PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sayuran merupakan sumber vitamin, mineral dan serat yang diperlukan bagi
sayuran masyarakat Indonesia sebesar 41,32 kilogram per kapita per tahun
meningkat pada tahun 2009 menjadi 43,5 kilogram per kapita per tahun.
hortikultura, 2015), tetapi permintaan pasar terhadap tomat pada tahun tersebut
Indonesia pada tahun 2014 dan tahun 2015 mengalami penurunan masing-masing
sebesar 7,74% dan 4,17%. Selain itu, kebutuhan produksi tomat belum dapat
diimbangi karena nilai rata-rata produktivitasnya sebesar 15,75 ton ha-1 masih
disebabkan karena semakin sempitnya lahan pertanian yang subur dan adanya
konversi lahan pertanian menjadi non pertanian, seperti di Jawa Barat pada tahun
2015). Hal ini menyebabkan kuantitas dan kualitas tomat masih rendah sehingga
industri terus meningkat. Buah tomat dapat dikonsumsi sebagai sayur atau buah
segar maupun dalam bentuk olahan seperti saus tomat. Tanaman tomat merupakan
mineral. Nilai gizi dalam buah tomat terdapat 30 kalori, vitamin C 40 mg, vitamin
A 1.500 SI, zat besi, kalsium dan mineral lainnya (Tugiyono. 2001)
budidaya pertanian sistem hidroponik memberikan alternatif bagi para petani yang
memiliki lahansempit atau yang hanya memiliki pekarangan rumah untuk dapat
yang memadai
lagi menggunakan tanah. Media tanam yang umum digunakan yaitu tanah dapat
diganti dengan air, arang sekam, cocopeat, hydroton, pasir dan lain-lain. Teknik
hidroponik tidak hanya di kembangkan dalam sekala yang besar tetapi dengan
skala yang kecil. Tanaman hidroponik ini berguna untuk mengganti tanah yang
tersedia di daerah tersebut dengan media tanam lain. Tanaman hidroponik apabila
di jual harganya di atas rata-rata harga umumnya. Media hidroponik sangat mudah
3
dengan cara ini terhambat karena banyak yang meragukan tentang hasil dari
Sistem dutch bucket (DBS) yaitu salah satu sistem hidroponik yang
menggunakan tetesan air nutrisi yang menetes secara terus menerus ke dalam bak
atau ember tanaman dan sisa air nutrisi dialirkan kembali melalui selang atau pipa
yang menuju ke penampungan air nutrisi yang nantinya akan digunakan kembali.
Untuk mengalirkan cairan nutrisi membutuhkan pompa air dan listrik yang stabil,
nutrisi tersebut.
4
Secara umum hidroponik ini memiliki beberapa masalah dan salah satunya
contohnya yaitu perlite dan hydroton. Perlite dan hydroton umum digunakan di
Negara maju di sektor pertanian sistem hidroponik seperti Jerman, Israel, Amerika
Serikat dan Jepang. Terlepas dari semua permasalahan itu, terdapat suatu solusi
untuk mengatasi media yang mahal di atas seperti cocopeat, arang sekam, pecahan
genteng dan batu bata yang memiliki potensi besar menggantikan media perlite
dan hydroton. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengetahui komposisi
media sebagai alternatif yang lebih efektif untuk produksi tanaman tomat
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menjadi bahan informasi tentang
media alternatif yang efektif untuk digunakan pada budidaya tomat menggunakan
Hipotesis Penelitian
Kombinasi media arang sekam, cocopeat dan pecahan batu bata (BAC)
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Tomat
5
(Jawa), kemantes (Sulawesi) dan nama asing tomato (Inggris) dan tomate
dibudidayakan sejak ratusan tahun silam, tetapi belum diketahui dengan pasti
kapan awal penyebarannya. Jika ditinjau dari sejarahnya, tanaman tomat berasal
dari Amerika, yaitu daerah Andean yang merupakan bagian dari negara Bolivia,
Cili, Kolombia, Ekuador, dan Peru. Semula di negara asalnya, tanaman tomat
tomat dibagi ke dalam dua fase pertumbuhan yaitu fase pertumbuhan vegetatif dan
tumbuh yang normal menjadi tanaman baru (Ashari, 1995). Fase vegetatif
merupakan fase yang menentukan produktivitas suatu tanaman. Jika pada fase
vegetatif terbentuk perakaran yang luas dan sehat, batang yang besar dan daun
hingga dihasilkan produksi yang tinggi. Fase vegetatif tanaman tomat berakhir
pada saat terbentuk bunga dan berlangsung selama 45-55 hari jika dinulai dari
benih dan selama 25-35 hari jika melalui proses persemaian terlebih dahulu
bunga kemudian secara terus-menerus dan bertahap menghasilkan bakal buah dan
pembentukam akar, batang, daun, bunga dan buah. Seiring bertambahnya umur
meningkat, dan akan mencapai puncaknya pada saat pembesaran dan pematangan
buah, yaitu sekitar umur 75-105 hari jika ditanam langsung dari benih atau 60-90
hari jika melalui proses persemaian terlebih dahulu (Wahyudi, 2012). Fase
genertif akan berakhir tergantung pada tipe tanaman, kondisi kesuburan tanah
1. Iklim
Iklim yang cocok untuk tanaman tomat adalah pada musim kemarau
lebih-lebih bila disertai dengan angin kencang. Sebaliknya, pada musim hujan
pertumbuhannya kurang baik karena kelembapan dan suhu yang tinggi akan
2. Suhu
baik untuk pertumbuhan tomat ialah antara 20-27ºC. Jika temperatur berada lebih
dari 30ºC atau kurang dari 10ºC, maka akan mengakibatkan terhambatnya
biasanya digunakan pemanas (heater) untuk mengatur udara ketika musim dingin,
udara panas dari heater disalurkan ke dalam green house melalui saluran fleksibel
warna putih.
3. Kelembaban
7
%. Keadaan ini akan merangsang pertumbuhan untuk tanaman tomat yang masih
muda karena asimilasi CO2 menjadi lebih baik melalui stomata yang membuka
lebih banyak. Akan tetapi, kelembaban relatif yang tinggi juga dapat merangsang
4. Media Tanam
Secara umum, tanaman tomat dapat ditanam di segala jenis tanah, mulai dari
tanah pasir sampai tanah lempung berpasir yang subur, gembur, berporus, banyak
mengandung bahan organik dan unsur hara, serta mudah merembeskan air.
Tingkat kemasaman tanah (pH) yang sesuai untuk budidaya tomat ialah berkisar
5,0-7,0. Akar tanaman tomat rentan terhadap kekurangan oksigen. Oleh karena itu,
tanaman tomat tidak boleh tergenangi oleh air. Dalam pembudidayaan tanaman
tomat, sebaiknya dipilih lokasi yang topografi tanahnya datar sehingga tidak perlu
5. Ketinggian Tempat
varietas yang sesuai ditanam di dataran rendah, misalnya varietas Intan, varietas
Ratna, varietas LV, dan varietas CLN. Selain itu, ada varietas tanaman tomat yang
cocok ditanam di dataran rendah maupun di dataran tinggi, antara lain varietas
2010).
Hidroponik yang berasal dari bahasa Latin yang berarti hydro (air) dan
ponos (kerja). Istilah hidroponik pertama kali dikemukakan oleh W.F. Gericke dari
hara tanaman dalam skala komersial yang selanjutnya disebut nutrikultur atau
media inert (tidak menyediakan unsur hara seperti pasir. yang diberikan larutan
dapat dikontrol, tanaman dapat berproduksi dengan kualitas dan kuantitas yang
tinggi, tanaman jarang terserang hama penyakit karena terlindungi, pemberian air
irigasi dan larutan hara lebih efisien dan efektif, dapat diusahakan terus menerus
tanpa tergantung oleh musim dan dapat diterapkan pada lahan yang sempit
(Susila, 2013). Pada dasarnya ada beberapa jenis sistem hidroponik, yaitu sumbu
(wick), aquaponic, DFT, dutch bucket sistem, nutrient film technique (NFT) dan
dutch bucket system lah jenis yang paling efisien dalam budidaya tanaman
Secara umum pengertian Dutch Bucket System (Sistem DB) adalah salah
satu teknik bercocok tanam hidroponik yang ditekankan pada sirkulasi dan
efesiensi penggunaan air. Pada teknik hidroponik sistem ini air nutrisi dialirkan
dari tandon nutrisi ke media tanam secara terus menerus dan sebagian air nutrisi
tersebut kembali ka tandon. Air nutrisi tersebut dialirkan secara periodik selama
9
waktu tertentu dan diatur sesuai dengan keinginan. Cara kerja sistem DB mirip
dengan nutrient film technique System, hanya saja instalasinya yang berbeda.
Hidroponik duth bucket yaitu suatu sistem hidroponik yang menggunakan tetesan
air nutrisi yang menetes secara terus menerus ke dalam bak/ember tanaman dan
penampungan air nutrisi yang nantinya akan di gunakan kembali dan untuk
mengalirkan cairan nutrisi membutuhkan pompa air dan listrik yang stabil,
ditanam dan untuk menyerap larutan nutrisi saat disiramkan atau diteteskan.
Larutan nutrisi tersebut lalu diserap oleh perakaran (Hartus, 2006). Media tanam
pada sistem hidroponik subtrat macamnya ada banyak, hal ini disesuaikan dengan
penahan kelembaban, dan bahan anorganik sebagai bahan yang tepat untuk
media yang berbeda sebab setiap media tanam mempunyai sifat fisik dan kimia
media media lain selain tanah. Persyaratan terpenting untuk media hidroponik
harus ringan dan porous. Tiap media mempunyai berat dan porositas yang
berbeda, oleh karena itu dalam memilih media sebaiknya dicari yang paling
ringan dan yang mempunyai porositas yang baik (Prihmantoro dan Indriyani,
2005).
10
bentuk dan porositasnya. Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas
permukaan pori, maka semakin besar pula kemampuan menyerap dan menahan
air. Media yang berpori juga memiliki kemampuan lebih besar menahan air
(Lingga, 2006).
1. Cocopeat
Cocopeat merupakan salah satu alternatif media tanam pengganti tanah yang
dibuat dari sabut kelapa. Oleh karena itu, paling mudah ditemukan di negara-
negara tropis dan kepulauan, seperti Indonesia. Banyak manfaat yang bisa didapat
sendiri. Cocopeat juga banyak dipilih sebagai pengganti tanah dan memiliki sifat
merupakan salah satu media tumbuh yang dihasilkan dari proses penghancuran
sabut kelapa, proses penghancuran sabut dihasilkan serat atau fiber, serta serbuk
halus atau cocopeat (Irawan dan Hidayah, 2014). Kelebihan cocopeat sebagai
air dengan kuat, serta mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium
(Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (N), dan fosfor (P) (Muliawan,
2009).
2. Arang sekam
dan Fe 180 ppm,Zn 14,1 ppm dan pH 6,8. Karakter lain dari arang sekam yaitu
11
ringan (berat jenis 0,2 kg/l. sirkulasi udara yang cukup tinggi tetapi kapasitas
menahan air yang relatif rendah, berwarna hitam dan dapat mengabsorsi cahaya
tersendiri bagi kita. Kalau didaerah saya sekam padi sebagian besar digunakan
hanya untuk bahan campuran pembuatan batu bata. Menurut saya limbah sekam
jangan hanya digunakan untuk bahan bangunan karena sangat bagus kalau
digunakan sebagai bahan penyubur tanah kita. Jika anda punya hasrat bisnis,
arang sekam juga bisa dijual ditoko tanaman hias karena digunakan sebagi bahan
menyuburkan tanah kita. Menurut beberapa informasi arang sekam bisa berfungsi
sebagai penyimpan sementara unsur hara dalam tanah sehingga tidak mudah
tercuci oleh air. Dan akan sangat mudah dilepaskan ketika dibutuhkan atau
diambil oleh akar tanaman. Bisa dikatakan arang sekam akan berfungsi seperti
zeolit. Arang sekam memiliki peranan penting sebagai media tanam pengganti
tanah. Arang sekam bersifat porous, ringan, tidak kotor dan cukup dapat menahan
air. Penggunaan arang sekam cukup meluas dalam budidaya tanaman hias
memproduksi sendiri arang sekam untuk keperluan sendiri dan bahkan mungkin
3. Batu bata
Media tanam batu bata sangat baik sebagai tempat melekat dan tumbuhnya
akar, pengatur kelembapan sekitar akar dan tempat menyimpan air serta larutan
12
unsur hara. Selain itu media tanam batu bata ini tidak mudah melapuk serta
mempunyai drainase dan aerasi yang cukup baik. Penempatan media tanam ini
dalam hal daya serap air, media tanam ini lebih baik dari media tanam pecahan
Nutrisi AB Mix
dalam hidroponik sebagian besar anorganik dan dalam bentuk ion. Nutrisi utama
tersebut diantaranya dalam bentuk kation terlarut (ion bermuatan positif), yakni
fosfat).
digunakan sebagai sumber hara makro dan mikro. Unsur hara makro meliputi
kalium nitrat, kalsium nitrat, kalium fosfat, dan magnesium sulfat. Hara mikro
(seng), B (boron), Cl (klorin), dan Ni (nikel). Unsur hara makro dibutuhkan dalam
jumlah besar dan konsentrasinya dalam larutan relatif tinggi. Unsur hara mikro
kalsium pada grup A dan tidak bertemu sulfat dan fosfat pada grup B. Membuat
larutan A. Siapkan kemasan AB mix yang hendak dilarut, dua buah ember atau
wadah apa saja yang dapat menampung air dan tempat penyimpanan hasil larutan,
13
bisa ember yang ada tutupnya atau jerigen bekas minyak goreng. Isi ember
pertama dengan air 5 liter atau 5000 mililiter. Buka kemasan larutan A, yang berisi
butiran nutrisi dan satu kemasan kecil berisi serbuk di dalamnya. Masukkan
butiran-butiran ini ke dalam air kemudian diaduk dengan gayung atau kayu
hingga terlarut semua. Simpan hasilnya dalam jerigen yang sudah dibersihkan
dalamnya dibuka dan isinya dituang ke ke dalam ember. Aduk hingga rata dan
hasilnya disimpan dalam jerigen yang kedua lalu larutan nutrisi yang telah dibuat
B dicampurkan lagi ke dalam 1 liter air kemudian diaduk rata. Larutan encer ini
siap digunakan untuk nutrisi hidroponik yang ditanam. Untuk membuat 10 liter
larutan siap pakai berarti diperlukan 50 ml larutan pekat A dan 50 ml larutan pekat
larutan pekatan A dan B ini dapat diperoleh sebanyak 1000 liter larutan
hidroponik siap pakai. Tentunya tidak semua harus langsung dilarutkan, namun
METODOLOGI PENELITIAN
Cendana, penelitian dilaksanakan selama tiga (3) bulan, dari bulan Juni sampai
Varietas Timothy F1, nutrisi AB Mix buah, cocopeat, arang sekam, pecahan batu
bata. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu timbangan digital,
penggaris, alat tulis, TDS meter, tray semai, kamera, ember, selang, pompa dan
pipa
Metode Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
sebagai berikut:
1. CB = Cocopeat + Batu bata 1:1 (v/v)
2. AB = Arang Sekam + Batu bata 1:1 (v/v)
3. CA = Cocopeat + Arang sekam 1:1 (v/v)
4. BAC = Batu bata + Arang sekam + Cocopeat 1:1:1 (v/v)
Setiap unit perlakuan terdiri atas 3 pot dengan 4 ulangan sehingga diperoleh
perlakuan dilakukan analisis sidik ragam (Uji F) dan uji lanjut (Uji BNJ).
Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan
a) Tempat
tempat penanaman
b) Media Tanam
Media tanam yang digunakan pada penelitian ini yaitu cocopeat, arang
sekam dan pecahan batu bata berukuran kecil dengan perbandingan 1:1:1
2. penyiapan larutan
15
Media tanam tomat yang terdiri dari cocopeat, arang sekam dan batu bata
4. Penanaman
Proses penyeleksian ini berakhir pada saat tanaman berumur sekitar umur 20
5. Pemeliharaan
a) Pemupukan
larutan nutrisi dengan dosis 5 ml/l AB mix khusus daun konsentrasi 1000 –
2500 ppm pada awal penanaman sampai fase vegetatif dan selanjutnya
memasuki fase generatif, pupuk AB mix khusus daun di ganti dengan pupuk
AB mix khusus buah dengan konsentrasi larutan 3800 ppm sampai panen.
b) Pemasangan ajir
16
menopang tanaman tomat, ajir yang digunakan adalah tali wool yang
dipasang menggantung
c) Panen
waktu pemanenan dilakukan pada sore hari sekitar jam 17:00, cara
Parameter Pengamatan
1. Tinggi tanaman (cm) dan jumlah daun diukur mulai dari pangkal batang
mulai 2 (dua) Minggu setelah tanam dan hanya dilakukan hanya pada fase
vegetatif
2. Waktu munculnya bunga (50%), dihitung mulai pada saat muncul bunga
mulai berbunga
4. Jumlah buah, dihitung pada saat panen pertama hingga panen ketiga
5. Berat total buah panen per perlakuan, dihitung pada saat panen pertama
6. Bobot buah pertanaman, dihitung pada saat panen pertama hingga panen
ketiga
Hasil
setelah tanam dari berbagai komposisi media dan sidik ragam disajikan pada
Tabel Lampiran 1a dan 1b sampai 3a dan 3b. Sidik ragam menunjukkan bahwa
cenderung lebih tinggi pada perlakuan komposisi media cocopeat, arang sekam
dan batu bata (BAC) dan terendah pada perlakuan komposisi media batu bata dan
Rata-rata jumlah daun pada tanaman tomat per minggu dari berbagai
komposisi media dan sidik ragam disajikan pada Tabel Lampiran 4a dan 4b
sampai 7a dan 7b. Sidik ragam menunjukkan bahwa berbagai perlakuan media
cenderung lebih tinggi pada perlakuan komposisi media arang sekam dan batu
bata (AB) dan terendah pada perlakuan komposisi media batu bata, arang sekam
komposisi media dan sidik ragam disajikan pada Tabel Lampiran 8a dan 8b. Sidik
tinggi pada perlakuan komposisi media batu bata dan cocopeat (CB) dan terendah
setelah tanam dari berbagai komposisi media dan sidik ragam disajikan pada
Tabel Lampiran 9a dan 9b sampai 13a dan 13b. Sidik ragam menunjukkan bahwa
berbagai perlakuan media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang
produktif.
21
cenderung lebih tinggi pada perlakuan komposisi media batu bata dan arang
sekam (AB) dan terendah pada perlakuan komposisi media batu bata dan cocopeat
(CB).
Rata-rata total jumlah buah pada tanaman tomat dari berbagai komposisi
media dan sidik ragam disajikan pada Tabel Lampiran 15a dan 15b. Sidik ragam
Berdasarkan gambar 5, rata-rata bobot per buah pada saat panen pertama
hingga ketiga cenderung lebih tinggi pada perlakuan komposisi media batu bata,
arang sekam dan cocopeat (BAC) dan terendah pada perlakuan komposisi media
Rata-rata bobot per buah saat panen pertama pada tanaman tomat dari
berbagai komposisi media dan sidik ragam disajikan pada Tabel Lampiran 16a
dan 16b. Sidik ragam menunjukkan bahwa berbagai perlakuan media tanam
Gambar 6. Rata-rata bobot per buah pada saat panen pertama hingga ketiga
Berdasarkan Gambar 5, rata-rata bobot per buah pada saat panen pertama
hingga ketiga cenderung lebih tinggi pada perlakuan komposisi media batu bata,
arang sekam dan cocopeat (BAC) dan terendah pada perlakuan komposisi media
Berat total Buah Per Tanaman Pada Saat Panen Pertama hingga Panen
Ketiga
Rata-rata berat total buah per tanaman saat panen pertama hingga panen
ketiga pada tanaman tomat dari berbagai perlakuan media dan sidik ragam
disajikan pada Tabel Lampiran 19a dan 19b. Sidik ragam menunjukkan bahwa
24
Gambar 7. Rata-rata berat total buah per tanaman pada saat panen pertama sampai
ketiga
media batu bata, arang sekam dan cocopeat (BAC) dan terendah pada perlakuan
komposisi media batu bata, arang sekam dan batu bata (AB).
Pembahasan
salah satu aspek penting yang memberi pengaruh pertumbuhan dan produksi pada
tanaman tomat. Akan tetapi dari data pengamatan diperoleh dari penggunaan
media tanam cocopeat, arang sekam dan pecahan batu bata pada sistem
25
hidroponik dutch bucket berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman tomat.
nyata dari komposisi media tanam pada parameter tinggi tanaman. Akan tetapi
lebih tinggi pada perlakuan komposisi media cocopeat, arang sekam dan batu bata
(BAC) dengan rata-rata tinggi tanaman pada hari terakhir yaitu 143,5 cm
sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur
hara. Campuran antara sekambakar dan sabut kelapa merupakan media tanam
yang dapat menjaga kelembaban. Hal ini disebabkan sekam bakar lebih porous
karena memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang, sehingga
sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang
Jumlah Daun
dari komposisi media tanam pada parameter jumlah daun, jumlah daun tertinggi
pada minggu kelima diperoleh pada perlakuan AB. Tabel Gambar 6 data analisis
perlakuan AB dengan komposisi media tanam batu bata dan arang sekam dengan
Arang sekam yang memiliki sirkulasi udara yang cukup tinggi tetapi
kapasitas menahan air yang relatif rendah, berwarna hitam dan dapat mengabsorsi
Waktu Berbunga
nyata dari komposisi media tanam pada parameter rata-rata waktu berbunga 50%,
rata waktu berbunga dengan rata-rata yang cenderung lebih tinggi yaitu pada
perlakuan CA dan BAC dengan masing-masing bernilai 24.00 dengan nilai 31,59
nyata pada komposisi media tanam terhadap parameter jumlah cabang produktif,
memberikan rata rata jumlah cabang produktif pada perlakuan media arang sekam
dan batu bata dengan rata-rata 15,92. Berdasarkan pada gambar 4, rata-rata jumlah
cabang produktif pada umur 7 MST, rata-rata yang tertinggi yaitu pada perlakuan
media arang sekam dan batu bata (AB) dan terendah pada perlakuan media
cocopeat dan batu bata (CB) pada. Analisis ragam menunjukkan bahwa tidak
terdapat pengaruh yang nyata dari komposisi media tanam pada parameter jumlah
cabang produktif.
nyata dari komposisi media tanam pada parameter bobot buah per tanaman,
27
berdasarkan gambar 6, rata-rata bobot buah pertanaman pada saat panen pertama
hingga ketiga cenderung lebih tinggi pada perlakuan komposisi media arang
Terdapat satu kendala pada pemberian nutrisi yaitu kurangnya unsur hara
bobot buah tidak optimal seperti pada umumnya, Kekurangan atau kelebihan salah
satu unsur hara maka akan terjadi gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan
(wahono, 2011) .
nyata dari komposisi media tanam pada parameter berat total buah, Data
rata rata berat buah panen per perlakuan pada saat panen pertama hingga ketiga,
cenderung lebih tinggi padaperlakuan komposisi media batu bata, arang sekam
Kesimpulan
tidak nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat yang ditanam secara
media campuran cocopeat, arang sekam dan pecahan batu bata lebih baik terhadap
28
pertumbuhan dan hasil tanaman tomat yang ditanam secara hidroponik dutch
Saran
dapat menggunakan media tanam cocopeat, arang sekam dan pecahan batu bata,
karena lebih praktis dan lebih baik. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
terhadap jenis dan konsentrasi pemberian nutrisi pada sistem hidroponik dutch
bucket
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. mitalom.com/hidroponik-dutch-bucket-system-hidroponik-sistem-db/.
Diakses pada tanggal 21 Maret 2019
Anonim . urbanina.com/hidroponik/kelebihan-dan-kekurangan-hydroton/. Diakses
pada tanggal 21 Maret 2019
Anonim
.academia.edu/21596614/Budidaya_Tanaman_Tomat_Solanum_lycopersicu
m_Sistem_Hidroponik_Tipe_Nutrient_Film_Technique_NFT_ Diakses
pada tanggal 21 Maret 2019
Anonim.google.com/search?q=
%28+Lycopersicon.esculentum.utf8&aq=t&rls=org.mozilla:en-
US:official&client=firefoa&channel. Diakses pada tanggal 21 Maret 2019
Buckman, O.H dan C.N Brady, 1996. The nature and Properties of soil. Edisi
Terjemahan Soegiman.
Didit, 2010. Cara Budidaya Tomat (Lycopersicon esculentum Mill).
<http://tani.blog.fisip.uns.ac.id/2010/11/24/cara-budidaya-tomat, Diakses 21
Maret 2019
Hesami A. 2012. Date-peat as an alternative in hydroponic strawberry
production. J Agri. 7(23): 3453-3458. DOI: 10.5897/AJAR11.1933. Diakses
21 Maret 2019
Indrawati, R., D. Indradewa dan S.N.H. Utami, 2012. Pengaruh Komposisi Media
dan Kadar Nutrisi Hidroponik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tomat
(Lycopersicon esculentum Mill). UGM, Yogyakarta. Diakses 22 Maret 2019
Lingga, 2006., scribd.com/doc/21326336/Budidaya Tomat Hidroponik
Lingga, P. 2005. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah.Jakarta: Penebar
Swadaya. 80 hlm. Diakses 23 Maret 2019
Maspary. 2011. Fungsi dan Kandungan Arang Sekam/Sekam Bakar. Diakses 23
Maret 2019
Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3S. Jakarta. Diakses 24 Maret
2019
Muliawan, L. 2009. Pengaruh Media Semai Terhadap Pertumbuhan Pelita
(Eucalyptus pellita F.Muell). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 104
hlm.. Diakses pada tanggal 23 Maret 2019
Pracaya, 1998. Bertanam Tomat. Kanisius, Yogyakarta. Diakses pada tanggal 23
Maret 2019
Prihmantoro dan Indriyani, 2005.-. Hidroponik – Tanaman- Buah.dan- Hidroponik
Sayuran Semusim. Jakarta: Diakses pada tanggal 23 Maret 2019
LAMPIRAN TABEL
Tabel 1a. Rata-rata tinggi tanaman (cm) pada umur 2 MST dengan kombinasi media
tanam pada pengamatan di minggu pertama.
Ulangan Rata-
Perlakuan Jumlah
I II II IV Rata
CB 28,33 34,00 30,33 30,33 122,99 30,75
AB 33,67 31,67 29,33 31,67 126,34 31,59
BAC 32,00 30,67 27,67 33,33 123,67 30,92
CA 31,00 31,67 30,33 25,00 118,00 29,50
125,00 128,01 117,66 120,33 491,00 30,69
31
Tabel 1b. Sidik ragam rata-rata tinggi tanaman umur 2 MST pada kombinasi media
tanam pada tanaman tomat.
Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0,05 0,01
Kelompok 3 16,124 5,37455 13,124** 3,86 6,99
Perlakuan 3 9,089 3,02955 0,065tn 3,86 6,99
Galat 9 55,592 46,592
Total 15 80,804
KK 66,72
Tabel 2a. Rata-rata tinggi tanaman (cm) pada umur 3 MST dengan kombinasi media
tanam pada pengamatan di minggu pertama.
Tabel 2b. Sidik ragam rata-rata tinggi tanaman umur 3 MST pada kombinasi
media tanam pada tanaman tomat.
32
Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0.05 0.01
Kelompok 3 597.116 199.039 0.97934tn 3.86 6.99
Perlakuan 3 884.368 294.789 1.45047tn 3.86 6.99
Galat 9 1829.133 203.237
Total 15 3310.618
KK 3,02
Tabel 3a. Rata-rata tinggi tanaman (cm) pada umur 4 MST dengan kombinasi
media tanam pada pengamatan di minggu pertama.
Tabel 3b. Sidik ragam rata-rata tinggi tanaman umur 4 MST pada kombinasi media
tanam pada tanaman tomat.
33
Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0,05 0,01
Kelompok 3 197,695 65,898473 3,90346* 3,86 6,99
Perlakuan 3 32,298 10,76589 0,63771tn 3,86 6,99
Galat 9 151,939 16,882062
Total 15 381,932
KK 13,42%
Keterangan: tn: Berpengaruh tidak nyata
* : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,05
** : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,01
Tabel 4a. Rata-rata tinggi tanaman (cm) pada umur 5 MST dengan kombinasi media
tanam pada pengamatan di minggu pertama.
Tabel 4b. Sidik ragam rata-rata tinggi tanaman umur 5 MST pada kombinasi
media tanam pada tanaman tomat.
Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0,05 0,01
34
Tabel 5a. Rata-rata jumlah daun umur 2 MST pada kombinasi media
tanam pada tanaman tomat.
Tabel 5b. Sidik ragam rata-rata jumlah daun umur 2 MST pada kombinasi media
tanam pada tanaman tomat.
Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0,05 0,01
Kelompok 3 27,649 9,21621 2,26763tn 3,86 6,99
Perlakuan 3 7,583 2,52751 0,62189tn 3,86 6,99
35
Tabel 6a. Rata-rata jumlah daun umur 3 MST pada kombinasi media
tanam pada tanaman tomat.
Tabel 6b. Sidik ragam rata-rata jumlah daun umur 3 MST pada kombinasi media
tanam pada tanaman tomat.
Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0,05 0,01
Kelompok 3 488,180 162,727 1,76405tn 3,86 6,99
Perlakuan 3 131,067 43,689 0,47361tn 3,86 6,99
Galat 9 830,216 92,2462
Total 15 1449,463
36
KK 36,02%
Keterangan: tn: Berpengaruh tidak nyata
* : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,05
** : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,01
Tabel 7a. Rata-rata jumlah daun umur 4 MST pada kombinasi media
tanam pada tanaman tomat.
Tabel 7b. Sidik ragam rata-rata jumlah daun umur 4 MST pada kombinasi media
tanam pada tanaman tomat.
Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0,05 0,01
Kelompok 3 721,212 240,404 2,95854tn 3,86 6,99
Perlakuan 3 223,130 74,3767 0,91532tn 3,86 6,99
Galat 9 731,317 81,2575
Total 15 1675,659
KK 19,41%
37
Tabel 8a. Rata-rata jumlah daun umur 5 MST pada kombinasi media
tanam pada tanaman tomat.
Tabel 8b. Sidik ragam rata-rata jumlah daun umur 5 MST pada komposisi media
tanam pada tanaman tomat.
Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0,05 0,01
Kelompok 3 6579,317 2193,11 3,16898tn 3,86 6,99
Perlakuan 3 671,842 223,947 0,3236tn 3,86 6,99
Galat 9 6228,484 692,054
Total 15 13479,643
KK 37,14%
Keterangan: tn: Berpengaruh tidak nyata
38
Tabel 10a. Rata-rata jumlah cabang produktif umur 3 MST pada tanaman tomat.
Tabel 10b. Sidik ragam jumlah cabang produktif minggu ke 3 MST pada
tanaman tomat.
Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0,05 0,01
Kelompok 3 0,299 0,09983 3,2434tn 3,86 6,99
Perlakuan 3 0,027 0,00907 0,27273tn 3,86 6,99
Galat 9 0,299 0,03328
Total 15 0,626
KK 57,07%
Keterangan: tn: Berpengaruh tidak nyata
* : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,05
** : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,01
39
Tabel 11a. Rata-rata jumlah cabang produktif umur 4 MST pada tanaman tomat.
Tabel 11b. Sidik ragam jumlah cabang produktif umur 4 MST pada tanaman tomat.
Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0,05 0,01
Kelompok 3 2,542 0,84742 4,80652* 3,86 6,99
Perlakuan 3 1,648 0,54927 3,11542tn 3,86 6,99
Galat 9 1,587 0,17631
Total 15 5,777
KK 34,74%
Keterangan: tn: Berpengaruh tidak nyata
* : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,05
** : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,01
40
Tabel 12a. Rata-rata jumlah cabang produktif umur 5 MST pada tanaman tomat.
Ulangan Rata-
Perlakuan Jumlah
I II III IV Rata
CB 6,67 6,00 7,00 7,00 26,67 6,67
AB 7,33 7,00 7,33 6,67 28,33 7,08
BAC 6,33 6,33 7,00 7,00 26,66 6,67
CA 7,33 6,33 8,00 7,33 28,99 7,25
27,66 25,66 29,33 28,00 110,65 6,92
Tabel 12b. Sidik ragam jumlah cabang produktif umur 5 MST pada tanaman tomat.
Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0,05 0,01
Kelompok 3 1,726 0,57537 4,66264* 3,86 6,99
Perlakuan 3 1,049 0,34982 2,83485tn 3,86 6,99
Galat 9 1,111 0,1234
Total 15 3,886
KK 15,23%
Keterangan: tn: Berpengaruh tidak nyata
* : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,05
** : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,01
41
Tabel 13a. Rata-rata jumlah cabang produktif umur 6 MST pada tanaman tomat.
Ulangan Rata-
Perlakuan Jumlah
I II III IV Rata
CB 9,67 12,67 11,33 11,00 44,67 11,17
AB 12,00 11,33 13,00 9,67 46,00 11,50
BAC 9,67 10,33 12,67 11,33 44,00 11,00
CA 10,33 11,33 13,67 7,33 42,66 10,67
41,67 45,66 50,67 39,33 177,33 11,08
Tabel 13b. Sidik ragam jumlah cabang produktif umur 6 MST pada tanaman
tomat.
Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0,05 0,01
Kelompok 3 18,510 6,17001 3,12941tn 3,86 6,99
Perlakuan 3 1,451 0,48352 0,24524tn 3,86 6,99
Galat 9 17,745 1,97162
Total 15 37,705
KK 38,00%
Keterangan: tn: Berpengaruh tidak nyata
* : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,05
** : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,01
42
Tabel 14a. Rata-rata jumlah cabang produktif umur 7 MST pada tanaman tomat.
Ulangan Rata-
Perlakuan Jumlah
I II III IV Rata
CB 13,33 16,33 14,33 16,00 59,99 15,00
AB 18,00 17,67 12,67 16,33 64,67 16,17
BAC 16,00 14,67 15,67 17,00 63,34 15,84
CA 14,00 15,33 18,00 16,33 63,66 15,92
61,33 64,00 60,67 65,66 251,66 15,73
Tabel 14b. Sidik ragam jumlah cabang produktif umur 7 MST pada tanaman tomat.
Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0,05 0,01
Kelompok 3 4,066 1,35538 0,39207tn 3,86 6,99
Perlakuan 3 3,093 1,03094 0,29822tn 3,86 6,99
Galat 9 31,113 3,45698
Total 15 38,272
KK 35,46%
Keterangan: tn: Berpengaruh tidak nyata
* : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,05
** : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,01
43
Tabel 15b. Sidik ragam total jumlah buah pada tanaman tomat.
Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0,05 0,01
Kelompok 3 34727,250 11575,8 0,40277tn 3,86 6,99
Perlakuan 3 4864,500 1621,5 0,05642tn 3,86 6,99
Galat 9 258661,250 28740,1
Total 15 298253,000
KK 39,65
Tabel 16a. Rata-rata bobot per buah panen pertama hingga ketiga pada tanaman
tomat.
Kombinasi Ulangan Rata-
Jumlah
Perlakuan I II III IV Rata
MCB 33,10 30,48 34,36 38,04 135,99 34,00
MAB 31,02 33,85 34,78 36,26 135,91 33,98
MBAC 33,93 35,33 32,87 36,92 139,05 34,76
MCA 46,93 36,19 37,59 34,22 154,93 38,73
144,98 135,86 139,60 145,44 565,87 35,37
Tabel 16b. Sidik ragam bobot per buah panen pertama hingga ketiga pada
tanaman tomat.
Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0,05 0,01
Kelompok 3 15,767 5,25564 0,35568 3,86 6,99
Perlakuan 3 62,011 20,6702 1,39889 3,86 6,99
Galat 9 132,985 14,7761
Total 15 210,763
KK 32,60%
Keterangan: tn: Berpengaruh tidak nyata
* : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,05
** : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,01
45
Tabel 17a. Rata-rata berat total buah per tanaman panen pertama hingga ketiga
pada tanaman tomat.
Ulangan Rata-
Perlakuan Jumlah
I II III IV Rata
CB 1659,33 1150,67 1731,67 1672,67 6214,34 1553,59
AB 1149,33 1103,00 1662,00 1650,67 5565,00 1391,25
BAC 1195,67 1696,67 1731,33 1622,67 6246,34 1561,59
CA 1093,33 1700,00 1529,67 1594,33 5917,33 1479,33
5097,66 5650,34 6654,67 6540,34 23943,01 1496,44
Tabel 19b. Sidik ragam berat total buah per tanaman panen pertama hingga
ketiga pada tanaman tomat.
Sumber F.Tabel
DB JK KT F.Hit
Keragaman 0,05 0,01
Kelompok 3 414056,938 138019 2,5574tn 3,86 6,99
Perlakuan 3 75468,099 25156 0,46613tn 3,86 6,99
Galat 9 485715,568 53968,4
Total 15 975240,604
KK 46,57%
Keterangan: tn: Berpengaruh tidak nyata
* : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,05
** : Berpengaruh nyata pada taraf uji 0,01
46
CB AB BAC CA
AB BAC CA CB
BAC CA CB AB
CA CB AB BAC