bakteri ralstonia
solacearum dangan umur panen yang relative genjah ( mulai panen 55 – 60 HST).
Tomat ini sangat toleran terhadap iklim panas dan busuk pantat (Blossom End
Rot). Buah lebat dengan bobot rata – rata 50 gram per buah,
Golongan varietas : hibrida
Tinggi tanaman : 140 – 150 cm
Bentuk penampang batang : bulat
Diameter batang : 1,50 – 1,75 cm
Ukuran daun majemuk : panjang 46,5 – 47,2 cm, lebar 39,3 – 41,5 cm
Ukuran daun tunggal : panjang 19,5 – 21,4 cm, lebar 9,1 – 9,8 cm
Umur mulai berbunga : 28 – 30 hari setelah tanam
Umur mulai panen : 55 – 62 hari setelah tanam
Ukuran buah : panjang 4,67 – 5,31 cm, diameter 4,38 – 4,93 cm
Warna buah muda : hijau muda
Warna buah tua : merah
Tebal daging buah : 4,0 – 6,5 mm
Warna biji : cokelat keputihan
Berat 1.000 biji : 3,5 – 5,0 g
Berat per buah : 53,59 – 60,20 g
Jumlah buah per tanaman : 46,25 – 61,25 buah
Berat buah per tanaman : 2,53 – 3,65 kg
47

Denah Percobaan Penelitian

Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan


I II III IV

CB AB BAC CA

AB BAC CA CB

BAC CA CB AB

CA CB AB BAC

Anda mungkin juga menyukai