yy, Bulan dan Tahun Masehi/Bulan dan Tahun Hijriyah (Diisi oleh Penerbit)
1
al-Kimiya, Vol. XX, No. yy, Bulan dan Tahun Masehi/Bulan dan Tahun Hijriyah (Diisi oleh Penerbit)
Maka dari itu perlu dikembangkan teknologi 4. Untuk mengetahui efektifitas ekoenzim
penanganan segar untuk menghambat dari limbah sayur dan kulit buah yang
pembusukan (Hartuti, 2006) [6]. Pada umumnya dapat digunakan untuk pengawetan
untuk menghambat pembusukan pada tomat tomat cherry dilihat dari persentase
cherry ditambahkan suatu pengawet sintetis volume produksi ekoenzim, pengaruh
berupa formalin. konsentrasi ekoenzim terhadap skala
Formalin merupakan cairan tak berwarna mutu pengawetan tomat cherry, dan
yang biasanya mengandung 37-40% formaldehid. pengaruh ekoenzim terhadap laju
Formaldehid sangat reaktif, dalam tubuh akan pembusuka tomat cherry.
dimetabolisme dengan cepat terutama dalam hati
dan eritrosit yang dapat dirubah menjadi asam
formiat dan dikeluarkan melalui urine. Menurut EKSPERIMEN
penelitian WHO kadar formalin dalam darah yang
dapat menimbulkan keracunan (toksik) apabila Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18
sudah mencapai 6 gram. Karena tingginya bahaya Oktober 2019-18 Januari 2020 di Kedungmundu,
formalin bagi kesehatan dibutuhkan suatu Kota Semarang dengan metode true experimental,
pengawet alami untuk mengawetkan buah ini yaitu penelitian yang benar-benar ingin
sehingga lebih aman untuk dikonsumsi. Salah satu menunjukkan data dari hasil pengamatan
pengawet alami yang dapat dijadikan solusi dari perbandingan antara variabel tomat cherry yang
permasalahan ini adalah penggunaan ekoenzim. tidak diberikan perlakuan dengan tomat cherry
Ekoenzim diperkenalkan oleh Dr. Rasukon yang diberikan perlakuan berupa pemberian
Poompanvong dari Thailand lebih dari 30 tahun spraying produk ekoenzim limbah sayur dan kulit
yang lalu. Dr Rasukon secara efektif meneliti buah sebagai upaya untuk menekan pembusukan
bagaimana mengolah sisa bahan dapur yang tidak pada tomat. Produk ekoenzim yang diperoleh dari
berguna menjadi enzim yang ramah lingkungan proses fermentasi. Beberapa metode untuk
dan bermanfaat. Selain mudah dan murah, hasil aplikasi coating pada buah dan sayuran, antara
dari pembuatan ekoenzim ini dapat dimanfaatkan lain metode pencelupan (dipping), pembusaan
untuk berbagai keperluan. Menurut literatur (foaming), penyemprotan (spraying), penuangan
produk fermentasi ekoenzim memiliki aktivitas (casting) dan aplikasi penetesan terkontrol
antimikroba (Arifin, 2009) [3]. Pada dasarnya (Miskiyah, 2011) [8], untuk mempermudah dalam
antimikroba ini dapat menghambat pertumbuhan pelapisan tomat cherry dengan ekoenzim yang
mikroorganisme sehingga apabila ekoenzim ini berbentuk cairan, peneliti mengambil satu cara
diaplikasikan pada permukaan tomat maka tomat yaitu menggunakan aplikasi coating berupa
tidak mudah membusuk. penyemprotan (spraying).
Dari pemaparan diatas penelitian ini
dilakukan dengan tujuan dapat memberikan Material
informasi mengenai efektifitas ekoenzim dari
limbah sayur dan kulit buah yang dapat digunakan Bahan pembuatan ekoenzim
untuk pengawetan tomat cherry dilihat dari
persentase volume produksi ekoenzim, pengaruh Bahan dasar yang digunakan dalam
konsentrasi ekoenzim terhadap skala mutu pembuatan ekoenzim merupakan limbah organik
pengawetan tomat cherry, dan pengaruh ekoenzim rumah tangga yang diperoleh di daerah
terhadap laju pembusukan tomat cherry. Sehingga Kedungmundu, Semarang. Bahan dasar tersebut
tujuan dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai antara lain adalah 200 g daun bayam, 200 g daun
berikut : sawi, 200 g daun singkong, 150 kulit pisang, 75 g
1. Untuk mengetahui persentase volume kulit jeruk baby, 137.7 g kulit nanas, 25 g kulit
produksi ekoenzim dari limbah sayur jeruk mandarin, 62.5 g kulit melon, 25 g kulit
dan kulit buah, semangka, 25 g kulit mangga, 37.5 g kulit
2. Untuk mengetahui pengaruh bengkoang. Selain itu sebagai bahan pembantu
konsentrasi ekoenzim dari limbah sayur fermentasi dibutuhkan 400 g gula merah, dan 4 L
dan kulit buah terhadap skala mutu air.
pengawetan tomat cherry,
3. Untuk mengetahui pengaruh ekoenzim Alat pembuatan ekoenzim
dari limbah sayur dan kulit buah
terhadap persentase laju pembusukan Alat yang digunakan dalam proses pembuatan
tomat cherry, dan ekoenzim sangat murah dan mudah didapatkan
yaitu berupa 8 buah botol plastik bekas ukuran
3
al-Kimiya, Vol. XX, No. yy, Bulan dan Tahun Masehi/Bulan dan Tahun Hijriyah (Diisi oleh Penerbit)
150 ml, 1 buah pisau dapur, dan 1 buah tatakan Dalam penelitian ini dibuat 8 variabel
untuk memotong. ekoenzim dengan variabel bebasnya adalah jenis
limbah yang digunakan.
Bahan aplikasi pengawetan tomat cherry dengan
ekoenzim Variabel Limbah Air Gula
4
al-Kimiya, Vol. XX, No. yy, Bulan dan Tahun Masehi/Bulan dan Tahun Hijriyah (Diisi oleh Penerbit)
Setelah dihitung volume masing-masing menghasilkan persentase volume yang tidak jauh
variabel, ekoenzim dimasukkan pada botol spray berbeda dari volume awal pembuatan ekoenzim
yang sudah disterilkan menggunakan air hangat. dapat dilihat pada Gambar 3.
Setiap variabel ekoenzim dibagi lagi menjadi dua
variabel lagi yaitu ekoenzim dengan konsentrasi
pekat (murni) dan ekoenzim yang diencerkan
dengan air, perbandingan ekoenzim dengan air
adalah 1 : 4. Kemudian setelah dimasukkan dalam
botol spray, semprotkan ekoenzim pada tomat 100%
Persentase
cherry masing-masing 1 buah, dan 1 buah tomat
50%
cherry sebagai control tidak disemprot ekoenzim
sama sekali. Setelah itu letakkan tomat di nampan 0%
dan simpan nampan berisi tomat cherry di tempat V1 V2 V3 V4 V5 V6 V7 V8
yang terbuka, tidak terlalu lembab dan tidak Variabel
Column2
terlalu panas juga. Control suhu menggunakan
thermometer yang disediakan, kemudian amati
tomat setiap hari selama satu minggu, catat Gambar 3 Persentase volume produksi ekoenzim dari
perubahan-perubahan yang terjadi. limbah sayur dan kulit buah.
Analisis pengaruh konsentrasi ekoenzim dari Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa
limbah sayur dan kulit buah terhadap skala mutu persentase volume ekoenzim tertinggi dari proses
pengawetan tomat cherry fermentasi adalah pada variabel VI dan VIII
dengan total persentasi 100%, kemudian disusul
Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi oleh variabel I yang memiliki persentase 96%,
ekoenzim dari limbah sayur dan kulit buah sedangkan persentase volume ekoenzim terendah
terhadap skala mutu pengawetan tomat cherry dari proses fermentasi adalah pada variabel VII
selama 7 hari dilakukan dengan analisis. Untuk yaitu hanya 72%.
menganalisis skala mutu pengawetan tomat cherry
dibuat skala mutu yang terdiri dari 5 point antara Ekoenzim pada variabel ke I dan VIII
lain : dapat menghasilkan persentase volume yang
tinggi karena bahan dasar ekoenzim berasal dari
1. Busuk limbah kulit buah yang mudah terurai, selain itu
2. Kulit sangat layu, tekstur sangat empuk kulit buah ini sebelum difermentasi sudah
dan berair dikeringkan sampai pada tingkat kekeringan yang
3. Kulit sedikit layu, tekstur empuk cukup sehingga tidak mengurangi kadar air pada
4. Kulit segar, tekstur empuk ekoenzim, sedangkan pada variabel VII meskipun
5. Kulit segar, tekstur keras sama-sama terbuat dari bahan dasar limbah kulit
buah, namun pada variabel ini kulit buah yang
Analisis pengaruh ekoenzim dari limbah sayur difermentasi belum mencapai tingkat kekeringan
dan kulit buah terhadap persentase laju yang cukup (sedikit basah) sehingga dapat
pembusukan tomat cherry menurunkan kadar air pada ekoenzim.
Untuk menganalisis pengaruh ekoenzim dari Pengaruh persentase ekoenzim dari limbah
limbah sayur dan kulit buah terhadap laju sayur dan kulit buah terhadap skala mutu
persentase pembusukan tomat cherry dapat pengawetan tomat cherry
dilakukan dengan perhitungan :
Struktur buah tomat apabila di simpan
% laju pembusukan = jumlah bagian yang busuk 100%
beberapa hari maka akan membusuk. Tomat
Jumlah bagian keseluruhan
membusuk dikarenakan beberapa sebab
diantaranya dikarenakan tekanan udara atau suhu,
HASIL DAN PEMBAHASAN bakteri dan masih banyak yang lainnya (Mulyani,
n.d.) [9] Secara teoritis buah yang disemprot
Pengaruh persentase volume produksi ekoenzim ekoenzim lebih awet ketimbang buah yang tidak
dari limbah sayur dan kulit buah disemprot dengan ekoenzim. Karena untuk
menghambat bakteri dilakukan penambahan
Proses fermentasi 8 variabel ekoenzim larutan yang bersifat asam dan berfungsi sebagai
dari limbah sayur dan kulit buah ketika dipanen astringent sifat yang menurunkan pH makanan,
5
al-Kimiya, Vol. XX, No. yy, Bulan dan Tahun Masehi/Bulan dan Tahun Hijriyah (Diisi oleh Penerbit)
Setelah dilakukan aplikasi penyemprotan Selain itu dapat dilihat pula mutu
ekoenzim dari limbah sayur dan kulit buah pada kesegaran tomat cherry selama 7 hari pengamatan.
tomat cherry guna menghambat pembusukan Dari Gambar 4 terlihat bahwa ekoenzim yang
tomat diperoleh data pengaruh konsentrasi menghasilkan mutu tertinggi adalah pada variabel
ekoenzim dari limbah sayur dan kulit buah I, baik dengan konsentrasi pekat (murni) maupun
terhadap skala mutu pengawetan tomat cherry. yang diencerkan keduanya mampu memberikan
Penelitian ini dilakukan selama 7 hari dengan mutu tertinggi pada pengawetan tomat cherry
mengamati proses pembusukan tomat cherry pada karena dapat mempertahankan kesegaran tomat
setiap harinya. sampai pada hari proses pengamatan berakhir.
Sedangkan mutu terendah dimiliki oleh ekoenzim
Untuk data pengaruh konsentrasi pada variabel V pekat, variabel VI encer dan
ekoenzim dari limbah sayur dan kulit buah variabel VII encer, ketiga variabel ini tidak bisa
terhadap skala mutu pengawetan tomat cherry mempertahankan kesegaran tomat cherry sampai
dapat dilihat pada Gambar 4 . Data tersebut pada hari ke-7, karena pada hari ke-7 tomat cherry
merupakan hasil pengamatan pengawetan tomat yang disemprot dengan variabel ini sudah
cherry pada hari ke-7. Pengamatan dihentikan mengalami pembusukan yang ditandai dengan
pada hari ke-7 karena pada tomat kontrol sudah berubahnya tekstur tomat dan warna kulit pada
terjadi pembusukan secara sempurna. tomat meskipun belum busuk sempurna seperti
pembusukan pada tomat cherry sebagai kontrol.
6
5 Variabel yang dapat mempertahankan
4 kesegaran tomat cherry hingga batas akhir
Skala Mutu
Dari Gambar 4 dapat membuktikan Pengaruh ekoenzim dari limbah sayur dan kulit
bahwa penyemprotan ekoenzim dari limbah sayur buah terhadap persentase laju pembusukan tomat
dan kulit buah dapat menghambat pertumbuhan cherry
mikroorganisme penyebab kebusukan pada buah.
Aktivitas bakteri ekoenzim kemungkinan Dari pengamatan pembusukan tomat cherry yang
berhubungan dengan kandungan asam asetat dan dilakukan selama 7 hari dapat juga diperoleh data
asam laktatnya. Asam organik dapat menghambat berupa persentase laju pembusukan tomat cherry
dan membunuh pertumbuhan mikroorganisme yang dipengaruhi oleh ekoenzim dari limbah sayur
melalui mekanisme dimana molekul terdisosiasi dan kulit buah. Persentase laju pembusukan
dan terionisasi mengalir melalui membrane sel dibedakan juga berdasarkan konsentrasi ekoenzim
mikroorganisme, untuk mejaga pH intraseluler ion yang digunakan dalam pengawetan yaitu
hydrogen dilepaskan dan pH yang asam tersebut
6
al-Kimiya, Vol. XX, No. yy, Bulan dan Tahun Masehi/Bulan dan Tahun Hijriyah (Diisi oleh Penerbit)
ekoenzim dengan konsentrasi pekat (murni) dan disemprot dengan ekoenzim dengan variabel I
ekoenzim encer. dengan bahan dasar limbah bayam. Hal ini terjadi
karena pada bayam mengandung antibakteri lebih
120% tinggi dibandingkan bahan dasar lain, sehingga
100%
ekoenzim ini dapat dengan efektif menekan
pertumbuhan bakteri dan akhirnya laju
80% pembusukan menjadi semakin lambat.
60% Efektifitas ekoenzim dari limbah sayur
dan kulit buah yang dapat digunakan untuk
40%
pengawetan tomat cherry.
20%
Dilihat dari persentase volume produksi
0% ekoenzim limbah sayur dan kulit buah, yang
H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7
paling efektif adalah produksi ekoenzim pada
Kontrol V1 V2 variabel VI dan VIII, karena pada masa panen
V3 V4 V5 kedua variabel ini menghasilkan persentase
V6 V7 V8 volume sebesar 100%, itu menandakan bahwa
volume awal pembuatan ekoenzim dan volume
Gambar 5 Pengaruh ekeonzim dengan konsentrasi akhir panen ekoenzim adalah sama, tidak
pekat terhadap persentase laju pembusukan tomat
berkurang maupun bertambah.
cherry.
Setelah variabel VI dan VII, produksi
120% ekoenzim terbanyak kedua yaitu pada variabel I.
100% pada variabel ini ekoenzim yang dihasilkan pada
masa panen adalah sebesar 96%. Itu artinya air
80%
dalam proses fermetasi ekoenzim hanya menyusut
60% sebesar 4%. Sedangkan persentase produksi
ekoenzim terendah pada masa panen adalah
40%
ekoenzim dengan variabel VII.
20%
Selanjutnya dari pengaruh konsentrasi
0% ekoenzim limbah sayur dan kulit buah terhadap
H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7
skala mutu pengawetan tomat cherry, ekoenzim
Kontrol V1 V2 yang efektif digunakan untuk mengawetkan tomat
V3 V4 V5 cherry adalah ekoenzim dengan variabel I. Ini
V6 V7 V8 karena ekoenzim pada variabel I mampu
mempertahankan skala mutu tomat cherry
Figure 6 Pengaruh ekoenzim dengan konsentrasi encer tertinggi dibandingkan dengan variabel yang lain.
terhadap persentase laju pembusukan tomat cherry.
Kemudian dilihat dari pengaruh ekoenzim
Laju pembusukan tomat cherry yang
limbah sayur dan kulit buah terhadap persentase
disemprot ekoenzim dari limbah sayur dan kulit laju pembusukan tomat cherry, ekeonzim yang
buah dapat dilihat dari Gambar 5 dan Gambar 6. paling efektif adalah pada variabel I. Karena pada
dari gambar terlihat jelas bahwa laju pembusukan tomat yang disemprot dengan ekoenzim variabel I
tercepat dialami oleh tomat cherry sebagai control. ini memiliki laju pembusukan yang sangat lambat
Hal ini terjadi karena pada tomat ini tidak sehingga ekoenzim ini efektif digunakan untuk
disemprot ekoenzim untuk menekan pertumbuhan pengawetan tomat cherry. Laju pembusukan ini
bakteri sehingga bakteri dapat berkembang dengan sangat berkaitan dengan skala mutu pengawetan
cepat dan akhirnya proses pembusukan menjadi tomat cherry.
semakin cepat pula. Setelah itu laju pembusukan
tercepat disusul oleh tomat yang disemprot Sehingga dari beberapa penjelasan di atas
dapat ditarik garis besar bahwa ekoenzim yang
ekoenzim dengan variabel V pekat dan tomat yang
paling efektif diproduksi guna untuk pengawetan
disemprot ekoenzim dengan variabel VII encer.
buah tomat cherry adalah ekoenzim variabel I
Sedangkan laju pembusukan yang paling lambat dengan bahan dasar bayam.
jelas terlihat dialami oleh tomat cherry yang
7
al-Kimiya, Vol. XX, No. yy, Bulan dan Tahun Masehi/Bulan dan Tahun Hijriyah (Diisi oleh Penerbit)
Meskipun persentase produksi ekoenzim limbah buangan rumah tangga yang menduduki
variabel I dengan bahan dasar bayam ini tidak angka tertinggi.
sebanyak ekoenzim variabel VI dan VIII,
setidaknya produksi ekoenzim variabel ini juga Limbah sayuran/ kulit buah merupakan
termasuk tinggi karena penyusutan air hanya limbah dengan persentase paling besar dalam
sebesar 4% saja, dibandingkan dengan variabel buangan rumah tangga. Dalam bukunya
yang lainnya yang jauh lebih banyak penyusutan (Wardhani, 2018) [15], tentang dalam keluarga
kadar airnya.Selain persentase produksi ekoenzim untuk menimbang sampah harian selama
yang cukup tinggi, ekoenzim pada variabel I juga seminggu sebuah keluarga yang sudah
mampu mempertahakan skala mutu pengawetan menerapkan prinsip meminimalkan sampah masih
tomat cherry hingga batas waktu penelitian mempunyai sampah anorganik 550 gram
berakhir, tomat cherry yang disemprot dengan sementara sampah organic 3547 gram. Hal ini
variabel ini tetap masih segar.
menjelaskan bahwa sampah sisa pengolahan dapur
Ekoenzim dengan bahan dasar bayam ini menduduki posisi paling atas.
memang ekoenzim yang paling efektif diproduksi Pemerintah yang memiliki power tinggi,
untuk mengawetkan tomat cherry. Bayam yang dapat memberikan sosialisasi pada ibu-ibu rumah
mengandung flavonoid memiliki fungsi sebagai
tangga tentang pemanfaatan limbah organic rumah
antibakteri dengan cara membentuk senyawa
kompleks terhadap protein extraseluler yang tangga sebagai bahan pengawet buah, karena
mengganggu integritas membran sel bakteri. bahan pengawet buah ini tidak hanya untuk
Menurut (Dwidjoseputro) flavonoid merupakan pengawet tomat cherry tetapi juga dapat
senyawa fenol sementara senyawa fenol dapat digunkaan untuk mengawetkan buah yang lainnya,
bersifat koagulator protein. sayur-mayur, dan daging. Selain untuk
mengedukasi ibu-ibu rumah tangga, hal ini juga
Flavonoid terdiri dari kelompok gabungan sebagai upaya pengaplikasian UU no 32 tahun
polyphenolic yang memiliki struktur benzopyrone 2009 pasal 1 ayat (2) Perlindungan dan
dan banyak terdapat di bagian-bagiantumbuhan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) tentang
(24). Flavonoid merupakan senyawa yang dapat upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan
larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH), untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan
methanol (MeOH), butanol (BuOH), aseton,
mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
dimetilsulfoksida (DMSO), dimetilformamida
(DMF), air dan lain-lain. Gambar menunjukkan kerusakan lingkungan hidup yang meliputi
struktur umum dari flavonoid. perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan
hukum.
Dalam penelitian ini tidak diuji aktivitas
antibakteri ekeonzim terhadap bakteri yang
menyebabkan pembusukan pada tomat cherry,
sehingga peneliti tidak dapat melakukan
perhitungan terhadap aktivitas bakteri pada
ekoenzim. Disarankan untuk penelitian semacam
Gambar 7 Rumus struktur umum Flavonoid ini selanjutnya dapat dikembangkan lagi dengan
meneliti aktivitas antibakteri ekoenzim yang
Penelitian ini sangat mudah dan murah bekerja sehingga dapat dengan mudah
untuk diaplikasikan karena dalam proses menganalisis efektifitas ekoenzim dilihat dari segi
pembuatan bahan pengawet buah alami aktivitas antibakteri dalam ekoenzim.
(ekoenzim) ini hanya membutuhkan modal yang
tidak begitu mahal. Penelitian ini dapat SIMPULAN
diaplikasikan serta dikembangkan bagi para ibu Dilihat dari persentase volume produksi
rumah tangga karena pembuatan ekoenzim dengan ekoenzim limbah sayur dan kulit buah, yang
bahan dasar limbah rumah tangga ini benar-benar paling efektif adalah produksi ekoenzim pada
bisa dimanfaatkan untuk mengawetkan tomat variabel VI dan VIII, karena pada masa panen
cherry, selain itu pembuatan ekoenzim ini juga kedua variabel ini menghasilkan persentase
dapat bermanfaat sebagai upaya mengurangi volume sebesar 100%.
8
al-Kimiya, Vol. XX, No. yy, Bulan dan Tahun Masehi/Bulan dan Tahun Hijriyah (Diisi oleh Penerbit)
Setelah variabel VI dan VII, produksi [7] In, Y.-W. K.-J.-J.-W. (2012). Antimicroba
ekoenzim terbanyak kedua yaitu pada variabel I. Activities of Acetyc Acyd, Citric Acid,
pada variabel ini ekoenzim yang dihasilkan pada and Latic Acid Againts Shigella Species .
masa panen adalah sebesar 96%. Jurnal of Food Safety, 79-83.
[3] Arifin, L. W. (2009). Introduction of Eco- [14] Valen, A. (2015). Pembuatan Edible Film
enzyme to Support Organic Farming in dari Pektin Kulit Pisang Raja Bulu (Musa
Indonesia. Asian Jurnal of Food and sapientum var Paradisiaca baker) dengan
Agro, Industry : 356-358. Penambahan Minyak Atsiri Jahe Emprit
(Zingiber officinalle var amarum)dan
[4] Hancock DL, D. R. (1994). The Bactrocera Aplikasinya pada Tomat Cherry. Jurnal
Dorsalis Complex of Fruit Flies (Diptera : Teknosains Pangan , Vol IV No.4.
Tepritidae : Dacinae). in Asia , Bul of
Entomol Ress Supp (2) : 68. [15] Wardhani, D. (2018). Belajar Zero Waste :
Menuju Rumah Minim Sampah . Jakarta:
[5] Hanindita, N. (2008). Analisis Eksport Tomat Pustaka Rumah Main Anak (RMA).
Segar Indonesi. Ringkasan Eksekutif,
Institut Pertanian Bogor.
[6] Hartuti. (2006). Penanganan Segar pada
Penyimpanan Tomat dengan Pelapisan
Lilin Untuk Memerpanjang Masa Simpan.
Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Iptek
Hortikultura.