I. PENDAHULUAN
air tinggi seperti kompos, pasir, arang sekam dan serbuk gergaji (cocopeat). Arang
sekam memiliki karakterisitik ringan, memiliki tingkat pertukaran oksigen dan
udara ynag baik, kapasitas menahan air tinggi. Hasil penelitian Harjoko dan
Samanhudi (2006) menyaatakan bahwa media arang sekam memiliki pengaruh
terhadap proses pertumbuhan tanaman tomat. Cocopeat merupakan serbuk halus
dari sabut kelapa. Kandungan unsur hara yang banyak dalam cocopeat yang
dibutuhkan tanaman yaitu kalium, fosfor, kalsium dan natrium. Kompos memiliki
kemampuan dalam mengikat air dan kandungan unsur hara tinggi.
Air adalah faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman tomat, kelebihan
ataupun kekurangan air dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu.
Pertumbuhan tanaman akan meningkat apabila kebutuhan air tanaman tercukupi.
Koesriharti et all (2012) menyatakan bahwa kebutuhan air pada tanaman tomat
lebih banyak dibutuhkan pada fase generatif daripada fase vegetatif, selain itu
kebutuhan air pada tanaman dapat diatur sesuai dengan fase pertumbuhan
tanaman tomat. Ismail et all (2007) menyatakan bahwa waktu penyiraman yang
diatur pada fase pertumbuhan tanaman tomat dapat meningkatkan tingkat efisiensi
penggunaan air. Tanaman tidak dapat langsung menyerap pupuk dalam bentuk
padatan sehingga harus dilarutkan terlebih dahulu agar akar tanaman dapat
menyerap unsur hara. Pemupukan yang dilakukan bersamaan dengan penyiraman
disebut fertigasi.
Media tanam dan interval fertigasi merupakan faktor penting dalam
pertumbuhan dan hasil tanaman tomat cherry dalam sistem hidroponik. Sehingga
perlu dilakukan penelitian tentang hal tersebut untuk mendapatkan media tanam
dan interval yang baik untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil tomat
cherry.
I.2 Tujuan
Mempelajari dan mendapatkan interval fertigasi pada media tanam yang
tepat.
I.3 Hipotesis
Perbedaan media tanam membutuhkan respon tertentu pada interval
fertigasi untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tomat cherry
(Lycopersicum esculentum Mill.).
3
cabang atau batang produktif yang masih muda (Wiryanta, 2008). Bunga tomat
akan gugur dipengaruhi beberapa faktor yaitu tanaman mengalami stres akibat
nutrisi, lingkungan atau gabungan dari kedua faktor tersebut.
II.1.3Daun
Daun tomat tumbuh secara berselang-seling atau spiral mengelilingi batang
tanaman tomat. Panjang daun tomat 15-50cm dan lebar daun 10-30cm. Bentuk
daun tomat bulat telur memanjang dan permukaan daun terdapat bulu-bulu halus.
Daun tomat tumbuh di dekat ujung cabang (Naika et al,2005)
II.1.4Batang
Batang tomat cherry berwarna hiaju dan memiliki rambut yang banyak,
diantara rambut biasa juga terdapat rambut kelenjar. Tanaman tomat dapat tumbuh
2 hingga 4 meter. Batang tomat berbulu halus, kasar dan bertekstur lunak dan saat
tua batang mengeras (Naika et al,2005).
II.1.5Akar
Tomat memiliki akar tunggang dengan perakaran yang tidak terlalu dalam
dan menyebar ke segala arah. Dengan sifat akar tomat tersebut, tomat dapat
tumbuh baik di tanah yang gembur dan mengikat air. Akar tomat memiliki fungsi
sebagai penopang berdirinya tanaman, menyerap air serta unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman. Sistem akar tanaman tomat kuat dan dapat menembus
pada kedalam hingga 50cm (Naika et al,2005).
II.4 Fertigasi
Fertigasi adalah penggunaan atau pendistribusian nutrisi dalam perawatan
tanaman dilakukan melalui sistem pengairan. Fertigasi sama dengan penyiraman
hanya saja yang membedakan yaitu dalam fertigasi terdapat pupuk yang sekaligus
diberikan secara penyiraman. Penyiraman dilakukan sesuai dengan kebutuhan
tanaman pada fase pertumbuhannya. Dalam penelitian Desmarina et al. (2009)
didapatkan hasil mengenai frekuensi dan taraf pemberian air pada pertumbuhan
tomat yaitu frekuensi penyiraman berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman tomat. Terdapat interaksi frekuensi penyiraman 2 hari sekali dengan
kapasitas lapang 100% memberikan hasil pertumbuhan, pekembangan dan
kualitas tomat.
A B
Masa Panen Lebih cepat di petik Masa panen lebih lama, terlebih
hasilnya dan pohon saat musim kemarau atau musim
lebih subur, serta hujan yang berkepanjangan serta
periode pemanenan periode hasil panen lebih pendek.
lebih panjang.
Manajemen dan Struktur pelindung Manajemen lebih kepada batas-
Perawatan tanaman, perangkap batas tanaman, drainase dan alat-
tanaman serangga dan sistem alat atau mesin membajak serta
irigasi tetes harus pompa air.
dikelola dan dijaga
secara berkelanjutan.
Dampak terhadap Ramah lingkungan Pencemaran lingkungan udara, air
lingkungan (penggunaan pupuk dan mungkin terkontaminasi. pH dan
sekitar pestisida yang EC yang tidak terkontrol.
terkendali). Memerlukan perbaikan tanah
8
II.5 Hidroponik
Hidroponik merupakan salah satu budidaya pertanian yang digunakan untuk
memperbaiki kuliatas sayuran yang dihasilkan. Hidroponik dapat didefinisikan
sebagai sistem budidaya tanaman dengan menggunakan media selain tanah, tetapi
menggunakan media bersifat inert seperti kerikil, pasir, gambut, vermikulit, batu
apung atau serbuk gergaji dan ditambahkan larutan hara yang berisi seluruh unsur
yang dibutuhkan pertumbuhan tanaman. Hidroponik mempunyai banyak
keunggulan yaitu perawatan lebih praktis dan terkontrol, pemakaian pupuk lebih
efisien, tanaman yang mati lebih mudah untuk diganti, tidak membutuhkan
banyak tenaga kerja dan tanaman dapat tumbuh lebih pesat dan dengan keadaan
yang tidak kotor dan rusak, hasil produksi tinggi, harga jual lebih tinggi, dapat
dibudidayakan diluar musim dan tanaman hidroponik dapat dilakukan pada lahan
atau ruang yang terabtas (Lingga, 1984). Kelemahan dalam hidroponik ialah biaya
awal yang dikeluarkan saat melakukan hidroponik tinggi dan tenaga profesional
atau ahli saat melakukan budidaya secara hidroponik. Teradapat banyak jenis
hidroponik yaitu hidroponik substrat, wick system, floating system, ebb and flow,
aeroponik dan NFT.
Hidroponik substrat merupakan jenis hidroponik dimana media yang
digunakan media padat (bukan tanah), namun dapat menyerap dan menyediakan
nutrisi air dan oksigen serta mendukung akar tanaman (Roidah,2014). Media yang
digunakan ialah batu apung, pasir, serbuk gergaji atau gambut. Media tanam harus
memiliki sifat memapu menahan air, menyediakan nutrisi, oksigen serta mampu
mendukung pertumbuhan akar. Selain itu media tanam juga harus memilki
drainesae yang baik (Lingga,1984).
9
A B
Gambar 5. Hasil Tinggi tanaman dan umur berbunga (Harjoko dan Samanhudi,
2006)
Pada hasil tersebut dalam penelitian Harjoko dan Samanhudi (2009)
menunjukkan bahwa media arang sekam mempengaruhi fase pembungaan tomat
dan pertumbuhan tomat. Media arang sekam memberikan rata-rata umur berbunga
tomat lebih cepat, hal ini karena ketersediaan unsur hara yang tersimpan dan
tersedia pada media tanam dapat mempengaruhi pembentukan bunga. Selain itu
media arang sekam dibandingkan dengan abu sekam memberikan pengaruh yang
baik pada tinggi tanaman, jumlah buah, bobot buah dan diameter buah tomat.
Cocopeat ialah serbuk hasil proses penghancuran sabut kelapa. Proses
penghancuran sabut kelapa dihasilkan serat halus yang disebut fiber, pengancuran
serat halus sabuy kelapa dihasilkan serbuk halus yang disebut cocopeat. Cocopeat
sangat baik digunakan sebagai media tanam karna kamampuan mengikat dan
menyimpan air yang tinggi. Komponen dalam cocopeat dapat mendukung
pertumbuhan tanaman dengan baik. Kemampuan mengikat air pada cocopeat yang
tinggi dapat menyebabkan kapasitas pertukaran oksigen dan air buruk, sistem
aerasi rendah sehingga dapat mempengaruhi difusi oksigen dan air. Unsur hara
yang terdapat pada media cocopeat ialah kalisum (Ca), Magnesium (Mg), Kalium
(K), Nitrat (N) dan Fosfor (P). Kemampuan mengikat air cocopeat tergantung
pada pengelolaan yaitu 11-53% dan 50-81% (Awang et all,2009).
Kompos ialah proses pelapukan seresah-seresah daun tanaman, kotoran
hewan yang mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai
sehingga baik untuk memperbaiki kesuburan tanah. Kompos dapat digunakan
sebaga media tanam karna sifat poros, struktur yang gembur serta kandungan
nutrisi dalam kompos yang tinggi. Kelebihan media kompos ialah mampu
mengembalikan kesuburan tanah, mempercepat dan mempermudah penyerapan
unsur nitrogen dan bahan dapat disediakan secara mudah dan cepat
(Aurum,2005).
A B C
11
F3: Interval Fertigasi 5 kali sehari pada jam 07.00, 09.00, 12.00, 14.00 dan
16.00 WIB
Dari 2 faktor tersebut diperoleh 15 kombinasi perlakuan disajikan pada tabel
2, perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 45 plot percobaan. Dalam
setiap plot percobaan jumlah tanaman yaitu 9 tanaman dan jumlah tanaman
sampel 7 tanaman. Total tanaman keseluruhan ialah 405 tanaman tomat cherry
dan total tanaman sampel keseluruhan ialah 315 tanaman tomat cherry. Jarak antar
polybag ialah 10x10 cm dan jarak antar petak perlakuan ialah 20x20 cm. Denah
rancangan terlampir.
F1 F2 F3
M1 M1F1 M1F2 M1F3
M2 M2F1 M2F2 M2F3
M3 M3F1 M3F2 M3F3
M4 M4F1 M4F2 M4F3
M5 M5F1 M5F2 M5F3
Tabel 3. Hasil kadar air media tanam yang didapat ialah sebagai berikut :
No Media Tanam Jumlah Kebutuhan Air (ml)
2 Kompos 660
3 Cocopeat 1260
4 Arang sekam + Cocopeat 600
5 Arang sekam + Kompos (Kontrol) 660
III.4.4 Persemaian
Benih yang telah direndam kemudian disemaikan dengan media sesuai
dengan perlakuan masing-masing, selama persemaian benih disiram 2 kali sehari
yaitu pagi dan sore menggunakan gembor. Persemaian pada setiap 1 lubang kotak
tray 1 benih tomat cherry. Persemaian dilaksanakan selama ±14 hari persemaian
dan kemudian akan dilakukan penanaman.
III.4.5 Penanaman
Penanaman dilakukan ketika bibit tomat cherry telah berumur 30 hari
setelah persemaian atau dilihat jumlah daun sejati yaitu 3-4 helai daun. Polybag
yang telah terisi media kemudian dilubang sedalam 5cm untuk ditanam bibit
tomat cherry. Bibit tomat cherry dimasukkan hingga seluruh akar tanaman
14
III.4.7 Panen
Panen tanaman tomat cherry dilakukan setelah tanaman berumur ±80 hari
setelah tanam dan telah memenuhi kriteria panen yaitu warna buah berubah dari
warna buah hijau ke merah atau 50% berwarna merah. Pemanenan dilakukan
dengan menggunakan gunting untuk memotong pada pangkal batang buah jika
buah merata dan jika buah tidak merata maka tangkai buah yang sudah matang
saja di panen. Panen hingga akhir umur tanaman yaitu ±100 hst dan setiap
perlakuan interval waktu panen 5 hari sekali.
4.1 Hasil
a
M3 3
0
,
19,48 7 70,52 a 101,19 a 132,22 a 161,44 a 174,78 a 192,69 a 212,96 a
0
a
M4 3
0
,
18,93 1 69,63 a 106,89 b 137,37 b 169,70 a 190,37 b 210,87 b 233,44 b
5
a
M5 2
8
,
17,78 4 68,52 a 108,33 ab 140,26 b 171,52 a 191,52 b 211,85 b 233,51 b
1
a
BNT 5% tn 5,11 2,52 5,95 6,08 10,08 11,34 12,79 13,40
F1 18,97 30,60 70,06 106,13 137,06 168,46 187,66 208,29 230,02
F2 19,04 29,75 69,24 104,95 136,57 167,04 185,31 204,84 227,00
F3 18,75 30,66 69,93 105,53 135,84 166,82 185,02 204,57 225,71
BNJ 5% tn tn tn tn tn tn tn tn tn
KK (%) 6,45 7,08 1,52 2,37 1,87 2,53 2,56 2,61 2,47
Keterangan: Angka pada tabel yang didampingi huruf yang sama pada kolom sama menunjukkan tidak berbeda nyata
pada uji BNJ dengan taraf kesalahan 5% ; mst = minggu setelah tanam; M=media tanam; F= Interval
20
Fertigasi
Berdasarkan hasil pada Tabel 4. menunjukkan bahwa perbedaan media
tanam memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman. Media arang sekam 50%
+kompos 50% (M5) menunjukkan hasil rerata tinggi tanaman tomat cherry
tertinggi dibandingkan dengan media lainnya. Pada media arang sekam 100%
(M1), media kompos 100% (M2), media cocopeat 100% (M3), media arang
sekam 50%+cocopeat 50% (M4) dan media arang sekam 50%+kompos 50%
pengamatan 1 mst menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman.
Pada media arang sekam 100% (M1) pengamatan 2 mst, 3 mst dan 6 mst
terhadap tinggi tanaman menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada umur 7
mst, 8 mst dan 9 mst. Media kompos 100% (M2) menunjukkan bahwa tinggi
tanaman pengamatan 2 mst, 3 mst dan 6 mst terdapat pengaruh berbeda nyata
pada tinggi tanaman. Pada media cocopeat 100% (M3) menunjukkan hasil
pengamatan 2 mst, 3 mst, 4 mst, 5 mst, 6 mst, 7 mst, 8 mst dan 9 mst tidak
berbeda nyata terhadap tinggi tanaman. Media arang sekam 50%+cocopeat 50%
(M4) menunjukkan hasil pada pengamatan 2 mst, 3 mst dan 6 mst yang berbeda
nyata terhadap tinggi tanaman umur 4 mst, 5 mst, 7 mst dan 9 mst. Media arang
sekam 50%+kompos 50% menunjukkan hasil pengamatan 2 mst, 3 mst dan 6 mst
bahwa berbeda nyata terhadap umur pengataman 5 mst, 7 mst, 8 mst dan 9 mst.
Pada perlakuan interval fertigasi saat pengamatan 1 mst, 2 mst, 3 mst, 4 mst,
5mst, 6 mst, 7 mst, 8 mst dan 9 mst menunjukkan hasil tidak berbeda nyata
terhadap tinggi tanaman tomat cherry, sedangkan interval fertigasi 4 kali (F2)
menunjukkan hasil tinggi tanaman tertinggi yaitu 227 cm dibandingkan dengan
interval fertigasi lainnya.
4.1.2 Jumlah Daun (Helai)
Analisa ragam pada pengamatan jumlah daun menunjukkan bahwa
pada perlakuan media tanam dengan interval fertigasi tidak menunjukkan
adanya interaksi terhadap rerata jumlah daun pada pengamatan 1 mst
hingga 9 mst.
Tabel 5. Rerata Jumlah Daun Akibat Perlakuan Media Tanam dan Interval
Fertigasi Terhadap Jumlah Daun pada berbagai Umur Pengamatan
Perlakuan Jumlah Daun (helai)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
m m m m m m m m m
s s s s s s s s s
21
t t t t t t t t t
M1 4,77 8,55 a 11,66 a 15,48 a 18,96 a 23,96 a 30,59 a 38,62 a 50,14 a
M2 4,85 8,37 a 11,62 a 15,77 a 19,48 a 23,48 a 29,85 a 37,29 a 49,88 a
M3 4,29 7,59 a 10,48 a 14,66 a 18,11 a 22,18 a 28,77 a 36,48 a 47,85 a
M4 4,55 8,25 a 11,48 a 15,85 a 19,85 a 23,37 a 30,33 a 37,66 a 49,14 a
M5 4,66 8,11 a 11,44 a 15,70 a 19,29 a 24,11 a 30,22 a 37,81 a 49,37 a
BNJ 5% tn 1,46 1,91 1,93 2,51 3,14 2,98 3,02 3,24
F1 4,51 8,15 11,31 15,33 19,06 23,24 30,00 37,35 59,37
F2 4,68 8,31 11,44 15,73 19,11 23,75 30,06 37,88 49,46
F3 4,68 8,06 11,26 15,42 19,24 23,26 29,77 37,48 49,00
BNJ 5% tn tn tn tn tn tn tn tn tn
KK (%) 10,3 7,50 7,09 5,25 5,51 5,6 4,18 3,3 2,76
Keterangan: Angka pada tabel yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada uji BNJ dengan taraf kesalahan 5% ; mst = minggu setelah tanam. M= media
tanam; F= interval fertigasi
Tabel 7. Rerata Bunga Mekar Akibat Interaksi Media Tanam dan Interval
Fertigasi terhadap Tanaman Toamt Cherry pada berbagai Umur
Pengamatan
Rata-Rata Jumlah Bunga Mekar
Umur Perlakuan
F1 F2 F3
M1 3,33 ab 3,22 ab 3,11 ab
M2 3,66 b 2,55 ab 3,00 ab
M3 2,00 a 1,88 a 2,22 ab
5 mst M4 1,88 a 3,00 ab 2,66 ab
M5 1,88 a 2,22 ab 2,66 ab
BNJ 5% 1,53
KK (%) 19,29
M1 18,44 cd 17,88 bcd 14,55 abcd
M2 17,88 bcd 19,00 d 17,44 bcd
M3 14,11 abc 14,00 abc 12,22 a
6 mst M4 12,33 a 13,22 ab 12,55 a
M5 13,66 abc 13,77 abc 16,88 abcd
BNJ 5% 4,87
KK (%) 10,58
M1 30,55 c 31,22 c 28,77 bc
M2 27,33 abc 30,22 c 30,44 c
7 mst M3 27,66 abc 28,00 abc 27,33 abc
M4 25,11 ab 23,44 a 23,11 a
M5 23,77 ab 24,44 ab 27,55 abc
23
BNJ 5,01
KK(%) 6,07
M1 42,44 b 41,22 b 39,77 ab
M2 39,44 ab 40,22 ab 41,66 b
M3 38,33 ab 34,77 a 37,44 ab
8 mst M4 37,44 ab 34,88 a 34,22 a
M5 34,44 a 37,33 ab 38,22 ab
BNJ 5% 6,13
KK (%) 5,30
M1 52,22 bc 52,44 bc 52,44 bc
M2 49,22 abc 51,77 bc 54,33 c
M3 48,33 abc 48,22 abc 47,11 ab
9 mst M4 49,33 abc 46,44 ab 44,22 a
M5 46,11 ab 46,66 ab 48,44 abc
BNJ 5% 6,65
KK (%) 4,47
Keterangan: Angka pada tabel yang didampingi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang
sama menunjukkan berbeda nyata pada uji BNJ dengan taraf kesalahan 5%. mst =
minggu setelah tanam; M= media tanam; F= Interval Fertigasi
Pada pengamatan bunga mekar umur 5 mst, perlakuan media tanam dengan
interval fertigasi 3 kali (F1), interval fertigasi 4 kali (F2) dan interval fertigasi 5
kali (F3) menunjukkan rerata bunga mekar tidak berbeda nyata. Media kompos
100% (M2) dengan interval fertigasi 3 kali (F1) menunjukkan hasil yang berbeda
nyata dengan media cocopeat 100% (M3), media arang sekam 50%+cocopeat
50% (M4) dan media arang sekam 50% +kompos 50% (M5).
Rerata bunga mekar pada pengamatan 6 mst, perlakuan media tanam dengan
interval fertigasi 3 kali (F1),interval fertigasi 4 kali (F2) dan interval fertigasi 5
kali (F3) menunjukkan rerata bunga mekar tidak berbeda nyata. Media arang
sekam 100% (M1) dengan interval fertigasi 3 kali (F1) dan media kompos 100%
(M2) dengan interval fertigasi 3 kali (F1) menunjukkan hasil berbeda nyata
dengan media arang sekam 50%+cocopeat 50% (M4). Pada perlakuan media
kompos 100% (M2) dengan interval fertigasi 4 kali (F2) menunjukkan berbeda
nyata dengan media cocopeat 100% (M3), media arang sekam 50%+cocopeat
50% (M4) dan media arang sekam 50% + kompos 50% (M5). Media kompos
100% (M2) dengan interval fertigasi 5 kali (F3) menunjukkan berbeda nyata
dengan media cocopeat 100% (M3) dan media arang sekam 50%+cocopeat 50%
(M4).
Pada pengamatan 7 mst rerata bunga mekar, perlakuan media tanam dengan
interval fertigasi 3 kali (F1),interval fertigasi 4 kali (F2) dan interval fertigasi 5
kali (F3) menunjukkan rerata bunga mekar tidak berbeda nyata. Pada media tanam
24
arang sekam 100% (M1) dengan interval fertigasi 3 kali (F1) menunjukkan hasil
berbeda nyata terhadap media tanam arang sekam 50%+cocopeat 50% (M4) dan
media arang sekam 50%+ kompos 50% (M5). Media tanam arang sekam 100%
(M1) dengan interval fertigasi 4 kali (F2) dan media kompos 100% (M2) dengan
interval fertigasi 4 kali (F2) menunjukkan hasil berbeda nyata terhadap media
arang sekam 50% + cocopeat 50% (M4) dan media arang sekam 50%+kompos
50% (M5). Perlakuan media arang sekam 100% (M1) dengan interval fertigasi 5
kali (F3) dan media kompos 100% (M2) dengan interval fertigasi 5 kali (F3)
menunjukkan hasil berbeda nyata terhadap media arang sekam 50%+cocopeat
50% (M4).
Rerata bunga mekar pada 8 mst, perlakuan media tanam dengan interval
fertigasi 3 kali (F1),interval fertigasi 4 kali (F2) dan interval fertigasi 5 kali (F3)
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Pada media arang sekam 100%
(M1) dengan interval fertigasi 3 kali (F1) menunjukkan hasil berbeda nyata
terhadap media arang sekam 50%+cocopeat 50% (M4). Media arang sekam 100%
(M1) dengan interval fertigasi 4 kali (F2) menunjukkan hasil yang berbeda nyata
terhadap media cocopeat 50% (M3) dan media arang sekam 50+cocopeat 50%
(M4). Sedangkan pada media kompos 100% (M2) dengan interval fertigasi 5 kali
(F3) menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan media arang sekam 50%
+cocopeat 50% (M4).
Rerata bunga mekar pada pengamatan 9 mst, perlakuan media tanam dengan
interval fertigasi 3 kali (F1),interval fertigasi 4 kali (F2) dan interval fertigasi 5
kali (F3) menunjukkan hasil yang tidak berbeda. Pada media kompos 100% (M2)
dengan interval fertigasi 5 kali (F2) menunjukkan hasil berbeda nyata terhadap
media arang sekam 50%+cocopeat 50% (M4).
Secara terpisah pada hasil analisa ragam menunjukkan bahwa perlakuan
media tanam menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap rerata jumlah bunga
mekar pada tanaman tomat cherry pada 5 mst hingga 9 mst.
Tabel 8. Rerata Bunga Mekar Akibat Perlakuan Media Tanam dan Interval
Fertigasi terhadap Tanaman Tomat Cherry pada berbagai Umujr
Pengamatan
Perlakuan Rata-Rata Jumlah Bunga Mekar
5 mst 6 mst 7 mst 8 mst 9 mst
M1 3,22 a 16,96 bc 30,18 b 41,14 b 52,37 b
25
Tabel 9. Rerata Tandan Buah Tiap Tanaman Akibat Interaksi Media Tanam
dengan Interval Fertigasi terhadap Tanaman Tomat Cherry pada
berbagai umur Pengamatan
Rata-Rata Jumlah Tandan Buah Tiap Tanaman
Umur Perlakuan
F1 F2 F3
M1 8,22 a 7,66 a 7,11 a
M2 7,33 a 8,00 a 7,66 a
8 mst M3 7,77 a 7,11 a 7,22 a
M4 7,66 a 7,88 a 7,33 a
M5 7,55 a 7,33 a 7,55 a
BNJ 5% 1,21
KK (%) 5,29
M1 9,44 a 9,33 a 10,22 a
M2 9,11 a 9,66 a 9,55 a
9 mst
M3 9,55 a 9,11 a 10,44 a
M4 9,88 a 9,77 a 9,22 a
26
Tabel 10. Rerata Tandan Buah Akibat Media Tanam dan Interval Fertigasi
Terhadap Tanaman Tomat Cherry pada berbagai Umur Pengamatan.
Rata-Rata Tandan Buah Tiap Tanaman
Perlakuan
5 mst 6 mst 7 mst
Keterangan: Angka pada tabel yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata pada uji BNJ dengan taraf kesalahan 5%. mst = minggu setelah tanam;
27
Media tanam arang sekam 100% (M1) dan media tanam kompos 100%
(M2) menunjukkan umur berbuah berbeda nyata dengan media cocopeat 100%
(M3) dan media arang sekam 50%+cocopeat 50% (M4). Media tanam yang
menunjukkan umur berbuah lebih cepat yaitu media tanam arang sekam 50%
+cocopeat 50% (M4).
Perlakuan interval fertigasi tidak menunjukkan perbedaan nyata terhadap
umur berbuah tanaman tomat cherry, namun interval fertigasi yang menujukkan
umur berbuah lebih cepat yaitu interval fertigasi 4 kali (F2).
Pada media tanam arang sekam 50%+kompos 50% (M5) menunjukkan hasil
umur panen tomat cherry lebih cepat dibandingkan dengan media tanam arang
sekam 100% (M1), media cocopeat 100% (M2), media kompos 100% (M3) dan
media arang sekam 50%+cocopeat 50% (M4). Interval fertigasi 5 kali
menunjukkan hasil umur panen lebih cepat dibandingkan dengan interval fertigasi
3 kali (F1) dan interval fertigasi 4 kali (F2).
Pada media tanam kompos 100% (M2) dengan interval fertigasi 3 kali
(F1) dan media tanam cocopeat 100% (M3) dengan interval fertigasi 3 kali
(F1) menunjukkan perbedaan nyata dengan media arang sekam 50%
+cocopeat 50% (M4).
Pada hasil analisa ragam secara terpisah perlakuan media tanam
memberikan pengaruh terhadap rerata bobot buah total tanaman pada
tanaman tomat cherry saat pengamatan panen 1 hingga panen 3.
Tabel 19. Pengaruh Setiap Media Tanam dan Interval Fertigasi Terhadap Bobot
Buah Total Tanaman (gram)
Perlakuan Rata-rata Bobot Buah Total Tanaan (g)
Panen ke-
1 2 3
M1 661,22 a 908,62 a 1020,17 a
M2 577,64 a 822,17 a 913,86 a
M3 642,48 a 873,86 a 958,35 a
M4 707,85 a 957,96 a 1038,05 a
M5 662,47 a 854,72 951,56 a
BNJ 5% 184,95 216,01 222,09
F1 669,37 a 898,49 973,84
F2 601,42 a 863,32 967,77
F3 680,31 a 888,59 987,60
BNJ 5% 157,05 tn tn
KK (%) 11,94 10,27 9,55
Keterangan: Angka pada tabel yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ dengan taraf kesaahan 5% ;
M=media tanam; F=interval fertigasi.
Hasil pengamatan yang disajikan pada Tabel 19. menunjukkan
media tanam pada panen 1, panen 2 dan panen 3 tidak berbeda nyata
terhadap rerata bobot buah total tanaman tomat cherry. Media tanam arang
sekam 50%+cocopeat 50% (M4) menunjukkan hasil panen tertinggi
berturut-turut pada panen 1, panen 2 dan panen 3 dibandingkan dengan
media arang sekam 100% (M1), media kompos 100% (M2), media
cocopeat 100% (M3) dan media arang sekam 50%+kompos 50% (M5).
Sedangkan pada perlakuan interval fertigasi 5 kali (F3) menunjukkan
hasil rerata bobot buah total tertinggi dibandingkan dengan interval
fertigasi 3 kali (F1) dan interval fertigasi 4 kali (F2) pada panen 1, panen 2
dan panen 3.
35
sekam 100% (M1), media kompos 100% (M2), media cocopeat 100% (M3) dan
media arang sekam 50%+kompos 50% (M5).
Tabel 23. Rerata Kerapatan Stomata Daun Tanaman Tomat Cherry Akibat
Perlakuan Media Tanam dan Inteval Fertigasi
Perlakuan Kerapatan Stomata Daun
M1 46,85 a
M2 39,53 a
M3 40,85 a
M4 48,83 a
M5 44,21 a
BNJ 5% 15,72
F1 50,60 a
F2 44,11 a
F3 37,45 a
BNJ 5% 13,34
KK (%) 14,98
Keterangan: Angka pada tabel yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ dengan taraf kesalahan 5%;
M=media tanam; F=interval fertigasi.
Sedangkan pada pelakuan interval fertigasi 3 kali (F2) menunjukkan
kerapatan stomat pada daun tanaman tomat cherry lebih rapat
dibandingkan dengan interval fertigasi 4 kali (F2) dan interval fertigasi 5
kali (F3).
4.2 Pembahasan
pada media arang sekam memiliki jumlah rongga yang banyak sehingga
aerasi dan draninase baik dan berpengaruh terhadap perakaran tanaman
(Wuryaningsih, 2008). Pada media kompos 100% (M2) dengan interval
fertigasi 4 kali (F2) menunjukkan adanya interaksi terhadap umur berbuah
tanaman tomat cherry. Media cocopeat 100% (M3) dengan interval
fertigasi 5 kali (F3) menunjukkan adanya interaksi terhadap umur berbuah
tanaman tomat cherry. Media arang sekam 50%+cocopeat 50% (M4)
dengan interval fertigasi 5 kali (F3) menunjukkan adanya interaksi
terhadap umur berbuah tanaman tomat cherry. Sedangkan media arang
sekam 50%+kompos 50% (M5) dengan interval fertigasi 4 kali (F2)
menunjukkan interaksi terhadap umur berbuah tanaman tomat cherry.
Perbedaan interval fertigasi pada media tanam menunjukkan bahwa
kemampuan dalam mengikat air dan menyimpan air berbeda-beda pada
setiap media tanam, namun dilihat dari tingkat efisien penggunaan air ialah
media arang sekam.
Pengamatan umur panen pada media kompos 100% (M2) dengan
interval fertigasi 3 kali (F1) menunjukkan interaksi. Hal ini diduga karena
kandungan hara dalam media tanam kompos mempengaruhi umur panen
sehingga proses pematangan buah lebih cepat dan aerasi pada media
kompos baik. Media kompos ialah pelapukan seresah-seresah daun
tanaman, kotoran hewan yang mengalami dekomposisi oleh
mikroorganisme pengurai sehingga kandungan hara yang terkandung
tinggi (Aurum,2005). Media kompos sebagai pertumbuhan hidroponik
mempunyai kemampuan aerasi, menyerap dan menahan air dengan baik
karena mempunyai pori yang banyak (Asrodiah, 2005).
4.2.2 Pengaruh Interaksi antara Media Tanam dengan Interval Fertigasi
terhadap Komponen Hasil Tanaman Tomat Cherry
Pertumbuhan suatu taman dipengaruhi oleh media tanam dan unsur
hara tanaman. Jenis media tanam yang digunakan sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan hasil suatu tanaman. Media yang baik digunakan ialah
media yang menyediakan air, zat hara dan oksigen serta tidak mengandung
zat yang beracun bagi tanaman. Media tanam yang baik digunakan
40
mempunyai aerasi dan drainase yang baik dan proses respirasi dalam
perakaran tanaman (Yuhasnita,2007). Dalam parameter hasil yang
menunjukkan terjadi interaksi yaitu parameter pengamatan bobot buah tiap
tanaman, bobot total buah dan kekerasan buah.
Pada parameter bobot buah total tanaman panen 1 dan panen 3, media
arang sekam 50%+cocopeat 50% (M4) dengan interval fertigasi 4 kali (F2)
menunjukkan adanya interaksi terhadap bobot buah total tanaman. Hal ini
diduga pada media cocopeat mengandung unsur hara yang lebih tinggi
dibandingkan dengan media arang sekam, selain itu kemampuan mengikat
dan menyimpan air pada media cocopeat lebih baik dibanding arang
sekam. Menurut Creewell (2009) menyatakan bahwa media tanam
cocoepat memiliki kapasitas menahan air 73% dan mampu mengikat air
dengan kuat. Sesuai dengan penelitian Indrawati et all (2012) yang
menunjukkan bahwa kombinasi arnag sekam dan cocopeat lebih banyak
menahan nutrisi dan air. Sedangkan pada panen ke 2 media kompos 100%
(M2) dengan interval fertigasi 3 kali (F1) dan media cocopeat 100% (M3)
dengan interval 3 kali (F1) menunjukkan adanya interaksi terhadap bobot
total buah. Hal ini diduga pada media kompos dan media arang sekam
memiliki kandungan hara yang tinggi sehingga mempengaruhi bibit buah
tanaman tomat cherry dan kemampuan mengikat dan menyimpan air
tinggi. Selain itu ketersediaan air yang cukup bagi tanaman memepngaruhi
proses laju fotosintesa. Ketersediaan air pada tanaman menurun maka akan
mengakibatkan proses laju fotosintesa akan terganggu, sehingga terjadi
penumpukan pada organ tanaman lain dan membuat pemasakan buah
menjadi lambat. Hal ini sesuai dengan peneltian Desmarina et all (2009)
yang menyatakan bahwa terganggunya ketersediaan air pada tanaman
tomat akan menyebabkan pertumbuahn vegetatif terganggu, sehingga
mempengaruhi pertumbuhan generatifnya. Unsur hara yang terakandung
dalam media cocopeat tinggi yaitu Kasium (Ca), Magnesium (Mg),
Kalium (K), Natrium (N) dan Fosfor (P).
Pada parameter kekerasan buah tanaman tomat cherry, perlakuan
media arang sekam 100% (M1) dan media arang sekam 50%+kompos
41
hara yang dibutuhkan saat fase pembentukan buah pada tanaman tomat.
Hal ini sesuai dengan penilitian Harjoko dan Samanhudi (2006) yang
menunjukkan bahwa media arang sekam mempengaruhi tinggi tanaman
tomat yang relatif cepat dibandingkan media lainnya. Media kompos
sebagai pertumbuhan hidroponik mempunyai kemampuan aerasi,
menyerap dan menahan air dengan baik karena mempunyai pori yang
banyak (Asrodiah, 2005).Pertumbuhan tinggi tanaman berlangsung pada
fase vegetatif yang berkaitan dengan proses pemanjangan sel,
pembelahan sel dan merupakan tahap pertama dari diferensial sel. Pada
fase vegetatif membutuhkan karbohidrat yang akan membentuk senyawa
dengan pesenyawaan nitrogen untuk membentuk protoplasma pada titik
tumbuh yang mempengaruhi tinggi tanaman. Hal ini sesuai dengan Harlina
(2003) yang menyatakan ketersediaan karbohidrat dalam tanaman
dipengaruhi oleh hara bagi tanaman.
Pada jumlah daun, tandan buah tiap tanaman, buah terbentuk dan
kerapatan media arang sekam 100% (M1), menunjukkan hasil lebih tinggi
dibandingkan media tanam lainnya. Hal ini sesuai dengan penilitian
Harjoko dan Samanhudi (2006) yang menunjukkan bahwa media arang
sekam mempengaruhi pertumbuhan tanaman tomat yang relatif cepat
diduga karena kandungan hara khususnya nitrogen pada media arang
sekam yang tercukupi. Marsono (2001) menyatakan bahwa unsur nitrogen
tersebut yang diduga diserap oleh perakaran tanaman untuk pertumbuhan
khususnya batang, cabang dan daun.
Parameter pengamaan umur berbunga, umur berbuah dan bobot buah
total tanaman tomat cherry menunjukkan bahwa campuran media arang
sekam 50%+cocopeat 50% (M4) menunjukkan hasil tertinggi dibanding
media lainnya. Hal ini diduga karena ketersedian hara pada media arang
sekam yang tinggi dan media cocopeat yang tinggi mempengaruhi dalam
pembentukan bunga tanaman tomat cherry. Menurut Hukom (2000)
menyatakan bahwa hara sangat berguna dalam proses fotosintesis selama
fase vegetatif maupun saat tanaman mengalami peralihan fase vegetatif ke
generatif, sehingga memacu peningkatan akumulasi fotosintat sebagai
43
DAFTAR PUSTAKA
Nugraha, R.,A. Dan A. D. Susiala. 2015. Sumber Sebagai Hara Pengganti AB mix
pada Budidaya Sayuran Daun Secara Hidroponik. J. Hort. Indonesia 6 (1) :
11-19
Onofri, A. 2011. Excel macros to perform basic statistic analyses on routine
agricultural experiments. Perugia, Italy
Ridho, H. 2007. Pengaruh Aplikasi CaCl2 Prapanen Terhadap Kuliatas Buah
Tomat. Skripsi. Program Studi Hortikultura. Intitus Pertanian Bogor. Bogor.
S. R. Hidayati. 2009. Analisis Karakteristik Stomata, Kadar Klorofil dan
Kandungan Logam Berat Pada Daun Pohon Pelindung Jalan Kasan Lumpur
Porong Sidoarjo. Skripsi. Jurusan Bilogi Fakultas Sains Universitas Islam
Negeri Malang. Malang. p.35
Siswadi dan Yuwono T. 2015. Pengaruh macam media terhadap pertumbuhan dan
hasil selada (Lactuca sativa L.) hidroponik. Jurnal Agronomika 9(3): 257-
264.
Sitompul, S. M. 2015. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Fakultas Pertanian
Universitas Brawiaya. Ub Press. Malang. p: 73-84
Suryani, R. 2015. Hidroponik Budidaya Tanaman Tanpa Tanah.yogyakarta.
Arcitra. pp.85-88
Susila, A.D., dan E. Wijayanti. 2013. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas
Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) Secara Hidroponik Dengan Beberapa
Komposisi Media Tanam. Bul Agrohorti 1(1) : 104-112
Syafira, A. 2016. Budidaya Tanaman Sayuran Dengan Kultur Hidroponik
(Online)http://petanidota.blogspot.com/2016/02/budidaya-tanaman-sayuran-
dengan-sistem.html. diakses tanggal 24 April 2016
Thomas, J., Lambert, M., dan S. Visa. 2009. Learning Morphological Data of
Tomato Fruits. Computer Science Departemen
Wijayanti, E. dan A.D. Susila. 2013. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietaas
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) secara Hidroponik dengan Beberapa
Komposisi Media Tanam. J. Bul. Agrohorti 1 (1) : 104-112
Winarto, W. P dan Tim Lentera. 2004. Memanfaatkan Tanaman Sayur Untuk
Mengatasi Aneka Penyakit.PTN Agro Media Pustaka. Jakarta
Wiryanta. B. 2008. Bertanam Tomat. PT Agro Media Pustaka. Jakarta
Yuhasnita, R, M. 2007. Pengaruh jenis media tanam dan dosis pupuk urea
terhadap pertumbuhan bibit salam (Eugenia polyantha Wight). Skripsi Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
49
LAMPIRAN
50
7,5m
Keterangan :
a: Jarak Atar Petak Plot 20cm b: Jarak Antar Ulangan 20cm
52
105 cm
Keterangan :
X X X
X X X
53
Media x
Fertigasi 27,422222 8 3,4277778 0,742209578 0,654271 1,240744689 1,754677967 3,594294831 4,84863572
Residual 129,313580 28 4,6183422
Total 230,330864 44 5,2347924
55
5 7
533,619753 12,1277216
Total 1 44 6
C.V. (%) = 2,37127549495075
57
0,25608465
Residual 7,17037037 28 6
23,9111111 0,54343434
Total 1 44 3
C.V. (%) = 19,2984436087275
b. Tabel analisis ragam jumlah bunga mekar tanaman tomat cherry pada umur 6 mst
c. Tabel analisis ragam jumlah bunga mekar tanaman tomat cherry pada umur 7 mst
L.S.D.
EFFECT SS DF MS F ProbF Sign. S.E.M. S.E.D. (0.05) L.S.D. (0.01)
32,5333333 16,2666666 5,93628113 0,00709
Ulangan 3 2 7 5 2 **
63,8728395 23,3094548 0,55178 0,78034
Media 255,491358 4 1 5 1,45E-08 ** 6 3 1,5984611 2,156293783
3,21481481 1,60740740 0,56290 0,42741 0,60445
Fertigasi 5 2 7 0,58659973 6 2 1 1,23816264 1,670257982
71
d. Tabel analisis ragam jumlah bunga mekar tanaman tomat cherry pada umur 8 mst
e. Tabel analisis ragam jumlah bunga mekar tanaman tomat cherry pada umur 9 mst
Sign
EFFECT SS DF MS F ProbF . S.E.M. S.E.D. L.S.D. (0.05) L.S.D. (0.01)
69,7333333 34,8666666 7,21537282 0,00296
Ulangan 3 2 7 4 9 **
72
Lampiran 10. Hasil Analisa Ragam Jumlah Tandan Buah Tiap Tanaman
a. Tabel analisis ragam jumlah tandan buah tiap tanaman pada umur 5 mst
c. Tabel analisis ragam jumlah tandan buah tiap tanaman pada umur 7 mst
e. Tabel analisis ragam jumlah tandan buah tiap tanaman pada umur 9 mst
(0.05) (0.01)
70,5530864 35,2765432 4,91046571 0,01485
Ulangan 2 2 1 6 8 *
159,125925 39,7814814 5,53754940 0,00205 2,58816 3,49138
Media 9 4 8 7 5 ** 0,89343 1,2635 3 3
4,74567901 2,37283950 0,33029730 0,72147 0,69204 0,97870 2,00478 2,70441
Fertigasi 2 2 6 2 2 8 3 3 4
Media x 55,8222222 6,97777777 0,97130091 1,54746 2,18844 6,04725
Fertigasi 2 8 8 1 0,47783 6 7 4,48283 3
201,150617 7,18395061
Residual 3 28 7
491,397530
Total 9 44 11,1681257
C.V. (%) = 8,85341454902562
3 2
C.V. (%) = 6,43352648395315
b. Tabel analisis ragam presentase fruit set tanaman tomat cherry umur 7 mst
Sign
EFFECT SS DF MS F ProbF . S.E.M. S.E.D. L.S.D. (0.05) L.S.D. (0.01)
0,31132779
Ulangan 8 2 0,155663899 46,70033504 1,21E-09 **
0,03641760 0,02721
Media 8 4 0,009104402 2,73138879 0,048947 * 0,019245 6 0,05575 0,075206
79
0,02091227 0,02108
Fertigasi 4 2 0,010456137 3,136919321 0,058984 0,014907 2 0,043184 0,058254
Media x 0,04644782
Fertigasi 8 8 0,005805978 1,741836999 0,132313 0,033333 0,04714 0,096562 0,13026
0,09333100
Residual 4 28 0,00333325
0,50843651
Total 2 44 0,011555375
C.V. (%) = 8,29119835258041
c. Tabel analisis ragam presentase fruit set tanaman tomat cherry umur 8 mst
d. Tabel analisis ragam presentase fruit set tanaman tomat cherry umur 9 mst
2
570460,405
Total 8 44 12965,00922
C.V. (%) = 11,9464533538948