Anda di halaman 1dari 5

Nama : Andre Doggy Archendy

NIM : C1011211061

Kelas : Agroteknologi B

Judul : Respon Pertumbuhan dan Hasil Tomat Ceri Akibat Pemberian Kompos Daun
Bambu Pada Tanah PMK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tomat ceri memiliki keunggulan ekonomis dibanding yang lain. Keunggulan
terletak pada harga jual yang tinggi dan relatif stabil. Budidaya tomat ceri dengan sistem
konvensional tidak berbeda dengan membudidayakan tomat jenis lain. Budidaya tomat
ceri secara konvesional ini sangat bergantung dengan alam, sehingga menyebabkan
fluktuasi produktivitas tomat ceri. Tomat ceri berbentuk lebih kecil dibandingkan dengan
tomat biasa dan jarang ditemui di pasar tradisional, biasanya banyak ditemui di pasar
swalayan. Salah satu hasil pertanian yang prospektif di Indonesia dan memiliki nilai
ekonomis yang lebih tinggi adalah tomat ceri.
Tomat ceri merupakan tanaman hortikultura yang populer di dunia. Kebutuhan
akan tanaman ini mulai meningkat dan mulai banyak dikonsumsi segar sebagai buah
meja maupun dalam bentuk olahan seperti tomat ceri kalengan, pasta, saus, ice cream,
dan juice. Saat ini tomat ceri sering ditemukan di pasar modern seperti supermarket,
hypermarket dan di restoran-restoran untuk masakan seperti salad, sedangkan tomat ceri
di pasar tradisional masih sulit ditemukan, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tomat
ceri, Indonesia sering mengimport tomat ceri dari luar negeri. Selain itu, tomat ceri juga
kurang banyak dibudidayakan karena pada umumnya tanaman toma ceri dapat
dibudidayakan di dataran tinggi dan para peneliti tidak banyak yang tertarik untuk
meneliti tanaman ini.
Produksi tomat di Indonesia tahun 2013 mencapai 992.780 ton (Dirjen
hortikultura, 2015), tetapi permintaan pasar terhadap tomat pada tahun tersebut belum
sepenuhnya terpenuhi sehingga Indonesia mengimpor tomat sebesar 11 ton (Pusdatin,
2014). Menurut data Dirjen Hortikultura (2015), produksi tomat di Indonesia pada tahun
2014 dan tahun 2015 mengalami penurunan masing-masing sebesar 7,74% dan 4,17%.
Selain itu, kebutuhan produksi tomat belum dapat diimbangi karena nilai rata-rata
produktivitasnya sebesar 15,75 ton ha-1 masih tergolong rendah dibandingkan dengan
potensi produktivitasnya, yaitu 45,7–80,0 ton ha-1 (Kementan, 2012).
Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kuantitas serta kualitas tomat
ceri yaitu dengan penggunaan bahan organik, dengan cara tersebut dapat
menggemburkan tanah, memperbaiki struktur tanah juga membantu penyerapan hara
tanah karena akar pada tanaman akan menembus sampai kebagian tanah dan penyerapan
unsur hara. Akhir ini produk pertanian tanpa residu pestisida sangat diminati selain itu
juga dapat menjaga kelestarian lingkungan, serta penggunaan pupuk anorganik sebagai
peningkatan produktivitas tanaman bukan merupakan langkah yang bijaksana.
Tanaman tomat merupakan tanaman yang membutuhkan unsur hara N, P dan K
dalam jumlah yang relatif besar. Untuk memenuhi kebutuhan unsur hara N, P dan K pada
tanaman tomat ceri dapat dilakukan dengan pemeberian kompos, salah satunya adalah
kompos daun bambu. kompos daun bambu ini belum banyak dilakukan dan diusahakan
oleh masyarakat, padahal potensi serasah daun bambu yang ada sangat besar. Daun
bambu mengandung unsur P dan K yang cukup tinggi sehingga berpotensi sebagai bahan
baku pupu kkompos. kompos Daun bambu merupakan salah satu pupuk Organik yang
dapat menjadi alternatif dalam menambah unsur hara pada media tanam karena memiliki
kandungan hara makro N, P dan K dalam jumlah relatif tinggi. Dari masalah diatas perlu
dilakukan nya penelitian mengenai Respon Pemberian Kompos Daun Bambu Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tomat Ceri Pada Tanah PMK.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, pokok permasalahan yang akan dibahas adalah
sebagai berikut:
1. Apakah Konsentrasi Kompos Daun Bambu Berpengarus Terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Tomat Ceri?
2. Pada Konsentrasi Berapakah Kompos Daun Bambu Mempengaruhi Pertumbuhan
dan Hasil Tomat Ceri?

C. Tujuan
Tujuan dilakukan penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana respon pemberian kompos daun bambu terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman tomat ceri.
2. Mengetahui konsentrasi berapakah kompos daun bambu mempengaruhi
pertumbuhan dan hasil tomat ceri.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
Tomat berasal dari Amerika Selatan, tumbuh liar di Ekuador, Chile, Peru, dan
Kepulauan Galapagos. Tomat pertama kali dibudidayakan oleh suku Aztec dan Maya di
daerah sekitar Amerika Selatan (Harland dan Craxton, 2009). Jenis tomat dibagi menjadi
tujuh yaitu tomat lokal, tomat ceri, tomat apel, tomat kentang, tomat keriting, tomat
recento, dan tomat pir (Supriati dan Siregar, 2015). Menurut Jaratenghar, (2017) tanaman
tomat ceri adalah keluarga dari Solanaceae yang secara lengkap memiliki klasifikasi
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Lycopersicum
Spesies : Lycopersicum esculentum Mill

Tomat ceri mengandung berbagai zat yang berguna untuk tubuh salah satunya
antioksidan. Zat lain yang terdapat dalam tomat yaitu alkaloid, saponin, asam folat, 4 asam
malat, asam sitrat, asam pantothenat, asam salisilat, asam coumaric, asam chlorogenic,
bioflavonoid, likopen, adenine, biotin, trigonelline, kholin, mineral (Ca, Mg, P, K, Na, Fe, sulfur,
klorin), vitamin (A, B1, B2, B6, C, E, K, Niasin), histamine, protein, lemak, gula, dan serat
(Dalimartha dan Adrian, 2011). Tingkat konsumsi tomat ceri masih berada di bawah tomat lokal
mengingat kegunaannya yang terbatas dan kurangnya pengetahuan masyarakat umum tentang
kelebihan tomat ceri, hal ini menyebabkan masih tingginya harga tomat ceri di pasar karena
masih rendahnya jumlah produsen serta kuantitas produksinya di Indonesia (Wulandara, 2010).

Tomat ceri dapat tumbuh optimal pada tempat bersuhu 24-30 ºC, penyinaran matahari
selama 10-12 jam, kelembaban 80%, dan berada pada ketinggian 1000- 1200 mdpl atau pada
keadaan terkontrol dapat tumbuh pada ketinggian 100-600 mdpl (Wiryanta, 2008). Varietas
tomat yang dapat tumbuh di dataran rendah telah banyak dikembangkan oleh beberapa lembaga,
salah satunya adalah Balai Penelitian Hortikultura (Balitho) Lembang yang berhasil
mengeluarkan varietas Intan, Ratna, NTR, VC 11-1, VC-48, AV-15, AV-22, dan AV-33
(Rukmana, 2005). Varietas hibrida tomat ceri juga sudah banyak dikembangkan, beberapa
contoh dari hibrida unggulan di Indonesia yang sudah banyak digunakan oleh petani yaitu
varietas Fortuna, Victory, Cosmonot, dan Sweety (jenis tomat ceri) (Syukur dkk., 2015).
Kebutuhan hara untuk tomat ceri termasuk cukup tinggi yaitu sebesar 120 kg N, 150 kg P2O5,
100 kg K2O per ha (Rokhminarsi dkk., 2007). Jenis tomat ceri banyak dibudidayakan dalam
greenhouse karena lebih rentan penyakit dan rentan terpapar lingkungan secara langsung
sehingga perlu perawatan khusus untuk mendapatkan produksi yang optimal (Jones Jr, 2007).

Tingginya kebutuhan hara untuk pertumbuahan tanaman tomat menyebabkan petani lebih
memilih pupuk kimia berdosis tinggi, faktanya dalam beberapa situasi penggunaan pupuk
organik dapat dipertimbangkan sebagai substitusi pupuk kimia (Suharyanto dan Rinaldi, 2005).
Guna mengurangi penggunaan pupuk kimia yang berlebihan digunakanlah kompos atau bahan
organik lain nya sebagi pupuk yang dapat memenuhi kebutuhan unsur hara. Salah satunya
kompos daun bambu.

Pembuatan kompos daun bambu ini belumbanyak dilakukan dan diusahakan


olehmasyarakat, padahal potensi serasah daun bambu yang ada sangat besar. Daun bambu
mengandung unsur P dan K yang cukup tinggisehingga berpotensisebagai bahan baku
pupukkompos. Hasil fitokimia dari daun bambu (bambuseae) diketahui mengandung fenol
1,56%, asam lemak 29%, metil ester 27,03%, linolenat 12,13%, dan phytol 3,62% (Rahayu et al,
2011). Menurut Endang et al. (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kompos daun
bambu mengandung hara N 0.82%, P 0.08%, K 0.18%, Ca 0.05%, Mg 0.05%, Fe 421.5%, Cu
1.53%, Zn 4.54%, Mn 46.31%.

Anda mungkin juga menyukai